Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko
BANJIR
Bahan Pengayaan Bagi Guru G uru SMA/SMK/MA/MAK Cover dalam
Penulis: Noor Indrastuti Nara Sumber: Dr. Agus Maryono
PUSAT KURIKULUM BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL JAKARTA, 2009
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Banjir Bahan Pengayaan Bagi Guru SMA/MA/MAK Penulis: Noor Indrastuti Nara Sumber: Dr. Agus Maryono Editor: Ninil R Mitahul Jannah dan Dian Ariyanie Yogyakarta) Ilustrator Sampul : Quiona Ayu (SDN Lempuyangan II Yogyakarta) Ilustrator Isi:
Rizki Goni, Feri Rahman, Antan Juliansyah, Feri Fauzi, Rigan A.T. Lay Out Isi:
Galang Gumilar, Antan Juliansyah, Feri Fauzi, Rudini Rusmawan, Ardi H, Agusbobos. ISBN : 978-979-725-224-3
Program Safer Communities through Disaster Risk Reduction (SCDRR) Jl. Tulung Agung No. 46, Jakarta 10310, INDONESIA
Telp Fax E-mail Website
: +62 21 390 5484 (hunting) : +62 21 391 8604 :
[email protected] [email protected] g : www.sc-drr.or www.sc-drr.org g
Program masyarakat yang lebih aman melalui pengurangan risiko bencana (Safer Communities through Disaster Risk Reduction disingkat SCDRR) , merupakan proyek kerja sama antara United Nations Development Programme (UNDP) , BAPPENAS, BNPB dan Kementerian Dalam Negeri, dengan dukungan dana UNDP, Departement for International Development (DFID) Pemerinta Pemerintah h Inggris dan AustralianAgencyFor Internationa International l Development (AusAID)
KEPALA PUSAT KURIKULUM
SAMBUTAN
I
ndonesia yang merupakan salah satu negara kepulauan terbesar di dunia berada di kawasan yang disebut cincin api, dimana risiko untuk terjadi bencana alam seperti tsunami, gempa bumi, letusan gunung api, banjir dan longsor sangat tinggi. Bencana alam ini telah menimbulkan ribuan korban jiwa, kerugian materil dan meninggalkan banyak orang untuk berjuang membangun kembali tempat tinggal dan mata pencahariannya. Kesiapsiagaan merupakan hal yang penting dan harus dibangun pada setiap tingk at kelompok di masyarakat. Pengalaman menunjukkan bahwa kehancuran akibat bencana dapat secara drastis dikurangi jika semua orang lebih siap menghadapi bencana. Sekolah adalah pusat pendidikan yang tidak hanya memberikan kita ilmu pengetahuan tetapi juga bekal untuk kelangsungan hidup kita, kesiapsiagaan terhadap bencana merupakan bagian dari keterampilan untuk kelangsungan hidup kita. Sekolah juga seringkali menjadi tempat penghubung dan tempat belajar bagi seluruh masyarakat. Anak-anak merupakan peserta ajar yang paling cepat dan mereka tidak hanya mampu memadukan pengetahuan beru ke dalam kehidupan sehari-hari, tetapi juga menjadi sumber pengetahuan bagi keluarga dan masyarakatnya dalam hal prilaku yang sehat dan aman, yang mereka dapatkan di sekolah. Oleh karenanya, menjadikan pencegahan bencana menjadi salah satu okus di sekolah dengan memberdayakan anak-anak dan remaja untuk memahami tanda-tanda peringatan bencana dan langkah-langkah yang dapat diambil untuk mengurangi risiko dan mencegah bencana, merupakan suatu langkah awal yang penting dalam membangun ketangguhan bencana seluruh masyarakat. Jadi kesiapsiagaan haruslah menjadi bagian dari materi yang diberikan dalam dunia pendidikan khususnya pendidikan dasar dan menengah. Pusat Kurikulum sebagai lembaga yang bertanggung jawab dalam pengembangan model-model kurikulum sebagai reerensi satuan pendidikan dalam pengembangan kurikulumnya, telah berhasil dalam menyusun serangkaian modul ajar dan modul pelatihan untuk pengintegrasian pengurangan risiko bencana ke dalam tingkat satuan pendidikan. Secara keseluruhan modul ini terdiri atas 15 modul ajar dan 3 modul pelatihan, yaitu:
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Gempa untuk SD. Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Gempa untuk SMP. SMP. Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Gempa untuk SMA. Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Tsunami untuk SD. Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko R isiko Tsunami untuk SMP. SMP. Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Tsunami untuk SMA.
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Longsor untuk SD. Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Longsor untuk SMP. SMP. Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Longsor untuk SMA. Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Kebakaran untuk SD. Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Kebakaran untuk SMP. SMP. Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Kebakaran untuk SMA. Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Banjir untuk SD. Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Banjir untuk SMP. SMP. Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Banjir untuk SMA. Modul Pelatihan Pengintegrasian Pengurangan Risiko Bencana untuk SD, SMP dan SMA.
Penyusunan modul-modul tersebut merupakan hasil kerjasama antara Pusat Kurikulum dengan Direktorat Kawasan Khusus dan Daerah Tertinggal BAPPENAS dalam sebuah Program Safer Community Through Disaster Risk Reduction (SCDRR) In Development yang didanai oleh United Nations Development Program (UNDP) yang bertujuan untuk membangun masyarakat yang aman dari ancaman melalui berbagai upaya pengurangan risiko bencana. Setiap modul ajar dilengkapi dengan contoh-contoh silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran dan model bahan ajar. Sedangkan modul pelatihan terdiri dari panduan asilitasi dan bahan bacaan bagi pelatih mengenai penyelenggaraan penanggulangan bencana, pengurangan risiko bencana, sekolah siaga bencana, pendidikan PRB, dan strategi pengintegrasian pendidikan PRB ke dalam kurikulum satuan pendidikan. Diharapkan modul-modul tersebut dapat bermanaat dan dijadikan bahan acuan bagi para pihak yang berkepentingan dalam kesiapsiagaan di sekolah.
Jakarta, Desember 2009 Kepala Pusat Kurikulum
Dra. Diah Harianti, M.Psi
KEPALA BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL
SAMBUTAN
I
ndonesia sebagai negara kepulauan dengan letak geograsnya pada posisi pertemuan 4 lempeng tektonik, merupakan merupak an wilayah yang rawan bencana. Selain itu dengan kompleksitas kondisi demogra, sosial dan ekonomi di Indonesia yang berkontribusi pada tingginya tingkat kerentanan masyarakat terhadap ancaman bencana, serta minimnya kapasitas masyarakat dalam menangani bencana menyebabkan risiko bencana di Indonesia menjadi tinggi. Pada tahun 2005, Indonesia menempati peringkat ke-7 dari sejumlah negara yang paling banyak dilanda bencana alam (ISDR 2006-2009, World Disaster Reduction Campaign, UNESCO). Berangkat dari hal tersebut dan guna mendukung paradigma pengurangan risiko bencana di sektor pendidikan, maka Pusat Kurikulum-sebuah unit eselon II di bawah Badan Penelitian dan Pengembangan pada Kementerian Pendidikan Nasional bekerjasama dengan Direktorat Kawasan Khusus dan Daerah Tertinggal BAPPENAS tengah melaksanakan kegiatan Program Safer Community Through UNDP. Kegiatan Disaster Risk Reduction (SCDRR) In Development D evelopment melalui dana hibah UNDP. ini bertujuan membangun masyarakat yang aman dari ancaman melalui berbagai upaya pengurangan risiko bencana. Dalam kerjasama ini, Pusat Kurikulum telah mengembangkan kurikulum khususnya dalam mengintegrasikan materi-materi dan kompetensi Pengurangan Risiko Bencana (PRB) ke dalam mata pelajaran IPA, IPS, Bahasa Indonesia dan Pendidikan Jasmani yang ada di sekolah mulai dari jenjang SD atau yang sederajat sampai SMA atau yang sederajat. Model pengintegrasian materi materi dan kompetensi kompetensi PRB dengan mata pelajaran-mata pelajaran ini bertujuan agar muatan kurikulum dan beban belajar tidak menjadi lebih berat. Disamping mengintegrasikan ke mata pelajaran yang sudah ada PRB juga bisa dijadikan muatan lokal (Mulok) serta ekstra kurikuler. Modul Pengintegrasian Pengurangan Risiko Bencana ini disusun dalam rangka untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya pengetahuan tentang bencana dan mensosialisasikan langkah-langkah langkah -langkah preventi untuk mengurangi risiko bencana yang dapat menimpa di wilayah Indonesia. Tanpa adanya upaya terus-menerus untuk mendiseminasikan inormasi tentang ancaman dan langkah-langkah yang dapat diambil untuk mengurangi risiko-risiko yang dapat ditimbulkannya, sulit bagi kita untuk mewujudkan guru dan peserta didik yang tangguh dalam menghadapi bencana. Modul ini dapat menjadi salah satu solusi yang memungkinkan bagi para guru untuk mengajarkan peserta didik dari hari ke hari di sekolah secara berkesinambungan, sehingga proses, internalisasi pengetahuan kebencanaan bukan hanya dipahami
dan diketahui dalam ingatan belaka belak a tapi juga mendorong munculnya respon cepat penyelamatan yang benar dari peserta didik ketika menghadapi bencana. Diharapkan modul ini dapat dimanaatkan, antara lain: Sebagai alat pemandu dalam membantu para guru dalam melakukan pengajaran tentang pengurangan risiko bencana kepada peserta didik di sekolah sebagai upaya membangun kesiapsiagaan dan keselamatan dari bencana di sekolah. Membuka peluang dan membangun kreatitas guru dalam menerapkan pengetahuan tentang pengurangan risiko bencana yang disesuaikan dengan konteks sekolah yang dibinanya Memberikan gambaran secara lebih sistematis dan komprehensi cara pengintegrasian pengetahuan tentang pengurangan risiko bencana ke dalam mata pelajaran, muatan lokal dan pengembangan diri di Sekolah. Mendorong inisiati para guru, sekolah dan gugus dalam mengupayakan pengurangan risiko bencana dan membangun budaya keselamatan di sekolah, lingkungan rumah dan lingkungan sekitar.
Semoga Modul Pengintegrasian Pengurangan Risiko Bencana ini menjadi bermanaat dan membantu bagi semua guru untuk meningkatkan pengetahuan, meningkatkan ketrampilan dan membentuk sikap anak untuk menjadi lebih tanggap terhadap ancaman bencana.
Jakarta, Desember 2009 Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pendidikan Nasional
Pro. Dr. Dr. H. Mansyur Man syur Ramly
DIREKTUR KAWASAN KHUSUS DAN DAERAH TERTINGGAL, BAPPENAS SELAKU NATIONAL NATIONAL PROJECT PROJEC T DIRECTOR SCDRR
SAMBUTAN
M
enyikapi situasi kejadian bencana dan kenyataan luasnya cakupan wilayah tanah air yang memiliki berbagai ancaman bencana, pemerintah Indonesia telah melakukan sejumlah inisiati guna mengurangi risiko bencana ditanah air. Pada akhir tahun 2006 Bappenas meluncurkan buku Rencana Aksi Nasional Pengurangan Risiko Bencana (RAN PRB) 2006 – 2009, sebagai komitmen dalam mengarusutamakan pengurangan risiko bencana dalam pembangunan nasional, yang merupakan pelengkap dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2005 – 2009 yang telah ada. Berdasarkan RAN PRB 2006 – 2009 tersebut, Pemerintah telah mengalokasikan anggaran untuk program pencegahan dan pengurangan risiko bencana, sebagaimana tertuang dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP) mulai tahun 2007. Lebih lanjut pada April 2007, Pemerintah menerbitkan Undang – Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, yang menjadi tonggak sejarah dalam upaya penanggulangan bencana di Indonesia, dan diikuti dengan peraturan turunannya, serta dibentuknya Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNBP) melalui Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2008.
Untuk mendukung prakarsa – prakarsa yang telah dimulai oleh Pemerintah Indonesia tersebut, UNDP bekerjasama dengan Bappenas, BNPB dan Kementerian Dalam Negeri telah menginisiasi sebuah program yang ditujukan untuk mewujudkan masyarakat yang lebih aman melalui pengurangan risiko bencana dalam pembangunan atau yang dikenal dengan Program Safer Communities Through Disaster Risk Reduction in Development (SCDRR in Development) . Program SCDRR ini kan berlangsung selama 5 tahun (2007 – 2012) dan dirancang untuk mendorong agar pengurangan risiko bencana menjadi sesuatu yang lazim dalam proses pembangunan yang terdesentralisasi. Untuk mewujudkan hal itu maka upaya pengarusutamaan pengurangan risiko bencana kedalam proses pembangunan mutlak harus dijalankan. Upaya tersebut dilaksanakan melalui 4 pilar sasaran program SCDRR, yaitu : (1) Diberlakukannya kebijakan, peraturan dan kerangka kerja regulasi pengurangan risiko risi ko bencana; (2) Diperkuatnya kelembagaan pengurangan risiko bencana dan kemitraan diantara mereka; (3) Dipahaminya risiko bencana dan tindakan yang dapat diambil untuk mengurangi risiko tersebut oleh masyarakat dan pengambil kebijakan melalui pendidikan dan penyadaran publik; (4) Didemonstrasikannya pengurangan risiko bencana sebagai bagian dari program pembangunan. Terkait dengan sasaran ketiga mengenai perlunya pendidikan dan penyadaran publik terhadap pengurangan risiko bencana, selama beberapa tahun ini pemerintah bersama-sama beberapa beberapa lembaga swadaya masyarakat, dan institusi pendidikan di tingkat nasional maupun daerah telah melakukan berbagai upaya dalam pendidikan kebencanaan, termasuk memasukkan materi kebencanaan kedalam muatan lokal, pelatihan untuk guru, kampanye dan advokasi, hingga school road show untuk kegiatan simulation drill di sekolah-sekolah. Namun demikian, kegiatan-kegiatan tersebut belum terkoordinasi dengan baik dan belum terintegrasi dalam satu kerangka yang dapat
disepakati bersama. Dilain pihak, pemetaan aktivitas pendidikan diberbagai wilayah rawan bencana di Indonesia serta intervensi dan dukungan peningkatan kapasitas untuk pendidikan masih sangat minim dan terpusat, khususnya di wilayah Jawa dan Sumatera. Kajian kesiapsiagaan masyarakat terhadap bencana yang telah dilakukan di berbagai wilayah menunjukkan menunjuk kan rendahnya tingkat kesiapsiagaan komunitas sekolah dibanding masyarakat serta aparat (LIPI, 2006 – 2007). Hal ini sangat ironis, karena sekolah adalah basis dari komunitas anak-anak, yang merupakan kelompok rentan yang perlu dlindungi dan secara bersamaan perlu ditingkatkan pengetahuan dan keterampilannya. Di sisi lain, tantangan dalam mengintegrasikan upaya-upaya pengurangan risiko bencana kedalam sistem pendidikan juga telah banyak dikaji, seperti : (1) Beratnya beban kurikulum siswa; (2) Kurangnya pemahaman guru mengenai bencana ; (3) Kurangnya kapasitas dan keahlian guru dalam integrasi PRB kedalam kurikulum; (4) Minimnya panduan, silabus dan materi ajar yang terdistribusi dan dapat d apat diakses oleh guru; g uru; (5) Terbatasnya Terbatasnya sumberdaya (tenaga, biaya dan sarana); dan (6) Kondisi bangunan sik sekolah, sarana dan prasarana pada ummnya memprihatinkan, tidak berorientasi pada AMDAL dan konstruksi tahan gempa. Untuk menjawab tantangan tersebut dan guna melaksanakan integrasi pengurangan risiko bencana ke dalam sistem pendidikan, dalam rangka mewujudkan budaya aman dan siaga bencana, maka SCDRR telah mendukung Kementerian Pendidikan Nasional dalam menyusun Strategi Pengarusutamaan Pengurangan Risiko Bencana kedalam Sistem Pendidikan Nasional. Strategi ini akan disahkan melalui suatu bentuk kebijakan ditingkat nasional yang diharapkan dapat menjadi acuan bagi pelaksanaan integrasi PRB ke dalam sistem pendidikan baik intra maupun ekstrakurikuler secara nasional. Untuk mendukung implementasi kebijakan tesebut, maka SCDRR mendukung Pusat Kurikulum, Kementerian Pendidikan Nasional dalam menyusun modul ajar dan modul pelatihan pengintegrasian pengurangan risiko bencana ke dalam intra dan ekstrakurikuler. Modul-modul ini berisi model pembelajaran, materi ajar lengkap dengan panduan pengajarannya, dalam hal integrasi PRB kedalam intra dan ekstrakurikuler. Diharapkan modul-modul yang disusun oleh ol eh Pusat Kurikulum Kementerian Pendidikan Nasional ini dapat menjadi acuan standar dan/atau memperkaya bahan-bahan yang yan g sudah ada dan sudah disusun oleh berbagai pihak lainnya, sehingga dapat bermanaat dan digunakan oleh praktisi pendidikan dan pemangku kepentingan kepentingan lainnya dalam rangka rangka peningkatan kesiapsiagaan sekolah terutama didaerah rawan bencana. Terima Kasih.
Jakarta, Desember 2009 Direktur Kawasan Khusus dan Daerah Tertinggal, Bappenas Selaku National Project Director SCDRR
Dr.Ir Suprayoga Hadi, MSP
DAFTAR ISI SAMBUTAN KEPALA PUSAT KURIKULUM
III
SAMBUTAN KEPALA BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN, KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL
V
SAMBUTAN DIREKTUR KAWASAN KHUSUS DAN DAERAH TERTINGGAL, BAPPENAS SELAKU NA NATIONAL TIONAL PROJECT DIRECTOR SCDRR
VI
DAFTAR ISI
IX
DAFTAR TABEL
XI
DAFTAR GAMBAR
XIII
DAFTAR KOT KOTAK AK
XV
BAB I PENDAHULUAN
1
1.1 Landasan dan Pedoman 1.1.1 Landasan Filosos 1.1.2 Landasan Sosiologis 1.1.3 Landasan Yuridis 1.1.4 Pedoman Pengembangan Produk 1.1.5 Pengintegrasian Pengurangan Risiko Bencana ke Dalam Sistem Pendidikan Nasional
1 4 4 4 5
1.2 Kerangka Kerja Pendidikan untuk Pengurangan Risiko Bencana 1.2.1 Pendidikan untuk Pengurangan Risiko Bencana dan Pendidikan untuk Pembangunan Berkelanjutan 1.2.2 Konsep Pendidikan untuk Pengurangan Risiko Bencana
7
6
7 8
BAB II FENOMENA DAN PERISTIW PERISTIWA A BANJIR
10
2.1 Fenomena Banjir di Indonesia
10
2.2 Peristiwa Banjir di Indonesia
14
BAB III PENGURANGAN RISIKO BANJIR
3.1 Pengurangan Risiko Bencana 3.1.1 Bencana 3.1.2 Risiko Bencana, Konstruksi dari Ancaman, Kerentanan Kerentanan dan Kapasitas
19
19 20 22
Datar Isi
3.1.3 Pengurangan Risiko Bencana 3.1.4 Upaya Pengurangan Risiko Bencana 3.2 Kesiapsiagaan Banjir 3.2.1 Tindakan Sebelum Terjadi Banjir 3.2.2 Tindakan Saat Terjadi Banjir 3.2.3 Tindakan Setelah Terjadi Banjir BAB IV MA MATERI TERI PEMBELAJARAN PENGURANGAN RISIKO BANJIR
23 24 30 30 31 31 33
4.1 Identikasi Materi Pembelajaran Pengurangan Risiko Banjir
33
4.2 Pemetaan Indikator Siswa
35
4.3 Pendekatan Kegiatan Belajar Mengajar
37
BAB V PENGINTEGRASIAN MATERI MATERI POKOK PENGURANGAN RISIKO BANJIR KE DALAM KURIKULUM TINGKAT SA SATUAN TUAN PENDIDI PENDIDIKAN KAN DASAR (SMA/SM (SMA/SMK/MA/MA K/MA/MAK) K)
39
5.1 Pengintegrasian Materi Pengurangan Pengurangan Risiko Banjir ke dalam Mata Pelajaran 39 5.1.1 Identikasi Materi Pembelajaran Pengurangan Risiko Banjir 40 5.1.2 Analisis Standar Kompetensi Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) Mata Pelajaran Terintegrasi 43 5.1.3 Penyusunan Silabus Mata Pelajaran Terintegrasi 70 5.1.4 Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pelaksanaan Pembelajaran Pembelajaran (RPP) Mata Pelajaran Terintegrasi 80 5.1.5. Penyusunan Bahan Ajar 85 5.2. Pengintegrasian Pengurangan Risiko Bencana pada Mata Pelajaran Pelajaran Muatan Lokal (Mulok) 102 5.2.1. Analisis konteks mata pelajaran muatan lokal 102 5.2.2. Penyusunan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Muatan Lokal Pengurangan Risiko Banjir 105 5.2.3. Penyusunan Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Muatan Lokal Pengurangan Risiko Banjir 105 5.3. Pengintegrasian Pengurangan Risiko Banjir kedalam Kegiatan Ekstrakurikuler
x
107
DAFTAR ISTILA ISTILAH H
110
DAFTAR PUSTAKA
114
DAFTAR DAFT AR TABE ABEL L Tabel 4.1 Tabel 4.2 Tabel Tabel 5.1 Tabel Tabel 5.2
Tabel Tabel 5.3 Tabel Tabel 5.4 Tabel 5.5 Tabel 5.6 Tabel 5.7
Tabel 5.8
Materi Pembelajaran Pengurangan Risiko Banjir Indikator Prilaku Siswa untuk Pembelajaran Pengurangan Risiko Banjir Identikasi Materi Pembelajaran tentang Pengurangan Risiko Banjir Analisis Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar untuk Mata Pelajaran Terintegrasi Pengurangan Risiko Banjir Contoh Penyusunan Silabus terintegrasi kedalam mata pelajaran Geogra Contoh Penyusunan Silabus terintegrasi kedalam mata pelajaran Bahasa Indonesia Contoh Penyusunan Silabus terintegrasi kedalam mata pelajaran Penjas Orkes Contoh Analisis Konteks Mata Pelajaran Muatan lokal Contoh Analisis Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar untuk Mata Pelajaran Muatan Lokal Pengurangan Risiko Banjir Contoh Penyusunan Silabus Untuk mata pelajaran Muatan Lokal
34 36 42
44 71 74 78 104
105 106
Datar Tabel
xii
DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1: Gambar 2.2: Gambar 2.3: Gambar 3.1:
Lempeng Tektonik Indonesia Daerah Sebaran Bencana Banjir Jakarta, tahun 2007 Model hubungan antara risiko bencana, kerentanan, dan bahaya Gambar 3.2: Kerusakan pada pada bangunan akibat gempa bumi di Yogyakarta, 2006 Gambar 3.3: Persentase Orang Terkena Bencana Berdasarkan Jenis Bencana
10 12 16 20 21 22
Datar Gambar
xiv
DAFTAR KOTAK Kotak 5.1 Kotak 5.2 Kotak 5.3 Kotak 5.4
Contoh Pengembangan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Model Integrasi Pengurangan Risiko Banjir Contoh Pengembangan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Model Integrasi Pengurangan Risiko Banjir Contoh Pengembangan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Model Integrasi Pengurangan Risiko Banjir Contoh Model Bahan Ajar Integrasi Pengurangan Risiko Banjir pada mata pelajaran
81 83 84 86
Datar Kotak
xvi
PENDAHULUAN
BAB I
1.1. Landasan dan Pedoman Berdasarkan hasil Konerensi Sedunia tentang Pengurangan Risiko Bencana yang diselenggarakan pada tanggal 18-22 Januari 2005 di Kobe, Hyogo, Jepang; dan dalam rangka mengadopsi Kerangka Kerja Aksi 2005-2015 dengan tema ‘Membangun Ketahanan Bangsa dan Komunitas Terhadap Bencana’ memberikan suatu kesempatan untuk menggalakkan suatu pendekatan yang strategis dan sistematis dalam meredam kerentanan dan risiko terhadap bahaya. Konerensi tersebut menekankan perlunya mengidentikasi cara-cara untuk membangun ketahanan bangsa dan komunitas terhadap bencana. Pada bulan Januari 2005, lebih dari 4.000 perwakilan pemerintah, organisasi nonpemerintah, institusi akademik, dan sektor swasta berkumpul di Kobe, Jepang, Conference on Disaster Reduction (WCDR) kesebelas. Konerensi tersebut pada World Conference mengakhiri perundingan-perundingan tentang Kerangka Kerja Aksi Hyogo 20052015 : Membangun Ketahanan Bangsa dan Komunitas terhadap Bencana (HFA). Kerangka Aksi ini diadopsi oleh 168 negara dan menetapkan tujuan yang jelas – secara substansiil mengurangi kerugian akibat bencana, baik korban jiwa maupun kerugian terhadap aset-aset sosial, ekonomi, dan lingkungan suatu masyarakat dan negara – dan merinci seperangkat prioritas untuk mencapai tujuan setindaknya pada tahun 2015. HFA menekankan bahwa pengurangan risiko bencana adalah isu sentral kebijakan pembangunan, selain juga menjadi perhatian berbagai bidang ilmu, kemanusiaan, dan lingkungan. Bencana merusak hasil-hasil pembangunan, memelaratkan rakyat dan negara. Tanpa usaha yang serius untuk mengatasi kerugian akibat bencana, bencana akan terus menjadi penghalang besar dalam pencapaian Sasaran Pembangunan Milenium (Millenium Development Goals). Untuk membantu pencapaian hasil yang diinginkan, HFA mengidentikasi lima Prioritas Aksi yang spesik: (1) Membuat pengurangan risiko bencana sebagai prioritas; (2) Memperbaiki inormasi risiko dan peringatan dini; (3) Membangun budaya keamanan dan ketahanan; (4) Mengurangi risiko pada sektor-sektor utama; (5) Memperkuat kesiapan untuk bereaksi.
Pengantar
HFA memberikan suatu kesempatan untuk menggalakkan suatu pendekatan yang strategis dan sistematis dalam meredam kerentanan dan risiko terhadap bahaya. Konerensi tersebut menekankan perlunya mengidentikasi cara-cara untuk membangun ketahanan bangsa dan komunitas terhadap bencana. Karena bencana dapat diredam secara berarti jika masyarakat mempunyai inormasi yang cukup dan didorong pada budaya pencegahan dan ketahanan terhadap bencana, yang pada akhirnya memerlukan pencarian, pengumpulan, dan penyebaran pengetahuan dan inormasi yang relevan tentang bahaya, kerentanan, dan kapasitas. Oleh karena itu diperlukan usaha-usaha antara lain: (1) menggalakkan dimasuk_ kannya pengetahuan tentang pengurangan risiko bencana sebagai bagian yang relevan dalam kurikulum pendidikan di semua tingkat dan menggunakan jalur ormal dan inormal lainnya untuk menjangkau anak-anak muda dan anakanak dengan inormasi; menggalakkan integrasi pengurangan risiko bencana sebagai suatu elemen instrinsik dalam dekade 2005–2014 untuk Pendidikan bagi Pembangunan Berkelanjutan (United Nations Decade o Education or Sustainable Development); (2) menggalakkan pelaksanaan penjajagan risiko tingkat lokal dan program kesiapsiagaan terhadap bencana di sekolah-sekolah dan lembagalembaga pendidikan lanjutan; (3) menggalakkan pelaksanaan program dan aktivitas di sekolah-sekolah untuk pembelajaran tentang bagaimana meminimalisir eek bahaya; (4) mengembangkan program pelatihan dan pembelajaran tentang pengurangan risiko bencana dengan sasaran sektor-sektor tertentu, misalnya: para perancang pembangunan, penyelenggara tanggap darurat, pejabat pemerintah tingkat lokal, dan sebagainya; (5) menggalakkan inisiati pelatihan berbasis masyarakat dengan mempertimbangkan peran tenaga sukarelawan sebagaimana mestinya untuk meningkatkan kapasitas lokal dalam melakukan mitigasi dan menghadapi bencana; (6) memastikan kesetaraan akses kesempatan memperoleh pelatihan dan pendidikan bagi perempuan dan konstituen yang rentan; dan (7) menggalakkan pelatihan tentang sensitivitas gender dan budaya sebagai bagian tak terpisahkan dari pendidikan dan pelatihan tentang pengurangan risiko bencana. ‘Kampanye Pendidikan tentang Risiko Bencana dan Keselamatan di Sekolah’ yang dikoordinir oleh UN/ISDR (United Nations/International Strategy for Disaster Reduction) hingga penghujung tahun 2007 dengan didasari berbagai pertimbangan. Anakanak adalah kelompok yang paling rentan selama kejadian bencana, terutama yang sedang bersekolah pada saat berlangsungnya kejadian. Pada saat bencana, gedung sekolah hancur, mengurangi usia hidup murid sekolah dan guru yang sangat berharga dan terganggunya hak memperoleh pendidikan sebagai dampak bencana. Pembangunan kembali sekolah juga memerlukan waktu yang tidak sebentar dan pastilah sangat mahal. Kampanye ditujukan kepada murid sekolah dasar dan menengah, para guru, pembuat kebijakan pendidikan, orangtua, insinyur dan ahli bangunan. Selain itu juga ditujukan kepada lembaga pemerintah yang bertanggung-jawab atas isu manajemen bencana, Kemendiknas, para pemimpin politik di tingkat nasional, pembuat keputusan di masyarakat, dan otoritas lokal. Pesan yang bisa disampaikan antara lain: (1) pendidikan tentang risiko bencana menguatkan anak-
2
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Banjir untuk SMA/SMK/MA/MAK
anak dan membantu membangun kesadaran yang lebih besar isu tersebut di dalam masyarakat; (2) asilitas bangunan sekolah yang bisa menyelamatkan hidup dan melindungi anak-anak sebagai generasi penerus bangsa dari suatu kejadian bencana alam; dan (3) pendidikan tentang risiko bencana dan d an asilitas keselamatan di sekolah akan membantu negara-negara menuju ke arah pencapaian Tujuan Pembangunan Millenium. Sekolah dipercaya memiliki pengaruh langsung terhadap generasi muda, yaitu dalam menanamkan nilai-nilai budaya dan menyampaikan pengetahuan tradisional dan konvensional kepada generasi muda. Untuk melindungi anakanak dari ancaman bencana alam diperlukan dua prioritas berbeda namun tidak bisa dipisahkan aksinya yaitu pendidikan untuk mengurangi risiko bencana dan keselamatan dan keamanan sekolah. Sekolah juga harus mampu melindungi anak-anak dari suatu kejadian bencana alam. Investasi dalam memperkuat struktur gedung sekolah sebelum suatu bencana terjadi, akan mengurangi biaya/anggaran jangka panjang, melindungi generasi muda penerus bangsa, dan memastikan kelangsungan kegiatan belajarmengajar setelah kejadian bencana. Pendidikan di sekolah dasar dan menegah membantu anak-anak memainkan peranan penting dalam penyelamatan hidup dan perlindungan aset/milik masyarakat pada saat kejadian bencana. Menyelenggarakan pendidikan tentang risiko bencana ke dalam kurikulum sekolah sangat membantu dalam membangun kesadaran akan isu tersebut di lingkungan masyarakat. Mengurangi risiko bencana dimulai dari sekolah. Seluruh komponen, dalam hal ini anak-anak sekolah, para guru, para pemimpin masyarakat, orangtua, maupun individu yang tertarik dengan pendidikan tentang risiko bencana dan keselamatan di sekolah, lembaga swadaya masyarakat, organisasi kemasyarakatan, institusi lokal/ regional/nasional/ internasional, sektor swasta dan publik untuk dapat berpartisipasi secara akti. Keterlibatan media juga diperlukan untuk mendorong sebuah budaya ketahanan terhadap bencana dan keterlibatan komunitas yang kuat dalam rangka kampanye pendidikan publik secara terus-menerus dan dalam konsultasi publik di segenap lapisan masyarakat. Bencana?! Jika Siap Kita Selamat. Padatnya kurikulum pendidikan nasional tidak boleh kita jadikan alasan untuk tidak melakukan kegiatan pengurangan risiko bencana di sekolah secara berkelanjutan. Pembelajaran tentang pengurangan risiko bencana di sekolah-sekolah bisa dilaksanakan dengan mengintegrasikan materi pembelajaran pengurangan risiko bencana ke dalam (1) mata pelajaran pokok/paket, (2) muatan lokal, dan (3) ekstrakurikuler dan pengembangan diri. Atau secara khusus megembangkan dan menyelenggarakan kurikulum muatan lokal dan ektrakurikuler/pengembangan diri yang didedikasikan khusus untuk pendidikan pengurangan risiko bencana.
