II TINJAUAN PUSTAKA
Interaksi adalah hubungan antara makhluk hidup yang satu dengan yang lainnya. Sedangkan kompetisi adalah interaksi antara dua atau banyak individu apabila (1) suplai sumber yang diperlukan terbatas, dalam hubungannya dengan permintaan organisme atau (2) kualitas sumber bervariasi dan permintaan terhadap sumber yang berkualitas tinggi lebih banyak (Elfidasari, 2007). Menurut Mei (2009), kompetisi dibedakan menjadi kompetisi intraspesifik, kompetisi interspesifik, dan kompetisi intraplant. Kompetisi intraspesifik adalah persaingan antara organisme yang sama dalam lahan yang sama. Pada latihan dalam laboratorium dalam persaingan intraspesifik diambil contoh hasil telur pada Drosophyla dalam kaitannya dengan rapatan populasi. Dalam percobaan tersebut, pengaruh rapatan populasi pada kecepatan produksi telur pada lalat buah Drosophyla akan dipelajari sebagai suatu contoh persaingan intraspesifik. Tempat penimbunan telur akan dibuat tetap dan jumlah lalat betina bertambah secara logaritmik (Michael, 1994 cit., Mei, 2009).
Kompetisi interspesifik adalah setiap interaksi-interaksi yang mempunyai pengaruh kurang baik terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup populasi lain. Kecenderungan berkompetisi akan membawa ke pemisahan ekologi dari suatu jenis yang serupa atau spesies yang berhubungan erat dan dikenal sebagai asas larangan kompetisi. Secara serempak, kompetisi menghasilkan banyak seleksi adaptasi yang meningkatkan kehidupan bersama dari suatu organisme yang beraneka ragam yang berada di wilayah tertentu (Odum, 1983).
Ketiga adalah interplant competition, yakni persaingan antara organ tanaman, misalnya antar organ vegetatif atau organ vegetatif dengan organ generatif dalam satu tubuh tanaman. Penyebab utama dari suatu kompetisi adalah di antara tanaman dari spesies yang sama. Akibatnya adalah terlihat pada perbedaan tinggi batang, jumlah daun, dan diameter lateral akar. Dengan demikian, juga akan berpengaruh terhadap pembentukan karakter maupun dalam kemampuan untuk memproduksi buah. Tidak seperti tanaman yang berbeda spesies, tanaman yang sama spesiesnya memiliki kebutuhan yang sama antara yang satu dengan yang lain. Mereka tidak dapat dengan mudah mengatur kebutuhan mereka sendiri dari kebutuhan tanaman lain yang sama spesiesnya (Weafer and Frederic, 1938).
Setiap spesies tumbuhan memerlukan lingkungan yang sesuai untuk hidup sehingga persyaratan hidup untuk spesies berbeda-beda, dimana mereka hanya menempati bagian yang cocok bagi kehidupannya. Komponen suatu komunitas ditentukan oleh komponen tumbuhan yang mencapai klimaks dan mampu hidup di lingkungan tersebut. Kegiatan anggota komunitas tergantung penyesuaian diri tiap individu terhadap faktor fisik dan biotik yang ada di tempat tersebut. Dengan demikian pada suatu komunitas, pengendali kehadiran spesies dapat berupa satu atau beberapa spesies tertentu atau dapat juga sifat fisik habitat. Namun, tidak ada batas yang jelas antara keduanya, sebab keduanya dapat saling mempengaruhi (Djuffi, 2006). DariSuatu ekosistem terdiri dari beberapa spesies. Karena beberapa faktor seperti keterbatasan tempat, keterbatasan bahan makanan, pengaruh lingkungan, dan yang lainnya, spesies-spesies itu mengalami persaingan. Persaingan itu terjadi untuk mempertahankan kehidupan, melestarikan jenisnya, dan bisa saja untuk alasan-alasan lainnya. Seperti spesies makhluk hidup saling berinteraksi antar individu maupun antar populasi (Rahardi, dan Dwirahayu, 2007).
Dalam persaingan itu, spesies-spesies yang terlibat akan mengalami beberapa perlakuan. Paling sedikit ada dua spesies yang bersaing dalam satu populasi dimana keduanya bersaing dalam hal apapun. Terkadang dua spesies itu hanya dalam satu populasi saja, tetapi juga dalam satu ekosistem, misalnya dalam satu ekosistem di hutan, harimau bersaing dengan singa dalam rantai makanan, dalam suatu ekosistem di kolam ikan air tawar, ikan mujair bersaing dengan ikan trombo dalam hal tempat dan makanan, dan masih banyak contoh lainnya (Rahardi, dan Dwirahayu, 2007).
