BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Kolostomi merupakan sebuah lubang yang dibuat oleh dokter ahli bedah pada dinding abdomen untuk mengeluarkan feses.Lubang kolostomi yang muncul dipermukaan yang berupa mukosa kemerahan disebut dengan stoma. Kolostomi dapat dibuat secara permanen ataupun temporer (sementara) yang disesuaikan dengan kebutuhan pasien.1 Tindakan kolostomi paling sering dilakukan karena adanya karsinoma kolon dan rektum . Angka kejadian karsinoma kolon dan rektum di Amerika Serikat bekisar 150.000 dalam setahun . Sedangkan di Indonesia prevalensi karsinoma kolon dan rektum cukup tinggi, dan kejadiannya meningkat pada usia diatas 40 tahun. Pada saat peneliti melakukan studi pendahuluan di RSUP H. Adam Malik Medan, jumlah pasien kolostomi mulai bulan januari 2009 sampai dengan den gan September 2011 sebanyak seban yak 1.221 jiwa. Pasien dengan pemasangan kolostomi disertai dengan tindakan laparotomi (operasi pembukaan dinding perut). Luka laparotomi sangat beresiko mengalami infeksi karena letaknya yang bersebelahan dengan lubang stoma yang kemungkinan banyak mengeluarkan feses yang dapat mengkontaminasi luka. Komplikasi pada stoma yang dapat terjadi adalah obstruksi/penyumbatan yang diakibatkan karena adanya perlengketan usus atau adanya pergeseran feses yang
sulit dikeluarkan, stenosis akibat penyempitan lumen, prolap pada stoma akibat kelemahan otot abdomen, perdarahan stoma akibat tidak adekuatnya haemostasis dari jahitan batas mucocutaneus, edema jaringan stoma akibat tekanan dari hematoma peristomal dan pengkerutan dari kantong kolostomi, nekrotik stoma akibat cedera pada pembuluh darah stoma, dan retraksi/pengkerutan stoma akibat kantong stoma yang terlalu sempit/tidak pas untuk ukuran stoma dan akibat jaringan scar disekitar stoma.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi Usus
Usus halus merupakan tabung kompleks, berlipat-lipat yang membentang dari pilorus sampai katup ileosekal. Pada orang hidup panjang usus halus sekitar 12 kaki(22 kaki pada kadaver akibat relaksasi). Usus ini mengisi bagian tengah dan bawah rongga abdomen. Ujung proksimalnya bergaris tengah sekitar 3,8 cm, tetapi semakin ke bawah lambat laun garis tengahnya berkurang sampai menjadi sekitar 2,5 cm.3
2.1.1. Struktur usus halus
Struktur usus halus terdiri dari bagian-bagian berikut ini: a.Duodenum Bentuknya melengkung seperti kuku kuda. Dinding duodenum mempunyai lapisan mukosa yang banyak mengandung kelenjar brunner untuk memproduksi getah intestinum. Panjang duodenum sekitar 25 cm, mulai dari pilorus sampai jejunum. b.Jejunum Panjangnya 2-3 meter dan berkelok-kelok, terletak di sebelah kiri atas intestinum minor. c. Ileum Ujung batas antara ileum dan jejunum tidak jelas, panjangnya ±4-5 m. Ileum merupakan usus halus yang terletak di sebelah kanan bawah berhubungan dengan sekum dengan perantaraan lubang orifisium ileosekalis yang diperkuat sfingter dan katup valvula ceicalis (valvula bauchini) yang berfungsi mencegah cairan dalam kolon agar tidak masuk lagi ke dalam ileum.
