26 : BUKU PEMBEKALAN PENGAJARAN MIKRO
mengacu kepada standar isi dan standar kompetensi lulusan serta berpedoman pada panduan yang disusun oleh Badan Standar Nasional Pendidikan(BSNP). Landasan KTSP adalah: (1) UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, (2) PP RI No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, (3) Standar Isi, dan (4) Standar Kompetensi Lulusan. Kurikulum tingkat satuan pendidikan adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan. b. Prinsip-Prinsip Pengembangan KTSP Kurikulum tingkat satuan pendidikan sebagai perwujudan dari kurikulum pendidikan dasar dan menengah dikembangkan sesuai dengan relevansinya oleh setiap kelompok atau satuan pendidikan dan komite sekolah/madrasah sekolah/ma drasah di bawah koordinasi dan supervisi dinas pendidikan atau kantor Departemen Agama Kabupaten/Kota untuk pendidikan dasar dan provinsi untuk pendidikan menengah berpedoman pada Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan serta panduan penyusunan kurikulum yang disusun oleh BSNP. Penyusunan kurikulum tingkat satuan pendidikan khusus dikoordinasii dan disupervisi oleh dinas pendidikan provinsi, dan berpedoman dikoordinas pada Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan serta panduan penyusunan penyusunan kurikulum yang disusun oleh BSNP. Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip: prinsip-prin sip: (1) berpusat pada potensi, perkembangan perkembangan,, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya, (2) beragam dan terpadu, (3) tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni, (4) relevan dengan kebutuhan kehidupan, (5) menyeluruh dan berkesinambungan, (6) belajar sepanjang hayat, (7) seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah. c. Komponen KTSP 1) Tujuan Pendidikan Tingkat Satuan Pendidikan Tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan dirumuskan mengacu kepada tujuan umum pendidikan berikut.
PUSAT PENGEMBANGAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN DAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN (PP PPL dan PKL) LPPMP
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
MATERI PEMBEKALAN PENGAJARAN MIKRO/MAGANG II
BUKU PEMBEKALAN PENGAJARAN MIKRO
TIM PENYUSUN MATERI PEMBEKALAN PENGAJARAN MIKRO/MAGANG II
Penanggung Jawab
:
Wawan S Suherman Suwarna
Ketua
:
Ngatman Soewito
Sekretaris
:
Eko Widodo
:
Prihadi Totok Sukardiyono Putut H Tri Ani Hastuti
:
Sri Ningsih Ganjar Triyono Hidayati Ibnu Wibowo
:
Kuncoro Wulandewojati
Anggota
Sekretariat
Pe ranc ang Sa mpul
: 25
i. Siswa dapat menguasai materi atau kompetensi secara mendalam dan bermakna, serta dapat menerapkannya dalam kehidupan nyata. Agar proses pembelajaran kontekstual dapat lebih efektif, terdapat beberapa tahap yang perlu dilakukan guru yaitu tahap perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian. 6. Penerapan Pendekatan Kontekstual di Kelas Penerapan CTL dalam kelas cukup mudah, secara garis besar, langkahnya adalah sebagai berikut. a. Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan lainnya. b. Laksanakan sejauh mungkin kegiatan “inquiri” untuk semua topik. c. Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya. d. Ciptakan “ Masyarakat Belajar” (belajar dalam kelompok). e. Hadirkan “Model” sebagai contoh pembelajaran. f. Lakukan refleksi diakhir pertemuan. g. Lakukan penilaian yang sebenarnya (nyata) dengan berbagai cara. Pembelajaran kontekstual merupakan salah satu pendekatan pembelajaran yang sangat sesuai untuk mengimplementasikan kurikulum berbasis kompetensi, termasuk Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang saat ini sedang terus dikembangkan. Pengembangan dan penerapan pembelajaran kontekstual sangat penting untuk meningkatkan efektivitas pembelajaran. Keragaman potensi dan kecepatan belajar siswa menuntut pelayanan pembelajaran yang optimal dari guru. Guru yang baik akan berusaha untuk dapat memenuhi kebutuhan belajar setiap siswa. B. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 1. KTSP untuk Sekolah Umum (SMP, SMA, dan yang Sederajat) a. Landasan dan Pengertian KTSP UU RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan mengamanatkan tersusunnya kurikulum pada tingkat satuan pendidikan jenjang pendidikan dasar dan menengah dengan .
24 : BUKU PEMBEKALAN PENGAJARAN MIKRO
g. Penilaian Autentik (Authentic Assessment) Assessment adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar siswa. Gambaran perkembangan belajar siswa perlu diketahui oleh guru agar bisa memastikan bahwa siswa mengalami proses pembelajaran dengan benar. Karena assessment menekankan proses pembelajaran maka data yang dikumpulkan harus diperoleh dari kegiatan nyata yang dikerjakan siswa pada saat melakukan proses pembelajaran. Kemajuan belajar dinilai dari proses, bukan melalui hasil, penilaian autentik menilai pengetahuan dan keterampilan (performan) yang diperoleh siswa. Karakteristik authentic assessment sebagai berikut. 1) Dilaksanakan selama dan sesudah proses pembelajaran berlangsung. 2) Dapat digunakan untuk formatif maupun sumatif. 3) Objek yang diukur keterampilan dan performansi, bukan mengingat fakta. 4) Berkesinambungan. 5) Terintegrasi. 6) Dapat digunakan sebagai umpan balik. 5. Indikator Keberhasilan Keberhasilan pembelajaran konstektual, baik proses maupun hasil belajarnya dapat diketahui melalui beberapa indikator antara lain sebagai berikut. a. Pemilihan materi atau informasi berdasarkan kebutuhan siswa dan dikaitkan dengan konteks kehidupan nyata/masalah yang disimulasikan. b. Selalu mengkaitkan informasi dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa. c. Pembelajaran terjadi diberbagai tempat, konteks dan setting. d. Siswa secara aktif terlibat dalam proses pembelajaran. e. Siswa belajar dari teman melalui kerja kelompok, diskusi dan saling mengoreksi. f. Pembelajaran dikaitkan dengan kehidupan nyata dan atau masalah yang disimulasikan. g. Perilaku dibangun atas kesadaran sendiri. h. Keterampilan dikembangkan atas dasar pemahaman.
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga Buku Pembekalan Pengajaran Mikro/Magang II ini dapat diselesaikan sesuai harapan. Buku Pembekalan Pengajaran Mikro ini sangat penting bagi mahasiswa yang sedang mengikuti kuliah Pengajaran Mikro atau ekuivalennya sebagai bahan kajian dalam rangka mempersiapkan diri sebagai calon guru/tenaga kependidikan yang kompeten Pengajaran Mikro/Magang II merupakan pelatihan tahap awal dalam pembentukan kompetensi mengajar, melalui pengaktualisasian kompetensi dasar mengajar sehingga calon guru benar-benar mampu menguasai setiap komponen keterampilan dasar mengajar baik secara terbatas maupun terpadu dalam proses pembelajaran yang disederhanakan. Dengan telah tersusunnya Buku Pembekalan Pengajaran Mikro/Magang II ini, kami mengucapkan banyak terima kasih kepada tim penyusun dan semua fihak yang telah membantu dalam penyusunan buku ini. Semoga Buku Pembekalan Pengajaran Mikro ini dapat memberikan manfaat dalam rangka peningkatan kompetensi calon guru/tenaga kependidikan.