Pada penerapan pola tanam sistem tumpang sari akan terjadi konsekuensi persaingan (kompetisi) dalam memperebutkan cahaya, air dan unsur hara, antar individu tanaman dan antar jenis tanaman yang diusahakan. Kompetisi ini lebih diperparah manakala salah satu jenis tanaman mengeluarkan zat beracun untuk jenis yang lain (alelopati) atau menjadi inang dari hama penyakit jenis yang lain. Guna menghindari dampak negatif yang mungkin ditimbulakan, perlu adanya pertimbangan yang mendalam mengenai jenis-jenis tanaman yang akan diusahakan dalam tumpang sari (Tim Penulis, 2008).
III. METODE PELAKSANAAN PRAKTIKUM
Praktikum acara 2 Dasar-Dasar Ekologi yang berjudul Kompetisi Inter dan Intra Spesifik sebagai Faktor Pembatas Biotik, dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 23 April 2013 di Laboratorium Ekologi Tanaman, Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Alat yang digunakan adalah timbangan analitik, penggaris, peralatan tanam, dan oven. Sedangkan bahan-bahan yang digunakan adalah benih kacang tanah (Arachis hypogea), kacang panjang (Vigna sinensis), jagung (Zea mays), polybag, pupuk kandang, kantong kertas, dan kertas label.
Langkah pertama dalam praktikum adalah polybag disiapkan dan diisi tanah yang telah dibersihkan dari kerikil, sisa akar tanaman, ataupun kotoran sebanyak 3 kilogram. Biji yang sehat dipilih dari jenis tanaman yang akan diperlakukan, selanjutnya ditanam sejumlah biji ke dalam masing-masing polybag sesuai perlakuan, yaitu (1) monokultur kedelai sejumlah 2, 4, dan 6 tanaman, (2) polikultur kacang tanah-jagung sejumlah 1+1, 2+2, dan 3+3, dan (3) polikultur kacang tunggak-kacang tanah sejumlah 1+1, 2+2, dan 3+3. Masing-masing perlakuan diulang 3 kali. Kemudian tiap polybag diberi label sesuai perlakuan dan ulangannya. Label harus mudah dibaca untuk mencegah tertukarnya dengan perlakuan lain saat pengamatan. Penyiraman dilakukan setiap hari sampai tanaman berumur 21 hari dan selanjutnya dilakukan pengamatan. Setelah diamati tanaman dikering anginkan, dimasukkan kantng kertas dan dioven 800C selama 2 hari sampai berat konstan. Pengamatan yang dilakukan meliputi tinggi tanaman (cm) dan jumlah daun yang diukur setiap 2 hari sekali, berat segar tanaman kacang tanah, pada masing-masing polybag, pada akhir percobaan (g), berat kering tanaman kacang tanah, pada masing-masing polybag, setelah di oven (g). Pada akhir percobaan, dari seluruh data yang terkumpul dihitung rerata tiga ulangan pada tiap perlakuan, selanjutnya digambar grafik garis tinggi tanaman dan jumlah daun masing-masing perlaukan versus hari pengamatan. Serta histogeam berat segar dan berat kering tanaman masing-masing perlaukan versus hari pengamatan.
IV. HASIL PENGAMATAN
Tabel 2.1 Tinggi Tanaman Monokultur Kacang Tanah
Perlakuan
Tinggi Tanaman Pada Hari ke- (cm)
1
2
3
4
5
6
7
Monokultur 2
1,675
5,958
8,142
10,46
12,46
14,23
17,76
Monokultur 4
1,299
3,75
6,149
8,8
11,83
13,26
16,42
Monokultur 6
2,288
4,485
6,297
8,042
11,47
12,24
14,99
Tabel 2.2 Jumlah Daun Tanaman Monokultur Kacang Tanah
Perlakuan
Jumlah Daun pada Hari Pengamatan ke-
1
2
3
4
5
6
7
Monokultur 2
1,75
3,417
4,417
4,75
5,5833
6,0333
6,933
Monokultur 4
0,9583
1,917
2,9
3,7917
4,875
5,2083
6,1
Monokultur 6
1,5722
2,627
3,374
4,0267
4,6656
5,4416
5,781
Tabel 2.3 Berat Segar dan Berat Kering Monokultur Kacang Tanah
Perlakuan
Berat Segar (g)
Berat Kering (g)
Monokultur 2
4,534
0,96
Monokultur 4
4,29
0,873
Monokultur 6
3,301
0,932
Tabel 2.4 Panajng Akar Monokultur Kacang Tanah
Perlakuan
Panjang Akar
Monokultur 2
