RMK ETIKA BISNIS KASUS THE GAP DAN BEKERJA UNTUK ELI LILLY & COMPANY Dosen : Dra. Ni Ketut Purnawati, M.S.
Kelompok 3:
Mido Meilyn Br Nababan
(1515351025)
Ni Putu Mitha Pratiwi
(1515351002)
Ni Ketut Sri Wahyuni
(1515351003)
Ni Putu Laksmi Gayatri
(1515351004)
A.A Istri Pranyanita
(1515351005)
Program Studi Akuntansi Non Reguler Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana 2016
1
BAB I
RINGKASAN KASUS 1.1 Kasus 1 : The Gap
Senin, 24 Juli 1995, Stanley Raggio, wakil direktur senior untuk sumber dan logistic internasional The Gap,Inc., membaca The New York Times dan menemukan artikel tentang Gap. Di sana, dalam cerita oleh Bob Herbert, dia melihat atasannya, Donald G.Fisher, dihukum karena melakukan
praktek
sourcing
yang
menjadi
tanggung
jawabnya
(Stan
Raggio).
Ratusan ribu pegawai muda (umunya perempuan) di Amerika Tengah dengan pengahasilan yang sangat minim dan hidup dalam kemiskinan merupakan anugerah mutlak bagi para eksekutif perusahaan seperti Donald G.Fisher, pimpinan eksekutif Gap dan Banana Republic, yang hidup mewah dengan penghasilan lebih dari $2 juta tahun lalu. Judith Viera, seorang gadis 18 tahun, bekerja di pabrik maquiladora di El Salvador yang membuat pakaian untuk Gap dan perusahaan perusahaan lain. Dia memperoleh upah 56 sen per jam. Gap didirikan tahun 1969 saat Donald Fisher dan istrinya Doris, membuka sebuah toko pakaian kecil dekat San Francisco State University. Menjelang tahun 1971, mereka sudah memiliki enam toko Gap. Toko-toko pakaian seperti Gap membeli produk dari pabrik-pabrik Amerika dan seluruh dunia. Sekitar 20.000 kontraktor Amerika, yang sebagian besar mempekerjakan 5 sampai 50 pegawai, mensuplai produk pakaian untuk perusahaan-perusahaan seperti Gap. Industri pakaian di Amerika mengalami tekanan berat dari produk impor karena industry ini padat karya dan ketentuan upah tenaga kerja di negara-negara sedang berkembang sangat rendah, yang dalam hal ini sangat memberatkan upah dan kondisi kerja di Amerika. Diperkirakan bahwa di Cina, upah dalam industry pakaian seper dua puluh upah di Amerika. Satu penelitian dilakukan tahun 1989 oleh General Accounting Office menemukan bahwa dua per tiga dari 7000 toko pakaian New York adalah sweatshop. Pemeriksaan yang dilakukan Departemen Tenaga Kerja di California Selatan menemukan bahwa 93 persen toko yang diperiksa terbukti melakukan pelanggaran peraturan kesehatan dan keselamatan kerja. Gap menjalin kontrak dengan lebih dari 500 produsen di seluruh dunia yang membuat pakaian pakaian private-label menurut spesifikasi Gap. Gap membeli sekitar 30 persen produknya dari produsen Amerika dan 70 persen lainnya dibeli dari perusahaan-perusahaan di 46 negara. Gap menerapkan serangkaian Prinsip dan Pedoman sourcing. Pedoman ini memberikan standar-standar 2
yang harus dipenuhi, yaitu : tidak melakukan diskriminasi dalam bentuk apa pun, tidak menggunakan tenaga kerja paksa atau para narapidana, tidak mempekerjakan anak-anak di bawah 14 tahun, memberikan lingkungan yang aman, memberikan upah minimum atau menurut standar industry lokal, memenuhi semua peraturan lingkungan dan standar-standar lingkungan yang lebih ketat dari Gap, tidak mengancam atau menghukum pegawai saat mereka berusaha mengatur atau melakukan tawar menawar secara kolektif, dan menjungjung tinggi semua hukum dan peraturan setempat. Untuk menjamin bahwa semua criteria tersebut