2.1.2.Struktur usus besar
Usus besar merupakan tabung muscular berongga dengan panjang sekitar 5 kaki (sekitar 1,5 m) yang terbentang dari sekum sampai kanalis ani. Diameter usus besar sudah pasti lebih besar daripada usus kecil. Rata-rata sekitar 2,5 inci (sekitar 6,5cm) tetapi makin dekat anus diameternya semakin kecil. Lapisan-lapisan usus
besar dari dalam ke luar adalah selaput lendir, lapisan otot yang memanjang, dan jaringan ikat. 4 Bagian-bagian usus besar terdiri dari : a. Caecum. caecum adalah kantong tertutup yang menggantung di bawah area katup ileosekal apendik. Pada sekum terdapat katup ileosekal dan apendiks yang melekat pada ujung sekum. Apendiks vermiform, suatu tabung buntu yang sempit yang berisi jaringan limfoit, menonjol dari ujung sekum. b. Kolon Colon adalah bagian usus besar dari sekum sampai rektum. Kolon memiliki tiga divisi.
Kolon ascenden : Merentang dari sekum sampai ke tepi bawah hati disebelah kanan dan
membalik secara horizontal pada fleksura hepatika.
Kolon transversum: Merentang menyilang abdomen di bawah hati dan lambung sampai ke tepi
lateral ginjal kiri, tempatnya memutar ke bawah fleksura splenik.
Kolon desenden: Merentang ke bawah pada sisi kiri abdomen dan menjadi kolon sigmoid
berbentuk S yang bermuara di rektum.
c. Rektum adalah bagian saluran pencernaan selanjutnya dengan panjang 12-13 cm. Rektum berakhir pada saluran anal dan membuka ke eksterior di anus.
2.2 Definisi Kolostomi
Kolostomi (colostomy) berasal dari kata “colon” dan “stomy”. Colon (kolon) merupakan bagian dari usus besar yang memanjang dari sekum sampai rektum dan “stomy” (dalam bahasa Yunani “stoma” berarti mulut). Kolostomi dapat diartikan sebagai suatu pembedahan mengelurkan colon keluar dinding abdomen. Feses keluar melalui saluran usus yang akan keluar di sebuah kantung yang diletakkan pada abdomen.5 Kolostomi adalah membuat ostomi di kolon, dibentuk bila usus tersumbat oleh tumor.
Kolostomi adalah pembuatan lubang (stoma) pada kolon secara bedah, stoma dapat berfungsi sebagai diversi sementara atau permanen. Kolostomi adalah suatu tindakan pembedahan dengan membuka dinding perut sampai kolon untuk pembuatan lubang (stoma) diatas dinding perut sehingga feses (BAB) dialirkan melalui stoma yang dibuat.2 2.3 Indikasi Kolostomi
Indikasi colostomy yang permanent. Pada penyakit usus yang ganas seperti carsinoma pada usus. Kondisi infeksi tertentu pada co lon: 1. Trauma kolon dan sigmoid 2. Diversi pada anus malformasi 3. Diversi pada penyakit Hirschsprung 4. Diversi untuk kelainan lain pada rekto sigmoid anal kanal Indikasi kolostomi lainnya: Atresia Ani
Penyakit atresia ani adalah tidak terjadinya perforasi membran yang memisahkan bagian entoderm mengakibatkan pembuatan lubang anus yang tidak berhubungan langsung dengan rektum . Atresia ani adalah kelainan kongenital yang dikenal sebagai anus imperforate meliputi anus, rektum atau keduanya. Atresi ani atau imperforata anus adalah tidak komplit perkembangan embrionik pada distal usus (anus) tertutupnya anus secara abnormal.
Hirschprung desease
Penyakit Hirschprung atau megakolon aganglionik bawaan disebabkan oleh kelainan inervasi usus, mulai pada sfingter ani interna dan meluas ke proksimal, melibatkan panjang usus yang bervariasi.8 Penyakit Hischprung disebut juga kongenital aganglionosis atau megacolon yaitu tidak adanya sel ganglion dalam rectum dan sebagian tidak ada dalam colon. Malforasi Anorektum
Istilah Malforasi Anorektum merujuk pada suatu spektrum cacat. Perhatian utama ditujukan pada pengendalian usus selanjutnya, fungsi seksual dan saluran kencing. Beberapa kelainan yang memerlukan pembedahan kolostomi adalah; (1) Fistula Rektovesika Pada penderita Fistula Rektovesika, rektum berhubungan dengan saluran kencing pada setinggi leher vesika urinaria. Mekanisme sfingter sering berkembang sangat jelek. Sakrum sering tidak terbentuk atau sering kali tidak ada. Perineum tampak datar. Cacat ini mewakili 10% dari seluruh penderita laki-laki dengan cacat ini. Prognosis fungsi ususnya biasanya jelek. Kolostomi diharuskan selama masa neonatus yang disertai dengan operasi perbaikan korektif.8 (2) Fistula Rektouretra Pada kasus Fistula Rektouretra, rektum berhubungan dengan bagian bawah uretra atau bagian atas uretra. Mereka yang mempunyai Fistula Rektoprostatik mengalami perkembangan sakrum yang jelek dan
sering perineumnya datar.