15,45
Monokultur 4
15,84
Monokultur 6
15,48
Tabel 2.5 Tinggi Tanaman pada Polikultur Kacang Tanah-Kacang Panjang
Perlakuan
Tinggi Tanaman pada Hari ke- (cm)
1
2
3
4
5
6
7
Kacang Tanah
1+1
0,917
2
3,167
4,5
6,85
9,98
11,65
2+2
2,475
3,7
7,292
9,2
11,29
13,25
15,98
3+3
2,6
4,417
6,527
8,61
10,34
11,53
13,84
Tabel 2.6 Jumlah Daun Tanaman pada Polikultur Kacang Tanah-Kacang Panjang
Perlakuan
Jumlah Daun pada Hari ke- (cm)
1
2
3
4
5
6
7
Kacang Tanah
1+1
16,91
0,6667
1,333
1,833
2,5
3,6667
4,7917
2+2
14,76
0,8333
2,456
3,833
4,5833
4,9167
5,0833
3+3
17,69
1,6111
2,433
3,11
3,4994
3,8328
4,3833
Tabel 2.7 Berat Segar dan Berat Kering pada Polikultur Kacang Tanah-Kacang Panjang
Polikultur Kacang Tanah-Kacang Panjang
Berat Segar (g)
Berat Kering (g)
(1+1)
3,832
0,863
(2+2)
2,924
0,787
(3+3)
2,668
0,733
Tabel 2.8 Panjang Akar Pada Polikultur Kacang Tanah-Kacang Panjang
Perlakuan
Panjang Akar
(1+1)
16,91
(2+2)
14,76
(3+3)
17,69
Tabel 2.9 Tinggi Tanaman pada Polikultur Kacang Tanah-Jagung
Perlakuan
Tinggi Tanaman pada Hari Ke- (cm)
1
2
3
4
5
6
7
Kacang Tanah
1+1
3,705
5,183
8,875
11,01
14,68
17,06
21,14
2+2
1,933
2,775
6,667
8,733
11,58
13,92
17,57
3+3
2,911
4,516
8,316
11,06
14,98
16,55
19,72
Tabel 2.10 Jumlah Daun Tanaman pada Polikultur Kacang Tanah-Jagung
Perlakuan
Jumlah Daun Pada Hari Ke- (cm)
1
2
3
4
5
6
7
Kacang Tanah
1+1
2
2,917
4,5
5,1667
6,25
6,445
7,448
2+2
1,0833
1,75
3
3,5833
4,5
5,3083
5,583
3+3
1,3333
2,46
3,556
4,4889
5,3333
5,725
6,25
Tabel 2.11 Berat Segar dan Berat Kering pada Polikultur Kacang Tanah-Jagung
Polikultur Kacang Tanah-Jagung
Berat Segar (g)
Berat Kering (g)
(1+1)
4,74
1,09
(2+2)
3,779
1,152
(3+3)
2,913
0,907
Tabel 2.12 Panajng Akar Pada Polikultur Kacang Tanah-Jagung
Perlakuan
Panjang Akar
(1+1)
18,24
(2+2)
16,51
(3+3)
16,03
V. PEMBAHASAN
Praktikum Dasar-Dasar Ekologi Acara II yang berjudul Kompetisi Inter dan Intra Spesifik Sebagai Faktor Pembatas Abiotik bertujuan untuk mengetahui faktor biotik terhadap pertumbuhan tanaman dan mengetahui tanggapan tanaman terhadap tekanan kompetisi inter dan intra spesifik. Kompetisi adalah hubungan antara dua individu untuk memperebutkan satu macam sumber daya, sehingga hubungan itu bersifat merugikan bagi salah satu pihak. Kompetisi dapat terjadi antar individu dalam satu populasi dan individu dari populasi lain yang berbeda. Sumber daya yang diperebutkan dalam kompetisi ini dapat berupa makanan, energi, tempat tinggal, bahkan pasangan kawin. Persaingan dalam hal sumber daya rumah atau tempat tinggal terjadi jika terjadi ledakan populasi.
Pada dasarnya kompetisi terbagi 2, yaitu kompetisi inter spesifik dan kompetisi intra spesifik. Kompetisi inter spesifik yaitu persaingan yang terjadi diantara 2 individu atau lebih dalam spesies yang berbeda. Kompetisi intra spesifik yaitu persaingan yang terjadi pada 2 individu atau lebih dalam spesies yang sama. Jenis-jenis kompetisi berupa ruang tumbuh, CO2, cahaya matahari sebagai energi gerak fotosintesis, nutrisi atau materi, unsur, dan air. Untuk mempertahankan kelangsungan kelangsungan hidup suatu organisme, baik manusia, hewan, maupun tumbuhan misalnya saja dalam mendapatkan bahan makanan maka mereka harus berkompetisi. Hal tersebut disebabkan jumlah yang tersedia terbatas sedangkan dalam keadaan bersama-sama membutuhkan. Banyak hal yang mempengaruhi terjadinya kompetisi, antara lain kehadiran suatu individu atau kelompok tanaman lain sehingga mengganggu tanaman tersebut untuk memperoleh bahan makanan dan jumlah faktor pertumbuhan yang tersedia.