terpenuhi, Gap mengirim Gap Field Representative untuk melaksanakan wawancara dengan calon pemasok Gap sebelum penandatanganan hubungan bisnis. Di antara para pemasok Gap, salah satunya berada di El Salvador dan dioperasikan oleh Mandarin Internasional, sebuah perusahaan Taiwan yang mengoperasikan pabrik asembli di seluruh dunia. Sejumlah masalah muncul di pabrik Mandarin, yang terletak di salah satu zona perdagangan bebas, awal Februari, dan langsung ditanggapi dengan menutup pabrik keesokan harinya. Selanjutnya, komisi darurat dibentuk dan melakukan pertemuan, perusahaan menyetujui untuk mengakhiri masalah tersebut, mengakui serikat pekerja, dan menerima peraturan ketenagakerjaan El Salvador. Namun, beberapa hari kemudian Mandarin memecat lebih dari 150 pekerja yang menjadi anggota serikat pekerja dan pendukungnya. National Labor Relation Committee, sebuah koalisi yang terdiri dari 25 serikat pekerja berencana melakukan kampaye nasional awal musim semi tahun 1995 untuk memprotes kondisi kerja yang dialami para pekerja pabrik pakaian di Karibia dan Amerika Tengah. Mereka memutuskan untuk membentuk serikat pekerja di Mandarin, nilai upah yang sangat minim di wilayah tersebut, serta kondidi kerja di pabrik. Selama musim panas tahun 1995, Natinal Labor Committee berencana membawa dua pekrja maquiladora-Judith Viera, seorang pegawai berusia 18 tahun di Mandarin, dan Claudia Molina, bekas pegawai di Orion Apparel, sebuah maquiladora milik perusahaan Korea di Choloma, Honduras, mengunjungi 20 kota untuk mengkritik Gap dan perusahaan-perusahaan lain dalam konfrensi pers, dan melakukan pertemuan public. Saat konfrensi pers, kedua perempuan ini bersama perwakilan dari National Labor Committee menuduh Gap menutup-nutupi situasi yang terjadi di Mandarin.; mereka secara detail menjelaskan jam kerja yang panj ang dengan upah hanya 56 sen per jam, tentang tindak kekerasan terhadap para pendukung serikat pekerja, pelecehan seksual dari atasan, tidak adanya fasilitas air bersih untuk minum, tidak diizinkan menggunakan kamar kecil, dan dipaksa menyapu halaman pabrik di bawah sengatan matahari sebagai hukuman. Para pejabat serikat pekerja menuntut Gap melakukan investigasi bersama, dengan National Labor 3
Relation Committee, atas situasi di Mandarin, menekan Mandarin untuk memekerjakan kembali para karyawan yang telah dipecat, dan menuntut dilakukan pengawasan dari pihak ketiga untuk memastikan bahwa pedoman Gap telah dilaksanakan.
1. Tindakan apa yang Anda rekomendasikan pada Stanley Raggio? Apakah Gap harus menyerah pada tuntutan serikat pekerja untuk “melakukan investigasi bersama, dengan National Labor Relation Committee, atas situasi di Mandarin, menekan Mandarin untuk memekerjakan kembali para pegawainya yang telah dipecat, dan menuntut dilakukan pengawasan dari pihak ketiga untuk memastikan bahwa pedoman Gap telah dilaksanakan”? 2.
memberikan gaji lebih besar dibandingkan standar industri setempat jika nilai tersebut tidak memadai? Apakah mereka harus membayar gaji yang sama untuk para pekerja di negara Dunia Ketiga dengan gaji pekerja Amerika? Apakah mereka perlu memberikan jaminan kesehatan yang sama seperti yang diberikan di Amerika? Tingkat keselamatan kerja yang sama?
3. Apakah perusahaan seperti Gap secara moral bertanggung jawab atas cara pemasoknya memperlakukan
para
pekerja
mereka?
Jelaskan
jawaban
Anda.
