HUBUNGAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH DENGAN KEJADIAN RESPIRATORY DISTRESS DISTRESS SYNDROME DI DI PAVILIUN ANGGREK RSUD JOMBANG TAHUN 2017 Arvinela kusuma ningtyas 1ˡ 1 ˡ , Erieska Safitri Hendarti2ˡ Hendarti2ˡ, Ardiynti Hidayah2² Program Studi D-IV Bidan Pendidik STIKES Husada J ombang Email :
[email protected] :
[email protected] Abstrak s alah satu penyebab Pendahuluan : Berat Badan Lahir Rendah merupakan salah angka morbiditas dan mortalitas yang cukup tinggi pada neonatus. Salah satu masalah pada bayi dengan berat badan lahir rendah preterm yaitu RDS ( Respiratory ( Respiratory distress syndrome) syndrome) merupakan hasil dari ketidakmaturan dari paru-paru dimana terjadi gangguan pertukaran gas. Tujuan peneliti an ini untuk mengetahui hubungan BBLR dengan kejadian RDS di paviliun Anggrek RSUD Jombang Tahun 2017. Metode : Desain penelitian ini adalah observasi non eksperimen yang menggunakan rancangan korelasional atau survey survey analitik dengan pendekatan retrospectif yang diambil dari data sekunder, teknik sampling menggunakan : simple random sampling s ampling dengan jumlah sampel sebanyak 35 35 responden responden periode Januari- April 2017. Hasil : Berdasarkan hasil penelitian responden berdasarkan Bayi Berat Lahir Rendah hampir setengah yaitu dengan kriteria BBLSR yaitu sebanyak 16 responden (45,7 %), sebagian besar dengan kriteria mengalami RDS yaitu 21 responden (60 %). Hasil analisis bivariat dengan Uji spearman rho didapatkan nilai p:0,003 p:0,003 (p < 0,05) Kesimpulan : Maka hasil penelitian ini H1 diterima. Jadi, ada hubungan BBLR (Bayi Berat Lahir Rendah) dengan kejadian RDS ( Respiratory ( Respiratory distress syndrome) syndrome) di Paviliun Anggrek RSUD Jombang Tahun 2017. Tindakan pencegahan pencegahan yang harus dilakukan untuk mencegah komplikasi pada bayi resiko tinggi adalah mencegah terjadinya kelahiran prematur, mencegah tindakan seksio sesarea yang tidak sesuai dengan indikasi medis, melaksanakan manajemen yang tepat terhadap kehamilan dan kelahiran bayi resiko tinggi . tinggi .
L ahir hi r R endah, ndah, R espi spi r atory atory di di stress syndr syndr ome Kata Kunci : B ayi B er at La PENDAHULUAN
Bayi berat badan lahir rendah
Badan Lahir Rendah merupakan salah
(BBLR) adalah berat bayi saat lahir
satu penyebab angka morbiditas dan
kurang dari 2500 gram yang merupakan
mortalitas yang cukup tinggi pada
hasil dari kelahiran prematur (sebelum
neonatus. Berat badan lahir rendah
37 minggu usia kehamilan). Berat
menyumbang sebesar 51% sebagai
1
penyebab kematian neonatal di dunia.
sehingga daya pengembangan paru
Salah satu masalah pada bayi dengan
(compliance) menurun 25% dari normal,
berat badan lahir rendah preterm yaitu
pernafasan
sindrom
RDS
intrapulmonal meningkat dan terjadi
( Respiratory distress syndrome) atau
hipoksemia berat, hipoventilasi yang
disebut juga Hyaline membrane disease
menyebabkan
merupakan hasil dari ketidakmaturan
Asidosis yang tidak terkompensasi akan
dari paru-paru dimana terjadi gangguan
menyebabkan depresi sistem saraf pusat
pertukaran gas. Berdasarkan perkiraan
dan mengakibatkan gagal nafas dan
30
kematian.
distres
%
dari
respirasi.
kematian
neonatus
menjadi
berat,
asidosis
respiratorik.
diakibatkan oleh RDS atau komplikasi
Telah
yang dihasilkannya (Behrman, 2004 di
mengandung 90% fosfolipid dan 10%
dalam
protein
Leifer
2007).
