BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Halusinasi merupakan bentuk yang paling sering d ari gangguan persepsi. Bentuk halusinasi berupa suara-suara yang bising atau mendengung, menden gung, tapi yang paling sering berupa kata-kata yang tersusun dalam bentuk kalimat yang agak sempurna. Halusinasi ini kadang-kadang menyenangkan misalnya : bersifat ketiduran acaman dan lain-lain. Persepsi merupakan respon dari reseptor sensori terhadap stimulus eksternal, juga pengenalan dan pemahaman terhadap sensori yang di interpretasikan oleh stimulus yang di terima. Jika diliputi rasa kecemasan yang mengacu pada respon reseptor sensori terhadap stimulus. Persepsi juga melibatkan kognitif dan pengertian emosional akan objek yang dirasakan. Gangguan persepsi dapat terjadi pada proses sensori penglihatan, pendengaran, penciuman, perabaan dan pengecapan. Menurut May Durant Thomas (1991) halusinasi secara umum dapat ditemukan pada pasien gangguan jiwa seperti : Skizofrenia, Depresi, Delirium, dan kondisi yang berhubungan penggunaan alkohol dan substansi lingkungan. 2. Tujuan
Tujuan umum
Agar mahasiswa mampu memahami Asuhan Keperawatan Jiwa.
1. 1) 2) 7) 2. 1) 2)
Tujuan Khusus
Mahasiswa dapat memahami konsep teori keperawatan jiwa “ Pengertian halusinasi pendengaran Tanda dan gejala halusinasi Pohon masalah halusinasi Mahasiswa dapat memahami konsep Asuhan Keperawatan Jiwa Diagnosa Keperawatan Rencana Keperawatan
BAB II Isi Pengertian
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa dimana klien mengalami perubahan sensori, seperti merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan, pengecapan, perabaan atau penghiduan.Klien merasakan stimulus yang sebetulnya tidak ada. (WHO, 2006) Halusinasi merupakan proses akhir dari pengamatan yang diawali oleh proses diterimanya, stimulus oleh alat indra, kemudian individu ada perhatian, lalu diteruskan ke otak dan baru kemudian individu menyadari tentang sesuatu yang dinamakan persepsi (Yosep, 2009)
2. Etiologi
a.
Faktor predisposisi Faktor predisposisi adalah factor resiko yang mempengaruhi jenis dan jumlah sumber yang
dapat dibangkitkan oleh individu untuk mengatasi stress.Diperoleh baik dari klien maupun keluarganya. Factor predisposisi dapat meliputi factor perkembangan, sosiokultural, biokimia, psikologis, dan genetic. (Yosep, 2009) 1) Faktor perkembangan Jika tugas perkembangan mengalami hambatan dan hubungan interpersonal terganggu, maka individu akan mengalami stress dan kecemasan. 2) Faktor sosiokultural Berbagai factor dimasyarakat dapat menyebabkan seseorang merasa disingkirkan, sehingga orang tersebut merasa kesepian dilingkungan yang membesarkannya. 3) Faktor biokimia Mempunyai pengaruh terhadap terhadap terjadinya gangguan jiwa. Jika seseorang mengalami stress yang berlebihan, maka didalam tubuhnya akan dihasilkan suatu zat yang dapat bersifat halusinogenik neurokimia seperti buffofenon dan dimethytrenferase (DMP). 4) Faktor psikologis Tipe kepribadian lemah dan tidak bertanggungjawab mudah terjerumus pada penyalahgunaan zat adiktif. Berpengaruh pada ketidakmampuanklien dalam mengambil keputusan demi masa depannya. Klien lebih memilih kesenangan sesaat dan lari dari alam nyata menuju alam hayal. 5) Faktor genetic
Gen yang berpengaruh dalam skizofrenia belum diketahui, tetapi hasil studi menunjukkan bahwa factor keluarga menunjukkan hubungan yang sangat berpengaruh pada penyakit ini. b. Factor presipitasi Respon klien terhadap halusinasi dapat berupa curiga, ketakutan, penasaran, tidak aman, gelisah, bingung, dan lainnya. Menurut Rawlins dan Heacock, 1993 halusinasi dapat dilihat dari 5 dimensi yaitu : 1) Dimensi fisik Halusinasi dapat timbul oleh kondisi fisik seperti kelelahan yang luar biasa, penyalahgunaan obat, demam, kesulitan tidur. 2) Dimensi emosional Perasaan cemas yang berlebihan atas masalah yang tidak dapat diatasi merupakan penyebab halusinasi berupa perintah memaksa dan menakutkan. 3) Dimensi intelektual Halusinasi merupakan usaha dari ego untuk melawan implus yang menekan merupakan suatu hal yang menimbulkan kewaspadaan yang dapat mengambil seluruh perhatian klien. 4) Dimensi sosial Klien mengalami interaksi sosial menganggap hidup bersosialisasi di alam nyata sangat membahyakan. Klien asyik dengan halusinasinya seolah merupakan temapat memenuhi kebutuhan dan interaksi sosial, kontrol diri dan harga diri yang tidak di dapatkan di dunia nyata. 5) Dimensi spiritual Secara spiritual halusinasi mulai denga kehampaan hidup, ritinitas tidak bermakna, hilangnya aktifitas ibadah dan jarang berupaya secara spiritual un tuk menyucikan diri.
3. Tanda dan Gejala
Menurut Yosep, 2009 tanda dan gejala halusinasi adalah : a.
