1
SELFELA RESTU ADINA
PENDAHULUAN
Latar belakang
Di alam organisme tidak hidup sendiri tetapi berdampingan dan saling berinteraksi dengan organisme yang lainnya. Begitupun yang terjadi terhadap tumbuhan, interaksi ini bisa terjadi antara tumbuhan yang sejenis ataupun tidak sejenis. Interaksi yang terjadi antara organisme-organisme tersebut dapat bersifat positif-positif, positif-netral, positif-negatif, netral-netral, dan negatif- negatif. Namun dalam praktikum ini yang diteliti adalah kompetisi yang terjadi antara tanaman jagung dan kacang hijau. Kompetisi tersebut dapat berbentuk perebutan sumber daya yang terbatas (resource competition) atau saling menyakiti antar indifidu yang sejenis dengan kekuatan fisik (interference competition). Kompetisi yang terjadi antara individu sejenis disebut sebagai kompetisi intraspesifik sedangakan interaksi antara individu yang tidak sejenis disebut interaksi interspesifik (Naughton, 1973).
Interaksi spesies anggota populasi merupakan suatu kejadian yang wajar di dalam suatu komunitas, dan kejadian tersebut mudah dipelajari (Irwan,1992). Interaksi yang terjadi antarspesies anggota populasi akan memengaruhi terhadap kondisi populasi karena tindakan individu dapat memengaruhi kecepatan pertumbuhan ataupun kehidupan populasi. Menurut Odum (1971), setiap anggota populasi dapat memakan anggota-anggota populasi lainnya, bersaing terhadap makanan, mengeluarkan kotoran yang merugikan lainnya, dapat saling membunuh, dan interaksi tersebut dapat searah ataupun dua arah atau timbal balik. Oleh karena itu, dari segi pertumbuhan atau kehidupan populasi, interaksi antarspesies anggota populasi dapat berupa interaksi yang positif, negatif dan nol.
Kompetisi berasal dari kata competere yang berarti mencari atau mengejar sesuatu yang secara bersamaan dibutuhkan oleh lebih dari satu pencari. Persaingan (kompetisi) pada tanaman menerangkan kejadian yang menjurus pada hambatan pertumbuhan tanaman yang timbul dari asosiasi lebih dari satu tanaman dan tumbuhan lain. Persaingan terjadi bila kedua individu mempunyai kebutuhan sarana pertumbuhan yang sama sedangkan lingkungan tidak menyediakan kebutuhan tersebut dalam jumlah yang cukup. Persaingan ini akan berakibat negatif atau menghambat pertumbuhan individu-individu yang terlibat (Wirakusumah, 2003).
Ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya hubungan sesama tanaman yaitu adanya kompetisi yang disebabkan kekurangan sumber energy atau sumber daya lainnya yang terbatas seperti sinar matahari, unsur hara, dan air. Kompetisi ini disebut juga alelospoli. Tumbuhan tertentu baik masih hidup atau sudah mati menghasilkan senyawa kimia yang dapat mempengaruhi tumbuhan lain. Senyawa kimia tersebut disebut allelopati. Adanya pengaruh baik fisik maupun maupun biologis lingkungan yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan jenis-jenis tumbuhan yang bertindak sebagai tuan rumah atau inang (Irwan, 1992).
Kompetisi adalah interaksi antar individu yang muncul akibat kesamaan kebutuhan akan sumberdaya yang bersifat terbatas, sehingga membatasi kemampuan bertahan (survival), pertumbuhan dan reproduksi individu kompettisi didefinisikan sebagai interaksi antar individu yang berakibat pada pengurangan kemampuan hidup mereka. Kompetisi dapat terjadi antar individu (intraspesifik) dan antar individu pada satu spesies yang sama atau interspesifik. Kompetisi dapat didefenisikan sebagai salah satu bentuk interaksi antar tumbuhan yang saling memperebutkan sumber daya alam yang tersedia terbatas pada lahan dan waktu sama yang menimbulkan dampak negatif terhadap pertumbuhan dan hasil salah satu jenis tumbuhan atau lebih. Sumber daya alam tersebut, contohnya air, hara, cahaya, CO2, dan ruang tumbuh (Elfidasari, 2007).
Persaingan dapat terjadi diantara sesama jenis atau antar spesies yang sama (intraspesific competition), dan dapat pula terjadi diantara jenis-jenis yang berbeda (interspesific competition). Persaingan sesama jenis pada umumnya terjadi lebih awal dan menimbulkan pengaruh yang lebih buruk dibandingkan persaingan yang terjadi antar jenis yang berbeda. Sarana pertumbuhan yang sering menjadi pembatas dan menyebabkan terjadinya persaingan diantaranya air, nutrisi, cahaya, karbon dioksida, dan ruang. Persaingan terhadap air dan nutrisi umumnya lebih berat karena terjadi pada waktu yang lebih awal. Faktor utama yang mempengaruh persaingan antar jenis tanaman yang sama diantaranya kerapatan. Pengaruh persaingan dapat terlihat pada laju pertumbuhan (misalnya tinggi tanaman dan diameter batang), warna daun atau kandungan klorofil, serta komponen dan daya hasil (Clapham, 1973).
Praktikum ini penting dilaksanakan agar kita dapat mengetahui faktor penentu apa saja yang berpengaruh terhadap tanaman Cyperus rotundus dan Allium cepa yang di amati serta interaksi yang terjadi diantara keduanya.
Tujuan
Tujuan pratikum ini adalah agar mahasiswa mampu mengevaluasi sejauh mana terjadi kompetisi antar tanaman Cyperus rotundus dan kacang Allium cepa serta interaksi yang terjadi diantara keduanya.