Sindrom
ini
diketahui
shunting
,
bahwa
lipoprotein
ini
surfaktan
berfungsi
merupakan penyebab terbanyak angka
menurunkan tegangan permukaan dan
kesakitan dan kematian pada bayi
menjaga
BBLR (Bayi Berat Lahir Rendah) di
mengembang.
dunia.
paru-paru nampak tidak berisi udara dan
Menurut
Ilyas,dkk
agar
alveoli
Secara
tetap
makroskopik,
(1994),dan berwarna kemerahan seperti hati. Oleh
Winkjosastro (2005) bayi dengan berat
sebab
badan lahir rendah dibagi menjadi dua
tekanan pembukaan yang tinggi untuk
golongan, yaitu prematuritas murni dan
mengembang. Secara histologi, adanya
dismaturitas.
atelektasis yang luas dari rongga udara
Faktor-faktor
yang
itu
paru-paru
memerlukan
memudahkan terjadinya RDS pada bayi bahagian distal menyebabkan edema prematur disebabkan oleh alveoli masih
interstisial dan kongesti dinding alveoli
kecil sehingga kesulitan berkembang,
sehingga menyebabkan desquamasi dari
pengembangan kurang sempurna karena
epithel sel alveoli type II. Dilatasi
dinding thorax masih lemah, produksi
duktus alveoli, tetapi alveoli menjadi
surfaktan
tertarik
kurang
sempurna.
karena
adanya
defisiensi
Kekurangan surfaktan mengakibatkan
surfaktan ini. Tindakan pencegahan
kolaps pada alveolus sehingga paru-paru
yang harus dilakukan untuk mencegah
menjadi
tersebut
komplikasi pada bayi resiko tinggi
menyebabkan perubahan fisiologi paru
adalah mencegah terjadinya kelahiran
kaku.
Hal
2
prematur, mencegah tindakan seksio
ruang
sesarea
Jombang tahun 2017”.
yang
indikasi
tidak
sesuai
medis,
manajemen
dengan
Paviliun
Anggrek
RSUD
melaksanakan
yang
tepat
terhadap
TUJUAN PENELITIAN
kehamilan dan kelahiran bayi resiko
Mengidentifikasi BBLR (Bayi Berat
tinggi. Tindakan yang efektif utntuk
Lahir Rendah) di Paviliun Anggrek di
mencegah
RDS
Paviliun
kelahiran
<
adalah bulan
mencegah (premature),
Anggrek
RSUD
Jombang
tahun 2017.
mencegah tindakan seksio sesarea yang
Mengidentifikasi
tidak sesuai dengan indikasi medis,
(respiratory
management yang tepat, pengendalian
Paviliun Anggrek
kadar gula darah ibu hamil yang
tahun 2017.
memiliki
optimalisasi
Menganalisis hubungan BBLR (Bayi
kesehatan ibu hamil, kortikosteroid pada
Berat Lahir Rendah) dengan kejadian
kehamilan
yang
RDS (respiratory distress syndrome) di
mengancam, pemberian steroid, cek
Paviliun Anggrek di RSUD Jombang
kematangan paru. Secara tinjauan kasus,
tahun 2017.
di
riwayat
DM,
kurang
negara-negara
bulan
Eropa
surfaktan,
distress
RDS
syndrome)
di
RSUD Jombang
sebelum
pemberian rutin antenatal steroid dan postnatal
kejadian
angka
Desain Penelitian adalah sesuatu
kejadian RDS 2-3%, di USA 1,72% dari
yang sangat penting dalam penelitian,
kelahiran bayi hidup periode 1986-1987.
yang
Sedangkan jaman modern sekarang ini
kontrol beberapa faktor yang bisa
dari pelayanan NICU turun menjadi 1%.