Kompetisi dapat dibuktikan dengan percobaan kepadatan tanaman pada suatu luas lahan tertentu. Tekanan kompetisi pada jarak tertentu relatif konstan, karena tanaman dapat mempunyai sifat penyesuaian. Tanaman tumbuh dengan baik pada jarak tanam lebar dan akan buruk pada jarak tanam sempit, sehingga tekanan kompetisi akan relatif konstan. Dalam lahan yang hanya terdapat sedikit tanaman. Maka tanaman dapat tumbuh dengan lebih subur, karena antara individu satu dengan yang lain tidak terjadi persaingan yang ketat. Semakin banyak tanaman dalam lahan, maka antar satu individu dengan individu lain akan saling bersaing ketat untuk memperoleh unsur pertumbuhan. Apabila unsur pertumbuhan ini belum terpenuhi secara optimal, maka bisa saja pertumbuhan tanaman akan terhambat.
Berdasarkan teori, pertumbuhan polikultur lebih bagus dibandingkan dengan monokultur, contohnya jika ditinjau dari pengambilan unsur hara maka tidak terjadi persaingan antar tanaman pada polikultur. Hal ini karena ada perbedaan panjang akar. Pada monokultur terjadi persaingan karena panjang akar relatif sama, sehingga terjadi kompetisi pada pengambilan unsur hara atau unsur lain dalam tanah. Komposisi dalam pertumbuhan tanaman sangat mempengaruhi hasil produksi dan pertumbuhan. Dalam acara ini, kompetisi yang terjadi adalah persaingan memperoleh nutrisi, air, dan ruang lingkup.
Dengan perlakuan monokultur dan polikultur, kita bisa mengamati dan semakin memahami berbagai jenis kompetisi yang terjadi. Informasi yang tepat menegenai kompetisi yang terjadi akan berdampak positif terhadap siapa saja yang ingin menanam tanaman budidaya. Mereka tidak akan salah mengambil langkah dalam proses penanaman monokultur maupun polikultur. Kompetisi yang tepat dan saling menguntungkan akan memiliki dampak positif, yaitu semakin meningkatkan hasil dari pembudidayaan. Dalam pembahasan tentang masalah kompetisi ini akan dijelaskan dalam bentuk grafik dan histogram, serta bagaimana dampak yang terjadi antar tanaman satu dengan yang lainnya.
A. Tinggi Tanaman
1. Monokultur Kacang Tanah
Grafik 2.1. Tinggi tanaman monokultur kacang tanah.
Pada grafik diatas dapat diketahui bahwa pertumbuhan tinggi tanaman pada tanaman monokultur dengan 2 tanaman menjadi yang tertinggi yaitu dengan tinggi 17,75 cm dan tinggi tanaman pada tanaman monokultur dengan 6 tanaman menjadi yang paling rendah yaitu dengan tinggi 14,98 cm. Hal ini disebabkan oleh semakin banyaknya tanaman yang ada pada dalam satu media atau habitat tingkat kompetisinya akan semakin banyak. Tanaman dalam satu media polybag tersebut saling berebut unsur hara, air, cahaya matahari, dan berbagai hal penting lainnya yang dibutuhkan oleh tanaman untuk melakukan fotosintesis, tumbuh dan berkembang. Faktor lain yang bisa menyebabkan hal ini terjadi adalah suhu yang kurang menentu di luar sehingga mengakibatkan keadaan di dalam rumah kaca suhunya menjadi tidak menentu juga. Faktor curah hujan yang tinggi juga menjadi penyebab pertumbuhan tanaman menjadi tidak teratur. Persaingan antara 2 individu atau lebih dalam spesies yang sama seperti ini disebut intraspesifik.