Penderita ini mengalami kolostomi protektif selama masa neonatus. Fistula Rektouretra merupakan cacat anorektum yang paling sering pada penderita laki-laki. (3) Atresia Rektum Atresia Rektum adalah cacat yang jarang terjadi, hanya 1% dari
anomali anorektum. Tanda yang unik pada cacat ini adalah bahwa penderita mempunyai kanal anus dan anus yang normal . (4) Fistula Vestibular, Fistula Vestibular adalah cacat yang paling sering ditemukan pada perempuan. Kolostomi proteksi diperlukan sebelum dilakukan operasi koreksi, walaupun kolostomi ini tidak perlu dilakukan sebagai suatu tindakan darurat karena fistulanya sering cukup kompeten untuk dekompresi saluran cerna .(5) Kloaka Persisten Pada kasus Kloaka Persisten, rektum, vagina, dan saluran kencing bertemu dan menyatu dalam satu saluran bersama. Perineum mempunyai satu lubang yang terletak sedikit di belakang klitoris. Kolostomi pengalihan terindikasi pada saat lahir, lagipula penderita yang menderita kloaka mengalami keadaan darurat urologi, karena sekitar 90% diserai dengan cacat urologi. Sebelum kolostomi, diagnosis urologi harus ditegakkan untuk mengosongkan saluran kencing, jika perlu pada saat yang bersamaan dilakukan kolostomi.8 Anomali anorektal
Pilihan bedah untuk membentuk kolostomi atau untuk melakukan rekonstruksi definitif. Hanya lesi rendah seperti pasien yang mengalami fistula rectocutaneous di mana anomali adalah distal ke sfingter anal relatif mudah melaksanakan prosedur prosedur rekonstruktif perineum tanpa kolostomi pengalihan dalam semua kasus lain, atau bila ada keraguan, maka disarankan untuk melakukan kolostomi mengalihkan sementara diikuti oleh prosedur rekonstruksi. Sebuah kolostomi sigmoid cocok untuk sebagian besar kasus anus imperforata, tetapi untuk anomali cloacal, kolostomi transversal dianjurkan.
2.1.5 Kontra indikasi - Baru menjalani pembedahan jahitan belum pulih
- Penyakit menetap di dalam kolon - Fasilitas kebersihan tidak adekuat 2.6 Tujuan tindakan kolostomi
1. Sebagai bagian dari terapi bedah kanker kolorektal 2. Mangatasi masalah obstruksi, perforasi, infeksi, dan trauma pada kolon 3. Pembuatan saluran eliminasi fekal permanen setelah reseksi usus distal. 4. Menggantikan fungsi anus sebagai muara akhir saluran pencernaan. 5. Mengalihkan aliran feses bila ada proses patologis di distal. 6. Sebagai dekompresi pada obstruksi kolon. 2.7 Tipe dan Jenis Stoma
Ada beberapa tipe dari stoma yang dibedakan berdasarkan ukuran, bentuk lokasi, antara lain : Berdasarkan bentuk
1. End stoma : Usus dipotong dan ujung lainnya diletakkan pada dinding abdomen. Pada end stoma hanya satu ujung yang terbuka.
Gbr. 2. 1. End Stoma 2. Loop Stoma: bagian dari loop usus diletakkan pada dinding abdomen dan dapat diletakkan dengan penyangga sementara berupa plastic bridge maupun rod. Loop stoma adalah apabila bagian hulu (proximal-sisi kiri) dan bagian hilir (distal-sisi kanan) diletakkan pada posisi yang sama pada dinding abdomen. Bagian proximal dari stoma berfungsi untuk mengalirkan feses dari intestinal sedangkam bagian distal berfungsi untuk mengalirkan mukus yang berasal dari bagian distal stoma hingga anus.