mempengaruhi akurasi hasil (Nursalam,
Berdasarkan
2011). Desain penelitian ini adalah
latar
terdapat
METODE PENELITIAN
belakang
dan
memungkinkan
kenyataan tersebut maka peneliti tertarik
observasi
untuk melakukan penelitian di Rumah
rancang bangun korelasional atau survey
Sakit Umum Daerah Jombang, dengan
analitik. Pendekatan yang digunakan
judul “Hubungan BBLR (Bayi Berat
adalah retrospectif yaitu : mempelajari
Lahir Rendah) dengan kejadian RDS
dinamika
( Respiratory
distress
syndrome)
di pendekatan,
non
pemaksimalan
eksperimen
korelasi
dengan
observasi
pengumpulan data
dengan
dimana
cara atau
variabel
3
independentnya
dan
dependentnya
membandingkan
p-value
(nilai
diukur waktu lampau. (Notoadmodjo, probabilitas) < (standar signifikan) : 0,05 2010).
pada taraf signifikan maka hubungan
Variabel
independent
(bebas)
dikatakan signifikan, dengan demikian
menjadi
dapat disimpulkan H0 ditolak dan H1
penyebab perubahan atau timbulnya
diterima (Sugiyono, 2011). Uji statistik
variabel terikat. Dalam penelitian ini
Spearman Rho bisa juga menggunakan
variabel bebasnya adalah BBLR (Bayi
komputerisasi program SPSS (Statistic
berat lahir rendah).
Product Service Solution) for window
Variabel dependent merupakan variabel
release 17.
merupakan
variabel
yang
yang dipengaruhi atau menjadi akibat variabel bebas. Dalam penelitian ini variabel terikat/ tergantungnya adalah Kejadian RDS ( Respiratory distress syndrome). Analisa
univariate bertujuan
untuk
HASIL PENELITIAN Frekuensi karakteristik responden berdasarkan
BBLR
di
RSUD
Kabupaten Jombang, pada bulan Januari-April 2017 No.
BBLR
Frekuensi
%
1.
BBLR
12
34.3
yaitu hubungan BBLR ( Bayi Berat
2.
BBLSR
16
45.7
Lahir Rendah) dengan kejadian RDS
3.
BBLASR
7
20.0
Jumlah
35
100.0
menjelaskan
atau
mendeskripsikan
karakteristik setiap variabel penelitian
( Respiratory Distress Syndrome) di Paviliun Anggrek RSUD Jombang pada bulan
Januari-April
tahun
2017.
(Notoatmodjo, 2011: 182)
Sumber: data primer, 2017 Tabel 1 distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan Bayi Berat Lahir
dilakukan
Rendah hampir setengah yaitu dengan
terhadap dua variabel yang diduga
kriteria BBLSR yaitu sebanyak 16
berhubungan
responden
Analisis
bevariate
yang
atau
berkorelasi
(45,7
%)
dan
BBLR
(Notoatmodjo, 2010). Untuk mengetahui
sebanyak 12 responden (34,3%) dan
hubungan
sebagian kecil BBLASR yaitu sebanyak
antara
kedua
variabel
dilakukan pengujian hipotesis melalui
7 responden (20 %).
uji spearman rho. Untuk melihat adanya
Frekuensi karakteristik responden
korelasi
berdasarkan kejadian RDS di RSUD
dilakukan
dengan
4
Kabupaten Jombang, pada bulan
mengalami RDS sebanyak 21 responden
Januari-April 2017
(60%) dan
No.
RDS
Frekuensi
hampir
setengah
pada
klasifikasi
BBLSR yaitu 10 responden (28,6 %),
1. Mengalami
21
RDS 2.
%
yang mengalami RDS
60.0
sebagian
kecil
BBLASR
yaitu
7
responden (20%) dan BBLR yaitu 4
Tidak Mengalami
14
40.0
responden
(11,4%)
sebagian
RDS
kecil
,
sedangkan
bayi
yang
tidak
mengalami RDS yaitu pada klasifikasi Jumlah
35
100.0
Sumber: data primer, 2017
BBLR 8 responden (22,8%) dan BBLSR 6 responden (17,2%).