2. Polikultur Kacang Tanah-Kacang Panjang
Grafik 2.2. Jumlah daun monokultur kacang tanah
Berdasarkan grafik diatas diketahui bahwa jumlah daun pada tanaman monokultur kacang tanah pada perlakuan 2+2 tanaman adalah yang paling tinggi dengan 8,17, sedangkan pada tanaman monokultur kacang tanah pada perlakuan 3+3 tanaman adalah yang paling rendah dengan. Hal ini kurang sesuai dengan teori yang ada, dimana tanaman yang tingkat persaingan kompetisinya lebih sedikit akan lebih mudah tumbuh, yang seharusnya tinggi tanaman paling tinggi adalah pada perlakukan 1+1, bukan 2+2. Tanaman dalam satu media polybag tersebut saling berebut unsur hara, air, cahaya matahari, dan berbagai hal penting lainnya yang dibutuhkan oleh tanaman untuk melakukan fotosintesis, tumbuh dan berkembang. Faktor lain yang menyebabkan hal ini adalah suhu yang kurang menentu di luar sehingga mengakibatkan keadaan di dalam rumah kaca suhunya menjadi tidak menentu juga. Faktor curah hujan yang tinggi juga menjadi penyebab pertumbuhan tanaman menjadi tidak teratur.
3. Polikultur Kacang Tanah-Jagung
Grafik 2.3. Tinggi tanaman polikultur kacang tanah-jagung.
Pada grafik diatas dapat diketahui bahwa pertumbuhan tinggi tanaman pada tanaman polikultur kacang tanah-jagung dengan perlakuan 1+1 lebih cepat tumbuh dengan ketinggian akhir 21,14. Dan tanaman polikultur kacang tanah-jagung dengan perlakuan 3+3 tumbuh yang hampir sama dengan perlakukan 1+1 yaitu dengan ketinggian akhir yang 19,71cm. Sedangkan tinggi tanaman yang paling lambat adalah pada perlakuan 2+2. Hal ini sedikit menyimpang dari teori yang ada, yang mana bila kompetisi antar tanaman semakin banyak maka pertumbuhan tanaman akan semakin lambat. Penyimpangan ini terjadi salah satu penyebabnya karena kuaitas bibit yang dipakai pada perlakuan 3+3 memiliki kualitas yang lebih baik dari pada bibit pada perlakuan 2+2. Seharusnya semakin sedikit tanaman yang ditanam dalam suatu polibag maka perebutan bahan makanan dan perebutan unsur-unsur yang menunjang fotosintesis, pertumbuhan dan perkembangan tanaman semakin kecil. Dalam percobaan ini jagung juga digunakan selain sebagai pesaing tetapi juga digunakan sebagai peneduh tanaman kacang tanah yang memiliki sifat sebagai tanaman yang tidak memerlukan banyak sinar matahari untuk pertumbuhannya.
4. Pemgamatan Tinggi Tanaman pada Hari Ke Tujuh
Gambar 2.4. Tinggi tanaman gabungan hari terakhir.
Dari histogram diatas dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan tanaman yang menunjang tinggi tanaman adalah dilakukan dengan cara monokultur dan polikultur kacang tanah-jagung. Pada perlakuan monokultur walaupun jumlah tanaman yang ditanam semakin banyak akan tetapi pembagian penyerapan unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman akan seimbang karena jenisnya adalah sama. Pada perlakuan polikutur kacang tanah-jagung pertumbuhan tanamannya juga dapat dikatakan baik. Hal ini dapat disebabkan oleh tanaman kacang tanah merupakan jenis tanaman C3 yang hanya memerlukan sedikit cahaya dan pesaing dari tanaman ini adalh jagung yang merupakan tanaman C4 yang memerlukan banyak cahaya, sehingga pertumbuhan jagung akan menjadi lebih tinggi dari tanaman kacang tanah dan dapat membantu kacang tanah untuk ternaungi sehingga pertumbuhan kacang tanah juga akan semakin meningkat. Pada perlakuan tanaman yang dibudidayakan semakin banyak tetapi berbeda-beda akan menghasilkan kompetisi yang sangat ketat karena perbedaan tingkat nutrisi yang dibutuhkan oleh tanaman tersebut berbeda-beda. Faktor lain yang menyebabkan hal ini adalah suhu yang kurang menentu di luar sehingga mengakibatkan keadaan di dalam rumah kaca suhunya menjadi tidak menentu juga. Faktor curah hujan yang tinggi juga menjadi penyebab pertumbuhan tanaman menjadi tidak teratur.
B. Jumlah Daun Tanaman
1. Monokultur Kacang Tanah
Grafik 2.5. Jumlah daun monokultur kacang tanah
Berdasarkan grafik diatas diketahui bahwa jumlah daun pada tanaman monokultur kacang tanah pada perlakuan 2 tanaman adalah yang paling tinggi, pada pengamatan ketujuh dengan rata-rata jumlah daun 6,93, sedangkan pada tanaman monokultur kacang tanah pada perlakuan 6 tanaman adalah yang paling rendah dengan 5,78. Hal ini sudah sesuai dengan teori yang ada, dimana tanaman yang tingkat persaingan kompetisinya lebih sedikit akan lebih mudah tumbuh. Tanaman dalam satu media polybag tersebut saling berebut unsur hara, air, cahaya matahari, dan berbagai hal penting lainnya yang dibutuhkan oleh tanaman untuk melakukan fotosintesis, tumbuh dan berkembang. Faktor lain yang menyebabkan hal ini adalah suhu yang kurang menentu di luar sehingga mengakibatkan keadaan di dalam rumah kaca suhunya menjadi tidak menentu juga. Faktor curah hujan yang tinggi juga menjadi penyebab pertumbuhan tanaman menjadi tidak teratur.
