LAPORAN KEPERAWATAN KOMUNITAS
“Kesehatan Perkotaan”
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masyarakat (sebagai terjemahan istilah society) a dalah sekelompok orang yang membentuk sebuah sistem semi tertutup (atau semi terbuka), dimana
sebagian besar interaksi adalah antara individu-
individu yang berada dalam kelompok tersebut. Lebih abstraknya, sebuah masyarakat adalah suatu jaringan hubungan-hubungan antar entitas-entitas.
Masyarakat
adalah
sebuah
komunitas
yang
interdependen (saling tergantung satu sama lain). Umumnya, istilah masyarakat digunakan untuk mengacu sekelompok orang yang hidup bersama dalam satu komunitas yang teratur. (Ahmadi, 2003) Masyarakat (society) merupakan istilah yang digunakan untuk menerangkan komunitas manusia yang tinggal bersama-sama. Boleh juga dikatakan masyarakat itu merupakan jaringan perhubungan antara
berbagai
individu.
Dari
segi
perlaksaan,
hal
tersebut
bermaksud untuk sesuatu yang dibuat -atau tidak dibuat oleh kumpulan orang itu. Masyarakat merupakan subjek utama dalam pengkajian sains sosial.
Commented Commented [A1]: Tidakusah,
Masyarakat memiliki domisili di daerah baik pedesaan dan perkotaan. Kota adalah salah satu ungkapan kehidupan manusia yang mungkin
paling
kompleks
dan
merupakan
suatu
wilayah
berkembangnya kegiatan sosial, budaya dan ekonomi perkotaan yang tidak berstatus sebagai kota administratif atau kotamadya. Aktifitas dan perkembangan kota mempunyai pengaruh terhadap lingkungan fisik.
dalamlatarbelakangpenjelasanttgtopikkalaubisadibatasisatu paragraph saja Misalnya Paragraph pertama :ttgkonsepmasyarakat Paragraph kedua :konsepkotadanpermasalahannya Paragraph ketiga :kondisimasalahkesehatanperkotaan di Indonesia kalauadadilengkapi data drriskesdas Paragraph keempat :penttingnyamenyelesakanmasalahperkotaandalamkonsepkeperaw atankomunitas, misalsalahsatu program kebijakannnyaadalahkotasehat
Menurut Achmadi (2003), kejadian penyakit merupakan hasil hubungan interaktif antara manusia dan perilakunya serta komponen lingkungan yang memiliki bibit penyakit atau agen penyakit yang berpotensi menimbulkan penyakit. Perilaku hidup tidak sehat dapat disebut sebagai faktor risiko kesehatan dan komponen lingkungan yang
tidak
baik
merupakan
faktor
risiko
terjadinya
penyakit.
Lingkungan yang memiliki potensi bahaya penyakit apabila dalam komponen lingkungan tersebut mengandung satu atau lebih agent penyakit seperti mikroorganisme, senyawa kimia maupun energi yang diradiasikan. Maka dari itu kami melihat sosial masyarakat dari sudut pandang kesehatan dalam keperawatan komunitas 1.2 Tujuan 1.2.1 Tujuan Umum Tujuan dari penulisan laporan ini adalah untuk memperluas pengetahuan tentang area keperawatan komunitas pada kesehatan perkotaan
1.2.2 Tujuan Khusus a. Untuk
mengetahui
dan
memahami
definisi
populasi
perkotaan b. Untuk mengetahui dan memahami karakteristik perkotaan c. Untuk mengetahui dan memahami isu terkini yang terjadi pada populasi perkotaan d. Untuk mengetahui dan memahami konsep kota sehat e. Untuk dapat menganalisa pelaksanaan program yang sesuai untuk perkotaan saat ini
Menurut Achmadi (2003), kejadian penyakit merupakan hasil hubungan interaktif antara manusia dan perilakunya serta komponen lingkungan yang memiliki bibit penyakit atau agen penyakit yang berpotensi menimbulkan penyakit. Perilaku hidup tidak sehat dapat disebut sebagai faktor risiko kesehatan dan komponen lingkungan yang
tidak
baik
merupakan
faktor
risiko
terjadinya
penyakit.
Lingkungan yang memiliki potensi bahaya penyakit apabila dalam komponen lingkungan tersebut mengandung satu atau lebih agent penyakit seperti mikroorganisme, senyawa kimia maupun energi yang diradiasikan. Maka dari itu kami melihat sosial masyarakat dari sudut pandang kesehatan dalam keperawatan komunitas 1.2 Tujuan 1.2.1 Tujuan Umum Tujuan dari penulisan laporan ini adalah untuk memperluas pengetahuan tentang area keperawatan komunitas pada kesehatan perkotaan
1.2.2 Tujuan Khusus a. Untuk
mengetahui
dan
memahami
definisi
populasi
perkotaan b. Untuk mengetahui dan memahami karakteristik perkotaan c. Untuk mengetahui dan memahami isu terkini yang terjadi pada populasi perkotaan d. Untuk mengetahui dan memahami konsep kota sehat e. Untuk dapat menganalisa pelaksanaan program yang sesuai untuk perkotaan saat ini
BAB II TEORI DAN KONSEP
2.1 Populasi Perkotaan Menurut para ahli pengertian populasi perkotaan adalah sebagai berikut:
Populasi merupakan seluruh data yang menjadi pusat perhatian seorang peneliti dalam ruang lingkup & waktu yang telah ditentukan. Populasi berkaitan dengan data-data. Jika setiap manusia memberikan suatu data, maka ukuran atau banyaknya populasi akan sama dengan banyaknya manusia (Margono, 2004).
Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas subyek atau objek
yang memiliki karakter & kualitas tertentu yang
ditetapkan oleh seorang peneliti untuk dipelajari yang kemudian ditarik sebuah kesimpulan (Sugiyono, 2008).
Populasi ialah keseluruhan dari objek penelitian yang yang terdiri atas atas manusia, hewan, benda-benda, tumbuh-tumbuhan, peristiwa, gejala-gejala, ataupun
nilai tes sebagai sumber data yang
mempunyai karaktersitik tertentu dalam suatu penelitian yang dilakukan ( Hadari Nawawi, 1983). Mengemukakan bahwa populasi ialah sekumpulan individu-
individu dengan kualitas dan karakter yang sudah ditetapkan oleh peneliti. Ciri atau kualitas itu yang dinamakan sebagai variabel. Ia membagi populasi menjadi dua yakni populasi finit dan infinit (Nazir, 2005) Menjelaskan
bahwa
populasi
ialah
objek,
seluruh
anggota
kelompok orang, atau kejadian yang telah dirumuskan oleh peneliti secara jelas (Furchan, 2004).
Definisi Kota
menurut undang-undang penataan ruang tahun no. 26 tahun 2007 Kawasan perkotaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat
permukiman
perkotaan,
pemusatan
dan
distribusi
pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi.
Kota menurut Ditjen Cipta Karya Karya (1997) adalah merupakan permukiman yang berpenduduk relative besar, luas areal terbatas, pada umumnya bersifat nonagraris, kepadatan penduduk relatif tinggi, tempat sekelompok orang dalam jumlah tertentu dan bertempat
tinggal
cenderung
dalam
berpola
suatu
hubungan
wilayah rasional,
geografis
tertentu,
ekonomis,
dan
individualistis.
Menurut Prof. Bintarto Bintarto (1983) Dari segi geografis kota diartikan sebagai suatu sistim jaringan kehidupan yang ditandai dengan kepadatan penduduk yang tinggi dan diwarnai dengan strata ekonomi yang heterogen dan bercorak materialistis atau dapat pula diartikan sebagai bentang budaya yang ditimbulkan oleh unsurunsur alami dan non alami dengan gejala-gejala pemusatan penduduk yang cukup besar dengan corak kehidupan yang bersifat heterogen
dan
materialistis
dibandingkan
dengan
daerah
dibelakangnya.
Menurut John Brickerhoff Brickerhoff Jackson (1984) kota adalah suatu tempat tinggal manusia yang merupakan manifestasi dari perencanaan dan perancangan yang dipenuhi oleh berbagi unsur seperti bangunan, jalan dan ruang terbuka hijau.
Definisi Wilayah Wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap
unsur
terkait
yang
batas
dan
sistemnya
ditentukan
berdasarkan aspek administratif dan/ atau aspek fungsional.Mengenal istilah Wilayah Indonesia Timur (dalam pengertian geografis), Wilayah
Pesisir (geografis, fungsional); Wilayah Jabodetabek (fungsional), Wilayah Perkotaan (fungsional), Wilayah Provinsi, Kabupaten, Kota (administratif); Wilayah Daerah Aliran Sungai (DAS) (fungsional), dll. Secara konseptual terdapat 4 jenis wilayah:
Wilayah homogen Wilayah Homogen yakni wilayah yang dipandang dari satu aspek perwatakan atau ciri-ciri yang relatif sama (seragam). Sifat-sifat homogenitas bisa dipandang dari perspektif ekonomi yaitu wilayah dengan struktur produksi dan konsumsi yang seragam/homogen, tingkat pendatan rendah/pra sejahtera/miskin, dari perspektif geografi misalnya wilayah dengan topografi, iklim yang sama; dari perspektif sosiologi, agama, suku dan sebagainya. WILAYAH homogen dibatasi atas dasar keseragaman secara internal (internal uninformity). Contoh wilayah homogen adalah: Pantai Utara Jawa Barat (wilayah homogen produksi padi); Wilayah pesisir timur kota Sungailiat (wilayah homogen mata pencaharian nelayan). Implikasi pada
wilayah
homogen
adalah
APABILA
ADA
SUATU
PERUBAHAN TERJADI pada bagian wilayah homogen akan mempengaruhi seluruh bagian wilayah dengan proses yang sama. Apabila ada sesuatu yang berlaku di suatu bagian maka akan berlaku pula pada bagian wilayah lainnya.