Tabel 2 distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan kejadian RDS yaitu sebagian besar
dengan kriteria
mengalami RDS yaitu 21 responden (60 %) dan hampir setengahnya
tidak
mengalami RDS sebanyak 14 responden (40 %).
ANALISIS DATA Hasil uji spearman rho hubungan BBLR
(Bayi
Rendah)terhadap
Berat
Lahir
kejadian
RDS
(respiratory distress syndrome)
di
paviliun anggrek di RSUD Jombang
Tabulasi
silang
BBLR
dengan
tahun 2017
kejadian RDS di RSUD Kabupaten Jombang, pada bulan Januari-April
Korelasi
2017
0,485
RDS Meng
BBLR
alami
Koefisien
p-value
Standar
Keterangan
signifikan
0,003
0,05
H1 diterima
Sumber: data primer, 2017 Total
Tidak mengalami RDS
RDS
Berdasarkan uji statistik spearman rho diperoleh nilai korelasi 0,485 dengan
N
%
N
%
N
%
BBLR
4
11,4
8
22,8
12
34.3
BBLSR
10
28,6
6
17,2
16
45,7
BBLASR
7
20
0
0
7
20
0,05), maka H1 diterima yang berarti ada
Jumlah
21
14
40
35
100
hubungan BBLR (Bayi Berat Lahir
60
nilai probabilitas (p-value) 0,003 jauh lebih kecil dari standart signifikan ( =
Sumber: data primer, 2017
Rendah)
Dari tabel 3 di atas menunjukkan
( Respiratory Distress Syndrome) di
sebagian
Paviliun
besar
kategori
BBLR
terhadap
Anggrek
kejadian
RSUD
RDS
Jombang
5
bulan Januari- april tahun 2017 yang
hampir setengah ibu responden adalah
signifikan dengan tingkat hubungan
SMP sebanyak 14 orang (40%) dan
kedua
sedang
sebagian kecil Perguruan Tinggi 4 orang
dikarenakan nilai korelasinya (0,485)
(4%), berdasarkan pekerjaan ibu dengan
masuk
menurut
urutan hampir setengah yaitu IRT
Sugiyono (2011), yaitu 0,400-0,599
sebanyak 13 orang (37,1) dan Tani
kategori sedang.
sebanyak 12 orang (34,3%), sedangkan
variabel
angka
kategori
interpretasi
sebagian kecil pekerjaan ibu responden PEMBAHASAN
adalah
BBLR (Bayi Berat Lahir Rendah)
wiraswasta
Dari uraian diatas bahwa sebagian besar
responden
BBLSR,
hal
BBLR ini
kategori
memerlukan
penanganan yang serius karena sangat
pegawai
swasta,
yaitu
PNS
dan
masing-masing
sebanyak 6 orang (17,1%), 3 orang (8,6%) dan 1 orang(2,9 %). Adapun faktor
-
faktor
terhadap
sosial
erat kaitannya dengan mortalitas dan pendidikan
yang
berpengaruh
ekonomi
dan
yaitu
pekerjaan
ibu
morbiditas, sehingga akan menghambat
(Yakubavich 1998). Pendidikan secara
pertumbuhan
dan
tidak langsung akan mempengaruhi
kognitif
penyakit
serta
perkembangan kronis
di
kemudian hari. BBLR kemungkinan besar
dikarenakan
usia
ibu,
hasil
suatu
kehamilan
khususnya
terhadap kejadian bayi dengan berat
yang badan lahir rendah. Hal ini dikaitkan
sebagian besar responden berumur > 35
dengan
pengetahuan
Tahun. Hal ini sesuai teori menurut
memelihara kondisi kehamilan serta
Depkes (2011), yang menyatakan usia
upaya
mendapatkan
untuk reproduksi optimal bagi seorang pemeriksaan
ibu
dalam
pelayanan
kesehatan
selama
ibu adalah antara umur 20-35 tahun
kehamilan.