2. Polikultur Kacang Tanah-Kacang Panjang
Grafik 2.6. jumlah daun tanaman polikultur kacang tanah-kacang panjang.
Berdasarkan grafik diatas dapat diketahui bahwa jumlah daun pada tanaman polikultur kacang tanah-kacang panjang pada perlakuan 1+1 secara rata-rata adalah yang paling rendah, pada hari terakhir jumlah daunnya yaitu 5,46. Sedangkan pada tanaman polikultur kacang tanah-kacang panjang pada perlakuan 2+2 secara rata-rata adalah yang paling tinggi, walupun pada pengamatan terakhrik (pengamatan ketujuh) jumlah daunnya lebih sedikit dari pada perlakuan 3+3. Percobaan ini menyimpang dari teori, seharusnya tanaman polikultur pada perlakuan 1+1 menjadi tanaman yang jumlah daunnya paling tinggi karena tanaman tersebut tingkat kompetisi adalah yang paling rendah dibandingkan tanaman yang lainnya. Namun pada tanaman dengan perlakuan 2+2 karena jarak tanam antar tanaman yang terlalu dekat maka kompetisi tanaman menjadi semakin bertambah dan berdampak menghasilkan jumlah daun yang lebih sedikit. Begitu pula dengan perlakuan polikultur 3+3 yang jarak tanamnya semakin rapat maka seharusnya jumlah daun pada perlaukan 3+3 adalah yang paling seditik.
3. Polikultur Kacang Tanah-Jagung
Grafik 2.7. Jumlah daun tanaman polikultur kacang tanah-jagung.
Berdasarkan grafik diatas diketahui bahwa jumlah daun pada tanaman polikultur kacang tanah-jagung pada perlakuan 1+1 adalah yang paling tinggi dengan 7,44 cm. Diikuti jumlah terbanyak kedua pada perlakuan 3+3, dan jumlah daun terendah adalah perlakuan 2+2 . Percobaan ini sedikit sesuai dengan teori yang ada, karena tanaman kacang tanah adalah termasuk tanaman C3 yang merupakan tanaman hari pendek, sehingga tanaman kacang tanah hanya membutuhkan sedikit cahaya untuk tumbuh. Sedangkan tanaman jagung adalah tanaman C4 yang berguna dalam perlakuan ini sebagai tanaman pelindung kacang tanah agar tidak secara langsung terkena cahaya matahari.
4. Pemgamatan Jumlah Daun Tanaman pada Hari Ke Tujuh
Gambar 2.8. Jumlah daun gabungan hari Ke Tujuh.
Berdasarkan histogram jumlah daun gabungan, pada hari ke tujuh pengamatan dapat terlihat bahwa urutan tinggi tanaman dari yang tertinggi adalah monokultur kacang tanah poli(2) kacang tanah+jangung 2+2, monokultur kacang tanah 2 dan poli (2) kacang tanah+jangung 3+3, polikultur (1) kacang tanah+kacang panjang 3+3, monokultur 4, monokultur 6, polikultur (1) kacang tanah+kacang panjang 2+2, polikultur (2) kacang tanah+jagung 2+2, dan terakhir polikultur (1) kacang tanah+kacang panjang 1+1. Dapat diketahui bahwa tanaman polikultur (2) kacang tanah+jangung 1+1 memiliki tinggi tanaman tertinggi. Hal ini dapat disebabkan oleh tanaman kacang tanah merupakan jenis tanaman C3 yang hanya memerlukan sedikit cahaya dan pesaing dari tanaman ini adalh jagung yang merupakan tanaman C4 yang memerlukan banyak cahaya, sehingga pertumbuhan jagung akan menjadi lebih tinggi dari tanaman kacang tanah dan dapat membantu kacang tanah untuk ternaungi sehingga pertumbuhan kacang tanah juga akan semakin meningkat.
C. Berat Segar dan Berat Kering
1. Monokultur Kacang Tanah
Gambar 2.9. Berat segar dan berat kering tanaman monokultur.