Melihat bayangan yang menyuruh melakukan sesuatu berbahaya.
b. Melihat seseorang yang sudah meninggal. c.
Melihat orang yang mengancam diri klien atau orang lain
d. Bicara atau tertawa sendiri. e.
Marah-marah tanpa sebab.
f.
Menutup mata.
g. Mulut komat-kamit h. Ada gerakan tangan i.
Tersenyum
j.
Gelisah
k. Menyendiri, melamun
4. Proses terjadinya halusinasi
Menurut Yosep, 2009 proses terjadinya halusinasi terbagi menjadi 4 tahap yaitu: a.
Tahap pertama
Pada fase ini halusinasi berada pada tahap menyenangkan dengan tingkat ansietas sedang, secara umum halusinasi bersifat menyenangkan.Adapun karakteristik yang tampak pada individu adalah orang yang berhalusinasi mengalami keadaan emosi seperti ansietas, kesepian, merasa takut serta mencoba memusatkan penenangan pikiran untuk mengurangi ansietas. b. Tahap kedua Pada tahap ini halusinasi berada pada tahap menyalahkan dengan tingkat kecemasan yang berat. Adapun karakteristik yang tampak pada individu yaitu individu merasa kehilangan kendali dan mungkin berusaha untuk menjauhkan dirinya dari sumber yang dipersiapkan, individu mungkin merasa malu dengan pengalaman sensorinya dan menarik diri dari orang lain. c.
Tahap ketiga
Pada tahap ini halusinasi berada pada tahap pengendalian dengan tingkat ansietas berat, pengalaman sensori yang dirasakan individu menjadi penguasa.Adapun karakteristik yang tampak pada individu adalah orang yang berhalusinasi menyerah untuk melawan pengalaman halusinasinya dan membiarkan halusinasi tersebut menguasai dirinya, individu mungkin mengalami kesepian jika pengalaman sensori tersebut berakhir. d. Tahap keempat Pada tahap ini halusinasi berada pada tahap menakutkan dengan tingkat ansietas panic. Adapun karakteristik yang tampak pada individu adalah pengalaman sensori mungkin menakutkan jika individu tidak mengikuti perintah, dimana halusinasi bisa berlangsung beberapa jam atau beberapa hari, apabila tidak ada intervensi terapeutik.
5. Mekanisme koping
Mekanisme koping merupakan tiap upaya yang diarahkan pada pengendalian stress, termasuk upaya penyelesaian masalah secara langsung dan mekanisme pertahanan lain yang digunakan melindungi diri. Mekanisme koping menurut Yosep, 2009 meliputi cerita dengan orang lain (asertif), diam (represi/supresi), menyalahkan orang lain (sublimasi), mengamuk (displacement), mengalihkan kegiatan yang bermanfaat (konversi), memberikan alasan yang logis (rasionalisme), mundur ke tahap perkembangan sebelumnya (regresi), dialihkan ke objek lain, memarahi tanaman atau binatang (proyeksi).
6. Penatalaksanaan (Yosep, 2009)
a.
Medis (Psikofarmako)
1) Chlorpromazine a) Indikasi Indikasi obat ini utnuk sindrom psikis yaitu berdaya berat dalam kemampuan menilai realitas, kesadaran diri terganggu, daya ingat norma social dan tilik diri terganggu. Berdaya berat dalam fungsi-fungsi mental seperti: waham dan halusinasi. Gangguan perasaan dan perilaku yang aneh atau tidak terkendali, berdaya berat dalam fungsi kehidupan sehari-hari seperti tidak mampu bekerja, hubungan social dan melakukan kegiatan rutin. b) Mekanisme kerja Memblokade dopamine pada reseptor pasca sinap di otak, khususnya system ekstra pyramidal. c) Efek samping -
Sedasi, dimana pasien mengatakan merasa melayang-layang antar sadar atau tidak sadar.
-
Gangguan otonomi (hipotensi) antikolinergik atau parasimpatik, seperti mulut kering, kesulitan dalam miksi dan defekasi, hidung tersumbat, mata kabur, tekana intraokuler meninggi, gangguan irama jantung.
-
Gangguan ektrapiramidal seperti : distonia akut, akathsia syndrome parkinsontren, atau bradikinesia regiditas.
d) Kontra indikasi Kontra indikasi obat ini seperti penyakit hati, penyakit darah, epilepsi (kejang, perubahan kesadaran), kelainan jantung, febris (panas), ketergantungan obat, penyakit SSP (system saraf pusat), gangguan kesadaran disebabkan oleh depresan.