(Depkes, 2011). Dari uraian bahwa
dihubungkan dengan peranan seorang
organ reproduksi pada usia > 35 tahun
ibu
sudah tidak berfungsi secara optimal
tambahan di luar pekerjaan rumah
yang akan mempengaruhi pertumbuhan
tangga
yang
dipengaruhi
oleh
tingkat
pendidikan ibu, karakteristik pendidikan
fisik
mempunyai
dalam
intrauterin. Bisa juga kejadian BBLR pendapatan bisa
Pekerjaan
dan
upaya
banyak
pekerjaan
meningkatkan
keluarga.
Pendapatan
merupakan faktor- faktor yang paling menentukan
kualitas
dan
kuantitas
6
hidangan, semakin banyak memperoleh
sering terjadi adalah gangguan pada
uang berarti semakin banyak berarti
sistem pernafasan, susunan saraf pusat,
semakin baik makanan yang diperoleh
kardiovaskular,
(syafiq et al,. 2010). Riwayat persalinan
gastrointerstinal, ginjal, termoregulasi
terdahulu, riwayat obstetri dan riwayat
(Maryunani, dkk, 2009). Penatalaksanaan
penyakit ibu dalam penelitian ini tidak
yang dapat dilakukan pada bayi BBLR
mempengaruhi kejadian BBLR (Bayi
yaitu dengan menerapkan beberapa
Berat
metode Developemntal care yaitu :
Lahir
sebagai
Rendah)
berikut
:
dengan
data
Karakteristik
Pemberian
hematologi,
posisi, Minimalhandling
responden berdasarkan riwayat penyakit
( Dukungan Respirasi, Termoregulasi,
obstetri
Perlindungan terhadap infeksi, hidrasi,
ibu
responden
hampir
seluruhnya tidak ada riwayat sebanyak
nutrisi dan PMK).
32 orang (91,4%) dan sebagian kecil
RDS (Respiratory Distress Syndrome)
mempunyai riwayat gemeli yaitu 3
Sindrom
gawat
nafas
atau
orang (8,6%). Karakteristik riwayat Respiratory Distress Syndrome (RDS) persalinan
terdahulu
ibu
responden pada neonatus, dimana suatu membran
adalah sebagian besar belum pernah
yang tersusun atas protein dan sel-sel
melahirkan 21 orang (60%) dan hampir
mati melapisi alveoli (kantung udara
setengah riwayat persalinan terdahulu
tipis
SC yaitu 13 orang (37,1%) sedangkan
membuat kesulitan untuk terjadinya
dalam
paru-paru)
sehingga
sebagian kecil adalah persalinan normal pertukaran gas (Anik, 2009). RDS 1 orang (2.9%). Karakteristik riwayat
(Respiratory
Distress
Syndrome
penyakit ibu responden sebelumnya
merupakan hasil dari ketidak maturan
sebagian besar adalah tidak ada riwayat
dari paru-paru dimana terjadi gangguan
26 orang (74,3%) dan sebagian kecil pertukaran gas. Berdasarkan perkiraan mempunyai riwayat hipertensi 2 orang
30
%
dari
kematian
neonatus
(5,7%) dan DM 7 orang (20%).
diakibatkan oleh RDS atau komplikasi
Masalah yang dapat terjadi pada bayi
yang dihasilkannya (Behrman, 2004
dengan berat badan lahir rendah (BBLR)
didalam Leifer 2007).