1.1 Kasus 2 : Bekerja untuk Eli Lilly & Company
Eli Lilly penemu Erythromycin, Darvon, Ceclor, dan Prozac merupakan perusahaan formasi besar yang kantor pusatnya berada di Indianapolis, Minnesota. Perusahaan ini juga memberikan makanan, perumahan, dan kompensasi terhadap sejumlah besar pecandu alkohol tunawisma yang melakukan kerja jangka pendek bagi perusahaan. Sebelum menyetujui penjualan obat yang baru ditemukan, U.S. Food and Drug Administration mensyaratkan bahwa obat tersebut harus melewati tiga fase pengujian, setelah diuji pada binatang. Fase I, obat tersebut diberikan kepada manusia sehat untuk menentukan apakah ada efek samping yang berbahaya. Dalam Fase II, obat diberikan pada sejumlah pasien sakit untuk menentukan dosisnya. Fase III, obat diberikan pada sejumlah besar pasien sakit oleh dokter dan rumah sakit untuk menentukan kemajuannya. Pengujian Fase I sering sangat sulit dilakukan karena sebagian besar individu yang sehat enggan menggunakan obat baru yang belum diuji. Untuk memperoleh calon, perusahaan harus mengiklankannya dan menawarkan upah sampai $250 sehari. Tetapi, Eli Lilly tidak 4
mengiklankannya secara luas dan hanya membayar sukarelawan $85 sehari ditambah kamar dan penginapan gratis, dengan strandar rendah. Salah satu alasan mengapa Lilly bisa memperoleh calon dengan bayaran rendah adalah karena menurut laporan salah seorang perawat di Lilly Clinic, “sebagian besar subjek adalah para tunawisma pecandu alkohol”. Karena mereka pecandu alcohol, mereka tentu sangat membutuhkan uang. Karena Fase I bisa berlangsung selama beberapa bulan, subjek pengujian bisa memperoleh uang sampai $4500 jumlah yang sangat besar bagi para pengangguran dan hanya memperoleh uang dari pemberian orang lain. Wawancara dengan beberapa tunawisma yang pernah ikut dalam pengujian obat di Lilly, bahwa mereka cukup senang ikut berpartisipasi dan memperoleh uang dengan mudah. Salah seorang pemabuk tunawisma ditanya mengatakan bahwa dia sama sekali tidak tahu obat apa yang akan diujikan kepadanya meski dia menandatangani formulir persetujuan. Satu keuntungan lain bagi Lilly adalah jenis subjek semacam ini kemungkinan tidak akan menuntut jika terjadi sesuatu. Badan Pengawasan Obat Federal mensyaratkan bahwa orang-orang yang setuju untuk berpartisipasi dalam pengujian Fase I harus memberikan persetujuan dan membuat keputusan yang sukarela, tanpa paksaan. Beberapa dokter menyatakan bahwa para pecandu alkohol memiliki resiko yang lebih tinggi karena mereka mungkin membawa penyakit tidak terdekteksi dalam pemeriksaan darah biasa yang menjadikan mereka rentan terhadap jenis obat-obatan tertentu. Salah satu mantan subjek, dalam wawancara menyatakan bahwa obat yang diberikan beberapa tahun sebelumnya menggangu kerja jantungnya. Hal sama terjadi pada subjek lain dalam pengujian yang sama. Subjek tersebut mengatakan bahwa obat yang diberikan kepadanya membuatnya pingsan selama 2 hari, sementara yang lain melaporkan sakit kepala yang sangat menyiksa. Di tahun-tahun sebelumnya, perusahan obat-obatan menggunkan narapidana untuk melakukan pengujian Fase I. Selama tahun 1970-an, perusahaan obat-obatan berhenti menggunakan narapidana saat sejumlah kritikus mengeluhkan bahwa kemiskinan dan janji memperoleh pem bebasan bersyarat memaksa para narapidana menjadi “sukarelawan”. Saat Lilly pertama kali menggunakan para tunawisma selama tahun 1980-an, seorang dokter perusahaan pernah mengatakan, “kami terus berdiskusi tentang apakah kami mengekploitasi kaum tunawisma. Namun banyak dari mereka yang bersedia tinggal di rumah sakit selama empat minggu”. Lebih jauh lagi, tambahnya, “memberikan tempat tidur yang hangat dan perawatan medis yang baik serta menjauhkan mereka dari obat-obatan lain dan alcohol merupakan hal yang positif.” 5
Seorang tunawisma dalam sebuah wawacancara mengatakan bahwa saat pengujian selesai, dia bisa menyewa motel murah. Dia memperkirakan perlu waktu dua minggu baginya untuk menghabiskan bayaran $4650 yang diperolehnya dari Lilly. Manajer salah satu motel murah megatakan bahwa saat subjek selesai menjalani pengujian, mereka biasanya membawa uang sebanyak $2500: “para kelinci percobaan ini lalu bermalas-malasan, mabuk, dan membelikan minuman untuk semua orang. Intinya mereka bisa berpesta selama dua minggu dan kembali ke Lilly untuk melakukan pengujian selanjutnya.” Maka dari itu, dengan adanya kasus tersebut akan dibahas beberapa pertanyaan, yaitu : 1) Diskusikan kasus ini dari perspektif ultilitariaisme, hak, keadilan, dan perhatian. Pandangan apa yang diberikan teori kebaikan pada etika dari peristiwa-peristiwa yang digambarkan dalam kasus tersebut? 2) “Dalam suatu masyarakat yang bebas, semua individu dewasa harus diizinkan membuat keputusan sendiri tentang bagaimana mereka memperoleh penghasilan.” Diskusikan pertanyaan tersebut dalam kaitannya dengan kasus Lilly. 3) Menurut Anda, apakah kebijakan menggunakan kaum tuawisma dan pemabuk sebagai subjek pengujian obat secara moral tepat? Jelaskan alasan penilaian Anda. Bagaimana penilaian Anda tentang legitemasi moral atas pasar bebas dalam tenaga kerja? 4) Bagaimana manajer Lilly seharusnya menangani masalah tersebut?