Wilayah Nodal Wilayah Nodal yaitu wilayah yang secara fungsional memiliki ketergantungan antara pusat (Central Business District - Pusat Kegiatan)
dan
penyangga).
wilayah
Tingkat
pengaruhnya
ketergantungan
(Hinterland dapat
dilihat
-
wilayah
dari
arus
penduduk, faktor produksi, barang dan jasa, komunikasi dan transportasi. Contoh DKI Jakarta adalah wilayah nodal bagi daerah Bodetabek (Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi). Jakarta disebut wilayah inti
(nodal)atau Central Bus iness
Dis trict (CBD)
dan
Bodetabek adalah wilayah hinterland. Kota Pangkalpinang disebut
wilayah nodal (CBD), Merawang, Sungailiat, Pangkalanbaru, Koba, Mendo Barat adalah wilayah hinterland.
Wilayah Administratif Wilayah administratif yaitu wilayah yang batasan-batasan ditentukan berdasarkan kepentingan administrasi pemerintahan atau politik. Contoh
provinsi,
kabupaten/kota,
kecamatan,
kelurahan/desa.
Kabupaten/Kota, Propinsi berdasarkan UU 22/1999 sebagaimana telah diubah dengan UU 32 Tahun 2004 dan terakhir kali diubah dengan UU 23 Tahun 2014 disebut daerah otonom.
Wilayah Perencanaan Wilayah Perencanaan, yakni wilayah yang batasannya didasarkan secara
fungsional
dalam
perencanaan.Wilayah
kaitannya
perencanaan
dengan
tujuan/maksud
memperlihatkan
koherensi
(kesatuan) kebijakan-kebijakan ekonomi. Wilayah perencanaan dapat dipandang sebagai wilayah yang cukup luas/besar untuk memungkinkan terjadinya perubahan-perubahan signifikan dalam penyebaran penduduk, kesempatan kerja, namun cukup kecil untuk memungkinkan persoalan-persoalan perencanaannya dipandang sebagai sebuah kesatuan (sistem). Wilayah Perencanaan memiliki karakteristik atau perwatakan: -
cukup besar untuk pengambilan keputusan-keputusan investasi dalam skala ekonomi
-
mampu mengubah industrinya sendiri dengan tenaga kerja yang ada
-
struktur ekonomi yang homogeny
-
mempunyai sekurangnya satu titik pertumbuhan (growth point)
-
pendekatan perencanaan adalah perencanaan pembangunan
-
masyarakatnya
memiliki
kesadaran
terhadap permasalahan yang dihadapai.
(awareness)
bersama Commented [A2]: Tidakperlu, langsungjelaskandefinisiswilayahperkotaan
Definisi Perkotaan/Kawasan Perkotaan
Menurut UU 24 Tahun 1992 sebagaimana telah diubah dengan UU Nomor 26 Tahun 2007, kawasan perkotaan adalah kawasan yang mempnuyai kegiatan utama bukan pertanian (agraris) dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman prkotaan. pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi.Kriteria kawasan perkotaan meliputi :
Memiliki karakteristik kegiatan utama budidaya bukan pertanian atau mata pencaharian penduduknya terutama di bidang industri, perdagangan dan jasa
Memiliki karakteristik sebagai pemusatan dan distribusi pelayanan barang dan jasa didukung prasarana dan sarana termasuk pergantian moda transportasi dengan pelayanan skala kabupaten atau beberapa kecamatan. Berdasarkan UU No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah Kawasan Perkotaan dapat berbentuk : - Kotasebagai
daerah otonom; adalahkota yang dikelolaoleh
pemerintah kota -
Kotayang menjadi bagian daerah kabupaten yang memiliki ciri perkotaan adalahkotayang dikelola oleh daerah atau lembaga pengelola
yang
dibentuk
dan
bertanggungjawab
kepada
pemerintah kabupaten. - Kotayang menjadi bagian dari dua atau lebih daerah yang
berbatasan langsung dan memiliki ciri perkotaan; dalam hal penataan ruang dan penyediaan fasilitas pelayanan umum tertentu dikelola bersama oleh daerah terkait. Kriteria Kawasan Perkotaan dibagi menjadi:
Kriteria Kawasan Perkotaan yang merupakan Daerah Kota -
Kemampuan ekonomi ; merupakan cerminan hasil kegiatan usaha perekonomian yang berlangsung di suatu Daerah Kota, yang dapat diukur dari:
PDRB (produk domestik regional bruto)
Penerimaan
daerah sendiri.
Potensi daerah; merupakan cerminan tersedianya sumber daya yang dapat dimanfaatkan dan memberikan sumbangan terhadap penerimaan daerah dan kesejahteraan masyarakat, yang dapat diukur dari: o
Lembaga keuangan;
o
Sarana ekonomi;
o
Sarana pendidikan;
o
Sarana kesehatan;
o
Sarana transportasi dan komunikasi;
o
Sarana pariwisata;
Ketenagakerjaan.
o
-
Sosial budaya; merupakan cerminan yang berkaitan dengan struktur sosial dan pola budaya masyarakat, yang dapat diukur dari: Tempat
-
peribadatan;
o
Tempat/kegiatan institusi sosial dan budaya;
o
Sarana olahraga.
Sosial
politik ;
merupakan
cerminan
kondisi
sosial
politik
masyarakat, yang dapat diukur dari:
Partisipasi masyarakat dalam berpolitik; o
Organisasi kemasyarakatan.
Jumlah penduduk ; merupakan jumlah tertentu penduduk suatu daerah.
Luas daerah; merupakan luas tertentu suatu daerah.
Pertimbangan
lain yang
memungkinkan
terselenggaranya
otonomi daerah; dapat diukur dari: o
Keamanan dan ketertiban;
o
Ketersediaan sarana dan prasarana pemerintahan;
o
Rentang kendali;
o
Kotayang akan dibentuk minimal telah terdiri dari 3 (tiga)
Kecamatan;
o
Kriteria Umum Kawasan Perkotaan
-
Memiliki fungsi kegiatan utama budidaya bukan pertanian atau lebih dari 75% mata
-
pencaharian penduduknya di sector perkotaan;
-
Memiliki jumlah penduduk sekurang-kurangnya 10.000 jiwa;
-
Memiliki kepadatan penduduk sekurang-kurangnya 50 jiwa per hektar;
-
Memiliki fungsi sebagai pusat koleksi dan distribusi pelayanan barang dan jasa dalam bentuk sarana dan prasarana pergantian moda transportasi.
Kriteria Kawasan Perkotaan Metropolitan -
Kawasan-kawasan Perkotaan yang terdapat di dua atau lebih daerah otonom yang
-
saling
berbatasan;Kawasan
satukotainti
berstatus
Perkotaan
otonom
dan
yang
terdiri
atas
KawasanPerkotaan
di
sekitarnya yang membentuk suatu sistem f ungsional; -
Kawasan Perkotaan dengan jumlah penduduk secara keseluruhan melebihi 1.000.000jiwa.
Kriteria Kawasan Perkotaan Baru -
Kawasan yang memiliki kemudahan untuk penyediaan prasarana dan sarana perkotaan dengan membentuk satu kesatuan sistem kawasan dengan kawasan perkotaan yang ada;
-
Kawasan
yang
memiliki
daya
dukung
lingkungan
yang
memungkinkan untuk pengembangan fungsi perkotaan; -
Kawasan yang terletak di atas tanah yang bukan merupakan kawasan pertanian beririgasi teknis dan bukan kawasan yang rawan bencana alam;
-
Kawasan yang tidak mengakibatkan terjadinya konurbasi dengan kawasan perkotaan di sekitarnya;
-
Kawasan yang sesuai dengan sistem perkotaan berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, Propinsi, dan Kabupaten;
- Kawasan yang dapat mendorong aktivitas ekonomi, sesuai
dengan fungsi dan perannya;
-
Kawasan
yang
mempunyai
luas
kawasan
budi
daya
sekurangkurangnya 400 hektar dan merupakan satu kesatuan kawasan yang bulat dan utuh, atau satu kesatuan wilayah perencanaan perkotaan dalam satu daerah kabupaten; -
Kawasan yang direncanakan berpenduduk sekurangkurangnya 20.000 jiwa.
Jumlah Penduduk Kota
Commented [A3]: Tidakperlu, langsungsajabahasciriciriataumasalahkesehatan di perkotaanapasaja
Kota dengan penduduk lebih dari 100.000 jiwa (Sensus Penduduk 2010) Ranking
Kota
Provinsi
Jumlah
1.
Jakarta
Jakarta
9.586.705
2.
Surabaya
JawaTimur
2.940.925
3.
Medan
Sumatera Utara
2.497.183
4.
Bandung
Jawa Barat
2.394.873
5.
Bekasi
Jawa Barat
2.334.871
6.
Tangerang
Banten
1.798.601
7.
Depok
Jawa Barat
1.738.570
8.
Semarang
Jawa Tengah
1.520.481
9.
Palembang
Sumatera Selatan
1.440.678
10.
Makassar
Sulawesi Selatan
1.331.391
Banten
1.290.322
11.
Tangerang Selatan
12.
Bogor
Jawa Barat
950.334
13.
Batam
Kepulauan Riau
917.998
14.
Pekanbaru
Riau
882.045
Lampung
881.801
15.
Bandar Lampung
16.
Malang
JawaTimur
820.243
17.
Padang
Sumatera Barat
799.750
18.