TINJAUAN PUSTAKA
Kompetisi adalah interakksi antar individu yang muncul akibat kesamaan kebutuhan akan sumber daya yang bersifat terbatas, sehingga membatasi kemampuan bertahan (survival), pertumbuhan dan reproduksi individu kompetisi didefinisikan sebagai interaksi antar individu yang berakibat pada pengurangan kemampuan hidup mereka. Kompetisi dapat terjadi antar individu (intraspesifik) dan antar individu pada satu spesies yang sama atau interspesifik. Kompetisi dapat didefenisikan sebagai salah satu bentuk interaksi antar tumbuhan yang saling memperebutkan sumber daya alam yang tersedia terbatas pada lahan dan waktu sama yang menimbulkan dampak negatif terhadap pertumbuhan dan hasil salah satu jenis tumbuhan atau lebih. Sumber daya alam tersebut, contohnya air, hara, cahaya, CO2, dan ruang tumbuh (Odum, 1983).
Definisi kompetisi sebagai interaksi antara dua atau banyak individu apabila (1) suplai sumber yang diperlukan terbatas, dalam hubungannya dengan permintaan organisme atau (2) kualitas sumber bervariasi dan permintaan terhadap sumber yang berkualitas tinggi lebih banyak.organisme mungkin bersaing jika masing-masing berusaha untuk mencapai sumber yang paling baik di sepanjang gradien kualitas atau apabila dua individu mencoba menempati tempat yang sama secara simultan. Sumber yang dipersaingkan oleh individu adalah untuk hidup dan bereproduksi, contohnya makanan, oksigen, dan cahaya (Noughton,1973).
Secara teoritis apabila dalam suatu populasi yang terdiri dari dua spesies , maka akan terjadi interaksi diantara keduanya. Bentuk interaksi tersebut dapat bermacam-macam, salah satunya adalah kompetisi. Kompetisi dalam arti yang luas ditujukan pada interaksi antara dua organisme yang memperebutkan sesuatu yang sama. Kompetisi antar spesies merupakan suatu interaksi antar dua atau lebih populasi spesies yang mempengaruhi pertumbuhannya dan hidupnya secara merugikan. Bentuk dari kompetisi dapat bermacam-macam. Kecenderungan dalam kompetisi menimbulkan adanya pemisahan secara ekologi, spesies yang berdekatan atau yang serupa dan hal tersebut di kenal sebagai azaz pengecualian kompetitif (competitive exclusion principles). Kompetisi dalam suatu komunitas dibagi menjadi dua, yaitu kompetisi sumber daya (resources competition atau scramble atau (exploitative competition), yaitu kompetisi dalam memanfaatkan secara bersama-sama sumber daya yang terbatas Inferensi (inference competition atau contest competition), yaitu usaha pencarian sumber daya yang menyebabkan kerugian pada individu lain, meskipun sumber daya tersebut tersedia secara tidak terbatas. Biasanya proses ini diiringai dengan pengeluaran senyawa kimia (allelochemical) yang berpengaruh negatif pada individu lain (Gardner, 1990)
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap persaingan intraspesifik dan interspesifik pada tumbuhan, yaitu yang pertama jenis tanaman. Faktor ini meliputi sifat biologi tumbuhan, sistem perakaran, bentuk pertumbuhan secara fisiologis. Misalnya adalah pada tanaman ilalang yang memiliki sistem perakaran yang menyebar luas sehingga menyebabkan persaingan dalam memperebutkan unsure hara. Kedua kepadatan tumbuhan, jarak yang sempit antar tanaman pada suatu lahan dapat menyebabkan persaingan terhadap zat-zat makanan hal ini karena zat hara yang tersedia tidak mencukupi bagi pertumbuhan tanaman (Harter, 1961).
Ketiga penyebaran tanaman, untuk menyebarkan tanaman dapat dilakukan dengan penyebaran biji atau melalui rimpang (akar tunas). Tanaman yang penyebarannya dengan biji mempunyai kemampuan bersaing yang lebih tinggi daripada tanaman yang menyebar dengan rimpang. Waktu, lamanya periode tanaman sejenis hidup bersama dapat memberikan tanggapan tertentu yang mempengaruhi kegiatan fisiologis tanaman. Periode 25-30 % pertama dari daur tanaman merupakan periode yang paling peka terhadap kerugian yang disebabkan oleh kompetisi (Harter, 1961).
Konsep yang menyatakan bahwa suatu tanaman dapat menimbulkan pengaruh buruk atau keracunan atau hambatan pada tanaman dikenal dengan allelopati. Allelopati ini ditemukan oleh Candolle sejak tahun 1832. Setelah itu menyusul ahli-ahli seperti Pickering, pada tahun 1917, Molisch pada tahun 1937, Bonner pada tahun 1950, Grummer pada tahun 1957, Evenari pada tahun 1949 dan lain-lainnya (Wirakusumah, 2003).
Allelopati merupakan interaksi antara tanaman yang ditimbulkan oleh hasil metabolism tanaman. Muller mengemukakan bahwa allelopati adalah pengaruh buruk atau merusak yang ditimbulkan oleh dapa satu tanaman pada tanaman lain melalui prodiksi senyawa-senyawa kimia penghambat yang lepas ke lingkungan hidup tanaman itu. Sedangkan Moral dab Gates menyatakan bahwa allelopati hambatan pada perkecambahan, pertumbuhan atau pada metabolisme suatu tanaman yang disebabkan pelepasan senyawa-senyawa organik oleh tumbuhan lain.(Fuller, 1964).
