KOMPETISI INTRASPESIFIK DAN INTERSPESIFIK Jeanne Isbeanny LFH* , Rachma Fauziah *Mahasiswa Jurusan Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta E-mail:
[email protected] Abstrak Semua organisme di alam hidup saling berdampingan satu dengan yang lainnya dengan cara saling berinteraksi, Interaksi yang terjadi antara organisme-organisme tersebut di dalam suatu populasi dapat bersifat positif-positif, positif-netral, positif-negatif, netral-netral, dan negatif- negatif. Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengamati pengaruh kompetisi intraspesifik dan interspesifik terhadap pertumbuhan tanaman jagung (Zea mays) dan mays) dan tanaman Kedelai (Glycine max) serta mengetahui jenis kompetisi pada masing – masing perlakuan. Praktikum Kompetisi Intraspesifik dan Interspesifik dilaksanakan pada hari Jum’at, tanggal 21 September 2014 hingga 12 Desember 2014 pukul 13.30 WIB di depan halaman PLT (Pusat Laboratorium Terpadu) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dengan menggunakan metode penanaman yang berbeda beda yakni dengan adanya perlakuan J, K, dan J K. Hasil dari praktikum ini adalah pada perlakuan J dan K telah terjadi persingan intraspesifik yang dimenangkan oleh tanaman pada plot J2 pada perlakuan J2 dan K4 pada perlakuan K. Sementara persaingan (kompetisi) interspesifik terjadi pada tanaman dengan perlakuan JK yang dimenangkan oleh tanaman kedelai K4. Biomassa pada tanaman jagung J2 dan J4 mengalami penurunan drastis karena adanya kematian tanaman jagung sebelum waktu pemanenan tiba. Adapun kesimpulan dari praktikum ini yakni bahwa inetraksi yang terjadi antar sesama tanaman jagung adalah kompetisi intraspesifik sementara antara tanaman jagung dan kedelai jenis interaksinya adalah kompetisi intraspesifik. Persaingan intraspesifik dan persaingan interspesifik memberi pengaruh terhadap pertumbuhan pertumbuhan tanaman jagung maupun kedelai. kedelai. Kata Kunci: Interaksi, Intraspesifik, Interspesifik, Kompetisi, Tanaman Jagung, Tanaman Kedelai. PENDAHULUAN Semua organisme di alam hidup saling berdampingan satu dengan yang lainnya dengan cara saling berinteraksi. Interaksi yang terjadi antara organisme-organisme tersebut di dalam suatu populasi dapat bersifat positif positif, positif-netral, positif-negatif, netralnetral, dan negatif- negatif. Persaingan di alam dapat terjadi antara individu-individu dalam satu jenis (intraspesifik) ataupun dari jenis yang berbeda (interspesifik). Persaingan tersebut terjadi karena individu-individu mempunyai kebutuhan yang sama terhadap faktor-faktor yang tersedia dalam jumlah jumla h yang terbatas di dalam lingkungan seperti tempat hidup, cahaya, air dan sebagainya. sebagain ya. Pengaturan populasi tanaman pada hakekatnya adalah pengaturan jarak tanam yang nantinya akan berpengaruh pada persaingan dalam penyerapan zat hara, air, dan cahaya matahari. Jika hal tersebut tidak diatur dengan baik , hasil tanaman akan ikut terpengaruh. Jarak tanam rapat akan mengakibatkan terjadinya suatu kompetisi,
baik inter maupun intraspesies. Jagung dan kedelai merupakan jenis tumbuhan dengan habitat yang berbeda. Sehingga, jika keduanya ditanam pada satu media bukan tidak mungkin akan terjadi suatu interaksi. Interaksi tersebut tentu saja berupa kompetisi dimana keduanya tidak hanya memperebutkan tempat tumbuh, tetapi juga saling memperebutkan unsur hara, air dan cahaya matahari untuk berfotosintesis. Hal ini berarti terjadi tumpang tindih relung ekologi antara kedelai dan jagung. Tumpang tindihnya relung ekologi antara kedelai dan Jagung akan mempengaruhi pertumbuhan dan daya hidup keduanya. Oleh karena itu tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengamati pengaruh kompetisi intraspesifik dan interspesifik terhadap pertumbuhan tanaman jagung (Zea mays) mays) dan tanaman Kedelai (Glycine max) max) serta mengetahui jenis kompetisi pada masing – masing – masing masing perlakuan.