Denpasar
Bali
788.589
19.
Samarinda
Kalimantan Timur
685.859
20.
Tasikmalaya
Jawa Barat
635.464
21.
Serang
Banten
618.802
22.
Banjarmasin
23.
Pontianak
Kalimantan Barat
554.764
24.
Cimahi
Jawa Barat
541.177
25.
Balikpapan
Kalimantan Timur
526.508
26.
Jambi
Jambi
515.901
27.
Surakarta
Jawa Tengah
499.337
28.
Mataram
29.
Manado
Sulawesi Utara
394.683
30.
Yogyakarta
Yogyakarta
388.627
31.
Cilegon
Banten
360.125
32.
Kupang
33.
Palu
Sulawesi Tengah
310.168
34.
Ambon
Maluku
305.984
35.
Tarakan
Kalimantan Utara
301.398
36.
Sukabumi
Jawa Barat
298.681
37.
Cirebon
Jawa Barat
296.389
38.
Bengkulu
Bengkulu
296.378
39.
Pekalongan
Jawa Tengah
274.839
40.
Kediri
JawaTimur
268.507
41.
Tegal
Jawa Tengah
239.599
42.
Binjai
Sumatera Utara
235.450
43.
Pematangsiantar Sumatera Utara
234.698
Kalimantan Selatan
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
612.849
402.843
315.768
44.
Jayapura
Papua
233.859
45.
Banda Aceh
Aceh
223.446
46.
Palangkaraya
47.
Probolinggo
48.
Banjarbaru
49.
Pasuruan
JawaTimur
186.262
50.
Tanjungpinang
Kepulauan Riau
177.396
51.
Gorontalo
Gorontalo
173.951
52.
Dumai
Riau
173.866
53.
Madiun
JawaTimur
170.964
54.
Batu
JawaTimur
170.948
55.
Salatiga
Jawa Tengah
170.332
56.
Pangkalpinang
Bangka Belitung
162.930
57.
Lubuklinggau
Sumatera Selatan
158.824
58.
Ternate
Maluku Utara
158.418
59.
Bitung
Sulawesi Utara
155.385
60.
Tanjungbalai
Sumatera Utara
154.445
61.
Tebingtinggi
Sumatera Utara
145.248
62.
Metro
Lampung
142.733
63.
Bontang
Kalimantan Timur
140.238
Sumatera Utara
136.275
64.
Padang Sidempuan
Kalimantan Tengah JawaTimur Kalimantan Selatan
200.608 196.957 192.309
65.
Blitar
JawaTimur
131.968
66.
Lhokseumawe
Aceh
129.251
67.
Singkawang
Kalimantan Barat
128.297
68.
Parepare
Sulawesi Selatan
125.207
69.
Langsa
Aceh
124.270
70.
Banjar
Jawa Barat
123.341
71.
Prabumulih
Sumatera Selatan
121.137
72.
Mojokerto
JawaTimur
120.196
73.
Magelang
Jawa Tengah
118.227
74.
Sorong
Papua Barat
118.017
75.
Palopo
Sulawesi Selatan
116.152
76.
Bima
77.
Bukittinggi
78.
Bau-Bau
Nusa Tenggara Barat Sumatera Barat Sulawesi Tenggara
112.130 111.312 106.638
2.2 Karakteristik Perkotaan Menurut Menteri Dalam Negeri RI No. 4/ 1980 secara geografis, karakteristik perkotaan dapat dilihat dari berbagai aspek antara lain :
Mata pencaharian Di perkotaan pada umumnya masyarakat bermata pencaharian industrial
Ruang kerja Diperkotaan memiliki ruang kerja yang relatif tertutup
Musim dan cuaca Musim dan cuaca tidak banyak menentukan kegiatan masyarakat kota
Keahlian atau keterampilan Pada dasarnya bersifat khusus/ profesional dan beraneka ragam
Rumah dan tempat kerja Di perkotaan jarak antar rumah maupun tempat kerja relatif dekat
Kepadatan Penduduk Relatif padat
Kepadatan Rumah Memiliki kepadatan rumah yang cukup tinggi
Kontak Sosial Di perkotaan kontak sosial yang terjadi tinggi
Stratifikasi Sosial Stratifikasi sosial di kota kompleks
Lembaga
Didasarkan pada hukum formal
Sifat masyarakat Masyarakat di perkotaan cenderung individualis
Mobilitas di perkotaan relatif tinggi dengan jarak yang beragam, dan stabilitas sosial cenderung tidak stabil (Mendagri, 1980) Adapun sumber lain yang menyebutkan mengenai karakteristik
yang menonjol pada masyarakat perkotaan antara lain :
Kehidupan keagamaan berkurang apabila dibandingkan dengan kehidupan keagamaan di desa. Kegiatan-kegiatan keagamaan hanya dilakukan secara setempat di tempat-tempat peribadatan, seperti : di Masjid, Gereja, Pura, Vihara, Klenteng. Sedangkan di luar itu kehidupan masyarakat berada pada lingkungan ekonomi dan
perdagangan.
Cara
kehidupan
demikian
mempunyai
kecenderungan ke arah keduniawian apabila dibandingkan dengan kehidupan warga masyarakat desa yang cenderung ke arah keagamaan Masyarakat perkotaan pada umumnya dapat mengurus dirinya
sendiri tanpa harus bergantung pada orang lain. Yang terpenting adalah manusia perorangan atau individu. Di perkotaan kehidupan kekeluargaan seringkali sukar untuk disatukan karena perbedaan kepentingan, paham politik, perbedaan agama dan sebagainya
Pembagian kerja di antara warga perkotaan juga lebih tegas dan mempunyai batasan yang nyata. Misalnya seorang pegawai negeri lebih banyak bergaul dengan rekan-rekannya daripada tukang becak, pedagang kelontong atau pedagang kaki lima lainnya. Seorang sarjana ekonomi akan lebih banyak bergaul dengan rekannya dengan latar belakang pendidikan dalam ilmu ekonomi daripada dengan sarjana-sarjana ilmu politik, sejarah atau yang
lainnya. Begitu pula dalam lingkungan mahasiswa, mereka akan lebih senang bergaul dengan sesamanya daripada dengan mahasiswa yang tingkatannya lebih tinggi atau r endah
Kemungkinan
untuk
mendapatkan
pekerjaan
lebih
banyak
diperoleh warga kota daripada warga desa. Pekerjaan para warga desa lebih bersifat seragam, terutama dalam bidang bertani. Oleh karena itu pada masyarakat desa tidak banyak dijumpai pembagian kerja berdasarkan keahlian. Lain halnya di kota yang pembagian kerjanya sudah mengalami perluasan, sudah terdapat macammacam kegiatan industri sehingga tidak hanya terbatas pada satu sektor pekerjaan. Kesimpulannya di perkotaan banyak jenis-jenis pekerjaan yang dapat dikerjakan oleh warga kota, mulai dari pekerjaan
yang
paling
sederhana
sampai
yang
melibatkan
teknologi
Masyarakat
perkotaan
memiliki
jalan
pikiran
rasional
yang
menyebabkan interaksi yang terjadi lebih didasrkan pada faktor kepentingan daripada faktor pribadi Jalan kehidupan yang serba cepat di perkotaan menyebabkan
pentingnya waktu bagi masyarakat perkoraan sehingga pembagian waktu yang teliti sangat penting untuk dapat mengejar kebutuhan seorang individu Berbagai perubahan sosial tampak nyata di perkotaan sebab
biasanya
perkotaan
pengaruh-pengaruh
memiliki dari
luar.
keterbukaan Hal
ini
dalam
sering
menerima
menimbulkan
pertentangan antara golongan tua dengan golongan muda. Oleh karena itu golongan muda yang kepribadiannya masih belum terbentuk seutuhnya lebih sering mengikuti berbagai pola baru dalam kehidupannya (Anonim, 2009)
2.3 Isu Populasi Perkotaan Jumlah penduduk merupakan ancaman dan pressure terbesar bagi masalah lingkungan hidup. Setiap penduduk memerlukan energi,
lahan dan sumber daya yang besar untuk bertahan hidup, di sisi lain setiap orang juga menghasilkan limbah dalam beragam bentuk.
Pertambahan penduduk yang sangat tinggi di Kota, diakui telah melampau kemampuan daya dukung lingkungan untuk meregenerasi sendiri, sehingga berimbas pada kualitas hidup manusia yang kondisinya semakinrendah.
Menurut PWK UGM Alasan perpindahan penduduk ke kota yaitu adanya keluarga, kerabat dekat dan harapan untuk mendapatkan pekarjaan di kota. Terkadang datang sendiri, berkelompok atau dengan keluarga besarnya (Allander, 2005) Pada perkotaan yang populasi nya membludak, maka akan menjadikan kualitas rumah yang buruk, berdekatan, tidak ada jarak rumah satu dengan rumah lainnnya, perkembangan terhambat, akan menyebabkan masalah berupa infeksi HIV, asma, sirosis, diabetes, kekerasan, pencederaan, penyalahgunaan obat, kematian bayi, penyakit jantung, kanker, stroke. Peran perawat dalam kesehatan komunitas sebagai advokasi, researcher / peneliti, clinician, edukator dan pemimpin (Allander, 2005).
