BAB I PENDAHULUAN
A. Lata Latarr B Bel elak akan ang g
Halusinasi merupakan bentuk yang paling sering dari gangguan persepsi. Bentuk halusinasi ini bisa berupa suara-suara yang bising atau mendengung, tapi yang paling sering berupa kata-kata yang tersusun dalam bentuk kalimat yang agak sempurna. Kadang-kadang pasien menganggap halusi halusinas nasii datang datang dari dari setiap setiap tubuh tubuh atau atau diluar diluar tubuhn tubuhnya. ya. Halusi Halusinas nasii ini kadang-kadang menyenangkan misalnya bersifat tiduran (Nasution, 2003. !ensor !ensorii dan perseps persepsii yang yang dialam dialamii pasien pasien tidak tidak bersum bersumber ber dari dari kehi kehidu dupa pan n nyat nyata. a. "ada "ada umum umumny nyaa pasi pasien en mend menden enga garr suara suara-su -suar araa yang yang membi#arakan membi#arakan mengenai keadaan pasien atau yang dialamatkan dialamatkan pada pasien itu ($lham, 200%. &ak &ak yang yang dapat dapat ditimb ditimbulk ulkan an oleh oleh pasien pasien yang yang mengal mengalami ami halusinasi halusinasi adalah kehilangan kehilangan kontrol kontrol dirinya. dirinya. &imana &imana pasien mengalami mengalami panik danperilakunya dikendalikan oleh halusinasinya. &alam situasi ini pasien dapatmelakukan bunuh diri
(suicide), (suicide), memb membun unuh uh oran rang lain lain
(homicide), (homicide), bahkanmerusak lingkungan. 'ntuk memperke#il dampak yang ditimbulkan ditimbulkan,, dibutuhka dibutuhkanpena npenangana nganan n halusinasi halusinasi yang tepat (Haari (Haari 200), 200), dikutip dari *haery 200).
B. Tujuan
a. +emaha +emahami mi konsep konsep dasar dasar halusi halusinas nasii b. +emahami rentang respons halusinasi #. +emaha +emahami mi faktor faktor penyeb penyebab ab halusi halusinas nasii d. +ema +emaha hami mi en enis is halu halusin sinasi asi e. +ema +emaha hami mi fase fase hal halus usin inasi asi f. +emaha +emahami mi penat penatala alaksa ksanaan naan kepe kepera raatan atan halu halusin sinasi asi g. +emaha +emahami mi asuhan asuhan kepera keperaatan atan pasien pasien halusi halusinas nasii ("engk ("engkai aian, an, "ohon "ohon masalah, &iagnosa keperaatan, interensi, $mplementasi, aluasi
1
h. +emahami +emahami strategi strategi pelaksanaan pelaksanaan (!" pada pasien halusinasi halusinasi
h. +emahami +emahami strategi strategi pelaksanaan pelaksanaan (!" pada pasien halusinasi halusinasi
BAB II PEMBAHASAN
A. Defini Definisi si Halusi Halusinas nasii
Halusinasi
merupakan
gangguan
persepsi
dimana
klien
mempersepsik mempersepsikan an sesuatu sesuatu yang sebenarnya sebenarnya tidak teradi, suatu penyerapan penyerapan pan#a indera tanpa ada rangsangan dari luar (+aramis, 200%. "engertian yang yang hampir hampir sama, sama, yaitu yaitu menuru menurutt /ar#aro ar#arolis lis (ose (osep, p, 200), 200), halusin halusinasi asi didefinisikan sebagai terganggunya persepsi sensori seseorang, dimana tidak terdapat stimulus, dan menurut Kusuma (1)), halusinasi adalah persepsi sensoris yang palsu yang teradi tanpa adanya stimulus eksternal, dimana keadaan tersebut dibedakan dari ilusi, yang merupakan kekeliruan persepsi terhadap stimuli yang nyata. &efinisi lebih lengkap dikemukakan oleh onsend (1))4, dimana halu halusin sinasi asi meru merupa paka kan n gang ganggu guan an perse perseps psii sens sensor ori, i, yait yaitu