LAPORAN PRAKTIKUM ILMU PENYAKIT TANAMAN “NEMATODA”
Oleh : Nama
: Annisa Hurrin Ain
NIM
: 155040207111156
Kelompok
: C2
Asisten
: Jeninta Ekesia
JURUSAN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2018
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang
Penyakit pada tanaman disebabkan oleh mikroorganime dari berbagai jenis yang tidak bisa kita lihat dengan menggunakan mata telanjang. Mikroorganisme yang menyebabkan terjadinya penyakit pada tumbuhan adalah jamur, bakteri, virus dan nematoda. Penyebab penyakit pada tanaman yang disebutkan di atas diantaranya adalah Nematoda. Nematoda dapat berperan sebagai hama dan juga sebagai penyakit, dikatakan sebagai hama karena nematoda dapat menyerang tanaman dari permukaan tanah dan digolongkan sebagai penyebab penyakit karena dapat masuk kedalam jaringan pembuluh pada akar tanaman. Nematoda yang menyebabkan penyakit dan kerusakan pada tanaman hampir semuanya hidup didalam tanah, baik yang hidup bebas didalam tanah bagian luar akar dan batang didalam tanah bahkan ada beberapa parasit yang hidupnya bersifat menetap didalam akar dan batang. Konsentrasi hidup nematoda lebih besar terdapat didalam perakaran tumbuhan inang terutama disebabkan oleh laju reproduksinya yang lebih cepat karena tersedianya makanan yang cukup dan tertariknya nematoda oleh zat yang dilepaskan dalam rizosfir awalnya, telur-telur nematoda diletakan pada akar - akar tumbuhan didalam tanah yang kemudian telur. Gejala kerusakan pada akar akibat gigitan nematoda ditandai dengan adanya puru akar atau gall. Luka pada akar yang disebabkan oleh nematode akan membusuk apabila infeksi nematoda tersebut disertai oleh bakteri dan jamur patogen. Gejala kerusakan pada akar biasanya selalu diikuti oleh pertumbuhan tanaman yang lambat dikarenakan terhambatnya penyerapan unsur hara oleh akar yang akhirnya terjadi defisiensi hara seperti daun menguning, layu pada cuaca kering dan panas, sehingga produktifitas dan kuantitas hasil panen menurun.
1.2 Tujuan
Tujuan dari dilakukannya praktikum ini adalah agar mahasiswa dapat mengetahui dan memahami keberadaan nematoda pada beberapa komoditas tanaman yang hidup pada daerah perakaran tanaman.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian nematoda
Nematoda dibagi menjadi dua jenis, yaitu saprophagus dan parasitik. Nematoda saprophagus memakan bakteri dan bahan organik halus dibagi dalam kompos, sedangkan nematoda parasitik menyebabkan kerugian bagi tanaman. Kebanyakan nematoda parasitik tumbuhan memparasitik disekitar akar dan ektoparasitik, tetapi spesies ektoparasitik mayoritas ditemukan di tanah rizosfer (Siddiqi, 1997).
Nematodes are multicellular organisms found in a number of ecosystems. Like protozoa, nematodes commonly live in water or soil pores that contain water. Nematodes can be isolated from the soil by the principle of conducting the soil liquid to a sieve that is smaller in size than the nematode body. Fresh soils containing organic matter and rhizosphere soil usually contain more nematodes than in dry and non-rhizosphere soils (Hussey et al ., 2001). “ Nematoda merupakan organisme multiseluler yang ditemukan di sejumlah ekosistem. Seperti protozoa, nematoda umumnya hidup dilapisan air atau pori tanah yang berisi air. Nematoda dapat diisolasi dari tanah dengan prinsip melakukan cairan tanah ke saringan yang ukuran porinya lebih kecil dari badan nematoda. Tanah segar yang mengandung bahan organik dan tanah rizosfer biasanya mengandung nematoda yang lebih banyak dibandingkan dengan tanah kering dan tanah non-rizosfer.”