Masalah lingkungan perkotaan yang paling sering ditemui adalah pembangunan perkotaan berkaitan dengan masalah lingkungan. Masalah-masalah tersebut adalah masalah kesehatan lingkungan seperti air minum tidak memadai, sanitasi buruk, polusi udara dalam ruangan, masalah-masalah regional seperti polusi udara, tidak memadainya pembuangan limbah, pencemaran badan air dan hilangnya daerah hijau, dampak kegiatan perkotaan seperti gangguan ekologi dan sumber daya, deplesi dan emisi bahan kimia dan gas rumah kaca, dampak beban lingkungan regional atau global yang mungkin timbul dari kegiatan di luar batas-batas geografis kota, tetapi akan mempengaruhi orang yang hidup di kota. Terdapat sejumlah tantangan lingkungan yang muncul dalam kotakota, yaitu menyediakan jasa lingkungan dasar dengan cara yang paling efektif melindungi kesehatan, akses ke sanitasi yang aman diminum,
air
dan
fasilitas
drainase,
manajemen
yang
tepat
pengumpulan sampah dan pembuangan, pengurangan polusi dalam rumah tangga dengan menyediakan bahan bakar bersih untuk memasak dan ventilasi rumah tangga ditingkatkan, identifikasi dan pelaksanaan terpadu pendekatan untuk lingkungan perkotaan untuk mencegah serta menanggulangi dampak dari polusi dan degradasi. Faktor lingkungan perkotaan yang mempengaruhi kesehatan manusia, khususnya di lapangan kesuburan. Memahami pengaruh urbanisasi
terhadap
pasokan
makanan
sistem
pangan
yaitu,
pemasaran dan distribusi. Karena pasokan makanan tercemar di daerah perkotaan.Perkotaan gepeng, populasi meningkat di daerah perkotaan, menyebabkan penurunan jumlah ruang terbuka yang tersedia dan kaum miskin kota akan tinggal di pinggiran kota. Pemukiman-pemukiman menjadi kumuh dari paling mengerikan dan mempengaruhi lingkungan, konsumsi perkotaan dan pola produksi adalah akar atau penyebab utama kerusakan lingkungan. Oleh karena itu pengelolaan lingkungan perkotaan yang lebih baik diperlukan.
Selain beberapa hal tersebut beberapa isu yang terjadi di perkotaan antara lain :
Kebutuhan Kesehatan Khusus pada Bayi, Balita, Remaja, Dewasa, Lansia, serta Agregat Pekerja di daerah Perkotaan Semakin banyaknya penduduk yang tinggal di perkotaan menunjukkan semakin cepatnya arus urbanisasi. Urbanisasi menjadi lebih cepat seiring dengan globalisasi industri dan teknologi ke seluruh dunia. Sebagian besar urbanisasi terjadi secara cepat dan tidak terencana. Kepadatan jumlah populasi di perkotaan yang tidak terkontrol akan memunculkan adanya kesenjangan. Terdapat kesenjanganyang lebar antaraorang-orang daristatus
sosial
perkotaan,
tiap
ekonomiyang tahapan
berbeda.
rentang
umur
Dalam
masyarakat
memiliki
kebutuhan
kesehatan dan keamanan khusus.
Bayi/ Infant dan Balita Karakteristik
pertumbuhan
fisik
bayi
di
tahunpertama
kehidupanditandai denganpertumbuhan dan perkembangan yang cepat,
denganberat
lahirbiasanyadua
kali
lipatdalam
6bulan
pertama dan menjadi tiga kali lipatpada akhirtahun pertama. ASI. Ketahanan
hidupdankeberhasilan
tumbuh
kembang
bayi
bergantung pada nutrisi yang baikselama tahunpertama kehidupan. Bayi yang berasal dari keluarga ekonomi lemah, sebagian besar lahir dengan berat lahir rendah (low birth weight; < 2500 gram) atau bahkan sangat rendah (very low birth weight ; < 1500 gram) (Hitchcock et all., 1999). Hal ini disebabkan karena kurangnya nutrisi ibu selama kehamilan sehubungan dengan rendahnya pendapatan keluarga untuk menyediakan nutrisi yang cukup. Kondisi-kondisi
seperti
bayi
dengan
berat
lahir
rendah,
malnutrisi, kelainan kongenital, kecacatan, dan kondisi kronis penyakit, menyebabkan tingginya angka mortalitas dan morbiditas pada bayi di daerah perkotaan (Hitchcock et all., 1999). Selain itu
tingginya angka kematian bayi juga didukung sebagai akibat langsung darikontaminasi air dan sanitasi yang buruk. Penyakit gastrointestinaldapat
menyebabkan
kekurangan
gizidan
kematian,terutama di kalangan bayi karena imunitasnya belum sempurna
berkembang.Pneumonia
danpenyakit
diareadalah
penyebabutama kematiananaksecara global,dan menjadimasalah tertentudi daerah perkotaankarenakepadatan, polusi udara dan minimnya aksesmasyarakat miskin terhadap pelayanankesehatan, terutama berkaitan dengan imunisasi. Balita
memiliki
karakteristik
aktif,
rasa
ingin
tahu
besardanmemiliki kemampuanlogika yang relatif belum matang. Selain
itu
keterampilanmotorik
balita
meningkat
dan
membuatpengawasansulit. Oleh karena itu, balita paling sering mengalami jatuh, keracunan, serta kecelakaankendaraan bermotor. Kasus keracunan yang seringkali dialami balita yaitu keracunan makanan dan keracunan timbal ( plumbism). Keracunan timbal menjadi isu lingkungan utama yang mempengaruhi anak-anak. Plumbism ditemukan paling sering di antara balita dan anak prasekolah.
Keracunan
timbal
terjadi
karena
kontaminasi
lingkungan oleh limbah industri (Hitchcock et all., 1999). Remaja dan Dewasa Muda Remaja dan dewasa muda berumur antara 15 sampai 24 tahun. Selama tahap kehidupan, remaja dan dewasa muda memiliki akses terhadap
zat-zat
yang
berbahaya
bagi
kesehatan,
seperti
penggunaan alkohol, tembakau, obat-obatan, dan seks bebas. Penyalahgunaan zat (tembakau, alkohol, dan obat-obatan terlarang) biasanya terjadi pada remaja yang memiliki prestasi sekolah rendah,
teman-teman yang
merokok, dan
harga
diri
rendah. Peningkatan aktivitas seksual di kalangan remaja telah menyebabkan
peningkatan
STD.
Infeksi
virus
gangguan
imunitas, virus yang terkait dengan AIDS meningkat di kalangan remaja. Ancaman lain bagi remaja yaitu kekerasan. Ini merupakan
suatu ancaman tersendiri bagi remaja dan sangat tidak bagus untuk perkembangan anak. Dewasa Tingkat
mortalitas untuk
orang
dewasa telah mengalami
penurunan dalam beberapa tahun terakhir, tetapi kanker masih merupakan penyebab
utama kematian
secara
keseluruhan,
diikuti oleh penyakit kardiovaskular. Tiga faktor risiko lain yang saling terkait yang berkontribusi terhadap penyakit dan kematian pada kelompok usia adalah kurang olahraga, kegagalan menjaga berat badan yang tepat, dan konsumsi alkohol. Beberapa hal yang dianggap sebagai pemicu dan dapat mempengaruhi kemungkinan terkena kanker adalah: -
Tembakau: penyebab utama kanker di paru-paru.
-
Paparan ultraviolet (UV). Terlalu banyak terpapar sinar matahari (yang berisi sinar UV) dapat mengakibatkan kanker kulit.
-
Alkohol: berisiko lebih besar terkena beberapa jenis kanker.
-
Paparan agen penyebab kanker, karsinogen, di lingkungan, termasuk di beberapa makanan.
Lansia Adapun beberapa faktor yang dihadapi para lansia yang sangat mempengaruhi kesehatan jiwa mereka adalah sebagai berikut: -
Penurunan Kondisi Fisik Setelah memasuki masa lansia umumnya terjadi perubahan patologis, misalnya tenaga berkurang, kulit keriput, gigi makin rontok, tulang makin rapuh, dsb. Secara umum kondisi fisik seseorang yang sudah memasuki masa lansia mengalami penurunan secara berlipat ganda. Hal ini dapat menimbulkan gangguan atau kelainan fungsi fisik, psikologik maupun sosial, yang
selanjutnya
dapat
menyebabkan
ketergantungan kepada orang lain. -
Penurunan Fungsi dan Potensi Seksual
suatu
keadaan
Penurunan fungsi dan potensi seksual pada lanjut usia sering kali berhubungan dengan
berbagai gangguan fisik seperti,
gangguan jantung, gangguan metabolisme, misal diabetes mellitus, vaginitis, baru selesai operasi: misalnya prostatektomi, kekurangan gizi karena pencernaan kurang sempurna atau nafsu makan sangat kurang, dan penggunaan obat-obat tertentu, seperti antihipertensi, golongan steroid, tranquilizer. -
Perubahan Aspek Psikososial Lansia umumnya mengalami penurunan fungsi kognitif dan psikomotor. Fungsi kognitif meliputi proses belajar, persepsi, pemahaman, pengertian, perhatian dan lain-lain sehingga menyebabkan reaksi dan perilaku lansia menjadi makin lambat. Sementara fungsi psikomotorik (konatif) meliputi hal-hal yang berhubungan dengan dorongan kehendak seperti gerakan, tindakan, koordinasi, yang berakibat lansia menjadi kurang cekatan. Dengan adanya penurunan kedua fungsi tersebut, lansia juga mengalami perubahan aspek psikososial yang berkaitan dengan keadaan kepribadian lansia.