Faktor-faktor lingkungan akan mempengaruhi fungsi fisiologis tanaman. Tumbuhan menyesuaikan diri dengan lingkungannya, disini terlihat bahwa tumbuhan saling mempengaruhi dengan lingkungannya. Begitu pula biasanya vegetasi yang tumbuh disekitar ekosistem tersebut juga spesifik atau tertentu. Karena hanya tumbuhan yang sesuai dan cocok saja yang dapat hidup berdampingan. Tumbuhan pun mempunyai sifat menolak terhadap tumbuhan yang tidak disukainya, yaitu dengan mengeluarkan zat kimia yang dapat bersifat bagi jenis tertentu. Sifat tersebut dinamakan allelopati (Irwan, 2007). Ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya hubungan sesama tanaman yaitu: 1. Adanya kompetisi yang disebabkan kekurangan sumber energy atau sumber daya lainnya yang terbatas seperti sinar matahari, unsur hara, dan air. Kompetisi ini disebut juga alelospoli. 2. Tumbuhan tertentu baik masih hidup atau sudah mati menghasilkan senyawa kimia yang dapat mempengaruhi tumbuhan lain. Senyawa kimia tersebut disebut allelopati. 3. Adanya pengaruh baik fisik maupun maupun biologis lingkungan yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan jenis-jenis tumbuhan yang bertindak sebagai tuan rumah atau inang (Irwan,2007). Kompetisi adalah interaksi antar individu yang muncul akibat kesamaan kebutuhan akan sumberdaya yang bersifat terbatas, sehingga membatasi kemampuan bertahan (survival), pertumbuhan dan reproduksi individu penyaing (Begon et al .1990),
sedangkan menurut Molles (2002) kompetisi didefinisikan sebagai interaksi antar individu yang berakibat pada pengurangan kemampuan hidup mereka.Kompetisi dapat didefenisikan sebagai salah satu bentuk interaksi antar tumbuhan yang saling memperebutkan sumber daya alam yang tersedia terbatas pada lahan dan waktu sama yang menimbulkan dampak negatif terhadap pertumbuhan dan hasil salah satu jenis tumbuhan atau lebih. Sumber daya alam tersebut, contohnya air, hara, cahaya, CO2, dan ruang tumbuh (Kastono,2005). Kompetisi yang terjadi antara individu sejenis disebut sebagai kompetisi intraspesifik sedangkan interaksi antara individu yang tidak sejenis disebut interaksi interspesifik. Menurut Kastono (2005), Kompetisi dibedakan menjadi empat macam, yaitu: kompetisi intraspesifik yakni persaingan antara organisme yang sama dalam lahan yang sama, kompetisi interspesifik yakni persaingan antara organisme yang beda spesies dalam lahan yang sama, Intraplant competition yakni persaingan antara organ tanaman, misalnya antar organ vegetatif atau organ vegetatif lawan organ generatif dalam satu tubuh tanaman dan Interplant competition yakni persaingan antar dua tanaman berbeda atau bersamaan spesiesnya (dapat pula terjadi pada intra maupun interplant competition). METODE Waktu dan Tempat Praktikum Kompetisi Intraspesifik dan Interspesifik dilaksanakan pada hari Jum’at, tanggal 21 September 2014 hingga 12 Desember 2014 pukul 13.30 WIB di depan halaman PLT (Pusat Laboratorium Terpadu) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Gambar 1. Lokasi PLT UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Sebelum menanam, tanah dengan pupuk kandang dicampurkan lalu dimasukkan ke dalam polybag dalam polybag . Biji jagung dan biji kedelai kemudian ditanam dalam polybag yang telah disediakan, baik secara terpisah maupun bersamaan dengan pola kerapatan tertentu. Penanaman biji pada perlakuan J, ditanam biji jagung sesuai dengan pola kerapatan pada tabel 1 demikian pula untuk perlakuan K, sitanam biji kedelai sesuai dengan pola kerapatan pada tabel 2, lalu pada perlakuan JK, ditanam biji jagung dan kacang dengan pola bergantian seperti pada tabel 3. Setiap polybag diberi label untuk menunjukan perlakuan kerapatan yang diberikan. Jarak masing-masing biji diatur sedemikian rupa sehingga tidak terlalu berdekatan. Semua tanaman disiram air sebanyak 50 ml setiap hari dan diukur tingginya setiap tiga hari sekali.