e) Penggunaan obat Penggunaan obat pada klien dengan kondisi akut di berikan 3x100mg. Apabila kondisi klien sudah stabil dosisnya di kurangi menjadi 1x100mg pada malam hari saja. 2) Haloperidol (HLP) a) Indikasi Indikasi dalam pemberian obat ini, yaitu pasien yang berdaya berat dalam kemampuan menilai realitas, baik dalam fungsi mental dan dalam fungsi kehidupan sehari-hari. b) Mekanisme kerja Obat anti psikis ini dapat memblokade dopamine pada reseptor pasca sinaptik neuron di otak, khususnya system limbic dan system pyramidal. c) Efek samping -
Sedasi dan inhibisi psikomotor
-
Gangguan
miksi dan parasimpatik, defekasi, hidung tersumbat, mata kabur, tekanan intraokuler
meninggi, gangguan irama jantung. d) Kontra indikasi Kontra indikasi obat ini seperti penyakit hati, penyakit darah, epilepsi (kejang, perubahan kesadaran), kelainan jantung, febris (panas), ketergantungan obat, penyakit SSP (system saraf pusat), gangguan kesadaran. e) Penggunaan obat Penggunaan obat pada klien dengan kondisi akut biasanya dalam bentuk injeksi 3x5mg IM pemberian ini dilakukan 3x24 jam. Sedangkan pemberian peroral di berikan 3x1,5mg atau 3x5 mg. 3) Trihexyphenidil (THP) a)
Indikasi dalam pemberian obat ini, yaitu segala jenis penyakit parkinson, termasuk pasca
encephalitis (infeksi obat yang disebabkan oleh virus atau bakteri) dan idiopatik (tanpa penyebab yang jelas). Sindrom Parkinson akibat obat, misalnya reserpina dan fenotiazine. b) Mekanisme kerja Obat ini sinergis (bekerja bersama) dengan obat kiniden; obat depreson, dan antikolinergik lainnya. c) Efek samping
Mulut kering, penglihatan kabur, pusing, mual, muntah, bingung, agitasi (gerakan motorik yang menunjukkan kegelisahan), konstipasi, takikardia, dilatasi, ginjal, retensi urine. d)
Kontra
indikasi
Kontra indikasinya seperti hipersensitif terhadap trihexypenidil (THP), glaucoma sudut sempit, psikosis berat psikoneurosis, hipertropi prostat, dan obstruksi saluran edema. e) Penggunaan obat Penggunaan obat ini di berikan pada klien dengan dosis 3x2 mg sebagai anti parkinson. b. Keperawatan Tindakan keperawatan dapat dilakukan secara individual dan terapi berkelompok (TAK) Terapi Aktifitas Kelompok.
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN HALUSINASI
1. Pengkajian Pasien Halusinasi
a.
Identitas klien meliputi Nama, umur, jenis kelamin, tanggal dirawat, tanggal pengkajian,
nomor rekam medic b.
Faktor predisposisi merupakan factor pendukung yang meliputi factor biologis, factor
psikologis, social budaya, dan factor genetic c.
Factor presipitasi merupakan factor pencetus yang meliputi sikap persepsi merasa tidak
mampu, putus asa, tidak percaya diri, merasa gagal, merasa malang, kehilangan, rendah diri, perilaku agresif, kekerasan, ketidak adekuatan pengobatan dan penanganan gejala stress pencetus pada umunya mencakup kejadian kehidupan yang penuh dengan stress seperti kehilangan yang mempengaruhi kemampuan individu untuk berhubungan dengan orang lain dan menyebabkan ansietas. d. Psikososial yang terdiri dari genogram, konsep diri, hubungan so cial dan spiritual e.
Status mental yang terdiri dari penampilan, pembicaraan, aktifitas motorik, alam perasaan,
afek pasien, interaksi selama wawancara, persepsi, proses pikir, isi pikir, tingkat kesadaran, memori, tingkat kosentrasi dan berhitung, kemampuan penilaian, dan daya tilik diri.
f .
Mekanisme koping: koping yang dimiliki klien baik adaptif maupun maladaptive
g. Aspek medic yang terdiri dari diagnose medis dan terapi medis
Pada proses pengkajian, data penting yang perlu diketahui saudara dapatkan adalah: a.
Jenis halusinasi
Berikut adalah jenis-jenis halusinasi, data objektif dan subjektifnya. Data objektif dapat dikaji dengan cara melakukan wawancara dengan pasien. Melalui data ini perawat dapat mengetahui isi halusinasi pasien. Jenis
Data objektif
Data subjektif
halusinasi Halusinasi
Bicara atau tertawa sendiri
dengar
Marah-marah tanpa sebab Menyedengkan
telinga
kearah tertentu Menutup telinga
Mendengar
suara
atau
suara
yang
kegaduhan Mendengar bercakap-cakap Mendengar suara menyuruh melakukan
sesuatu
yang
berbahaya Halusinasi Penglihatan
Halusinasi penghidu
Menunjuk-nunjuk kearah
Melihat bayangan, sinar,
tertentu
bentuk
Ketakutan pada sesuatu
kartoon, melihat hantu atau
Yang tidak jelas
monster
Menghidu seperti sedang
bentuk
Membaui bau-bauan sperti
membaui bau-bauan tertentu bau Menutup hidung
geometris,
darah,
urin,
kadang-kadang
bau
feces, itu
menyenangkan Halusinasi
Sering meludah
pengecapan
Muntah
Halusinasi Perabaan
Merasakan rasa seprti darah, urin atau feces
Menggaruk-garuk permukaan kulit
Mengatakan ada serangga dipermukaan kulit Merasa listrik
seperti
tersengat
b. Isi halusinasi Data tentang halusinasi dapat dikethui dari hasil p engkajian tentang jenis halusinasi. c.