Berdasarkan histogram diatas jumlah berat segar pada tanaman monokultur dengan perlakuan 2 tanaman adalah yang paling besar yaitu dengan 4,53 gram. Sedangkan pada monokultur dengan perlakuan 6 tanaman berat segar yang dihasilkan paling sedikit dengan berat segar yaitu 3,3 gram. Hal ini dapat disebabkan karena penyerapan unsur hara yang dilakukan oleh tanman pada perlakuan 2 tanaman lebih maksimal dari pada perlakuan 4 dan 6 tanaman, faktor lainnya adalah ketersediaan unsur hara yang berbeda-beda pada setiap polybag, sehingga ada kemungkinan kandungan unsur hara yang ada pada perlakuan 2 tanamn lebih banyak dari pada perlakuan 4 dan 6 tanaman. Faktor lainnya yaitu kualitas dari bibitnya sendiri yang berbeda-beda. Sedangkan untuk berat kering pada tanaman monokultur dengan perlakuan 2 tanaman juga menghasilkan berat kering yang paling besar yaitu 0,96 gram, sedangkan pada tanaman monokultur dengan perlakuan 6 tanaman berat kering yang dihasilkan adalah 0,93 gram. Dan pada perlakuan tanaman monokultur dengan 4 tanaman menghasilkan berat kering yaitu 0,87 gram. Semakin besar selisih antara berat kering dan berat segar antar tanaman berarti semakin besar pula unsur hara yang diserap oleh tanaman.
2. Polikultur Kacang Tanah-Kacang Panjang
Grafik.2.10. Berat segar dan berat kering tanaman polikultur kacang tanah-kacang panjang.
Berdasarkan histogram diatas dapat diketahui bahwa berat segar pada tanaman polikultur kacang tanah-kacang panjang pada perlakuan 1+1 tanaman kacang tanah mendapatkan berat segar dan berat kering yang tertinggi yaitu 3,83 gram dan 0,86 gram. Dan pada tanaman polikutur tanaman kacang tanah-kacang panjang pada perlakuan 3+3 mendapatkan berat segar dan berat kering terkecil yaitu 2,66 gram dan 0,73 gram dan pada tanaman polikutur tanaman kacang tanah-kacang panjang pada perlakuan 1+1 mendapatkan berat segar dan berat kering 2,92 dan 0,78. Hal ini tidak sesuai dengan teori yang ada, seharusnya berat segar dan berat kering tanaman pada perlakuan yang lebih banyak jumlah tanamannya maka penyerapan unsur haranya akan semakin besar pula. Kejadian ini dapat disebabkan karena penyerapan unsur hara yang dilakukan oleh tanman pada perlakuan 1+1 tanaman lebih maksimal dari pada perlakuan 3+3 dan 2+2 tanaman, faktor lainnya adalah ketersediaan unsur hara yang berbeda-beda pada setiap polybag, sehingga ada kemungkinan kandungan unsur hara yang ada pada perlakuan 1+1 tanaman lebih banyak dari pada perlakuan 3+3 dan 2+2 tanaman. Faktor lainnya yaitu kualitas biji sendiri yang berbeda-beda. Seperti yang telah kita tahu bahwa tanaman kacang tanah-kacang panjang keduanya adalah tanaman C3 yang merupakan tanaman yang hanya memerlukan sedikit cahaya sehingga kompetisi diantara keduanya adalah seimbang, sehingga pertumbuhannya juga lebih lambat dari tanaman perlakuan kacang tanah-jagung dan juga menghasilkan organ-organ tanaman yang lebih sedikit sehingga berat tanaman yang dihasilkan juga lebih sedikit daripada tanaman perlakuan lainnya.
3. Polikultur Kacang Tanah-Jagung
Grafik 2.11. Berat segar dan berat kering tanaman polikultur kacang tanah-jagung.
Berdasarkan histogram diatas dapat diketahui bahwa berat segar pada tanaman polikultur kacang tanah-jagung pada perlakuan 1+1 tanaman kacang tanah mendapatkan berat segar dan berat kering yang tertinggi yaitu 4,74 gram dan 1,09 gram. Dan pada tanaman polikutur tanaman kacang tanah-jagung pada perlakuan 3+3 mendapatkan berat segar dan berat kering terkecil yaitu 2,91 gram dan 0,90 gram dan pada tanaman polikutur tanaman kacang tanah-kacang panjang pada perlakuan 2+2 mendapatkan berat segar dan berat kering 3,77 dan 1,15. Hal ini tidak sesuai dengan teori yang ada, seharusnya berat segar dan berat kering tanaman pada perlakuan yang lebih banyak jumlah tanamannya maka penyerapan unsur haranya akan semakin besar pula. Kejadian ini dapat disebabkan karena penyerapan unsur hara yang dilakukan oleh tanman pada perlakuan 1+1 tanaman lebih maksimal dari pada perlakuan 3+3 dan 2+2 tanaman, faktor lainnya adalah ketersediaan unsur hara yang berbeda-beda pada setiap polybag, sehingga ada kemungkinan kandungan unsur hara yang ada pada perlakuan 1+1 tanaman lebih banyak dari pada perlakuan 3+3 dan 2+2 tanaman. Faktor lainnya yaitu kualitas biji sendiri yang berbeda-beda. Seperti yang telah kita tahu bahwa tanaman kacang tanah-kacang panjang keduanya adalah tanaman C3 yang merupakan tanaman yang hanya memerlukan sedikit cahaya sehingga kompetisi diantara keduanya adalah seimbang, sehingga pertumbuhannya juga lebih lambat dari tanaman perlakuan kacang tanah-jagung dan juga menghasilkan organ-organ tanaman yang lebih sedikit sehingga berat tanaman yang dihasilkan juga lebih sedikit daripada tanaman perlakuan lainnya.