3
Pengantar
1.1.1. Landasan Filosofs
Bencana merupakan suatu bentuk gangguan terhadap kehidupan dan penghidupan masyarakat, oleh karena itu, secara losos, pengurangan risiko bencana merupakan bagian dari pemenuhan tujuan bernegara Republik Indonesia, yaitu melindungi segenap rakyat dan bangsa, serta seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial. Upaya melindungi segenap rakyat dan bangsa dikuatkan pula dengan hak setiap orang atas perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan, martabat, dan harta benda yang dibawah kekuasaannya, serta berhak atas rasa aman dari ancaman ketakutan untuk untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu yang merupakan hak asasi, hak hidup sejahtera lahir batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan (Pasal 28G ayat (1) dan Pasal 28 H ayat (1) UUD 1945. 1.1.2. Landasan Sosiologis
Ada tiga pertimbangan sosiologis yang patut diketengahkan, yaitu Pertama secara geogras, demogras dan geologis, Indonesia merupakan negara rawan bencana, baik bencana alam dan bencana akibat ulah manusia, seperti kegagalan atau mala praktik teknologi. Kedua, adalah bahwa perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta kondisi sosial masyarakat, telah menimbulkan dampak negati terhadap lingkungan yang berakibat pada terjadinya bencana. Ketiga, adalah kondisi struktur manajemen bencana itu sendiri. Kematian, cidera dan kerugian materi, serta masalah lingkungan dan ekonomi dapat dikurangi apabila penyelenggaraan penanggulangan bencana telah dilakukan secara komprehensi yang mencakup pendekatan yang bersiat pencegahan, pengurangaan risiko, tindakan kesiapsiagaan tindakan tanggap terhadap bencana, serta upaya pemulihan. Disamping itu, pendekatan yang mengedepankan pentingnya partisipasi dari semua tingkat pemerintahan, baik pemerintah pusat dan daerah, mengambil peran yang akti dalam menciptakan manajemen bencana yang eekti. Serta pentingnya partisipasi publik dan pemangku kepentingan (stakeholders) dalam penanganan bencana. 1.1.3. Landasan Yuridis
Pertimbangan yuridis adalah menyangkut masalah-masalah hukum serta peran hukum dalam penanganan bencana. Hal ini dikaitkan dengan peran hukum dalam pembangunan, baik sebagai pengatur perilaku, maupun instrumen untuk penyelesaian masalah. Hukum sangat diperlukan, karena hukum atau peraturan perundang-undangan dapat menjamin adanya kepastian dan keadilan dalam penanganan bencana. Undang-Undang No.24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana ditempatkan guna memberikan jawaban atau solusi terhadap permasalahan yang berkaitan dengan penangan bencana, merupakan landasan yuridis paling dekat untuk pelaksanaan usahausaha pengurangan risiko bencana di Indonesia.
4
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Banjir untuk SMA/SMK/MA/MAK
1.1.4. Pedoman pengembangan produk
Program pendidikan Pengurangan Risiko Bencana (PRB) bertujuan untuk meminimalisir risiko bencana dan meningkatkan kapasitas sekolah dalam melaksanakan pengurangan risiko bencana, kesiapsiagaan, mitigasi, dan peringatan dini. PRB oleh satuan pendidikan dapat dilakukan dengan cara mengintegrasikan materi pendidikan pengurangan risiko bencana dalam kurikulum yang berlaku di sekolah, mata pelajaran, muatan lokal, kegiatan pengembangan diri dan ekstrakurikuler, ekstrakurikuler, dan bahan ajar. Dasar hukum yang menjadi pedoman perancangan dan pengembangan serial modul dan modul pelatihan adalah: 1. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. 2. Undang-undang No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Perlindungan Anak. 3. Undang-undang No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Penanggulangan Bencana. 4. Undang-undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005 - 2025. 5. Peraturan Presiden No. No. 7 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun Tahun 2004 - 2009. 6. Peraturan Pemerintah No. No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. 7. Peraturan Presiden No. No. 8 Tahun 2008 tentang Badan Nasional Nasional Penanggulangan Bencana. 8. Peraturan Presiden No. No. 32 Tahun 2008 tentang Pengesahan ASEAN (Persetujuan ASEAN mengenai Penanggulangan Bencana dan Penanganan Darurat). 9. Peraturan Pemerintah No. No. 21 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana. 10. Peraturan Peraturan Mendiknas Mendikn as No. 22 Tahun Tahun 2006 tentang Standar Stand ar Isi. 11. Peraturan Peraturan Mendiknas Mendikn as No. 23 Tahun Tahun 2006 tentang Standar Stand ar Kompetensi Lulusan. 12. Peraturan Peraturan Mendiknas Mendikn as No. 24 Tahun Tahun 2006 tentang Pelaksanaan Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan, yang disempurnakan dengan Peraturan Mendiknas No. 6 Tahun Tahun 2007. 13. Peraturan Mendiknas No. 40 Tahun Tahun 2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balitbang Depdiknas. 14. Peraturan Mendiknas No. 50 Tahun Tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan Pendidikan oleh Pemerintah Provinsi. 15. Peraturan Peraturan Mendiknas Mendikn as No. 24 Tahun Tahun 2007 tentang Standar Stand ar Sarana dan Prasarana untuk SD/MI, SMP/MTs, SMP/MTs, dan SMA/MA. 16. Surat Edaran Mendiknas No. 33/MPN/SE/2007 tentang Sosialisasi KTSP K TSP..
5
Pengantar
1.1.5. Pengintegrasian pengurangan risiko bencana ke dalam Sistem Pendidikan Nasional
UU No.20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Nasion al Pasal 38 Ayat (2): Kurikulum pendidikan dasar dan menengah dikembangkan sesuai dengan relevansinya oleh setiap kelompok atau satuan pendidikan dan komite sekolah/madrasah dibawah koordinasi dan supervisi dinas pendidikan atau kantor departemen agama kabupaten/kota untuk pendidikan dasar dan provinsi untuk pendidikan menengah Kebijakan yang tertuang dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan menyatakan bahwa penyusunan kurikulum merupakan tanggung jawab setiap satuan pendidikan (sekolah dan madrasah). Oleh karena itu tidak lagi dikenal apa yang disebut dengan kurikulum nasional, yang pada periode sebelumnya menjadi tanggung jawab pemerintah pusat. Dalam PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 17 menyebutkan: 1 Kurikulum tingkat satuan pendidikan SD/MI/SDLB, SD/MI/SDLB, SMP/MTs/SMPLB, SMA/ MA/SMALB, SMK/MAK, atau bentuk lain yang sederajat dikembangkan sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah/karakteristik daerah, sosial budaya masyarakat setempat, dan peserta didik. 2 Sekolah dan komite komite sekolah, atau madrasah dan komite komite madrasah, mengembangkan kurikulum tingkat satuan pendidikan dan silabusnya berdasarkan kerangka dasar kurikulum dan standar kompetensi lulusan, dibawah supervisi dinas kabupaten/kota yang bertanggung jawab di bidang pendidikan untuk SD, SMP, SMP, SMA, dan SMK dan departemen d epartemen yang mengurusi urusan pemerintahan di bidang agama untuk MI, MTs, MA, dan MAK. Penjabaran kurikulum dilakukan dengan penyusunan silabus dan bahan ajar sesuai dengan kondisi geogras dan demogras untuk daerah, kebutuhan, potensi dan karkateristik satuan pendidikan dan peserta peser ta didik, yang selanjutnya diimplementasikan dalam kegiatan pembelajaran. Dalam Permendiknas No. 24 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan Pasal 1: 1 Satuan pendidikan dasar dan menengah mengembangkan dan menetapkan kurikulum tingkat satuan pendidikan dasar dan menengah sesuai kebutuhan satuan pendidikan. 2 Satuan pendidikan dasar dan menengah dapat mengembangkan kurikulum dengan standar yang lebih tinggi dari standar isi dan standar kompetensi lulusan. 3 Kurikulum satuan pendidikan dasar dasar dan menengah ditetapkan oleh kepala satuan pendidikan dasar dan menengah setelah memperhatikan pertimbangan dari Komite Sekolah atau Komite Madrasah.
6
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Banjir untuk SMA/SMK/MA/MAK
Dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 32 Ayat 1, 1, juga telah mengakomodasi kebutuhan pendidikan bencana dalam terminologi ‘pendidikan layanan khusus’. Yakni “pendidikan bagi peserta didik di daerah terpencil atau terbelakang, masyarakat adat yang terpencil, dan/atau mengalami bencana alam, bencana sosial, dan tidak mampu dari segi ekonomi”.
1.2. Kerangka Kerja Pendidikan Untuk Pengurangan Risiko Bencana 1.2.1. Pendidikan Untuk Pengurangan Risiko Bencana dan Pendidikan Untuk Pembangunan Berkelanjutan
Pada bulan Desember 2002, Majelis Umum PBB mengadopsi resolusi 57/254 untuk menempatkan Dekade Pendidikan Bagi Pembangunan Berkelanjutan, mulai 2005-2014, dibawah koordinasi UNESCO. Pendidikan untuk pengurangan bencana (alam) telah diidentikasi sebagai masalah inti yang akan dibahas di bawah DESD. Pendidikan dipandang dalam konsep yang lebih luas. Sebagaimana didenisikan dalam Bab 36 dalam Agenda 21, “Pendidikan sangat penting untuk mencapai perlindungan lingkungan dan kesadaran etika, nilai-nilai dan sikap, keterampilan dan perilaku yang konsisten dengan pembangunan berkelanjutan. Baik ormal dan pendidikan non-ormal sangat diperlukan untuk pembangunan berkelanjutan “.“. Pendidikan dan pengetahuan berkontribusi untuk meningkatkan kesadaran tentang bahaya (alam) serta kerentanan dan ancaman yang ada yang dihadapi oleh masyarakat. Juga memberikan kontribusi untuk menumbuhkembangkan keterampilan hidup. Dasawarsa ini didukung oleh Kerangka Aksi Hyogo 2005 – 2015 yang menyoroti pentingnya pendidikan dan pembelajaran sebagai bagian dari prioritas aksi, menggunakan pengetahuan, inovasi dan pendidikan untuk membangun sebuah budaya keselamatan dan ketahanan di semua tingkat. Inisiati pengurangan risiko bencana harus berakar di semua lembagalembaga pendidikan, khususnya di sekolah-sekolah dan memasukkan dalam program pendidikan. Pendidikan pengurangan risiko bencana yang mencakup semua aspek peningkatan kesadaran publik, pendidikan dan pelatihan yang bertujuan untuk menciptakan dan atau meningkatkan budaya pencegahan melalui identikasi dan pemahaman risiko, serta belajar mengenai langkahlangkah pengurangan risiko bencana, dan tanggap bencana. Oleh karena itu Pendidikan Pendidikan untuk Pengurangan Pengurangan Risiko Bencana - sebagai bagian dari Pengurangan Risiko Bencana (PRB) - harus melekat dengan Pendidikan untuk Pembangunan Berkelanjutan, dan mendukung kerangka ESD yang mencakup 3 aspek, yaitu: 1 Pendidikan untuk pengurangan risiko bencana adalah interdisipliner. Oleh karena itu, pertimbangan penting diberikan kepada dampak, dan hubungan antara, masyarakat, lingkungan, ekonomi dan budaya. 2 Pendidikan untuk pengurangan pengurangan risiko bencana dan meningkatkan pemikiran kritis dan pemecahan masalah, dan keterampilan hidup sosial dan emosional emosional untuk pemberdayaan pemberdayaan kelompok rentan atau terkena terkena bencana. 7
Pengantar
3 Pendidikan untuk pengurangan risiko bencana mendukung Tujuan Pembangunan Milenium. Tanpa mempertimbangkan pengurangan risiko bencana dalam perencanaan pembangunan, semua upaya pembangunan termasuk inisiati DESD dihancurkan dalam hitungan detik. Kerangka kerja Pendidikan untuk pengurangan risiko bencana atau pendidikan pengurangan risiko bencana dikembangkan mengikuti arahan UN-ISDR sebagai berikut: “Pendidikan pengurangan risiko bencana adalah sebuah proses pembelajaran bersama yang bersiat interakti di tengah masyarakat dan lembaga-lembaga yang ada. Cakupan pendidikan pengurangan risiko bencana lebih luas daripada pendidikan ormal di sekolah dan universitas. Termasuk Termasuk di dalamnya adalah pengakuan dan penggunaan kearian tradisional dan pengetahuan lokal bagi perlindungan terhadap bencana alam.” alam.” HFA pada PRIORITAS AKSI 3, Poin Aktivitas kunci termaktub rekomendasi bahwa PRB dimasukkan dalam kurikulum sekolah, pendidikan ormal dan inormal. “Menggalakkan dimasukkannya pengetahuan pengurangan risiko bencana dalam bagian yang relevan dalam kurikulum sekolah di semua tingkat dan menggunakan jalur ormal dan inormal lainnya untuk menjangkau pemuda dan anak-anak; menggalakkan integrasi pengurangan risiko bencana sebagai suatu elemen intrinsik Dekade Pendidikan untuk Pembangunan Berkelanjutan (2005-2015) dari PBB “. 1.2.2. Konsep Pendidikan Untuk Pengurangan Risiko Bencana
Pendidikan Pengurangan Risiko Bencana adalah usaha sadar dan terencana dalam proses pembelajaran untuk memberdayaan peserta didik dalam upaya untuk pengurangan risiko bencana dan membangun budaya aman serta tangguh terhadap bencana. Pendidikan PRB lebih luas dari penddidikan bencana, bahkan lebih dari pendidikan tentang pengurangan risiko bencana. Tetapi mengembangkan motivasi, keterampilan, dan pengetahuan agar dapat tertindak dan mengambil bagian dari upaya untuk pengurangan risiko bencana. Tujuan pendidikan untuk pengurangan risiko bencana adalah: 1 Menumbuhkembangkan nilai dan sikap kemanusiaan. 2 Menumbuhkembangkan sikap dan kepedulian terhadap risiko bencana. 3 Mengembangkan pemahaman tentang risiko bencana, pemahaman tentang kerentanan sosial, pemahaman tentang kerentanan sik, serta kerentanan perilaku dan motivasi. 4 Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan untuk pencegahan dan pengurangan risiko bencana, pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan yang bertanggungjawab, dan adaptasi terhadap risiko bencana. 5 Mengembangkan upaya upaya untuk pengurangan risiko bencana diatas, baik secara individu maupun kolekti. 6 Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan siaga bencana. 8
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Banjir untuk SMA/SMK/MA/MAK
7 Meningkatkan kemampuan tanggap darurat bencana. 8 Mengembangkan kesiapan untuk mendukung pembangunan kembali komunitas saat bencana terjadi dan mengurangi dampak yang disebabkan karena terjadinya bencana. 9 Meningkatkan kemampuan untuk beradaptasi dengan perubahan besar dan mendadak.
9
BAB II
FENOMENA DAN PERISTIWA BANJIR
2.1. Fenomena Banjir di Indonesia Dari aspek geologis, geogras, dan morologis, Indonesia merupakan salah satu wilayah yang rawan terhadap terhadap bencana. Kepulauan Indonesia termasuk dalam wilayah deretan gunung berapi Pasik, yang bentuknya melengkung dari utara Pulau Sumatera-Jawa-Nusa Tenggara Tenggara hingga ke Sulawesi Utara.
Gambar 2.1: Lempeng Tektonik Tektonik Indonesia Sumber; http://issacnewton.les.wo http://issacnewton.les.wordpress.com rdpress.com
Meskipun kepulauan Nusantara mempunyai siat iklim tropis, namun secara mikro tiap pulau mempunyai karakteristik tersendiri, mulai dari Sumatera hingga ke Papua siat iklimnya semakin kering. Musim di Indonesia dipengaruhi di pengaruhi oleh letak kepulauan yang berada di antara Samudera Hindia dan Pasik dan Benua Asia dan Australia. Angin muson barat yang bertiup dari Asia dan Pasik mengakibatkan terjadinya musim penghujan, sementara agin muson timur yang bertiup dari Australia mengakibatkan musim kemarau. Pada saat kondisi iklim global berpengaruh terhadap iklim di Indonesia, maka perubahan musim dapat menjadi pemicu terjadinya bencana banjir, kekeringan kekeringan dan kebakaran hutan. hu tan. Indonesia terletak pada pertemuan tiga lempeng tektonik yaitu lempeng Eurasia, lempeng Pasik dan lempeng Indo Australia yang bergerak saling menumbuk. Akibat tumbukan antara lempeng itu maka terbentuk daerah penunjaman memanjang di sebelah barat Sumatera, sebelah selatan Pulau Jawa hingga ke Bali dan Kepulauan
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Banjir untuk SMA/SMK/MA/MAK
Nusa Tenggara, Tenggara, sebelah utara Kepulauan Maluku dan sebelah utara Papua. Akibat lain dari adanya tumbukan itu adalah terbentuknya palung samudera, lipatan, punggungan, dan patahan di busur kepulauan, sebaran gunung api, dan sebaran sumber gempa bumi. Gunung api yang berada di Indonesia berjumlah 129 dan 13% dari gunung api akti dunia berada di negara kita. Sehingga Indonesia merupakan kawasan rawan terhadap bencana letusan gunung api dan gempa bumi. Jenis tanah pelapukan yang banyak dijumpai di Indonesia adalah hasil letusan gunung api. Tanah ini memiliki komposisi sebagian sebagian besar lempung dan sedikit pasir. Tanah jenis ini menjadikan sebagian besar Indonesia merupakan tanah yang subur. Sebaliknya, tanah pelapukan yang berada di atas batuan kedap air pada perbukitan atau punggungan dengan kemiringan sedang hingga terjal berpotensi mengakibatkan tanah longsor pada musim hujan dengan curah hujan huj an berkuantitas tinggi. Jika di perbukitan tersebut tidak ada tanaman tan aman keras berakar kuat dan dalam, maka kawasan tersebut rawan bencana tanah longsor. Selain longsor, tanah perbukitan yang gundul juga akan menyebabkan terjadinya banjir di daerah-daerah sekitarnya yang berkedudukan lebih rendah. Curah hujan yang cukup tinggi yang seringkali terjadi di berbagai kawasan di Indonesia semakin memicu terjadinya banjir. Dengan demikian Indonesia selain merupakan negara yang menempati posisi yang strategis dengan kekayaan alam yang begitu melimpah dan beraneka ragam, juga merupakan negara dengan tingkat kerentanan bencana yang sangat tinggi. tin ggi. Jajaran gunung api memunculkan ancaman erupsi gunung api, sementara lempeng bumi yang terus bergerak memunculkan ancaman gempa dan tsunami. Sebagai kawasan tropis, Indonesia juga memiliki risiko terhadap ancaman banjir, tanah longsor dan berbagai macam macam wabah penyakit. penyakit. Saat musim kemarau, datang ancaman kekeringan. Kondisi ini telah terjadi pada setiap musim kemarau sekitar 10 tahun belakangan ini, dan dapat diprediksikan akan terus berlanjut karena kerusakan sebagian besar daerah aliran sungai di Indonesia ini.
11
Fenomena Fenome na dan peristiwa Banjir Banji r
Gambar 2.2: Daerah Sebaran Bencana Sumber BMG dalam Bakornas PB 2007
Oleh karena itu, pengelolaaan yang tidak baik terhadap sumber daya alam dan sumber daya manusia akan mengakibatkan terjadi bencana. Selain itu, kondisi alam dan keanekaragaman penduduk dan budaya di Indonesia dapat juga menyebabkan terjadinya bencana alam, bencana ulah manusia dan kedaruratan kompleks. Pada umumnya risiko bencana alam meliputi bencana akibat aktor geologi (gempa bumi, tsunami dan letusan gunung api), bencana akibat hidrometeorologi (banjir, tanah longsor, kekeringan, angin topan), bencana akibat aktor biologi (wabah penyakit manusia, penyakit tanaman/ternak, hama tanaman) serta kegagalan teknologi (kecelakaan industri, kecelakaan transportasi, radiasi nuklir, pencemaran bahan kimia). Bencana akibat ulah manusia terkait dengan konik antar manusia akibat perebutan sumberdaya yang terbatas, alasan ideologi, religius serta politik. Sedangkan kedaruratan kompleks merupakan kombinasi dari situasi bencana pada suatu daerah. Bencana alam dapat terjadi secara tiba-tiba maupun melalui proses yang berlangsung secara perlahan. Beberapa jenis bencana seperti gempa bumi, hampir tidak mungkin diperkirakan secara akurat kapan, dimana akan terjadi dan besaran kekuatannya. Sedangkan beberapa bencana lainnya seperti banjir, tanah longsor, kekeringan, letusan gunungapi, dan tsunami masih dapat diramalkan sebelumnya. Meskipun demikian kejadian bencana selalu memberikan dampak kejutan dan menimbulkan banyak kerugian baik jiwa maupun materi. Kejutan tersebut terjadi karena kurangnya kewaspadaan dan kesiapan dalam menghadapi ancaman bahaya.
12
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Banjir untuk SMA/SMK/MA/MAK
Beberapa aktor utama yang dapat menimbulkan banyak korban dan kerugian besar akibat adanya bencana tersebut, yaitu: 1. Kurangnya pemahaman terhadap karakteristik bahaya. 2. Sikap atau perilaku yang mengakibatkan penurunan penurunan kualitas sumberdaya alam. 3. Kurangnya inormasi/peringatan dini yang menyebabkan ketidaksiapan. 4. Ketidakberdayaan/ketidakmampuan dalam menghadapi ancaman bahaya. Banjir merupakan bencana yang selalu terjadi setiap tahun di Indonesia terutama pada musim hujan. Banjir pada umumnya terjadi di wilayah Indonesia bagian Barat yang menerima curah hujan lebih banyak dibandingkan dengan wilayah Indonesia bagian Timur. Banjir merupakan peristiwa meluapnya air yang menggenangi permukaan tanah, yang ketinggiannya melebihi batas normal. Banjir merupakan bahaya yang paling luas menyebar. Banjir dapat terjadi karena curah hujan yang tinggi di atas normal sehingga sungai-sungai meluap, bendungan yang bobol, pencairan salju yang cepat, terhambatnya aliran air gelombang badai tropis atau karena adanya pipapipa air yang pecah. Sebagian besar banjir bersiat merugikan terhadap tempat hunian manusia. Sebagai gejala atau proses alam, banjir sebenarnya merupakan hal yang biasa terjadi dan merupakan bagian dari siklus hidrologi. Banjir tidak dapat dihindari dan pasti terjadi. Hal ini dapat kita lihat dari adanya dataran banjir pada sistem aliran sungai. Saat banjir, terjadi transportasi muatan sedimen dari daerah hulu sungai ke hilir dalam jumlah besar. Muatan sedimen itu berasal dari erosi yang terjadi di daerah pegunungan atau perbukitan. Melalui mekanisme banjir ini, muatan sedimen itu disebarkan sehingga membentuk dataran. Daerah persawahan pada hakikatnya terbentuk melalui mekanisme banjir ini. Tanpa mekanisme banjir ini, dataran rendah yang subur tidak akan terbentuk. Banjir dapat berarti peremajaan kembali daerah-daerah persawahan. Daerah itu mendapat kembali suplai zat hara yang baru dari pegunungan atau perbukitan. Dengan kata lain, melalui mekanisme banjir ini, daerah persawahan mengalami penyuburan kembali secara alamiah. Dalam skala yang lebih besar, banjir-banjir itu membentuk delta di muara-muara sungai, dan mengalirkan muatan sedimen ke laut yang akhirnya menjadi lapisanlapisan batuan sedimen. Dari delta-delta dan lapisan-lapisan batuan itu manusia mendapatkan berbagai hal untuk kehidupannya. Sebagai contoh, minyak bumi banyak didapatkan dari endapan delta.
13
Fenomena Fenome na dan peristiwa Banjir Banji r
Banjir dapat menyediakan air untuk irigasi tanaman dan perikanan, dan menyediakan cadangan-cadangan air musiman untuk menopang kehidupan di daratan-daratan yang kering. Banjir yang pada hakekatnya proses alamiah dapat menjadi bencana bila proses itu berdampak kepada manusia sebagai korban dan menyebabkan kerugian jiwa maupun materi. Di Indonesia, banjir menjadi bencana yang mengancam setiap musim penghujan mulai tiba. Sebagian besar kejadian banjir yang melanda di beberapa wilayah Indonesia pada umumnya disebabkan karena debit air sungai yang yang sangat tinggi hingga melampaui daya tampung saluran sungai lalu meluap ke daerah sekitarnya. Debit air sungai yang tinggi terjadi karena curah hujan yang tinggi. tin ggi. Selain itu, banjir juga terjadi karena perilaku manusia. Pertumbuhan penduduk yang kian pesat telah menyebabkan munculnya daerahdaerah rawan bencana yang padat penduduk dan risiko banjir terpaksa diterima lantaran sulit menemukan wilayah lain yang aman untuk hidup, mengingat daerahdaerah aman sudah penuh sesak. Pertumbuhan penduduk yang pesat berpadu dengan pengelolaan sumberdaya yang kurang eekti telah menyebabkan timbulnya tipe-tipe banjir baru. Daerah hulu sungai sun gai yang berhutan untuk ‘menangkap’ ‘menangkap’ lebihan air sudah digunduli dan diubah menjadi bangunan tempat peristirahatan atau menjadi lahan pertanian, sehingga lembah penampung itu menjadi jauh berkurang dayanya untuk menahan air yang datang. Tanah yang kini tak lagi terikat oleh akarakar pepohonan jadi mudah longsor, menambah risiko bencana dan tebing-tebing sungai yang dahulu dipenuhi tumbuhan sebagai ‘benteng’ pengaman daerah sekitarnya telah gundul, lalu runtuh, menyebabkan peningkatan aliran permukaan sehingga air sungai lebih mudah mengalir ke arah yang tingginya sama atau lebih rendah dari sungai. Banjirpun menjadi makin sering, makin mendadak dan makin parah dampaknya. Selain itu, di kota-kota besar seperti Jakarta bangunan sudah tidak terhitung lagi jumlahnya. Dan boleh dikatakan dik atakan hampir tidak ada tanah ‘telanjang’ yang berungsi alamiah sebagai penyerap air. Hujan lebat langsung mengalir diatas permukaan baik di halaman-halaman gedung yang sudah disemen, di tepi-tepi jalan aspal dan sebagainya. Sementara itu, saluran-saluran air yang ada tidak berungsi karena kurangnya pemeliharaan. Air tidak bisa mengalir dan membanjiri daerah tersebut. Perlu dipahami juga bahwa peningkatan banjir yang terjadi di Indonesia dan du nia, saat ini juga dipengaruhi oleh perubahan iklim global yang sekarang sudah terjadi. Perubahan iklim global ditandai dengan peningkatan peningkatan suhu global bumi (suhu air laut dan suhu udara) yang mengakibatkan pada pencairan es di kutub Utara dan Selatan serta kenaikan air laut, perubahan arus laut, perubahan arah angin (badai siklon dan puting beliung), perubahan curah hujan (intensitas ataupun durasi), perubahan kelembaban udara yang kesemuanya sangat berpengaruh terhadap tipe-tipe banjir yang telah disebutkan di depan.