Waktu, frekuensi dan situasi yang menyebabkan munculnya halusinasi
Perawat juga perlu mengkaji waktu, frekuensi dan situasi munculnya halusinasi yang dialami oleh pasien.Kapan halusinasi terjadi? Apakah pagi, siang, sore atau malam? Jika mungkin jam berapa? Frekuensi terjadinya halusinasi apakah terus menerus atau hanya sekal-kali?Situasi terjadinya apakah kalau sendiri, atau setelah terjadi kejadian tertentu.Hal ini dilakukan untuk menetukan intervensi khusus pada waktu terjadinya halusinasi, menghindari situasi yang menyebabkan munculnya halusinasi.Sehingga pasien tidak larut dengan halusinasinya.Sehingga pasien tidak larut dengan halusinasinya.Dengan mengetahui frekuensi terjadinya halusinasinya dapat direncanakan frekuensi tindakan untuk mencegah terjadinya halusinasi. d. Respon halusinasi Untuk mengetahui apa yang dilakukan pasien ketika halusinasi itu muncul. Perawat dapat menanyakan pada pasien hal yang dirasakan atau dilakukan saat halusinasi timbul.Perawat dapat juga menanyakan kepada keluarga atau orang terdekat dengan pasien.Selain itu dapat juga dengan mengobservasi perilaku pasien saat halusinasi timbul.
2. Pohon masalah
Resiko perilaku mencederai diri Menurut Yosep, 2009 Akibat
Gangguan sensori/persepsi: Halusinasi penglihatan Masalah utama Isolasi sosial
Penyebab Harga diri rendah
3.
Diagnosa Keperawatan
Menurut Yosep, 2009 diagnosa keperawatan yang muncul adalah : a.
Gangguan persepsi sensori : halusinasi penglihatan
b. Isolasi sosial c.
Resiko periaku mencederai diri
d. Harga diri rendah
4. Rencana Tindakan Keperawatan
a.
Gangguan persepsi sensori halusinasi penglihatan
b. Tujuan tindakan untuk pasien meliputi : 1) Pasien mengenali halusinasi yang dialaminya 2) Pasien dpat mengontrol halusinasinya 3) Pasien mengikuti program pengobatan secara optimal c.
Tindakan keperawatan
1) Membantu pasien mengenali halusinasi Untuk membantu pasien mengenali halusinasi saudara dapat melakukannya dengan cara berdiskusikan dengan pasien tentang isi halusinasi (apa yang dilihat), waktu terjadi halusinasi, frekuensi terjadinya halusinasi, situasi yang menyebabkan halusiansi muncul dan respon pasien saat muncul. 2) Melatih pasien mengontrol halusinasi. Untuk membantu pasien agar mampu mengontrol halusinasi saudara dapat melatih pasien empat cara yang sudah terbukti dapat mengendalikan halusinasi. Keempat cara tersebut meliputi : a)
Menghardik halusinasi adalah upaya mengendalikan diri terhadap halusinasi yang muncul.
Pasien dilatih untuk mengatakan tidak terhadap halusinasi yang muncul atau tidak mempedulikan halusinasinya. Kalau ini dapat dilakukan, pasien akan mampu mengendalikan diri dan tidak mengikuti halusinasi yang muncul. Mungkin halusinasi tetap ada namun dengan kemampuan ini pasien tidak akan larut untuk menuruti apa yang ada dalam halusinasinya. Tahapan tindakan meliputi : 1) Menjelaskan cara menghardik halusinasi 2) Memperagakan cara menghardik 3) Meminta pasien memperagakan ulang
4) Memantau penerapan cara ini, menguatkan perilaku pasien. b) Bercakap-cakap dengan orang lain Untuk mengontrol halusinasi dapat juga dengan bercakap-cakap dengan halusinasi orang lain. Ketika pasien bercakap-cakap dengan orang lain maka terjadi distraksi; focus perhatian pasien akan beralih dari halusiansi adalah dengan bercakap-cakap dengan orang lain. c) Melakukan aktifitas yang terjadwal Untuk mengurangi risiko halusinasi muncul lagi adalah dengan menyibukkan diri dengan aktifitas yang teratur. Dengan beraktifitas secara terjadwal, pasien tidak akan mengalami banyak waktu luang sendiri yang seringkali mencetuskan halusinasi. Untuk itu pasien mengalami halusinasi biasa dibantu untuk mengatasi halusinasinya dengan cara beraktifitas secara teratur dari bangun pagi sampai tidur malam, tujuh hari dalam seminggu. Tahapan intervensinya sebagai berikut : Menjelaskan pentingnya aktifitas yang teratur untuk mengatasi halusinasi Mendiskusikan aktifitas yang dilakukan pasien Melatih pasien melakukan aktiftas Menyusun jadwal aktifitas sehari-hari sesuai dengan aktifitas yang telah dilatih.Upayakan pasien mempunyai aktifitas dari bangun pagi sampai tidur malam, 7 hari dalam seminggu. Memantau pelaksanaan jadwal kegiatan, memberikan penguatan terhadap perilaku pasien yang positif. d) Menggunakan obat secara teratur Untuk mampu mengontrol halusinasi pasien juga harus dilatih untuk menggunakan obat secara teratur sesuai dengan program.Pasien gangguan jiwa yang dirawat dirumah seringkali mengalami putus obat sehingga akibatnya pasien mengalami kekambuhan. Bila terjadi kekambuhan maka untuk mencapai kondisi seperti semula akan lebih sulit. Untuk itu pasien perlu dilatih menggunakan obat sesuai program dan berkelanjutan. Berikut ini tindakan keperawatan agar pasien patuh menggunakan obat: Jelaskan guna obat Jelaskan akibat bila putus obat Jelaskan cara mendapatkan obat/berobat Jelaskan cara menggunakan obat dengan prinsip 5 benar (benar obat, benar pasien, benar cara, benar waktu, benar dosis)
5.