Universitas Negeri Yogyakarta Kepala PP PPL&PKL
Ngatman Soewito NIP 19670605 199403 1 001
BUKU PEMBEKALAN PENGAJARAN MIKRO
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................. TIM PENYUSUN ................................................................................ KATA PENGANTAR ............................................................................ DAFTAR ISI .....................................................................................
i ii iii iv
BAB I A. B. C. D. E.
1 1 2 2 3 3
PENDAHULUAN ................................................................ Latar Belakang ................................................................... Tujuan Pembekalan ............................................................... Lingkup Materi Pembekalan ................................................... Pola Pembekalan .................................................................. Waktu dan Tempat Pembekalan ............................................
BAB II MOTIVASI DIRI DAN ETIKA PROFESI ............................ 4 A. Pengembangan Profesi Diri ................................................... 4 B. Etika Profesi Pendidik dan Tenaga Kependidikan ................... 7 BAB III STANDAR KOMPETENSI GURU ................. ................. ...... A. Dasar Pemikiran .................................................................. B. Pengertian Kompetensi Guru ................................................. C. Ruang Lingkup Kompetensi Guru ..........................................
12 12 12 13
BAB IV MEKANISME PENGAJARAN MIKRO ................................. 16 A. Tujuan Pengajaran Mikro ....................................................... 16 B. Standar Kompetensi Pengajaran Mikro ............... .................. ... 16 C. Mekanisme Kuliah Pengajaran Mikro ................. .................. .... 16 D. Pelaksanaan Kuliah Pengajaran Mikro ............... .................. .... 17 E. Deskripsi Tugas Personalia Pengajaran Mikro ........................... 18 F. Sistem Bimbingan Pengajaran Mikro ...................................... 19 G. Penilaian Pengajaran Mikro ................. .................. .................. 20
: 23
1) Menggali informasi, baik teknis/akademis. 2) Mengecek pemahaman siswa. 3) Membangkitkan respon siswa. 4) Mengetahui sejauh mana keingintahuan siswa. 5) Memfokuskan perhatian siswa pada sesuatu yang dikehendaki guru. d. Masyarakat Belajar (Learning Community) Masyarakat belajar adalah sekelompok siswa yang terkait dalam kegiatan belajar agar terjadi proses belajar lebih dalam. Semua siswa harus mempunyai kesempatan untuk berbicara dan berbagi ide, mendengarkan ide siswa lain dengan cermat dan bekerja sama untuk membangun pengetahuan dengan teman di dalam kelompoknya. Konsep ini didasarkan pada ide bahwa belajar secara bersama lebih baik dari pada belajar secara individual. Masyarakat belajar bisa terjadi apabila ada proses komunikasi dua arah. Praktek masyarakat terwujud dalam: 1) Pembentukan kelompok kecil/besar. 2) Mendatangkan “ahli” sekelas (tokoh, olahragawan, dokter) 3) Bekerja dengan kelas sederajat. 4) Bekerja kelompok dengan kelas di atas. e. Pemodelan (Modeling) Pemodelan adalah proses dalam sebuah pembelajaran keterampilan atau pengetahuan tertentu ada model yang dapat ditiru. Model itu bisa berupa cara mengoprasikan sesuatu, cara melempar bola dalam olahraga, contoh karya tulis, cara melafalkan bahasa Inggris dan sebagainya. Contoh praktek pemodelan di kelas: 1) Guru olahraga memberi contoh berenang gaya kupu-kupu. 2) Guru teknik memberi contoh cara menggergaji yang benar. 3) Guru biologi mendemonstrasikan penggunaan mikroskup. f. Refleksi (Reflection) Refleksi memungkinkan cara berfikir tentang apa yang telah siswa pelajari dan untuk membantu siswa menggambarkan makna personal siswa sendiri. Di dalam refleksi siswa menelaah sesuatu kejadian, kegiatan dan pengalaman serta berfikir tentang apa yang siswa pelajari, bagaiman merasakan dan bagaimana siswa menggunakan pengetahuan baru tersebut. Refleksi dapat ditulis di dalam jurnal, bisa terjadi melalui diskusi atau merupakan kegiatan kreatif seperti menulis puisi atau membuat karya seni.
22 : BUKU PEMBEKALAN PENGAJARAN MIKRO
3. Tujuan Pembelajaran Kontekstual Pembelajaran Kontekstual bertujuan membekali siswa dengan pengetahuan yang lebih bermakna, secara fleksibel dapat diterapkan (ditransfer) dari satu permasalahan ke permasalahan lain dan dari satu konteks ke konteks lainnya. Transfer dapat juga terjadi di dalam suat u konteks melalui pemberian tugas yang terkait erat dengan materi pelajaran. Hasil pembelajaran diharapkan dapat lebih bermakna bagi siswa untuk memecahkan persoalan, berfikir kritis dan melaksanakan pengamatan serta menarik kesimpulan. 4. Komponen Pembelajaran Kontekstual Terdapat tujuh komponen utama pembelajaran yang mendasari penerapan pembelajaran kontekstual di kelas yaitu sebagai berikut. a. Konstruktivisme Dalam pandangan konstruktivis, strategi memperoleh, lebih diutamakan dibandingkan seberapa banyak siswa memperoleh dan mengingat pengetahuan. Untuk itu tugas guru adalah memfasilitasi proses tersebut dengan: 1) Menjadikan pengetahuan bermakna dan relevan bagi siswa. 2) Memberikan kesempatan siswa menemukan dan menerapkan idenya sendiri. 3) Menyadarkan siswa agar menerapkan strategi mereka sendiri dalam belajar. b. Menemukan (Inquiry) Menemukan merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis CTL. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri. Siklus inquiri: observasi, bertanya, mengajukan dugaan, pengumpulan data dan penyimpulan. c. Bertanya (Questioning) Pengetahuan yang dimiliki seseorang, selalu bermula dari bertanya. Penggunaan pertanyaan untuk menuntun berfikir siswa lebih baik dari pada sekedar memberi siswa informasi untuk memperdalam pemahaman siswa. Pertanyaan digunakan guru untuk: mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan berfikir siswa. Dalam pembelajaran yang produktif, kegiatan bertanya berguna untuk hal-hal berikut.
B AB V A. B. C. D.