2.2.. Peristiwa Banjir di Indonesia 2.2 Kecenderungan bencana banjir di Indonesia semakin meningkat dari tahun ke tahun. Data bencana dari BAKORNAS PB menyebutkan bahwa antara tahun 200314
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Banjir untuk SMA/SMK/MA/MAK
2005 telah terjadi 1.429 kejadian bencana, di mana bencana hidrometeorologi merupakan bencana yang paling sering serin g terjadi yaitu 53,3 persen dari total kejadian bencana di Indonesia. Dari total bencana hidrometeorologi, yang paling sering terjadi adalah banjir (34,1 persen dari total kejadian bencana di Indonesia) diikuti oleh tanah longsor (16 persen). Kejadian kekeringan, banjir serta tanah longsor yang terjadi di berbagai daerah di negeri kita beberapa tahun belakangan ini seperti di Medan, Riau, Bogor, Bandung, Jakarta, Aceh, Pakanbaru, Lampung, Banyumas, mulai meluas ke daerah-daerah lain. Hal tersebut menyebabkan Indonesia memiliki daerah langganan banjir, longsor dan kekeringan yang semakin banyak dan meluas, tanpa bisa berbuat sesuatu yang signikan. Pada musim hujan kelebihan air dan saat musim kemarau sangat kekurangan air. Setiap bencana menimbulkan permasalahan kemanusiaan yang serius serta dampak sosial bagi masyarakat yang tidak dapat dinilai dengan materi. Rehabilitasi dan rekonstruksi pascabencana mencakup bidang yang luas, seperti inrastruktur, tataruang, sumber daya alam dan lingkungan hidup, ekonomi dan ketenagakerjaan, sistem dan mekanisme pendanaan, pendidikan, pemulihan ketertiban dan keamanan masyarakat, hukum dan hak asasi, kelembagaan dan pemerintahan, dan sosial budaya dan agama. Tahun 2002 khususnya, akan diingat karena bencana banjir melanda hampir seluruh wilayah Jakarta dan pengaruhnya yang luar biasa terhadap masyarakat, harta benda, serta kegiatan ekonomi. Wilayah Pulau Jawa merupakan wilayah yang mengalami dampak paling parah akibat bencana banjir dan longsor yang terjadi pada tahun 2002 yang lalu. Dari hasil investigasi yang dilakukan, bencana alam di Pulau Jawa mencakup hampir seluruh wilayah, yakni DKI Jakarta, Ciamis, Subang, Bogor, Karawang dan Majalengka (Jabar), Kota dan Kabupaten Tangerang Tangerang (Banten), Jalur pantura (Brebes, Pemalang, Kendal, Semarang), Kebumen, Cilacap, Pati dan Kudus (Jateng), Lumajang, Banyuwangi, Bojonegoro, pacitan, Tulungagung, Trenggalek, Surabaya, Malang, Nganjuk, Pasuruan, Gresik, Lamongan, Situbondo dan Bondowoso (Jatim). Secara sik, bencana tersebut juga telah mengakibatkan hampir 37.970 Ha kawasan permukiman tergenang dan 42.844 Ha sawah tergenang. Dampak ini menjadi kelihatan lebih serius apabila biaya-biaya sosial dan korban jiwa juga diperhitungkan. Dari Bengkulu dilaporkan saluran induk yang melayani sawah semiteknis seluas 100 ha jebol sepanjang 70 meter, terutama yang melewati Desa Karangpinang, Kecamatan Padang Ulak Tanding (Rejanglebong). Menurut Kepala Dinas PU TkI Bengkulu, ada sekitar 49 daerah irigasi yang rusak karena banjir musim hujan tahun lalu (Kompas,16/11). Demikian pula Banjir di Jakarta tahun 2007 (Wikipedia) adalah bencana banjir yang menghantam Jakarta dan sekitarnya sejak 1 Februari 2007 malam hari. yang mengakibatkan lebih 50 orang meninggal dunia.
15
Fenomena Fenome na dan peristiwa Banjir Banji r
Gambar 2.3: Banjir Jakarta, tahun2007 Sumber: BBC Indonesia.com 2007
Selain sistem drainase yang buruk, banjir berawal dari hujan h ujan lebat yang berlangsung sejak sore hari tanggal 1 Februari hingga keesokan harinya tanggal 2 Februari, ditambah banyaknya volume air 13 sungai yang melintasi Jakar ta yang berasal dari Bogor-Puncak-Cianjur, dan air laut yang sedang pasang, mengakibatkan hampir 60% wilayah DKI Jakarta terendam banjir dengan kedalaman mencapai hingga 5 meter di beberapa titik lokasi banjir. Dampak pemanasan global yang memicu terjadinya perubahan iklim memang telah dan akan membawa dampak yang luas terhadap manusia dan lingkungan. Kemudian banjir di wilayah DKI Jakarta beberapa hari ini telah melumpuhkan lalu lintas, stasiun KA Tanahabang, dan merusak berbagai sarana lainnya. Padahal, banjir yang terjadi ini hanya merupakan luapan dua dari 13 sungai yang membelah kota Jakarta, yaitu Sungai Pesanggrahan dan Ciliwung. Sejauh ini, sudah tiga orang tewas akibat luapan Sungai Ciliwung. Di Kabupaten Sragen-Jawa Tengah, ada sepuluh kecamatan di daerah tersebut yang termasuk sebagai daerah rawan banjir dari 20 kecamatan yang ada. Sepuluh kecamatan tersebut selalu mengalami banjir setiap tahun di musim hujan. Di Sumatera, wilayah dengan potensi banjir tinggi di Kabupaten Solok dan Kota Padang, Sumatera Barat. Sementara potensi banjir menengah tersebar di Tanah Datar, Kampar, Rengat, Pasi Penyu, Peranap (Indragiri Hulu) di Provinsi Riau, serta Sumber Jaya, Jabung, dan Sidomulyo di Jambi. (GSA). Sementara itu, 5.000 Rumah Terendam Banjir di Cirebon. Sedikitnya 5.000 rumah dan 450 hektare lahan pertanian di empat Desa Kecamatan Gunung Jati Kabupaten K abupaten Cirebon terendam banjir banjir hingga ketinggian 1.5 meter yang terjadi pada pada 19 Januari 2008. Banjir yang juga merendam Jalan Pantura diakibatkan dari hujan deras serta luapan dan air sungai dan jebolnya tanggul Sungai Bondet, Sungai Condong dan Sungai Simuntuk. Empat Desa yang terendam banjir masing-masing adalah, Desa Grogol, Kalisapu, Wanakaya, dan Desa Astana. Lokasi banjir yang paling parah terdapat di Desa Wanakaya, ditempat itu sedikitnya 1400 Kepala Keluarga diungsikan ketempat-tempat evakuasi dan rumah penduduk di desa tetangga yang tidak terkena banjir. Di tempat itu juga sekitar 1200 hektar lahan pertanian terendam.
16
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Banjir untuk SMA/SMK/MA/MAK
Di Tahun Tahun 2009 ini saja peristiwa banjir telah terjadi di berbagai daerah. daerah. Di Riau misalnya, pada tanggal 17 April 2009 banjir melanda Kabupaten Indragiri Hulu, Riau. Sekitar 2.755 rumah warga di 50 desa terendam banjir akibat hujan dan meluapnya Sungai Indragiri dan Sungai Sungai Kuala Cinaku. Daerah paling parah parah dilanda banjir di Indragiri Hulu adalah permukiman penduduk di Desa Redang dan Danau Baru, Kecamatan Rengat Barat. Ratusan rumah terendam banjir dengan ketinggian air mencapai 1 meter. meter. Banjir juga menenggelamkan sejumlah akses akses jalan. Akibatnya, aktivitas warga lumpuh total. Satu-satunya transportasi menuju lokasi lok asi banjir adalah dengan menggunakan perahu karet dan sampan. Banjir sudah merendam ribuan rumah warga dan sekitar 264 hektare lahan pertanian. Pada tanggal 26 November 2009, banjir melanda Kecamatan Banjarsari Ban jarsari Kabupaten Lebak, Provinsi Banten. Jalan yang menghubungkan antardesa terputus akibat genangan air setinggi 1,5meter. Dari berbagai gambaran di atas, setiap bencana menimbulkan permasalahan kemanusiaan yang serius serta dampak sosial bagi masyarakat yang tidak dapat dinilai dengan materi. Bencana yang umumnya terjadi dalam waktu singkat menghancurkan hasil pembangunan yang telah dirintis dan diperjuangkan dalam waktu yang yang lama. Selain menimbulkan korban jiwa, bencana bencana menghancurkan perumahan, area pertanian dan perkebunan, inrastuktur perekonomian, inrastruktur publik, komunikasi dan transportasi, transpor tasi, instalasi pengadaan air dan energi, serta bidang-bidang penting dan strategis strategis lainnya. Bencana meluluhlantakkan seluruh aspek kehidupan manusia. Pada hakekatnya semua jenis bencana, baik yang disebabkan oleh alam, non alam dan bencana sosial selalu berpotensi mengancam kehidupan seperti timbulnya korban jiwa, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis bagi masyarakat. Mengingat kondisi geogras, geologis, hidrologis, dan demogras di wilayah Indonesia, maka diperlukan suatu upaya yang menyeluruh dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana, baik ketika bencana itu sedang terjadi, sudah terjadi maupun bencana yang berpotensi terjadi di masa yang akan datang. Hal tersebut merupakan bentuk tanggung jawab Pemerintah Daerah dalam melindungi segenap warga dengan tujuan untuk memberikan perlindungan terhadap kehidupan dan penghidupan, termasuk perlindungan atas korban bencana, kesemuanya itu dilakukan dalam rangka mewujudkan kesejahteraan umum yang berlandaskan Pancasila, sebagaimana diamanatkan dalam UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Penanganan bencana pada saat ini cenderung kurang eekti. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal, antara lain paradigma penanganan bencana yang bersiat parsial, sektoral dan kurang terpadu, disamping itu masih memusatkan tanggapan pada upaya pemerintah, sebatas pemberian bantuan sik dan dilakukan hanya pada ase kedaruratan. Pada bagian lain, perubahan pada sistem pemerintahan serta semakin terlibatnya organisasi non pemerintah dalam kegiatan kemasyarakatan memerlukan perubahan mendasar pada sistem penanganan bencana. Dalam hal sosialisasi siaga bencana, dibutuhkan kerja sama yang baik antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah, bahkan sampai ke masyarakat atau
17
Fenomena Fenome na dan peristiwa Banjir Banji r
kawasan yang rawan bencana. Indonesia merupakan negeri rawan bencana sehingga perlu dibentuk bangsa yang mampu merespons bencana dengan benar. Selain itu, dalam kaitan dengan kondisi geogras Indonesia yang rawan bencana alam, peserta didik perlu dibekali dengan pengetahuan tentang kesiapsiagaan menghadapi bencana secara rutin agar mereka mampu beradaptasi dengan kondisi tersebut dan mengetahui secara tepat apa yang harus dilakukan saat bencana datang, mengetahui bagaimana menyelamatkan diri secara tepat sehingga sewaktu bencana datang mereka mereka dapat menghadapi bencana secara secara tenang. Peserta didik juga perlu diajarkan tentang kondisi geogras dan sosial wilayah Indonesia dan diajarkan secara rinci mengenai panduan-panduan praktis dan tepat yang mesti mereka lakukan saat bencana terjadi. Pembelajaran tidak mesti harus dalam mata pelajaran tersendiri tetapi dapat diintegrasikan dalam mata pelajaran yang sesuai.
18
PENGURANGAN RISIKO BANJIR
BAB III
3.1. Pengurangan Risiko Banjir Pengelolaaan yang tidak baik dalam sumber daya alam dan sumber daya manusia akan mengakibatkan terjadi bencana. Selain itu, kondisi alam dan keanekaragaman penduduk dan budaya di Indonesia dapat juga menyebabkan terjadinya bencana alam, bencana akibat ulah manusia, dan kedaruratan kompleks. Pada umumnya risiko bencana alam meliputi bencana akibat aktor geologi (gempa bumi, tsunami dan letusan gunung api), bencana akibat hidrometeorologi (banjir, tanah longsor, kekeringan, angin topan), bencana akibat aktor biologi (wabah penyakit manusia, penyakit tanaman/ternak, hama tanaman) serta kegagalan teknologi (kecelakaan industri, kecelakaan transportasi, radiasi nuklir, nuk lir, pencemaran pencemaran bahan kimia). Bencana akibat ulah manusia terkait dengan konik antar manusia akibat perebutan sumberdaya yang terbatas, alasan ideologi, religius serta politik. Sedangkan kedaruratan kompleks merupakan kombinasi dari situasi bencana pada suatu daerah. Bencana alam dapat terjadi secara tiba-tiba maupun melalui proses yang berlangsung secara perlahan. Beberapa jenis bencana seperti gempa bumi, hampir tidak mungkin diperkirakan secara akurat kapan, dimana akan terjadi dan besaran kekuatannya. Sedangkan beberapa bencana lainnya seperti banjir, tanah longsor, kekeringan, letusan gunung api, dan tsunami masih dapat diramalkan sebelumnya. Meskipun demikian kejadian bencana selalu memberikan dampak kejutan dan menimbulkan banyak kerugian baik jiwa maupun materi. Kejutan tersebut terjadi karena kurangnya kewaspadaan dan kesiapan dalam menghadapi ancaman bahaya. Secara umum terdapat peristiwa bencana yang terjadi berulang setiap tahun. Bahkan sekarang ini peristiwa bencana menjadi lebih sering dan terjadi silih berganti, misalnya dari kekeringan, kemudian kebakaran, lalu diikuti banjir. Akibatnya muncul anggapan bahwa bencana tersebut sebagai sesuatu hal yang memang harus terjadi. Padahal semua itu merupakan enomena alamiah yang melekat pada bumi dan timbulnya korban dan kerugian disebabkan oleh beberapa aktor ketidaksiapan. Beberapa aktor tersebut adalah : 1. Kurangnya pemahaman terhadap karakteristik bahaya. 2. Sikap atau perilaku perilaku yang mengakibatkan penurunan kualitas sumberdaya sumberdaya alam.
Pengurangan Risiko Banjir
3. Kurangnya inormasi/peringatan dini yang menyebabkan ketidaksiapan. 4. Ketidakberdayaan/ketidakmampuan dalam menghadapi ancaman bahaya. 3.1.1. Bencana
Bencana merupakan enomena yang terjadi karena komponen-komponen, ancaman, dan kerentanan bekerja bersama secara sistematis, sehingga menyebabkan terjadinya risiko pada komunitas. Ancaman merupakan kejadian-kejadian, gejala alam atau kegiatan manusia yang berpotensi untuk menimbulkan kematian, luka-luka, kerusakan harta benda, gangguan sosial ekonomi atau kerusakan lingkungan. Kerentanan adalah kondisi-kondisi yang ditentukan oleh aktor-aktor atau proses-proses sik, sosial ekonomi dan lingkungan hidup yang meningkatkan kerawanan suatu komunitas terhadap dampak ancaman bencana. Risiko merupakan suatu peluang dari timbulnya akibat buruk, atau kemungkinan kerugian dalam hal kematian, luka-luka, kehilangan dan kerusakan harta benda, gangguan kegiatan matapencaharian dan ekonomi atau kerusakan lingkungan yang ditimbulkan oleh interaksi antara ancaman bencana dan kondisi kerentanan. Atau disebut pula dalam Undang-undang Penanganan Bencana No. 24 tahun 2007 bahwa bencana merupakan suatu peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan baik oleh aktor alam dan/atau aktor non alam maupun aktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak dampak psikologis. . Menurut ISDR bencana adalah suatu gangguan serius terhadap keberungsian suatu masyarakat sehingga menyebabkan kerugian yang meluas pada kehidupan manusia dari segi materi, ekonomi atau lingkungan dan yang melampaui kemampuan masyarakat yang bersangkutan untuk mengatasi dengan menggunakan sumberdaya mereka sendiri. Adapun komponen yang berpengaruh terhadap besar kecilnya dampak suatu bencana antara lain sebagai berikut: bahaya, kerentanan, risiko bencana, dan kapasitas. Terjadinya Bencana Kejadian
Bahaya
RISIKO BENCANA
BENCANA
Kerentanan
Gambar 3.1: Model hubungan antara risiko bencana, kerentanan, dan bahaya
20
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Banjir untuk SMA/SMK/MA/MAK
Berdasarkan sumber bencananya, terdapat tiga jenis bencana: (1) bencana alam, yaitu bencana yang murni yang disebabkan oleh peristiwa alam, contohnya gempa bumi, gunung meletus, angin puting beliung. (2) bencana akibat ulah manusia, yaitu bencana yang disebabkan oleh kekhilaan manusia seperti kebakaran dan kornsleting listrik. l istrik. (3) bencana kompleks, yaitu bencana yang diakibatkan oleh gabungan antara perilaku alam dan ulah manusia sebagai contoh banjir akibat hujan diluar normal dan penggundulan hutan. Bahaya
Dilihat dari potensi bencana yang ada, Indonesia merupakan negara dengan potensi bencana yang sangat tinggi. Beberapa potensi bencana yang ada antara lain adalah bencana alam seperti seper ti gempa bumi, gunung meletus, banjir, tanah longsor, dan lain-lain. Potensi bencana yang ada di Indonesia dapat dikelompokkan menjadi 2 kelompok utama, yaitu potensi bahaya utama dan potensi bahaya ikutan. Potensi bahaya utama ini dapat dilihat antara lain pada peta potensi bencana gempa di Indonesia yang menunjukkan bahwa Indonesia adalah wilayah dengan zona-zona gempa yang rawan, peta potensi bencana tanah longsor, peta potensi bencana letusan gunung api, peta potensi bencana tsunami, peta potensi bencana banjir, dan lain-lain.
Gambar 3.2: Kerusakan pada bangunan akibat gempa bumi
Dari indikator-indikator di atas dapat disimpulkan bahwa Indonesia memiliki potensi bahaya utama yang tinggi. Hal ini tentunya sangat tidak menguntungkan bagi negara Indonesia. Disamping tingginya potensi bahaya utama, Indonesia juga memiliki potensi bahaya ikutan yang sangat tinggi. Hal ini dapat dilihat dari beberapa indikator misalnya likuiaksi, persentase bangunan yang terbuat dari kayu, kepadatan bangunan, dan kepadatan industri berbahaya. Potensi bahaya ikutan ini sangat tinggi terutama di daerah perkotaan yang memiliki kepadatan, persentase bangunan kayu (utamanya di daerah pemukiman kumuh perkotaan), dan jumlah industri berbahaya, yang tinggi. Dengan indikator diatas, perkotaan Indonesia merupakan wilayah dengan potensi bencana yang sangat tinggi.
21
Pengurangan Risiko Banjir
3.1.2. Risiko Bencana, Konstruksi dari Ancaman, Kerentanan dan Kapasitas Epidemik, 4%
Gempa Bumi, 31 %
Banjir, 38 %
Kebakaran, 17 % Mass movwet, Letusan 2 % Gunung Api,
Kekeringan, 6%
3%
Gambar 3.3: Persentase Orang Orang Terkena Terkena Bencana Berdasarkan Berdasarkan Jenis Bencana
Gambar di atas menunjukkan persentase orang terkena bencana berdasarkan jenis bencana di Indonesia antara kurun waktu 1980 – 2008. Kejadian bencana di Indonesia terus meningkat sepanjang tahun. Ini membuktikan bahwa Indonesia merupakan negara yang rapuh dalam menghadapi ancaman bencana. Perbedaan kemampuan dalam mengenali karakteristik bahaya membuat besaran risiko yang mengena pada situasi bencana juga akan ak an berbeda. Semakin mampu untuk mengenali dan memahami enomena bahaya itu dengan baik, maka manusia akan semakin dapat mensikapinya dengan lebih baik. baik . Sikap dan tanggap yang didasarkan atas pengenalan dan pemahaman yang baik akan dapat memperkecil risiko bencana. Kehancuran dahsyat yang terjadi akibat gempa dan tsunami di Aceh dan Sumatra Utara, serta D.I Yogyakarta Yogyakarta dan Jawa Tengah, juga memunculkan kebingungan bagaimana harus mensikapinya; hiruk pikuk di Alor dan Palu saat terjadi gempa menunjukkan betapa bangsa Indonesia belum mampu dengan baik menghadapi ancaman bahaya yang melingkupi. Ancaman Bencana
Ancaman bencana seperti yang tertuang dalam UU RI No. 24 Tahun Tahun 2007 tentang Penanganan Bencana adalah suatu kejadian atau peristiwa yang bisa menimbulkan bencana. Sedangkan menurut Dr. Krishna S. Pribadi ancaman bencana merupakan: 1. Suatu peristiwa besar yang jarang terjadi, terjadi, dalam lingkungan alam atau lingkungan binaan, yang mempengaruhi kehidupan, harta atau kegiatan manusia, sedemikian rupa sehingga dapat menimbulkan bencana. 2. Suatu enomena enomena alam atau buatan manusia yang dapat menimbulkan kerugian sik dan ekonomi atau mengancam jiwa manusia dan kesejahteraannya, bila terjadi di suatu lingkungan permukiman, kegiatan budi daya atau industri. Ancaman bencana dapat bersiat membahayakan bagi suatu lingkungan akibat kondisi lingkungan yang rentan. 22
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Banjir untuk SMA/SMK/MA/MAK
Kerentanan
Kerentanan adalah seberapa besar suatu masyarakat, bangunan, pelayanan atau suatu daerah akan mendapat kerusakan atau terganggu oleh dampak suatu bahaya tertentu, bergantung kepada kondisinya, jenis konstruksi dan kedekatannya kepada suatu daerah yang berbahaya atau rawan bencana. Faktor-aktor yang dapat menyebabkan kerentanan tersebut adalah : 1. Institusi lokal yang lemah dalam membuat kebijakan kebijakan dan peraturan serta penegakan kebijakan tersebut, terutama terkait dengan penanggulangan bencana dan upaya pengurangan risiko bencana, termasuk di dalamnya adalah lemahnya aparat penegak hukum; 2. Kurangnya penyebaran inormasi mengenai kebencanaan, baik melalui melalui penyuluhan, pelatihan serta keahlian khusus yang diperlukan dalam upaya-upaya pengurangan risiko bencana 3. Penduduk terkait dengan pertumbuhan penduduk yang sangat cepat, Kenyataan menunjukkan kerentaan cukup tinggi dari masyarakat, inrastruktur serta elemen-elemen di dalam kota/kawasan yang berisiko bencana. Karena kurangnya pemahaman adanya bahaya sekitarnya, maka masyarkat dikatakan rentan terhadap bencana. Bangunan dibantaran sungai, bangunan tepat di lereng tempat mengairnya lahar gunung berapi, bangunan di tepi pantai, bangunan yang permanen dan tidak tahan gempa dan lain-lain merupakan contoh kerentaan suatu lingkungan Kapasitas
Kapasitas adalah kemampuan dari masyarakat dalam menghadapi bencana. Misalnya pengetahuan rendah, maka kapasitasnya k apasitasnya rendah, contohnya: 1. Tidak tahu kalau di dekat rumahnya terdapat ancaman tanah longsor 2. Tidak tahu kalau membangun rumah di bantaran bantaran kali dapat menyebabkan banjir 3. Tidak tahu kalau mengikis tebing untuk diambil tanahnya dapat dapat menyebabkan longsor lon gsor,, 4. Tidak tahu kalau menebang pohon tanpa mengganti dengan pohon baru dapat menyebabkan banjir dan tanah longsor 5. Tidak memiliki keterampilan keterampilan bagaimana membuat rumah tahan gempa 6. Tidak memiliki keterampilan keterampilan bagaimana mengevakuasi kalau terjadi terjadi gempa 7. Tidak memiliki keterampilan keterampilan bagaimana menyelamatkan diri dan orang lain ketika terjadi bencana, dan lain-lain. 3.1.3. Pengurangan Risiko Bencana
Pengurangan risiko bencana adalah konsep dan praktik mengurangi risiko bencana melalui upaya sistematis untuk menganalisa dan mengelola aktoraktor penyebab dari bencana termasuk dengan dikuranginya paparan terhadap ancaman, penurunan kerentanan manusia dan properti, pengelolaan lahan dan lingkungan yang bijaksana, serta meningkatkan kesiapsiagaanan terhadap kejadian yang merugikan. 23
Pengurangan Risiko Banjir
3.1.4. Upaya Pengurangan Risiko Bencana Mitigasi Bencana
Tujuan dari mitigasi bencana gempa bumi adalah untuk mengembangkan strategi mitigasi yang dapat mengurangi hilangnya kehidupan dari alam sekitarnya serta harta benda, penderitaan manusia, kerusakan ekonomi dan biaya yang diperlukan untuk menangani korban bencana yang dihasilkan oleh bencana gempa bumi. Rencana mitigasi bencana gempa bumi dapat meningkatkan cara pandang yang luas dan terintegrasi terhadap sistem pengurangan risiko bencana yang meliputi elemen-elemen berikut : 1. Identikasi bencana dan kerentanannya kerentanannya serta evaluasi risiko bencana tersebut. 2. Strategi pengurangan bencana yang bersumber bersumber dari wilayah dan dimiliki oleh pemegang kebijakan. 3. Seperangkat peraturan, perundang-undangan dan regulasi yang menyediakan kerangka kerja yang komprehensi untuk interaksi antara berbagai organisasi dan institusi yang berbeda. 4. Mekanisme koordinasi institusi yang kuat. 5. Sistem yang solid untuk mengendalikan pemenuhan dan penguatan code dan standar untuk konstruksi bangunan yang aman. 6. Perencanaan dan tataguna lahan dan pemukiman yang menggabungkan kepedulian akan bencana dan pengurangan risiko. 7. Penggunaan peralatan komunikasi untuk pengurangan risiko akibat bencana yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan bencana, pendidikan, pelatihan dan penilaian. 8. Manajemen kesiapsiagaan dan kedaruratan berdasarkan pemahaman risiko. 9. Kerjasama dan koordinasi antar instansi, antar kota, antar organisasi. Dalam upaya mengurangi risiko bencana maka diperlukan diperluk an kesiapsiagaan yang lebih baik. Oleh karena itu siswa juga harus harus memahami pengertian dari banjir, sebab-sebab terjadinya, dampaknya, serta hal-hal apa saja yang harus diperhatikan sebelum, saat dan setelah terjadinya banjir tersebut. Dampak Banjir
Banjir yang besar memiliki dampak-dampak yang tidak diinginkan antara lain dampak sik, sosial, ekonomi dan lingkungan. 1. Dampak sik adalah kerusakan pada sarana-sarana umum, kantor-kantor pelayanan publik yang disebabkan oleh banjir. 2. Dampak sosial mencakup kematian, risiko kesehatan, kesehatan, trauma mental, menurunnya perekonomian, terganggunya kegiatan pendidikan (anakanak tidak dapat pergi ke sekolah), terganggunya aktivitas kantor pelayanan publik, kekurangan makanan, energi, air, dan kebutuhankebutuhan dasar lainnya.