u suatu suatu kead keadaa aan n seseorang mengalami perubahan dalam umlah dan pola dari stimulus yang mendek mendekat at diprak diprakarsa arsaii se#ara se#ara intern internal al atau ekstern eksternal al disert disertai ai dengan dengan suatu suatu pengurangan, berlebih-lebihan, distorsi, atau kelainan berespon terhadap setia setiap p stimu stimulu lus. s. +enu +enuru rutt (!ur (!urya ya,, 201 2011 halu halusi sina nasi si adal adalah ah hilan hilangn gnya ya kemampuan manusia dalam membedakan rangsangan internal (pikiran dan rangsangan eksternal (dunia luar. Berd Berdasa asark rkan an bebe beberap rapaa pend pendap apat at diata diatas, s, yang yang dima dimaks ksud ud deng dengan an halusinasi adalah gangguan persepsi sensori dimana klien mempersepsikan sesuatu melalui pan#a indera tanpa ada stimulus eksternal. Halusinasi berbeda dengan ilusi, dimana klien mengalami persepsi yang salah terhadap stimulus, salah persepsi pada halusinasi teradi tanpa adanya stimulus eksternal yang teradi, stimulus internal dipersepsikan sebagai sesuatu yang nyata ada oleh klien.
B. Fakto Faktorr Penye Penyea a Halusi Halusinas nasii
+enurut !tuart dan 5araia (2001, faktor-faktor yang menyebabkan klien gangguan ia mengalami halusinasi adalah sebagai berikut 6 a.
7akto aktorr "red "redis isp posis osisii 1. 7ak 7aktor tor gen genet etis is !e#ara genetis, ski8ofrenia diturunkan melalui kromosomkromosom tertentu. Namun demikian, kromosom ke berapa yang menadi faktor penentu gangguan ini sampai sekarang masih dalam tahap tahap peneli penelitian tian.. 9nak 9nak kembar kembar identi identik k memili memiliki ki kemung kemungkin kinan an mengalami ski8ofrenia sebesar %0: ika salah satunya mengalami ski8of ski8ofren renia, ia, sement sementara ara ika ika di8igo di8igote, te, peluan peluangny gnyaa sebesar sebesar 1%:. 1%:. !eorang !eorang anak yang salah satu orang tuanya mengalami mengalami ski8ofrenia ski8ofrenia berpeluang 1%: mengalami ski8ofrenia, sementara bila kedua orang tuanya ski8ofrenia maka peluangnya menadi 3%:. 2. 7akt 7aktor or neur neurob obio iolo logi giss Klie Klien n ski8 ski8of ofren renia ia meng mengal alami ami penu penuru runa nan n olu olume me dan dan fungsi otak yang abnormal. Neurotransmitter uga ditemukan tidak normal, khususnya dopamin, serotonin, dan glutamat. a !tudi !tudi neurotran neurotransmi smitter tter !ki8ofrenia
diduga
uga
disebabkan
oleh
adanya
ketidakseimbangan neurotransmitter. neurotransmitter. &opamin berlebihan, berlebihan, tidak seimbang dengan kadar serotonin. b eori irus "aparan irus influen8a pada trimester ketiga kehamilan dapat menadi faktor predisposisi ski8ofrenia. # "sik "sikol olog ogis is Beberapa kondisi psikologis yang menadi faktor predisposisi ski8ofrenia antara lain anak yang diperlakukan oleh ibu yang pen#emas, terlalu melindungi, dingin, dan tak berperasaan, sementara ayah yang mengambil arak dengan anaknya. b.
7aktor "resipitasi
1.
Berlebihannya proses informasi pada sistem saraf yang menerima dan memproses informasi di thalamus dan frontal otak.
2.
+ekanisme penghantaran listrik di syaraf terganggu.
3.
Kondisi kesehatan, meliputi 6 nutrisi kurang, kurang tidur, ketidakseimbangan irama sirkadian, kelelahan, infeksi, obat-obat sistem
syaraf
pusat,
kurangnya
latihan,
hambatan
untuk
menangkau pelayanan kesehatan. ;.