6
BAB II PEMBAHASAN KASUS 2.1
Kasus 1 : The Gap
2.1 Tindakan yang Direkomendasikan kepada Stanley Raggio Menurut kami, Stanley Raggio mempunyai tanggung jawab untuk menanggulangi hal tersebut. Tindakan yang menurut kelompok kami rekomendasikan pada Stanley Raggio adalah melakukan investigasi bersama dengan National Labor Relation Committee atas situasi di Mandarin, karena dengan melakukan investigasi bersama dengan National Labor Relation Committee menunjukkan bahwa dalam hal in tidak ada yang perlu ditutup-tutupi atau bermaksud melindungi perusahaan, walaupun tuduhan yang dilontarkan oleh kedua pekerja tersebut secara jelas menyatakan bahwa perusahaan Gap telah melakukan pelanggaran tentang ketenagakerjaan sehingga apabila memang benar ditemukan kasus yang menguatkan adanya pelanggaran tentang ketenagakerjaan seperti jam kerja yang panjang dengan upah hanya 56 sen per jam, tentang tindak kekerasan terhadap para pendukung para serikat pekerja, pelecehan seksual dari atasan, tidak adanya fasilitas air bersih untuk minum, tidak diijinkan menggunakan kamar kecil dan dipaksa menyapu halaman pabrik dibawah sengatan matahari sebagai hukuman. Pihak Gap mau tidak mau harus siap menanggung segala kemungkinan teburuk atas operasi perusahaan yang dilakukan tersebut, karena hukum yang sama juga menyebutkan bahwa para pegawai / pekerja juga memiliki hak untuk berpartisipasi (melalui serikat pekerja) dalam keputusan menutup perusahaan. Hal ini dilakukan untuk menuntaskan kasus tersebut dan memberikan kejelasan atas situasi di Mandarin agar pedoman dari Gap bisa dipastikan sudah terlaksana dan para pekerja yang diberhentikan bisa bekerja kembali dan memperoleh hakhak sesuai dengan ketentuan yang tertera dalam pedoman Gap tersebut. 2.2 Pembayaran Gaji, Pemberian Jaminan Kesehatan serta Keselamatan Kerja Bila dikaitkan dengan teori gaji dengan faktor pertimbangan biaya hidup lokal dimana gaji yang diberikan
haruslah
cukup
untuk
memenuhi
kebutuhan
keluarga
pekerja
(dengan
mempertimbangkan apakah wilayah tersebut umumnya dihuni pekerja yang miliki satu atau dua penghasilan sekalipun nilai gaji tersebut diatas gaji minimum). Secara umum, semakin tinggi
7
keuntungan perusahaan, semakin besar gaji yang bisa di bayarkan pada pekerja, semakin kecil keuntungannya, semakin kecil pula yang bisa diberikan. Perusahaan yang sudah terkenal seperti Gap harusnya tidak terlalu menekan pemasok untuk menghasilkan keuntungan yang terlalu berlebihan. Tentunya harus disesuaikan dengan standar industri setempat apakah standar yang dilakukan tersebut telah memadai atau tidak untuk dilaksanakan sesuai standar perusahaan Gap tersebut. Menurut kami mereka tidak harus membayar gaji yang sama untuk para pekerja dinegara Dunia Ketiga dengan gaji pekerja Amerika, karena dalam hal ini harus mempertimbangkan situasi dimana perusahaan berada, posisi permintaan dan penawaran tenaga kerja dan biaya hidup pek erja tersebut. Namun jika struktur gaji dalam suatu organisasi ingin dianggap adil maka para pekerja yang melakukan pekerjaan-pekerjaan yang kurang lebih sama haruslah diberi gaji yang sebanding. Untuk masalah gaji tentunya harus disesuaikan dengan