Implementasi
Menurut Depkes, 2000 Implementasi adalah tindakan keperawatan yang disesuaikan dengan rencana tindakan keperawatan. Sebelum melaksanakan tindakan keperawatan yang sudah di rencanakan perawat perlu memvalidasi rencana tindakan keperawatan yang masih di butuhkan dan sesuai dengankondisi klien saat ini.
6. Strategi Pelaksanaan
Halusinasi
Pasien
Keluarga
Sp1
SP 1 k
Mengidentifikasi jenis halusinasi pasien
Mendiskusikan
masalah
Mengidentifikasi isi halusinasi pasien
yang
Mengidentifikasi waktu halusinasi pasien
dalam rawat pasien
Mengidentifikasi frekuensi halusinasi pasien Mengidentifikasi
situasi
yang
dirasakan
Menjelaskan
keluarga
pengertian,
menimbulkan tanda dan gejala halusinasi,
halusinasi
dan jenis halusinasi yang
Mengidentifikasi respon pasien terhadap halusinasi
dialami
Mengajarkan pasien menghardik halusinasi
proses terjadinya.
Menganjurkan menghardik
pasien
halusinasi
memasukkan
dalam
jadwal
cara
pasien
beserta
Mejelaskan
cara-cara
kegiatan merawat pasien halusinasi
harian SP II p 1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
SP II k Melatih
keluarga
Melaih pasien mengendalikan halusinasi dengan mempraktekkan cara bercakap-cakap dengan orang lain.
merawat
cara
pasien
dengan
Menganjurkan pasien memasukan dalam jadwal halusinasi kegiatan harian
Melatih melakukan langsung
keluaraga cara
kepada
merawat pasien
halusinasi SP III k III p
Membantu
keluarga
Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
membuat jadwal kegiatan
Melatih pasien mengendalikan halusinasi dengan aktifitas di rumah termasuk melakukan kegiatan (kegiatan yang biasa dilakukan minum obat pasien)
Menjelaskan
follow
up
Menganjurkan pasien memasukan dalam kegiatan pasien setelah pulang harian
SP IV p Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien Memberikan
pendidikan
kesehatan
tentang
penggunaan obat secara teratur Menganjurkan pasien memasukan dalam kegiatan harian
7. Evaluasi
Menurut Keliat, 1998 evaluasi adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan keperawatan pada klien. Evaluasi dapat dilakukan berdasarkan SOAP sebagai pola pikir. S : respon subjektif dari klien terhadap intervensi keperawatan O : respon objektif dari klien terhadap intervensi keperawatan A : analisa ulang atas dasar subjek dan objek untuk mengumpulkan apakah masalah masih ada, munculnya masalah baru, atau ada data yang berlawanan dengan masalah yang masih ada. P : perencanaan atau tindakan lanjut berdasarkan hasil analisa pada respon klien
ASUHAN KEPERAWATAN KASUS PENGKAJIAN
RUANG RAWAT
: Ruang Kabela
TANGGAL DIRAWAT
: 18 Mei 2013
1. IDENTITAS PASIEN Inisial
: Nn.R.M
Umur
: 34 tahun
Jenis kelamin
: Perempuan
Agama
: Kristen Protestan
Alamat
: Liningan Lingkungan III, Tondano
Pendidikan
: SD Tidak Tamat
Status pernikahan
: Belum Menikah
Tanggal Pengkajian No. Rekam Medik
: 18 Juni 2013Jam : 09.00 WITA : 14918
2. ALASAN MASUK RUMAH SAKIT Pasien bicara-bicara sendiri, minum obat tidak teratur
3. FAKTOR PREDISPOSISI dan PRESIPITASI Pasien pernah masuk Rumah Sakit Jiwa Prof Dr. V.L Ratumbuysang. Pertama kali masuk pada bulan September tahun 2008 dan masuk keluar RSJ sebanyak 2 kali, dan terakhir pasien kembali masuk RSJ pada bulan Mei 2013. Pasien pernah diberikan pengobatan tapi kurang berhasil karena pasien berobat tidak teratur.Pasien pernah putus dengan pacarnya dahulu. Disebabkan karena pacarnya sudah punya kekasih lain. Dalam anggota keluarga pasien tidak ada yang menderita sakit jiwa.
4. PSIKOSOSIAL a.
Genogram
Keterangan
: : Laki-laki : Perempuan : Pasien : Orang yang tinggal serumah
b. Konsep diri 1) Citra tubuh Pasien mengatakan bahwa dirinya menyukai semua anggota tubuhnya 2) Identitas diri Pasien mampu menyebut identitasnya dengan baik, yaitu nama, umur, agama, alamat, status perkawinan 3) Peran Pasien berperan sebagai anak didalam keluarganya. Sedangkan di rumah sakit pasien berperan sebagai pasien. 4) Ideal diri Pasien ingin cepat sembuh serta berkumpul bersama keluarga. 5) Harga diri Pasien mengatakan hubungan dengan keluarga terutama dengan orang tuanya dalam keadaan baik.Pasien menyadari bahwa dirinya sakit.
c.
Hubungan Sosial
Dalam kehidupan pasien orang yang paling berarti adalah orangtua. Namun di tempat pasien dirawat, orang yang paling berarti adalah teman. d. Kehidupan Spiritual Pasien menganut agama Kristen Protestan. Menurut pasien sebelum dirawat di RSJ Ratumbuysang, pasien hampir tiap hari minggu beribadah di gereja. Saat masuk rumah sakit pasien rutin mengikuti ibadah tiap hari rabu bersama pasien lain.