Persaingan merupakan pemindahan atau pengurangan satu atau beberapa faktor lingkungan seperti air, hara lingkungan, dan cahaya yang diperlikan suatu tanamanoleh tanaman lain, sedangkan allelopati merupakan pengaruh merugikanyang disebabkan oleh senyawa-senyawa kimia. Menghasilkan antibiotika yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri tertentu. Mekanisme allelopati mencakup semua tipe interaksi kimia antar tumbuhan, antar mikroorganisme atau antar tumbuhan dan mikroorganisme (Fuller, 1964).
Rumput teki (Cyperus rotundus) merupakan tanaman yang biasanya tumbuh secara liar di tempat terbuka atau sedikit terlindung dari sinar matahari seperti di tanah kosong, tegalan, lapangan rumput, pinggir jalan atau lahan pertanian dan tumbuh sebagai gulma. Cyperus rotundus termasuk dalam family Cyperaceae. Rumput teki mempunyai batang segitiga hidup sepanjang tahun karena ketinggian 10–75 cm bunganya berwarna hijau kecoklatan, terletak di ujung tangkai dengan tiga tunas helaian benang sari berwarna kuning jernih, membentuk bunga-bunga berbulir, mengelompok menjadi satu payung. Pada rimpangnya yang sudah tua terdapat banyak tunas yang menjadi umbi berwarna coklat atau hitam dalamnya berwarna putih kemerahan. Umbinya berumpun dan bentuknya bulat telur sebesar kacang tanah sampai beberapa cm. Rasanya sepat kepahit-pahitan dan baunya wangi (Risyanti, 2009)
Tanaman bawang merah (Allium cepa L.) termasuk familia Liliaceae. Tumbuhan ini banyak tumbuh semusim di tanah yang banyak mendapat sinar matahari. Tumbuhan ini dapat dikembangbiakkan melalui umbinya. Bunga bawang merah merupakan bunga majemuk berbentuk tandan yang bertangkai dengan 50-200 kuntum bunga. Pada ujung dan pangkal tangkai mengecil dan dibagian tengah menggembung, bentuknya seperti pipa yang berlubang didalamnya. Tangkai tandan bunga ini sangat panjang, lebih tinggi dari daunnya sendiri dan mencapai 30-50 cm (Soejono, 2009)
Di alam beberapa faktor lingkungan yang berpengaruh pada pertumbuhan dan perkembangan tanaman antara lain cahaya, tunjangan mekanik, suhu udara, air dan unsur hara. Jumlah bahan organik yang dapat dihasilkan oleh lahan itu tetap walaupun kompetisi tumbuhannya berbeda. Apabila ketersediaan air dan hara telah cukup dan pertumbuhan berbagai tumbuhan subur, maka faktor pembatas berikutnyaa adalah cahaya matahari yang redup di musim penghujan berbagai pertanaman berebut untuk memperoleh cahaya matahari. Tumbuhan yang berhasil bersaing mendapatkan cahaya adalah yang tumbuh lebih dahulu, oleh karena itu tumbuhan itu lebih tua, lebih tinggi dan lebih rimbun tajuknya (Wirakusumah, 2003).
Untuk mendapatkan faktor lingkungan yang optimal, sehingga memungkinkan tanaman untuk dapat tumbuh dengan baik, dapat dilakukan dengan pengaturan jarak tanaman. Pengaturan jarak tanam berkaitan erat dengan radiasi, pengaturan tanaman maupun kerapatan populasi memegang peranan penting, sehingga persaingan terhadap radiasi surya dapat dikurangi dan tanaman dapat menggunakan radiasi surya secara efisien. Di samping itu kerapatan populasi jufa mempengaruhi persaingan di antara tanaman dalam menggunakan lenggas tanah dan unsur hara (Naugton,1973).
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum ini telah dilaksanakan pada hari selasa, 5 Februari 2013. Pengamatan dilakukan selama 8 minggu, berakhir hingga 2 April 2013 di rumah kaca, Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Andalas, Padang.
3.2 Alat dan Bahan
Adapun alat yang dibutuhkan untuk pelaksanaan praktikum ini adalah cutter, guntig, penggaris, dan polybag. Sedangkan bahan yang digunakan adalah Allium cepa, Cyperus rotundus, dan tanah.
3.3 Cara Kerja
Disiapkan semua alat dan bahan yang dibutuhkan untuk kelancaran praktikum. Diambil polybag kemudian di isi dengan tanah humus yang sudah diberi pupuk hingga tiga perempat bagian polybag sebanyak 5 buah. Siapkan Allium cepa (memiliki akar) yang akan ditanam. Perlakuan yang diberikan ada 5 yaitu kontro (A)l, 2 Allium cepa dengan 2 Cyperus rotundus (B), 2 Allium cepa dengan 4 Cyperus rotundus (C), 2 Allium cepa dengan 6 Cyperus rotundus (D), dan 2 Allium cepa dengan 8 Cyperus rotundus (E). Dipastikan bahwa Cyperus rotundus yang ditanam tidak bercabang begitu juga dengan Allium cepa, yang ditanam tidak ganda. Kemudian lakukan pengamatan sekali seminggu selama 8 minggu pengamatan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan didapatkan hasil yaitu:
Tabel 1. Hasil pengukuran Allium cepa dan Cyperus rotundus minggu pertama
Perlakuan
5 Feb 2013
7 Feb 2013
9 Feb 2013
11 Feb 2013
Ket
PD
JD
PD
JD
PD
JD
PD
JD
I.Kontrol
-Pada tanggal 5 februari 2013 Allium cepa belum tumbuh dan baru mulai tumbuh beberapa Allium cepa pada tanggal 11 Februari 2013
-Allium cepa pada perlakuan II, III, IV, dan V pada tanggal 7 februari belum tumbuh, pada tanggal 9 februari hanya Allium cepa 1 pada perlakuan II yang sudah mulai tumbuh.