-
Perubahan yang Berkaitan dengan Pekerjaan Pada umumnya perubahan ini diawali ketika masa pensiun. Meskipun tujuan pensiun adalah agar para lansia dapat menikmati hari tua atau jaminan hari tua, namun dalam kenyataannya sering diartikan sebaliknya, karena pensiun sering diartikan sebagai kehilangan penghasilan, kedudukan, jabatan, peran, kegiatan, position dan harga diri. Reaksi setelah orang memasuki
masa
pensiun
lebih
tergantung
dari
model
kepribadiannya seperti yang telah diuraikan pada point tiga di atas. -
Perubahan dalam Peran Sosial di Masyarakat Akibat berkurangnya fungsi indera pendengaran, penglihatan, gerak fisik dan sebagainya maka muncul gangguan fungsional atau bahkan kecacatan pada lansia. Misalnya badannya menjadi
bungkuk, pendengaran sangat berkurang, penglihatan kabur dan sebagainya sehingga sering menimbulkan keterasingan. Hal itu sebaiknya dicegah dengan selalu mengajak mereka melakukan aktivitas, selama yang bersangkutan masih sanggup, agar tidak merasa terasing atau diasingkan. Aggregat Pekerja Masalah kesehatan agregat pekerja di perkotaan umumnya berkaitan dengan faktor lingkungan, perilaku dan akses pelayanan kesehatan, serta kependudukan. Pertumbuhan kota biasanya diikuti oleh industrialisasi, munculnya kawasan industri akan menimbulkan derajat pencemaran dan berdampak buruk terhadap lingkungan kehidupan masyarakat perkotaan. Bertentangan dengan perubahan kota yang amat pesat, sistem pelayanan kesehatan kota di banyak negara berkembang termasuk Indonesia kurang dinamis dan pendekatannya masih relatif sama dengan pedesaan. Sebagai akibat perkembangan kota yang sangat cepat dan dinamis akan berdampak
pada
perkembangan
dan
masalah
kesehatan
masyarakat yang khas perkotaan (Depkes RI). Penyakit yang timbul karena hubungan kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan atau lingkungan kerja. Ada beberapa jenis penyakit yang sering ditemukan pada agregat pekerja menurut Keputusan Presiden RI Nomor 22/1993 tentang penyakit yang timbul karena hubungan kerja yaitu: Pnemokoniosis yang disebabkan debu mineral pembentuk jaringan parut (silikosis, antrakosilikosis, asbestosis) dan silikotuberkolosis yang silikosisnya merupakan faktor utama penyebab cacat atau kematian; penyakit paru dan saluran pernapasan (bronkhopulmoner) yang disebabkan oleh debu logam keras, debu kapas, vlas, henep dan sisal (bissinosis); asma akibat kerja yang disebabkan oleh penyebab sensitisasi dan zat perangsang; alveolitis allergika yang disebabkan oleh faktor dari luar sebagai akibat penghirupan debu organik, penyakit yang disebabkan oleh logam atau persenyawaannya yang
beracun; penyakit akibat alcohol, glikol, keton, gas atau uap; kelainan
pendengaran
dan
polusi
udara,
radiasi,
kanker,
pencemaran bahan kimia (Ferry & Makhfudli, 2009). Faktor lain yang mempengaruhi status kesehatan agregat pekerja yaitu pelayanan kesehatan kerja, perilaku kerja, kapasitas, beban kerja, dan lingkungan kerja. Contoh kapasitas kerja yang baik adalah ketika seorang pekerja mendapatkan gizi yang baik, memiliki status kesehatan dan kondisi fisik yang prima, maka pekerja tersebut akan dapat melakukan pekerjaannya dengan baik. Beban kerja yang terlalu berat juga dapat memicu terjadinya stress pada agregat pekerja, sehingga dapat menimbulkan gangguan mental dan fisik. Hal lain yang berkontribusi mempengaruhi kesehatan
pada
agregat
pekerja
adalah
lingkungan
kerja.
Lingkungan kerja yang panas, bising, berdebu, terpapar zat kimia dan lain sebagainya dapat menimbulkan gangguan kesehatan pada agregat
pekerja.
Gangguan
kesehatan
atau
penyakit
yang
didapatkan dari tempat kerja ini bukan hanya membahayakan diri pekerja itu sendiri, tetapi dapat membahayakan keluarga dan orang terdekatnya. (Stanhope & Lancaster, 1996). Hubungan antara pekerjaan digambarkan
dan
pengaruhnya
terhadap
melalui
kesehatan
bagan
Host Pekerja & Keluarga Pekerja
Agent:
Environment :
Bahaya yang didapatkan dari tempat kerja (biological, chemical, ergonomic, physical, psychosocial )
Seluruh faktor eksternal yang mempengaruhi interaksi host-agent , fisik dan sosial
dapat berikut.
(Stanhope & Lancaster, 1996) Agregat pekerja yang masih berusia muda rentan mengalami penyakit menular seksual, hepatitis dan kehamilan. Pekerja yang lebih muda lagi berisiko mangalami kecelakaan kerja berhubungan dengan keterbatasan keahlian dan kurang pelatihan kerja. Pekerja dengan usia menengah berisiko mengalami serangan jantung dan kanker. Pekerja di usia lanjut akan rentan mengalami kecelakaan kerja yang diakibatkan oleh penurunan kapasitas muskuloskeletal dan fungsi sensorik (Mary Jo Clark, 1999). Masalah lainnya yang seringkali terjadi di lingkungan perkotaan antara lain adanya penyakit yang disebabkan oleh :
Penyakit akibat Pencemaran Udara Pencemaran udara didefinisikan sebagai berbagai macam partikel yang mengontaminasi udara (debu, asap, kabut, dan asap rokok), polutan gas (gas dan uap), serta bau yang mencemari udara (Kjellstrom, Lodh, McMichael, dkk, 2006). Polusi udara memberikan dampak pada kesehatan manusia yang dapatmenimbulkan berbagai penyakit yang mengancam kehidupan. Umumnya penyakit tersebut menyerang saluran pernapasan manusia. Terkait dengan penyakit yang ditimbulkan, polusi udara dibagi menjadi 2, yaitu polusi udara outdoor dan indoor. Penyakit yang timbul karena pencemaran udara indoor ini diantaranya
iritasi
mata
sampai
gangguan
pernapasan,
gangguan hidung, tenggorokan, penyakit jantung, kerusakan sistem saraf pusat, dan berbagai macam kanker (Clark, 1999). Penyakit
yang
karenapencemaranudaraoutdoor biasanya
timbul asma,
penyakit
jantung kronik, penyakit pernapasan akut, dan kanker paru-paru (Smith & Maurer, 1995). Beberapa karsinogen juga ditemukan di udara perkotaan, seperti polosiklik hidrokarbon yang juga
menyebabkan kanker. Semua itu merupakan dampak dari pencemaran udara khusunya di perkotaan.
Penyakit akibat Pencemaran Air Berbagai penyakit yang berasal dari polusi persediaan air, yaitu hepatitis, polio, mikroba yang mengakibatkan penyakit gastrointestinal, kanker kandung kemih dan kolorektal, gangguan system saraf pusat, iritasi kulit, alopecia, neuropatik peripheral, kejang, sirosis, anomali kongenital, anemia, gagal ginjal, esofagitis, gastritis, kanker perut, dan penyakit jantung (Clark, 1999). Pestisida dan kontaminasi kimia lainnya yang masuk ke saluran air melalui pertanian dan limbah industri dapat bertahan di lingkungan. Zat kimia tersebut mengganggu fungsi sistem endokrin, sehingga terjadi gangguan reproduksi, perkembangan, dan perilaku. Gangguan endokrin dapat mengurangi kesuburan dan meningkatkan resiko bayi lahir mati, cacat lahir, dan gangguan hormon yang meyebabkan kanker payudara, testis, dan kanker prostat. Efek pada perkembangan sistem saraf mencakup kognitif,
gangguan
dan
kelainan
perkembangan perilaku
mental,
(WHO
and
psikomotor, International
Programme on Chemical Safety, 2002). Bahan kimia dalam air minum juga bersifat karsinogenik.
Penyakit akibat Pencemaran Suara Level dari pencemaran suara di masyarakat kita mengalami peningkatan secara drastis dan berdampak besar terhadap gangguan pendengaran. Masalah lain yang juga berhubungan dengan pencemaran suara meliputi stress, penyakit mental, ketidakmampuan bersosialisasi, dan kondisi patologis seperti aterosklerosis dan penyakit jantung. Polutan untuk pencemaran suara yang berdampak buruk terhadap kesehatan diantaranya suara bus, truk, sepeda motor, truk sampah, kereta, kendaraan off-road seperti pesawat terbang, motorboats, dan yang bersuara
keras lainnya (Clark, 1999).Tingkat keparahan dari paparan pencemaran suara berkaitan dengan frekuensi dan intensitas kebisingan serta lama paparan. Efek psikologikal juga terpengaruhi dengan pencemaran suara ini, terutama pendengaran. Bukti menunjukkan bahwa paparan yang terlalu lama terhadap kebisingan berperan meningkatkan kecemasan dan stress emosional yang mungkin mengakibatkan mual, sakit kepala, dan impotensi. Terdapat dua kategori untuk gangguan akibat pencemaran suara ini, yaitu secara sosial dan klinik. Secara sosial misalnya kejengkelan, gangguan tidur, gangguan aktivitas sehari-hari, dan kinerja menurun. Sedangkan secara klinis seperti hipertensi, penyakit antung iskemik, dan gangguan jiwa (Hollander, Van Kempen, Hoogenven, 2000). Efek lainnya meliputi insomnia, penyakit k ulit, kecelakaan, disritmia jantung, dan penggunaan obat-obatan.
