INTELEGENSI DALAM MEMPENGARUHI BELAJAR
Belajar merupakan proses dari sesuatu yang belum bisa menjadi bisa, dari perilaku lama ke perilaku baru, dari pemahaman lama ke pemahaman baru. Faktor – faktor belajar adalah peristiwa belajar yang terjadi pada diri pembelajar, yang dapat diamati dari perbedaan perilaku sebelum dan sesudah berada didalam proses belajar, sebab dalam makna belajar adalah adanya perubahan perilaku seseorang kearah yang lebih baik dalam melaksanakan pembelajaran. Prestasi belajar di sekolah sangat dipengaruhi oleh kemampuan umum kita yang diukur oleh IQ, IQ yang tinggi meramalkan sukses terhadap prestasi belajar. Namun IQ yang yang tinggi tinggi ternya ternyata ta tidak tidak menjam menjamin in sukse suksess di masyar masyaraka akat. t. Rapor Rapor yang yang identi identik k dengan dengan prestasi belajar tak dapat dijadikan ukuran kecerdasan atau IQ anak. Sering terjadi, anak yang IQnya pas-pasan, nilai rapornya justru lebih bagus. Mengapa? Tampaknya ada faktor X yang mempen mempengar garuhi uhi presta prestasi si belaja belajar. r. IQ itu hanya hanya salah salah satu satu penent penentu u keberh keberhasi asilan lan belaja belajar. r. Sedangkan rapor yang bagus dipengaruhi banyak faktor. Faktor dari dalam, misalnya berupa kesehatan badan. Anak yang sehat dan kenyang, akan mudah belajar daripada yang kurang makan.
Intelegensi adalah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis yaitu kecakapan untuk
mengha menghadap dapii dan menyes menyesuai uaikan kan ke dalam dalam situas situasii yang yang baru baru dengan dengan cepat cepat dan efekti efektif, f, mengetahui atau menggunakan konsep – konsep yang abstrak secara efektif, mengetahui relasi relasi dan mempel mempelajar ajariny inyaa dengan dengan cepat. cepat. Pada Pada umumny umumnyaa kecerd kecerdasa asan n diarti diartikan kan sebaga sebagaii kemempuan kemempuan psiko-fisik psiko-fisik dalam mereaksikan mereaksikan rangsaganan rangsaganan atau menyesuaik menyesuaikan an diri dengan dengan lingkungan melalui cara yang tepat. Dengan dmikian, kecerdasan bukan hanya berkaitan dengan dengan kualit kualitas as otak otak saja, saja, tetapi tetapi juga juga organorgan-org organ an tubuh tubuh lainny lainnya. a. Namun Namun bila bila dikait dikaitkan kan dengan kecerdasan, tentunya otak merupakan organ yang penting dibandingkan organ yang lain, lain, karena karena fungsi fungsi otak otak itu sebaga sebagaii organ organ pengen pengendal dalii terting tertinggi gi (execu (executiv tivee contro control) l) dari dari hamper seluruh aktivitas manusia.
Semakin tinggi inteligensi seorang individu, semakin besar peluang individu tersebut meraih sukses dalam belajar. Sebaliknya, semakin rendah tingkat intelegensi individu, semakin sulit individu itu mencapai kesuksesan belajar. Oleh karena itu, perlu bimbingan belajar dari orang lain, seperti guru, orang tua, dan lain sebagainya. Sebagai factor psikologis yang penting dalam mencapai kesuksesan belajar, maka pengetahuan dan pemahaman tentang kecerdasan perlu dimiliki oleh setiap calon guru professional, sehingga mereka dapat memahami tingakat kecerdasannya. Kalau seorang murid mempunyai tingkat kecerdasan normal atau diatas normal maka secara potensial dapat mencapai prestasi yang tinggi. Namun dalam kenyataan kadang-kadang kita menjumpai murid yang mempunyai tingkat kecerdasan diatas normal tetapi prestasi belajarnya rendah sekali bahkan ada yang gagal sama sekali. Para ahli membagi tingkatan IQ bermacam-macam, salah satunya adalah penggolongan tingkat IQ berdasarkan tes Stanford-Biner yang telah direvisi oleh Terman dan Merill sebagai berikut ((Fudyartanto 2002). Distribusi Kecerdasan IQ menurut Stanford Revision Tingkat kecerdasan (IQ)
Klasifikasi
140 – 169
Amat superior
120 – 139
Superior
110 – 119
Rata-rata tinggi
90 – 109
Rata-rata
80 – 89
Rata-rata rendah
70 – 79
Batas lemah mental
20 — 69
Lemah mental
Dari table tersebut, dapat diketahui ada 7 penggolongan tingkat kecerdasan manusia, yaitu: A.
Kelompok kecerdasan amat superior (very superior) merentang antara IQ 140—IQ 169;
B. Kelompok kecerdasan superior merenytang anatara IQ 120—IQ 139; C. Kelompok rata-rata tinggi (high average) menrentang anatara IQ 110—IQ 119; D. Kelompok rata-rata (average) merentang antara IQ 90—IQ 109; E. Kelompok rata-rata rendah (low average) merentang antara IQ 80—IQ 89; F. Kelompok batas lemah mental (borderline defective) berada pada IQ 70—IQ 79; G. Kelompok kecerdasan lemah mental (mentally defective) berada pada IQ 20—IQ 69, yang termasuk dalam kecerdasan tingkat ini antara lain debil, imbisil, idiot. Pemahaman tentang tingkat kecerdasan individu dapat diperoleh oleh orang tua dan guru atau pihak-pihak yang berkepentingan melalui konsultasi dengan psikolog atau psikiater. Sehingga dapat diketahui anak didik berada pada tingkat kecerdasan yang mana, amat superior, superior, rata-rata, atau mungkin malah lemah mental. Informasi tentang taraf kecerdasan seseorang merupakan hal yang sangat berharga untuk memprediksi kamampuan belajar seseorang. Pemahaman terhadap tingkat kecerdasan peserta didik akan membantu mengarahkan dan merencanakan bantuan yang akan diberikan kepada siswa.