-Cyperus rotundus 19 mati pada tanggal 9-11 februari 2013.
Alliumcepa 1
-
-
-
-
2
4
6,4
5
Alliumcepa 2
-
-
-
-
-
-
-
-
II Allium cepa1
-
-
-
-
1,62
5
5,16
8
Alliumcepa 2
-
-
-
-
-
-
-
-
C. rotundus 1
5
3
5
2
-
-
8,2
3
C. rotundus 2
4.5
3
-
-
-
-
5,43
6
III Allium cepa 1
-
-
-
-
-
-
0,45
1
Alliumcepa 2
-
-
-
-
-
-
-
-
C. rotundus3
4
3
5,3
2
6,46
3
6
2
C. rotundus 4
5
2
3,68
5
4,93
6
-
-
C. rotundus 5
4
3
5,83
3
5,85
3
6,3
2
C. rotundus 6
5,5
4
5,42
4
-
-
5
1
IVAllium cepa 1
-
-
-
-
-
-
-
-
Alliumcepa 2
-
-
-
-
-
-
0,3
1
C. rotundus 7
6
3
5,2
2
6,25
3
7,1
3
C. rotundus 8
4
3
-
-
-
-
-
-
C. rotundus 9
4
4
5,76
3
7,36
3
8,63
3
C. rotundus 10
4
3
3,1
3
4,32
4
5,60
4
C. rotundus 11
4,5
2
3
3
3,8
3
4,12
3
C. rotundus 12
4,5
3
4,85
2
6,8
2
7,18
2
V Allium cepa 1
-
-
-
-
-
-
-
-
Alliumcepa 2
-
-
-
-
-
-
-
-
C. rotundus 13
3
4
3,3
3
4,03
3
4,30
3
C. rotundus 14
3
3
4
3
4
3
4,52
3
C. rotundus 15
7
3
7,5
2
7,6
2
8,16
2
C. rotundus 16
4
3
-
-
-
-
-
-
C. rotundus 17
7
3
6,3
3
15,2
3
16,10
3
C. rotundus 18
4
2
4,5
3
6,2
3
7,16
3
C. rotundus 19
3
2
3
2
-
-
-
-
C. rotundus 20
3
2
5,25
2
4,25
2
4,53
2
Tabel 2. Hasil pengukuran Allium cepa dan Cyperus rotundus minggu kedua
Perlakuan
13 Feb 2013
15 Feb 2013
17 Feb 2013
19 Feb 2013
Ket
PD
JD
PD
JD
PD
JD
PD
JD
I.Kontrol
-Allium cepa 2 pada perlaku-an II masih belum tumbuh dan ada cyperus yang mati
(-) pada Cyperus, tumbuhan nya mati
-Cyperus rotundus 1, 2, 6, 7, 11,16,17,19 dan 20 ada beberapa yang mati, namun pada pengamatan selanjutnya sudah mulai tumbuh kemabali.
Alliumcepa 1
8,06
7
13,05
7
12,33
9
14,29
11
Alliumcepa 2
-
-
-
-
3,3
5
4,35
8
II Allium cepa1
7,97
10
12,68
12
14,27
15
14,27
15
Alliumcepa 2
1,76
3
3,9
7
10,8
10
15,73
9
C. rotundus 1
-
-
1,4
1
5,5
2
6,53
3
C. rotundus 2
-
-
1,5
1
2,75
2
4,87
3
III Allium cepa 1
4
6
6,5
9
15
7
13,6
11
Alliumcepa 2
-
-
-
-
-
-
-
-
C. rotundus3
12,5
2
11,01
3
16
2
9,74
5
C. rotundus 4
5,33
6
6,5
6
9,33
6
8,05
8
C. rotundus 5
7,35
2
7,26
3
9,12
4
10,38
5
C. rotundus 6
-
-
4
1
8,67
3
10,6
3
IVAllium cepa 1
-
-
1,7
2
3,67
5
8,58
17
Alliumcepa 2
2,03
6
6,1
6
9,41
11
4,5
11
C. rotundus 7
-
-
4,57
3
6
4
6,38
5
C. rotundus 8
5,25
2
7,2
1
9,75
2
11,5
2
C. rotundus 9
8,56
2
9,37
4
11
3
10,22
4
C. rotundus 10
5,43
3
5,87
3
9,5
2
8,76
2
C. rotundus 11
-
-
-
-
-
-
-
-
C. rotundus 12
8,16
3
9
3
8
2
12,45
2
V Allium cepa 1
-
-
-
-
1,85
7
3,85
11
Alliumcepa 2
1,05
2
4,43
3
6,42
6
7
7
C. rotundus 13
3,8
2
3,34
5
6,87
4
5,3
6
C. rotundus 14
5
2
4,8
1
2
1
4,7
1
C. rotundus 15
3,7
2
7,6
2
8,17
3
13,13
3
C. rotundus 16
-
-
2,6
2
7
2
10,4
3
C. rotundus 17
-
-
6,45
2
10,83
3
11,8
3
C. rotundus 18
10,5
1
9,8
2
11,67
3
13,63
3
C. rotundus 19
-
-
3,1
2
8,75
2
7,43
3
C. rotundus 20
3,5
1
-
-
4
2
6,4
2
Tabel 3. Hasil pengukuran Allium cepa dan Cyperus rotundus minggu ketiga
Perlakuan
21 Feb 2013
23 Feb 2013
25 Feb 2013
27 Feb 2013
Ket
PD
JD
PD
JD
PD
JD
PD
JD
I.Kontrol
-Yang bertanda (-) tanaman-nya mulai layu saat di ukur.