2.4 Konsep Kota Sehat Pengertian Kota Sehat Menurut Peraturan Bersama Menteri Dalam Negeri dan Menteri Kesehatan tentang Penyelenggaraan Kabupaten/Kota Sehat, healthy city didefinisikan sebagai suatu kondisi kabupaten/kota yang bersih, nyaman, aman dan sehat untuk dihuni penduduk yang dicapai melalui terselenggaranya penerapan beberapa tatanandan kegiatan yang terintegrasi yang disepakati masyarakat dan pemerintah daerah. Kota sehat adalah keadaan kota yang hendak diwujudkan yang ditandai oleh penduduknya yang hidup dalam lingkungan sehat, mempraktikkan perilaku hidup bersih dan sehat, mampu menyediakan dan menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu sehingga memiliki derajat kesehatan yang tinggi (Siswanto, 2002).
Bila mengacu pada konsep kota sehat (Healthy City ) yang dikembangkan oleh WHO 1996 bersamaan dengan hari ulang tahunnya yang bertema Healthy Cities for Better Life , Kota sehat merupakan suatu gerakan masyarakat yang terus-menerus dan sistematis , berkelanjutan dalam meningkatkan kualitas lingkungan fisik dan lingkungan sosialnya, didukung oleh pemerintah dan daerah (lokal) sehingga tercapai kawasan perkotaan yang nyaman, aman, dan sehat untuk dihuni oleh warganya yang disebut dengan City fit to live in. Kabupaten/Kota Sehat adalah suatu kondisi kabupaten/Kota yang bersih, nyaman, aman dan sehat untuk dihuni penduduk, yang dicapai melalui
terselenggaranya
kegiatan
yang
penerapan
terintegrasi
yang
beberapa,tatanan
disepakati
dengan
masyarakat
dan
pemerintah daerah (PB MenDaGri dan MenKes, 2005). Kota sehat adalah suatu kota yang terus-menerus menciptakan dan meningkatkan lingkungan-lingkungan fisik dan sosial dan memperluas sumber daya masyarakat mereka yang memungkinkan orang untuk saling mendukung satu sama lain dalam melaksanakan semua fungsi kehidupan
dan
mengembangkan
potensi
maksimal
mereka
(Hancock,1988). Kota Sehat adalah suatu kondisi kota yang bersih, nyaman, aman dan sehat untuk dihuni penduduk. Penyelenggaraannya dicapai melalui
penerapan
beberapa
tatanan
dengan
kegiatan
yang
terintegrasi yang disepakati masyarakat dan pemerintah daerah. Penyelenggaraan Kota Sehat adalah berbagai kegiatan untuk mewujudkan Kota Sehat, melalui pemberdayaan masyarakat, dan forum yang difasilitasi oleh pemerintah kota. Forum adalah wadah bagi masyarakat untuk menyalurkan aspirasinya dan berpartisipasi. Forum Kota Sehat berperan untuk menentukan arah, prioritas, perencanaan
pembangunan
wilayahnya
yang
mengintegrasikan
berbagai aspek, sehingga dapat mewujudkan wilayah yang bersih,
nyaman, aman dan sehat untuk dihuni oleh warganya (Depkes RI, 2004).
Tujuan dan Sasaran Tujuan
Tercapainya kondisi kabupaten dan kota untuk hidup dengan bersih, nyaman, aman dan sehat untuk dihuni dan sebagai tempat bekerja bagi warganya dengan cara terlaksananya berbagai program-program kesehatan dan sektor lain, sehingga dapat meningkatkan
sarana
dan
produktivitas
dan
perekonomian
masyarakat. Sasaran
- Terlaksananya program kesehatan dan sektor terkait yang
sinkron dengan kebutuhan masyarakat, melalui pemberdayaan forum yang disepakati masyarakat. -
Terbentuknya
forum
masyarakat
yang
mampu
menjalin
kerjasama antar masyarakat, Pemerintah Daerah dan pihak swasta, serta dapat menampung aspirasi masyarakat dan kebijakan pemerintah secara seimbang dan berkelanjutan dalam mewujudkan sinergi pembangunan yang baik. -
Terselenggaranya upaya peningkatan lingkungan fisik, sosial dan budaya, serta perilaku dan pelayanan kesehatan yang dilaksanakan secara adil, merata dan terjangkau dengan memaksimalkan seluruh potensi sumber daya di kabupaten/kota tersebut secara mandiri.
- Terwujudnya kondisi yang kondusif bagi masyarakat untuk
meningkatkan
produktivitas
dan
ekonomi
wilayah
dan
masyarakatnya sehingga mampu meningkatkan kehidupan dan penghidupan masyarakat menjadi lebih baik (DEPKES RI, 2005).
Sejarah Pendekatan Kota Sehat
Sejarah pendekatan kota sehat pertama kali dikembangkan di Eropa oleh WHO pada tahun 1980-an sebagai strategi menyongsong Ottawa Charter For Health Promotion yang dikeluarkan pada tahun 1986. Penekanan dari pendekatan ini adalah kesehatan untuk semua dapat dicapai dan langgeng jika semua aspek sosial, ekonomi, lingkungan, dan budaya diperhatikan. Oleh karena itu, konsep kota sehat tidak hanya terfokus kepada pelayanan kesehatan tetapi kepada
aspek
menyeluruh
yang
mempengaruhi
kesehatan
masyarakat, baik jasmani, rohani dan s osial. Perkembangan gerakan kota sehat di setiap negara berbeda satu sama lain, tergantung permasalahan yang ada dan tidak bisa diperbandingkan. Kesamaan konsep kota sehat diseluruh negara adalah berasal dari, oleh dan untuk masyarakat, sedangkan pemerintah hanya berperan sebagai fasilitator. Yang lebih unik dari konsep kota sehat ini adalah lebih mengutamakan pendekatan proses dari pada target, tidak mempunyai batas waktu dan tidak ada status mati atau berhenti, berkembang secara dinamik dan sesuai dengan keinginan masyarakat yang dicapai secara bertahap. Kota Sehat di Indonesia dicanangkan oleh Menteri Dalam Negeri pada tanggal 26 Oktober 1998. Sejak itu telah tercatat sebanyak 51 kota mengupayakan penyelenggaraan kota sehat, dengan melibatkan para pihak (stakeholders), antara lain Departemen Dalam Negeri dan Otonomi Daerah,Departemen Energi dan Sumberdaya Mineral, Departemen Pendidikan Nasional, Departemen Kebudayaan dan Pariwisata,
Menteri
Departemen
Negara
Perhubungan
Lingkungan
dan
Hidup/Bapedal,
Telekomunikasi,
dan
dan
tentunya
Departemen Kesehatan. Secara
nasional
pengembangan
Kabupaten/Kota
Sehat
di
Indonesia mulai diberlakukan pada tahun 2005 dengan keluarnya surat keputusan bersama antara Menteri Dalam Negeri dan Menteri Kesehatan
Nomor:
Nomor:34
Nomor:1138/Menkes/PB/VIII/2005
Tahun
tanggal
03
2005 Agustus
dan 2005
mengeluarkan
Peraturan
Bersama
tentang
Pedoman
Penyelenggaraan Kabupaten/Kota Sehat. Di Indonesia, kota dan kabupaten yang memenuhi klasifikasi sebagai kota/kabupaten sehat akan dianugerahi penghargaan Swasti Saba, yang diberikan setiap 2 tahun sekali kepada Walikota atau Bupatinya, tepatnya pada bulan November pada Hari Kesehatan Nasional. Klasifikasi penghargaan tersebut meliputi:
Pemantapan, yang akan diberikan penghargaan yaitu Padepa.
Pembinaan, yang akan diberikan penghargaan yaitu Wiwerda.
Pengembangan, yang akan diberikan penghargaan yaitu Wistara Indonesia sendiri sudah memulai pencanangan kota sehat ini sejak
tahun 1998 yang dimulai dari 6 kota dan kabupaten sebagai Pilot Project Kota Sehat, dan kemudian mengembangkan beberapa klasifikasi tatanan kabupaten dan kota sehat menjadi:
Kawasan Pemukiman, Sarana dan Prasarana Umum
Kawasan Sarana Lalu Lintas Tertib dan Pelayanan Transportasi
Kawasan Pertambangan Sehat
Kawasan Hutan Sehat
Kawasan Industri dan Perkantoran Sehat
Kawasan Pariwisata Sehat
Ketahanan Pangan dan Gizi
Kehidupan Masyarakat Sehat yang Mandiri
Kehidupan Sosial yang Sehat Tatanan dan permasalahan khusus tersebut dapat berkembang
sesuai dengan kebutuhan dan kondisi spesifik daerah. Setiap Kabupaten/Kota Sehat yang memenuhi kriteria yang ditetapkan diberikan penghargaan Swasti Saba. Perhargaan tersebut dapat diklasifikasikan atas 3 kategori, yaitu :
Penghargaan Padapa untuk taraf pemantapan sekurang-kurangnya 2 tatanan,
Penghargaan Wiwerda untuk taraf pembinaan memilih 3-4 tatanan, dan
Penghargaan Wistara untuk taraf pengembangan memilih 5 tatanan
Kebijakan Kota Sehat
Penyelenggaraan
Kab./Kota
Sehat
diwujudkan
dengan
menyelenggarakan semua program yang menjadi permasalahan di daerah,
secara
bertahap,
dimulai
kegiatan
prioritas
bagi
masyarakat di sejumlah kecamatan pada sejumlah desa/kelurahan atau bidang usaha yang bersifat sosial ekonomi dan budaya di kawasan tertentu.
