EKOSISTEM PERKOTAAN
MAKALAH Untuk memenuhi tugas matakuliah Ekologi Dasar yang dibina oleh Ibu Hawa Tuarita
Oleh: Kelompok 8 Anis Fitriah
(120341400034)
Anton
(120341410321)
Valeria Christy Octavia
(120341421940)
Yendania Grevitara Pramono
(120341421930)
PBIO Offering C/2012
The Learning University
UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM JURUSAN BIOLOGI Maret 2014
1.1 Kompetensi Dasar 1. Mengidentifikasi beberapa bentuk ekosistem yang ada di permukaan bumi 2. Menjelaskan karakteristik ekosistem perkotaan 3. Menjelaskan karakteristik ekosistem taman kota 1.2 Karakteristik ekosistem perkotaan Ekosistem kota merupakan ekosistem yang sepenuhnya dibuat oleh manusia termasuk di dalamnya hubungan sosial budaya yang diciptakan pada suatu lingkungan. Menurut Sundari (2009) mendefinisikan kota sebagai lingkungan yang berkembang secara ekonomis, namun menurun dalam ekologis. Sedangkan menurut Amos Rapoport mendefinisikan kota sebagai suatu pemukiman yang relatif besar, padat, dan permanen yang terdiri dari kelompok individu-individu yang heterogen dari segi-segi sosial. Odum (1975) mengatakan bahwa kota merupakan ekosistem heterotropik yang bergantung pada aliran energi dari lingkungan luar. Di dalam kota terdapat banyak pepohonan, aera substansial rumput dan semak, terdapat danau dan telaga sehingga ekosistem kota juga memiliki komponen autotrof. Jadi ekosistem perkotaan adalah penduduk kota dan interaksi lingkungan mereka serta pembentukan suatu kesatuan yang utuh tetapi juga adaptasi manusia terhadap lingkungan alam, pengolahan, transformasi, dan membangun sebuah ekosistem buatan khusus. Ditinjau
dari
segi
demografi
(klasifikasi
numerik)
kota
dapat
diklasifikasikan menjadi kota metropolitan, kota besar, kota sedang, dan kota kecil. Menurut Boque (1969) mengatakan bahwa demografi adalah ilmu statistik dan matematika yang mempelajari ukuran, komposisi, dan persebaran penduduk serta perubahan pada waktu tertentu yang meliputi fertilitas, mortalitas,
perkawinan,
migrasi.
Sedangkan
Hawthorn
(1970)
mendefinisikannya sebagai berikut “Demografi adalah studi tentang interaksi tingkat perkembangan dari 3 komponen (kelahiran, kematian dan migrasi) dan studi tentang dampak dari perubahan komposisi dan perkembangan dari penduduk”. Dapat disimpulkan demografi adalah ilmu yang mempelajari penduduk di suatu wilayah terutama mengenai jumlah, struktur (komposisi penduduk), dan perkembangannya (perubahannya). Kota dikategorikan
menjadi kota metropolitan dengan jumlah penduduk lebih dari 2 juta jiwa. Kota besar memiliki penduduk yang berjumlah 500.000-2 juta jiwa. Sedangkan kota sedang memiliki penduduk yang berjumlah 100.000-500.000 jiwa dan kota kecil memiliki penduduk yang berjumlah 10.000-100.000 jiwa. Menurut Gunawan (2013) mengatakan, “pada awal tahun 1800 masyarakat yang hidup di ekosistem perkotaan diperkirakan hanya 1,7% dari seluruh populasi dunia. Pada saat itu masyarakat hidup di pedesaan dengan lingkungan hidup agraris. Hadirnya masyarakat industri pada akhir tahun 1800-an memulai kecenderungan terjadinya urbanisasi secara global. Pada tahun 1950 populasi masyarakat kota meningkat menjadi 28%, pada tahun 1985 mencapai 42%, dan pada tahun 2000-an akibat pertumbuhan pesat dari penduduk kota menyebabkan setengah penduduk dunia akan tinggal pada kota-kota besar. Tidak mengherankan jika pada saat ini disebut sebagai urban millineum”. Lingkungan perkotaan mengalami perkembangan dan pembangunan yang sangat cepat dan mudah berubah-ubah. Urbanisasi, pemukiman dan gedung – gedung yang vertical, ketersediaan makanan, sampah, energy dan air bersih menjadi masalah yang pelik dikota-kota besar. Sedangkan kota menurut klasifikasi non-numerik yaitu melihat fungsi kota secara mayoritas dan kekuasaan, digolongkan menjadi : a. Kota pusat produksi Merupakan kota-kota penghasil bahan mentah dan kota-kota yang mengubah bahan mentah menjadi barang-barang jadi. b. Kota pusat perdagangan Merupakan kota-kota penyalur kebutuhan sehari-hari warga kota. Ada yang disebut entrepot yaitu perantara perdagangan internasional dan nasional. c. Kota pusat pemerintahan Sebagai pusat politik atau pusat-pusat pemerintahan. d. Kota pusat kebudayaan dan agama e. Kota pusat kesehatan Biasanya terdapat di daerah pegunungan yang memiliki uadra bersih dan suhu yang sejuk.