Gbr. 2.2 Loop Stoma
3. Double Barrel Stoma : Pada dua ujung usus diletakkan pada dinding abdomen sebagai 2 stoma yang terpisah. Stoma dapat bedekatan satu sama lainnya ataupun terpisah. Pada loop stoma salah satu stoma disebut sebagai proximal stoma ( menghasilkan feses) dan distal stoma ( menghasilkan mukus)
Gbr. 2.3 Double Barrel Stoma 4. Kolostomi divided Kolostomi ini sering dibuat pada sigmoid pada karsinoma rektum yang tak dapat diangkat, sehingga karsinoma tersebut tidak teriritasi oleh tinja. 5. Kolostomi terminal Tipe ini dilakukan bila diperlukan untuk membuang kolon karena terlalu membahayakan bila dilakukan anastomosis yang memudahkan timbulnya sepsis. Kontinuitas dapat diperbaiki kemudian hari bila sepsis telah dapat diatasi dan kondisi penderita lebih baik. 6. Sekostomi dengan pipa (tube) Sekostomi merupakan kolostomi sementara. Berguna untuk dekompresi gas dalam usus. Sekostomi tidak cocok untuk diversi aliran feses. Saat ini sekostomi jarang digunakan karena stoma sering tersumbat oleh feses dan seringkali diperlukan
irigasi untuk kembali melancarkan. Jenis kolostomi berdasarkan lokasinya
1. Transversokolostomi merupakan kolostomi di kolon transversum Colostomy transversum dilakukan pada pasien – pasien dengan diverticulitis, penyakit inflamasi usus, keganasan, obstruksi usus, kecelakaan atau kelainan congenital.Colostomy jenis ini membolehkan feses keluar dari kolon sebelum sampai ke kolon desendens. Kolostoma pada kolon transversum mengeluarkan isi usus beberapa kali sehari karena isi kolon transversum tidak padat, sehingga lebih mudah diatur. 2. Sigmoidostomi yaitu kolostomi di sigmoid 3. kolostomi desenden yaitu kolostomi di kolon desenden dan 4.
kolostomi asenden, adalah kolostomi di asenden (Suriadi, 2006) Colostomy jenis ini terletak pada sebelah kanan abdomen dan cairan yang dihasilkan sangat encer.Colostomy tipe ini jarang digunakan karena lebih sering dilakukan ileostomy pada cairan usus yang en cer.
Berdasarkan Lama Penggunaan nya
Kolostomi dibuat berdasarkan indikasi dan tujuan tertentu, sehingga jenisnya ada beberapa macam tergantung dari kebutuhan pasien. Kolostomi dapat dibuat secara permanen maupun sementara. Kolostomi Permanen
Pembuatan kolostomi permanen biasanya dilakukan apabila pasien sudah tidak memungkinkan untuk defekasi secara normal karena adanya keganasan, perlengketan, atau pengangkatan kolon sigmoid atau rectum sehingga tidak memungkinkan feses melalui anus. Kolostomi permanen biasanya berupa kolostomi single barrel ( dengan satu ujung lubang).