terutama pada prematur terjadi karena
Dari uraian diatas didapatkan yang
ketidakmatangan sistem organ pada bayi
mengalami RDS pada kategori umur
tersebut. Masalah pada BBLR yang
hampir setengah > 35 yaitu 9 orang (26
7
%) sedangkan sebagian kecil <20 tahun
Tindakan
pencegahan
yang
harus
sebanyak 7 orang (20 %) dan umur 20-
dilakukan untuk mencegah komplikasi
35 tahun sebanyak 5 orang (14 %), pada bayi resiko tinggi adalah mencegah kejadian ini bisa dikaitkan dengan
terjadinya
semakin
lahir
mencegah tindakan seksio sesarea yang
semakin tinggi resiko terjadi RDS maka
tidak sesuai dengan indikasi medis,
hal itu bisa dipengaruhi oleh umur ibu
melaksanakan manajemen yang tepat
responden >35 tahun karena organ
terhadap kehamilan dan kelahiran bayi
reproduksi sudah tidak optimal. Dari
resiko tinggi. Tindakan yang efektif
data umum ini juga diperoleh bahwa
untuk
tingkat
Mencegah
rendah
berat
pendidikan
badan
dan
pekerjaan
kelahiran
mencegah
prematur,
RDS
kelahiran
adalah:
<
bulan
mempengaruhi kejadian RDS karena
(premature), Mencegah tindakan seksio
sesuai dengan teori yang sama pada
sesarea
BBLR semakin tinggi pendidikan dan
indikasi medis, Management yang tepat,
semakin pekerjaan
tinggi akan
yang
tidak
sesuai
dengan
pendapatan
dari
Pengendalian kadar gula darah ibu hamil
semakin
baik
yang
memiliki
riwayat
kesehatan
DM,
kesejahteraan hidup sehingga untuk
Optimalisasi
ibu
hamil,
memperoleh kualitas asupan gizi akan
Kortikosteroid pada kehamilan kurang
semakin baik. Pada riwayat persalinan bulan yang mengancam. didapatkan hampir setengah
riwayat
Hubungan BBLR (Bayi Berat Lahir
persalinan SC sebanyak 13 orang (37,1
Rendah) Terhadap Kejadian RDS
%), Factor resiko terjadinya RDS
(Respiratory Distress Syndrome)
(Respiratory distress syndrome )adalah
Menurut
jurnal
reading
wahyu
premature, asfiksia perinatal, ibu dengan febrianto,2016 tentang ” The Role of DM (Diabetes Millitus) dan secsio
Lung
Ultrasound
sesaria. Tapi dalam penelitian ini untuk
Respiratory
in
Diagnosis
of
Distress
Syndrome
in
faktor resiko riwayat penyakit dan Newborn Infants” Respiratory Distress riwayat obstetri tidak mempengaruhi,
Syndrome ( RDS ) adalah salah satu
yaitu lebih dari setengah tidak ada penyebab paling umum dari gagal napas riwayat obstetri sebanyak 20 orang (57
dan
kematian
pada
neonatal
.
%) dan tidak ada riwayat penyakit
Patogenesis yang mendasari penyakit
dahulu sebanyak 18 orang (51,4 %).
ini
adalah imaturitas perkembangan
8
paru-paru
, yang menyebabkan tidak
Dari uraian diatas responden dengan
terbentuknya surfaktan pada paru .
klasifikasi BBLR (Bayi Berat Lahir
Dengan meningkatnya usia kehamilan
Rendah) sebagian kecil mengalami RDS
dan berat badan lahir yang cukup , risiko
(Respiratory Distress Sindrome) yaitu 4
terjadinya
dapat
responden dan yang tidak mengalami
menurun. Berdasarkan usia kehamilan,
RDS (Respiratory Distress Sindrome)
Insiden terjadinya RDS neonatal adalah
sebanyak 8 responden (22,8%), hal ini
80 % pada bayi yang lahir saat usia
menunjukkan bahwa klasifikasi BBLR
kehamilan < 28 minggu , 60 % saat usia
(1.500 gram-2500 gram), sedangkan
kehamilan 29 minggu , 15-30 % pada
dalam
usia kehamilan 32-34 minggu , dan
setengah responden yang mengalami
menurun sampai 5 % pada 35-36
RDS yaitu 10 responden (28,6 %) dan
minggu . Berdasarkan berat badan lahir,
sebagian kecil tidak mengalami RDS
tingkat
yaitu
RDS
kejadian
neonatal
RDS
neonatal
klasifikasi
6
responden
diperkirakan 80 % untuk bayi dengan penelitian
ini
BBLSR
hampir
(17,2%)
banyak
yang
dalam tidak
berat badan saat lahir < 750g dan 55 %
mengalami RDS, secara umum bayi
untuk bayi dengan berat badan saat lahir
BBLR ini berhubungan dengan usia
750-1000g.