INOVASI PEMB ELAJARAN ............................................21 Pendekatan Kontekstual dalam Pembelajaran ....................21 Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ................. ..............25 Kurikulum 2013 .................. ................. .................. .......... 41 Upaya Meningkatka n Keprofesionala n Guru melalui Lesson Study ........................................................................................ 99
BAB VI A. B. C. D.
KETERAMPILAN DASAR MENGAJAR ...........................112 Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran .................112 Keterampilan Menjelaskan ................. .................. .............113 Keterampilan Memberikan Penguatan ................. ...............11 4 Keterampilan Menggunakan Media dan Alat Pembelajaran....................................................................115 Keterampilan Menyusun Skenario Pembelajaran .................1 16 Keterampilan Mengadakan Variasi ................. .................. ..116 Keterampilan Membimbing Diskusi ................ .................. ..117 Keterampilan Mengelola Kelas ................ .................. .........118 Keterampilan Bertanya ................ .................. .................. .119 Keterampilan Mengevaluasi .................. ................. ...........121
E. F. G. H. I. J. B AB VII
PENUTUP
.....................................................................122
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................123
BUKU PEMBEKALAN PENGAJARAN MIKRO
: 21
BAB V INOVASI PEMBELAJARAN
A. Pendekatan Kontekstual dalam Pembelajaran (Contextual Teaching and Learning = CTL) 1. Latar Belakang Belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami apa yang dipelajarinya, bukan mengetahui-nya. Pembelajaran yang berorientasi target penguasaan materi terbukti berhasil dalam kompetisi, mengingat jangka pendek, tetapi gagal dalam membekali anak-anak memecahkan persoalan dalam kehidupan jangka panjang. Pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and Learning = CTL) merupakan konsep yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami bukan mentransfer pengetahuan dari guru ke siswa, strategi pembelajaran lebih dipentingkan dari pada hasil. 2. Pengertian Konsep Pembelajaran Kontekstual Pembelajaran kontekstual merupakan konsep pembelajaran yang membantu guru dalam mengaitkan materi pelajaran dengan kehidupan nyata dan memotivasi siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dipelajari dengan kehidupan mereka. Melalui pembelajaran kontekstual diharapkan konsep-konsep materi pelajaran dapat diintegrasikan dalam konteks kehidupan nyata dengan harapan siswa dapat memahami apa yang dipelajarinya dengan lebih baik dan mudah. Pembelajaran kontekstual menempatkan siswa di dalam konteks bermakna yang menghubungkan pengetahuan awal siswa dengan materi yang sedang dipelajarinya sekaligus memperhatikan faktor kebutuhan individual siswa dan peran guru.
20 : BUKU PEMBEKALAN PENGAJARAN MIKRO
Pembimbing selama berlangsungnya pengajaran mikro/ Magang II senantiasa mengawasi penampilan mahasiswa secara cermat. Mahasiswa yang belum mencapai nilai standar yang ditetapkan, dapat diberikan remedial oleh pembimbing dalam waktu yang terbatas hingga mencapai nilai standar yang ditetapkan. G. Penilaian Pengajaran Mikro/ Magang II Prinsip-prinsip penilaian yang harus diperhatikan dalam pengajaran mikro, antara lain sebagai berikut. 1. Valid dan Reliabel, memberikan informasi yang sahih dan andal tentang hasil prestasi belajar 2. Mendidik, dapat dirasakan sebagai penghargaan bagi mahasiswa yang berhasil dan sebagai pemicu untuk lebih meningkatkan latihan bagi yang kurang berhasil. 3. Berorientasi pada kompetensi, memberi informasi tingkat pencapaian kemampuan dasar mahasiswa 4. Adil, tidak menguntungkan atau merugikan salah satu atau sekelompok mahasiswa yang dinilai. 5. Terbuka, kriteria penilaian dan dasar pengambilan keputusan harus jelas dan terbuka bagi semua pihak. 6. Menyeluruh, meliputi pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotorik), sikap dan nilai (afektif), yang direfleksikan pada saat mahasiswa melakukan praktik pengajaran mikro 7. Terpadu, baik dilihat dari komponen yang dinilai maupun penyelenggaraan penilaian. 8. Berkesinambungan, dilakukan secara berencana, bertahap dan terus menerus 9. Bermakna, mempunyai arti, bermanfaat dan dapat ditindaklanjuti baik oleh mahasiswa maupun dosen. Aspek-aspek yang dinilai dalam pengajaran mikro mencakup sebagai berikut. 1. Orientasi dan observasi pembelajaran di sekolah/lembaga. 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran. 3. Proses pembelajaran/praktik mengajar mikro. 4. Kompetensi kepribadian dan sosial.
BUKU PEMBEKALAN PENGAJARAN MIKRO
: 1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Dalam Keputusan Rektor UNY No. 130 Tahun 2000, tentang Pembentukan PP PPL&PKL UNY, disebutkan bahwa Program Pengajaran Mikro dikelola oleh Pusat Pengembangan PPL&PKL UNY . PP PPL&PKL UNY berkedudukan sebagai unit pelaksana teknis di tingkat universitas yang berada di bawah koordinasi dan bertanggung jawab langsung kepada Rektor yang pelaksanaan sehari-harinya dilakukan oleh Wakil Rektor I. PP PPL&PKL UNY dipimpin oleh seorang ketua dan seorang sekretaris serta dibantu oleh beberapa staf. Sesuai dengan kedudukannya tersebut, PP PPL&PKL UNY memiliki tugas dan fungsi sebagai berikut. 1. Mengkoordinasikan penyelenggaraan praktik kependidikan dan keguruan yang diselenggarakan setiap fakultas. 2. Mengadakan pengawasan dan bimbingan langsung pelaksanaan praktik kependidikan dan keguruan di sekolah-sekolah atau lembaga pendidikan tempat praktik. 3. Memonitor faktor-faktor yang menunjang dan menghambat pelaksanaan praktik kependidikan dan keguruan untuk merencanakan dan pengembanganprogram. 4. Mengadakan hubungan dan kerja sama dengan perguruan tinggi, sekolah, dinas pendidikan, dan lembaga lain baik pemerintah maupun swasta, untuk menyusun program praktik kependidikan dan keguruan yang relevan dengan kualifikasi dan kebutuhan tenaga kependidikan. Bidang-bidang yang ditangani oleh PP PPL&PKL UNY mencakup: (1) Bidang Praktik Kependidikan, (2) Bidang Praktik Keguruan, (3) Bidang Pengajaran Mikro, dan (4) Bidang Perencanaan dan Pengembangan Praktik Kependidikan dan Keguruan. Setiap bidang dikoordinasi oleh seorang koordinator dengan anggota terdiri atas koordinator pengajaran mikro program studi kependidikan yang ada di UNY. Pelaksanaan pengajaran mikro melibatkan unsur-unsur dosen pembimbing pengajaran mikro/ Magang II, staf PP PPL&PKL, lembaga lain yang terkait seperti sekolah/lembaga tempat praktik mengajar, guru/instruktur, dan mahasiswa/siswa. Kegiatan kuliah pengajaran mikro lebih menekankan