24
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Banjir untuk SMA/SMK/MA/MAK
3. Dampak ekonomi mencakup mencakup kehilangan materi, gangguan kegiatan kegiatan ekonomi (orang tidak dapat pergi kerja, terlambat bekerja, atau transportasi komoditas terhambat, dan lain-lain). 4. Dampak lingkungan mencakup pencemaran air (oleh (oleh bahan pencemar yang dibawa oleh banjir) atau tumbuhan disekitar sungai yang rusak akibat terbawa banjir. 5. Dampak banjir terhadap masyarakat tidak hanya berupa berupa kerugian kerugian harta benda dan bangunan. Selain itu, banjir juga mempengaruhi perekonomian masyarakat dan pembangunan masyarakat secara keseluruhan, terutama kesehatan dan pendidikan (Arduino dkk, 2007). Menurut Bakornas PB (2007), dampak bencana banjir akan terjadi pada beberapa aspek (sebagian besar di wilayah Indonesia bagian barat) dengan tingkat kerusakan berat pada aspek-aspek berikut: 1. Aspek penduduk, antara lain berupa korban jiwa/meninggal, jiwa/meninggal, hanyut, tenggelam, luka-luka, korban hilang, pengungsian, berjangkitnya wabah dan penduduk terisolasi. 2. Aspek pemerintahan, antara antara lain berupa kerusakan atau hilangnya dokumen, arsip, peralatan dan perlengkapan kantor dan terganggunya jalannya pemerintahan. 3. Aspek ekonomi, antara lain berupa hilangnya mata pencaharian, tidak berungsinya pasar tradisional, kerusakan dan hilangnya harta benda, ternak dan terganggunya perekonomian masyarakat. 4. Aspek sarana-prasarana, antara lain berupa kerusakan rumah penduduk, jembatan, jalan, bangunan gedung perkantoran, asilitas sosial dan asilitas umum, instalasi listrik, air minum dan jaringan komunikasi. 5. Aspek lingkungan, antara lain berupa kerusakan ekosistem, objek wisata, persawahan/lahan pertanian, sumber air bersih dan kerusakan tanggul/ jaringan irigasi. Yang terpenting dalam keadaan banjir adalah bahaya timbulnya penyakit akibat banjir yang mengancam masyarakat dari semua golongan. Hal ini dikarenakan banyaknya sampah yang terhanyut terbawa air banjir, air got yang bersatu dengan air banjir yang menimbulkan bau yang tidak sedap ataupun septik tank yang luber dan isinya terbawa air kemana-mana, Akibatnya lingkungan kita menjadi sangat kotor, sehingga mempermudah timbulnya penyakit pasca banjir: diare, DBD, leptospirosis, ISPA, cacingan dan berbagai penyakit penyerta lain. Bahkan tidak jarang juga menimbulkan kasus penyakit yang luar biasa. Banjir juga menimbulkan dampak menurunnya kondisi tubuh & daya tahan terhadap stress (Wijaya. ( Wijaya. 2008). Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh bahwa Soegijanto S (2008) tentang penyakit pasca bencana yang sering ditemukan: 1. Polusi udara berdampak sakit batuk sesak. 2. Makanan dan minuman yang terkontaminasi menyebabkan menyebabkan diare akut. 3. Tikus-tikus baik yang mati atau hidup akibat bencana banjir berpotensi berpotensi menularkan kuman pes dan leptospira. 25
Pengurangan Risiko Banjir
4. Air kemih tikus perlu dicermati penyakit leptospira. 5. Peningkatan populasi nyamuk nyamuk Aedes aegypti maupun Albocpitus yang menularkan virus dengue maupun Chikungunya. 6. Dampak trauma trauma kepala dan patah tulang, dibutuhkan kerjasama kerjasama dengan dokter ahli bedah umum maupun bedah tulang. Di sisi lain, banjir dapat menguntungkan karena: 1. Banjir bisa menggelontor bahan-bahan pencemar air yang mengendap menyumbat saluran air. 2. Banjir bisa menjaga kelembaban kelembaban tanah dan mengembalikan mengembalikan kelembaban tanah tandus / kering. 3. Banjir bisa menambah cadangan air tanah. 4. Pengendapan lumpur banjir dapat meningkat kesuburan tanah. 5. Banjir dapat menjaga lingkungan hayati hayati (ekosistem) sungai dengan cara cara menyediakan tempat bersarang, berbiak dan makan bagi ikan, burung dan binatang-binatang liar. 6. Banjir menyebabkan menyebabkan banyaknya banyaknya kerugian. Sehubungan dengan hal tersebut, perlu dilakukan berbagai upaya untuk mengurangi risiko akibat terjadinya banjir. banjir. Upaya yang dapat dilakukan antara lain: 7. Pemberian inormasi mengenai perkiraan tingkat kenaikan permukaan air sungai. Inormasi ini dapat digunakan sebagai dasar peringatan akan adanya bahaya banjir dan sebagai rencana untuk melakukan pengungsian serta untuk pengaturan tata ruang daerah misalnya corak pembangunan apa dan kegiatan pertanian apa yang boleh berlangsung. 8. Melakukan antisipasi akan ancaman bencana banjir yaitu dnegan memperhatikan hal-hal berikut : (1) Analisis kekerapan banjir, artinya seberapa sering wilayah tersebut kebanjiran, (2) Pemetaan tinggi rendah permukaan tanah (topogra), (3) Pemetaan bentangan daerah seputar sungai (kontur sekitar sungai) lengkap dengan perkiraan kemampuan sungai itu untuk menampung lebihan air, (4) Catatan pemantauan lelehan salju / es dan kelongsoran tebing / daerah hulu, (5) Kemampuan tanah untuk menyerap air, (6) Catatan pasang surut gelombang laut (untuk kawasan pantai / pesisir). Kekerapan badai, (7) Geogra pesisir / pantai, (8) Ciri-ciri banjir, dan (9) Mengetahui Jalur banjir agar kita siap jika terjadi acamanan banjir. 9. Melakukan Kerja bakti membersihkan saluran air. 10. Membuang sampah pada tempatnya. 11. Mengadakan reboisasi/penghijauan atau penanaman tanaman (hutan resapan) di kawasan hulu DAS dan penanaman tanaman keras di sepanjang bantaran sungai. Jika hal itu dilakukan akan ak an diperoleh beberapa hal. Pertama, berkurangnya laju aliran permukaan. Kedua, perbesaran laju inltrasi air. Ketiga, peminimalan erosi. Keempat, penambahan kadar oksigen dalam udara, dan kelima, penambahan hasil buah dan kayu. 12. Pembuatan tampungan air (situ/embung) atau sumur resapan. Pada musim hujan, prasarana itu sebagai tempat penampungan air dan pada musim kemarau berungsi sebagai sumber air cadangan irigasi. 26
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Banjir untuk SMA/SMK/MA/MAK
13. Melaksanakan program normalisasi sungai dengan pembuatan turap tebing sungai (beronjong) dalam rangka mencegah longsor dan memperbesar daya tampung air, di samping pengerukan sediment dari dasar sungai. sun gai. 14. Mengembangkan kembali bangunan rumah panggung untuk daerahdaerah yang memang berkecenderungan menperoleh bencana banjir, 15. Memberikan peringatan dini banjir yang dapat dilakukan beberapa beberapa hari sampai satu hari sebelum terjadi dengan menginormasikan pada instansi terkait. Dalam hal ini dapat digunakan radar hujan yang bisa memprediksi curah hujan sesaat, sebagai bagian dalam sistem peringatan dini banjir. Alat ini dapat memprediksi intensitas dan lamanya hujan yang akan terjadi hingga H minus 4. 16. Melakukan perlindungan, pemeliharaan dan perbaikan sarana-sarana yang berada pada jalur dan kawasan yang dikhawatirkan rentan banjir 17. membuat bangunan di daerah yang aman seperti di dataran yang tinggi 18. Memberi pengertian akan ancaman banjir - termasuk banjir yang pernah terjadi dan mengetahui letak daerah apakah cukup tinggi untuk terhindar dari banjir. 19. Melakukan latihan pengungsian. Mengetahui jalur evakuasi, jalan yang tergenang air dan yang masih bisa dilewati. Setiap orang harus mengetahui tempat evakuasi, kemana harus pergi apabila terjadi banjir. 20. Memasang tanda ancaman pada jembatan yang rendah - agar tidak dilalui orang pada saat banjir. Adakan perbaikan apabila diperlukan. 21. Memasang tanda ketinggian air - pada saluran air, kanal, kali atau sungai yang dapat dijadikan petunjuk pada ketinggian berapa akan terjadi banjir atau petunjuk kedalaman genangan air. 22. Simpan surat-surat penting di dalam tempat yang tinggi, kedap air dan aman. 23. Naikkan panel-panel dan alat-alat listrik ke tempat yang lebih tinggi, sekurang-kurangnya 30 cm di atas garis ketinggian banjir maksimum 24. Pada saat banjir, tutup kran saluran air utama yang mengalir ke dalam rumah, dan matikan listrik dari meterannya. 25. Pindahkan barang-barang rumah tangga ke tempat yang lebih tinggi. 26. Memperhatikan kebersihan air yang digunakan masyarakat dalam kehidupan sehari-hari. Penanggulangan Bencana
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana, pasal 33-38, dinyatakan, bahwa: Penyelenggaraan penanggulangan bencana terdiri atas 3 (tiga) tahap meliputi: 1. prabencana; 2. saat tanggap darurat; dan 3. pasca bencana. Penyelenggaraan penanggulangan bencana pada tahapan prabencana meliputi: 27
Pengurangan Risiko Banjir
1. dalam situasi tidak terjadi bencana; dan 2. dalam situasi terdapat terdapat potensi terjadinya bencana. Penyelenggaraan penanggulangan bencana dalam situasi tidak terjadi bencana sebagaimana dimaksud meliputi: 1. perencanaan penanggulangan bencana; 2. pengurangan risiko bencana; 3. pencegahan; 4. pemaduan dalam perencanaan pembangunan; 5. persyaratan analisis risiko bencana; 6. pelaksanaan dan penegakan rencana tata ruang; 7. pendidikan dan pelatihan; dan 8. persyaratan standar teknis penanggulangan bencana. Perencanaan penanggulangan bencana meliputi: 1. pengenalan dan pengkajian ancaman bencana; 2. pemahaman tentang kerentanan masyarakat; 3. analisis kemungkinan dampak bencana; 4. pilihan tindakan pengurangan risiko bencana; 5. penentuan mekanisme kesiapan kesiapan dan penanggulangan penanggulangan dampak bencana; dan 6. alokasi tugas, kewenangan, dan sumber daya yang tersedia. tersedia. Pengurangan risiko bencana , dilakukan untuk mengurangi dampak buruk yang mungkin timbul, terutama dilakukan dalam situasi sedang tidak terjadi bencana. Kegiatan meliputi: 1. pengenalan dan pemantauan risiko bencana; 2. perencanaan partisipati penanggulangan bencana; 3. pengembangan budaya sadar bencana; 4. peningkatan komitmen komitmen terhadap terhadap pelaku pelaku penanggulangan penanggulangan bencana; dan 5. penerapan upaya sik, nonsik, dan pengaturan pengaturan penanggulangan bencana. Pencegahan meliputi: 1. identikasi dan pengenalan secara pasti terhadap sumber bahaya bahaya atau ancaman bencana; 2. kontrol terhadap terhadap penguasaan dan pengelolaan sumber daya daya alam yang secara tiba-tiba dan/atau berangsur berpotensi menjadi sumber bahaya bencana; 3. pemantauan penggunaan teknologi teknologi yang secara tiba-tiba dan/atau berangsur berpotensi menjadi sumber ancaman atau bahaya bencana; 4. penataan ruang dan pengelolaan pengelolaan lingkungan hidup; dan 5. penguatan ketahanan sosial masyarakat. Berdasarkan inormasi dari Undang-undang tersebut, banyak hal yang dapat diidentikasi, dijadikan bahan pengayaan bagi guru, yang tidak diajarkan ke 28
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Banjir untuk SMA/SMK/MA/MAK
siswa. Selain kompetensi yang harus dikuasai siswa tentu harus dikuasai guru, sebaiknya kepala sekolah dan guru menambah kompetensi lainnya lain nya seperti: 1. Menyusun Program untuk meningkatkan keamanan sekolah terhadap Bencana. 2. Menyusun rencana aksi sekolah, seperti. 3. perencanaan penanggulangan bencana; 4. pengurangan risiko bencana; 5. pencegahan; 6. pemaduan dalam perencanaan pembangunan; 7. persyaratan analisis risiko bencana; 8. pelaksanaan dan penegakan rencana tata ruang; 9. Perencanaan penanggulangan bencana meliputi: pengenalan dan pengkajian ancaman bencana; pemahaman tentang kerentanan masyarakat; analisis kemungkinan dampak bencana; pilihan tindakan pengurangan risiko bencana; penentuan mekanisme kesiapan dan penanggulangan dampak bencana; dan alokasi tugas, kewenangan, dan sumber daya yang tersedia. 10. Pengurangan risiko bencana , dilakukan untuk mengurangi dampak buruk yang mungkin timbul, terutama dilakukan dalam situasi sedang tidak terjadi bencana. Kegiatan meliputi: pengenalan dan pemantauan risiko bencana; perencanaan partisipati penanggulangan bencana; pengembangan budaya sadar bencana; peningkatan komitmen terhadap pelaku penanggulangan bencana; dan penerapan upaya sik, nonsik, dan pengaturan penanggulangan bencana. 11. Pencegahan meliputi: identikasi dan pengenalan secara pasti terhadap sumber bahaya atau ancaman bencana; kontrol terhadap penguasaan dan pengelolaan sumber daya alam yang secara tiba-tiba dan/atau berangsur berpotensi menjadi sumber bahaya bencana; pemantauan penggunaan teknologi yang secara tiba-tiba dan/ atau berangsur berpotensi menjadi sumber ancaman atau bahaya bencana; penataan ruang dan pengelolaan lingkungan hidup; dan penguatan ketahanan sosial masyarakat.
29
Pengurangan Risiko Banjir
3.2. Kesiapsiagaan Banjir Kesiapsiagaan adalah serangkaian tindakan yang dilakukan untuk mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat guna dan berdaya guna. Sebagai contoh: membangun sistem peringatan dini, penyiapan jalur evakuasi bila terjadi bencana, latihan simulasi bencana. Kesiapsiagaan diri, keluarga dan sekolah akan sangat san gat membantu dalam mengurangi dampak bencana, baik kerugian harta maupun korban jiwa, kesiapsiagaan dimulai dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Memahami potensi ancaman yang ada di daerah masing-masing. 2. Memahami penyebab atau tanda-tanda akan terjadinya bencana. 3. Memahami apa yang harus dipersiapkan dan yang harus dilakukan baik sebelum, pada saat dan sesudah bencana. 4. Di sekolah, guru dapat memberikan latihan kesiapsiagaan kesiapsiagaan bencana bencana banjir banjir kepada siswa. 3.2.1. Tindakan Tindakan sebelum terjadi banjir
1. Sebelum terjadi terjadi bencana kita harus sudah bisa memilih dan menentukan beberapa lokasi yang bisa kita jadikan sebagai tempat penampungan jika terjadi bencana. 2. Melatih diri dan anggota keluarga hal-hal yang harus dilakukan apabila terjadi bencana banjir. 3. Mendiskusikan dengan semua anggota keluarga keluarga tempat tempat di mana anggota keluarga akan berkumpul usai bencana terjadi. 4. Mempersiapkan tas siaga bencana bencana yang berisi keperluan keperluan yang dibutuhkan seperti: Makanan kering seperti biscuit, air minum, kotak kecil berisi obat-obatan penting, lampu senter dan baterai cadangan, Lilin Lili n dan korek api, kain sarung, satu pasang pakaian dan jas hujan, surat berharga, otokopi tanda pengenal yang dimasukkan kantong plastik, serta nomornomor telepon penting. 5. Kegiatan yang dapat dapat dilakukan untuk mengurangi mengurangi risiko banjir: Buat sumur resapan bila memungkinkan. Tanam Tanam lebih banyak pohon besar. Membentuk kelompok masyarakat pengendali banjir. Membangun atau menetapkan lokasi dan jalur evakuasi bila terjadi banjir. Membangun sistem peringatan dini banjir. Menjaga kebersihan saluran air dan limbah. Memindahkan tempat hunian ke daerah bebas banjir atau tinggikan bangunan rumah hingga batas ketinggian banjir jika memungkinkan. Mendukung upaya pembuatan kanal atau saluran dan bangunan. Pengendali banjir dan lokasi evakuasi.
30
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Banjir untuk SMA/SMK/MA/MAK
Bekerjasama dengan masyarakat di luar daerah banjir banji r untuk menjaga daerah resapan air.
3.2.2. Tindakan Saat Terjadi Banjir
1. Jangan panik. 2. Pada saat terjadi bencana banjir, banjir, warga yang yang berada di daerah rawan bencana banjir diminta memantau perkembangan cuaca, bila hujan terus terjadi tidak henti-hentinya, diimbau waspada dan berhati- hati untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan. 3. Pada saat dan setelah bencana terjadi, berbagai berbagai aktivitas kesehatan harus dilakukan untuk mengatasi masalah kesehatan para korban serta mencegah memburuknya derajat kesehatan masyarakat yang terkena bencana. Pada tahapan tanggap darurat, energi yang cukup besar biasanya dicurahkan untuk evakuasi korban. 4. Ketika melihat air datang, Jauhi secepat mungkin daerah banjir. banjir. segera selamatkan diri dengan berlari secepat mungkin menuju tempat yang tinggi. 5. Apabila kamu terjebak dalam rumah atau bangunan, raih benda yang bisa mengapung sebisanya. 6. Dengarkan jika ada inormasi darurat tentang banjir. banjir. 7. Hati-hati dengan listrik. Matikan peralatan listrik/sumber listrik. 8. Selamatkan barang-barang barang-barang berharga dan dokumen penting penting sehingga tidak rusak atau hilang h ilang terbawa banjir. 9. Pantau kondisi ketinggian air setiap saat sehingga bisa menjadi dasar untuk tindakan selanjutnya. 10. Ikut mendirikan tenda pengungsian, pembuatan dapur umum. 11. Terlibat Terlibat dalam pendistribusian pendistribusi an bantuan. 12. Mengusulkan untuk mendirikan pos kesehatan. 13. Menggunakan air bersih dengan esien. 3.2.3. Tindakan Sesudah Terjadinya Banjir
Beberapa tindakan yang dapat dilakukan sesudah terjadi bencana antara lain: 1. Pemberian bantuan misalnya tempat perlindungan darurat bagi meraka meraka yang kehilangan tempat tinggalnya. 2. Membersihkan tempat tinggal dan lingkungan rumah. 3. Terlibat dalam kaporitisasi sumur gali. 4. Terlibat dalam perbaikan jamban dan saluran pembuangan air limbah (SPAL). 5. Pemberian bantuan yang yang meliputi kesehatan kesehatan lingkungan, dan pemberantasan penyakit, pelayanan kesehatan serta distribusi logistik kesehatan dan bahan makanan. 6. Menjaga agar sistem pembuangan pembuangan limbah dan air kotor agar tetap bekerja pada saat terjadi banjir banji r. 31
Pengurangan Risiko Banjir
7. Menjauhi kabel atau instalasi listrik lainnya. 8. Menghindari memasuki wilayah yang yang rusak kecuali dinyatakan dinyatakan aman misal bangunan yang rusak atau pohon yang miring. 9. Memeriksa dan menolong diri sendiri kemudian menolong orang di dekat kamu yang memerlukan bantuan. 10. Mencari anggota keluarga. 11. Jika keadaan sudah aman, masuk rumah dengan hati-hati, jangan menyalakan listrik kecuali telah dinyatakan aman. 12. Membersihkan lumpur 13. Periksa persediaan makanan dan air minum. Jangan minum air dari sumur terbuka karena sudah terkontaminasi. Makanan yang telah terkena air banjir harus dibuang karena tidak baik untuk kesehatan.
32
MATERI MA TERI PEMBELAJARAN PEMBELA JARAN PENGURANGAN RISIKO BANJIR
BAB IV
4.1. Identifkasi Materi Pembelajaran Pengurangan Risiko Banjir Muatan Pendidikan PRB untuk siswa SMA disusun dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut : 1. Kepentingan dan kemampuan peserta didik dan lingkungannya
Muatan pendidikan PRB dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa peserta didik memiliki peluang atau kesempatan untuk selamat dan membantu orang lain agar selamat ketika banjir terjadi. Untuk mendukung pencapaian tujuan tersebut perlu peningkatan kompetensi/kapasitas peserta didik disesuaikan dengan potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik serta tuntutan lingkungan, termasuk kearian lokal yang dimiliki masyarakat dalam lingkungan tersebut. tersebut. Kegiatan pembelajaran PRB berpusat berpusat pada pada peserta didik. 2. Keragaman risiko bahaya dan karakteristik daerah dan lingkungan
Setiap daerah memiliki risiko, kebutuhan, tantangan, dan keragaman karakteristik lingkungan. Masing-masing daerah memerlukan pendidikan PRB sesuai dengan karakteristik daerah dan pengalaman hidup sehari-hari. Oleh karena itu, kurikulum harus mengakomodir keragaman tersebut yang relevan dengan kebutuhan pendidikan PRB. 3. Kondisi sosial budaya masyarakat setempat
Pengembangan muatan pendidikan PRB dilakukan dengan memperhatikan karakteristik sosial budaya masyarakat setempat dan menunjang kelestarian keragaman budaya. Penghayatan dan apresiasi pada budaya setempat diperlukan, termasuk kearian lokal yang ada. 4. Peningkatan kesadaran akan adanya risiko bencana akibat bajir
Muatan pendidikan PRB dimaksudkan untuk menumbuhkembangkan kesadaran siswa akan adanya risiko bahaya banjir. Untuk itu diperlukan pengetahuan dan pemahaman terjadinya banjir, zona rawan banjir, hal-hal yang terjadi ketika dan setelah banjir. 5. Peningkatan kompetensi/kapasitas diri agar dapat mengurangi bahaya bencana yang diakibatkan banjir
Pendidikan PRB dilakukan secara sistematik dan terpadu dengan pendidikan
Materi Pembelajaran Pengurangan Risiko Banjir
mata pelajaran lain, untuk meningkatkan kompetensi siswa secara holistik yang memungkinkan potensi diri (aekti, kogniti, psikomotor) berkembang secara optimal, agar selamat selamat ketika banjir terjadi. Sejalan dengan itu, kurikulum disusun dengan memperhatikan potensi, tingkat perkembangan, minat, kecerdasan intelektual, emosional, sosial, spritual, dan kinestetik peserta didik. 6. Menyeluruh dan berkesinambungan
Substansi muatan pendidikan PRB mencakup keseluruhan dimensi kompetensi yang diperlukan, dimensi kogniti, psikomotor dan aekti. 7. Belajar sepanjang hayat
Pengembangan muatan pendidikan PRB diarahkan kepada proses pengembangan, pembudayaan, dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat. Adapun materi pembelajaran pengurangan risiko banjir untuk setiap jenjang kelas adalah sebagai berikut: Tabel Ta bel 4.1 Materi Pembelajaran Pengurangan Risiko Banjir KELAS NO.
MATERI PEMBELA JARAN
Prog Pr og IP IPA A Pr Prog og IPS Pr Prog og Bh Bhss I
34
1.
Banjir a. Pengertian Banjir, b. Jenis Banjir c. Penyebab banjir d. Banjir bandang
V
2.
Pemanasan Global - Iklim mulai tidak stabil - Peningkatan permukaan laut - Suhu global cenderung meningkat - Gangguan Ekologis - Dampak sosial dan politik - Gas Rumah Kaca - Dampak pemanasan global bagi Indonesia - Permahaman siklus air dan pemanasan global
V
3.
Pemahaman tentang memanen hujan untuk tanggulangi kekeringan dan banjir - Metode memanen hujan dengan mempertahankan hutan - Metode memanen hujan dengan revitalisasi danau, telaga dan situ - Metode memanen hujan dengan kolam-kolam dan sumur resapan - Metode memanen hujan dengan modikasi landsekap - Metode memanen hujan dengan kolam-kolam tando air rumah tangga
II
V
III
II
V
II I
II
V
II I
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Banjir untuk SMA/SMK/MA/MAK KELAS NO.
MATERI PEMBELAJARAN
Prog Pr og IP IPA A Pr Prog og IP IPS S Pr Prog og Bh Bhss I
II
III
II
III
II
4.
Dampak banjir - Dampak sik - Dampak sosial - Dampak ekonomi - Dampak Lingkungan
V
V
V
5.
Upaya pengurangan risiko
V
V
V
6.
Tindakan-tindakan sebelum, saat dan sesudah bencana
V
V
V
V
V
V
III
V
4.2. Pemetaan Indikator Siswa Kompetensi tersebut dapat dielaborasi ke dalam indikator-indikator sebagai berikut :
35
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Banjir untuk SMA/SMK/MA/MAK
4.3. Pendekatan Kegiatan Belajar Mengajar Dalam rangka persiapan pengintegrasian pendidikan pengurangan risiko bencana banjir, perlu memperhatikan beberapa prinsip yaitu: 1. Berpusat pada kondisi daerah potensi bencana dan jenis bencana yang terjadi serta kebutuhan pengetahuan, pemahaman, dan penerapan penanggulangan bencana. 2. Pendidikan PRB mengikuti prinsip beragam yaitu dikembangkan sesuai sesuai dengan kondisi dan kebutuhan daerah potensi bencana serta integrasi integrasi dengan matapelajaran IPA, IPS, Penjaskes, Agama, Muatan Lokal dan Pengembangan Diri. Dimungkinkan pula untuk dikembangkan dalam materi pengembangan diri atau dapat bentuk kegiatan temporer, bahkan dalam bentuk lainnya. 3. Tanggap terhadap perkembangan dengan memperhatikan perkembangan kondisi wilayah setempat, kemajuan iptek, dan pengembangan potensi daerah setempat. 4. Relevan dengan kebutuhan masyarakat setempat agar dapat diterapkan dalam situasi yang membutuhkan. 5. Pendidikan PRB disusun untuk dipergunakan dan dikembangkan dengan berkesinambungan sehingga memuat pengetahuan dan pemahaman yang komprehensi dan melekat dalam kehidupan siswa. Tahap pelaksanaan
Pendekatan pengintegrasian pengurangan risiko bencana dalam pelaksanaan kegiatan belajar-mengajar sebagai berikut: 1. Berorientasi pada perkembangan anak Dalam melakukan kegiatan, pendidik perlu memberikan kegiatan yang sesuai dengan tahapan perkembangan anak. Anak merupakan individu yang unik, maka perlu memperhatikan perbedaan secara individual. Dengan demikian dalam kegiatan yang disiapkan perlu memperhatikan cara belajar anak yang dimulai dari cara sederhana ke rumit, konkrit ke abstrak, gerakan ke verbal, dan dari ke-aku-an ke -aku-an ke rasa sosial. 2. Berorientasi pada kebutuhan anak Kegiatan pembelajaran pada anak harus senantiasa berorientasi kepada kebutuhan anak dan dimaksudkan untuk mengoptimalkan semua aspek perkembangan anak. Dengan demikian berbagai jenis kegiatan pembelajaran hendaknya dilakukan berdasarkan pada perkembangan dan kebutuhan masing-masing anak. 3. Menggunakan pendekatan akti, kreati, k reati, inovati, eekti, dan menyenangkan Proses pembelajaran yang akti, kreati, inovati, eekti, dan menyenangkan dapat dilakukan oleh anak yang disiapkan oleh pendidik melalui kegiatankegiatan yang menarik, menyenangkan untuk membangkitkan rasa ingin tahu anak, memotivasi anak untuk berpikir kritis, dan menemukan hal-hal baru. Pengelolaan pembelajaran hendaknya dilakukan secara demokratis, 37
Materi Pembelajaran Pengurangan Risiko Banjir
mengingat anak merupakan subjek dalam proses pembelajaran. Kegiatan pembelajaran yang disiapkan oleh pendidik hendaknya dilakukan dalam situasi yang menyenangkan dengan menggunakan strategi, metode, materi/bahan, dan media yang menarik serta mudah diikuti oleh anak. 4. Menggunakan berbagai berbagai media dan sumber belajar Setiap kegiatan untuk menstimulasi perkembangan potensi anak, perlu memanaatkan berbagai media dan sumber belajar, antara lain lingkungan alam sekitar atau bahan-bahan yang sengaja disiapkan oleh pendidik. Penggunaan berbagai media dan sumber belajar dimaksudkan agar anak dapat bereksplorasi dengan benda-benda di lingkungan lingkun gan sekitarnya. 5. Mengembangkan Kecakapan Hidup Proses pembelajaran harus diarahkan untuk mengembangkan kecakapan hidup melalui penyiapan lingkungan belajar yang menunjang berkembangnya kemampuan menolong diri sendiri, disiplin dan sosialisasi serta memperoleh keterampilan dasar yang berguna untuk kelangsungan hidupnya. Pendekatan pembelajaran di atas sangat bermanaat bagi peserta didik, karena:
1. 2. 3. 4. 5. 6.
38
Belajar lebih eekti/mendalam Anak lebih kritis dan kreati Suasana dan pengalaman belajar bervariasi Meningkatkan kematangan emosional/sosial Produktivitas siswa tinggi Siap menghadapi menghadapi perubahan dan berpartisipasi berpartisipasi dalam proses menolong korban bencana banjir
PENGINTEGRASIAN MATERI POKOK PENGURANGAN RISIKO RISIKO BANJIR KE DALAM DALAM KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN MENENGAH (SMA/SMK/MA/M (SMA/SMK/MA/MAK) AK)
BAB V
5.1. Pengintegrasian Materi Pengurangan Risiko Banjir dalam Mata Pelajaran Tahapan dalam pengintegrasian materi PRB terhadap mata pelajaran di tingkat SMA/SMK/MA/MAK sebagai berikut : 1. Identifkasi materi pembelajaran tentang PRB
Konsep mengenai pendidikan Pengurangan Risiko Bencana (PRB) dapat diintegrasikan ke dalam mata pelajaran pokok dalam kurikulum, diantaranya: IPA IPA Terpadu, Terpadu, IPS Terpadu, Bahasa Indonesia, In donesia, Muatan Lokal, dan Penjas Orkes. 2. Analisis KD yang memungkinkan dapat diintegrasikan dengan PRB
Kompetensi-kompetensi dasar yang terdapat pada KTSP dapat diintegrasikan dengan materi PRB dalam bentuk model KTSP daerah bencana. Model ini disusun sesuai dengan kondisi, kebutuhan, potensi, dan karakteristik satuan pendidikan dan peserta didik di daerah bencana yang diharapkan dapat digunakan sebagai acuan atau reerensi bagi satuan pendidikan di daerah lain yang punya karakteristik yang sama. Setelah kurikulum, bahan ajar sebagai acuan yang lebih operasional dalam melaksanakan pembelajaran di sekolah, merupakan komponen yang sangat berperan dalam memberikan pengetahuan dan pemahaman mengenai bencana dan kesiapsiagaan bencana terhadap warga negara, khususnya peserta didik. Melalui bahan ajar yang disusun pada pembelajaran tematik dan di setiap mata pelajaran dapat diintegrasikan mengenai jenis-jenis bencana beserta penyebabnya, usaha-usaha yang dapat dilakukan dalam menghindari terjadinya beberapa bencana, apa yang harus dilakukan ketika terjadi bencana, dampak yang ditimbulkan oleh bencana dan usaha-usaha yang dalam mengurangi dampak tersebut, tersebut, apa yang dilakukan setelah bencana itu terjadi, dan lain-lain. 3. Menyusun Silabus yang Terintegrasi Terintegrasi PRB
Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu dan/atau kelompok mata pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi waktu, dan sumber/bahan/alat belajar yang diintegrasikan dengan nilai-nilai pengurangan risiko bencana (PRB).