2.2 Mekanisme nematoda menginfeksi tanaman
Serangan nematoda menimbulkan gejala yang beragam tergantung pada jenis nematoda, jenis tumbuhan yang terserang dan keaadaan lingkungan (Suryadi, 2006), menurut Anafzhu (2009), nematoda yang menyerang akar akan menimbulkan gejala terutama pada akar, tetapi gejala ini biasanya disertai dan munculnya gejala pada bagian atas tanaman, yaitu berupa gejala tanaman kerdil, daun menguning, dan layu yang berlebihan dalam cuaca panas. Puru akar merupakan ciri khas dari serangan nematoda Meloidogyne spp. Puru akar
tersebut terbentuk karena terjadinya pembelahan sel-sel raksasa pada jaringan tanaman , sel-sel ini membesar dua atau tiga kali dari sel-sel normal. Selanjutnya akar yang terserang akan mati dan mengakibatkan pertumbuhan tanamn terhambat. Respon tanaman terhadap nematoda puru akar merupakan respon dari seluruh bagian tanaman dan respon dari sel-sel tanaman, seluruh bagian tanaman memberikan respon terhadap infeksi dan menurunnya laju fotosintesis, pertumbuhan dan hasil (Pracaya, 2007) . 2.3 Penjelasan mengenai jenis-jenis nematode
Menurut Luc M et al ., (1995) jenis nematoda berdasarkan gejala serangan pada akar yakni : a. Puru akar, gejala ini tampak apabila tanaman terserang nematoda puru akar, yaitu Meloidogyne spp., Naccobus, dan Ditylenhus radicicola. Serangan nematoda tersebut akan membentuk puru pada akar tanaman, seperti pada tanaman kentang, tomat dan jenis tanaman lain. b. Busuk akar/umbi, gejala busuk akar terjadi apabila luka pada akar akibat gigitan/tusukan nematoda terinfeksi organisme lain, yaitu jamur atau bakteri patogen. Gejala ini sering terjadi pada tanaman kentang, yaitu busuk umbi dan akar yang disebabkan oleh Ditylenchus destructor . c. Nekrosis pada permukaan akar, nematoda yang menyerang akar dari luar akan menyebabkan matinya sel-sel dipermukaan jaringan. Keadaan ini selanjutnya akan mengakibatkan terjadinya perubahan warna pada bagian tersebut. Apabila populasi nematoda yang menyerang tinggi dapat menyebabkan matinya sel-sel epidermis, sehingga akar-akar yang masih muda akan berubah warnanya menjadi kekuningan sampai kecoklatcoklatan. Contoh Aphelenchoides parietinus menyerang Cladonia fimbriata (lumut kerak) dan Tylenchuluss semipenetrans menyerang tanaman jeruk. d. Luka pada akar, ini merupakan gejala yang terjadi akibat tusukan/gigitan nematoda pada akar yang menyebabkan luka berukuran kecil sampai sedang. Contohnya luka pada akar pisang yang disebabkan oleh Radopholus similis.
e. Percabangan akar yang berlebihan (excessive root branching), selain menyebabkan luka, serangan nematoda juga kadang-kadang memacu terbentuknya akar-akar kecil disekitar ujung akar. Gejala ini terjadi pada serangan Naccobus dan Trichodorus. 2.4 Penjelasan mengenai bentuk dan bagian-bagian tubuh nematode
Nematoda jantan dewasa berbentuk memanjang bergerak lambat di dalam tanah, panjangnya bervariasi dan maksimum 2 mm kepalanya berlekuk dan panjang stiletnya hampir 2 kali panjang stilet betina (Anafzhu, 2009). Pada cacing jantan terdiri dari satu atau kadang-kadang dua testis tubuler. Secara berturutan setelah testis, vas eferens, vesikulum seminalis (sebagai tempat menyimpan sperma), vas deferens dan terakhir kloaka. Disebelah dorsal kloaka ditemukan kantung spikulum yang biasanya ditemukan 1 atau 2 atau tidak spikula (alat untuk kopulasi). Disekeliling anus ditemukan beberapa papila yang kadang-kadang bertangkai serta susunan berbeda pada setiap jenis cacing. Ekor cacing jantan dapat dibedakan menjadi dua tipe, yaitu yang berupa sayap yang terbentuk dari kutikula sepanjang ekor cacing dan tidak terlalu melebar disebut ala caudal sedangkan yang melebar membentuk bentukan yang disebut bursa (berfungsi untuk memegang cacing betina saat kopulasi (Subagia, 2008). Nematoda betina dewasa berbentuk seperti buah pir bersifat endoparasit yang tidak berpindah (sedentary), mempunyai leher pendek dan tanpa ekor. Panjang lebih dari 0,5 mikron dan lebarnya antara 0,3-0,4 mm, stiletnya lemah dan panjangnya 12 – 15 mm melengkung kearah dorsal, serta mempunyai pangkal knot yang jelas. Sistem reproduksi cacing betina terdiri dari 2 atau 1 ovarium tubuler, berikutnya masing-masing oviduks, uterus (bagian uterus ada yang meluas membentuk Reseptakulum Seminalis yaitu kantung sperma), vagina dan terakhir vulva (Subagia, 2008).