-Cyperus rotundus 1 mati pada pengamatan tanggal 21-25 februari, namun pada pengamatan berikutnya sudah mulai tumbuh kembali.
Alliumcepa 1
14,80
11
15,4
12
18,6
13
19,00
13
Alliumcepa 2
4,95
9
8,55
14
11,3
15
11,53
15
II Allium cepa1
14,90
15
15,45
14
17,16
15
17,95
15
Alliumcepa 2
16,25
10
12,7
18
15,89
19
16,35
19
C. rotundus 1
-
-
-
-
-
-
7,95
4
C. rotundus 2
8,7
4
9,8
4
10,63
5
11,55
5
III Allium cepa 1
14,00
12
14,38
13
19,76
13
20,35
13
Alliumcepa 2
-
-
3,43
4
5,25
9
8,35
11
C. rotundus3
11,8
5
12,43
5
15,92
4
16,27
4
C. rotundus 4
10,5
8
9,8
8
11,98
7
12,15
8
C. rotundus 5
12,4
5
8,7
5
9,1
11
10,13
11
C. rotundus 6
12,9
4
12,35
4
13,85
6
14,67
7
IVAllium cepa 1
9,25
18
8,75
23
12,65
24
13,25
24
Alliumcepa 2
4,9
12
9,95
19
13,30
21
13,95
21
C. rotundus 7
7,38
5
8,7
5
10,78
5
11,28
6
C. rotundus 8
-
-
-
-
3,8
2
4,2
2
C. rotundus 9
-
-
-
-
-
-
4,5
3
C. rotundus 10
9,7
2
11,37
2
12,26
3
13,35
4
C. rotundus 11
-
-
-
-
9,06
3
10,87
3
C. rotundus 12
13,65
3
13,95
3
14,75
4
15,55
4
V Allium cepa 1
4,35
11
11,35
18
14,4
20
15,25
20
Alliumcepa 2
9,10
11
9,78
11
14,8
12
15,37
13
C. rotundus 13
8,5
6
9,55
6
10,51
6
11,73
6
C. rotundus 14
7,8
2
8,37
2
9,8
4
10,78
4
C. rotundus 15
14,00
3
15,35
3
17,1
5
18,28
5
C. rotundus 16
10,9
3
11,35
3
11,82
4
12,33
4
C. rotundus 17
-
-
-
-
7,6
3
9,15
4
C. rotundus 18
14,25
3
15,71
3
18,45
4
19,12
4
C. rotundus 19
8,32
3
-
-
9,17
4
11,12
4
C. rotundus 20
-
-
-
-
-
-
8,95
5
Tabel 4. Hasil pengukuran Allium cepa dan Cyperus rotundus minggu keempat
Perlakuan
7 Maret 2013
9 Mar 2013
11Mar 2013
13 Mar 2013
Ket
PD
JD
PD
JD
PD
JD
PD
JD
-Pada tanggal 1 Maret- 5 maret praktikan tidak me-lakukan penguku-ran
-Cyperus rotundus 1, mati pada pengamatan tanggal 11 maret, C. rotundus 4, 8, 13, mati pada pengamatan tanggal 9 maret sampai 11 maret namun pada pengamatan berikutnya mulai tumbuh kembali.
I.Kontrol
Alliumcepa 1
23,22
17
24,13
17
24,57
17
28,87
17
Alliumcepa 2
22,40
15
24,15
16
25,02
16
25,57
18
II Allium cepa1
24,81
18
25,17
20
27,97
20
25,97
20
Alliumcepa 2
22,76
18
25,17
20
25, 89
20
26,37
20
C. rotundus 1
11,41
7
12,19
7
-
-
15,65
8
C. rotundus 2
24,37
7
26,59
7
27,45
8
28,30
8
III Allium cepa 1
22,01
14
25,30
16
26,07
16
26,57
16
Alliumcepa 2
22,63
15
22,17
15
22,97
15
23,33
15
C. rotundus3
22,66
5
25,17
5
26,00
6
26,47
8
C. rotundus 4
18,55
13
-
-
-
-
-
-
C. rotundus 5
21,38
13
23,32
14
24,08
14
24,47
16
C. rotundus 6
21,36
7
23,39
8
24,12
8
24,34
10
IVAllium cepa 1
20,05
25
22,17
26
23,00
26
23,37
26
Alliumcepa 2
18,28
26
20,41
26
21,37
26
21,67
26
C. rotundus 7
19,76
5
22,01
5
22,97
5
-
-
C. rotundus 8
21,90
7
-
-
-
-
24,12
7
C. rotundus 9
19,20
5
21,90
5
23,02
6
22,32
6
C. rotundus 10
19,23
4
21,85
4
22,76
5
23,00
5
C. rotundus 11
22,06
5
11,11
4
13,01
5
-
-
C. rotundus 12
19,76
7
21,78
8
22,34
8
23,12
8
V Allium cepa 1
23,44
21
25,56
22
26,12
22
26,32
22
Alliumcepa 2
29,6
21
30,04
21
30,64
21
30,74
22
C. rotundus 13
18,34
7
-
-
-
-
-
-
C. rotundus 14
18,7
4
20,14
5
21,34
6
21,67
6
C. rotundus 15
23,91
7
25,13
7
26,16
7
26,26
9
C. rotundus 16
22,18
4
24,39
6
25,24
6
25,77
6
C. rotundus 17
14,74
5
15,28
5
15,26
6
16,23
6
C. rotundus 18
23,10
6
25,10
6
26,01
6
26,33
6
C. rotundus 19
17,66
5
12,3
6
12,9
6
13,4
6
C. rotundus 20
9,8
5
10,40
6
10,82
6
11,37
7
Tabel 5. Hasil pengukuran Allium cepa dan Cyperus rotundus minggu kelima
Perlakuan
15 Mar 2013
17Mar 2013
19Mar 2013
21 Mar 2013
Ket
PD
JD
PD
JD
PD
JD
PD
JD
I.Kontrol
-Yang bertanda (-) tanaman-nya mulai layu saat diukur
-C. rotundus 4, 7, 9, 11,12,17, mati pada pengamatan tanggal 15 sampai 20 maret 2013.