Alat dan Bahan Alat yang digunakan pada praktikum ini antara lain timbangan, penggaris, silet, sekop tanah, dan Polybag 17x25 cm. Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah biji jagung, biji kedelai, pupuk kandang dan tanah gembur. Prosedur Kerja Tahap persiapan Cara kerja pada praktikum ini pertama dipilih tanah subur dan dicampurkan dengan pupuk kandang. Tanah dimasukan kedalam polybag . Biji jagung dan kedelai ditanam dalam polybag yang telah disediakan baik secara terpisah maupun bersamaan dengan pola kerapatan tertentu lalu dilakukan pengukuran faktor fisik seperti suhu udara, kecepatan angin dan kelembaban tanah. Tahap penanaman
Tabel 1. Pola Penanaman Jagung (Perlakuan J) Kode perlakuan
Jumlah Lubang
Pola penanaman
J-1
1
J
J-2
2
J-4
4
J
J
J
J
J
J J
J-8
8
J
J
J
J
J
J
J Tabel 2. Pola Penenaman Kedelai (Perlakuan K) Kode perlakuan
Jumlah Lubang
Pola penanaman
K-1
1
K
K-2
2
K-4
4
K
K
K
K
K
K K
K-8
8
K
K
K
K
K
K
K
Tabel 3. Pola Penanaman Jagung dan Kedelai (JK) Kode perlakuan
Jumlah Lubang J
Jumlah Lubang K
JK-1
1
1
JK-2
2
2
Pola penanaman J
K
J
K
K
J J
JK-4
4
4
J
K
K
J
J K
K Analisis Hasil Percobaan Semua tanaman dipelihara dengan baik kemudian diukur rata – rata rata pertambahan tinggi tanaman untuk setiap tiga hari sekali dan digunkan tabel untuk mencatat pertumbuhan tinggi tanaman. Setelah 3-4 minggu tanaman dapat dipanen. Pemanenan hanya dilakukan pada bagian tumbuhsn di atas permukaan tanah (taruk). Digunakan silet untuk memotong taruk. Berat basah (biomassa) total dari spesies yang dipanen dihitung (apabila perlakuan JK yang diamati, maka tumbuhan jagung dan kedelai ditimbang secara terpisah) dan dicatat juga jumlah individu yang ada, sehingga dapat dihitung berat rata – rata untuk setiap spesies. Untuk mencatat data biomassa perlakuan yang diamati digunakan tabel 5. Setelah itu dibuat grafik untuk menjelaskan pertumbuhan dan perbedaan masing – masing – masing masing perlakuan. HASIL DAN PEMBAHASAN Tanaman jagung dan kedelai dalam praktikum ini ditanam pada polybag dengan
Tabel 1. Pengukuran Faktor Fisik No Faktor 1 pH Tanah 2 Suhu Suhu Tanah Tanah 3 Kelembaban udara 4 Suhu Udara 5 Kelembaban Tanah 6 Kecepatan Angin Semua faktor yang tertera pada tabel di atas merupakan faktor – faktor yang berpengaruh terhadap te rhadap pertumbuhan biji – biji jagung dan kedelai yang ditanam yang juga berpengaruh terhadap adanya kompetisi
jumlah biji, jarak antar biji dan kepadatan yang berbeda – beda di setiap polybagnya. penanaman biji dengan jumlah dan jarak yang berbeda di setiap polybagnya bertujuan untuk menentukan kemampuan suatu tumbuhan untuk tumbuh dan melihat perbedaan pertumbuhan di masing-masing polybag. Semua polybag tersebut diberikan perlakuan yang sama yang bertujuan untuk melihat perbandingan rata – rata pertumbuhan dan biomassa pada setiap perlakuan. Pengamatan dilakukan setiap tiga hari sekali sementara peyiraman dilakukan setiap hari dengan volume air sebesar 50 ml setiap polybag selama 30 hari. Berdasarkan hasil praktikum, adanya kompetisi yang terjadi antar tanaman dipengaruhi oleh faktor – faktor abiotik lingkungan yang mungkin diperebutkan oleh tumbuhan. Faktor – faktor faktor abiotik lingkungan itu sendiri diantaranya cahaya, air, tanah, oksigen, nutrisi dan karbondioksida. Berikut hasil pengukuran faktor fisik.