D. Panjang Akar Tumbuhan
Gambar 2.12. Panjang akar hari ke-7
Histogram di atas menunjukkan histogram panjang akar kacang tanah polikultur 2. Dari gambar di atas, terlihat bahwa panjang akar yang paling panjang adalah pada polikultur 2 disusul polikultur 1 3+3 dan polikultur 1 1+1. Hal ini tidak sesuai dengan teori bahwa pada perlakuan dengan pesaing sedikitlah tanaman dapat tumbuh dengan subur. Jadi, kesimpulan dari gambar di atas adalah panjang akar tanaman kacang tanah akan lebih pendek jika ditanam yang pesaingnya sedikit.
Gambar 2.13. Tinggi tanaman dan jumlah daun hari ke-7
Dari histogram di atas dapat dilihat bahwa tinggi tanaman yang paling tinggi diantar beberapa perlakuan yaitu polikultur 2, disusul dengan monokultur dan polikultur 1. Polikultur 2 yaitu tanaman kacang tanah-jagung merupakan tanaman yang memiliki tinggi tanaman yang paling tinggi dibandingkan yang lainnya. Sedangkan jumlah daun yang paling banyak juga terdapat pada tanaman polikultur 2 1+1. Kemudian disusul dengan tanaman monokultur dan polikultur 1 yaitu kacang tanah dan kacang panjang.
VI. KESIMPULAN
1. Pengaruh kompetisi dapat menurunkan dan meningkat pertumbuhan tanaman, tergantung dari ketersediaan nutrisi dan kebutuhan hidupnya. Jumlah kompetitor menentukan tingkat kesuburan tanaman, semakin sedikit jumlah kompetitor maka pertumbuhan semakin baik. Faktor biotik dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman serta hasil produksi tanaman.
2. Kompetisi inter dan intra spesifik dapat menyebabkan adanya kemampuan bersaing antar tanaman yang membutuhkan nutrisi dan zat-zat hara yang cukup dan sesuai dengan jenis tanaman tersebut. Pada sistem pertanaman polikultur, kompetitor beda spesies akan berpengaruh pada tingkat kompetisinya karena masing-masing spesies memiliki kecepatan dalam menyerap unsur hara yang berbeda-beda, sehingga yang paling cepat menyeraplah yang akan lebih banyak mendapat unsur hara. Kompetisi intraspesifik terjadi pada penanaman monokultur dan kompetisi interspesifik terjadi pada penanaman polikultur. Semakin banyak jumlah tanaman maka semakin tinggi tingkat kompetisinya.
DAFTAR PUSTAKA
Djuffi. 2006. Penentuan pola distribusi, asosiasi, dan interaksi spesies tumbuhan khususnya padang rumput di Taman Nasional Baluran Jawa Timur. Journal of Biological Diversity 3: 181.
Elfidasari, D. 2007. Jenis interaksi intraspesifik dan interspesifik pada tiga jenis kuntul saat mencari makan di sekitar cagar alam Pulau Dua Serang, Propinsi Banten. Jurnal Biodiversitas 8: 266-269.
Mei. 2009. "Kompetisi". . Diakses tanggal 28 februari 2013.
Odum, P.E. 1983. Basic Ecology. Saunders College Publishing, United States of America.
Rahardi, R., dan G. Dwirahayu. 2007. Model kompetisi dua spesies. Jurnal Algoritma 2: 2
Tim Penulis. 2008. Panduan Lengkap Kakao Manajemen Agribisnis dari Hulu hingga Hilir. Penebar Swadaya, Jakarta.
Weafer, J.E. dan Frederic E. Clements. 1938. Plant Ecology. 2nd Edition. Mc. Grow-hill Book Company, New York.