Sehingga berdasarkan klasifikasi numerik dan klasifikasi non-numerik kota memiliki ciri fisik dan sosial yang akan membangun sebuah struktur perkotaan. Menurut Odum (1975) ditunjukkan bahwa kota terdiri atas perumahan (40%), taman (15%), institusi (10%), transportation (20%), dan daerah komersial – industri (15%). Aliran energi di dalam kota tidak terlepas dari ekosistem alami yang terbentuk misalnya dari danau. Aliran energi tersebut dapat dijelaskan melalui ilustrasi berikut ini. Perumahan yang menyusun kota umumnya terdiri dari tanaman berakar yang sangat terlihat mencolok. Di danau, terbagi menjadi zona litoral, limnetic, dan profundal. Pada area litoral dan limnetic merupakan daerah yang sangat efektif bagi penetrasi cahaya matahari, sehingga energi surya diubah menjadi bahan bakar organik oleh tumbuhan di dalamnya melalui fotosintesis. Bahan organik tersebut akan mendukung habitat di danau seperti ikan, udang, dll (ikan akan dipanen dan dikonsumsi oleh manusia). Kembali lagi pada kota, di daerah industri merupakan pengkonsumsi energi tertinggi yang berada di pusat kota. Hasilnya (berupa energi) akan dimanfaatkan oleh manusia dalam hal transportasi, pangan, sandang dan pangan, bahan bakar dan lain sebagainya. Penggunaan bahan bakar pada area transportasi dan industri berakibat pembakaran yang tidak sempurna sehingga menghasilkan gas – gas beracun di udara. Gas-gas tersebut contohnya C02 dapat diserap oleh tumbuhan yang ada pada taman kota untuk diproses kembali menjadi udara bersih. Selain itu, taman kota dapat dimanfaatkan untuk estetika dari institusi-institusi. Jadi, ekosistem kota tidak terlepas dari ekosistem alami di sekitarnya. 1.3 Karakteristik Ekosistem Taman dan Hutan Kota Ekosistem tumbuhan yang mendominasi pada ekosistem kota adalah taman dan hutan kota yang dibuat seperti aslinya. Laurie (1986) mengemukakan bahwa asal mula pengertian kata taman (garden) dapat ditelusuri
pada
bahasa
Ibrani
gan,
yang
berarti
melindungi
dan
mempertahankan secara tidak langsung menyatakan hal pemagaran atau lahan berpagar, dan oden atau eden, yang berarti kesenangan atau kegembiraan. Jadi dalam bahasa Inggris perkataan “garden” memiliki gabungan dari kedua kata-
kata tersebut, yang berarti sebidang lahan berpagar yang digunakan untuk kesenangan dan kegembiraan. Sedangkan menurut Djamal (2005), taman adalah sebidang tanah terbuka dengan luasan tertentu di dalamnya ditanam pepohonan, perdu, semak dan rerumputan yang dapat dikombinasikan dengan kreasi dari bahan lainnya. Umumnya taman kota dipergunakan untuk olah raga, bersantai, bermain dan sebagainya. Oleh karena itu, diupayakan adanya penghijauan perkotaan agar terjadi keseimbangan ekosistem di dalamnya. Penghijauan perkotaan yaitu menanam tumbuh-tumbuhan sebanyakbanyaknya di halaman rumah atau dilingkungan sekitar rumah maupun dipinggir jalan seperti pohon, semak, perdu, rumput atau penutup tanah lainnya. Hal ini sering disebut sebagai ruang terbuka hijau (RTH). RTH sangat penting mengingat tumbuh-tumbuhan mempunyai peranan penting dalam alam yang dapat dikategorikan menjadi fungsi lansekap (sosial dan fisik), fungsi lingkungan (ekologi) dan fungsi estetika (keindahan). Berdasarkan fungsi utama RTH dapat dibagi menjadi: 1. Pertanian perkotaan berfungsi mendapatkan hasil untuk konsumsi. Misalnya tanaman holtikultura. 