BAB III METODOLOGI 3.1 Alat dan bahan
a. Alat
Corong Bermann : sebagai wadah menyaring tanah
Gelas Beaker
: untuk menampung hasil saringan
b. Bahan
Tanah yang terindikasi serangan nematoda : sampel pengamatan
Aquades
: untuk menjenuhkan tanah
3.2 Cara kerja (Diagram alir)
3.2.1 Metode corong baerman Ambil sampel tanah dari lapangan terindikasi serangan nemtoda
Timbang sampel tanah sebanyak 100 gram Siapkan corong baermann, letakkan saringan dan krtas saring pada corong
Masukkan sampel tanah pada corong baerman
Tambahkan air pada crong hingga tanah menjadi jenuh
Diamkan selama 24 jam
Pipa pada corong dibuka dan air suspensi ditampung pada gelas beker
Suspensi diamati dan dokumentasikan
3.2.2 Metode ilutrasi Sampel tanah dimasukkan pada beaker
Diisi air hingga tersuspensi.
Suspense diaduk agar sista dalam tanah terangkat kepermukaan
kemudian didiamkan beberapa saat hingga tanah mengendap, dan sista serta bahan organik terapung pada permukaan air
Suspense disaring pada saringan 53 μm
Sista yang tertinggal pada saringan dipindahkan pada kertas saringan menggunakan kuas. Amati serta hitung jumlah sista yang teringgal dan d okumentasikan kegiatan
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil praktikum yang didapatkan
Dokumentasi Pribadi
Sista NSE (G. rostochiensis) (Sumber : IMP 1982)
Berdasarkan hasil pengamatan diidentifikasi bahwa jumlah nematoda hanya satu dan hanya merupakan sista. Hal tersebut bisa terjadi karena sampel yang diambil untuk diekstraksi merupakan tanah perakaran bukan akarnya. Karena seperti yang telah banyak dijelaskan di literatur bahwa pada umumnya nematoda adalah parasite, sehingga lebih banyak hidup di dalam tubuh inangnya daripada hidup di dalam tanah. Hanya sebagian kecil nematoda yang bukan merupakan parasit dan hidup di tanah. Namun tidak menutup kemungkinan hasil tersebut dikarenakan kesalalan praktikan dalam melakukan prosedur pengambilan sampel atau dalam identifikasi jenis nematoda.