Pelaksanaan Kab./Kota sehat dilaksanakan dengann menempatkan masyarakat
sebagai
pelaku
pembangunan
dengan
melelui
pembentukan Forum yang disepakati masy. Dengan dukungan pemerintah daerah dan mendapatkan fasilitasi dari sektor terkait melalui program yang telah direncakan Setiap kabupaten/kota menetapkan kawasan potensial sebagai
entry point“ yang dimulai dengann kegiatan sederhana yang disepakati masyarakat”, kemudian berkembang dalam suatu kawasan atau aspek yang lebih luas, menuju kabupaten/kota sehat 2010. Penyelenggaraan Kab./kota sehat lebih mengutama kan proses
dari pada target, berjalan terus-menerus dimulai dengan kegiatan prioritas dalam suatu tatanan kawasan dan dicapai dalam waktu yang
sesuai
dengan
kemampuan
masyarakat
dan
semua
stakeholder yang mendukung.
Kesepakatan tentang pilihan tatanan kabupaten/kota sehat dengan kegiatan yang menjadi pilihan serta jenis dan besaran indikatornya ditetapkan oleh forum bersama-sama dengan pemerintah daerah.
Program-program
yang
belum
menjadi
pilihan
masyarakat.
diselenggarakan secara rutin oleh masing-masing sektor dan secara bertahap program-program tsb disosialisasikan secara
intensif kepada masyarakat. dan sektor terkait melalui pertemuanpertemuan yang diselenggarakan oleh forum kabupaten/kota sehat.
Pelaksanaan kegiatan kabupaten/kota sehat sepenuhnya dibiayai dan dilaksanakan oleh daerah yang bersangkutan dan masyarakat dengan
menggunakan
mekanisme
pendekatan
konsep
pemberdayaan ma-syarakat dari, oleh dan untuk masyarakat.
Evaluasi kegiatan kabupaten/kota sehat dilakukan oleh forum dan pokja
kota
sehat
bersama-sama
pemerintah
daerah,
LSM,
perguruan tinggi, media massa selaku pelaku pembangunan.
Kriteria Kota Sehat Menurut WHO (1997) terdapat sebelas komponen kriteria kota sehat yang berkualitas yaitu :
Lingkungan fisik yang aman dan bersih
Ekosistem yang stabil
Dukungan masyarakat yang kuat dan tidak eksploitatif
Partispasi dan kontrol masyarakat yang kuat
Pemenuhan kebutuhan dasar seperti makanan, air, tempat tinggal dan pekerjaanyang aman
Akses untuk mendapatkan fasilitas dan pengalaman serta interaksi dan komunikasi dengan masyarakat luas
Ekonomi perkotaan yang inovatif
Mendorong interkoneksitas dari berbagai aspek budaya dan
keturunan dengan berbagai individudan kelompok
Rukun terhadap berbagai karakteristik masyarakat
Ketersediaan
akses pelayanan
kesehatan
dengan
masalah
kesehatan masyarakat
Status kesehatan yang tinggi. WHO (1997), lebih lanjut mengungkapkan bahwa terdapat enam
karakteristik yang dimiliki oleh healthy city project yaitu :
Komitmen terhadap kesehatan
Membutuhkan keputusan politik untuk kesehatan masyarakat
Tindakan dan aksi yang bersifat intersektoral
Partisipasi masyarakat
Inovasi
Outcomenya adalah kebijakan publik yang sehat.
Sehigga karakteristik healthy city , dapat disimpulkan menjadi tiga aspek :
Healthy city adalah kota yang bersih secara fisik, aman dan nyaman untuk dihuni oleh masyarakat.
Healthy city dapat dimulai dari beberapa tatanan (setting ) misalnya sekolah sehat, perkantoran sehat, rumah sakit sehat, pulau sehat sebagai pilot project.
Konsep healthy city menekankan pada keterlibatan pemerintah dan
masyarakat. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa konsep healthy city adalah gerakan yang dilakukan oleh semua komponen masyarakat, sektor pemerintah swasta dan pemerintah lokal yang bertujuan untuk mewujudkan kebijakan publik yang sehat (healthy public policy).
Strategi Kota Sehat Dalam membuat suatu penyelenggaraan progam Kota Sehat, ada beberapa tahapan yang diperlukan, yaitu ;
Komitmen terhadap kesehatan -
Kesehatan bersifat holistik dengan unsur fisik, kejiwaan, sosial, dan agama
- Kesehatan bisa ditingkatkan lewat kerjasama individu dan
kelompok asal peyuluhan kesehatan serta pencegahan penyakit menjadi prioritas.
Proses pengambilan keputusan untuk kesehatan masyarakat -
Lembaga pemerintah yang bertanggung jawab atas perumahan, lingkungan, pendidikan, dan pelayanan umum sangat penting dalam menunjang kesehatan.
-
Keputusan yang diambil di tingkat daerah hendaknya menunjang kesehatan.
Kegiatan intersektoral -
Program yang melibatkan semua unsur yang mempengaruhi faktor penentu kesehatan (determinants of health), termasuk sektor usaha, pemerintah daerah,lembaga lain
- Tingkah laku/kegiatan individu dan lembaga di luar sektor
kesehatan diubah supaya menyumbang terhadap lingkungan kota yang sehat.
Masyarakat umum memainkan peranan aktif -
Masyarakat
dapat
mempengaruhi
keputusan/kegiatan
pemerintah daerah. -
Penyuluhan kesehatan yang mengubah pandangan, sikap, dan pilihan masyarakat dalam hal yang menyangkut kesehatan, cara hidup, dan penggunaan pelayanan kesehatan.
Cara baru dalam pemikiran dan metode - Berhasilnya sebuah program Kota Sehat tergantung pada
adanya kesempatan untuk berinovasi. - Menyebarkan pengetahuan tentang metode baru, mendorong
pemikiran baru,dan menghargai keberhasilan kebijakan dan program yang inovatif. Beberapa strategi yang akan ditempuh dalam melaksanakan kegiatan kota sehat di Indonesia sebagai berikut :
Kegiatan dimulai dari beberapa kota terpilih berupa kegiatan yang spesifik,sederhana, terjangkau, dapat dilaksanakan secara mandiri dan berkelanjutan dengan menggunakan segenap sumber daya yang tersedia
Meningkatkan potensi ekonomi stakeholders kegiatan yang menjadi kesepakatan masyarakat
Perluasan kegiatan ke kota lainnya atas dasar adanya minat dari kota tersebut untuk ikut dalam pendekatan kota sehat
Meningkatkan keberdayaan masyarakat melalui Forum dan Pokja Kota Sehat, serta pendampingan dari sektor terkait untuk dapat membantu memahami permasalah, menyusun perencanaan dan melaksanakan kegiatan kota sehat
Forum didampingi oleh sektor tehnis sesuai dengan potensi
kawasan sehat melakukan advokasi kpd penentu k ebijakan
Mengembangkan kegiatan kab./kota sehat yang sesuai dengann visi dan misi potensi daerah dengann berbagai simbol/moto, semboyan yang dipahami dan memberikan rasa kebanggaan bagi warganya.
Menggali potensi wilayah dan kemitraan dengan swasta, LSM,
pemerintah,legislates di dalam penyelenggaraan kegiatan kota sehat.
Memasyarakatkan pembangunan yang berwawasan kesehatan di dalam mewujudkan kota sehat.
Meningkatkan promosi dan penyuluhan agar masyarakat hidup
dalam kondisi yang tertib hokum, peka terhadap lingkungan fisik, social dan budaya yang sehat.
Program Kota Sehat Program pendukung Kota Sehat, yaitu : Program Bangun Praja dalam rangka peningkatan kapasitas
pengelolaan lingkungan hidup didaerah, Kementrian Lingkungan Hidup berupaya merumuskan dan melaksanakan program yang bertujuan
untuk
meningkatkan
kinerja
dalam
pengelolaan
lingkungan hidup yang baik (Good Environmental GovernanceGEG). Sasaran dari program Bangun Praja adalah terwujudnya pemerintahan yang baik (GG) dan lingkungan yang baik (good environment).Strategi yang diterpakan dalam pelaksanaan program Bangun Praja adalah: (1) menciptakan motivasi bagi Pemda melalui pemberian
insentif,antara
lain
berupa
penghargaan
maupun
bantuan lainnya; (2) menciptakan kompetisi antar daerah/kota; (3)
menerapkan pendekatan "Local Specific" karena setiap daerah memiliki kekhasan masing-masing.
Program ADIPURA. Program ADIPURA bertujuan untuk mengukur kinerja pemerintah daerah (kabupaten dan kota) dalam pengelolaan lingkungan, khususnya lingkungan perkotaan, guna mewujudkan kota yang bersih dan teduh (Clean and Green Cities). Dengan menggunakan pedoman, kriteria, dan indikator yang disusun, Kementrian Lingkungan Hidup bersama dengan Pemerintah propinsi melakukan monitoring dan evaluasi kondisi fisik lingkungan perkotaan sekurang-kurangnya 2 kali dalam setahun. Sementara, evaluasi nonfisik dilakukan 1 kali dalam setahun.
Program Inovasi Manajemen Perkotaan (IMP) Award Tujuan dari Program IMP Award ini lebih mengarah kepada peningkatan kapasitas dan manajemen Pemerintah Daerah dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat, yaitu untuk mendorong adanya perubahan kebijakan publik dan institusi pemerintah (Kingkungan, 2009).