2. Taman kota mempunyai fungsi utama untuk keindahan dan interaksi sosial. 3. Hutan kota mempunyai fungsi utama untuk peningkatan kualitas lingkungan. Taman kota dilengkapi dengan beberapa fasilitas untuk kebutuhan masyarakat sebagai tempat rekreasi, sebagai paru-paru kota, pengendali iklim mikro, konservasi tanah dan air, dan habitat berbagai flora dan fauna, penangkal angin, dan penyaring cahaya matahari. Taman kota berperan sebagai sarana pengembangan
budaya
kota,
pendidikan,
dan
pusat
kegiatan
kemasyarakatan. Pembangunan taman dibeberapa lokasi akan menciptakan kondisi kota yang indah, sejuk, dan nyaman serta menunjukkan citra kota yang baik. Beberapa karakteristik dari taman kota, antara lain vegetasi pada taman kota umumnya beragam, mulai dari rumput, semak, perdu, dan pohon, mudah dijangkau oleh penduduk kota dan dapat memenuhi fungsi perlindungan dan regulatifnya, seperti kelestarian tanah, tata air, mengurangi polusi udara,
mengurangi kebisingan, dan sebaginya. Ekosistem yang berada di dalam taman kota dipengaruhi oleh beberapa faktor abiotik, antara lain suhu, intensitas sinar matahari, air, tanah, ketinggian, angin, dan garis lintang. Hanya memiliki sedikit komunitas biotik, umumnya hanya berupa serangga yang memakan daun tumbuhan. Terdapat jenis pohon pada taman kota ditemukan 44 spesies pohon yang tercakup dalam 24 famili. Ditinjau dari keliarannya (budidaya atau non-budidaya) 10 spesies tergolong pohon nonbudidaya (pohon yang tumbuh secara alami) dan 34 spesies tergolong pohon budidaya, yaitu pohon yang sudah biasa dibudidayakan. Jadi spesies pohon yang ditanam umumnya spesies yang biasa digunakan sebagai tanaman penghijauan dan peneduh jalan. Spesies tersebut juga ditemukan di hutan kota yang lain, yaitu Acacia auriculiformis, Casia siamea, Paracerianthes falcataria, dan Leucaena leucocephala. Hutan Kota dapat memberikan kenyamanan dan keindahan (estetis). Hutan kota sangat diperlukan sebagai perlindungan dari berbagai masalah lingkungan perkotaan. Hutan kota mempunyai banyak fungsi (kegunaan dan manfaat) yang tidak terlepas dari peranan tumbuh-tumbuhan di alam. Tumbuh-tumbuhan sebagai produsen pertama dalam ekosistem, mempunyai berbagai macam kegiatan metabolisme untuk hidup, tumbuh dan berkembang. Tidak
ada
satu
makhlukpun
yang
dapat
hidup
tanpa
tumbuhan.
Banyak kendala dalam upaya membangun taman hutan kota. Kendala tersebut antara lain persediaan lahan untuk taman hutan kota, lahan semakin hari semakin sedikit untuk taman hutan kota dan harga lahan di kota sangat mahal. Disamping itu karena peresepsi dari para perancang dan pelaksana pembangunan, maupun dari lapisan masyarakat lainnya terhadap pentingnya hutan kota belum terbangun. Dari hasil penelitian yang pernah dilakukan menunjukkan bahwa dengan membangun dan mengembangkan bentuk taman hutan kota serta membangun dan mengembangkan struktur taman hutan kota, maka kendala lahan dapat di modifikasi sehingga tetap dapat membangun dan mengembangkan hutan kota. Disamping itu secara bertahap kita selalu berusaha
membangun
dan
mengembangkan
persepsi
Ditinjau dari bentuk lahan, dapat dibagi mejadi 3 tipe yaitu:
hutankota.
