Dalam artikel kali ini saya akan membahas salah satu kue tradisional yang terbuat dari tepung beras, tepung tapioka, gula pasir, santan dan bahan untuk pengisinya biasanya berupa pisang. Kue ini dibungkus dengan daun pisang sehingga sangat terasa nuansa tradisionalnya. Kue yang bernama nagasa nagasari ri ini sekaran sekarang g sering sering kita kita jumpai jumpai pada pada acara-ac acara-acara ara formal formal maupun maupun semi semi formal formal.. Selain Selain harganya yang murah dan mudah didapat, pengolahan secara tradisional membuat Nagasari aman untuk dikonsumsi terutama bagi balita dan anak-anak yang sedang dalam masa pertumbuhan karena bergizi tinggi. Nilai Filosofi Kue Nagasari Nagasari atau Nogosari (a!a" adalah jenis kue tradisional dan termasuk dalam golongan kue basah. Kue Nagasari merupakan kue tradisional yang sangat populer dalam masyarakat yang di!ariskan secara turun#temurun. Nama nagasari sendiri sampai sekarang belum memiliki informasi pasti dari mana berasalnya namun ditinjau dari namanya terdapat dua suku kata yakni Naga dan Sari, kita mengetahui bah!a Naga adalah he!an legenda dari daratan cina yang hidupnya kuat serta salah satunya di lambangkan sebagai ji!a yang terhormat sedangkan Sari dalam kamus besar bahasa $ndonesia diartikan sebagai isi utama dari suatu benda. adi bila disatukan,Nagasari berarti isi utama dari suatu benda yang terhormat atau melegenda. %cara yang sering menyajikan kue Nagasari adalah kenduri, dalam Kamu Kamuss &esa &esarr &ahas &ahasa a $ndonesia $ndonesia (K&&$" berarti perjamuan makan untuk memperingati peristi!a, meminta berkah, dan sebagainya. Kenduri atau yang lebih dikenal dengan sebuatan Selamatan atau Kenduren (sebutan kenduri kenduri bagi masyarakat masyarakat a!a a!a"" telah telah ada sejak sejak dahulu dahulu sebelu sebelum m masukn masuknya ya agama agama ke Nusantara ke Nusantara.. Dalam praktekya, kenduri merupakan sebuah acara berkumpul, yang umumnya dilakukan oleh lakilaki, dengan laki, dengan tujuan meminta kelancaran atas segala sesuatu yang dihajatkan oleh penyelenggara yang mengundang masyarakat sekitar untuk datang dan dipimpin oleh orang yang dituakan atau orang yang memiliki keahlian di bidang tersebut' seperti Kiyai. Sedangkan bagi kaum perempuan kaum perempuan,, kenduri memberikan ruang priasi dalam berbagi informasi baik tentang keluarga tentang keluargasendi sendiri ri maupun tetangga yang tetangga yang lain. Di sinilah !anita sinilah !anita bisa bisa saling saling bertuk bertukar ar cerita cerita deng dengan an beba bebass tanp tanpa a gang ganggu guan an dari dari kaum kaum laki laki-la -laki ki sela selama ma me mere reka ka me meny nyia iapk pkan an maka makana nan, n, karena !anita karena !anita akan bekerja mempersiapkan kenduri dalam !aktu yang relatif lama, yaitu sekitar )-* hari pada masa perayaan. +ada +ada zama zaman n seka sekaran rang, g, kend kendur urii masi masih h bany banyak ak dila dilaku kuka kan n oleh oleh sega segala la ling lingku kup p masyarakat baik masyarakat baik masyarakat perkotaan masyarakat perkotaanmaupun maupun masyarakat pedesaan. masyarakat pedesaan. Karena Karena kenduri merupakan sebuah mekanisme sosial untuk mera!at keutuhan, dengan cara memulihkan keretakan, dan meneguhkan kembali citacita bersama, cita bersama, sekaligus melakukan kontrol sosial atas penyimpangan dari cita-cita bersama. Kenduri sebagai suatu institusi sosial institusi sosial menampung dan merepresentasikan banyak kepentingan Kue Nagasari merupakan makanan khas daerah $ndramayu. %!al munculnya kue nagasari ini konon karena $ndramayu $ndramayu merupakan merupakan daerah daerah penghasil penghasil beras terbesar terbesar di a!a &arat, sehingga sehingga dengan dengan produksi produksi beras yang melimpah masyarakat berfikir berfikir untuk untuk mengolah mengolah beras tidak hanya menjadi menjadi makanan pokok saja (Nasi", lalu ditumbuklah beras tersebut sehingga menjadi tepung yang mana menjadi bahan utama kue nagasari dengan campuran santan dan bahan bahan lain, kemudian kue yang dibungkus menggunakan daun daun pisang dan dikukus.