2
: BUKU PEMBEKALAN PENGAJARAN MIKRO
pada latihan, yang diawali dengan orientasi pengajaran mikro. Salah satu bentuk orientasi pengajaran mikro ini adalah pembekalan para mahasiswa yang akan melaksanakan pengajaran mikro/Magang II dan koordinasi awal antara mahasiswa dengan para dosen pembimbing. B. Tujuan Pembekalan pengajaran mikro sebagai salah satu bentuk orientasi pengajaran mikro dimaksudkan untuk memberikan bekal kepada mahasiswa tentang pengetahuan dasar yang diperlukan pada praktik pengajaran mikro dan praktik pembelajaran di sekolah/lembaga. Adapun pengetahuan dasar yang perlu diketahui mahasiswa adalah sebagai berikut. 1. Hakikat pengajaran mikro/ Magang II. 2. Keterampilan Dasar Mengajar. 3. Kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan. 4. Kajian standar kompetensi dan kurikulum yang sedang berlaku. 5. Kajian tentang pedoman khusus pengembangan silabus dan sistem penilaian sesuai dengan mata pelajaran masing-masing. 6. Pembuatan silabus sesuai dengan mata pelajaran masing-masing. 7. Pembuatan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). C. Lingkup Materi Pembekalan Materi pembekalan pengajaran mikro yang disampaikan kepada para mahasiswa mencakup dua kelompok, yaitu materi yang terkait dengan kompetensi professional dan materi yang terkait dengan kompetensi kepribadian. Secara rinci, materi-materi pembekalan pengajaran mikro ini adalah sebagai berikut. 1. Materi Kompetensi Profesional, yaitu mencakup: a. Standar Kompetensi Guru/Pendidik b. Mekanisme Pengajaran Mikro/ Magang II c. Inovasi pembelajaran, yang terdiri atas Pembelajaran Kontekstual, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), dan Lesson Study. 2. Materi Kompetensi kepribadian, meliputi sebagai berikut. a. Etika profesi tenaga pendidik/tenaga kependidikan b. Motivasi dan komitmen dalam tugas/pekerjaan.
BUKU PEMBEKALAN PENGAJARAN MIKRO
: 19
3. Tugas Mahasiswa Mahasiswa peserta pengajaran mikro hendaknya mematuhi berbagai tugas yang diberikan baik oleh koordinator maupun pembimbing pengajaran mikro prodi. Adapun tugas mahasiswa selama berlangsungnya pengajaran mikro adalah sebagai berikut. a. Mencari kelengkapan untuk praktik pengajaran mikro/ Magang II seperti kurikulum yang sedang berlaku, Pedoman Khusus Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian. b. Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran sebelum latihan pengajaran mikro/ Magang II. c. Melaksanakan latihan keterampilan terbatas dan latihan keterampilan terpadu. d. Melakukan observasi ke sekolah atau lembaga tempat PPL dan menyerahkan hasilnya kepada dosen pembimbing pengajaran mikro/ Magang II. e. Hadir sebelum waktu kegiatan. f. Mengikuti seluruh kegiatan pengajaran mikro/ Magang II. g. Bersikap sebagai model guru sesungguhnya. h. Pada waktu pelaksanaan pengajaran mikro/ Magang II, berperan sebagai model siswa sesungguhnya (mengajukan pertanyaan, menjawab pertanyaan guru atau bila perlu menjawab 'tidak tahu', berdiskusi, sebagai tutor teman sejawat, dll). i. Memberikan masukan (refleksi) dalam pelaksanaan pengajaran mikro/ Magang II. j. Berkonsultasi secara aktif kepada dosen pembimbing pengajaran mikro/ Magang II. k. Berpakaian sopan dan rapi. sesuai karakteristik prodi masing-masing. l. Menaati tata tertib yang berlaku. F. Sistem Bimbingan Pengajaran Mikro/ Magang II Bimbingan pengajaran mikro/ Magang II dilakukan secara bertahap dan terpadu. Secara bertahap artinya pertama-tama memberi latihan keterampilan secara terbatas yaitu hanya latihan satu atau dua keterampilan dasar mengajar. Bimbingan pengajaran mikro secara terpadu yaitu perpaduan dari segenap keterampilan dasar mengajar, yaitu sejak keterampilan menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran (membuka pelajaran, menyampaikan kegiatan inti), sampai menutup pelajaran, termasuk evaluasi. .
18 : BUKU PEMBEKALAN PENGAJARAN MIKRO
1. Orientasi Pengajaran Mikro/ Magang II Orientasi pengajaran mikro/ Magang II dilaksanakan sebelum perkuliahan pengajaran mikro dimulai, harus diikuti oleh seluruh mahasiswa pada prodi yang bersangkutan dan didampingi oleh dosen pembimbing. 2. Observasi Proses Pembelajaran dan Kondisi Sekolah/Lembaga Kegiatan observasi ini bertujuan agar para mahasiswa dapat: a. mengenal dan memperoleh gambaran nyata tentang pelaksanaan pembelajaran di sekolah b. menyepadankan pelaksanaan pembelajaran pada saat kuliah pengajaran mikro/ Magang II di kampus dengan yang dilakukan di sekolah/lembaga; dan mendata keadaan fisik sekolah/lembaga untuk mendapatkan wawasan tentang berbagai kegiatan yang terkait dengan proses pembelajaran. Hasil observasi pembelajaran didiskusikan bersama dosen pembimbing pengajaran mikro/ Magang II. 3. Praktik Pengajaran Mikro/ Magang II Dalam pelaksanaan praktik pengajaran mikro/ Magang II, mahasiswa dilatih keterampilan dasar mengajar yang meliputi keterampilan dasar mengajar terbatas dan keterampilan dasar mengajar terpadu. E. Deskripsi Tugas Personalia Pengajaran Mikro/ Magang II 1. Tugas Koordinator Pengajaran Mikro/ Magang II Tugas koordinator pengajaran mikro antara lain mengelomp okkan mahasiswa yang telah mendaftar di PP PPL & PKL sebagai peserta pengajaran mikro. Setiap kelompok terdiri atas 10 sd 16 mahasiswa. 2. Tugas Pembimbing Pengajaran Mikro/ Magang II Tugas dosen pembimbing pengajaran mikro/ Magang II antara lain membimbing latihan keterampilan dasar mengajar secara terbatas dan terpadu, membimbing observasi di sekolah/lembaga tempat praktik mengajar. memberikan remedial terhadap mahasiswa yang belum dapat mencapai nilai B, memberikan supervisi klinis kepada mahasiswa guna meningkatkan kualitas kompetensi dasar menga jar.