Pengintegrasian Materi Pokok Pengurangan Risiko Banjir Ke Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Menengah Atas SMA/SMK/MA/MAK
Silabus merupakan penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar ke dalam materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian. Silabus integrasi PRB dapat dikembangkan sesuai dengan kebutuhan masingmasing sekolah dan jenis ancaman bencana yang rentan di wilayahnya. Langkah-langkah penyusunan silabus yang mengintegrasikan PRB diantaranya adalah sebagai berikut. Mengkaji dan menentukan standar kompetensi (SK) yang dapat diintegrasikan dengan PRB. Mengkaji dan menentukan kompetensi dasar (KD) yang sesuai dengan SK yang diintegrasikan. Merumuskan indikator pencapaian kompetensi (dengan mengacu pada SK dan KD). Mengidentikasi materi pokok/pembelajaran yang sesuai dengan PRB gempa bumi. Mengembangkan kegiatan pembelajaran berintegrasi PBR gempa bumi, seperti penyampaian inormasi bahaya gempa, simulasi penyelamatan diri, pertolongan pertama, dan lainnya. Menentukan jenis penilaian. Menentukan alokasi waktu. Menentukan sumber belajar yang berhubungan dengan PRB gempa bumi.
4. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Rencana pembelajaran merupakan langkah awal dari suatu manejemen pembelajaran yang berisi kebijakan strategik tentang pelaksanaan pembelajaran yang akan dilakukan. Dalam rencana pembelajaran selalu terdapat komponen yang saling berkaitan yaitu tujuan, bahan ajar, metode/teknik, media, alat evaluasi, dan penjadwalan setiap langkah kegiatan. Komponen-komponen tersebut saling berkaitan dan diintegrasikan dengan nilai-nilai usaha pengurangan risiko bencana (PRB). RPP disusun untuk setiap KD yang dapat dilaksanakan dalam satu kali pertemuan atau lebih. Guru merancang penggalan RPP untuk setiap pertemuan yang disesuaikan disesuaikan dengan penjadwalan di satuan pendidikan. RPP yang terintegrasi PRB gempa disusun sesuai dengan KD yang relevan dengan materi ajar PRB gempa bumi. Untuk lebih jelasnya, tahapan pengintegrasian dijelaskan sebagai berikut. 5.1.1. Identifkasi Materi Pembelajaran Pengurangan Risiko Banjir
Materi pembelajaran adalah bahan yang diperlukan untuk pembentukan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dikuasai siswa dalam rangka memenuhi standar kompetensi dan kompetensi dasar yang ditetapkan.
40
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Banjir untuk SMA/SMK/MA/MAK
Materi pembelajaran dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip sebagai berikut: 1. Prinsip relevansi: materi pembelajaran hendaknya relevan dengan pencapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar. Jika kemampaun yang diharapkan dikuasai siswa berupa menghaal akta, maka materi pembelajaran yang diajarkan harus berupa akta, bukan konsep atau prinsip ataupun jenis materi yang lain. 2. Prinsip konsistensi: jika kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa ada empat macam, maka materi yang harus diajarkan juga harus meliputi empat macam. 3. Prinsip kecukupan artinya materi materi yang diajarkan hendaknya cukup memadai dalam membantu siswa menguasai kompetensi dasar yang diajarkan. Materi tidak boleh terlalu sedikit, dan tidak boleh terlalu banyak. Materi pembelajaran ditentukan melalui langkah-langkah sebagai berikut: 1. Identikasi standar kompetensi dan kompetensi dasar Ranah kogniti jika kompetensi yang ditetapkan meliputi pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan penilaian. Ranah psikomotorik jika kompetensi yang ditetapkan meliputi gerak awal, semi rutin, dan rutin. Ranah aekti (sikap) jika kompetensi yang ditetapkan meliputi pemberian respons, apresiasi, penilaian, dan internalisasi. 2. Identikasi jenis-jenis materi pembelajaran Materi pembelajaran tentang pengurangan risiko bencana dapat mencakup tiga ranah sekaligus yaitu: ranah kogniti, aekti dan psikomotorik.
Kita akan mencoba mengidentikasi materi pembelajaran tentang PRB dengan mempertimbangkan hal-hal berikut:
Potensi peserta didik; Relevansi dengan karakteristik daerah; daerah dengan karakteristik rawan bencana dapat menyesuaikan materi pembelajaran sesuai dengan kebutuhan daerah dengan tetap memperhatikan tuntutan kompetensi dasar). Pada saat mengidentikasi materi pembelajaran ini sudah harus ditetapkan dan dirumuskan materi pembelajaran yang sesuai dengan jenis bencana yang ada di daerah tersebut. Tingkat perkembangan sik, intelektual, emosional, sosial, dan spritual peserta didik; Kebermanaatan bagi peserta didik Struktur keilmuan; Aktualitas, kedalaman, dan keluasan materi pembelajaran; Relevansi dengan kebutuhan peserta didik dan tuntutan lingkungan; materi pembelajaran yang relevan dan dibutuhkan serta sert a sesuai dengan tuntutan lingkungan di daerah rawan bencana dapat dimasukkan ke dalam silabus yang disusun.
41
Pengintegrasian Materi Pokok Pengurangan Risiko Banjir Ke Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Menengah Atas SMA/SMK/MA/MAK
Contoh: - Tanda-tanda bencana akan terjadi - Tindakan penyelamatan penyelamatan disaat bencana terjadi - Tindakan yang harus dilakukan sesaat setelah bencana terjadi Alokasi waktu.
Tabel Tabel berikut berikut ini adalah identikasi materi pelajaran pelajaran tentang tentang PRB yang dikelompokkan ke dalam tiga tahapan bencana yaitu: sebelum terjadi bencana, saat terjadi bencana dan setelah terjadi bencana. Tabel Ta bel 5.1: Identikasi Materi Pembelajaran tentang pengurangan risiko banjir
No.
Tahapan Peristiwa Bencana
1
Sebelum terjadi Bencana
Materi Pembelajaran -
-
-
2
42
Saat Terjadi Bencana
-
Pengertian atmosfer Curah hujan Proses siklus air Pelapukan Erosi Sedimentasi atau Pengendapan Pengertian sumber daya alam dan pemanfaatnya secara arif. Kelangkaan sumber daya alam (tanah, laut, sungai, danau, rawa, situ, hutan) Jenis sumber daya alam dan dampaknya terhadap pelestarian lingkungan. Alat evakuasi sederhana tali temali, rakit, konstruksi plafon Kerjasama dalam menghadapi tantangan alam yang berat dan ganas, misalnya banjir bandang
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Banjir untuk SMA/SMK/MA/MAK
No.
3
Tahapan Peristiwa Bencana
Sesudah terjadi bencana
Materi Pembelajaran -
Menggunakan alat teknologi untuk komunikasi sebagai tanda siaga bencana. Misalnya kentongan, sirene, HP. (Sejarah Klas XII/sem 2)
-
Pemanfaatan dan pelestarian lingkungan Teknologi keseimbangan lingkungan. Mengatasi pencemaran lingkungan Membuat sumur resapan dan mengurangi penggunaan alat teknologi sumur injeksi Faktor tata wilayah dan pembangunan saranaprasarana seperti : hotel yang dibangun di tebing sungai perumahan tanpa ada jalur hijau , mall, jalan tol, tanggul. Memanen air hujan
-
-
-
-
5.1.2. Analisis Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) Mata Pelajaran Terintegrasi
Di bawah ini terdapat contoh ormat analisis KD dari beberapa mata pelajaran yang dapat diintegrasikan dalam pendidikan pengurangan risiko bencana banjir
43
D K
r i j n a B o k i s i R n a g n a r u g n e P i s a r g e t n i r e T n a r a j a l e P a t a M k u t n u r a s a D i s n e t e p m o K n a d i s n e t e p m o K r a d n a t S s i s i l a n A 2 . 5 l e b a T
K S
r u s n u r - u s n u
N A A R T A A J A M L E P A W S I S U K A L I R E P R O T A K I D N a I y n n a t a a i a r f a n a h a t m a e m p
N A R A J A L E B M E P I R E T A M
r e f s o a m t c a a n u a c s r i u p s a n l r i u e r r f s i c u o i s r n i m t C U A - -
m a n u a l e c b n e e S B
S A L E K
1 / X
a y n
l a i s o S -
a n a c n e B
a h n a a l c e t n e e S B
D K
K S
s n i s a i l d a r n f e i a s m g o u n r b e d i i M h d 3 . 3 s r i s u i l s a n n u r a r - f e g u s n s o e n e M u g . 3
N A A R T A a A J r A g M L o E e P G
A W S I S U K A L I R E P R O T A K I D N I
N A R A J A L E B M E P I R E T A M
S A L E K
) r i S j A n a ( b D
n a k n i g n i i d
h a n a t e k
n a r i l A h a r i e g t a ) o a D S l r o a n A r d a D d h d ( r i n i i e h a a f n a a u r a s i s u g a a t g a o n w n n a r i r l r k i e u u a d i S P A S S D R H - - - - -
n a r i l A h a r e a ) D S n A a d D ( i i a a g g n n u u S S -
n a r i l A h a r e a ) D S n A a d D ( i i a a g g n n u u S S -
m a n u a l e c b n e e S B
i d a a j r n e a T c t n a a e S B
a h i n a d a l a c e j t r n e e e S T B
D K
i n m a o d g s n a n a t o n a k k y a g a e n h a b r r e a u i s t e l t u b g u k m n b n a a u a e d i t s y k m
n i
K S
N A R A J A L E P A T A M
n a a m i a k o a h g n m y o n o n u t a k n n u l o a e e t b k i e k , m k e a e a t n k n i s s a u i a m g s h a n n a l n a l a e a a s d d m d
i m o n o k E s a
A W S I S U K A L I R E P R O T A K I D N I
N A R A J A L E B M E P I R E T A M
t a b r e t k a d i t g n a y a i s u n a m n a h u t u b e k n a a y d a n r a k t i g n k e a s l
i m o n o k e i a l i n i k i l i m e m
i r j n a b a n a c n e b t a b n a i k h u a t g u n b a e l i k h
. s n a i a t h a m o u t b r n u e t o k b e k e k a r i e n d a t b d m a g n u a s k y g i a a n i a s g l a g u b n r n a n e a a B y m
i m o n o k e a y a d
m a n u a l e c b n e e S B
i d a a j r n e a T c t n a a e S B
i d a j r e T a h n a a l e c n t e e S B
S A / 1 L X E K
- a r i o d f n e i u m n ) k a a a t r i t i D a n d i r a d o K a e n i r t t i b a r s k r a e e n a o l i s m e b ( n g k n a a d y i t K a / t g g S i n n r e u c s u s g u g a n n t a l a a l
N A R A J A L E P A T A M
A W S I S U K A L I R E P R O T A K I D N I
N A R A J A L E B M E P I R E T A M
a i s e n o d n I a s a h a B h a d u m n a d t u t n u r s g a l e n j a n y a n d a t t u r u t n u n u r a g r a n a e c e d s t s a i l m u i l t i a k d / o a i - / n d a a a a t c r c a i i r n r b e e a i b b d d n g ) g a n g n a n a m t y a n u s s k e g k r e t e n a a t t u i l , a ( i r . t s e r i n a b j i a , r v e n n n a l i a o a e S t k n b
m a n u a l e c b n e e S B
S A / 1 L X E K
h a r , e k a d a l i o d n a e d m , a r i u e j b u g t n e y n a y e a ( m g r r a a w g i n g e a b i d n d a g k r n n i a i y g j n n a i s a i i b d n m k a r o a w f d i n t a r i
u a t a k a s r u g n a y n a n u g n a b l a s i m n a m a n a k n a a t l a u y s n u i s d
i d a a j r n e a T c t a n a e S B
i d a j r e T a h n a a l e c n t e e S B
D K K S
N A R A J A L E P A T A M
A W S I S U K A L I R E P R O T A K I D N I
N A R A J A L E B M E P I R E T A M
a m i n u d l a e a c b j r n e e e S T B
S A / 1 L X E K
a n a c n e B
a n a c n e B
, i s - i u , i n t l a g a p n k a n a s k e o a u u t e r r t p b b u s n a i e n m m e D l s t a e e p a K u d g p i g n r k n n e e p n e e n a M b o t d p a d 2 . 2 1 , a n t n l a a o p a k a i s p p s i r e a d a l u b k n n m K g e r e n S n p , f o p a u n n m g g a i n r n i a a n l r e k i a a a M p d d k . 2 1
N A R A J A L E P A T A M
a i s e n o d n I a s a h a B
A W S I S U K A L I R E P R O T A K I D N I
N A R A J A L E B M E P I R E T A M
a m i n u d l a e a c b j r n e e e S T B
S A / 2 L X E K
-
-
i d a a j r n e a T c t n a a e S B
p p u u t t u u n n e e p p n n a a d d , , i i s s i i , , a a k k u u b b m m e e p p n n a a g g n a n a b b m m e e g g n n e e p p l a a o l o p p
b s d : , l l a a s b i r l o i m j n g a g n n b a a t a s n n a n e a a t y c n m a e e s s B P E - i d a j r e T a h n a a l e c n t e e S B
D K
K S
N A R A J A L E P A T A M
i , i - s a b r - s n g h l a l e e k u a i a e j n t a u k k n k a w m a k t g l a o a r l e p o i t j , e r t l i a j n m e p k p s n e g a o a a n m l , k m e s u r m n o i a p a d t g m s o a l a r g a n k e , t a i m r g o e s n n j s l a k r e t a n e a t a e n o n n M k d a p a t k a n a a 1 . 6 i r a l e - a i i n - a a l d p l y n n e e n j n a y s a a n n a m t d k k e e i r a k e l v s t i a t p p i t a g d k n n k a a b a i e n d r a d n b a p a n n a y g i n a a t m m c a e n h a l a l u a m a i M e j n d . 6
i , k a g i l n o n i b a n a d a p n a t o k n l w l n a a k a m e i a t j , o , a i l t y g h r t g n l a i k i , n a o p n e j a e g e a n m s o s k k a s u r m e p n l i l u a n p a r t s e a m a r o t g j a a u a m r t j e a e n n n g s a l r p e t l e n e a e a e e a M k d m p p a t k o t m k d 2 . 6
s e k r O s a j n e P
A W S I S U K A L I R E P R O T A K I D N I
n a h u t u b e k n a g n e d
N A R A J A L E B M E P I R E T A M
t a i h e a i s t , n a n t a a n p a p m n a a , n h a g a n j h a j a l a t a e j n l a n j e e n P
a m i n u d l a e a c b j r n e e e S T B
S A / 1 L X E K
n a h u t u b e k n a g n e d i a u s e s
-
i d a a j r n e a T c t n a a e S B
-
-
i d a j r e T a h n a a l e c n t e e S B
i i a a t t n n a a p p i i d d n n a a a a k k a a l l e e c c e e k k
i i a a t t n n a a p p i i d d n n a a a a k k a a l l e e c c e e k k
n - - a n r b i n r n a a t e e o a g n k n p p k r a n n a e i a a u t k j n m n p a r t , b e a p n i h a k e n r u k h m a n , a a h h c o b , r o k a n t j a i u k g a n e t l h r a n p e n b y a a , s a u j i b r r a h a r n a k b r e o d d e o a d h r e k n a t a m n p k h a , n a , n a d n n t r p k g a a - i n a n a a a n s d a n a t a g a i d b a t f n n m a r r h e n e a e o e a n e n p a t m d m k d t t
a m i n u d l a e a c b j r n e e e S T B
-
-
i d a a j r n e a T c t n a a e S B
i d a j r e T a h n a a l e c n t e e S B
D K
K S
N A R A J A L E P A T A M
A W S I S U K A L I R E P R O T A K I D N I
N A R A J A L E B M E P I R E T A M
n i n s - a n a a a - a t a t r k n o g k n i , d l k e s n s n a a o l i a i s n t l e u t e d s d ) l k i a g r p p a c r i a e e n r J i r m p e i R g P n u s e i p a r k a n R k a ( r d g i r n m u a e g b m e a a t u i j s a d i t a r b n w e t a n l s a a i r g n i e e e a M k d n a s J P n k k a t j 2 . 2 1
h n - a n y l a i p s a a k a n i k e s a a i d r k t g s l i e n a n a d t i s g k a g y a a i k a n a a i a l a n y n u r i d a i j n a g r n n p b e , s g e a r g a a u a e b a m m r d t k b t r , b g e o k n w i a e a e i n e a a M k n d b s s l k t j 1 . 2 1 i a - n l i g a o t n e a r - n n i u a b e k a d a l k n a p l i e k a n a i n y n c y i a t l a a e n k p g d k n k r a a m r m a g n d e a t l p a p n a i r a r a g a g a d m t e n i e e r n i a e n e l o d k b r y d M . 2 1
s e k r O s a j n e P
s a b e b s a b e b a y a g g n a n e R
a m i n u d l a e a c b j r n e e e S T B
S A / 2 L X E K
g n a n e r k i n k e t i s a n i b m o k n a k
-
n a h u t u b e k n a g n e i d h t i a a l u r e s e b s
n a
-
i d a a j r n e a T c t n a a e S B
-
i d a j r e T a h n a a l e c n t e e S B
n g a h n u r o i l t a o u t i r P e d J b e n R k p a k n a i m a e g n k a s t k l n e e i t c s e e d g n i n k a a a g a t n n d u s e a e e t p d s
a m i n u d l a e a c b j r n e e e S T B
r a n e b g n a y r u d e s o r p i a u s e s r i a i d
i d a a j r n e a T c t n a a e S B
-
-
i d a j r e T a h n a a l e c n t e e S B
a - n i - k r a r i e i n a e n n t a t m s e b u a a d e y , l p m m e a m a e a u o k h i D k a n t s l e p r K g a m n a n a e a n k i a o h s t a y s g e a d a a a s n a d n u a f M k a r I 2 . 3 t a a f n n a a m m a g K i m a r S a a h k i a e t n a m a y e e a k h M . 3
n r a i u n k g i a o a s a d m n i n p b p a m i e a n n r m s t r m i a i m o m a k l o i s k d k e k e p a s t e o p n n s u o i d n k m g e a a e i s d i g t t n n a a r e l r e o h e e n a n i o r a o k e e a p e k M p e d e b s f 1 . 4 - g i n b m , r a e a u o m t t i s a e a r h k t u b e s m s n m s a i r i m s i a i s a i e t e n g m s l t o a a n k s r e i h n a e e n s a n n a n a k o b e n m g a k e n g n u a e r l n a e n o r e a e a n M u p p d p d a . 4
N A R A J A L E P i g A l o T o i A B M
A W S I S U K A L I R E P R O T A K I D n N I a a i p s e n u i o d d h e n I k r N e A b R i t m A i J a y u s a i A h d a L g n e E a a m B b h s a i m e f M a n s t E g . a a a u i i P a g n a r s s r i I a e a o e R k s e o n n m E e n r o o s n o k T a a d i d A e d n n l m I I p n M K I
a m i n u d l a e a c b j r n e e e S T B
S A / 1 L X E K
-
-
i d a a j r n e a T c t n a a e S B
a i s e n o d I n i t a y a h n a m a g a r
u i t i t a s y a n h i n a a r a m c e a s u g a t r a i s s i k e x e n e n o n a a e d n d k I i d a j r e T a h n a a l e c n t e e S B
k i t o i i b n m a l a a d r k o i t t i o k a b f a n r a a e r t n a i a a k s n n u e n a g n a n o m u p n b m a u o t h a k a r u t m e a r t b r t e s e n s i p a k s t i n o t a o k a b i e i b g n k a m u a a b n n l a a u a d d h d
n a d r m l i e . a t s a b a r i i s o u m l o i a g d k k e n n o a e n s a e g i r a h n i o a n a o b r a b p r u m u r m u a e e a D P p o K D - -
a m i n u d l a e a c b j r n e e e S T B
-
-
i d a a j r n e a T c t n a a e S B
r i j n a b h a a y l o i n d k e s a j r r e a t i t t k a e s b i i k d a n n a a d g n h r a u l j i k o n g a n k e i s b l
n a g n u k g i n l n a g n a b i d a j r e T a h n a a l e c n t e e S B
n - r n a s n a n a a g t u a i r r m n i a n e g a a n g e e c n t a d p n n s k a t e a s i u g e h e l n a a k i D l s a p k e u K j e k / g r u l r a n p k a i n l n s n t e a n g t a a a e e n k n a i n M k a m m a a d l 2 . 4 - g i n b m , r a e a u o m t t i s a e a r h k t u b e s m s n m s a i r i m s i a i s a i e t e n m s K l t o a n k h g s S a r e i e n a e n s a n n a n a k o b e n m g a k e n g n u a e r l n a e n o r e a e a n M . u p p d p d a 4
N A R A J A L E P i g A l T o o i A B M A W S I S U K A L I R E P . n R a . n O g n a T g A u n k K u I g k n D i g l N n i I n l a a k k a s i t u e r r e e p b t g m N g a n p l a g a n a A l i n b i R n d a t r n i m n o A t e e J a a k r p s A a g a e n f n k L m u e k h a E c r a e B n g l e g n p j n o i a a a r M e l i p n s e n g E / a n u b e n P n a k n a u I a . k b k m R k n a a a i s g s b m u m E a n i s a u a l n l T u e n a r s A r g i a a n e n d a e u K d d M M P k -
a m i n u d l a e a c b j r n e e e S T B
S A / 1 L X E K
-
t n - a k , g k n i a g i u n n g k a s t i . a n m l n a r g n n b n a a s i a u n u t l t b a t a a a k f u r i i g a t t g s l i a e i r e n a y e a p n d e p e s u y k a b n u m e j k n o t a g h h r k a a g s m n n a l p u e e i l b o u t n g m p n e u n a d n u n a r a n d i t m u a r r y a k a e a a a u a b g i a g t u g a u a n n n d s y t m s a e n u u g u i t s e h a k n g n k c l e i n u i n t g a n a g a h n r n e d i a n e u e i n t g a k m s k t l a l P a l -
-
i d a a j r n e a T c t n a a e S B
i d a j r e T a h n a a l e c n t e e S B
D K
K S
N A R A J A L E P a A k T i s A i M F
a i m i K
A W S I S U K A L I R E P R O T A K I D N I
-
-
-
-
-
N A R A J A L E B M E P I R E T A M
-
-
-
-
-
i d a i j r d e a T a a j r a m n i n e h n u d a T a a a l l c e j a c t c e n b r n a n e e e a e t e e S T B S B S B
S A L E K
X
a m i n u d l a e a c b j r n e e e S T B X
i d a a j r n e a T c t n a a e S B
i d a j r e T a h n a a l e c n t e e S B
D K
K S
a y a d r e b m m a l u s a a y a D r e b m m a u l S A
a y a a r a d c r e e b s m m i a f l r u s a a a y a D r e b m m a u l S A
r e b m m a u l a s s a i y n a e j d
N A A R T A A J A M L E P
A W S I S U K A L I R E P R O T A K I D N I
N A R A J A L E B M E P I R E T A M
a y a d r e b m u s n a i t r e g m n a e l P a -
a y a d r e b m u s s i n e j s i m n a e l J a -
a y a d r e b m . u i s f r n a a a t r a a a f c n e a s m m a e l P a
i d a a j r n e a T c t a n a e S B
a i n d a a c j r n e e T B
a m i n u d l a e a c b j r n e e e S T B
S A L E K
1 / I X
n a d m a l a a y a d r e b m u S -
n a d m a l a a y a d r e b m u S -
D K
p - - n n n u a p n u n a d i t i a r m g i a g l k n h a g n e i s e l k n k n e p n a e a r d n a n m d b e a n a t g a b t l n a m e k a u a y e n j u i a k s f d n p a M 1 . 3
K S
N A A R T A A J A M L E P A W S I S U K A L I R E P R O T A K I D n a N I t u j n n a a l n e u g k r n e a b b n a m n e u p
N A R A J A L E B M E P I R E T A M
i t a u j n g n n a a n b a a n l a m g u e e g e s n g k r t p n s u n e u i u k a k s d b g b g o n m . n k i n n i l i e h a a a n l n n n n e y u p a n n a a u a t a t n u e g d g i a a j t n n r n g n a d n r o u e a a f e a p l b b k n b a p e g n m g m m m u k n u r o e e e n m i i e P K L s P P a e d P h b - - - -
a m i n u d l a e a c b j r n e e e S T B
S A L E K
2 / I X
-
m a l a d o p k i s u n i i a r d n h n a n u d a g t g n a n a a u b f k n g m a n e i p M l
-
i d a a j r n e a T c t n a a e S B
n a t j u n a l e k r e b n a n u g n a b m e p n a g n e d a y n
o m k a i s l i a r d o k p i s u e d n i r a n h n a n u d a g t g n a n a a u b f k n m a g n e i M l p
a h i n a d a l a c e j t r n e e e S T B
D K
K S
u g r t e n n n e b p r t t a a p m a n a e t e u t g s d a i k g a a h r n r r p a a e o t n t t c a n a d a a r r a a c a c a n c b a e s l i s m w e n a a a k h m w
k , , u t n a n a s n g i a h a a i a r m a l , n a l y u n i e a o n i n a g l s k s a r l g n o a j a p e j t a a r n t i a u b r n r r t n e l s i i a e e e a r p e s d k k d k p s e u t g i a s n t d a h a a g y c n a n n l n r l a e o u m s d a y n n l a n a a a a a k g d k d
N A a A R i T A s e A J a s n A a o M L h d E a n P B I
A W S I S U K A L I R E P R O T A K I D N I
N A R A J A L E B M E P I R E T A M
n a h s u t a b u b e e k b
s a b e b a y a g n a k a n u g g n e m
a y n a t a l p i u s a r e h b n a g r a n a a m c y u n . k a g b g w o a l n a w a a i a r w D j
r e b m u s a r r a j n i n a r a a b c g n n a a w t a n W e t
a r a c n a w a w l i s a h n a m u k g n a R
n a n h a u p . a t u n k b a g e g n k e n l o r n l e a o k g i p n t / s r e n e p a n t d a g a i a h n l u i r s t a a e e a n P e s L R
n a g n o l o t r e p g n a n e R
a m i n u d l a e a c n b j r e e e S T B
i d a a j r e n a T t c a n a e S B
a m i n u d l a e a c n b j r e e e S T B
i d a a j r e n a T t c a n a e S B
S 1 A / L I E X K
a h i n a d a l a c e t j r n e e e S T B
1 / I X
a h i n a d a l a c e t j r n e e e S T B
D K
K S
- m n a a r i e n t a e r k e n b a e k k i a l i n n a a n a - k r i y a i a k l e d n i t a l r n g g m e i a a n n n l c e i a a u a k d d y d d
n a b m n g a - a r a n g w a e u e k g r t a n a d n a a j e l r u P t k g t n e i n n n n a a c a u a a e i k k d J d d g
N A A R T A A J A M L E P
A W S I S U K A L I R E P R O T A K I D N I u p u k - u p u k
N A R A J A L E B M E P I R E T A M
u p u k - u p . i u t k n a n a g d a y g a n g u g g n g a n n u e p R
a m i n u d l a e a c b j r n e e e S T B
i d a a j r n e a T c t a n a e S B
S A L E K
2 / I X
-
-
a i n d a a c j r n e e T B
-
-
a m i n u d l a e a c b j r n e e e S T B
i d a a j r n e a T c t a n a e S B
a i n d a a c j r n e e T B
D K
K S
N A A R T A A J A M L E P A W S I S U K A L I R E P R O T A K I D N I
N A R A J A L E B M E P I R E T A M
a m i n u d l a e a c b j r n e e e S T B
S A I L I E X K
a n a c n e B
a i n d a a c j r n e e T B
D K
K S
m a n l a a d d
N A A R T A A J A M L E P
A W S I S U K A L I R E P R O T A K I D N I N A R A J A L E B M E P I R E T A M
a m i n u d l a e a c b j r n e e e S T B
S A L E K
1 / I I X
-
-
a n a c n e B
-
-
a i n d a a c j r n e e T B
a m i n u d l a e a c b j r n e e e S T B 1 / I I X
-
-
a n a c n e B
a i n a d a c j r n e e T B
D K
K S
N A A R T A A J A M L E P A W S I S U K A L I R E P R O T A K I D N I
N A R A J A L E B M E P I R E T A M
a m i n u d l a e a c b j r n e e e S T B
a n a c n e B
S A L E K
2 / I I X
a i n d a a c j r n e e T B
n a n a y k a k n a d n , u k a g t a , s i l n a t i n g i a a k p u a , i t u n r m a l r m a e a o i n n s g l a n i s k p a r l r h n o a j a t a p e j a r m e t i a n t l r r r e e s b e i e e e a e e M k s r p s d k k k 1 . 5 i i a d t l a i n g c n a n i a n a y o i u l k a l k g n n d n i t a a a n k u a k t d d r y a r a g e t n p s n m h a h g a m a a n d n l e l a a e n a M . s r i y d 5
a r k a i c g r p n n n a a a e o t k s w t b p u D l a a g m a u d t K j w n e l n s a a a a n e t n i t s n p r h r r e a a a e e h t g n t e t M 2 . 2 a c a n r b a f r k o m a n e a p i c a n m n K k l a g a S n s i s i a w a u l a h g r i w n a s e c a n a e M s m d . 2
N A i a R s e A J n o A d L n E I P a s A a T h a A B M
s e k r O s a j n e P
A W S I S U K A L I R E P R O T A K I D N I
a