kehamilan yang belum cukup bulan
Namun
,
dalam
perkembangannya , dengan adanya
(premature)
terapi kortikosteroid saat antenatal dan
disebabkan dismaturitas. Dalam hal ini
ruang bersalin yang kondusif untuk produksi
disamping
surfaktan
itu
masih
juga
sedikit
terbentuknya surfaktan paru , kejadian
(defisiensi surfaktan). Komponen utama
RDS neonatal
tipikal maupun berat
surfaktan adalah lesitin, yang terdiri dari
pada bayi prematur dapat diturunkan.
cytidine diphosphate cholin (C.D.P
Kewaspadaan yang cukup terhadap
cholin)
RDS telah membuat
etanolamine
sering
ditegakkan
diagnosis lebih
phosphatidyldimethy (P.M.D.E),
surfaktan
neonatus.
diproduksi oleh sel ponemosit tipe II
Bouziri Et al menemukan bahwa RDS
yang dimulai tumbuh pada gestasi 22-24
menyumbang
kasus
minggu, mulai aktif pada gestasi 24-26
gangguan pernapasan dalam jangka
minggu, surfaktan mulai berfungsi pada
waktu atau jangka dekat bayi.
masa gestasi 32-36 minggu. Pada kategori
6,8
pada
dan
%
dari
BBLSR
seluruh
responden
yang
9
berjumlah 7 responden mengalami RDS.
yang sering terlihat pada bayi prematur
Berdasarkan usia kehamilan,
yang bertahan hidup hingga dewasa
Insiden
terjadinya RDS neonatal adalah 80 %
adalah
bronchopulmonary
dysplasia
pada bayi yang lahir saat usia kehamilan <
(BPD), peningkatan risiko bayi mati
28 minggu , 60 % saat usia kehamilan 29
mendadak, dan gangguan pendengaran
minggu , 15-30 % pada usia kehamilan
dan
penglihatan.
Gangguan
32-34 minggu , dan menurun sampai 5 % perkembangan syaraf juga meningkat pada 35-36 minggu . Berdasarkan berat badan lahir,
seriring
dengan
tingkat kejadian RDS kehamilan
rendahnya
pada
saat
usia
persalinan.
neonatal diperkirakan 80 % untuk bayi
Gangguan jangka panjang yang terjadi
dengan berat badan saat lahir < 750g dan
antara lain
55 % untuk bayi dengan berat badan saat
kognitif,
lahir 750-1000g. Hal ini bisa disebabkan
sensori, dan masalah psikologi dan
pada Bayi ektremely premature (berat sikap,
gangguan kemampuan
defisit
motoris,
gangguan
pencegahan/preventif
adalah
badan lahir amat sangat rendah) mungkin
langkah yang penting. Dan hal-hal yang
dapat berlanjut apnea, dan atau hipotermi.
dapat
Pada Respirasi Dystress Syndroma yang
Meningkatkan pemeriksaan kehamilan
tanpa komplikasi maka surfaktan akan
secara berkala minimal 4 kali selama
tampak kembali dalam paru pada umur
kurun kehamilan dan dimulai sejak
36-48 jam. Gejala dapat memburuk secara
umur kehamilan muda. Ibu hamil yang
bertahap pada
24-36
jam
dilakukan
diantaranya
:
pertama. diduga berisiko, terutama faktor risiko
selainjutnya bila kondisi stabil dalam 24
yang mengarah melahirkan bayi BBLR
jam maka akan membaik dalam 60-72.
harus cepat dilaporkan, dipantau dan
Risiko
dirujuk
dirawat
di
rumah
sakit
meningkat seiring dengan rendahnya
pada
kesehatan
usia kehamilan saat lahir. Penyebab penyuluhan
institusi
yang
lebih
kesehatan
pelayanan mampu, tentang
yang paling sering adalah gangguan pertumbuhan dan perkembangan janin pernapasan seperti infeksi pernapasan
dalam rahim, tanda-tanda bahaya selama
oleh
gangguan
kehamilan dan perawatan diri selama
refluks
kehamilan agar mereka dapat menjaga
virus,
asma,
dan
pencernaan
seperti
gastroesofagus
dan
gastroenteritis.