5. STATUS MENTAL a.
Penampilan
Penampilan pasien tidak rapi, gigi kotor, rambut jarang disisir, kuku kotor b.
Pembicaraan
Saat pengkajian pasien bisa menjawab pertanyaan yang diajukan c.
Aktivitas motorik
Aktivitas pasien tenang d. Alam perasaan Takut, karena pasien melihat bayangan laki-laki yang ingin memeluknya e.
Afek pasien
Tidak ada gangguan f.
Interaksi selama wawancara
Pasien kooperatif, mendengar apa yang ditanyakan dan menjawabnya sesuai dengan pertanyaan yang ditanyakan serta kontak mata baik g. Gangguan persepsi Saat pengkajian pasien mengalami halusinasi penglihatan dengan waktu selalu muncul pada malam hari sebelum pasien tidur. Frekuensi 1-2 jam, isinya adalah melihat seorang hantu lakilaki yang ingin memeluknya. Sedangkan responnya, pasien memanggil perawat yang bertugas di ruangan tapi mereka tidak mendengarkannya dan pasien pun merasa kesepian dan menyendiri. h. Proses pikir Proses pikir pasien sampai pada tujuan pembicaraan. i.
Tingkat kesadaran
Orientasi waktu, tempat dan orang jelas.
j.
Memori
Gangguan pada memori jangka panjang k. Tingkat konsentrasi dan berhitung Pasien mudah beralih yaitu saat bertanya, pasien menjawab diluar pertanyaan l.
Kemampuan penilaian
Pasien mengalami gangguan kemampuan penilaian ringan, yaitu dapat mengambil keputusan sederhana dengan bantuan orang lain. m. Daya tilik diri Pasien menyadari dengan penyakit yang dideritanya. 6. KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG a. Makan dan minum Pasien makan 3x/hr, yaitu pagi, sore, dan malam secara mandiri b. BAB/BAK Pasien BAB 1x/hr, BAK ±4x/hr, secara mandiri c. Mandi Pasien mandi 2x/hr, yaitu pagi dan sore, hanya memakai sabun d. Berpakain dan berhias Pasien mampu berpakaian tanpa bantuan orang lain e.
Istiraht dan tidur
Tidur siang ±½ jam, tidur malam ± 8 jam, tidak mengalami gannguan tidur f.
Penggunaan obat
Pasien minum obat 3x/hr, setelah makan THP 2mg ( 2 x ½ ), Vit C (2 x 1), Diasepam (0-0-1), Haloperidol (2 x 1) 7. MEKANISME KOPING Asertif yaitu cerita dengan orang lain 8. ASPEK MEDIS a.
Diagnosa medis
b. Terapis Medis
: Skisofrenia : Triheksipenidile 2 mg 2x1 kap
Haloperidol 5 mg 2x1 tab Diazepam 5 mg 0-0-1 tab Vit. B Complex 2x1 tab
B. ANALISA DATA
NO 1.
DATA
MASALAH
DS :
Gangguan
persepsi
Pasien mengatakan melihat bayangan halusinasi penglihatan hantu
laki-laki
yang
ingin
memeluknya DO : Pasien pernah dirawat sebelumnya namun kurang berhasil karena putus obat Pasien takut 2.
DS :
Defisit perawatan diri
Pasien mengatakan merasa lemah Pasien
mengatakan
lelah
untuk
beraktifitas DO : Penampilan kurang Rapi Rambut jarang disisir Gigi tampak kotor dan bau Kuku kaki kotor 3.
DS : Pasien mengatakan sendiri pada malam hari Pasien mengatakan kesepian pada malam hari DO : Pasien tampak sedih dan murung
Isolasi sosial
sensorik
:
C. POHON MASALAH
Masalah utama
Perubahan persepsi sensorik : halusinasi penglihatan
Isolasi Sosial
Defisit perawatan diri
D. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan persepsi sensori: halusinasi penglihatan 2. Isolasi sosial 3. Defisit perawatan diri
E. Implementasi Keperawatan
DX 1.