r N a c A a n R y a n A w J a t a A a w l L p E u i s r B e a h M b n E g P n a I a m u R y . k E g b g T l o a n a A i a w a r M D j
r e b m u s a r r a j n i n a r a a b c g n n a a w t a n W e t
a m i n u d l a e a c n b j r e e e S T B
i d a a j r e n a T t c a n a e S B
S 1 A / L I E X K
i f t k e f e g n a y t a m i l a k
a r a c n a w a w l i s a h n a m u k g n a R i d a j r e T a h n a a l c e t n e e S B
n e p a r t r e t a w s a n a b e h b u t a u y b a e r i g k a i n n a a d k g a n n e a n a u d k g i a l g a e n u s c e e e s k m
s a b e b a y a g n a k a n u g g n e m n a g n e d
n a n h a u p a t u n k b a g e g n k e n l o r n l e a o k g i p n t s r / e n e p a n t d a g a i a h n l u i r s t a a e e a n P e s L R
n a g n o l o t r e p g n a n e R
a m i n u d l a e a c n b j r e e e S T B
i d a a j r e n a T t c a n a e S B
2 / I X
-
-
i d a j r e T a h n a a l c e t n e e S B
D K K S
N A R A J A L E P A T A M
A W S I S U K A L I R E P R O T A K I D N I
N A R A J A L E B M E P I R E T A M
a m i n u d l a e a c b j r n e e e S T B
S 2 A I / L I E X K
a n a c n e B
a n a c n e B
a m i n u d l a e a c b j r n e e e S T B 2 / I X
D K
K S
n n a a d k r f f a i t i s t a k k u u d t u d r e n e d e n b t d i i s a m r o f n m i a n l a a d d
, i s r i a i n d o t n n e s i a r t s a s a n a c a w
N A a A R i T A s e A J n A o M L d E n P I
A W S I S U K A L I R E P R O T A K I D N I N A R A J A L i : E i r B d M n e E s P a I y r R a E k T i s A i u M P
a m i n u d l a e a c b j r n e e e S T B
S A L E K
1 / I I X
a i s e n o d n I
i d a a j r n e a T c t a n a e S B
a i n d a a c j r n e e T B
f i t k u d n i n a d
a m i n u d l a e a c b j r n e e e S T B 1 / I I X
i d a a j r n e a T c t a n a e S B
a i n d a a c j r n e e T B
D K
K S
, j a n r m e u r n a - r j e n a i p e n a r r i u k a e j l e , , d n t e g k p a i n f , n i i e b n k n g n l , a r a t s k a n r a e n r p n a a u a t i t g l o r s o l e r b a l n i e n i n o e i p o e e k p r u t t s d s t k k i a l - k m - r i i a g e n n - r n b k i e e a i e t l t d n i p e i n k n a a g a n a s g n n a l i a a a u k p u b d d
N s e A k A R r T A O A J s a A j M L n E e P P
A W S I S U K A L I R E P R O T A K I D N I
N A R A J A L E B M E P I R E T A M
S A L E K
n i a n a r e b e k n a d s a r e k a j r e k , n a r e l o t , r u j u j , n n i l a i p h s i u s t d a i u b a b l e i e k b n
n a i n a r e b e k n a d s a r e k a j r e k , n a r e l o t , r u j u j , n i l i p s i s a d i a b i e l b n
n n a a h p u t a u n k b a g e g n k n e n r a o l l e g k o p i t r / n s e n e p a t d n a i g l a a n a u h t a r s i e e a n P s L e R
n a g n o l o t r e p g n a n e R
a m i n u d l a e a c b j r n e e e S T B
i d a a j r n e a T c t a n a e S B
2 / I I X
-
-
a h i n a d a l a c e j t r n e e e S T B
- s g g n i i s i n n a d l a d i i a a b e n p n g o s a m u a l e g e m u o n l n k o h n i e r d e n a t k e I n M p a e t 2 . 2 - s g g n i s n n a i l a e d i d a b p g a n n o b a m u a l a g e l u o a 0 m n k h n i d 2 e r e n a a e t k e M p a e t p k . 2
D K
K S
N A A R T A i A J g a a A l M k i L o m o i s i E i i P B F K
A W S I S U K A L I R E P R O T A K I D N I
N A R A J A L E B M E P I R E T A M
-
-
h a r a j e S
-
-
-
-
i d a a j a r n h i a m i n n e a a d a u d a T l c e j a c t c l a e b r n a n t j r n e e e a e e e e S T B S B S T B
S A L E K
2 / I I X
a g a i s a d n a t i a g a b e s i s a k i n u m o k k u t n u i g o l o n k e t t a l a n a k p a a n i y a n c e n e M b -
t a a d b n i a k t a i a a g n a a b h r e s . e d i s P e a H s k , i i e s n n k u e u r r t i m n o s , o k n k a k e u r t g n n n a u o t d i n g e i s o a l k u o : k n a y a k n e l v t e t a t s a a i l l a M a n . n a a a n k k a a c a n n u n e u g b g r i g a g j n g n n e a e a i b M s M -
k u t n u i g o l o n k e i t s a n k a t i n a u l a r m e o P k -
k u a u r r i t j m g n n a o i . o a k s P b k a : H k e t u , r a t d a e n b n n y n i n e a k u a t l i i a i r d a g a i s s i s a o g , a l a M n n u a o b . a k n e a g a h k s n n v r e i a o e e t s c t t d t a e n l a k a s l i e n i e A n b k A s -
a m i n u d l a e a c b j r n e e e S T B
i d a a j r n e a T c t n a a e S B
-
-
a h i n a a l d a c e j t r n e e e S T B
a r k a i c g r p n n n a a a e o t k s w t b p u D l a a g m a u d t K j w n e l n s a a a a n e t n i t s n p r h r r e a a a e e M h t g n t e t 2 . 2 a c a n r b a f r k o m a p n e a c a i m n n l K k a g a S n s i s w i l a u h a g a r i w n a s e c a n a e M s m d . 2
n g n a u a n k g n t l a a n r r n a a a a o s e k a t p b d f r i s f i m t i l d t t n r e a e k k u e k g g u u n b i n n d e p e e e d n M n a o t d p d i 1 . 2 1 , t a l n a a p n o a k a p s r s i p d i l e a n a u b k e m n g r e n n p , o p a u n f g n m n g a i r s n i a a i n l r l e i a a a u k p d d k n M . e 2 M 1
N A i a R s e A J n o A d L n E I P a s A a T h a A B M
a i s e n o d n I a s a h a B
A W S I S U K A L I R E P R O T A K I D N I
a
r N a c A n R a A w J a A w L i l E s B a h M n E P a I m u R . k E b g T a n a A w a r M j
r e b m u s a r r a j n i n a r a a b c g n n a a w t a n W e t
a m i n u d l a e a c n b j r e e e S T B
i d a a j r e n a T t c a n a e S B
S 1 A / L I E X K
a r a c n a w a w l i s a h n a m u k g n a R i d a j r e T a h n a a l c e t n e e S B
f t i k u d n i i f t k u d n i n a d
a m i n u d l a e a c n b j r e e e S T B 1 / I I X
-
-
i d a a j r e n a T t c a n a e S B
a k g n a r e k n a k r a s a r d e b f i t k u d n i
k a g r e n p a m t a p a n d m s e a e t n h a m n d a a n b r a g j n n i g a a n r n a a e a n d k b u a : g i f n s n i l a t a g u c k k n u i n n t e e e d n a p M b i h i d a j r e T a h n a a l c e t n e e S B
D K
i a l i n - i a l i n K n S a d h a d i n
N A R A J A L E P A T A M
A W S I S U K A L I R E P R O T A K I D N I
N A R A J A L E B M E P I R E T A M
a m i n u d l a e a c b j r n e e e S T B
S A / 2 L I E X K
i d a a j r n e a T c t n a a e S B
-
-
i d a j r e T a h n a a l e c n t e e S B
a m i n u d l a e a c b j r n e e e S T B 1 / I I X
-
-
-
-
i d a a j r n e a T c t n a a e S B
i d a j r e T a h n a a l e c n t e e S B
D K K S
N A R A J A L E P A T A M
A W S I S U K A L I R E P R O T A K I D N I
N A R A J A L E B M E P I R E T A M
a m i n u d l a e a c b j r n e e e S T B
a n a c n e B
S A L E K
a n a c n e B
a m i n u d l a e a c b j r n e e e S T B
a n a c n e B
a n a c n e B
Pengintegrasian Materi Pokok Pengurangan Risiko Banjir Ke Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Menengah Atas SMA/SMK/MA/MAK
5.1.3. Penyusunan Silabus Mata Pelajaran Terintegrasi Terintegrasi
Silabus merupakan penjabaran lebih lanjut dari Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) yang harus dicapai peserta didik. Silabus bermanaat sebagai acuan dalam menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). RPP memuat identitas mata pelajaran, SK, KD, Materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar. belajar.
70
N A H A B / R E B M U S I S U A T K K O A L W A
f a r g o e G n a r a j a l e p a t a m m a l a d e k i s a r g e t n i r e t s u b a l i S n a n u s u y n e P h o t n o C : 3 . 5 l e b a T
N A I A L I N E P
R O T A K I D N I
r e f s o e g r u s n u r u s n u s i s i l a n a g a r g n A 1 o e / e M . M S X G 3 : : : : i s n e t e n h a p a r l a m o j o k t l a e m e K r S S P a a / s d a a t n m a l e a a t N K M S
N A R A J A L E B M E P N A T A I G E K
I K R E O T K A O P M
R A S A D I S N E T E P M O K
a t a t m n t k n i k h n a a a t u e a l a r r t t a n n a r t t a a a a o l b i a e a e a r s k a c a n d t i u n a a t b a d a u / e g k i n m k u n a s i e d m e k g b a l s u r n n d r d m a a m e a n u e e e a e e h m m r u p u n k v r t p u a i r i m g r j k d b a u e e a u n m g a t d a a o n n n f t d h t a t g n t e n a n a e u l e e o a n a i t a t k M d y i b L m P s B u a s P a -
) 1 1 (
) 0 1 (
n a r a m a j a j l 2 e 1 p
) 7 (
k u t n n e a r b a b i m a e d l s a r n a d l e e a b p j i u a s g h e / t n n k a h o t a r d a n u r e n g t c I
l i i s g t s a n a n t a k h a u u y u t a a k k a p t b u a d i a a u a d j i o d d l r n s s b v a e a u u j p h t a - h m t s a s r k s e l a e r a l l e e i e e T k d m a T t a t g e m a c u u l y n a l r e n e n i e a d p p b h e a a r j g s r r a e n n e d a t c e a s y k b n t p a a a i s l a a d y a b a i s e r n r i n u s r j i y j n n a k i e n a p a e a h v n i e d b j p b a e
) 8 (
h a r u c n a r a b e s r e p k a r g u a t a a i s l e e n b o a t d t n a I i u d b n a m e j u h M -
t a l r m i a i s j u / n l n i a e u a b a a k b e h a a u a s s v y e e i n b s n i a h t d e a n d k l a l u o l j a r r r a - k e a e e t t t a a a p p l r n y i l i b n a g a a a g a n d m n e n a n n n b a g y e h n m a a a t u r k y a a a n a u a n g y n r a l u g e e t a u a n a p c l c b b i e g s l m b g n k n n a n e a e t a p a n a a k s p a k y e k i i h u s a l s n a p i a r d s u y a u i a r e a k t k n b e m s a s s i e a p a r i o b i d d g c k d u d j n n n n n n n n m a e a e a e e e e e d i d M d M b M M M M T - - - -
) 1 (
n a j u h a n i s a e r n a o b d e s n I r e i P d -
r i j n a b a y n i d a j r e T -
) 6 (
r e a a f s h k o r e u t m t a m A y n n a s k i p s a u i l a p d n i h a m a e i g d k n n p m e a a u M d d b 2 . 3
) 9 (
s i l n u t a r s i e L t s s e e T T - -
N A H A B / R E B M U S I S U A T K K O A L W A N A I A L I N E P
R O T A K I D N I
N A R A J A L E B M E P N A T A I G E K
) 1 1 (
) 0 1 (
) 9 (
) 7 (
) 8 (
I K R E O T K A O P M
) 1 (
R A S A D I S N E T E P M O K
) 6 (
l a b o l g
l a b o a l g L n n a a d s a o n n ) a i N o m n i e l E N P (
R A J A L E B R E B M U S I S U A T K K O A L W A N A I A L I N E P
R O T A K I D N I
p u d i h n a g n u k g n i l n a i r a t s e l e p n a d n a t a a f n a m e p s i 1 s i r l e a t n s a e g m a r n e g e A S o M / S I e . M S X G P I 3 : : : : : i s n e t e i n h a d p a r l a u t m o j o S K k t l a e m e r S S P m a a a / r d s a a t g n m o a a l e r a t N K M P S
N A R A J A L E B M E P N A T A I G E K N A S A G A G N A I R R A E J T A A L E M B M E P R A S A D I S N E T E P M O K
n g o a n t t n a i u y O , g g r o o n n e t l a a b o n o b a s k a t m . r w E m w a u , n a ) s a e 2 P a b u v m w m 8 k l e e n r a j u e o 9 a e 1 B r S ( d B D ” 5 4 x 0 1 p p n a n - - u n u a y a g g a s d e g n n e d i i n n i g i k l l a n h h h n n u r n n n e r n t e a n b a i a u j n e u a n n a a t p n a t g k n k k a a m u k i n a b k b n i a a j a i p a a g u r e y g n g g a a g g d n b s k a d n k b n n n n a n n t p a i i n u i n l l u a d l u e a n a s n l n g k m a a t m t k t n n r a d e n a i e e a u n e a a a l n u u s h k l i g j n t k a a a g b j g i r e r p d t n y n i a a i g e o n m n n n k r r l k s m e n i p i n d n n b e l n a a t a a n e a a a e l l t r t p a e e s n o n p e a r a a u i n b t n a r g t p k p a n u s n k a n k k l e u g e g i i i a l j m g j t p o a r m l r n n t n i n a r a e n u n a r a e n e d r e a a i i e e n a u k a a a b t k p l p h d b p p y d l b d e t d b a k u g e n k a r t n ) e i r a n b j e n t n i n ) u a i g a s b s n n n n e a k u r e b a r g e d f e m n f i e t e e a r l b n r a r p m s e n a i i e j b a m a d p k ( m n n a u n a a y a s d k n , g p r n n n u a a a u i s r p k d a g a i a n t h d g r n s i a t n e e g l n b l u n n j a a a e a g n k t i n g r n a n a u a u t g n a l i r k a t e k a u j k e r n g j j l g r d n n e e n a a i n e a i l t p b b l l p n u a t d j u i h n n a l a e g k n r u e k b n - p a a u n t d u s i e g l h a n e n y a p a b n s g n n m a i t n a s i u t e u l i a k a p j n n g k n a a i n a l g l m g e n n l a k r e a a n e e i M r d d b 2 . 3
a i s e n o d n I a s a h a B n a r a j a l e p a t a m m a l a d e k i s a r g e t n i r e t s u b a l i S n a n u s u y n e P h o t n o C : 4 . 5 l e b a T
R A J A L E B R E B M U S I S U A T K K O A L W A a t i r e c r e b n a d , i s u k s i d r e b , n a l a n e k r e b n a t a i g e k i u l a l e m i s a m r o f n i n a d , n a a s a r e p , n a r i k i p n a a k i s p e 1 a n r k o e g . t n . s . d a n u A I e r g a a M c n s m / a e i e A h S b r M M a / e . S B X B 2 : : : : : i s n e t r e n e h a t p a r s l a m o j e o k l a K e e m r e S p s a a a / d s k t a e m a p n a l e s a t N M K A S
N A I A L I N E P
R O T A K I D N I
N A R A J A L E B M E P N A T A I G E K N A S A G A G
R A S A D I S N E T E P M O K
r i j u n k a u b b / g l n e a k t i t n r e A t
“ 5 4 x 2 a j r e k k u j n u s e T g n l , a h y a e l r k h a i e t s l a a r a b m a s , m a n a n i t n a u a s r a m k i i e u a h p c a b k a a a p a g u c d a m e a m b b b s a n m h a l k r s e a a e r i e e b d d p t d t , m u l e b e s n a g n l a u g g n a n e p , r i j n a b a n a c n k e i b p o o k t i r u i s j t i n r n a i a s a k g n b u k r i h k o r l a p j a l a i m n u e a g t d o b n s l e n e k : e a a y n m a k g n a a n l y d g u i t a s a k s n i p a a u a m u a m s y b h l , a i e l r a i s a k t a d r m n a , n a a t i a k u r k i e ) s m e b u u t i k i a k s d i g u d g a b n n b u e a r e a t y M ( b a 2 . 2
R A J A L E B R E B M U S I S U A T K K O A L W A N A I A L I N E P
R O T A K I D N I
i t a y a h n a m a g a r a k e n a e k t a a f n a m i 1 r m e a . t . h . s A i e a M m m / g o e e A l M o S / . i M S B X 3 : : : : i s n e t r n e e h a t p a r s l a o j e m o k l a K e e m r e S p s a a a / d s t a n m a a l e a t N M K S
N A R A J A L E B M E P N A T A I G E K N A S A G A G N A I R R A E J T A A L E M B M E P R A S A D I S N E T E P M O K
g n a y r e b m u n S a u v k l e u e B r
r i a a g b a n s a a m b a r t u r d l g a r e a a k i o G n i h . b a n , m e n a c a i / o g a a i i w t r s s k o d e o e h e : i a f h u n o n b i b / n a e a s b o g m i m h a t n o l d i o a n m a e u d n / j n b G e u B P d I t I
“ 5 4 x 4 a s j i r l e u K t r k e u t s j e n T U - i g n r - i a e t e p t e a b k n m a l y o e i d a n t s n a a p s k a p a h b a m i i h i o t s o r r n e a r l h a a o o t n y t e a g b k t k a - e n s m a n n i a n e n j a n l e a a k h a a r a u m e n l i s e i g g i u a e n n u n s k a p r a h p a s n o n p i a r e u u o u u i p a n d a a n d k r m e a p y a r i k o a e g a n a t g t h h d u p g i a e s o m m e a a o e u e s n d e n l n e a i k p h k u a I r k l b p h d a k y i n t o i u i s b g a e k g t k r n u a a i n n a b t t a u g e m n s n s g a a t r e u l e r n t u d a e y e i n n b t d u g e a e a d e g s n t m n r e a n e a t e m m u h t i t a s a s m l i a b n y i n g s n o n a a k u e n o k a h t k k n r e d y g a e s s a r i e a b n s m r o t s u n g a e r a e y n o a o t e r e n y s t r i t s k n r o u a n u n i k k e i k a s k n o p n e m t b i i t m r e p g a o s e o n k m s i n t k k a a m l i i l e o r e s d a u u k b a k o e k r b n n n - t a d k a n n e a a a l a n e a u i g s n k g e m a g i p r t n d n d t g a n n e d o e n a h a h t t i n s u o s a s a k u b k a b i k l p b i h s o s l u t n k m n m a i r i m o o g l a k k l g a i i n o k i n a e e e e e i l k e b d l s s p s s j S a i r i m i - a k e r o n p u a e n d g a s a n i o i r a d n e n l a b a a n m e a h r r t o s b a u u m p i a o a s e l b u m o D D P o k - - - g r K E i t a y a n a a h h e r k a p e i s n s b a a u a t k m n r i m a e u n a d s u g , n s n a a m a r a i t m o a i s r a a l k k e a t f a a g e n s n n o l e n a y e a d e a a e n M k I p m d 2 . 3
R A J A L E B R E B M U S I S U A T K K O A L W A N A I A L I N E P
i r i d n e s a y r a k i s i u P “ 5 4 x 4
i
R O T A K I D N I
A M S :
h a l o k e S a m a N
N A R A J A L E B M E P N A T A I G E K N A S A G A G N A I R R A E J T A A L E M B M E P R A S A D I S N E T E P M O K
a n u a s i n g : s e a s a n n n d g e a n k n o a t a k i d a n n r i r i i t n t r i e y a i a a a d i d y g n h n a / s m m n r a e e e e d h k e e r s s t t g i p a a p l s a n m a f e i k y a r y r y m y a p m e r r a a e l a a k k m k k
i a u s e s g n a y i s e r p s k e n i s a a d n o n k t a r t a n a i e n y g a n a / a k h k i t d i g l a a n m i f h a e r e l p m p - - - : i r i d , n n , e a , s t k i l r a a a , y e i y f s a i s a g r l - e a h k ( a r k i n g p s o n a i i r s s i u t e e k n u p i p g e P n - i s i a e s g g r i n p u n e s p e p k , e i n d s n i r a a i i k d a a n d a u c n o e t n s a s e n b i a t s a , a g m y l a y n e r f a a a a M k l h y 1 . 7
R A J A L E B R E B M U S I S U A T K K O A L W A
a i s e n o d a n I r a a i c s a A h b r e M a S B B : : :
n h a a r l a o j k l a e S e p k a a t e m a p a s N M A
n a a y n a t r e p r a t f a d
“ 5 4 x 4
N A I A L I N E P
n a i a r u k u t n e b
R O T A K I D N I
a r a c n a w a w n a a y n a t r e p
N A R A J A L E B M E P N A T A I G E K N A S A G A G N A I R R A E J T A A L E M B M E P R A S A D I S N E T E P M O K
n a k g i p n f o i e t d k t e a a a r r f r a a a e c c c n n g n a n a a a w w y w a a t a u t w n w a w l e l i m l i i i t s r s l s a a a a e h t h k h f i t k f e e g n a a r a y c t n a a m w i l a a k w
a p n i u a l r s a a e y h b n n a g b a t a r n a r a w e m a c y a p u n r k g j a a o a t g w l y f n a i n a a a D a t D R w r u e t b n e g m t l n u r i e s t s a t a a n r k h e a i n t n p o a a r n t k s a a p a c p a l n a d e a j g a n w g h e a n r e M w a t t 2 . 2
s e k r O s a j n e P n a r a j a l e p a t a m m a l a d e k i s a r g e t n i r e t s u b a l i S n a n u s u y n e P h o t n o C : 5 . 5 l e b a T
R A J A L E B R E B M U S I S U A T K K O A L W A
“ 5 4 x 6
N A I A L I N E P
n a t a u b r e P s e T
R O T A K I D N I
N A R A J A L E B M E P N A T A I G E K N A S A G A G N A I R R A E J T A A L E M B M E P R A S A D I S N E T E P M O K
g n a n e r n a p a k g n e l
P J n R a m a e k t s a l i s e c n e a k g n n a e r t a r d r a m i i n a a a i l i e b d e d n a b n r a o l i k p p u m a t r u e t n e e k m n , u a k r a a p p u n r a e d m g i r r i n t a a u i i t u d d m n i j a l n n a i e a a s s a a k t n a k a a i l l s g u e e c c e e s n e e d k k r g - a n g k r i n a a t n l a a i o n e g i d a e l c t o t e n u n e P r a k k d J s o e e a r R a s p k p d i a m a k n l i a i a m e e n p d t o k l c p s e e n n i a e a a s k k k t r n - e a a t e p a i m g r k r t n e k s n a a s i n s l s u t ) a b a a a e d n k d P c n a J w k e a J n a i i j t n k g i R l ( g k l a n n s u i p n a r i a e a r i s u t a p p g d i s P d g n r u i g m m o i a a s n l e a r l i a i n e e o M t t d R d n a t 2 . 2 1
R A J A L E B R E B M U S I S U A T K K O A L W A
s e k r O s a A j n M e S P : : n h a a r l a o j k l a e S e p a a t m a a N M
g n a r n e e r p n / n a a p t a a k l a r g e n e P l
” 5 4 x 2
N A I A L I N E P
n a t a u b r e P s e T
R O T A K I D N I
P J R g r i m n a t e a i y d s r i s u n d a n e a s a g k n o a r l e p e d i r c r a a e k i a u s n n i e e b a d s
N A R A J A L E B M E P N A T A I G E K N A S A G A G N A I R R A E J T A A L E M B M E P R A S A D I S N E T E P M O K
k n g i n a e n g g m a n n g n a n s p a t a g . a g u k u r n n g n e a t l a a a e t m a e h y u s e n b g n k d r i i n a a m a r i a t i t b a g a n r e d r d r k n o e t e a e a k a n C p n a n e r . d h a r e a n a s g m t e a n k i m a l 0 e k u l r k a a a e u r e 0 c k b p e a 4 m t a , g k n e h 0 l i n g o k u 1 d n n r a a a a h t g y e - d j e u a c a s a n i t a p a n r n j p P a t a a e d a d a o s n J r d d n n u n r e a R a d a a d a a m g n m a g b e d n u b y t r r o s n a n a o t o i a l i a o g t k a k h d t s
r i a n i a t d a n m a a a k l a e l y e n c e e P k r n - e a t e p a i m g a k r t n r k s e n b a a s n s l i s u t ) a a a a e d w k d c n n P a J n j k a e a J i R t n k g l ( i g k l a n n i s p u a n r i a e a r i s u t a i p p g d i s d g P n r u i g m m o i a s n a n e a r l i e a l i e o M t t d R d n a t 2 . 1 1
Pengintegrasian Materi Pokok Pengurangan Risiko Banjir Ke Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Menengah Atas SMA/SMK/MA/MAK
5.1.4. Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Pembelajaran Mata Pelajaran Terintegrasi
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana yang menggambarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai satu kompetensi dasar yang ditetapkan dalam standar isi dan telah dijabarkan dalam silabus. Lingkup rencana pembelajaran paling luas mencakup 1 (satu) kompetensi dasar yang terdiri atas 1 (satu) atau beberapa indikator untuk 1 (satu) kali pertemuan atau lebih. RPP dijabarkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan belajar peserta didik dalam upaya mencapai kompetensi dasar. Setiap guru berkewajiban menyusun RPP secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interakti, inspirati, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi akti, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan sik serta psikologis peserta didik.RPP disusun untuk setiap KD yang dapat dilaksanakan satu kali pertemuan atau lebih.Guru merancang penggalan RPP untuk setiap pertemuan yang disesuaikan dengan penjadwalan di satuan pendidikan. Setiap RPP minimal harus mencakup komponen berikut ini; 1. Tujuan pembelajaran 2. Materi pembelajaran 3. Metode pembelajaran 4. Sumber belajar 5. Penilaian hasil belajar Rumusan materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan indikator pada silabus yang sudah mengintegrasikan materi tentang bencana dan kesiapsiagaan bencana selanjutnya diikuti oleh rumusan indikator, tujuan pembelajaran, materi ajar, dan langkah pembelajaran di rencana pelaksanaan pembelajaran yang juga memperlihatkan pengintegrasian materi tentang bencana dan kesiapsiagaan bencana. Langkah-langkah menyusun RPP sebagai berikut: 1. Mengisi kolom identitas 2. Menentukan alokasi waktu yang yang dibutuhkan untuk pertemuan pertemuan yang telah ditetapkan 3. Menentukan SK, KD, KD, dan indikator yang akan digunakan ( terdapat pada silabus yang telah disusun) 4. Merumuskan tujuan pembelajaran berdasarkan SK, KD, KD, dan indikator yang telah ditentukan. (lebih rinci dari KD dan indikator, pada saat-saat tertentu rumusan indikator sama dengan tujuan pembelajaran, karena indikator sudah sangat rinci sehingga tidak dapat dijabarkan lagi.) 5. Mengidentikasi materi ajar berdasarkan berdasarkan materi materi pokok/ pembelajaran yang terdapat dalam silabus. Materi ajar merupakan uraian dari materi pokok/pembelajaran 80
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Banjir untuk SMA/SMK/MA/MAK
6. Menentukan metode pembelajaran yang akan digunakan metode pembelajaran digunakan oleh guru untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik mencapai kompetensi dasar atau seperangkat indikator yang telah ditetapkan. Pemilihan metode pembelajaran disesuaikan dengan situasi dan kondisi peserta didik, serta karakteristik dari setiap indikator dan kompetensi yang hendak dicapai pada setiap mata pelajaran. Untuk pembejaran IPS dapat menggunakan metode yang bervariasi, yaitu ceramah, diskusi, simulasi, pemberian tugas, pemecahan masalah, dll dengan memokuskan kegiatan belajar akti serta komunikasi dua arah. 7. Merumuskan langkah-langkah pembelajaran pembelajaran yang terdiri dari kegiatan kegiatan awal, inti, dan akhir. 8. Menentukan alat/bahan/ sumber belajar yang digunakan 9. Menyusun kriteria penilaian, lembar pengamatan, contoh soal, soal, teknik teknik penskoran, dll. Kotak 5.1 Contoh Pengembangan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Model Integrasi Pengurangan Risiko Banjir
Satuan Pendidikan
: SMA
Kelas/Semester
: X/1
Topik Topik /tema Kompetensi Dasar
: Pengurangan Pengurangan Risiko Bencana Banjir (sebelum Bencana)
Terjadi
: Mampu menjelaskan penyebab banjir dan cara pencegahannya, pencegahannya, gejala awal banjir, tindakan darurat yang harus segera dilakukan apabila akan terjadi banjir
Tujuan Pembelajaran Setelah pembelajaran selesai Siswa mampu menjelaskan penyebab banjir dan ber tindak mengurangi risiko bencana banjir Materi pembelajaran 1. Penyebab Penyebab banjir dan cara pencegahannya pencegahannya ( pengetahuan tentang atmoer dan hidroser serta dampaknya terhadap kehidupan, tata wilayah, pengalihan ungsi lahan, pelapukan) 2.