5ingkungan, meliputi 6 lingkungan yang memusuhi, krisis masalah di rumah
tangga,
kehilangan kebebasan
hidup, perubahan
kebiasaan hidup, pola aktiitas sehari-hari, kesukaran dalam hubungan dengan orang lain, isolasi so#ial, kurangnya dukungan sosial,
tekanan
kera,
kurang
ketrampilan
dalam
bekera,
stigmatisasi, kemiskinan, ketidakmampuan mendapat pekeraan. %.
!ikap
sosialisasi,
perilaku
agresif,
ketidakadekuatan
pengobatan, ketidakadekuatan penanganan geala. !. "enis Halusinasi
!tuart dan 5araia (2001, membagi halusinasi menadi tuuh enis, meliputi6 halusinasi pendengaran (auditory, halusinasi penglihatan (visual , halusinasi penghidu (olfactory, halusinasi penge#apan ( gustatory, halusinasi perabaan
(tactile,
halusinasi
cenesthetic,
dan
halusinasi
kinesthetic.
Karakteristik masing-masing enis halusinasi adalah sebagai berikut 6 a
Halusinasi
pendengaran,
seperti
mendengar
suara-suara
atau
kebisingan, paling sering suara orang. !uara berbentuk kebisingan yang kurang elas sampai kata-kata yang elas berbi#ara tentang klien, bahkan sampai ke per#akapan lengkap antara dua orang atau lebih tentang orang yang mengalarni halusinasi. "ikiran yang terdengar di mana klien
mendengar perkataan baha pasien disuruh untuk melakukan sesuatu, kadang-kadang dapat membahayakan. b
Halusinasi penglihatan, stimulus isual dalam bentuk kilatan #ahaya, gambar geometris, gambar kartun, bayangan yang rumit atau kompleks. Bayangan bisa menyenangkan atau menakutkan seperti melihat monster.
#
Halusinasi penghidu, klien membaui bau-bauan tertentu seperti bau darah, urin, atau feses, umumnya bau-bauan yang tidak rnenyenangkan. Halusinasi penghidu sering akibat stroke, tumor, keang atau demensia.
d
Halusinasi penge#apan, klien merasa menge#ap rasa seperti rasa darah, urin atau feses.
e
Halusinasi
perabaan,
dimana
klien
mengalami
nyeri
atau
ketidaknyamanan tanpa stimulus yang elas, seperti rasa tersetrum listrik yang datang dari tanah, benda mati, atau orang lain. f
Halusinasi cenesthetic, yaitu merasakan fungsi tubuh seperti aliran darah di ena atau arteri, pen#ernaan makanan, atau pembentukan urin.
g
Halusinasi kinesthetic, yaitu merasakan pergerakan sementara berdiri tanpa bergerak.
D. Fase Halusinasi
Halusinasi yang dialami oleh klien bisa berbeda intensitas dan keparahannya. !tuart dan 5araia (dalam !tuart dan !undeen, 200=, membagi fase halusinasi dalam ; fase berdasarkan tingkat ansietas yang dialami dan kemampuan klien mengendalikan dirinya. !emakin berat fase halusinasi, klien semakin berat mengalami ansietas dan makin dikendalikan oleh halusinasinya.
Tael #.$
Fase-Fase Halusinasi
Fase %alusinasi $ 7ase 1 6
&arakteristik # Klien mengalami keadaan
Perilaku 'asien ( +enyeringai atau
*omforting-
emosi
ansietas,
tertaa
ansietas
kesepian, rasa bersalah, dan
sesuai,
tingkat
seperti
yang tidak
sedang,
se#ara
takut serta men#oba untuk
menggerakkan bibir
umum, halusinasi
berfokus pada penenangan
tanpa
menimbulkan
bersifat
pikiran untuk mengurangi
suara,
pergerakan
menyenangkan
ansietas.
mata
$ndiidu
yang
#epat,
mengetahui baha pikiran
respon erbal yang
dan
lambat,
pengalaman
sensori
diam
dan
yang dialaminya tersebut
dipenuhi oleh sesuatu
dapat
yang mengasyikkan.