JAM, HARI/ TANGGAL Selasa, 18 Juni 2013 08.00
IMPLEMENTASI SP 1 Bina hubungan saling percaya dengan pasien Fase Orientasi P : Selamat pagi PS : Selamat pagi ses P:Kenalkan nama saya Christiany Porong, bisa di panggil Titie adalah mahasiswa Keperawatan yang praktek di RS ini selama 3 hari dan ini adalah hari peratama saya praktek disini. Nama anda ? dan senang dipanggil apa ? PS:Nama saya Nn. R, dipanggil rina P : Bagaimana perasaan Nn.R saat ini ?? PS : didalam ses P : baiklah, kita akan berbicang-binang tentang halusinasi penglihatan yang Nn. R alami. Maunya berapa lama ? PS : 20 menit ses Fase Kerja P : baiklah, Nn. R yang Nn. R lihat itu adalah halusinasi. Nn. R tau apa itu halusinasi ? PS : tidak ses P : Halusinasi itu adalah sesuatu yang Nn. R lihat tapi tidak nyata. Halusinasi ada 5 macam, pendengaran, penglihatan, perabaan, penciuman, pengecapan. Yang Nn. R alami saat ini adalah halusinasi penglihatan. Tapi ses akan memberikan Nn. R cara untuk mengatasinya agar sembuh. Nn. R maukan ? PS : mau ses P : Ada 4 cara untuk mengatasinya dan ses akan mengajarkan cara yang pertama yaitu dengan menghardik. Kalau Nn. R melihat bayangan itu lagi, Nn. R harus mengatakan “Pergi, kamu tidak nyata” sambil menutup mata. Apa Nn. R sudah
EVALUASI
08.20 S : Pasien mengatakan mengerti cara menghardik halusinasi O : Pasien sudah melakukan apa yang diajarkan A : halusinasi mulai teratasi P : latihan menghardik halusinasi 2x sehari
10.30 S : Pasien Mengatakan Mengerti Cara Bercakap-Cakap Dengan Orang Lain O : Pasien Sudah
10.00
mengerti ? PS : iya, saya mengerti ses P : kalau begitu coba ulangi yang saya katakan tadi sambil mempragakannya PS : “pergi, kamu tidak nyata” (sambil menutup mata) P : Bagus, sekarang Nn. R sudah mengerti cara menghardik jika bayangan-bayangan itu datang lagi. Bagaimana perasaan Nn. R sekarang setelah mengetahui bagaimana cara menghardik halusinasi? PS : saya senang ses P : kalau begitu Nn. R bisa mempraktekkannya dalam jadwal kegiatan Nn. R yang akan di buat oleh perawat PS : Iya ses Fase Terminasi P : Sepertinya waktu kita sudah habis yah, nanti kita lanjutkan sebentar dan ses akan mengajarkan Nn. R cara yang kedua. Nn. R bisa jam 10 sebentar ? PS : iya ses P : maunya dimana diluar atau di dalam sini ? PS : disini saja ses P : baiklah kalau begitu kita ketemuan ditempat ini pada jam 10 yah. Sampai ketemu sebentar SP 2 Bina hubungan saling percaya dengan pasien Fase Orientasi P : selamat siang Nn. R PS : selamat siang ses P : bagaimana perasaan hari ini ? apakah Nn. R masih melihat bayangan itu? Sesuai dengan janji kita tadi, kita akan berbincang-bincang sedikit yah. Mau Nn. R berapa lama ? PS : iya ses, 20 menit P : maunya dimana ? disini saja atau di tempat lain? PS : disini saja
Melakukan Apa Yang Diajarkan A : Masalah Teratasi, Sp2 Bisa Dilakukan Secara Mandiri P : Lanjutkan Intervensi Berikutnya
Rabu, 19 Juni 2013 08.00
Fase Kerja P : cara yang kedua untuk mengontrol halusinasi yaitu dengan bercakap-cakap dengan orang lain. Jadi kalau Nn. R melihat bayangan lagi Nn. R bisa bercakap-cakap dengan orang lain seperti “tolong saya melihat bayangan, mari kita berakap-cakap”. Nn. R mengerti kan ? PS : iya ses P : coba Nn. R ulagi apa yang ses katakan tadi? PS : (mengulangi sambil memperagakannya) P : bagus, ternyata Nn. R mampu melakukannya. Fase Terminasi P : bagaimana perasaan Nn. R setelahm saat latihan tadi? PS : senang ses P : bagaimana kalau latihan bercakapcakap kita masukkan dalam daftar kegiatan harian ? maunya jam berapa ? PS : Jam 8 dan jam 6 sore ses P : baiklah kalau begitu, Nn. R juga bisa mempragakan saat melihat bayangan itu lagi PS : iya ses P : sepertinya waktu kita sudah selesai, nanti ses datang besok pagi lagi untuk mengajarkan cara yang ketiga. Kita jumpa disini lagi jam 8 yah PS : iya ses P : kalau begitu ses permisi dulu, sampai bertemu besok lagi SP 3 Bina hubungan saling percaya. Fase Orientasi P : selamat pagi Nn. R, masih ingat dengan saya ? PS : selamat pagi ses, iya ses Titie P : bagaimana perasaan hari ini ? Apakah Nn. R masih melihat bayangan ?
08.30 S : Pasien Mengatakan Dapat Melakukan Aktifitas Terjadwal Sesuai Kegiatan O : Pasien Sepakat Dengan Rencana Kegiatan, Pasien Kooperatif, Pasien Tenang A : Sp3 Sudah Mampu Dilakukan Pasien Secara Mandiri P : Lanjutkan Intervensi Selanjutnya
08.20 S : Pasien Mengatakan Mengerti Tentang Penggunaan Obat O : Pasien Dapat Minum Obat Secara
Kamis, 20 Juni 2013 08.00
PS : iya ses P : apakah Nn. R sudah pakai 2 cara yang kita latih sebelumnya ? PS : iya ses P : bagus, kalau begitu sesuai janji kita kemarin kita akan belajar cara yang ketiga yaitu kegiatan terjadwal. Mau dimana kita bicara ? PS : disini saja ses P : mau berapa lama ? bagaimana kalau 30 menit ? PS : iya ses Fase Kerja P : apa saja kegiatan yang bisa Nn. R lakukan ? PS : mandi, menyanyi, ibadah, bermain bersama, makan, P : wah banyak sekali kegiatannya yah. Bagaimana kalau kita latih 2 kegiatan hari ini ? sekarang Nn. R menyanyi setelah itu berdoa yah. Nn. R bisa kan ? PS : iya ses, (sambil memperagakan) P : bagus sekali ternyata Nn. R bisa memperagakannya. Kegiatan ini bisa Nn. R lakukan agar mencegah bayangan tersebut muncul. PS : iya ses Fase terminasi P : bagaimana perasaan Nn. R setelah bercakap-cakap cara yang ketiga ? PS : senang ses P : wah bagus! Coba sebutkan 3 cara yang sudah kita belajar untuk mencegah bayangan tersebut. PS : menyebutkan (menghardik, bercakapcakap dengan orang lain, melakukan kegiatan yang sudah terjadwal) P : bagus sekali! Mari kita masukkan dalam kegiatan jadwal harian Nn. R yahh. Bagaimana kalau besok kita belajar cara keempat cara mencegah halusinasi yaitu dengan menggunakan obat yang baik. Bagaimana kalau jam 8 ?