Alliumcepa 1
24,87
17
25,0
18
25,13
18
25,37
18
Alliumcepa 2
26,02
18
26,13
19
26,63
21
26,70
21
II Allium cepa1
26,17
20
26,37
20
26,66
20
26,87
20
Alliumcepa 2
27,07
21
27,76
21
28,38
21
28,52
21
C. rotundus 1
16,17
9
17,65
10
18,97
10
19,00
10
C. rotundus 2
29,00
8
29,37
8
29,39
8
29,60
8
III Allium cepa 1
26,60
16
26,67
16
21,53
16
23,02
16
Alliumcepa 2
23,77
15
23,50
16
23,60
16
23,84
16
C. rotundus3
26,67
8
26,97
10
27,03
10
27,27
10
C. rotundus 4
-
-
-
-
-
-
-
-
C. rotundus 5
24,87
16
25,01
18
25,19
18
25,30
20
C. rotundus 6
24,75
11
25,00
11
22,84
14
23,02
14
IVAllium cepa 1
23,57
26
24,00
26
18,02
23
19,17
13
Alliumcepa 2
21,87
26
22,00
26
20,76
23
20,96
23
C. rotundus 7
-
-
25,94
7
26,21
7
26,67
8
C. rotundus 8
26,08
7
27,37
7
28,50
7
28,91
7
C. rotundus 9
23,47
6
24,89
6
26,82
5
-
-
C. rotundus 10
23,47
5
23,67
5
20,00
5
21,37
6
C. rotundus 11
-
-
-
-
-
-
10,56
4
C. rotundus 12
25,02
8
-
-
-
-
9,10
4
V Allium cepa 1
26,67
22
27,00
22
27,26
17
27,50
17
Alliumcepa 2
30,94
22
31,02
22
31,27
22
31,27
22
C. rotundus 13
13,69
7
15,00
11
16,32
11
17,47
11
C. rotundus 14
21,94
6
22,03
6
23,67
3
25,17
5
C. rotundus 15
26,26
9
26,37
9
26,02
11
26,28
11
C. rotundus 16
26,11
6
27,13
6
27,67
6
27,90
6
C. rotundus 17
-
-
-
-
-
-
-
-
C. rotundus 18
22,43
6
27,00
6
27,20
6
27,40
6
C. rotundus 19
13,90
6
23,46
6
24,08
6
24,38
6
C. rotundus 20
12,13
7
26,63
7
27,41
7
24,76
6
Tabel 6. Hasil pengukuran Allium cepa dan Cyperus rotundus minggu keenam
Perlakuan
23 Mar 2013
26 Mar 2013
01 Apr 2013
Ket
PD
JD
PD
JD
PD
JD
I.Kontrol
-Yang bertanda (-) tanaman-nya mulai layu saat diukur
-Pada tanggal 1 April ini Allium cepa pada perla-kuan IV dan V sudah mati dan ada tumbuhan cyperus nya subur.
Alliumcepa 1
25,67
18
26
19
26,13
20
Alliumcepa 2
26,93
20
27
20
28,11
22
II Allium cepa1
27,80
20
28
20
28,00
20
Alliumcepa 2
20,70
21
21
21
29,40
21
C. rotundus 1
20,20
10
-
-
23,71
12
C. rotundus 2
29,70
8
29
9
32,12
17
III Allium cepa 1
23,90
16
24
16
24,00
16
Alliumcepa 2
23,97
16
24
16
25,00
16
C. rotundus3
27,47
10
-
-
28,30
12
C. rotundus 4
10,45
3
-
-
21,88
10
C. rotundus 5
25,97
20
26
20
26,70
20
C. rotundus 6
23,33
14
-
-
-
-
IVAllium cepa 1
20,17
23
-
-
-
-
Alliumcepa 2
21,37
24
-
-
-
-
C. rotundus 7
26,97
8
27
8
28,52
8
C. rotundus 8
29,00
8
30.2
10
30,87
11
-pada beberapa C.rotundus ada beberapa yang mati atau layu karena tidak disiram sehingga daun-daunnya mulai layu dan mati.
C. rotundus 9
-
-
-
-
-
-
C. rotundus 10
21,50
6
22
6
23,40
7
C. rotundus 11
11,23
4
15
5
17,99
8
C. rotundus 12
10,11
4
14
6
18,00
8
V Allium cepa 1
27,67
17
-
-
-
-
Alliumcepa 2
31,47
22
-
-
-
-
C. rotundus 13
-
-
-
-
22,11
11
C. rotundus 14
25,47
5
26
5
26,12
6
C. rotundus 15
26,70
12
27
12
27,67
13
C. rotundus 16
28,00
6
28,3
6
28,99
6
C. rotundus 17
-
-
20,4
5
-
-
C. rotundus 18
27,76
6
28,3
6
28,93
6
C. rotundus 19
24,58
6
25
6
25,50
6
C. rotundus 20
24,91
6
25
6
26,00
6
Pembahasan:
Berdasarkan hasil yang diperoleh dapat dilihat bahwa memang terjadi kompetisi intraspesies dan interspesies. Dari hasil yang diperoleh, yang terlihat sekali adalah persaingan interspesies dimana Cyperus rotundus sebagai tumbuhan gulma lebih cepat tumbuh dibandingkan Allium cepa. Allium cepa baru tumbuh pada minggu kedua pengamatan.