kondisi negara atau daerah setempat dan bisa mencukupi kebutuhan pegawai dan melalui proses yang adil sesuai dengan produktifitasnya. Jika produktifitasnya bagus, maka mereka layak untuk mendapatkan gaji yang sepantasnya mereka terima. Mengenai pemberian jaminan kesehatan dan tingkat keselamatan kerja perlu diberikan yang sama seperti yang diberikan di Amerika, karena pada dasarnya keselamatan dan kesehatan pekerja tidak boleh dikorbankan untuk kepentingan ekonomis, bahkan perusahaan perlu (secara individual ataupun bersama perusahaan lain) mengumpulkan informasi tentang bahaya kesehatan yang terdapat dalam suatu pekerjaan dan menyebarkan informasi tersebut keseluruh pekerja untuk menjamin pekerja terhadap bahaya yang diketahui. Perusahaan perlu memberikan program asuransi kesehatan yang sesuai. Dan mengenai kecelakaan kerja yang sering terjadi selain itu tentunya terkadang dalam melakukan pekerjaan bisa saja memperngaruhi kesehatan pegawai jika tenaganya terlalu dipaksakan dan terkuras karena harus memenuhi pesanan. 2.3 Gap Secara Moral Bertanggung Jawab atas Cara Pemasoknya Memperlakukan Para Pekerja Secara moral tentu saja Gap harus bertanggungjawab karena sebagai perusahaan yang mempekerjakan pemasok tersebut di bawah labelnya tentunya perusahaan Gap mengetahui pasti perusahaan yang sudah diajaknya bekerja sama apakah perusahaan tersebut sudah melaksanakan pekerjaannya sesuai dengan ketentuan dan kesepakatan. Lagi pula Gap sudah mengeluarkan pedoman mengenai tata cara ketenagakerjaan diantara lain tidak melakukan diskriminasi dalam bentuk apa pun, tidak menggunakan tenaga kerja paksa atau para narapidana, tidak 8
mempekerjakan anak-anak di bawah 14 tahun, memberikan lingkungan yang aman, memberikan upah minimum atau menurut standar industry lokal, memenuhi semua peraturan lingkungan dan standar-standar lingkungan yang lebih ketat dari Gap, tidak mengancam atau menghukum pegawai saat mereka berusaha mengatur atau melakukan tawar menawar secara kolektif, dan menjungjung tinggi semua hukum dan peraturan setempat. Jika pemasok melanggarnya tentu ada sanksi yang harus menunjukkan simpatinya jika terjadi perlakuan yang tidak sesuai atau tidak manusiawi oleh pemasok terhadap pegawainya. Dalam kasus ini kami menyebutkan sebagai diskriminasi pekerja. Karena perusahaan dalam operasinya tidak akan terhindar dari tindakan diskriminasi khususnya dalam hal membeda-bedakan pekerja, baik pekerja yang ingin membentuk serikat pekerja maupun yang tidak bergabung. Selain itu diskriminasi terhadap gaji yang diberikan juga marak terjadi, salah satunya dari kasus ini adalah penetapan oleh pemerintah yang menerapkan enam zona perdagangan bebas, dimana disebutkan perusahaan-perusahaan asing yang beroperasi dalam zona perdangan bebas diberikan gaji lebih baik dibandingkan perusahaan diluar zona perdagangan bebas. Yang menjadi masalah di sini adalah pemasok Mandarin yang salah satunya termasuk bagian dari enam zona perdagangan bebas justru tidak mematuhi aturan yang telah ditetapkan pemerintah El Salvador, sehingga Gap pun dalam hal ini terkena imbasnya harus mepertanggungjawabkan secara moral tindakan diskriminasi itu.