ama sudah orang mengenal ethuk atau getuk (dalam bahasa $ndonesia", namun dengan lamanya orang mengenal ethuk, ternyata belum banyak yang mengetahui asal mula dan sejarah terciptanya makanan yang satu ini. Sejarah ethuk bera!al pada jaman penjajahan epang, konon pada masa itu beras yang merupakan makanan pokok $ndonesia, merupakan barang langka yang sulit untuk di temukan, sehingga penduduk lokal (asli" agelang berupaya mengganti makanan pokok mereka dengan ketela, yang saat itu banyak terdapat di sekitar rumah dan mudah ditemukan di pasar. +ionirnya adalah mbah %li ohtar yang berasal dari Desa Karet, agelang yang pertama kali membuat getuk, ia mencoba berinoasi dengan ketela sehingga menjadi satu makanan yang menarik untuk dihidangkan dan tak membosankan untuk dimakan. Ketela dikukus kemudian dihaluskan sekedarnya menggunakan cara manual yaitu dengan cara ditumbuk oleh ) # / orang dalam sebuah lesung kemudian dicampur dengan gula. Namun setelah tahun 0123, bah %li berhasil membuat mesin penggilas ketela yang dapat membuat adonan gethuk menjadi lebih cepat dan halus. Setiap orang dapat menikmati getuk kapan pun dimana pun , biasa nya orang- orang menyantap cemilan ini pada saat tea time sekitar pukul 0).45-03.55. +roses pembuatan ethuk dapat digambarkan secara umum sebagai berikut 6 •
•
•
Ketela yang sudah dikupas kulitnya dicuci bersih kemudian dikukus sampai lunak. 7asil kukusan selanjutnya ditumbuk dengan cara manual menggunakan lesung sembari dihilangkan seratnya menggunakan arit (celurit". %donan yang sudah agak halus dicampur dengan gula pasir, garam sedikit, mentega putih, pe!arna makanan dan penambah aroma.
•
8ntuk pe!arnaan coklat alami, bisa menggunakan gula ja!a maupun bubuk coklat.
•
8ntuk menambah aroma gethuk, bisa menggunakan anili.
•
+enggunaan mentega putih bertujuan agar tidak mempengaruhi !arna adonan ethuk.
•
•
•
+enggunaan gula (pasir" asli akan membuat adonan menjadi lunak, berbeda halnya dengan penggunaan pemanis buatan. %donan yang telah ditumbuk dan dicampur dengan berbagai macam bahan tadi selanjutnya digiling lagi sebanyak 9 kali untuk menghasilkan ethuk yang halus. +roses terakhir adalah pencetakan. :ilosofi dari getuk singkong adalah melambangkan kesederhanaan dan mempergunakan potensi yang kita miliki secara aktif dan kreatif sehingga membuat kita lebih mandiri dalam berbagai macam situasi. &erdasarkan contoh konsep yang diberikan De!i ;urgarini, maka untuk mengembangkan etuk menjadi produk !isata harus melibatkan 4% yakni %traksi, %menitas, dan %ksesbilitas.
%traksi yang dimaksud yakni melibatkan makanan tradisional ini pada acara-acara yang berhubungan dengan kegiatan kepari!isataan seperti pameran gastronomi maupun acara kebudayaan. %menitas yang dimaksud yakni menyediakan sarana, penginapan, maupun restoran disekitar area terjadinya atraksi !isata tersebut. %ksebilitas yakni sarana jalan maupun kendaraan yang menuju lokasi atraksi !isata yang melibatkan makanan tradisional <etuk= haruslah mudah. Selain 4% di atas, kualitas dan hyginitas produk etuk ini !ajib diperhatikan agar mampu dijual sebagai produk !isata unggulan.
+ada dasarnya etuk Singkong itu melambangkan kesederhanaan, nrimo ing pandum, qona’ah, apa adanya, dan jauh dari sikap konsumerisme atau gagah-gagahan semata. Di saat-saat bangsa sedang dilanda krisis ekonomi yang berimbas pada fluktuasi harga barang dan sembako, dan berujung pada
rendahnya daya beli masyarakat, maka rakyat diajak untuk mengeratkan tali pinggang meskipun hanya dengan mengkonsumsi singkong. Dalam kondisi yang demikian, singkong pun bisa menjadi pilihan yang tepat untuk bertahan karena memang harganya yang murah meriah dan bisa didapatkan di mana saja. Siapapun tentu kenal baik dengan singkong. ;anaman >kaum alit? ini boleh dikatakan sangat digemari oleh masyarakat $ndonesia. &ukan semata umbinya yang bercita rasa khas, kemudian filosofi tentang singkong telah mengajarkan kepada kita bah!a kesederhanaan dan kerendah-hatian dan dibarengi dengan berbagai macam potensi diri yang memadai, akan menjadikan hidup kita lebih acceptable di segala ruang dan !aktu. adi, janganlah gengsi bersentuhan dengan singkong di tengah-tengah modernitas (Diki @ulfikar, penulis adalah mahasis!a +rogram Studi anajemen $ndustri Katering %ngkatan 950)".