Teratur, Pasien Tampak Tenang A : Sp4 sudah bisa dilakukan pasien secara mandiri P : Anjurkan untuk minum obat teratur
2.
Rabu, 19 Juni 2013 14.00
PS : iya ses P : kita bertemu disini lagi yah, sampai jumpa besok lagi yah SP4 Membina hubungan saling percaya dengan pasien Fase Orientasi P : selamat pagi Nn. R 14.20 PS : selamat pagi ses P : bagaimana perasaan Nn. R hari ini ? S : Pasien masih apakah bayangannya masih muncul lagi ? mengatakan merasa lemah apakah Nn. R memakai ketiga cara yang kita diskusikan pada hari sebelumnya ? O : Pakaian masih PS : iya ses belum rapih, Gigi P : apakah pagi ini Nn. R sudah minum kotor, Kuku masih panjang obat ? PS : sudah ses P : oh bagus! Bagaimana kalau kita A : Masalah belum teratasi mendiskusikan obat-obat yang Nn. R minum ? kita akan mendiskusikan 20 P : Lanjutkan menit saja yah di tempat ini intervensi PS : iya ses keperawatan Fase Kerja P : Nn. R minum obat sangatlah penting supaya bayangan yang Nn. R lihat dan mengganggu selama ini tidak muncul lagi. Berapa macam obat yang diminum? PS : ada 4 ses P : iya warna yang putih (THP) 2 kali sehari jamnya 7 pagi dan 7 malam, gunanya untuk rileks dan tidak kaku. Sedangkan yang merah jambu (HLP) 2 kali sehari jamnya sama gunanya untuk pikiran biar tenang dan yang kuning untuk daya tahan tubuh biar Nn. R tidak sakit. PS : iya ses P : Kalau bayangan sudah hilang obatnya tidak boleh diberhentikan. Nanti dikonsultasikandengan dokter, sebab kalau putus obat, Nn. R akan kambuh dan sulit mengembalikan kekeadaan yang semula. PS : iya ses
P : Kalau obat habis Nn. R bsia minta ke dokter untuk mendapatkan obat lagi. Nn. R harus minum obat teratur dengan cara yang benar. Yaitu diminum sesudah makan dan tepat jamnya. PS : iya ses P : bagaimana perasaan Nn. R setelah kita bercakap-cakap tentang obat? PS : senang ses P : Sudah berapa cara yang kita latih untuk mencegah bayangannya? PS : sudah 4 ses P : bagus ternyata Nn. R masih ingat. Mari kita masukan jadwal minum obat pada kegiatan harian Nn. R . PS : iya ses P : kalau begitu ses permisi dulu yah karena waktu kita sudah habis. Nanti kita bertemu lagi lain waktu. Selamat siang Nn. R
BAB III PENUTUP
1. Kesimpulan
Saat memberikan Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Halusinasi ditemukan adanya perilaku menarik diri sehingga perlu melakukan pendekatan secara terus menerus, membina hubungan saling percaya yang menciptakan suasana yang terapiutik dalam melaksanakan Asuhan Keperawatan Dalam melaksanakan Asuhan Keperawatan pada pasien khususnya dengan halusinasi, pasien dapat membutuhkan kehadiran keluarga sebagai sistem pendukung yang mengerti keadaaan dan permasalahan dirinya. Disamping itu perawat atau petugas kesehatan juga membutuhkan kehadiran keluarga dalam memberikan data yang diperlukan dan membina kerjasama memberi Asuhan Keperawatan pada pasien. 2. Saran
Dalam memberikan Asuhan Keperawatan hendaknya perawat mengikuti langkahlangkah proses keperawatan dan melaksanakannya secara sistematis dan tertulis agar tindakan berhasil dan optimal. Dalam menangani kasus halusinasi hendaknya perawat melakukan pendekatan secara bertahap dan terus-menerus untuk membina hubungan saling percaya antara perawat dan klien sehingga tercipta suasana terapiutik dalam pelaksanaan Asuhan Keperawatan yang diberikan. Bagi keluarga klien hendaknya sering mengunjungi klien di rumah sakit, sehingga keluarga dapat mengetahui perkembangan kondisi klien dan dapat membantu perawat bekerjasama dalam pemberian Asuhan Keperawatan kepada klien.
DAFTAR PUSTAKA
Keliat Budi, Anna, Peran serta keluarga dalam perawatan klien gangguan jiwa, EGC,
1995
Maramis, W.F, ilmu kedokteran jiwa, erlangga universitas press, 1999
Residen bagian psikiatri UCLA, buku saku psikiatri, EGC, 1997
Stuart, GW.2002. buku saku keperawatan jiwa. Edisi 5. Jakarta : EGC.
Tarwoto dan Wartonah.2000. kebutuhan dasar manusia. Jakarta.