a. Berbentuk bergerombol atau menumpuk adalah hutan kota dengan komunitas tumbuh-tumbuhannya terkonsentrasi pada suatu areal dengan jumlah tumbuh-tumbuhannya minimal 100 pohon dengan jarak tanam rapat tidak beraturan. b. Berbentuk menyebar yaitu hutan kota yang tidak mempunyai pola tertentu, dengan komunitas tumbuh-tumbuhannya tumbuh menyebar terpencar-pencar dalam bentuk rumpun atau gerombol-gerombol kecil. c. Berbentuk jalur yaitu komunitas tumbuh-tumbuhannya tumbuh pada lahan yang berbentuk jalur lurus atau melengkung, mengikuti bentukan sungai, jalan, pantai, saluran dan lainnya. Berdasarkan jumlah dan keanekaragaman yang menyusun komposisi hutan dapat dibagi menjadi: a. Berstrata dua yaitu komunitas hutan kota terdiri dari pepohonan dan rumput atau penutup tanah lainnya. b. Berstrata banyak yaitu komunitas hutan kota selain terdiri dari pepohonan dan rumput juga terdapat semak, terna, liana, epifit. Jarak tanam rapat dan tidak beraturan dengan strata dan komposisi meniru komunitas tumbuh-tumbuhan hutan alam. Fungsi hutan kota sangat tergantung kepada bentuk dan struktur hutan kota serta tujuan perancangannya. Secara garis besar fungsi hutan kota dapat kelompokkan menjadi: 1. Fungsi lansekap. Fungsi lansekap meliputi fungsi fisik dan fungsi sosial. a. Fungsi fisik, yaitu berfungsi antara lain untuk perlindungan terhadap angin, sinar matahari, pemandangan yang kurang bagus dan terhadap bau, sebagai pemersatu, penegas, pengenal, pelembut, dan pembingkai. b. Fungsi sosial, penataan tumbuh-tumbuhan dalam hutan kota dengan baik akan memberikan tempat interaksi sosial yang sangat menyenangkan. Hutan kota dengan aneka ragam tumbuh-tumbuhan mengandung nilai-nilai ilmiah sehingga hutan kota dapat sebagai laboratorium hidup untuk sarana pendidikan dan penelitian. Fungsi
kesehatan misalnya untuk terapi mata dan mental serta fungsi rekreasi, olah raga, dan tempat interaksi sosial lainnya. Fungsi sosial politik ekonomi misalnya untuk persahabatan antar negara. Hutan kota dapat memberikan hasil tambahan secara ekonomi untuk kesejahteraan penduduk seperti buah-buahan, kayu, obatobatan sebagai warung hidup dan apotik hidup. 2. Fungsi Pelestarian Lingkungan (ekologi). Dalam pengembangan dan pengendalian kualitas lingkungan fungsi lingkungan diutamakan tanpa mengesampingkan fungsi-fungsi lainnya. Fungsi lingkungan ini antara lain: a. Menyegarkan udara atau sebagai "paru-paru kota". Fungsi menyegarkan udara dengan mengambil CO2 dalam proses fotosintesis dan menghasilkan O2 yang sangat diperlukan bagi makhluk hidup untuk pernafasan. CO2 diambil dari udara, sedangkan air diambil dari dalam tanah melalui akar tanaman.
sinarmatahari 6 CO2 + 6 H2O ----------------> C6H12O6 + 6 O2 khlorofil enzim. b. Menurunkan Suhu Kota dan meningkatkan kelembaban. Suhu disekitar tanaman menjadi lebih sejuk. Uap air di atmosfir bertindak sebagai pengatur panas (suhu udara) karena sifatnya dapat menyerap energi radiasi matahari gelombang pendek maupun gelombang panjang. Hutan kota mempunyai pengaruh besar pada daerah-daerah yang suhunya tinggi, dan sangat bermanfaat khususnya untuk daerah tropis. c. Sebagai Ruang Hidup Satwa. Tumbuh-tumbuhan selain sebagai produsen pertama dalam ekosistem juga dapat menciptakan ruang hidup (habitat) bagi makhluk hidup lainnya, sebagai burung, kupukupu, serangga. Burung sebagai komponen ekosistem mempunyai peranan penting, diantaranya untuk mengontrol populasi serangga, membantu penyerbukan bunga dan pemencaran biji. Hampir pada setiap bentuk kehidupan terkait erat dengan burung, sehingga
burung mudah dijumpai. Dengan kondisi tersebut diduga burung dapat dijadikan sebagai indikator lingkungan karena jika terjadi pencemaran lingkungan, burung merupakan komponen alam terdekat yang terkena pencemaran. 3. Fungsi Estetika. Tumbuh-tumbuhan dapat memberikan keindahan dari garis, bentuk, warna, dan tekstur yang ada dari tajuk, daun, batang, cabang, kulit batang, akar, bunga, buah maupun aroma. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penilaian hutan kota yang berstrata banyak mempunyai nilai estetika lebih tinggi daripada hutan kota berstrata dua. Upaya menciptakan taman kota dapat dilakukan melalui beberapa hal sebagai berikut: 1.