BUKU PEMBEKALAN PENGAJARAN MIKRO
: 3
D. Pola Pembekalan Pengajaran Mikro Pembekalan Pengajaran Mikro/ Magang II dilaksanakan di setiap program studi di lingkungan UNY. Meskipun demikian, koordinasi tetap dilaksanakan bersama oleh PP PPL&PKL dan Koordinator PPL Program Studi. Untuk menentukan tempat dan waktu pembekalan menjadi tanggung jawab Koordinator PPL Program Studi. E. Waktu dan Tempat Pembekalan Pembekalan Pengajaran Mikro/ Magang II dilaksanakan sesuai dengan kondisi Fakultas atau Program Studi yang bersangkutan. Tempat pembekalan diserahkan pada masing-masing program studi, sesuai dengan kapasitas ruangan yang ada.
4
: BUKU PEMBEKALAN PENGAJARAN MIKRO
BAB II MOTIVASI DIRI DAN ETIKA PROFESI
BUKU PEMBEKALAN PENGAJARAN MIKRO
: 17
Mahasiswa yang telah mendaftar sebagai peserta pengajaran mikro, sekaligus terdaftar sebagai peserta PPL yang akan dilaksanakan pada semester 7 (Tujuh). Mekanisme pelaksanaan kuliah pengajaran mikro/ Magang II nampak seperti pada bagan berikut.
A. Pengembangan Motivasi Diri
Observasi
1. Siapakah Saya Ini? Ingin Jadi Ap akah Saya Ini?
Pernyataan Pribadi Maksud penilaian diri sendiri ini adalah untuk membantu Saudara menghimpun segala hal-ihwal mengenai diri Saudara. Saudara membutuhkan hal itu selama pelaksanaan Pengajaran Mikro dan KKN-PPL berlangsung, karena Saudara diminta untuk menyiapkan rencana dan tujuan yang ingin Saudara capai. Saudara mungkin ingin bertanya: “Siapakah saya ini?, serta pertanyaan: “Ingin jadi apakah saya ini?” Kedua pertanyaan tersebut berkaitan dan keduanya membutuhkan adanya gagasan-gagasan. Usahakah dalam mencurahkan pikiran Saudara sejelas-jelasnya. Kejelasan tentang gagasan ini akan membantu Saudara selama pelaksanaan Pengajaran Mikro dan KKN-PPL berlangsung. Apa yang Saudara tulis adalah untuk Saudara sendiri dan tidak akan dilihat oleh orang lain. Selama Saudara berusaha menjawab pertanyaan: “Siapakah saya Ini?. “Ingin jadi apakah saya ini?” pertimbangkan yang tercakup dalam pertanyaan yang akan kami ajukan berikut ini mungkin banyak membantu Saudara. a. Dalam pekerjaan Saudara sekarang (sebagai mahasiswa), apa yang menimbulkan dalam diri Saudara: 1) Perasaan bahwa Saudara sangat berhasil? 2) Perasaan bahwa Sauada kurang berhasil? b. Apa keunggulan-keunggulan pribadi Saudara? Segi apakah yang masih perlu dikembangkan? 1) Keunggulkan-keunggulan: 2) Segi-segi yang membutuhkan pengembangan:
Praktik Pengajaran Mikro Latihan Ketrampilan Terbatas Latihan Ketrampilan Terpadu
Masukan oleh dosen dan mahasiswa
Presentasi ke-1, 2, 3, ..... n
Tidak
Ada masalah ?
Ya
Supervisi Klinis
Gambar 1 Mekanisme Jalannya Kuliah Pengajaran Mikro/ Magang II
D. Pelaksanaan Kuliah Pengajaran Mikro/ Magang II Pelaksanaan pengajaran mikro melibatkan unsur-unsur dosen pembimbing pengajaran mikro, staf PP PPL&PKL, lembaga lain yang terkait seperti sekolah/lembaga tempat praktik mengajar, guru/instruktur, dan mahasiswa/siswa. Kegiatan kuliah pengajaran mikro lebih menekankan pada latihan, yang meliputi aktivitas sebagai berikut.
16
: BUKU PEMBEKALAN PENGAJARAN MIKRO
BAB IV MEKANISME KULIAH PENGAJARAN MIKRO/ MAGANG II
A. Tujuan Pengajaran Mikro/ Magang II Secara umum, pengajaran mikro bertujuan untuk membentuk dan mengembangkan kompetensi dasar mengajar sebagai bekal praktik mengajar (real-teaching) di sekolah/lembaga pendidikan dalam program PPL. Secara khusus, tujuan pengajaran mikro adalah sebagai berikut. 1. Memahami dasar-dasar pengajaran mikro/ Magang II. 2. Melatih mahasiswa menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). 3. Membentuk dan meningkatkan kompetensi dasar mengajar terbatas dan terpadu. 4. Membentuk kompetensi kepribadian. 5. Membentuk kompetensi sosial. B. Standar Kompetensi Pengajaran Mikro Kompetensi dasar mengajar dalam Pengajaran Mikro adalah kemampuan minimal yang harus dicapai oleh mahasiswa pada pengajaran mikro. Selengkapnya kompetensi dasar dalam pengajaran mikro adalah sebagai berikut. 1. Memahami dasar-dasar Pengajaran Mikro/ Magang II 2. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 3. Mempraktikkan keterampilan dasar mengajar terbatas 4. Mempraktikkan keterampilan dasar mengajar terpadu 5. Mengevaluasi praktik Pengajaran Mikro C. Mekanisme Kuliah Pengajaran Mikro Pengajaran mikro dilaksanakan di program studi (prodi) masing-masing fakultas oleh dosen pembimbing pengajaran mikro dan dikoordinasi oleh seorang koordinator pengajaran mikro tingkat prodi maupun fakultas. Pelaksanaan pengajaran mikro dilakukan pada semester VI. Sebelum pelaksanaan pengajaran mikro, mahasiswa calon peserta mendaftarkan diri di UPPL secara online lewat website PP PPL&PKL terintegras i dengan SIAKAD UNY.