4.2 Pembahasan umum
Dalam praktikum kali ini, praktikan membuat ekstraksi dari akar tanaman kentang yang diambil dari daerah Sumber Brantas, Kota Batu. Daerah tersebut dikenal sebagai sentral sayur dan memiliki riwayat serangan nematoda sista kentang. Berdasarkan hasil pengamatan, nematoda yang didapat dari ekstraksi tersebut hanya satu jenis, dan bedasarkan hasil pengamatan morfologi nemtoda tersebut adalah genus Globodera. Jenis ini merupakan parasit tanaman dan berperan sebagai hama pada tanaman
pertanian. Jenis atau spesies ini ditemukan dalam jaringan akar dalam keadaan sudah berubah bentuk dari cacing menjadi membulat. Berdasarkan pemantauan Direktorat Perlindungan Hortikultura dan Direktorat Perbenihan Hortikultura pada bulan Maret 2003, serangan NSK pertama kali ditemukan di Indonesia awalnya dilaporkan menyerang tanaman kentang (varietas Granola) di dusun Sumber Brantas, Desa Tulung Rejo, Kecamatan Bumi Aji, Kota Batu, Propinsi Jawa Timur. Luas tanaman terserang diperkirakan mencapai 25% dari luas tanaman kentang yang seluruhnya seluas 800 hektar. Gejala tersebut telah dirasakan sejak tahun sebelumnya. Benih kentang yang ditanam tahun 2002 dilaporkan berasal dari Jerman, tetapi para petani sudah menanam benih impor sejak tahun 1986 (Ditlinhor, 2003). Hal ini sangat merugikan bagi petani kentang karena telur Globodera spp. akan tetap mampu hidup dalam kondisi awet (dorman) di dalam sista (tubuh induk yang sudah mati) sampai lebih dari 30 tahun meskipun dalam kondisi lingkungan yang sub optimal (Winslow dan Willis 1972). Untuk pengendalian telah dilakukan penelitian dan menunjukkan bahwa musuh alami NSK yaitu jamur Verticillium lecanii dan Arthrobotrys sp. memiliki potensi pengendalian NSK pada tanaman kentang (Asandhi 2005).
BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan
Nematoda merupakan
organisme menyerupai
cacing
yang berukuran
mikroskopis. Merupakan parasit yang tinggal di perakaran inangnya. Mampu bertahan dalam tanah selama 30 tahun apabila kondisi tanahnya mendukung. Tektik ekstrasi untuk nematoda yang digunakan dalam praktikum ini adalah teknik Corong Baerman. Hasil pengamatan nematoda didapat bahwa nematoda yang ditemukan adalah nematoda sista kentang. Jenis nematodanya kemugkinan merupakan Globodera spp. dilihat dari sejarah lahannya serta bentuknya. 5.2 Saran
Semoga untuk praktikum selanjutnya dapat berjalan dengan lebih baik
DAFTAR PUSTAKA
A.W.W. Hadisoeganda. 2006. Nematoda Sista Kentang : Kerugian, Deteksi, Biogeografi, dan Pengendalian Nematoda Terpadu. Balai Penelitian Tanaman Sayuran. Bandung Asandhi, A.A. 2005. Beberapa hasil penelitian upaya pengendlaian nematoda sista kuning (Globodera rostochiensis) pada kentang (Solanum tuberosum L.). Makalah disampaikan dalam kajiankajian penanggulangan NSK pada kentang, Malang 22 Sept. 2005. Direktorat Perlindungan Hortikultura. 2003. Nematoda Sista Kuning (NSK), Globodera rostochinensis pada Tanaman Kentang (leaflet). Hussey. R.S & G.J.W. Janssen. 2001. Root-knot Nematodes Meloidogyne species. In. Starr. Luc M. , Sikora R. A. , dan Bridge J. 1995. Nematoda Parasitik Tumbuhan di Pertanian Subtropik dan Tropik. Supratoyo, penerjemah. . terjemahan Dari : Plant Parasitic Nematodos in Subtropical and Tropical Agriculture. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press Pracaya, 2007. Hama dan Penyakit Tanaman. Penebar Swadaya, Jakarta. Subagia, 2008. Hama dan Penyakit Tanaman Edisi Revisi. Penebar Swadaya, Jakarta. Shahidi, F., (1998). Functional Food Products. In Shihamoto, T.; Terao, J. and Osawa, T. eds., Functional Foods for Disease Prevention ll Medicinal Plants and Other Foods. Am. Chem. Soc. Symp. Ser. 702, pp29-49. Winslow, R.D and R.J. Willis. 1972. Nematode disease of potatoes II. Potato cysts nematode, Heterodera rostochiensis. p. 18 – 34. Economic Nematology.. Academic Press. New York.
In J. Webster (ed.).
LAMPIRAN
Timbang tanah sebanyak 100 gram
Sampel tanah yang akan di ekstraksi
Tanah kemudian di jenuhkan dengan aquades
Diarkan hingga mengendap selama 24 jam
Tanah kemudian diletakkan di corong Bearmann
Lakukan pengamatan dan dokumentasikan hasilnya