Menentukan kebijakan, rencana dan program taman dan hutan kota yang jelas yang disosialisasikan ke masyarakat dan instansi terkait, agar masyarakat bisa menyesuaikan. Sosaialisasi pengembangan dan pemeliharaan taman kota di segenap lapisan masyarakat ini dalam rangka segera tercapainya luasan ruang hijau di perkotaan. Kesadaran dan keterlibatan segenap lapisan masyarakat untuk menata lingkungannya sangat menunjang terciptanya taman kota secara makro;
2.
Dijalin kerja sama dengan masyarakat dan berbagai stakeholde, untuk meningkatkan pemeliharaan taman. Upaya ini untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat untuk memelihara tamantaman dilingkungannya serta upaya mengoptimalkan pemanfaatan fasilitas yang ada untuk taman kota, seperti kampus, halaman kantor atau industri.
3.
Adanya aturan untuk mempertahankan taman kota yang telah ada.
4.
Untuk di daerah yang akan dikembangkan, lahan untuk taman harus dialokasikan dengan baik dan dipertahankan keberadaannya. Sebab sering keberadaan taman-taman di pemukiman banyak yang dialih fungsikan oleh masyarakat untuk alasan vasilitas bersama
berbentuk bangunan permanen seperti tempat/gedung olah raga, tempat ibadah, atau balai/kantor RW; 5.
Untuk memenuhi ruang terbuka hijau perlu pemanfaatan sarana umum, seperti taman pemakaman umum, lapangan olahraga, jalur hijau jalan raya, bantaran rel kereta api, bantaran sungai untuk dilakukan penghijauhan.
1.4 Kesimpulan Ekosistem perkotaan adalah penduduk kota dan interaksi lingkungan mereka serta pembentukan suatu kesatuan yang utuh tetapi juga adaptasi manusia
terhadap
lingkungan
alam,
pengolahan,
transformasi,
dan
membangun sebuah ekosistem buatan khusus. Di dalam kota tersebut tersusun atas perumahan (40%), taman (15%), institusi (10%), transportation (20%), dan daerah komersial – industri (15%). Secara umunya, ekosistem tumbuhan dalam kota juga terdapat ekosistem hutan dan ekosistem taman. Hutan kota dan taman kota dapat memberikan kenyamanan kepada manusia. Apalagi jika mengembangkan dan membangun hutan dan taman kota yang berstruktur dengan keanekaragam jenis tumbuh-tumbuhan dan jumlah yang banyak serta ditata dengan baik. Diharapkan hutan kota dan taman kota dapat memenuhi tingkat kenyamanan yang dikehendaki, karena hutan kotadan taman kota dapat memodifikasi iklim mikro dan regulasi dari energi. Hutan kota yang berstrata banyak memberikan lingkungan sekitarnya relatif lebih nyaman daripada yang berstrata dua, dan di dalam hutan akan kita rasakan lingkungannya lebih nyaman dibandingkan dengan di luar hutan kota. Tidak lupa bahwa yang paling penting kita perlu menanam jenis-jenis khas daerah sehingga hutan kotanya akan mempunyai ciri spesifik.
Daftar Pustaka
Atmojo, Sunturo Wongso. 2007. Menciptakan Taman Kota Berseri. (online), (suntoro.staff.uns.ac.id/files/.../32menciptakan-taman-kota-berseri.doc, diakses tanggal 10 Maret 2014). Gunawan, Putu N. 2013. Ekosistem Kawasan Perkotaan. (online), (http://www.ikabuh.com), diakses tanggal 15 Maret 2014. Irwan, Zoer’aini Djamal. 2005. Tantangan Lingkungan dan Lansekap Hutan Kota. Jakarta: PT Bumi Aksara. Irwan, Zoer’aini Djamal. 1992. Prinsip-prinsip Ekologi dan Organisasi Ekosistem, Komunitas, dan Lingkungan. Jakarta: PT Bumi Aksara. Odum. 1975. Ecology. London:A Holt International Edition. Sundari, Eva S. 2009. Studi Untuk Menetukan Fungsi Hutan Kota dalam Masalah Lingkungan Perkotaan. Bandung: UNISBA.