BUKU PEMBEKALAN PENGAJARAN MIKRO
: 5
Umumnya orang mempunyai “proyek rahasia” atau rencana pribadi untuk suatu waktu di dalam hidupnya. Apakah tujuan hidup Saudara yang sebenarnya? d. Sebagian besar dari kita, ingin bebas mengerjakan sesuatu yang ingin kita kerjakan, ketika kita ingin mengerjakannya. Apakah yang akan Saudara kerjakan jika Saudara mempunyai waktu selama: 1) Satu jam? 2) Satu hari? 3) Satu minggu? 4) Satu tahun? e. Coba Saudara bayangkan dan renungkan sejenak sebuah percakapan yang akan terjadi di waktu yang akan datang, sesudah Saudara meningg al dunia. Beberapa kawan yang mengenal Saudara dengan baik berkumpul dan membicarakan Saudara. Apakah yang Saudara inginkan untuk dikenang dan dibicarakan oleh mereka? f. Kita semua memiliki “garis hidup”. Sekarang Saudara sudah berusia berapa dan apa yang akan Saudara kerjakan dalam sisa hidup Saudara berkenaan dengan pertanyaan di atas? Bagiamana keinginan dan target prestasi dan profesi Saudara di masa depan? 2. Jendela Johari (The Johari Window) Pribadi orang dapat digambarkan atas empat bidang atau komponen, yang merupakan hasil pengamatan/persepsi orang terhadap diri sendiri dan orang lain. Oleh karena itu, pribadi seseorang dapat digambarkan sebagai suatu “jendela” seperti di bawah ini.
1 Pribadi Terbuka (Public Self )
2 Pribadi Terlena (Blind Spots)
3 Pribadi Tersembunyi (Hiddent Self )
4 Pribadi Tidak Dikenal (Unknown Self )
6
: BUKU PEMBEKALAN PENGAJARAN MIKRO
Istilah JOHARI berasal dari nama JOSEPH LUFT dan HARINGTON INGHAM. Penjelasan masing-masing jendela tersebut sebagai berikut. Jendela 1: PRIBADI TERBUKA (PUBLIC SELF, SHAREDIMAGE ) Bagian pribadi yang disadari oleh diri sendiri dan ditampilkan kepada orang lain atas kemauan sendiri. Misalnya, berbagai perasaan, pendapat, dan pikiran-pikiran yang dipilih untuk disampaikan kepada oarang lain. Juga hal-hal yang tidak dapat ditutupi terhadap orang lain, seperti : paras muka, bentuk badan, umur yang tampak pada keadaan badan (tua, muda), meskipun banyak orang ingin menutupinya. Jendela 2: PRIBADI TERSEMBUNYI (HIDDEN SELF, CONCEALEDIMAGE) Bagian pribadi yang disadari oleh dirinya sendir, tetapi secara sadar ditutup-tutupi atau disembunyikan terhadap orang lain. Mungkin juga orang tidak tahu bagaimana menyampaikan dirinya kepada orang lain (tidak setuju tentang pendapat orang lain tetapi tidak dapat menyampaikan hal itu), karena kalau disampaikan akan membuat malu diri sendiri, misalnya perasaan ketidakpastian, keinginan-keinginan yang rahasia, dan sebagainya. Jendela 3: PRIBADI TERLENA (BLIND SPOT, COMPLEMENTRY IMAGE ) Bagian pribadi yang tanpa disadari oleh diri sendiri, tertutup oleh dirinya akan tetapi tersampaikan kepada orang lain atau diketahui oleh orang lain. Misalnya kebiasaan, sifat, dan kemampuan tertentu yang tidak disadari ada pada diri sendiri, yang sering berpengaruh (positif/negatif) dalam berhubungan dengan orang lain (sering membuat interupsi, kurang memperhatikan perasaan orang lain, senang membantah, membanggakan diri sendiri). Jendela 4: PRIBADI TAK DIKENAL OLEH DIRI SENDIRI DAN ORANG LAIN (UNKNOWN SELF, UNCONSCIOUS IMAGE) Bagian pribadi yang tidak dikenal oleh diri sendiri dan orang lain ini adalah berupa motif-motif, kebutuhan-kebutuhan yang tidak disadari, terlupakan atau didesak kebawah kesadaran sehingga tidak dikenal lagi dan masih mempengaruhi tindakan dalam berhubungan dengan orang lain.
BUKU PEMBEKALAN PENGAJARAN MIKRO
: 15
a. Subkompetensi menguasai substansi keilmuan yang terkait dengan bidang studi memiliki indikator essensial : memahami materi ajar yang ada dalam kurikulum sekolah, memahami struktur, konsep dan metode keilmuan yang menaungi atau koheren dengan materi ajar, memahami hubungan konsep antar mata pelajaran terkait, dan menerapkan konsep-konsep keilmuan dalam kehidupan sehari-hari. b. Subkompetensi menguasai struktur dan metode keilmuan memiliki indikator essensial menguasai langkah-langkah penelitian dan kajian kritis untuk memperdalam pengetahuan/materi bidang studi. 1. Kompetensi Sosial Kompetensi sosial merupakan kemampuan guru untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik , dan masyarakat sekitar. Kompetensi ini memiliki subkompetensi dengan indikator essensial sebagai berikut c. Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan sesama pendidik dan tenaga kependidikan . d. Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan sesama pendidik dan tenaga kependidikan. e. Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan orang tua/wali peserta didi k dan masyarakat sekitar. Perlu dijelaskan bahwa sebenarnya keempat kompetensi (kepribadian, padagodik, profesional, dan sosial) tersebut dalam praktiknya merupakan satu kesatuan yang utuh. Pemilahan menjadi empat ini, semata-mata untuk kemudahan memahaminya. Beberapa ahli mengatakan istilah kompetensi profesional sebenarnya merupakan “payung”, karena telah mencakup semua kompetensi lainnya. Sedangkan penguasaan materi ajar secara luas dan mendalam lebih tepat disebut dengan penguasaan sumber bahan ajar (disciplinaly content) atau sering disebut bidang studi keahlian. Hal ini mengacu pandangan yang menyebutkan bahwa sebagai guru yang berkompeten memiliki (1) pemahaman terhadap karakteristik peserta didik, (2) penguasaan bidang studi, baik dari keilmuan maupun kependidikan, (3) kemampuan penyelenggaraan pembelajaran yang mendidik, dan (4) kemauan dan kemampuan mengembangkan profesionalitas dan kebribadian secara berkelanjutan.
14
: BUKU PEMBEKALAN PENGAJARAN MIKRO
Secara rinci setiap subkompetensi dijabarkan menjadi indikator essensial sebagai berikut. a. Subkompetensi memahami peserta didik secara mendalam memiliki indikator essensial: memahami peserta didik dengan memanfaatkan prinsip-prinsip pengembangan kognitif, memahami peserta didik dengan memanfaatkan prinsip-prinsip kepribadian, dan mengidentifikasi bekal ajar awal peserta didik. b. Merancang pembelajaran, termasuk memahami landasan pendidikan untuk kepentingan pembelajaran. Subkompetensi ini memiliki indikator essensial:memahami landasan kependidikan;menerapkan teori belajar dan pembelajaran; menntukan strategi pembelajaran berdasarkan karakteristik peserta didik, kompetensi yang ingin dicapai, dan materi ajart; serta menyusun rancangan pembelajaran berdasarkan strategi yang dipilih. c. Subkompetensi melaksanakan pembelajaran memiliki indikator essensial: menata latar (setting) pembelajaran; dan melaksanakan pembelajaran yang kondusif. d. Subkompete nsi merancang dan melaksanakan evaluasi pembelaja ran memiliki indikator essensial: merancang dan melaksanakan evaluasi (assessment) proses dan hasil belajar secara berkesinambung dengan berbagai metode; menganalisis hasil evaluasi proses dan hasil belajar untuk menentukan tingkat ketuntasan belajar ( mastery learning ); dan memanfaatkan hasil penilaian pembelajaran untuk perbaikan kualitas program pembelajaran secara umum. e. Subkompetensi mengembangkan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensinya, memiliki indikator essensial: memfasilitasi peserta didik untuk pengembangan berbagai potensi akademik; dan memfasilitasi peserta didik untuk mengembangan berbagai potensi nonakadedemik. 1. Kompetensi Profesional Kompetensi Profesional merupakan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam, yang mencakup penguasaan materi kurikulum mata pelajaran di sekolah dan substansi keilmuan yang menaungi materinya, serta penguasaan terhadap struktur dan metodologi keilmuannya. Setiap subkompetensi tersebut memiliki indikator essensial sebagai berikut.