Hasil 6,8 33 C 68,1 RH 31,9 C 1,5 3,0 m/s intraspesifik dan interspesifik antar tumbuhan tresebut. Selain faktor – faktor lingkungan, terdapat pula faktor – faktor faktor eksternal yang mempengaruhi pertumbuhan suatu tanaman faktor – faktor eksternal tersebut yakni agen
dispersal biji, kondisi tanah, kelembaban tanah dan udara, angin dan adanya spesies tertentu di suatu habitat. Kompetisi adalah interaksi antar individu yang muncul akibat kesamaan
) m c ( 12,00 n a10,00 m a n 8,00 a t i 6,00 g g n i 4,00 t a 2,00 t a R 0,00 a t a R
kebutuhan akan sumberdaya yang bersifat terbatas, sehingga membatasi kemampuan bertahan (survival), pertumbuhan dan reproduksi individu penyaing (Begon et al .1990).
Grafik Pertumbuhan Tanaman Jagung Perlakuan Perlakuan J
J1 J2 J4 J8 Hari ke-3
Hari ke-6
Hari ke-9
Hari ke-12
Hari ke-15
Hari ke-18
Pengamatan Ke-
Gambar 1. Grafik Pertumbuhan Tanaman Jagung Perlakuan J Berdasarkan grafik di atas, terlihat bahwa terdapat perbedaan pertumbuhan tinggi tanaman jagung pada tiap perlakuan. Rata – rata pertumbuhan tinggi tanaman terbesar ada pada tanaman J2 disusul dengan tanaman J1, J8 dan J4 namun pada J4 dan J8 mengalami penrata - rata urunan pda hari ke 15 dan ke 16. Dilihat dari pertumbuhan tanaman jagung diatas, terlihat bahwa seiring bertambahnya usia tanaman maka tanaman mengalami pertambahan pertumbuhan, namun semakin banyak tanaman dalam satu polybag tinggi tanaman semakin rendah dan mengalami penurunan seperti yang terjadi pada tanamanJ4 dan J8 yang mengalami kematian karena terjadi persaingan memperebutkan sumberdaya yang terbatas di dalam polybag
seperti yang terlihat pada tanaman jagung J4 dan J8, tipe persaingan yang terjadi pada perlakuan J ini merupakan tipe persaingan (kompetisi) intraspesifik, karena terjadi pada spesies yang sama. Selain banyaknya tanaman yang dikulturkan pada media, jarak tanam antar tanaman tersebut juga berpengaruh terhadap kelangsungan hidup tanaman tersebut karena pada sistem pertanian monokultur, jarak tanam yang terlalu dekat akan mengakibatkan kompetisi akan air dan hara. Bila jarak tanamnya diperlebar, maka besarnya tingkat kompetisi akan berkurang (Hariah et. al ., ., 2006). Adapun grafik pertumbuhan tanaman jagung pada perlakuan JK sebagai berikut:
Gambar 2. Grafik Pertumbuhan Tanaman Jagung Perlakuan JK
Berdasarkan hasil pengamatan pertumbuhan tanaman jagung dengan perlakuan JK, diperoleh hasil bahwa rata – rata pertumbuhan tinggi tanaman jagung tertinggi dengan perlakuan JK terdapat pada tanaman J4 diikuti oleh tanaman J1 dan J2., yang artinya pemenang dalam kompetisi (persaingan) ini adalah tanaman J4. Adapun
Jenis persaingan (kompetisi) yang terjadi pada perlakuan JK adalah persaingan interpesifik, yakni persaingan yang terjadi pada spesies yang berbeda. Kebutuhan tanaman mengenai unsur hara dan air berbeda oleh karena itu tingkat kompetisi tanaman dapat berbeda pada tanaman yang dikombinasi (Gunawan,1996).