2.2 Kasus 2 : Bekerja untuk Eli Lilly & Company
3. Penggunaan tuawismadan pemabuk sebagai subjek pengujian obat yang dilakukan oleh dokter lilly secara moral telah tepat karena dalam pengujian subjek diberikan tempat tidur yang nyaman dan perawatan medis yang baik serta subjek diajuhkan dari obat-obatan lain dan alkohol. Setelah penelitian subjek juga diberikan bayaran yang cukup untuk hidupnya, hanya saja subjek salah menggunakan bayaran yang diterima, bayaran yang diterima digunakan untuk mabuk dan bermalas-malasan. Legitimasi moral atas pasar bebas dalam tenaga kerja sudah diputuskan oleh negara-negara yang ikut dalam pasar bebas. Sekarang kembali kepada pemimpin negara tersebut dalam menyiapkan SDM (sumber daya manusia) negaranya untuk bersaing dalam pasar bebas.
4. Menurut kelompok kami apa yang seharusnya dilakukan manajemen lily apabila mereka ingin menggunakan tunawisma dan pecandu alkohol yaitu mereka harus menetapkan upah standar yang 9
sama, jangan hanya karena mereka dalam posisi menguntungkan mereka dapat membuat pihak lain mengalami kerugian. Dan sebaiknya, manajer lily tidak memakai atau menguragi pecandu alkohol karena selain badan mereka lebih retan mereka juga dalam kendali candu mereka pada alkohol sehingga mereka tidak mampu mengambil keputusan yang tepat dan juga tidak layak menjadi pengujian karena secara fisik mereka tidak sehat.
10
BAB III SIMPULAN 3.1 Kasus 1 : The Gap
Dari pembahasan yang sudah dijelaskan pada bab-bab sebelumnya, kami dapat menyimpulkan bahwa : 1.
Tindakan yang menurut kelompok kami rekomendasikan pada Stanley Raggio adaah melakukan investigasi bersama dengan National Labor Relation Committee atas situasi di Mandarin, karena dengan melakukan investigasi bersama dengan National Labor Relation Committee menunjukkan bahwa dalam hal in tidak ada yang perlu ditutup-tutupi atau bermaksud melindungi perusahaan, semua itu bertujuan untuk memberikan kejelasan situasi di Mandarin.
2. Pembayaran gaji pegawai seharusnya harus disesuaikan dengan kondisi negara atau daerah setempat dan bisa mencukupi kebutuhan pegawai dan melalui proses yang adil sesuai dengan produktifitasnya. Dan begitu pula mengenai kecelakaan kerja yang sering terjadi selain itu tentunya terkadang dalam melakukan pekerjaan bisa saja memperngaruhi kesehatan pegawai jika tenaganya terlalu dipaksakan dan terkuras karena harus memenuhi pesanan. 3. Secara moral tentu saja Gap harus bertanggungjawab karena sebagai perusahaan yang mempekerjakan pemasok tersebut di bawah labelnya tentunya perusahaan Gap mengetahui pasti perusahaan yang sudah diajaknya bekerja sama apakah perusahaan tersebut sudah melaksanakan pekerjaannya sesuai dengan ketentuan dan kesepakatan.
3.2Kasus 2: Bekerja untuk Eli Lilly & Company
Menurut kelompok kami Eli Lilly & Company seharusnya memikirkan para tunawisma atau para pecandu alkohol tersebut saat dalam pengujian obat tersebut. Karena dalam pengujian obat tersebut dapat menimbulkan efek samping bagi para tunawisma yang dapat membahayakan hidupnya. Walaupun tunawisma tersebut secara sukarela menjadi kelinci percobaan demi mendapatkan uang, makanan, dan tempat tinggal dengan standar yang rendah. Mereka tidak mengetahui tentang obat apa yang diujikan kepadanya meskipun sudah menandatangani formulir persetujuan, yang mereka inginkan hanya mendapat uang 11
untuk memenuhi kecanduannya terhadap alkohol (mabuk) dan kesenangannya semata. Dengan melakukan pengawasan terhadap tunawisma tersebut maka kemungkinan mereka untuk mabuk atau menghambur-hamburkan uang menjadi berkurang.
12
DAFTAR PUSTAKA
Sutrisna Dewi. 2011. Etika Bisnis : Konsep Dasar Implementasi & Kasus. Cetakan Pertama.Udayana University Press. Denpasar Velasquez, Manuel G. 2005. Etika Bisnis; Konsep dan Kasus. Edisi 5. Yogyakarta: Penerbit Andi.
13