BUKU PEMBEKALAN PENGAJARAN MIKRO
: 7
B. Etika Profesi Pendidik dan Tenaga Kependidikan UU Sisdiknas menggariskan beberapa hal. Pertama, untuk membe-rikan penjaminan mutu pendidikan ditetapkan “standar nasional pendi-dikan yang di dalamnya mencakup standar isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan dan penilaian pendidikan yang harus ditingkatkan secara berkala” (Ps. 35 ayat 1). Kedua, guru sebagai unsur pendidik “merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan bimbingan dan pelatihan” (Ps. 39 ayat 2). Ketiga, guru sebagai unsur pendidik “harus memiliki kualifikasi minimum dan sertifikasi sesuai dengan jenjang kewenangan mengajar, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional” (Ps. 42 ayat 1). Tuntutan formal-profesional bagi jabatan guru sebagaimana tercan-tum dalam UU Sisdiknas, perlu dipersiapkan melalui pendidikan praja-batan guru. Karena itu, untuk menghasilkan lulusan guru pemula yang kompeten diperlukan adanya standar kompetensi lulusan. Kompetensi lulusan merupakan kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup pengetahuan, sikap dan keterampilan sesuai dengan standar nasional. Dalam PP No 19 Tahun 205 tentang Standar Nasi onal Pendi-dikan, pasa l 26 disebutkan, standar kompetensi lulusan pada jenjang pen-didikan tinggi bertujuan untuk mempersiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang berakhlak mulia, memiliki pengetahuan, kete-rampilan, kemandirian, dan sikap untuk menemukan, mengembangkan, serta menerapkan ilmu, teknologi, dan seni yang bermanfaat bagi kema-nusiaan. Selanjutnya dalam pasal 28, ayat (1) disebutkan pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Sedangkan pada ayat (2) kualifikasi akademik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah tingkat pendidikan minimal yang harus dipenuhi oleh seorang pendidik yang dibuktikan dengan ijazah dan/atau sertifikat keahlian yang relevan sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku. 1. Guru sebagai Profesi Standar nasional pendidikan antara lain mengamanatkan dipenuhi-nya Standar Pendidik dan Tenaga Kependidika n, yaitu sebagai berikut.
8
: BUKU PEMBEKALAN PENGAJARAN MIKRO
a. Pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemam-puan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. b. Kualifikasi akademik dibuktikan dengan ijazah dan/atau sertifikat keahlian yang relevan. c. Kompetensi sebagai agen pembelajaran meliputi: kompetensi pedago-gik, kepribadian, profesional, dan sosial. Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada jalur pendidikan formal, serta pada jenjang pendidikan dasar dan pendidikan menengah, termasuk pendidikan anak usia dini. Sebagai pendidik profesional guru dituntut untuk: (1) menguasai substansi kajian yang mendalam, (2) dapat melaksanakan pembelajaran yang mendidik, (3) berkepribadian, dan (4) memiliki komitmen dan perhatian terhadap perkembangan peserta didik 2. Tugas dan Fungsi Guru Guru sebagai tenaga profesional bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, melakukan penelitian, membantu pengembangan dan pengelolaan program sekolah serta mengembangkan profesionalitas. Untuk memenuhi kualifikasi profesionalitas guru tersebut diatur dalam tugas dan fungsi sebagaimana tabel berikut. Tabel 1. Tugas dan Fungsi Guru
BUKU PEMBEKALAN PENGAJARAN MIKRO
: 13
C. Ruang Lingkup Kompetensi Guru Dalam UUGD dan PP No. 19/2005 dinyatakan bahwa ruang lingkup kompetensi guru meliputi 4 hal, yaitu: (1) kompetensi kepribadian, (2) kompetensi pedagogik, (3) kompetensi profesional dan (4) kompetensi sosial. Keempat jenis kompetensi guru tersebut di atas beserta subkompetensi dan indikator essensialnya dapat dijabarkan sebagai berikut. 1. Kompetensi Kepribadian Kompetensi kepribadian merupakan kemampuan personal yang mencerminkan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia. Secara rinci subkompetensi tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut. a. Subkompetensi kepribadian yang mantap dan stabil memiliki indikator essensial, bertindak sesuai dengan norma hukum, bertindak sesuai dengan norma sosial, bangga sebagai guru, dan memiliki konsistensi dalam bertindak sesuai dengan norma. b. Subkompetensi kepribadian yang dewasa memiliki indikator essensial, menampilkan kemandirian dalam bertindak sebagai pendidik dan memiliki etos kerja sebagai guru. c. Subkompetensi kepribadian yang arif memiliki indikator essensial, menampilkan tindakan yang didasarkan pada kemanfaatan peserta didik, sekolah, dan masyarakat serta menunjukkan keterbukaan dalam berfikir dan bertindak. d. Subkompetensi kepribadian yang berwibawa memiliki indikator essensial, memiliki perilaku yang berpengaruh positif terhadap peserta didik dan memiliki perilaku yang disegani. e. Subkompetensi akhlak mulia dan dapat menjadi teladan memiliki indikator essensial, bertindak sesuai dengan norma religius (iman dan tagwa, jujur, ikhlas, suka menolong), dan memiliki perilaku yang diteladani peserta didik. 2. Kompetensi Pedagogik Kompetensi pedagogik sebagai kemampuan mengelola pembelajaran yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.