Gambar 3. Grafik Pertumbuhan Tanaman Kedelai perlakuan K Berdasarkan grafik diatas, terlihat bahwa rata – rata – rata rata pertumbuhan tinggi tanaman yang tertinggi terdapat pada tanaman K4 diikuti oleh tanaman K8, sementara pada tanaman K1 dan K2 semua tanaman tidak tumbuh (biji masih dormansi). Tidak terjadinya pertumbuhan pada tanaman K1 (satu biji kedelai dalam satu polybag satu polybag ) dan K2 (dua biji kedelai dalam satu polybag ) mungkin disebabkan kurang baiknya bibit atau biji kedelai yang ditanam sehingga biji tersebut tidak mengalami pertumbuhan dan tetap dalam keadaan dormansi. Sebaliknya pada pola kompetisi dengan empat tanaman dalam satu polybag (J4) mengalami prtumbuhan paling pali ng pesat disusul dengan pola
penanaman kedelai delapan tanaman dalam satu polybag . Hal ini mungkin terjadi karena suplai unsur hara (nutrisi) di tempat tersebut mencukupi untuk pertumbuhan tanaman di tempat tersebut serta pemilihan bibit yang bagus sehingga tanaman bisa tumbuh dengan baik, selain itu tingkat persaingan di tempat tersebut tidak terlalu besar. Pemilihan bibit atau biji sangat penting dalam proses penanaman sebagaimana menurut Indriyanti (2006), biji yang tumbuh terlebih dahulu akan menyebabkan tumbuhan tersebut mencapai tinggi yang lebih besar, mendapatkan intensitas cahaya matahari, air dan unsur hara tanah lebih besar tumbuhnya. t umbuhnya.
Gambar 4. Grafik Pertumbuhan Tanaman Kedelai Perlakuan JK
Adapun pada perlakuan JK, pertumbuhan tanaman kedelai hampir sama seperti pada perlakuan J dan K dimana pada K1 dan K2 yang masing – masing dipolikulturkan dengan satu tanaman jagung dan dua tanaman jagung keduanya tidak mengalami pertumbuhan dan biji masih dalam dormansi. Hal tersebut mungkin dikarenakan bibit atau biji kedelai yang digunakan kurang baik serta kalah bersaing dengan tanaman jagung yang merupakan tanaman rakus akan unsur hara. Selain itu juga dikarenakan tanaman jagung mampu lebih dulu berkecambah sehingga lebih dulu menyerap sumber daya dari dalam tanah dibandingkan
dengan kedelai. Hal ini dikarenakan di dalam tanah, tumbuhan akan bersaing untuk mendapatkan air dan bahan makanan, kemudian karena mereka tidak bergerak, maka ruang menjadi faktor penting, di atas tanah, tumbuhan yang lebih tinggi menguasai sinar yang mencapai tumbuhan yang lebih rendah dan memodifikasi suhu, kelembaban serta aliran udara pada permukaan tanah (Michael, 1994). Adapun yang memenangkan kompetisi intraspesifik pada perlakuan JK anatar tanaman kedelai ini adalah tanaman K4 karena rata – rata pertumbuhannya paling tinggi dibandingkan tanaman kedelai lainnya.
Gambar 5. Grafik Pertumbuhan Tanaman Jagung dan Kedelai Perlakuan JK Berdasarkan grafik di atas, terlihat bahwa rata – rata pertumbuhan yang paling tinggi terdapat pada tanaman kedelai (K4), namun secara keseluruhan rata – rata tinggi tanaman antara jagung dan kedelai lebih besar pada tanaman jagung. Hal ini sesuai dengan teori yang ada bahwa tanaman kedelai membantu pertumbuhan tanaman jagung melalui pengikatan unsur nitrogen oleh akar tanaman kedelai yang merupakan famili leguminoceae leguminoceae karena tanaman jagung merupakan tanaman yang aktif mengambil nitrogen di dalam tanah dan juga termasuk tanaman yang rakus akan unsur hara. Adapun persaingan yang terjadi te rjadi pada perlakuan JK ini adalah persaingan (kompetisi) interspesifik karena terjadi pada tanaman yang berbeda spesies. Tanaman kedelai perlakuan JK pada K1 dan K2 tidak tumbuh dipengaruhi oleh faktor lingkungan yang tidak bisa dilepaskan pada proses perkecambahannya.
Adapun tanaman dengan perlakuan JK terdapat tanaman yang tidak tumbuh yakni tanaman kedelai hal ini sesuai dengan hukum Gause yang menyatakan bahwa tidak ada spesies dapat secara tak terbatas menghuni tempat yang sama secara serentak. Salah satu dari spesies-spesies itu akan hilang atau setiap spesies menjadi makin bertambah efisien dalam memanfaatkan atau mengolah bagian dari lahan tersebut, dengan demikian keduanya akan mencapai keseimbangan (Michael, 1994). Matinya tanaman kedelai ini membuktikan bahwa tanaman kedelai pada hari ke 19 sudah tidak dapat bertahan hidup, hal ini dapat terjadi karena pada hari ke 18 tanaman jagung telah tumbuh dengan baik dan saat tanaman jagung ini tumbuh dan mulai mengambil sumber daya dari dalam tanah maka barulah kacang hijau mengalami kekalahan dalam kompetisi.