Kolostomi permanen diperlukan ketika tidak terdapat lagi segmen usus bagian distal setelah dilakukan reseksi atau untuk alasan tertentu usus tidak dapat disambung lagi. Kolostomi dibuat untuk menggantikan fungsi anus bila anus dan rectum harus diangkat. Kolostomi permanen harus hati-hati ditempatkan untuk memudahkan dalam penanganan jangka panjang. Kolostomi permanen biasanya dibuat pada kolon kiri pada fossa iliaka kiri. Kolostomi permanen dilakukan pada beberapa kondisi tertentu, termasuk sekitar 15% oleh karena kasus kanker kolon. Kolostomi ini biasanya digunakan saat rektum perlu diangkat akibat suatu penyakit ataupun kanker. Kolostomi temporer/ sementara
Kolostomi sementara sering dilakukan untuk mengalihkan aliran feses dari daerah distal usus. Setelah masalah pada usus bagian distal telah teratasi, maka kolostomi dapat ditutup kembali. Kolostomi sementara berguna untuk: 1. Mengatasi obstruksi pada operasi elektif maupun tindakan darurat. Kolostomi dilakukan untuk mencegah obstruksi komplit usus besar bagian distal yang menyebabkan dilatasi bagian proksimal. 2. Melakukan proteksi terhadap anastomosis kolon setelah reseksi. Kolostomi sementara dibuat, misalnya pada penderita gawat abdomen dengan peritonitis yang telah dilakukan reseksi sebagian kolon. Pada keadaan demikian, membebani anastomosis baru dengan pasase feses merupakan tindakan yang tidak dapat dipertanggungjawabkan. 3. Oleh karena itu, untuk pengamanan anastomosis, aliran feses dialihkan
sementara melalui kolostomi dua stoma yang disebut stoma double barrel. Dengan cara Hartman, pembuatan anastomosis ditunda sampai radang di perut telah reda. 3. Kolostomi sementara dapat berguna untuk mengistirahatkan segmen usus bagian distal yang terlibat pada proses inflamasi misalnya abses perikolik, fistula anorektal. 2.8 Komplikasi
Insidens komplikasi untuk pasien dengan kolostomi sedikit lebih tinggi dibandingkan pasien ileostomi. Beberapa komplikasi umum adalah prolaps stoma, perforasi, retraksi stoma, impaksi fekal dan iritasi kulit. Kebocoran dari sisi anastomotik dapat terjadi bila sisa segmen usus mengalami sakit atau lemah. Kebocoran dari anastomotik usus menyebabkan distensi abdomen dan kekakuan, peningkatan suhu, serta tanda shock. Perbaikan pembedahan diperlukan. Adapun beberapa komplikasi yang dapat terjadi pada tindakan kolostomi yang dilakukan pada pasien. Komplikasi yang dimaksud antara lain: 1. Nekrosis kolostomi. Hal ini diakibatkan tidak adekuatnya suplai darah. Komplikasi ini biasanya terlihat 12-24 jam setelah pembedahan dan biasa diperlukan pembedahan tambahan untuk menanganinya. 2. Kolostomi retraksi. Disebabkan karena tidak cukupnya panjang stoma. Komplikasi ini dapat ditangani dengan menyediakan kantong khusus. Memperbaiki stoma dapat pula menjadi pilihan.
3. Parastomal hernia. Keadaan ini dapat timbul akibat letak stoma pada dinding abdomen yang lemah atau dibuat terbuka terlalu besar pada dinding abdomen. 4. Prolaps. Keadaan ini sering diakibatkan pembukaan yang terlalu besar pada dinding abdomen atau fiksasi usus yang tidak cukup kuat pada dinding abdomen. Pembedahan ulang untuk mengatasi prolaps dengan mengambil vaskularisasi yang melampaui segmen usus yang disuplai. 5. Obstruksi Obstruksi dapat terjadi akibat udem ataupun timbunan feses. 2.9 Teknik Pembedahan
1. Desinfeksi kulit, irisan kulit, fat, fascia, otot dan peritoneum. 2. Identifikasi kolon :
Warna keputihan dan tebal
Terdapat haustra colli dan taenia colli
Kolon tranversum mempunyai omentum mayus yang melekat
Sigmoid mempunyai banyak appendices epiploika