dikendalikan
ika
ansietasnya bias diatasi 7ase $$ 6
(Non psikotik "engalaman sensori bersifat
"eningkatan
*ondemning-
meniikkan
syaraf otonom yang
ansietas
tingkat
menakutkan,
berat,
se#ara
lepas kendali dan mungkin
ansietas,
umum, halusinasi
men#oba
peningkatan
nadi,
menadi
menauhkan dirinya dengan
pernafasan,
dan
meniikkan
sumber yang dipersepsikan.
tekanan
Klien
penyempitan
dan klien mulai
untuk
mungkin
merasa
sistem
menunukkan seperti
darah>
malu karena pengalaman
kemampuan
sensorinya dan menarik diri
konsentrasi, dipenuhi
dari orang lain.
dengan
pengalaman
("sikotik ringan
sensori
dan
kehilangan kemampuan membedakan halusinasi 7ase
$$$
6
Klien
berhenti
Controlling-
menghentikan
ansietas
terhadap
tingkat
perlaanan
halusinasi
dan
petunuk diberikan
menyerah pada halusinasi
halusinasinya
sensori
tersebut.
daripada
berkuasa
menadi
$si
halusinasi
menarik,
dapat
berupa permohonan. Klien
dengan
realita. *enderung mengikuti
berat, pengalaman menadi
antara
menolaknya, kesukaran
yang
mungkin
mengalarni
berhubungan dengan
kesepian ika pengalaman
orang lain, rentang
sensori tersebut berakhir.
perhatian
("sikotik
beberapa detik atau
hanya
menit, adanya tandatanda fisik ansietas berat 6 berkeringat, tremor, tidak mampu
sensori
mengikuti petunuk. ( "erilaku menyerang-
*on?uering
menadi mengan#am dan
teror seperti panik,
"anik, umumnya
menakutkan ika klien tidak
berpotensi
kuat
halusinasi
mengikuti
melakukan
bunuh
$ 7ase
menadi
$/6
perintah.
Halusinasi bisa berlangsung
diri atau membunuh
dalam beberapa am atau
orang lain, 9ktiitas
dalam
hari
fisik
halusinasinya
interensi terapeutik.
merefleksikan
("sikotik Berat
halusinasi
seperti
amuk,
agitasi,
rumit,
lebih
# "engalaman
melebur
ika
tidak
ada
menarik katatonia,
yang isi
diri,
atau tidak
mampu
berespon
terhadap
perintah
yang kompleks, tidak mampu
berespon
terhadap lebih dari satu orang. !umber 6 !tuart, 200=
E. Penatalaksanaan
+enurut Keliat (2011, tindakan keperaatan untuk membantu klien mengatasi halusinasinya dimulai dengan membina hubungan saling per#aya dengan klien. Hubungan saling per#aya sangat penting dialin sebelum
menginterensi klien lebih lanut. "ertama-tama klien harus difasilitasi untuk merasa nyaman men#eritakan pengalaman aneh halusinasinya agar informasi tentang halusinasi yang dialami oleh klien dapat di#eritakan se#ara konprehensif. 'ntuk itu peraat harus memperkenalkan diri, membuat kontrak asuhan dengan klien baha keberadaan peraat adalah betul-betul untuk
membantu klien. "eraat
penerimaan
yang tulus,
men#eritakan
dan aktif
halusinasinya.