Gambar 6. Grafik Biomassa Tanaman Jagung Perlakuan J Grafik diatas menunjukkan biomassa rata – rata dari tanaman jagung dengan perlakuan J, dimana didapatkan hasil bahwa rata – rata – rata rata jumlah biomassa tertinggi terdapat pada tanaman J8, kemudian diikuti oleh tanaman J1, J4. Rendahnya biomassa pada
tanaman J4 dan J2 disebabkan karena adanya tanaman yang mati sebelum proses pemanenan sehingga mengakibatkan menurunnya jumlah biomassa tanaman sampai hampir setengah dari biomassa tersebut.
Gambar 7. Grafik Biomassa Tanaman Kedelai Perlakuan K Berdasarkan grafik di atas, didapatkan hasi bahwa biomassa terbesar terdapat pada tanaman jagung K8 kemudian disusul oleh tanaman K4, sedangkan biomassa terendah terdapat pada tanaman K1 dan K2 karena tidak mengalamai pertumbuhan sejak awal. Tanaman kedelai pada plot K8 memiliki jumlah biomassa terbesar dibandingkan dengan yang lain karena pada plot K8 lebih banyak tanaman (biji) yang ditanam sehingga
kebutuhan nutrisi pada plot ini lebih besar dan mengakibatkan besarnya biomassa pada tanaman tersebut. Adanya perbedaan biomassa pada masing – masing tanaman tersebut dikarenakan adanya persaingan intraspesifik diantara tanaman kedelai yang memperebutkan sumberdaya yang sama seperti air, nutrisi dan faktor – faktor lingkungan yang lainnya seperti cahaya.
Gambar 8. Grafik Biomassa Tanaman Jagung dan Kedelai Perlakuan JK Berdasarkan grafik di atas, terlihat bahwa biomassa tertinggi terdapat pada tanaman kedelai K4. Kedelai termasuk tanaman yang memerlukan 100% jumlah sinar matahari. Sementara itu, rata – rata biomassa tanaman jagung baik J1, J2 dan J4 cenderung tidak jauh berbeda mungkin dikarenakan adanya persaingan intraspesifik yang tidak terlalu kuat diantara tanaman jagung itu sendiri, berbeda halnya pada persingan interspesifik yang terjadi diantara tanaman jagung dan kedelai yang menyebabkan adanya benih kedelai yang tidak tumbuh. hal itu mengindikasikan bahwa persaingan interspesifik pada perlakuan JK pada K1 dan K2 tersebut sangat ketat. Namun dalam hal ini, tanaman kedelai pada K4 lah yang memenangkan persiangan interspesifik ini karena memiliki biomassa yang paling besar diantara tanaman yang lain. Kesimpulan dari praktikum ini adalah tanaman jagung bersaing intraspesifik dengan sesama tanaman jagung dan bersaing interspesifik dengan tanaman kedelai dimana pada perlakuan J dan K telah terjadi persingan intraspesifik yang dimenangkan oleh tanaman pada plot J2 pada perlakuan J2 dan K4 pada perlakuan K. Sementara persaingan (kompetisi) interspesifik terjadi pada tanaman dengan perlakuan JK yang dimenangkan oleh tanaman kedelai K4. Kemenangan kompetisi interspesifik dan intraspesifik pada tanaman – tanaman – tanaman tersebut mengindikasikan bahwa tanaman tersebut mampu bertahan dalam kompetisi dan memperoleh unsur – unsur – unsur unsur hara yang lebih dibandingkan tanaman lainnya selain itu persaingan intraspesifik dan persaingan interspesifik memberi pengaruh
terhadap pertumbuhan maupun kedelai.
tanaman
jagung
DAFTAR PUSTAKA Begon M, harper J.L et Townsend C.R. 1990. Ecology : Individuals, Populations and Communities. Communities. Blackwell: Cambridge Hariah, K., M. Van Noordwijk dan D. Suprayoga. 2006. Interaksi Antara Pohon Tanah Tanaman Semusim.