Sekum mempunyai appendiks dan ileum terminalis
3. Kolon diluksir keluar 4. Bebaskan kolon dari omentum yang melekat dan rawat perdarahan. Cari daerah avaskuler pada meso kolon, dekat kolon, buat lubang dengan ujung jari atau klem( hati-hati jangan melukai kolon, terutama pada kasus ileus obstruksi). Melalui lubang itu dipasang teugel dengan kateter atau batang gelas. Gunanya untuk menahan kolon yang diluar, tidak masuk kembali. 5. Dilakukan fiksasi dengan menjahit peritoneum parietalis dengan seromuskularis kolon sebanyak 4-8 jahitan, disimpul. 6. Dengan benang yang sama, dijahitkan pada fascia dan kulit, disimpul lagi. Peritoneum dijati kembali secukupnya dengan catgut. 7. Fascia yang dibuka terlalu lebar dijahit kembali dengan catgut chromic. Demikian pula dengan kulitnya. 8. Sekitar kolostomi diberi salep zincoxyd/ boor/ Vaseline. 9. Untuk dekompresi, dapat segera dipasang drain dan dibuka. Bila tidak, kolon itu dapat dibuka setelah 2x24 jam. 10. Pada end colostomy, dapat segera dipasang kantong kolostomi. 7 Perawatan kolostomi : 1. Pengaturan diet untuk mencegah tinja yang terlalu cair. 2. Kolostomi dapat dicuci seperti biasa, juga dengan sabun. FAN SEKOSTOMI 1. Setelah sekum ditemukan. Sebaiknya dimulai dengan appendektomi. 2. Buat tabakzaknad, sebaiknya pada salah satu taenia coli
3. Buat lubang dan kateter Foley dimasukkkan balon diisi dan trabakzaknad diikat. 4. Kateter dikeluarkan melalui isiran kulit sendiri 5. Fiksasi sekum pada dinding abdomen 6. Fiksaki kateter pada kulit. Perawatan fan sekostomi : Kateter segera dibuka dan disambung dengan pipa . tiap 8 jam dibilas dengan PZ 2030 ml.7
BAB III KESIMPULAN
Kolostomi adalah suatu tindakan pembedahan dengan membuka dinding perut sampai kolon untuk pembuatan lubang (stoma) diatas dinding perut sehingga feses (BAB) dialirkan melalui stoma yang dibuat. Kolostomi diindikasikan pada pasien trauma kolon dan sigmoid, diversi pada anus malformasi, diversi pada penyakit Hirschsprung , diversi untuk kelainan lain pada rekto sigmoid anal kanal. Berdasarkan lama penggunaannya Kolostomi ada yang bersifat permanen dan bersifat sementara. Berdasarkan bentuk kolostomi di bagi menjadi end stoma, loop stoma, dan double barrel stoma. Sedangkan berdasarkan letak, kolostomi dibagi menjadi tranversokolostomi yang merupakan kolostomi di kolon transversum, sigmoidostomi yaitu kolostomi di sigmoid, kolostomi desendens yaitu kolostomi di kolon desenden, dan kolostomi ascendens yaitu kolostomi di kolon asendens.
DAFTAR PUSTAKA
1. Pierce a. grace, nell r. borley. At a glance ilmu bedah. Edisi ketiga. Jakarta:
erlangga; 2006 2. Sjamsuhidajat, Wim de Jong. Usus halus, appendiks, kolon, dan anorektum. Dalam Buku ajar ilmu bedeah. Edisi 2. Jakarta: EGC;2003 3. Townsend, Beauchamp, Evers, Matton. Colon and rectum. In Sabiston’s Textbook of Surgery. 17th edition. Philadelphia: Elsevier Saunders;2004 4. Brunicardi, Andersen, Billiar, Dunn, Hunter, Pollock. Colon, rectum, and anus. In Schwartz’s Principles of Surgery. 8th edition. USA: McGrawHill;2005 5. Sabiston, david.c. buku ajar bedah. Jakarta: egc;1995. 6. Gutman Nancy, RN CWOCN : United Ostomy Association of America Inc.: Colostomy Guide : a publication of the United Ostomy Association of America Inc., 2011.
7. Wibowo, Soetamto,Puruhito. Pedoman Teknik Operasi”OPTEK’’. Surabaya; 1987.
8. Nelson, Behrman, Kliegman,dkk. Ilmu Kesehatan Anak edisi 15. Vol 2. Jakarta; EGC; 2000 9. Leksana, Mirzanie. Chirurgica. Solo : Medical Equiptment;2005
10. Snell, Richard S. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran. Edisi 6. Jakarta; EGC.2006