Gejala awal banjir ( pengetahuan tentang siklus air, hujan)
3. Tindakan darurat sebelum sebelum banjir banjir ( membuat alat evakuasi evakuasi membersihkan membersihkan lingkungan)
81
Pengintegrasian Materi Pokok Pengurangan Risiko Banjir Ke Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Menengah Atas SMA/SMK/MA/MAK
Kegiatan Pembelajaran 1.
Kegiatan awal
Menggali inormasi tentang penyebab banjir dengan menggunakan peta konsep manaat hutan dan pengelolaannya agar tidak terjadi banjir banjir atau menceritakan menceritakan perbedaan manusia zaman dulu dengan manusia zaman sek arang dalam mengelola sumber daya . 2.
Kegiatan inti
3.
Kegiatan penutup
4.
Mendiskusikan lapisan atmoser dan dampaknya terhadap terhadap kehidupan makhluk di bumi Menggunakan peta untuk untuk mengetahui daerah-daerah banjir dan mengkaitkannya dengan penyebab banjir Mendiskusikan penyebab-penyebab banjir ditinjau dari berbagi aktor ,antar a lain curah hujan yang tinggi, kesalahan dalam perencanaan pembangunan, pembangunan, pendangkalan sungai, tatawilayah, kependudukan dan peralihan ungsi lahan Melakukan penelitihan sederhana tentang penyebab banjir . Melaporkan hasil atau mengkomunikasikan pada masyarak at untuk mngurangi risiko bencana banjir. Melakukan tindakan untuk mengurangi mengurangi risiko banjir misalnya, tidak tidak merusak lingkungan, membuat alat-alat evakuasi sederhana( membuat rakit, menanam bambu, pohon pisang.
Memantapkan jawaban siswa saat diskusi antara lain : penyebab penyebab banjir antara lain pengalihan ungsi lahan, lahan, sungai tidak mampu menampung luapan air air ( pendangkalan), penggundulan hutan, perilaku dalam membuang sampah. Reeksi Contoh : indonesia sangat rentan terhadap bencana, penyebabnya penyebabnya bermacammacam, misalnya hujan , kerusakan lingkungan , pelapukan. pelapukan. Oleh karena itu kita arus bisa mengelola lingkungan secara ari untuk mengurangi risiko bencana banjir. Tanya jawab yang siatnya memperluas memperluas wawasan siswa. Bagaimana kondisi bendungan di daerah setempat, berapa umur bendungan.
Penilain hasil belajar
Dilakukan terhadap proses maupun hasil dengan menggunakan menggunakan tes 5.
Sumber Belajar
82
Lingkungan alam dan budaya Penduduk TV, internet, surat kabar/majalah Peta setempat dan peta Indonesia Alat-alat evakuasi seperti rakit dari pohon pisang, pohon bambu, ember, ban bekas, drum minyak.
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Banjir untuk SMA/SMK/MA/MAK Kotak 5.2 : Contoh Pengembangan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Model Integrasi Pengurangan Risiko Banjir
Satuan Pendidikan
: SMA
Kelas/Semester
:
Topik Topik
: Pengurangan Risiko Bencana Banjir (saat terjadi Bencana)
Kompetensi Dasar
: Mampu menghindari dan menyelamatkan diri dari bencana
Tujuan Pembelajaran
Setelah pembelajaran pembelajaran selesai siswa siswa mampu menghindari dan menyelematkan diri dari bencana serta serta membantu sesama dalam Pengurangan Risiko Bencana. Materi Pembelajaran
1. Mengenal macam-macam alat evakuasi sederhana yang digunakan saat banjir 2. Menggunakan alat-alat evakuasi sederhana saat banjir 3. Peduli lingkungan dan sesama. Kegiatan Pembelajaran 1. Kegiatan awal
Menggali inormasi tentang risiko-risiko yang terjadi jika j ika terlambat penanganan bencana banjir Beberapa anak bercerita tentang pengalaman sewaktu banjir.
2. Kegiatan inti
Diskusi alat-alat evakuasi yang bisa digunakan digunakan untuk menyelamatkan barang-barang berharga seperti : ijasah, sertivikat rumah, TV, komputer. komputer. Berlatih menggunakan alat-alat evakuasi sederhana Menggunakan alat-alat evakuasi sederhana : tali, rak it dari ember, papan, bambu, pohon pisang secara tepat Mencari lokasi ke posko-posko terdekat.
3. Kegiatan penutup
Tes Tes bagaimana mengevakuasi diri Membantu sesama Reeksi
Penilaian
Dengan tes unjuk kerja Sumber belajar
1. Penduduk 2. Alat-alat evakuasi yang digunakan 3. TV
83
Pengintegrasian Materi Pokok Pengurangan Risiko Banjir Ke Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Menengah Atas SMA/SMK/MA/MAK
4. Alat-alat tanda bahaya 5. Posko banjir 6. Makanan yang layak , obat-obatan, pakaian. Kotak 5.3: Contoh Pengembangan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Model Integrasi Pengurangan Risiko Banjir
Satuan Pendidikan
:
SMA
Kelas/Semester
:
................
Topik Topik
Kompetensi Dasar
: Pengurangan Risiko Bencana Banjir (setelah Bencana)
terjadi
: 1. Mampu mempraktekkan tindakan pemeliharaan lingkungan agar tidak banjir 2. Mempraktekkan tindakan pengurangan risiko bencana banjir secara bekerja sama dengan teman sekolah, organisasi organisasi setempat ataupun ataupun masyarakat 3. Mampu beradaptasi dalam situasi setelah banjir
Tujuan pembelajaran
1. Setelah pembelajaran selesai siswa mampu mempraktekkan tindakan pemeliharaan lingkungan 2. Mempraktekkan tindakaan pengurangan risiko bencana 3. Mampu beradaptasi dalam situasi setelah banjir Materi Ajar
1. Penerapan metode memanen hujan 2. Menerapan pembangunan yang berwawasan lingkungan 3. Menjaga kualitas lingkungan Kegiatan Pembelajaran 1. Kegiatan awal
Introspeksi terhadap perilaku yang memicu terjadinya banjir Tanya Tanya jawab dampak banjir terhadap kehidupan , misalnya banyak korban harta dan nyawa, ekonomi lumpuh, penyakit muncul dimana-mana. Tanya Tanya jawab tindakan yang dilakukan setelah banjir
2. Kegiatan inti
84
Mendiskusikan tindakan melesarikan lingkungan Melakukan tindakan pemeliharaan lingkungan Kerjasama dengan pemerintah untuk mencari saudara-saudara yang terpisah terpisah Diskusi pola pembangunan yang berwawasan lingkungan Mencari inormasi tentang peraturan pemerintah tentang pemanaatan lingkungan
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Banjir untuk SMA/SMK/MA/MAK
Membuat laporan hasil diskusi.
3. Kegiatan penutup
Pemantapan Pemantapan jawaban siswa Reeksi Perluasan wawasan siswa
Penilaian
Tes tertulis Tes penugasan Tes unjuk kerja
Sumber belajar
Lingkungan Pohon untuk penghijauan Peta tata kota Peraturan-peraturan Peraturan-peraturan pemerintah yang relevan
5.1.5. Penyusunan Bahan Ajar
Bahan ajar merupakan inormasi, alat, dan teks yang diperlukan guru/ instruktur untuk perencanaan dan penelaahan implementasi pembelajaran. Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru/instruktur dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas. Bahan yang dimaksud bisa berupa bahan tertulis maupun bahan tidak tertulis. Jadi dapatlah dikatakan bahwa bahan ajar adalah seperangkat materi yang disusun secara sistematis baik tertulis maupun tidak sehingga tercipta lingkungan/suasana yang memungkinkan siswa untuk belajar. Sedangkan ungsi bahan ajar adalah : 1. Pedoman bagi guru 2. Pedoman bagi siswa 3. Alat evaluasi Tujuannya adalah: 1. Membantu siswa 2. Memberikan banyak pilihan 3. Memudahkan guru 4. Lebih menarik
85
Pengintegrasian Materi Pokok Pengurangan Risiko Banjir Ke Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Menengah Atas SMA/SMK/MA/MAK
Langkah-langkah menyusun bahan ajar yang mengintegrasikan PRB tsunami 1. Memahami teknik penyusunan bahan ajar 2. Mengidentikasi materi pembelajaran tentang PRB tsunami 3. Menganalisis kompetensi kompetensi dasar yang dapat dapat diintegrasikan diintegrasikan materi PRB tsunami 4. Menyusun Silabus dan RPP yang mengintegrasikan mengintegrasikan materi materi PRB tsunami 5. Menyusun bahan bahan ajar yang mengintegrasikan mengintegrasikan materi materi PRB tsunami Kotak 5.4: Contoh Model Bahan Ajar Integrasi Pengurangan Risiko Banjir pada mata pelajaran
Satuan Pendidikan
: SMA
Kelas/Semester
: X/1
Topik Topik /tema Kompetensi Dasar
: Pengurangan Risiko Bencana Banjir (sebelum Terjadi Terjadi Bencana) : Mampu menjelaskan penyebab banjir dan cara pencegahannya, pencegahannya, gejala awal banjir, tindakan darurat yang harus segera dilakukan apabila akan terjadi banjir
Tujuan Pembelajaran
Setelah pembelajaran selesai siswa mampu menjelaskan penyebab banjir dan bertindak untuk mengurangi risiko bencana banjir Indikator:
1. Menjelaskan penyebab banjir dan cara pencegahannya pencegahannya 2. Menjelaskan gejala awal banjir 3. Menjelaskan Tindakan darurat yang yang akan dilakukan apabila akan terjadi terjadi banjir banjir 4. Menjelaskan tindakan yang perlu dilakukan setelah terjadi banjir 5. Tanggung jawab dan siap siap bekerjasama dalam membantu membantu upaya pengurangan pengurangan risiko bencana banjir Kegiatan
Pertemuan Pertama 1. Untuk menambah wawasan tentang pengertian dan penyebab penyebab banjir, banjir, tugaskan siswa mendiskusikan tentang arti banjir dari segi penyebabnya dengan menggunakan gambar skema di bawah ( skema masih bisa dikembangan lebih lanjut oleh siswa)
86
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Banjir untuk SMA/SMK/MA/MAK
Sampah, mengapa di buang ke sungai? Dulunya hutan bambu, fungsinya?
Entahlah, mungkin karena curah hujan melebihi kemampuan tanah untuk menyerap air. Dulunya hutan bambu dan disana sawah, banyak yang dijual ke pengembang.
Mengapa terjadi banjir?
Belakang rumah saya ada sungai pak? Biasanya tidak sampai ke rumah? Orang sini kalau buang sampai ke sungai, seharusnya dibuatkan lubang dan dibakar.
Banjir kiriman tiap tahun dari Bogor.
Bendungan fungsi waduk untuk pengairan sawah. sekarang bobol? Bagaimana dengan topogra tanah.
Gambar: Schema Penyebab banjir
Berdasarkan pengalaman atau pengamatan langsung atau pengetahuan membaca buku/internet dan sebagainya tugaskan siswa membaca peta topogra ( = peta yang menggambarkan semua kenampakan alam dan kenampakan cultural/buatan manusia), kemudian menasirkan pada peta tempat /daerah – daerah daerah banjir, mengaitkan peta topogra dengan daerahdaerah yang berpotensi mengalami banjir, banjir, mengapa daerah tersebut tersebut sering banjir?
87
Pengintegrasian Materi Pokok Pengurangan Risiko Banjir Ke Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Menengah Atas SMA/SMK/MA/MAK
Atau
1. Tugaskan siswa mendatangi lokasi yang pernah mengalami bencana banjir, melakukan wawancara dengan penduduk setempat tentang penyebab terjadinya banjir yang melanda rumah penduduk. Supaya memiliki wawasan, sebelum melakukan wawancara wawancara siswa perlu membuat perencanaan dengan membuat peta konsep tentang banjir. Mendiskusikan hasil wawancara dan membuat laporan tugas. 2. Mengapa terjadi banjir dengan mengenal kenampakan alam dan buatan ? Akhir-akhir ini kita dikejutkan dengan berita banjir karena karena jebolnya tanggul Situ Gintung. Apakah hal ini kesalahan manusia karena tidak terawat atau umurnya yang sudah tua, yang jelas jebolnya situ mengakibatkan banjir dan banyak menelan korban korban jiwa maupun harta. Apakah daerah kita juga memiliki bendungan atau dam bendungan atau. Dam adalah konstruksi yang dibangun untuk menahan laju air, menjadi waduk, danau,atau tempat rekreasi. Tugaskan siswa mencari inormasi tentang bendungan atau situ atau dam daerah setempat, kemudian membuat laporan tugas Yang perlu dipersiapkan yaitu peta konsep tentang bendungan.
88
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Banjir untuk SMA/SMK/MA/MAK
Contoh: Sejak zaman Belanda sampai sekarang telah banyak dibangun bendungan. Misalnya bendungan Jatiluhur di Jawa Barat,bendungan Saguling di Citarum, waduk Gajah Mungkur di Wonogiri Wonogiri –Jawa tengah. Bendungan.. Apakah di daerah siswa ada bendungan atau waduk? ungsi untuk apa? berapa umur bendungan, bagaimana memelihara bendungan? (peta konsep ini dapat dikembangkan oleh siswa).Dan siswa diminta membuat rasional kaitan antara ungsi bendungan dengan bencana banjir. 6
Irigasi
Mengapa bendungan jebol?
1 Apa fungsi bendungan? Situ
Mengapa daerah sekitar ... tidak boleh untuk rumah ?
Menahan air hujan
2 Bendungan Berapa lama umur bendungan?
Dan sudah berapa lama?
Kurang terpelihara
Dam
4 Alih fungsi Bagaimana memelihara bendungan?
5
Apa lagi ya?
???
(sumber:http://images.google.co.id/imghp?hl=id&client=reox-a&rls=org. mozilla%3Aid%3Aofcial&tab=ni|
Pertemuan kedua 1. Mengapa banjir terjadi dengan mengenal ungsi hutan dan pengelolaannya? Ajukan pertanyaan: pernahkah kita berpikir bagaimana hutan bisa mencegah terjadinya banjir? apa ungsi hutan ? apakah ungsi hutan? bagaimana cara mengelola hutan? coba tugaskan siswa mendiskusikan masalah hutan sebagai penyebab banjir. banjir.
89
Pengintegrasian Materi Pokok Pengurangan Risiko Banjir Ke Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Menengah Atas SMA/SMK/MA/MAK
Sebaiknya siswa membuat peta konsep tentang hutan. Contoh: Apa fungsi hutan?
Apa hutan?
Bagaimana pengelolaan hutan ? Jakarta - Menteri Kehutanan MS Kaban mengibaratkan kerusakan hutan di Indonesia sudah masuk kanker stadium 4. Apabila tidak ada penanganan yang tepat, maka dalam kurun waktu 15-30 tahun ke depan Indonesia akan menuai bencana. Detik.com.
Bagaimana sifat sik hutan ?
Sumber devisa bagi negara
Dampaknya terhadap kehidupan
Gerakan menanam seribu pohon
(sumber::http://images.google.co.id/imghp?hl=id&client=reox-a&rls=org. mozilla%3Aid%3Aofcial&tab=ni|
Contoh hasil diskusi siswa?
Hutan sangat banyak manaatnya antara lain secara ekonomi sebagai sumber devisa negara ( ingat berapa persen GNP dari hasil hutan) . Secara sik akar pohon dapat menyerap air hujan dan mencengkeram mencengkeram tanah supaya tidak longsor, memperbaiki kualitas air sehingga tetap jernih karena air hujan telah disaring . Selain itu akar juga berungsi menyimpan air, air, hal ini bisa menjaga keseimbangan sirkulasi air dalam tanah.Apa manaatnya ? bisa kita rasakan bahwa musim kemarau tidak kekeringan dan musin hujan tidak banjir.secara estetika dapat menambah keindahan.Namun apa yang terjadi dengan hutan kita? Karena kita anggap sebagai barang komoditas maka hanya memikirkan keuntungan tanpa memikirkan dampaknya pada kehidupan, sehingga terjadi kelangkaan sumber daya d aya alam. Apa yang terjadi dengan bumi kita jika tidak ada pohon atu hutan? Bumi kita sekarang ini sedang dilanda Global Warming atau lebih dikenal dengan istilah pemanasan global. Dengan adanya pohon sangat membantu dalam pencegahan global warming.Kita sambut baik program pemerintah menanam seribu pohon.
90
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Banjir untuk SMA/SMK/MA/MAK
Untuk perluasan wawasan siswa.
Guru menggali inormasi dari siswa untuk membandingkan manaat hutan zaman dulu dan sekarang ini.(Coba perhatikan gambar dan penjelasannya pada nomor a dan b dibawah) 1. Manaat hutan zaman dulu
Hutan di Indonesia sangat banyak jenisnya.Untuk menjelaskan manaatnya, kita ambil salah satu hutan yaitu bakau. Hutan sebagai sumber makanan , contoh (perhatikan gambar berikut):
Aku harus berburu , mencari buahbuahan dari tumbuhan liar/alami. (Sb gambar :pusdiklatgeologi)
Sebagai tempat hunian, untuk menghindari binatang buas.
Sebagai tempat hunian. ( Sumber gb:Meinsacht. wordpress.com)
Untuk kayu bakar sebagai penghangat penghangat tubuh, dan mengusir binatang buas..
Untuk mencari kayu bakar. bak ar.
91
Pengintegrasian Materi Pokok Pengurangan Risiko Banjir Ke Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Menengah Atas SMA/SMK/MA/MAK
2. Manaat hutan saat ini
Sekarang ini hutan dapat dimanaatkan untuk : Manaat ekonomi Hutan memiliki nilai ekonomi yang tinggi, contoh hutan bakau Mengapa ?
contoh : Kayu bakar. Bahan baku kertas.
Apa manfaat hutan bakau?
Sumber : ktkabtangerang b : Krivakertas ( Sumber 118.98.213.22)
Obat-obatan. Sumber devisa negara. Luas di Indonesia antara 2,5 dan 4,5j uta hektar (Sb Wikipedia)
(sumber gambar: Kabarindonesia.com) Letaknya? Antara lain : Dangkalan Sunda, pantai timur Sumatera, pantai barat dan Selatan Kalimantan, pantai utara Jawa. Bagian Timur Indonesia di tepi dangkalan dangkala n Sahul, Teluk Teluk Bintuni di Papua. (Sb Wikipedia)
(sumber : http://images.google.co http://images.google.co.id/imghp?hl=id&client=reo .id/imghp?hl=id&client=reox-a&rls=org. x-a&rls=org. mozilla%3Aid%3Aofcial&tab=ni|
92
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Banjir untuk SMA/SMK/MA/MAK
Manaat lingkungan Menahan abrasi pantai
Menyerap air tanah.
Sb:iwanrakelta. wordpress.com)
Menahan instrusi air laut
Menurunkan kondisi gas CO2 di atmosfer.
Tempat bersarang ikan-kan.
(Sb: yanstron. wordpress.com) sumber : cartoonstock.com) Tempat wisata alam
sumber : wisata.voucherhotel.com
(sumber : http://images.google.co http://images.google.co.id/imghp?hl=id&client=reo .id/imghp?hl=id&client=reox-a&rls=org.mozilla%3Aid%3Ao x-a&rls=org.mozilla%3Aid%3Ao fcial&tab=ni|)
3 Kegiatan
Mengapa terjadi banjir dengan menganalisis perilaku masyarakat dalam membuang sampah? Sering tidak disadari bahwa perilaku manusia dalam kehidupan sehari-hari dapat memicu terjadinya banjir , misalnya membuang sampah ke sungai. Hal ini karena pengetahuan yang kurang atau pendidikan yang minim atau kebiasaan atau aturan yang tidak ada.Mengapa hal ini penyebab banjir? Apa yang terjadi dengan sampah sebelum banjir? 1. Tugaskan siswa mengaitkan bagan gambar berikut ( bagan bisa ditambah sendiri oleh siswa) dengan proses terjadinya banjir.
93
Pengintegrasian Materi Pokok Pengurangan Risiko Banjir Ke Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Menengah Atas SMA/SMK/MA/MAK
Pembusukan dan
Aliran air
pendangkalan sungai.
terhambat perilaku buang sampah
Buang sampah pada tempatnya
Membersihkan
Bagaimana mengelola sampah
(sumber : http://images.google.co http://images.google.co.id/imghp?hl=id&client=reox .id/imghp?hl=id&client=reox-a&rls=org.mozilla%3Aid%3A -a&rls=org.mozilla%3Aid%3A ofcial&tab=ni|)
Mengapa terjadi banjir dengan menganalisis laju pertumbuhan penduduk negara kita? Sekarang banyak lahan pertanian/perkebunan/hutan/sungai/laut yang yang berubah ungsi menjadi tempat hunian atau tempat usaha dagang (Mall). Apakah ini akibat dari jumlah penduduk bertambah sangat pesat? Apa yang mereka perlukan? mungkin pekerjaan sehingga muncul industri yang memicu peralihan lahan menjadi gedung (perusahaan, mall-mall sebagai lapangan usaha modern). Mungkin mereka membutuhkan tempat tinggal. apa akibatnya? 1. Coba tugaskan siswa mencari inormasi tentang keterkaitan keterkaitan laju pertumbuhan penduduk dengan terjadinya bencana banjir. Inormasi bisa melalui pengamatan, pengalaman pribadi, wawancara dengan penduduk, internet atau sumber lain yang relevan, mendiskusikan hasilnya. Siswa bisa menggunakan peta konsep dibawah untuk dikembangkan)
94
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Banjir untuk SMA/SMK/MA/MAK
Kebutuhan air Masalah kepadatan penduduk
Masalah pertambahan penduduk ? Perilaku penduduk dengan buang limbah sembarangan
Bagaimana perubahan pemanfaatan lahan untuk mata pencaharian penduduk? Masalah tempat tinggal
(sumber : http://images.google.co http://images.google.co.id/imghp?hl=id&client=reoxa .id/imghp?hl=id&client=reoxa&rls=org.mozilla%3Aid%3A &rls=org.mozilla%3Aid%3A ofcial&tab=ni|)
Pertemuan ketiga Tindakan Saat Terjadi Banjir
Setiap tahun kita mengalami musim hujan. Yang Yang menjadi pemikiran adalah apakah musim hujan banyak membawa manaat. Mengapa? Berikut merupakan contoh akta tentang manaat hujan bagi manusia . Irigasi untuk 439 Ha Sawah Kering
[NGANJUK] Sebanyak lima dari enam waduk di Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur (Jatim) kekeringan. Salah satunya adalah Waduk Kedungsengon, di Desa Balunggebang, Kecamatan Gondang. Waduk yang semula memasok irigasi teknik sawah seluas 439 hektare (ha) di empat desa,
95
Pengintegrasian Materi Pokok Pengurangan Risiko Banjir Ke Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Menengah Atas SMA/SMK/MA/MAK
yakni Balonggebang, Ngujung, Sanggrahan, dan Karangsemi, Kecamatan Gondang, kini tak berungsi. “Karena Waduk Waduk Sengon kering, petani hanya mengandalkan aliran air dari Waduk Sumberkepuh di Kecamatan Lengkong, satu-satunya bendungan besar di Nganjuk yang masih mengaliri lahan pertanian,” ujar Kusyono, penjaga Waduk Kedungsengon, Kamis (6/8). Dalam kondisi normal, Waduk Kedungsengon yang dibangun 1973 memiliki debit air 560.000 meter kubik per detik (m3/detik) dan mampu menampung 2,5 juta m3. Kapasitas waduk mampu memasok air irigasi teknis untuk 12.000 ha sawah. Sejak awal Juli hingga Agustus, waduk dengan kedalaman delapan meter tersebut mengering. Menyusul kondisi kekeringan kali ini, sekitar 439 ha tanaman padi di empat desa terdekat gagal panen. Petani setempat terpaksa mengganti tanaman padi dengan tanaman palawija. Kondisi kekeringan kali ini dinilai warga jauh lebih cepat dari perkiraan. Tahun-tahun sebelumnya, Waduk Kedungsengon baru mengering sekitar September. “Sekarang ini sejak akhir Juni, air mulai menyusut kemudian Juli habis dan sekarang mulai mengering,” katanya. Sumber: Labels: Development, Economic, Environment, Farming, Food, Water, 2009-08-07
Banyak orang menganggap bahwa banjir adalah bencana yang menimbulkan korban jiwa maupun harta/kekayaan. Berikut adalah contoh banjir yang mendatangkan bencana. SAAT BANJIR
Forum Views (0) Forum Replies (0)
Pemprov Minta Pabrik Korban Banjir Turut Direlokasi BANDUNG -- Pemprov Jabar meminta pemerintah pusat merelokasi pabrik yang menjadi korban banjir di Kecamatan Dayeuhkolot, Bojongsoang, dan Baleendah, Kabupaten Bandung. Setiap kali banjir, sedikitnya 80 pabrik di tiga kecamatan tersebut tidak beroperasi.
Jalan macet dimanamana, pemborosan ? Kemana kami harus bertahan hidup?
Ribuan hektar sawah /padi siap panen terendam banjir
Wakil Gubernur Jabar, Nu'man Abdul Hakim, menjelaskan, rencananya Bappenas akan mengalokasikan dana antisipasi banjir di Kabupaten Bandung sekitar Rp 30 triliun. Ekonomi lumpuh
96
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Banjir untuk SMA/SMK/MA/MAK
Lalu tindakan apa yang harus dilakukan saat terjadi bencana? Tindakan menyelamatkan bidang usaha/ ekonomi (1)
1. Kegiatan Setiap terjadi banjir seseorang atau masyarakat harus melakukan tindakan guna Pengurangan Risiko Bencana. Tindakkan apa yang harus dilakukan seseorang ketika sedang bekerja di suatu pabrik. Sebagai jawaban, tugaskan siswa mencari inormasi dengan menggunakan peta konsep di bawah (peta konsep ini masih bisa dikembangkan oleh siswa)? Contoh skema ini masih bisa dikembangkan berdasarkan temuan, pengalaman, wawancara, baca internet dan lain sebagainya.Hasil identikasi dikomunikasikan di kelas.
97
Pengintegrasian Materi Pokok Pengurangan Risiko Banjir Ke Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Menengah Atas SMA/SMK/MA/MAK
Matikan aliran
Matikan mesin yang
Menyimpan dokumen penting
sedang digunakan,
di lantai atas bila gedung
mengapa?
bertingkat,mengapa?
Saat kerja di pabrik Membunyikan tanda
Memakai baju
sirine
Melakukan pendataan ulang terhadap barang yang rusak, hilang, masih laik pakai dan
Gunakan ban atau perahu karet saat keluar pabrik
menghitung kerugian yang dialami.
Tindakan Saat Banjir (2)
(Apa yang yang harus dilakukan ketika ketika di rumah) 1. Kegiatan Jika rumah sudah tergenang air seberapun tingginyanya , perlu tindakan darurat . Contoh gambar bagan tindakan yang harus dilakukan saat banjir ( dikembangkan lebih lanjut oleh siswa.) 2. Tugaskan siswa mendiskusikan tindakan yang perlu dilakukan warga saat terjadi banjir Tindakan saat banjir (3)
1. Kegiatan Banjir merupakan bencana yang harus ditangani bersama antara pemerintah dan masyarakat.Apa yang dilakukan oleh pemerintah saat banjir ? (skema ini bisa dikembangkan sendiri oleh siswa)
98
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Banjir untuk SMA/SMK/MA/MAK
M emutuskan aliran
listrik
Menggunakan ban karet atau ban bekas
SAAT BANJIR Menuju tempat pengungsian minta pertolongan
Menyimpan barang berharga di lantai atas
Mengunci pintu rumah
Perlu keamanan lingkungan
99
Pengintegrasian Materi Pokok Pengurangan Risiko Banjir Ke Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Menengah Atas SMA/SMK/MA/MAK
Menyediakan prahu karet
Peringatan dini dengan sirine Mengatur debit air
Mendatangkan tim medis ke daerah banjir
Menyediakan posko banjir
Menin Men in au ban ir
Pertemuan keempat Tindakan Sesudah Terjadi Banjir (1)
Banyak cara yang ditempuh pemerintah sesudah banjir, agar bisa mengurangi mengurangi risiko yang akan datang. Penanganan dapat bersiat sik maupun non sik., contoh (perhatikan gambar bagan berikut):
.
Menggunakan lahan sesuai dengan fungsinya
Reboisasi hutan gundul Memelihara situ
Penataan tata kota dengan memperhatikan pola keruangan
100
Melindungi hutan dari ancaman kepunahan.