2.5 Analisis Pelaksanaan Program
Progam untuk Kebutuhan Kesehatan Khusus pada Bayi, Balita, Remaja, Dewasa, Lansia, serta Agregat Pekerja di daerah Perkotaan Untuk memenuhi kebutuhan kesehatan pada bayi, balita, remaja, dewasa, lansia, dan pekerja di daerah perkotaan, maka pemerintah memberikan kebijakan untuk membentuk Forum Komunikasi Desa / Kelurahan Sehat(untuk di wilayah desa / kelurahan), atau dengan memfungsikan organisasi masyarakat yang ada dengan nama yang disepakati masyarakat misalnya Konsil Kesehatan Kecamatan (Badan Penyantun Puskesmas) (untuk di wilayah kecamatan). Peranan institusi Puskesmas sangat penting dalam mewujudkan Kota Sehat dan pengembangan Desa Sehat
Bayi dan Balita Dengan
adanya
program-program
Posyandu,
dapat
meningkatkan ketahanan hidup dan keberhasilan tumbuh kembang bayi. Program Posyandu yang meliputi pemeriksaan antenatal hingga imunisasi dapat menekan angka mortalitas bayi akibat malnutrisi dan berat badan lahir rendah, dan penyakit yang dapat dicegah dengan pemberian imunisasi. Sedangkan untuk mengatasi masalah polusi udara yang menyebabkan masalah / isu jatuh, kecelakaan, keracunan gas , keracunan timbal karena limbah industri ( plumbism), pemerintah memberikan kebijakan untuk membentuk Kawasan Hutan Sehat, Kawasan Pemukiman Sarana Prasarana Sehat, penggunaan bahan bakar yang memenuhi syarat, dan penggunaan kendaraan bermotor yang memenuhi syarat emisi. Untuk mengatasi masalah malnutrisi khususnya pada keluarga dengan ekonomi rendah, pemerintah memberikan kebijakan berupa Ketahanan Pangan dan Gizi yang meliputi ketersediaan bahan pangan, distribusi bahan pangan yang merata (melalui koperasi), terjangkaunya daya beli masyarakat, konsumsi makanan B3 (Bergizi, Beragam, Berimbang), dan kewaspadaan (terhadap kasus gizi berlebih, keracunan pestisida, daerah rawan pangan). Remaja
Untuk menangani masalah penyalahgunaan NAPZA, alkohol, tembakau, resiko penularan HIV/AIDS karena seks bebas pada golongan remaja, pemerintah telah menetapkan kebijakan yang memandirikan masyarakat untuk kehidupan yang sehat dengan cara
meningkatkan
penanggulangan
NAPZA,
kegiatan
meningkatkan
masyarakat penanggulangan HIV / AIDS.
Dewasa
kelompok kegiatan
masyarakat kelompok
Dengan adanya puskesmas di setiap wilayah kecamatan atau kelurahan, dilakukan sejumlah pemeriksaan teratur, pemeriksaan kesehatan non invasif atau invasif minimal yang direkomendasikan untuk
orang
dewasa, seperti
pemeriksaan
untuk
hipertensi,
diabetes, kolesterol, darah tinggi, dan kanker. Kematian untuk penyakit kardiovaskuler pada orang dewasa telah cukup berkurang, tetapi masalah kesehatan akibat perilaku tidak sehat (seperti merokok dan minum) dapat dikurangi jika dewasa bersedia untuk memodifikasi perilaku mereka. Lansia
Status kesehatan lansia telah meningkat, baik dari segi hidup lebih lama dan tetap fungsional. Masyarakat perlu untuk menangani kebutuhan
khusus
untuk
lansia
seperti
dari pendapatan,
perumahan, perawatan pribadi, perawatan kesehatan, transportasi, dan fasilitas masyarakat dan layanan untuk orang tua.
Agregat pekerja Untuk para pekerja, pemerintah memberikan kebijakan untuk menjaga keselamatan dan kesehatan pekerja, serta mencegah kecelakaan dan rudapaksa. Tempat kerja harus memenuhi persyaratan kesehatan, pekerja mendapat pelayanan kesehatan dan keselamatan kerja paripurna, dan pengelolaan limbah industri secara tepat dan aman Selain itu di Indonesia pencemaran lingkungan menjadi masalah
yang cukup berpengaruh terhadap kesehatan, dimana banyak sekali penduduk Indonesia jatuh sakit akibat lingkungan yang tercemar. Bidang
Pengendalian
Lingkungan
secara
maksimal
menyusun
program yang dapat mengurangi terjadinya pencemaran lingkungan tersebut. Berikut pelaksanaan program umum yang sudah ada :
Penanggulangan Polusi Udara Polusi udara di Indonesia menimbulkan banyak dampak yang besar bagi kesehatan. Banyak cara untuk mengatasi pencemaran udara ini diantaranya dengan mengurangi emisi atau tingkat
pencemaran yang ada. Misalnya, penggunaan bensin bebas timbal dan meminimalkan penggunaan solar. Selain itu juga dapat membuat ventilasi udara yang cukup di rumah – rumah untuk mengurangi polusi indoor . Sedangkan untuk masalah kesehatan yang sudah ada, sebaiknya dilakukan pencegahan, seperti menggunakan masker ketika di jalan raya, membangun rumah dengan ventilasi yang memadai, dan proteksi diri lainnya seperti mengonsumsi makan bergizi maupun vitamin. Selain itu juga bisa dilakukan dengan menjaga lingkungan tetap asri agar mampu menetralisir pulosi yang ada.
Penanggulangan Polusi Air Menanggulangi menambahkan
pencemaran
bahan
kimia
air
dapat
abate
ke
dilakukan saluran
air
dengan untuk
meminimalkan kontaminasi. Hal lain yang dapat dilakukan adalah pertanian secara organik dan manajemen hama terpadu. Terkait dengan masalah kesehatan, cara mengatasi penyakit akibat polusi air yaitu dengan mengonsumsi air yang bersih, tidak tercemar, dan memasak air dulu sebelum diminum. Pendidikan kesehatan juga mungkin dilakukan agar masyarakat semakin sadar dan peduli akan kelestarian air.
Penanggulangan Polusi Suara Langkah yang dapat kita ambil untuk mengatasi pencemaran suara
yaitu
dengan
mengisolasi
kebisingan,
baik
dengan
menggunakan bahan penyerap suara atau dengan memindahkan klien dari sumber kebisingan. Jika hal tersebut tidak bisa dilakukan, gunakan alat pelindung telinga untuk mengurangi kebisingan. Klien juga harus diberi tahu jika level suara tertentu dapat mengakibatkan kerusakan telinga.
BAB III PENUTUP
1.1 Kesimpulan Populasi dengan
perkotaan
kualitas
dan
merupakan karakter
sekumpulan
yang
tinggal
di
individu-individu wilayah
yang
berpenduduk relatif besar, luas areal terbatas, pada umumnya bersifat nonagraris, kepadatan penduduk relatif tinggi, tempat sekelompok orang dalam jumlah tertentu dan bertempat tinggal dalam suatu wilayah geografis tertentu, cenderung berpola hubungan rasional, ekonomis, dan individualistis. Karakteristik dari perkotaan yaitu pada umumnya masyarakat bermata pencaharian industrial dengan kepadatan rumah dan penduduk cukup tinggi, stratifikasi sosial yang kompleks dan mobilitas relatif tinggi. Banyak sekali permasalahan yang terjadi di daerah perkotaan, baik melibatkan penduduknya maupun penyakit yang seringkali terjadi di lingkungan masyarakat perkotaan, cukup banyak program yang bertujuan untuk mengatasi masalah tersebut namun terkadang penatalaksanaannya masih belum sesuai dengan harapan, hal ini dapat disebabkan karena kurangnya sosialisasi dan kesadaran dari masyarakat. Disini peran kita sebagai perawat komunitas sangatlah diperlukan
1.2 Saran Diperlukan referensi yang lebih terkini (up to date) untuk dapat mengetahui masalah terkini yang terjadi di perkotaan s erta memahami dan menganalisa kondisi area keperawatan komunitas di perkotaan. Untuk menganalisa sebaiknya dilihat lagi secara menyeluruh baik dari segi bio, psiko, sosio, kultural, spiritual agar analisa yang dibuat lebih dapat mewakili gambaran kondisi di perkotaan itu sendiri
DAFTAR PUSTAKA Abustam, Muhammad Idrus. 1989. “Gerak Penduduk, Pembangunan dan Perubahan Sosial: Kasus Tiga Komunitas Padi Sawah di Sulawesi Selatan”. Jakarta: UI Press. Ahmadi, Abu, Drs. 2003. “Ilmu Sosial Dasar”. Jakarta: Rineke Cipta. Allender, Judith Ann., Spradley, Barbara Walton. 2005. “Community Health Nursing Promoting and Protecting the Public’s Health sixth edition Hal 764-765”. http://pwk.archiplan.ugm.ac.id/wpcontent/uploads/2015/05/Penangangan-Masalah-PermukimanPerkotaan-melalui-Penerapan-Konsep-Kota-Kompak-dan-TOD-PWKUGM.pdf. Diakses 27 April 2016 pukul 03.00 Anonim. 2007. “ Dasar Hukum UU No 2 tahun 2007”. http://dcktr.surabaya.go.id/cktrweb/dasarhukum/imb/UU_No26_2007.pd f. Diakses 26 April 2016 pukul 19. 32 Anonim. 2009. “Masyarakat Pedesaan dan Masyarakat Perkotaan”. ELearning Gunadarma. http://elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/mkdu_isd/bab7masyarakat_pedesaan_dan_masyarakat_perkotaan.pdf. Diakses 26 April 2016 pukul 18.15 Arikunto, S. 2002. “Prosedur Penelitian”. Jakarta: Rineka Cipta. Bintarto. 1983. “Interaksi Desa – Kota dan Permasalahannya”. Jakarta: Ghalia Indonesia. Burchan, A. 2004. “Pengantar Penelitian dalam Pendidikan”. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. DEPKES RI. 2005. “Peraturan Bersama Menteri Dalam Negeri dan Menteri Kesehatan no 34 Tahun 2005 Nomor: 1138/MENKES/PB/VIII/2005 tentang Penyelenggaraan Kabupaten/Kota Sehat”.