. Diakses pada tanggal 23 Desember 2014. Gunawan. 1996. Pengaruh Jumlah Daun, Buah dan Pemberian GA terhadap Hasil dan kadar Sukrosa Buah Tanaman Melon (Cucumis sativus L). Agrotropika 1: 27-30 Indriyanti. 2006. Ekologi Hutan. Hutan. Bumi Aksara: Jakarta Irwan, Z.D.. 2007. Prinsip-Prinsip Ekologi. Ekologi. Jakarta: Bumi Aksara. Kastono. 2005. Ilmu Gulma, Jurusan Pengantar Budidaya Pertanian. Pertanian . UGM. Yogyakarta. Michael. 1994. Metode Ekologi untuk Penyelidikan Lapangan dan Laboratorium. UI Laboratorium. UI Press Manuel C, Jr. Molles. 2002. Ecology: Concepts and Aplications. Aplications . McGraw-Hill Medical Publishing. Naughhton.1973. Naughhton.1973. Ekologi Umum edisi Ke 2. UGM Press Yogyakarta Purwanti, Setyastuti. 2004. Kajian suhu ruang simpan terhadap kualitas benih kedelai hitam dan kedelai kuning. kuning. Ilmu Pertanian 11: 22-31.
LAMPIRAN
Tabel 1. Rata – Rata – Rata Rata Pertumbuhan Tinggi Tanaman Jagung Perlakuan J Kode Perlakuan J1 J2 J4 J8
Rata-Rata Tinggi (cm) Hari ari ke-3 ke-3 3,00 1,7 3,3875 7,7
Hari ari ke-6 ke-6 3,70 4,75 6,6375 8,0875
Hari ari ke-9 ke-9 6,00 3,675 7,1125 7,875
Hari ari ke-12 ke-12 6,20 4,55 7,35 8,18125
Hari ari ke-15 ke-15 8,50 5 7,4375 8,01875
Hari ari ke-18 ke-18 8,50 10,95 3,35 5,3375
Tabel 2. Rata – Rata – Rata Rata Pertumbuhan Tinggi Tanaman Kedelai Perlakuan J Kode Perlakuan K1 K2 K4 K8
Hari ke-3 0,00 0,00 0,7 1,21875
Rata-Rata Rata- Rata Tingg Tinggii (cm) Hari ke-9 Hari ke-12 -12 Hari ke-15 -15 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 7,775 6,925 9,6 5,93125 6,15625 6,53125
Hari ke-6 0,00 0,00 4,175 3,45
Hari ke-18 -18 0,00 0,00 11 11,3125 6,68125
Tabel 3. Rata – Rata – Rata Rata Pertumbuhan Tinggi Tanaman Jagung dan Kedelai Perlakuan JK Rata-Rata Rata- Rata Tingg Tinggii (cm) Kode Perlakuan
JK1
JK2
JK4
Tanaman
Hari ari ke-3 ke-3
Hari ari ke-6 ke-6
Hari ari ke-9 ke-9
Hari ari ke-12 ke-12
Hari ari ke-15 ke-15
Hari ari ke-18 ke-18
J1 K1 J2
5,7 0,00
7,35 0,00
8,4 0,00
8,8 0,00
9,65 0,00
10,35 0,00
5,425
6,425
7,1
7,75
8,325
8,95
K2
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
J4 K4
5,4625
7,475
8,8
9,375
9,8875
10,1375
0, 95
8,6
10, 175
12
13, 825
14,875
Tabel 4. Rata – Rata – Rata Rata Biomassa Tanaman Jagung Perlakuan J Kod Kode Perlakuan
Kerapatan Jagung
Kod Kode
Berat
Berat rata-ra -rata (gram)
J- 1
0,80
0,80
J- 2 J- 4 J- 8
0,35 0,45 0,90
0,35 0,45 0,90
Tabel 5. Rata – Rata – Rata Rata Biomassa Tanaman Kedelai Perlakuan K Berat Kode Kode Per Perlakua kuan
Kode Kode
Kerapatan Kedelai
K- 1 K- 2 K- 4 K- 8
Berat
rata-rata rata-rata (gram) (gram) 0,00 0,00 0,00 0,00 1,00 1,00 1,40 1,40
Tabel 6. Rata – Rata – Rata Rata Biomasa Jagung dan Kedelai Perlakuan JK
Kode Kode Per Perlaku akuan
Kerapatan Jagung dan Kacang
Kode Kode
Berat rata-
Berat rata-
rata (gram) rata (gram)
J- 1
1,00
1,00
J- 2
0,95
0,95
J- 4 K- 1 K- 2
0,65 0,00 0,00
0,65 0,00 0,00
K- 4
1,30
1,30