Sedangkan permasalahan kronis lainnya
kesehatanya
dan
janin
dalam
kandunganya dengan baik.
10
akhir melakukan tindakan pencegahan
KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini dibahas kesimpulan yang menjawab tujuan penelitian dan saran sesuai dengan kesimpulan
terjadinya BBLR. Bagi Penolong Persalinan
Diharapkan hasil penelitian dapat sebagai bahan intervensi lanjut terhadap
Kesimpulan
Responden berdasarkan Bayi Berat
BBLR (Bayi Berat Lahir Rendah) yang
Lahir Rendah yaitu hampir setengah beresiko. dengan kriteria BBLSR yaitu sebanyak 16 bayi (45,7 %)
Bagi Rumah Sakit
Diharapkan hasil penelitian dapat
Responden berdasarkan kejadian RDS
digunakan sebagai bahan masukan dan
yaitu sebagian besar
ilmu
dengan kriteria
pengetahuan
untuk
membuat
RDS yaitu 21 bayi (60 %)
intervensi penatalaksanaan pada bayi
Ada hubungan BBLR (Bayi Berat Lahir
yang
Rendah)
Syndrome).
terhadap
kejadian
RDS
( Respiratory Distress Syndrome) di Paviliun bulan
Anggrek
RSUD
Januari-April
Jombang
tahun
RDS
( Respiratory
Distress
Bagi Peneliti
Dapat menambah pengetahuan dan
2017, pengalaman
yang
nyata
tentang
dikarenakan p-value. (0,003) < (standar
hubungan BBLR (Bayi Berat Lahir
signifikan) : 0,05
Rendah)
dengan
kejadian
RDS
( Respiratory Distress Syndrome) dan Saran
sebagai acuan untuk menerapkan teori
Bagi Pasien
yang diperoleh dalam bentuk nyata.
Diharapkan hasil penelitian ini dapat
Bagi Institusi Pendidikan
sebagai peningkatan wawasan suami
Dapat digunakan sebagai sumber
istri tentang program kehamilan pada
untuk pengembangan khasanah ilmu
usia resiko, sehingga dengan demikian pengetahuan penelitian selanjutnya, dan pasangan suami istri paham yang pada
menambah
referensi
sumber
teori
ataupun penatalaksanaan.
11
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik . Jakarta Rineka Cipta. Anita ,2013.Asuhan Keperawatan Bayi Berat Lahir Rendah (http://askep poltekesjyp.blogspot.co.id/2013/07/askep-bblr.html) diakses 1 april 2017 Nurhanifah, Tamad. (2011). Hubungan Berat Badan Rendah dengan Kejadian Sindrom Distress Respirasi Pada Bayi di RSUD Prof. Margono Soekarjo. Mandala of Health. Vel. 5. No. 2. Sugiyono (2011). Metode penelitian kuntitatif kualitatif dan R&D. Alfabeta UNICEF, WHO. (2013). Low Birth Weight : Country, Regional and Global Estimate. New York : Unicep. WHO. Wong Dona, L. (2008). Buku Aja Keperawatan. Pediat rik Wong I Edisi. 6. Penerbit Buku Kedokteran : EGC. Wiknjosastro, Hanifa. (2010). Ilmu Kebidanan. Edisi Ketiga. Jakarta : YBP-SP. Wahyu Febrianto, dkk (2016). The Role of Lung Ultrasound in Diagnosis of Respiratory Distress Syndrome in Newborn Infants. Jurnal Reading Laboratorium Instalasi Radiologi Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya .
12