Peran Intelegensi terhadap prestasi belajar adalah masalah dimensionalitas intelegensi dalam prestasi pada pendidikan di sekolah. Dengan demikian banyak dari kalangan ilmuan meneliti seberapa besar pengaruh intelegensi terhadap prestasi belajar khususnya di sekolah, akan tetapi disini penulis ingin mengulas sedikit dari para pendapat ilmuan tentang hubungn kreativitas dan intelegensi terhadap pengaruh prestasi sekolah dengan menyibukan bagaimana implikasinya terhadap pendidikan. •
Torrance (1959). Gatzels & Jackson (1962). Dari Yamamoto (1964) : Kelompok siswa yang kreativitasnya tinggi tidak berbeda dalam prestasi sekolah dari kelompok siswa yang intelegensinya relative lebih tinggi.
•
Torrance (1959) :
Dari hasil hipotesis menyatakan bahwa daya imajinasi, rasa ingin tahu dan orsinalitas dari subyek yang kreativitasnya tinggi dapat mengimbangi kekurangan dalam daya ingatan dan factor-faktor lain yang diukur oleh tes intelegensi. •
Utami Munandar (1977) : Terhadap siswa SD dan SMP menunjukan bahwa kreativitas sama absahnya seperti intelegensi sebagai predictor prestasi sekolah. Jika efek intelegensi dieliminasi, hubungan antara kreativitas dan prestasi sekolah tetap substansial. Adapun kombinasi dari intelegensi dan kreativitas lebih efektif sebagai predictor prestasi sekolah daripada masing-masing ukuran sendiri.
•
Milgram (1990) : Menekankan bahwa intelegensi atau IQ semata-mata tidak meramalkan kreativitas dalam kehidupan nyata, demikian juga dengan tes kreativitas sendiri.
•
Cropley (1994) : True giftednees (keberbakatan sejati) merupakan gabungan antara kemampuan konvensional (ingatan baik, berpikir logis, pengetahuan factual, kecermatan, dsb) dan kemampuan kreatif (menciptakan gagasan, mengenal kemungkinan alternative, melihat kombunasi yang tak terduga, memiliki keberanian dalam mencoba hal yang tidak lazim, dsb)
•
Hofstee (1969) : Hubungan antara intelegensi dan kreativitas adalah sebagai prediktor keberhasilan di sekolah, dengan demikian untuk mengetahui hubungan antara kreativitas, intelegensi dan ingatan dengan prestasi belajar serta bagaimana sumbangan relative masingmasing terhadap keberhasilan di sekolah. Dan ini yang disebut system pendidikan diagnostic terbalik (inverted diagnostic).
Intelegensi orang satu dengan yang lain cenderng berbeda-beda. Hal ini karena beberapa faktor yang mempengaruhinya. Adapun faktor yang mempengaruhi intelegensi antara lain sebagai berikut:
Faktor Bawaan Dimana faktor ini ditentukan oleh sifat yang dibawa sejak lahir. Batas kesanggupan atau kecakapan seseorang dalam memecahkan masalah, antara lain ditentukan oleh faktor bawaan. Oleh karena itu, di dalam satu kelas dapat dijumpai anak yang bodoh, agak pintar. Dan pintar sekali, meskipun mereka menerima pelajaran dan pelatihan yang sama.
Faktor Minat dan Pembawaan yang Khas Dimana minat mengarahkan perbuatan kepada suatu tujuan dan merupakan dorongan bagi perbuatan itu. Dalam diri manusia terdapat dorongan atau motif yang mendorong manusia untuk berinteraksi dengan dunia luar,sehingga apa yang diminati oleh manusia dapat memberikan dorongan untuk berbuat lebih giat dan lebih baik.
Faktor Pembentukan Dimana pembentukan adalah segala keadaan di luar diri seseorang yang mempengaruhi perkembangan intelegensi. Di sini dapat dibedakan antara pembentukan yang direncanakan, seperti dilakukan di sekolah atau pembentukan yang tidak direncanakan, misalnya pengaruh alam sekitarnya.
Faktor Kematangan Dimana tiap organ dalam tubuh manusia mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Setiap organ manusia baik fisik mauapun psikis, dapat dikatakan telah matang, jika ia telah tumbuh atau berkembang hingga mencapai kesanggupan menjalankan fungsinya masing-masing.
Oleh karena itu, tidak diherankan bila anak anak belum mampu mengerjakan atau memecahkan soal soal matematika di kelas empat sekolah dasar, karena soal soal itu masih terlampau sukar bagi anak. Organ tubuhnya dan fungsi jiwanya masih belum matang untuk menyelesaikan soal tersebut dan kematangan berhubungan erat dengan faktor umur.
Faktor Kebebasan Hal ini berarti manusia dapat memilih metode tertentu dalam memecahkan masalah yang dihadapi. Di samping kebebasan memilih metode, juga bebas dalam memilih masalah yang sesuai dengan kebutuhannya.
Kelima faktor diatas saling mempengaruhi dan saling terkait satu dengan yang lainnya. Jadi, untuk menentukan kecerdasan seseorang, tidak dapat hanya berpedoman atau berpatokan kepada salah satu faktor saja.