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Banjir untuk SMA/SMK/MA/MAK
Tindakan Sesudah Banjir (2)
Apa yang dirasakan masyarakat sesudah banjir. Banyak sekali risiko yang ditanggung. Misalnya : rumah menjadi kotor, kotor, dinding bangunan retak, lembab, timbulnya berbagai penyakit menular, mahalnya harga bahan makanan , tempat hunian tidak laku lagi dijual, belum lagi rumah yang roboh sehingga perlu renovasi. Berikut ini adalah contoh tindakan yang dilakukan masyarakat sesudah banjir.(siswabisa mengembangkan lebih lanjut)
APA LAGI dan APA LAGI ?
Mengecat rumah
Kerja bakti membersihkan got/saluran air
Menyediakan tempat sampah dan memilah sampah kering non organik dan sampah basah non organik
?
Iklan bebas banjir Jemur barang S empat berkir pindah /jual
rumah
Tindakan sesudah banjir (3)
( penyimpanan dokumen tentang peristiwa banjir) Menyimpan dan mempelajari data sejarah kawasan rawan banjir. Data tersebut tidak boleh hilang dan terus diperbaharui bila ada perubahan kejadian. Hal ini sebagai perbandingan dengan data banjir terdahulu dan sebagi inormasi peringatan yang akan datang. Hal-hal yang perlu dicatat dalam data tersebut antara lain 1. Analisis kekerapan banjir. 2. Pemetaan tinggi rendah rendah permukaan permukaan tanah (topogra). 3. Pemetaan bentangan daerah daerah seputar sungai (kontur sekitar sungai) lengkap dengan perkiraan kemampuan sungai itu untuk menampung lebihan air. 4. Catatan pemantauan pemantauan lelehan salju / es dan kelongsoran tebing / daerah hulu.Kemampuan tanah untuk menyerap air. air.
101
Pengintegrasian Materi Pokok Pengurangan Risiko Banjir Ke Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Menengah Atas SMA/SMK/MA/MAK
5. Catatan pasang surut gelombang laut (untuk kawasan pantai/pesisir). Kekerapan badai. 6. Geogra pesisir / pantai. 7. Ciri-ciri banjir. 8. Cara eekti untuk memantau jalur banjir adalah lewat teknik-teknik teknik-teknik penginderaan jauh, misalnya Landscape. Tindakan sesudah banjir (4)
(Bidang pendidikan) Memberikan inormasi sebanyak-banyaknya pada masyarakat untuk mengantisipasi banjir , antara lain 1. Memberi penjelasan adanya kerugian kerugian sik dan non sik, karea 2. Memberi inormasi tentang siklus air 3. Pengaturan tata guna tanah 4. Pengurangan kepadatan penduduk 5. Larangan penggunaan tanah untuk ungsi-ungsi tertentu Kegiatan akhir
1. Guru bersama bersama siswa membuat kesimpulan kesimpulan dari kegiatan belajar belajar yang telah dilakukan Penilaian Tes esai
Jawablah pertanyaan berikut ini dengan benar! 1 Jelaskan penyebab banjir ! 2. bagaimana cara mencegah banjir? 3. Tindakan apa yang akan dilakukan apabila terjadi banjir? 4. Tindakan apa yang dilakukan saat terjadi banjir? 5. Upaya apa yang dilakukan setelah terjadi banjir?
5.2. Pengintegrasian Pengurangan Pengurangan Risiko Bencana pada Mata Pelajaran Muatan Lokal (Mulok) 5.2.1. Analisis konteks mata pelajaran muatan lokal
Kontek secara umum diartikan sebagai suatu keadaan atau situasi dimana sesuatu berada atau terjadi. Analisis konteks adalah usaha untuk mengerti dan memahami lingkungan, baik sik mapun non sik yang kemudian dapat dijadikan dasar dalam pengambilan keputusan.Hilda Taba (1962) memberikan istilah analisis situasi, yang yang didenisikan sebagai penyelidikan mendetail
102
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Banjir untuk SMA/SMK/MA/MAK
mengenai konteks dimana sebuah kurikulum akan diterapkan, dan aplikasi dari analisis tersebut terhadap kurikulum yang sedang dikembangkan. Bagaimana melakukan analisis konteks?
1. Kumpulkan inormasi dan diskusikan konteks konteks dan komunitas yang ada di lingkungan. Misalnya: Banjir di Jakarta maka perlu didiskusikan dengan masyarakat sekitar korban banjir, masyarakat yang terkena dampak banjir, pemerintah daerah setempat dalam hal ini PEMDA DKI, daerah penyangga banjir lainnya ( misalnya PEMDA Kota /Kabupaten Bogor) ., sekolah (komunitas guru misalnya MGMP) 2. Identikasi sumber sumber data kualitati dan kuantitati yang dianalisis, pertimbangkan mengenai data sistem pembelajaran dan partisipasi siswa, data sekolah dan kelas, personal (guru dan sta) , sejarah lokal, serta persepsi komunitas, pertimbangkan pula masukkan dari guru, siswa dan orag tua. 3. Lakukan mapping terhadap konteks masyarakat/daerah/sekolah 4. Kembangkan analisis dengan pertanyaan pokok berikut Dimana kita sekarang? merupakan analisis komprehensi, misalnya terhadap kondisi sekarang, permasalahan yang perlu dipecahkan, sumber daya yang tersedia dan kekurangan yang ada Kemana tujuan kita? menunjukkan pada aktivitas memperkokoh pengertian dari prinsip-prinsip yang mengarahkan kegiatan dan tujuan jangka menengah, jangka panjang kita. Bagaimana mencapainya dan melalui langkah-langkah yang bagaimana? merupakan pengembangan strategi untuk mencapai tujuan. Apa yang kita miliki? merupakan analisis terhadap sumber daya yang kita miliki. Dengan siapa kita bekerja?idenikasi terhadap semua pihak yang terlibat.Perlu inisiati dalam hal mobilisasi dan modal untuk mengorganisir partisipasi mereka. Apa yang perlu dilakukan dalam jangka pendek? merupakan pengembangan dari tujuan langsung dan komitmen untuk mengimplementasikan kebijakan dengan memperhatikan memperhatikan kenyataan dan keberagaman dalam konteks yang ada. Kesulitan apa yang dihadapi, peratuan apa yang terkait dan hasil seperti apa yang diharapkan.
103
N A K P A R A H I D G N A Y I S I D N O K
k o l u M n a r a j a l e P a t a M s k e t n o K s i s i l a n A h o t n o C : 6 . 5 l e b a T
G N A R A K E S I S I D N O K
S I S I L A N A I D G N A Y K E P S A . O N
n a k i a s g g n g n u i f i d h e s a r n a e r n a e k b i n a g a a n d h s u a n e i s k a d a m g i n . b u n d a n r r a n i u i r r l u a k i a a a g n i t d g s a k n n i n i h j i a p e l e a r h a s n m d m s i e g o e d a a a n h n r a o r n i d e h j r i p p k s e u o r h e k m a m h e m o n a r a i i b a a e s l d a i u s p e k a k n d l n t m i a a a a e i l o k t i u n g i p m a e l b a i g a j c k g a n m m n n n a e e e e e e d i b e M m M M M M T s - - - -
n a g h . n a r u r j k e i n g a a d b i n t a a L s g y a n i n i t i g d l a a u n j e r K e m t n r u a i j i s c n a a m w b e a g m r w n i e s a t B n n e n e t a t o k n p i d a r i h e d i l i b r n i p j e k n P a k o l b o u a l m g u a g M y n h n a o u y t u l a r n n j e e o i P p C H -
b i j a w k o l u m u l r e P -
k a h h g t i n u e s e l a m m a u , n m t s k e p a a r t h u p i a k d d a a i m r h e o d m i a u j t n n g m p r a n o k , a h b g a k a i s n r k p r h u a u a k b t m e b b . i g m n a r s n e u d r i i u l a s n e s i o b n m a h g a a i t d a h l n a a o n k e h p p a g u k g y n r a k a e w a m n n l t a a a e a s g r b g s a e a k , n , j g n i n n n e s r h e a a e a b e s d m u m r - p a n t b i , u s t r e a m s a e n k e k s e r e n e b a t j n r m n i a r a r a s h e a i a y a t t s y r i s a a h a l n u n l a D n r , m a a a s m e S i u b i a A n s r t m n u p d - D a r , a a m h i a h k y e a a a n r d d y a a e a s d n n a y e n u d e e D n K r g A p -
a n e r a n k a y a r i n a i m j a i n n n d a l a a e j r g k e b m t r n i t i m a e k i s e g a d m p n p i s e s h a a i s t i o n m t i n d k n a n i r u o l g o t a c n i r - h n o u e h , k t j n o a t j m n a a n a p a p b o s a k t u m a c D k i k t e k s K s a e a / l a r t n e s a a K S a h s y b i d m a e d r a s n m e m a a u a a d l y a k s d e a i n s h a a g d b : a n h n i r t b i n r r a t j i y a j n i r e n n d a a a a b e b b u p n m g n g h i a e a b p a y n a , t p r t n a t e o a a n g m k k k e n a a t r i e s h a a d i r l n p m i y d a u u j o s i l n n j a k a t e a e a e K a b b S m p -
n b i a j a i m w k k u l o m a l u e i p m s m t k i a d a a p m j n m e m e t u l t m a e r i p b j n m u a e i r t t j i s b i , n B s a n a R b a P k o a g n n l y u a a n i e k d i r d d a n i n j e r b d a e n k t p e u a u p k c a i d t l a a h k e m e g m r e p t n i a u n p g d a a n m j a r e a n a m m e i h l m m m g e u u l l n m e e a e B B y P - -
t a k a r a y s a M
h a l o k e S
A D M E P
. 1
. 2
. 3
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Banjir untuk SMA/SMK/MA/MAK
5.2.2. Penyusunan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Muatan Lokal Pengurangan Risiko Banjir
Dibawah ini merupakan contoh penyusunan standar kompetensi dan kompetensi dasar untuk mata pelajaran muatan lokal Tabel T abel 5.7: Contoh Analisis Standar Kompetensi dan Kompetensi Kompetensi Dasar untuk Mata Pelajaran Muatan Lokal Pengurangan Risiko Banjir
STANDAR KOMPETENSI
Memahami pengelolaan lingkungan (alam dan buatan) dan dampaknya terhadap ter hadap kehidupan makhluk di bumi KOMPETENSI DASAR
1.1 Menganalisis kualitas lingkungan sebagai penyebab terjadinya bencana banjir 1.2 Mendeskripsikan tindakan saat terjadinya bencana banjir banjir 1.3 Mengidentikasi cara-cara mengelola lingkungan untuk mengurangi risiko bencana banjir MATERI AJAR
- Kualitas Lingkungan Sebagai penyebab Banjir - Tindakan saat terjadi Bencana Banjir - Pengurangan ResikoRisiko Bencana Banjir
5.2.3. Penyusunan Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Muatan Lokal Pengurangan Risiko Banjir
Dibawah ini merupakan contoh penyusunan silabus untuk mata pelajaran muatan lokal
105
n
a R d u : A J m k i u k a b A n l L a : n o E k a r t t n t B a a a e v k t e e k g l e R a n c l e n r r u n e E e t a k a r i a n a B y i t d g d i s g a M a n u e n e , a V i b M y U M L M T S - -
l a k o L n a t a u M n a r a j a l e p a t a m k u t n U s u b a l i S n a n u s u y n e P h o t n o C : 8 . 5 l e b a T
i m u b i d k u l h k a m n a p u d i h e k p a d a h r e t a y n k a p m a d n a d n a g n u k g n i l n a a l o l e g n e p l i e m a p h . k . m a o j a A l … m M u 0 e S 1 : M : : … : M :
i s n n a k e i t d e i n p u d a t m r n a e j k o a e a m w K P l e r e S i h n P s a o a d a a / s t u t l a k n t a o n a o a e l t C S M K A S
N A I A L I N E P
t s e t n a e c s a i s n g a u l u t n m a r r n e e s i o p t l f r s s e s e T e T e P T - - - -
r i j a l n o a l e i r b g a a R n i y n O e s i a d m l T u j a A a k r r r e K a i I c s t D n n n N a n a a I k a k s g s k s a n l a l a l e e e u j j j k n g n n e n e e i M M M l - g n n a r e a y e g t n g t N n i a m a n n d b a A l a n f a a t e a b R o a n p n j r g e e A l e t e n a g i y t J g e m n s b n A n a e d e t a a p L e p n n b n E p a p m e m r e a B g t e l a t o y l u s a i f n s M n h n n a i n e u a E t : o r p p i n j P n m m k a m r a n i a a e y r a o l a s k n N t l i f a a t a e j k r u b i k i A b e k i n j n n s a T e l t a i n p b u a a p k w g A a m a k u b a b I a n n r g s j a b i b a G a u k e g n u r e d j y g y i E a b n a n k n n y i i n m K n g m e t e n n e e e a d u u r n a a i T l g s M e M p M b M j g n R u y A k n e J g i p r A i i n a j I n g R L s a a E a B t b T l i e b A a s a u n M K a b e R A S A D I S N E T E P M O K
- a e n s n y a a c t a n n i l d e a p e u m i b k a a a s l y a g i a i n s n b i l a e d a g a n n s j r a u n e r g a i t t j n k a b n g e n u a a i b b b M l 1 . 1
n a d u : m k i u k a b n l : a k o r n t t t n a a k t v a a e e e n k g c l l e r a n e r u e e n i a r i t a a a k y n t d g d i s g a , a i e V n u e n a M M y M L b T - -
n a s a s g i u l t n n u a r e e s i p t l s s s e T e T e T - - l i , a h t g a n n m l e a a o o n k m n y o e r k s j n a , i a c n a e h n a k p n a a a e a h t b i a n d s s b i i a n u r n e i k d t e a i g a h j c r s n m o a e e n t t k a p e d n t i t , b a i o t b a i c a n n k d s i a r k e a a j e i r r e i k a s d b g u y t m n n k t a s e a e l a a i a M d M d m s -
n a d u : m k i u k a b n l a : o r k n t t t n a k a a a e v t e n k g e l l e r a n c e e e r u n a r a t a i i a k y n t d g d i s g a , a i e V n u e n a M L b M y M T - t s e t e c n a m r o f r e P -
h a l a l e o t l e e s g n n a e k m a d a r n a i t c i s h a o k t n i t o n c n a e r g e n d i r b u g i k n j m g n e a e n i M b M l i g h i a l h n g m a a o r n o l k u a e a n e t y o g r s e n a r n s i n k n a n c j e a e a k a n m a k a k n k k a a r a h a b a a k a r d s a a a d i d r d c n u i n d i n j n n d a i i i n c a t t t t n a a i n j l i i i i g a t g s r s a s s n r u i n b a a a e a a a p u t r s i r m a c m j t m a k m m i n r d r a r r n g m a o a r a f s i o b o s o s a i n f f f b o i i e k l r n d r i n t i n h i n i f i k i s j a n u t l i n j i a l i a i d i l i l t l n a a i o k j a a n a k a a a a n l r u i r s r g k a g a g r g e a r i b b e g u b g y g e g t c j i d o m g n k n m n t n n n i n a t n e l e s e e e a e a e k a i a s e e a a i M d s M m M p M s M b M r M m r e t a t n n a a a a s g c n n r n j e i a a r B k n u r k a o j i g i a n k n i d b s a e i n d i P R B a T j i d r a i j r j n n e a t a k t b i s a a a n p s i r a c k s n n a e k e d a b n d a e n y M i t n 2 . 1
- a a - g r g n a n c i n e a c i l s a m n e a k k l o u b l i t o t e n k i g u n n s e e i r d n i m a i r g g g j i n a n n n r u a e a r a M c k u b 3 . 1
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Banjir untuk SMA/SMK/MA/MAK
5.3. Pengintegrasian Pengurangan Risiko Banjir kedalam Kegiatan Pengembangan Diri Pengembangan diri merupakan kegiatan pendidikan di luar mata pelajaran sebagai bagian integral dari kurikulum sekolah/madrasah. Kegiatan pengembangan diri merupakan upaya pembentukan watak dan kepribadian peserta didik yang dilakukan melalui kegiatan pelayanan konseling berkenaan dengan masalah pribadi dan kehidupan sosial, kegiatan belajar, dan pengembangan karir, serta kegiatan ekstrakurikuler. Di samping itu, untuk satuan pendidikan kejuruan, kegiatan pengembangan diri, khususnya pelayanan konseling ditujukan guna pengembangan kreativitas dan karir. Untuk satuan pendidikan khusus, pelayanan konseling menekankan peningkatan kecakapan hidup sesuai dengan kebutuhan khusus peserta didik. Kegiatan pengembangan diri berupa pelayanan konseling diasilitasi/ dilaksanakan oleh konselor, dan kegiatan ekstrakurikuler dapat dibina oleh konselor, guru dan atau tenaga kependidikan lain sesuai dengan kemampuan dan kewenangnya. Pengembangan diri yang dilakukan dalam bentuk kegiatan pelayanan konseling dan kegiatan ekstrakurikuler dapat mengembangankan kompetensi dan kebiasaan dalam kehidupan sehari-hari peserta didik. Pengembangan diri meliputi kegiatan terprogram dan tidak terprogram. Kegiatan terprogram direncanakan secara khusus dan diikuti oleh peserta didik sesuai dengan kebutuhan dan kondisi pribadinya. Kegitan tidak terprogram dilaksanakan secara lansung oleh pendidik dan tenaga kependidikan di sekolah/madrasah yang diikuti oleh semua peserta didik. Kegiatan terprogram terdiri terdiri atas dua komponen, yaitu pelayanan konseling, meliputi pengembangan kehidupan pribadi, kemampuan sosial, kemampuan belajar, wawasan dan perencanaan karir. Sedangkan ekstrakurikuler, meliputi kegiatan kepramukaan, latihan kepemimpinan, ilmiah remaja, palang merah remaja, seni, olahraga, cinta alam, jurnalistik, teater, keagamaan. Contoh Pengintegrasian Kegiatan Ekstrakurikuler
1. Analisis kegiatan ekstrakurikuler yang mengitegrasikan Pendidikan PRB dalam analisis ini, diidentikasi kegiatan ekstrakurikuler di SD yang dapat diintegrasikan dalam pendidikan pengurangan risiko bencana. Misalnya, ditetapkan kegiatan pramuka, karena kegiatan Pramuka dapat diupayakan kegiatan terprogram, terutama agar siswa mampu mengidentikasi lingkungan sekitar dan dibiasakan secara rutin simulasi penyelamatan diri. 2. Menyusun program kegiatan ekstra kurikuler yang mengintegrasikan pendidikan PRB. Setelah diteapkan kegiatan pramuka dapat diintegrasikan dalam pendidikan pengurangan risiko bencana gempa bumi, selanjutnya pembina kegiatan pramuka menyusun program dengan mengacu pada indikator perlaku siswa untuk pendidikan pengurangan risiko bencana banjir. Format program program kegiatan ekstra kurikuler dapat dilihat seperti berikut:
107
Pengintegrasian Materi Pokok Pengurangan Risiko Banjir Ke Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Menengah Atas SMA/SMK/MA/MAK
Analisis kegiatan pengembangan diri
1. Lomba mengelola sampah menjadi pupuk 2. Budidaya tanaman penghijauan 3. Membuat lubang resapan air , dll Penyusunan Program
Contoh:
108
1. Jenis Kegiatan
: Budidaya tanaman penghijauan
2. Waktu kegiatan
: Hari sabtu
3. Sasaran
: Peserta didik, orang tua , masyarakat
4. Rangkaian kegiatan
: Pembibitan, pemeliharaan tanaman, pemasaran
5. Tempat Kegiatan
: Sekolah/madrasah sendiri atau sekolah/madrasah yang menelenggarakan kegiatan sama atau tempat lain
6. Peralatan
: Cangkul, ember, ember, plastik
7. Pelaksana
: Peserta didik, guru, penyuluh pertanian.
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Banjir untuk SMA/SMK/MA/MAK
DAFTAR ISTILAH Pengurangan Risiko Bencana
Pengurangan risiko bencana adalah konsep dan praktik mengurangi risiko bencana melalui upaya sistematis untuk menganalisa dan mengelola aktor-aktor penyebab dari bencana termasuk dengan dikuranginya paparan terhadap ancaman, penurunan kerentanan manusia dan properti, pengelolaan lahan dan lingkungan yang bijaksana, serta meningkatkan kesiapsiagaanan terhadap kejadian yang merugikan. Pendidikan
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara akti mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat dan Negara Pengarusutamaan PRB
Proses dimana pertimbangan-pertimbangan pengurangan risiko bencana dikedepankan oleh organisasi/individu yang terlibat di dalam pengambilan keputusan dalam pembangunan ekonomi, sik, politik, sosial-budaya suatu negara pada level nasional, wilayah daerah dan/atau lokal; serta proses-proses dimana pengurangan risiko bencana dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan tersebut Pendidikan Siaga Bencana
Usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara akti mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kecakapan hidup dalam mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian dan langkah-langkah yang tepat guna dan berdaya guna. Komite Sekolah
Organisasi mandiri yang dibentuk dalam rangka meningkatkan mutu, pemerataan, pemerataan, dan esiensi pengelolaan pendidikan di satuan pendidikan. Ia menjadi ruang bagi orangtua, masyarakat, dan pihak sekolah menyampaikan aspirasi dan merumuskan kebijakan bagi peningkatan pendidikan di sekolah. Ia merupakan badan in dependen yang tidak memiliki hubungan hirarkis dengan Kepala Sekolah. Ia menjadi mitra kepala sekolah dalam menjalankan peran dan ungsinya dalam memajukan sekolah. KTSP
Kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan. Sekolah dan kepala sekolah mengembangkan KTSP dan silabus berdasarkan a). Kerangka dasar kurikulum, b). Standar kompetensi, dibawah supervisi Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota atau Provinsi. Kurikulum
Seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahanpelajaran ser ta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. 109
Datar Istilah
Ekstra kurikuler
adalah kegiatan pendidikan di luar mata pelajaran dan pelayanan konseling untuk membantu pengembangan peserta didik sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat bak at dan minat mereka melalui kegiatan yang secara khusus diselenggarakan oleh pendidik dan atau tenaga kependidikan yang berkemampuan dan berkewenangan di sekolah/madrasah. Standar Kompetensi
ukuran kompetensi minimal yang harus dicapai peserta didik setelah mengikuti suatuproses pembelajaran pada satuan pendidikan tertentu. Kompetensi
kemampuan bersikap, berpikir, dan bertindak secara konsisten sebagai perwujudan dari pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang dimiliki peserta didik. Standar Nasional Pendidikan
Standar Nasional Pendidikan adalah kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum NKRI. Lingkup standar nasional pendidikan meliputi: a. standar isi, b. standar proses, c. standar kompetensi lulusan, d. standar pendidik dan tenaga kependidikan, e. standar sarana dan prasarana, . standar pengelolaan, g. standar pembiayaan, h. standar penilaian pendidikan. Sumber/bahan belajar
adalah rujukan, objek dan/atau bahan yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran. Sumber belajar dapat berupa media cetak dan elektronik, nara sumber, sumber, serta lingkungan sik, alam, sosial, dan budaya. Standar isi
adalah ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yang dituangkan dalam kriteria tentang kompetensi tamatan, kompetensi bahan kajian, kompetensi mata pelajaran, dan silabus pembelajaran yang harus dipenuhi oleh peserta didik pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Standar proses
adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada satu satuan pendidikan untuk mencapai standar kompetensi lulusan. Standar kompetensi lulusan
adalah kualikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Standar pendidik dan tenaga kependidikan
adalah kriteria pendidikan prajabatan dan kelayakan sik maupun mental, serta pendidikan dalam jabatan. Standar sarana dan prasarana
adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan kriteria minimal tentang ruang belajar, tempat berolahraga, tempat beribadah, perpustakaan, laboratorium, bengkel kerja, tempat bermain, tempat berkreasi dan berekreasi, 110
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Banjir untuk SMA/SMK/MA/MAK
serta sumber belajar lain, yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran, termasuk penggunaan teknologi inormasi dan komunikasi. Standar pengelolaan
adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan kegiatan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan , kabupaten/kota, provinsi, atau nasional agar tercapai esiensi dan eektivitas penyelenggaraan pendidikan. Standar pembiayaan
adalah standar yang mengatur komponen dan besarnya biaya operasi satuan pendidikan yang berlaku selama satu tahun; dan Standar penilaian pendidikan
adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar peserta didik. Bencana
adalah suatu peristiwa yang disebabkan oleh alam atau ulah manusia, yang dapat terjadi secara tibatiba atau perlahan-lahan, yang menyebabkan hilangnya jiwa manusia, kerusakan harta benda dan lingkungan, di mana masyarakat setempat dengan segala kemampuan dan sumberdayanya tidak mampu untuk menanggulanginya. Bahaya
adalah situasi, kondisi, atau karakteristik biologis, geogras, sosial, ekonomi, politik, budaya dan teknologi suatu masyarakat di suatu wilayah untuk jangka waktu tertentu yang berpotensi menimbulkan korban dan kerusakan. Kerentanan
adalah tingkat kekurangan kemampuan suatu masyarakat untuk mencegah, menjinakkan, mencapai kesiapan, dan menanggapi dampak bahaya tertentu. Kerentanan dapat berupa kerentanan sik, ekonomi, sosial dan tabiat, yang dapat ditimbulkan oleh beragam penyebab. penyebab. Kemampuan
adalah penguasaan sumberdaya, cara, dan kekuatan yang dimiliki masyarakat, yang memungkinkan mereka untuk, mempersiapkan diri, mencegah, menjinakkan, menanggulangi, mempertahankan diri serta dengan cepat memulihkan diri dari akibat bencana Risiko
adalah kemungkinan timbulnya kerugian pada suatu wilayah dan kurun waktu tertentu yang timbul karena suatu bahaya menjadi bencana. Risiko dapat berupa kematian, luka, sakit, hilang, jiwa terancam, hilangnya rasa aman, mengungsi, kerusakan atau kehilangan harta dan gangguan kegiatan masyarakat. Pencegahan
adalah upaya yang dilakukan untuk mencegah terjadinya bencana dan jika mun gkin dengan meniadakan bahaya.
111
Datar Istilah
Mitigasi
adalah upaya yang dilakukan untuk mengurangi dampak bencana, baik secara sik struktural melalui pembuatan bangunan-bangunan sik, maupun non sikstruktural melalui perundang-undangan dan pelatihan. Kesiapsiagaan
adalah upaya yang dilakukan untuk mengantisipasi bencana, pengorganisasian langkah-langkah yang tepat guna dan berdaya guna.
melalui
Peringatan Dini
adalah upaya untuk memberikan tanda peringatan bahwa bencana kemungkinan akan segera terjadi, yang menjangkau masyarakat, segera, tegas tidak membingungkan, resmi Tanggap Darurat
adalah upaya yang dilakukan segera pada saat kejadian bencana, untuk menanggulangi dampak yang ditimbulkan, terutama berupa penyelamatan korban dan harta benda, evakuasi dan pengungsian. Bantuan Darurat
merupakan upaya untuk memberikan bantuan berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan dasar berupa pangan, sandang, tempat tinggal sementara, perlindungan, kesehatan, sanitasi dan air bersih Pemulihan
adalah proses pengembalian kondisi masyarakat yang terkena bencana, dengan memungsikan kembali sarana dan prasarana pada keadaan semula dengan melakukan upaya memperbaiki prasarana dan pelayanan dasar (jalan, listrik, air bersih, pasar, puskesmas, dll). Rehabilitasi
adalah upaya langkah yang dilakukan setelah kejadian bencana untuk membantu masyarakat memperbaiki rumahnya, asilitas umum dan asilitas sosial penting, dan menghidupkan kembali roda perekonomian. Rekonstruksi
adalah program jangka menengah dan jangka panjang guna perbaikan sik, sosial dan ekonomi untuk mengembalikan kehidupan masyarakat pada kondisi yang sama atau lebih baik dari sebelumnya. Penanggulangan Bencana
adalah seluruh kegiatan yang meliputi aspek perencanaan dan penanggulangan bencana, pada sebelum, saat dan sesudah terjadi bencana, mencakup tanggap darurat, pemulihan, pencegahan, mitigasi dan kesiapsiagaan.
112
Modul Ajar Pengintegrasian Pengurangan Risiko Banjir untuk SMA/SMK/MA/MAK
DAFTAR DAFT AR PUSTAKA Maryono, Agus, Dr-Ing Ir, Menangani Banjir, Kekeringan Dan Lingkungan; 2005, Penerbit: Gama Press- Universitas Gajah Mada, 2005. Maryono, Agus, Dr-Ing Ir, KLH, Memanen Air Hujan: KLH, Jakar ta, 2007. Maryono, Agus, Dr-Ing Ir, Eko-Hidraulik Pembangunan Sungai: Magister Sistem Teknik, Teknik, Fakultas Teknik Teknik Universitas Gajah Mada, 2002. Maryono, Agus, Agus, Dr-Ing Ir, Ir, W. Muth dan Norbert Eisenhauer (Jerman), Hidrolika Terapan, Terapan, PT. Pradnya Paramita, Jakarta, Jakar ta, 2002. Maryono, Agus, Dr-Ing Ir Pembangunan Sungai, Dampak Dan Restorasi Sungai, Gama Press- Universitas Gajah Mada, 2007. Maryono, Agus, Dr-Ing Ir Rekayasa Tangga Tangga Ikan (Fishway) : Gama Press- Universitas Universitas Gajah Mada, 2007..
113