Pada hari berikutnya dapat dilihat dimana tumbuhan yang diberi perlakuan dengan ditumbuhi gulma lebih banyak, lebih cepat tumbuh dibandingkan dengan tanaman yang hanya sedikit ditanami gulma bahkan dibandingkan dengan kontrol. Praktikan menduga hal ini terjadi karena perbedaan kualitas Allium cepa yang ditanam dan kadar air yang disiram pada tiap perlakuan yang tidak sama. Namun minggu ke 7 dan minggu ke 8 semakin dapat dilihat persaingan antar jenis tanaman. Allium cepa mulai mengalami defisiensi dan bahkan beberapa helai daunnya mati.
Ruang merupakan faktor yang penting dalam persaingan antar spesies karena ruang sebagai tempat hidup dan sumber nutrisi bagi tumbuhan. Ruang yang besar dapat menyebabkan tingginya tingkat persaingan. Faktor utama yang memengaruhi persaingan antar jenis tanaman yang sama diantaranya adalah kerapatan. Pengaruh kerapatan tanaman terhadap diameter dan tinggi tanaman yaitu semakin besar kerapatan tanaman maka semakin kecil diameter dan tinggi tanaman dan semakin kecil kerapatan tanaman maka semakin besar diameter dan tinggi tanaman yang ada. Hal ini disebabkan karena kerapatan yang besar berarti jumlah tanaman sejenis banyak tumbuh di ruang sempit, saling berkompetisi untuk mendapatkan air, dan nutrisi yang jumlahnya terbatas (Budi, 2009). Teori ini sesuai dengan hasil pengamatan yang diperoleh pada beberapa minggu menjelang minggu ke-7 dan 8 bahwa semakin tinggi kerapatan tanaman maka semakin besar maka jumlah julmah tanaman yang sejenis dan semakin tinggi tingkat kompetisi untuk mendapatkan air, nutrisi yangjumlahnya terbatas. Kompetisi yang dapat dilihat adalah Allium cepa mulai layu.
Kemudian kompetisi interspesies juga terjadi antara Allium cepa dengan Cyperus rotundus. Pada pengamatan awal dapat dilihat bahwa yang tumbuh pertama adalah perlakuan kontrol yang tidak terdapat Cyperus rotundus. Sedangkan perlakuan yang diberi gulma (Cyperus rotundus) belum tumbuh juga. Dari hasil tersebut dapat dibuktikan telah terjadi kompetisi interspesies untuk memperebutkan nutrisi dan hara yang terdapat di dalam tanah.
Faktor- faktor lingkungan yang mungkin diperebutkan oleh tumbuhan tumbuhan dalam kompetisi atau persaingan diantaranya adalah cahaya, air, tanah, oksigen, unsur hara dan karbon dioksida. Selain faktor yang diperebutkan terdapat pula faktor eksternal yang berpengaruh terhadap kelangsungan hidup dari tanaman tersebut. Adapun faktor eksternal tersebut diantaranya adalah keberadaan hewan penyerbuk, agen dispersal biji, kondisi tanah, kelembaban tanah dan udara serta angin. Adanya gangguan dari spesies-spesies tertentu di suatu habitat juga berpengaruh terhadap kelangsungan hidup tumbuhan (Setiadi, 1989)
Pada umumnya kecepatan perkecambahan dan pertumbuhan suatu biji tumbuhan merupakan faktor penentu untuk menghadapi dan menanggulangi persaingan. Biji yang tumbuh terlebih dahulu akan menyebabkan tumbuhan tersebut mencapai tinggi yang lebih besar, mendapatkan intensitas cahaya matahari, air dan unsur hara tanah lebih besar tumbuhnya (Indriyanti, 2006). Biji suatu tanaman dapat mengakhiri masa dormansinya apabila terdapat faktor-faktor yang mengukung hal tersebut terjadi. Beberapa hal yang berpengaruh terhadap pemutusan dormansi biji adalah struktur biji itu sendiri, sedangkan faktor lingkungan yang berpengaruh adalah kadar air, kelembaban tanah, suhu tanah, intensitas cahaya dan faktor fisik lainnya (Budi, 2009)
Menurut Indriyanti (2006) mengatakan bahwa adanya persaingan gulma dapat mengurangi kemampuan tanaman untuk berproduksi. Persaingan atau kompetisi antar sesama gulma di dalam menyerap unsur-unsur hara dan air dari dalam tanah, dan penerimaan cahaya matahari untuk proses fotosintesis, menimbulkan kerugian-kerugian dalam jumlah (kuantitas). Hal ini sesuai deangan hasil akhir dari pengamatan kompetisi antara rumput teki dengan bawang, dimana bawang mengalami kekalahan dalam kompetisi karena rumput teki lebih memiliki daya tahan yang baik terhadap faktor-faktor dalam kompetisi.