12
: BUKU PEMBEKALAN PENGAJARAN MIKRO
BUKU PEMBEKALAN PENGAJARAN MIKRO
: 9
BAB III STANDAR KOMPETENSI GURU
A. Dasar Pemikiran Kualitas guru di Indonesia akhir-akhir ini mendapat sorotan yang tajam. Berdasarkan catatan Human Development Index (HDI) (dalam Toharudin, Pikiran Rakyat 24 Oktob er 2005) terdap at 60% guru SD, 40% guru SLTP, 43% guru SMA, dan 34% guru SMK dianggap belum layak mengajar di jenjang masing-masing. Sedangkan kualitas SDM Indonesia menempati urutan 109 dari 179 negara di dunia. Sementara itu, masih sekitar 45,96% guru SD, SMP, dan SMA yang tidak memenuhi kualifikasi pendidikan minimal (Samani dkk, 2006: 8). Secara terperinci guru-guru yang belum memenuhi standar kualifikasi pendidikan adalah SD 34%, SMP 71,2%, dan SMA 46,6%. Berdasarkan data di atas, tampak bahwa kualitas guru di Indonesia masih jauh dari harapan. Oleh karena itu diperlukan refleksi diri semua pihak yang terlibat dalam dunia pendidikan untuk selalu mengembangkan kompetensinya agar memberikan sumbangan yang maksimal terhadap peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia. Pada sisi yang lain, amanat Undang-Undang Guru dan Dosen mengisaratkan agar guru di masa yang akan datang mempunyai standar kompetensi yang memadai untuk melaksanakan tugasnya melalui program sertifikasi guru. Hanya guru yang berkompetensi saja yang yang berhak memiliki sertifikat sebagai guru profesional dengan kemudahan-kemudahan yang mengiringinya. B. Pengertian Kompetensi Guru Dalam Undang-Undang Guru dan Dosen (UUGD) disebutkan bahwa “kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan”. Kompetensi guru dapat dimaknai sebagai kebulatan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang berwujud tindakan cerdas dan penuh tanggung jawab dalam melaksanakan tugas sebagai agen pembelajaran.
3. Etika Mahasiswa Calon Guru/Tenaga Kependidikan Praktek pengalaman lapangan di sekolah merupakan program wajib bagi mahasiswa calon guru/tenaga kependidikan. Seorang guru dituntut untuk menjadi contoh teladan bagi peserta didik maupun orang lain. Oleh karena itu pembentukan sikap, kepribadian, moral, dan karakter sosok seorang guru/tenaga kependidikan harus dimulai sejak mahasiswa calon guru/tenaga kependidikan memasuki dunia pendidikan tenaga kependidikan (LPTK). Universitas Negeri Yogyakarya sebagai lebaga pendidikan tinggi LPTK menempatkan program kependidikan sebagai unggulan dalam arti tugas utama UNY sebagai lembaga pendidikan tinggi adalah menghasilkan tenaga guru/tenaga kependidikan yang berkualitas baik dari sisi akademik maupun non akademik. Dengan demikian diharapkan mahasiswa peserta PPL di sekolah harus memahami akan etika sebagai mahasiswa calon guru maupun etika profesi pendidik dan tenaga kependidikan.
10
: BUKU PEMBEKALAN PENGAJARAN MIKRO
Etika adalah pedoman dalam bersikap dan berperilaku yang didalamnya berisi garis besar nilai moral dan norma yang mencerminkan masyarakat kampus yang ilmiah, edukatif, kreatif, santun dan bermartabat. Berikut disampaikan Etika Mahasiswa Calon Guru secara umum dan khusus. a. Umum 1) Memiliki sikap jujur, optimis, kreatif, rasional, mampu berfikir kritis, rendah hati, demokratis, sopan, mengutamakan kejujuran akademik, menghargai waktu, dan terbuka terhadap perkembangan ipteks 2) Mampu merancang, melaksanakan, dan menyelesaikan studi dengan baik. 3) Mampu menciptakan kehidupan kampus yang aman, nyaman, bersih, tertib, dan kondusif 4) Mampu bertanggungjawab secara moral, spiritual, dan sosial untuk mengamalkan ipteks b. Khusus 1) Berpakaian rapi, bersih, sopan, serasi sesuai dengan konteks keperluan 2) Bergaul, bertegur sapa, dan bertutur kata dengan sopan, wajar, simpatik, edukatif, bermakna sesuai dengan norma moral yang berlaku 3) Mengembangkan iklim penciptaan karya ipteks yang mencerminkan kejernihan hati nurani, bernuansa pengabdian pada Tuhan YME, dan mendorong pada kualitas hidup kemanusiaan. 4. Etika Profesi Pendidik dan Tenaga Kependidikan Dalam melaksanakan tugas keprofesionalannya seorang pendidik dituntut untuk mampu: (1) mengenali potensi peserta didik, (2) transfer pengetahuan dan nilai-nilai, (3) memberikan pendampingan: penumbuhan self confidence dan optimisme, memberikan arahan dan pencerahan, (4) membangun emotional attachment : sentuhan kejiwaan, sentuhan transendental. Guru/pendidik yang profesional memiliki ciri-ciri: menguasai substansi kajian yang mendalam, dapat melaksanakan pembelajaran yang mendidik, berkepribadian, dan memiliki komitmen dan perhatian terhadap perkembangan peserta didik. Karena substansi kajian dan konteks
BUKU PEMBEKALAN PENGAJARAN MIKRO
: 11
pembelajaran selalu berkembang dan berubah menurut dimensi ruang dan waktu, guru dituntut untuk selalu meningkatkan kompetensinya. Untuk dapat meningkatkan kompetensinya, guru perlu memiliki kemampuan untuk menggali informasi dari berbagai sumber termasuk dari sumber elektronik dan melakukan kajian atau penelitian untuk menunjang pembelajaran yang mendidik. Sebagai seorang pendidik dan tenaga kependidikan diharapkan mampu memahami etika profesi antara lain : a. memiliki kepribadian yang tangguh yang bercirikan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, be rakhlak mulia, kreat if, mandiri. b. memiliki wawasan kependidikan, psikologi, budaya peserta didik dan lingkungan. c. mampu melaksanakan praktik bimbingan dan konseling secara professional. d. mampu memecahkan berbagai persoalan yang menyangkut bimbingan konseling. e. mampu mengembangkan dan mempraktekkan kerja sama dalam bidangnya dengan pihak terkait. f. memiliki wawasan psiko-sosial kependidikan dan kemampuan memberdayakan warga belajar dalam konteks lingkungannya. g. memiliki pengetahuan tentang hakikat, tujuan, prinsip evaluasi pendidikan. h. mampu menerapkan fungsi manajemen dan kepemimpinan pendidikan dalam berbagai konteks. i. memiliki wawasan tentang filosofi, strategi dan prosedur pengembangan, pelaksanaan dan evaluasi kurikulum untuk berbagai konteks. j. memiliki wawasan yang luas tentang teknologi pembelajaran. k. mampu menerapkan berbagai prinsip teknologi pembelajaran dalam berbagai konteks. l. mampu memecahkan masalah pendidikan melalui teknologi pembelajaran. m. mampu mengembangkan dan mempraktikkan kerja sama dalam bidangnya dengan pihak terkait.