Kelompok gulma teki-tekian memiliki daya tahan luar biasa terhadap pengendalian mekanik karena memiliki umbi batang di dalam tanah yang mampu bertahan berbulan- bulan. Selain itu, gulma ini menjalankan jalur fotosintesis C4 yang menjadikannya sangat efisien dalam menguasai areal pertanian secara cepat. Ciri-cirinya adalah penampang lintang batang berbentuk segi tiga membulat, dan tidak berongga, memiliki daun yang berurutan sepanjang batang dalam tiga baris, tidak memiliki lidah daun, dan titik tumbuh tersembunyi. Hal ini sangat berbeda dengan kelompok gulma bayam-bayaman yang paling rentan terhadap pH tanah dan air (Setiadi, 1989)
Semakin cepat salah satu jenis gulma tumbuh (rumput teki), semakin hebat persaingannya. Pertumbuhan dari jenis gulma lain semakin terhambat, dan hasilnya semakin menurun. Dalam hal ini, memang kecepatan tumbuh pada rumput teki 2 kali lipat dibanding pada bawang melihat dari dominasi rumput teki terhadap bawang di lokasi lahan. Semakin rapat salah satu gulmanya, maka persaingan yang terjadi antara kedua jenis gulma akan semakin hebat, pertumbuhan salah satu jenis gulma semakin terhambat, dan hasilnya semakin menurun. Hubungan antara kerapatan salah satu jenis gulma dengan pertumbuhan dari jenis gulma lain merupakan suatu korelasi negatif. Hal ini dapat dilihat dari persaingan kedua jenis gulma yaitu antara tumbuhan bayam liar dengan rumput teki yang berada di suatu lahan yang sudah tidak ditanami tanaman budidaya lagi. Gulma dari rumput teki terlihat sangat rapat sekali pertumbuhannya dan juga ketebalan tajuknya (Budi, 2009)
Sebagaimana dengan tumbuhan lainnya rumput teki dan bawang, persaingan antara keduanya juga membutuhkan banyak air untuk hidupnya. Jika ketersediaan air dalam suatu lahan menjadi terbatas, maka persaingan air menjadi parah. Air diserap dari dalam tanah kemudiaan sebagian besar diuapkan (transpirasi) dan hanya sekitar satu persen saja yang dipakai untuk proses fotosintesis. Persaingan memperebutkan air terjadi serius pada pertanian lahan kering atau tegalan dalam hal ini tempat kedua jenis gulma. Disini, tumbuhan bawang lebih membutuhkan banyak air daripada rumput teki. Walaupun dalam perebutan air tumbuhan bawang lebih dominan, tetapi untuk daya tahan terhadap lingkungan yang ekstrem ternyata rumput teki lebih mampu beradaptasi. Hal ini dikarenakan rumput teki memiliki umbi batang yang berada dalam tanah yang dapat bertahan sampai berbulan-bulan lamanya (Risyanti, 2009).
V. KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil yang diperoleh maka dapat disimpulkan yaitu terjadi kompetisi antara rumput teki (Cyperus rotundus) dengan tanaman bawang (Allium cepa). Pada pengamatan awal dapat dilihat bahwa yang tumbuh pertama adalah perlakuan kontrol yang tidak terdapat Cyperus rotundus. Sedangkan perlakuan yang diberi gulma (Cyperus rotundus) belum tumbuh juga. Persaingan interspesies terjadi dimana Cyperus rotundus sebagai tumbuhan gulma lebih cepat tumbuh dibandingkan Allium cepa. Allium cepa baru tumbuh pada minggu kedua pengamatan. Pada minggu ke 7 dan minggu ke 8 semakin dapat dilihat persaingan antar jenis tanaman. Allium cepa mulai mengalami defisiensi dan bahkan beberapa helai daunnya mati.
5.2 Saran
Dianjurkan kepada praktikan untuk melakukan penyiraman secara teratur selama pengamatan dan membuang semua gulma penganggu yang tidak termasuk ke dalam perlakuan selama praktikum.
DAFTAR PUSTAKA
Budi, G.P. dan O.D. Hajoenitijas. 2009. Kemampuan kompetisi beberapa varietas kedelai (Glicyne max) terhadap gulma alang-alang (Imperata cylindrica) dan teki (Cyperus rotundus). Jurnal Litbang Provinsi Jawa Tengah 7: 127-129.
Clapham, W. B. 1973. Natural Ecosystem. Mc.Millan Publishing, Inc. New York.
Elfidasari, D. 2007. Jenis interaksi intraspesifik dan interspesifik pada tiga jenis kuntul saat mencari makan di sekitar cagar alam Pulau Serang Dua, Provinsi Banten. Jurnal Biodiversitas 8: 266-269.
Fuller, J. H. and L. B. Caronthus. 1964. The Plant World (4rd edition). Holt, Ricard Winston, Inc. USA.
Gardner, J. N., Baldridge, W. S., Gribble, R., Manley, K., Tanaka, K., Geissman, J. W., Gonzalez, M., and Baron, G., 1990, Results from Seismic Hazards Trench #1 (SHT-1). Los Alamos Seismic Hazards Investigations; Los Alamos National Laboratory unpublished report EES1.
Harter,H. L. 1961. Expected values of normal order statistics. Bwmetrika, 48, 151-165.
Irwan, Z. O.1992. Prinsip-prinsip Ekologi dan Organisasi Ekosistem, Komunitas, Dan Lingkungan. Jakarta: Bumi Aksara.
Naughhton.1973. Ekologi Umum edisi Ke 2. UGM Press. Yogyakarta.
Odum, E. P. 1971. Dasar-dasar Ekologi (diterjemahkanTjahjono, S. dan Srigandono, B). Penerbit Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.
Odum, E.P. 1983. Basic Ecology. CBS College Publishing. United States of America.
Risyanti. 2009. Emping Rumput Teki (PKM-K). Malang: Universitas Muhammadiyah Malang.
Setiadi, Dedi, Muhadiono, dan Ayip, Yusron. 1989. Penuntun Praktikum Ekologi. PAU Ilmu Hayat IPB. Bogor.
Soejono, A.T. 2009. Ilmu Gulma. Diakses pada tanggal 7 April 2013.
Wirakusumah, S. 2003. Dasar-dasar Ekologi bagi populasi dan Komunitas. UI-Press. Jakarta.