uga harus mendengar
Hindarkan
sabar,
memperlihatkan
ungkapan klien saat
menyalahkan
klien
atau
menertaakan klien alaupun pengalaman halusinasi yang di#eritakan aneh dan menggelikan bagi peraat. "eraat harus bisa mengendalikan diri agar tetap terapeutik. !etelah hubungan saling per#aya teralin, interensi keperaatan selanutnya adalah membantu klien mengenali halusinasinya (tentang isi halusinasi, aktu, frekuensi teradinya halusinasi, situasi yang menyebabkan mun#ulnya halusinasi, dan perasaan klien saat halusinasi mun#ul. !etelah klien menyadari baha halusinasi yang dialaminya adalah masalah yang harus diatasi, maka selanutnya klien perlu dilatih bagaimana #ara yang bisa dilakukan dan terbukti efektif mengatasi halusinasi. "roses ini dimulai dengan mengkai pengalaman klien mengatasi halusinasi. Bila ada beberapa usaha yang klien lakukan untuk mengatasi halusinasi, peraat perlu mendiskusikan efektifitas #ara tersebut. 9pabila #ara tersebut efektif, bisa diterapkan, sementara ika #ara yang dilakukan tidak efektif peraat dapat membantu dengan #ara-#ara baru. +enurut Keliat (2011, ada beberapa #ara yang bisa dilatihkan kepada klien untuk mengontrol halusinasi, meliputi 6 1. +enghardik halusinasi. Halusinasi berasal dari stimulus internal. 'ntuk mengatasinya, klien harus berusaha melaan halusinasi yang dialaminya se#ara internal uga. Klien dilatih untuk mengatakan, @tidak mau dengar...., tidak mau lihat@. $ni dianurkan untuk dilakukan bila halusinasi mun#ul setiap saat. Bantu pasien mengenal halusinasi, elaskan #ara-#ara kontrol halusinasi, aarkan
pasien mengontrol halusinasi dengan #ara pertama yaitu menghardik halusinasi6 2. Berinteraksi dengan orang lain. Klien dianurkan meningkatkan keterampilan hubungan sosialnya. &engan meningkatkan intensitas interaksi sosialnya, kilen akan dapat memalidasi persepsinya pada orang lain. Klien uga mengalami peningkatan stimulus eksternal ika berhubungan dengan orang lain. &ua hal ini akan mengurangi fokus perhatian klien terhadap stimulus internal yang menadi sumber halusinasinya. 5atih pasien mengontrol halusinasi dengan #ara kedua yaitu ber#akap-#akap dengan orang lain6 3. Beraktiitas
se#ara
teratur
dengan
menyusun
kegiatan
harian.
Kebanyakan halusinasi mun#ul akibat banyaknya aktu luang yang tidak dimanfaatkan dengan baik oleh klien. Klien akhirnya asyik dengan halusinasinya. 'ntuk itu, klien perlu dilatih menyusun ren#ana kegiatan dari pagi seak bangun pagi sampai malam menelang tidur dengan kegiatan yang bermanfaat. "eraat harus selalu memonitor pelaksanaan kegiatan tersebut sehingga klien betul-betul tidak ada aktu lagi untuk melamun tak terarah. 5atih pasien mengontrol halusinasi dengan #ara ketiga, yaitu melaksanakan aktiitas teradal6 ;. +enggunakan obat. !alah
satu
penyebab
mun#ulnya
halusinasi
adalah
akibat
ketidakseimbangan neurotransmiter di syaraf (dopamin, serotonin. 'ntuk itu, klien perlu diberi penelasan bagaimana kera obat dapat mengatasi halusinasi, serta bagairnana mengkonsumsi obat se#ara tepat sehingga tuuan pengobatan ter#apai se#ara optimal. "endidikan kesehatan dapat dilakukan dengan materi yang benar dalam pemberian obat agar klien patuh untuk menalankan pengobatan se#ara tuntas dan teratur. Keluarga klien perlu diberi penelasan tentang bagaimana penanganan klien yang mengalami halusinasi sesuai dengan kemampuan keluarga. Hal ini penting dilakukan dengan dua alasan. "ertama keluarga adalah
sistem di mana klien berasal. "engaruh sikap keluarga akan sangat menentukan kesehatan ia klien. Klien mungkin sudah mampu mengatasi masalahnya, tetapi ika tidak didukung se#ara kuat, klien bisa mengalami kegagalan, dan halusinasi bisa kambuh lagi. 9lasan kedua, halusinasi sebagai salah satu geala psikosis bisa berlangsung lama (kronis, sekalipun klien pulang ke rumah, mungkin masih mengalarni halusinasi. &engan mendidik keluarga tentang #ara penanganan halusinasi, diharapkan keluarga dapat menadi terapis begitu klien kembali ke rumah. 5atih pasien menggunakan obat se#ara teratur6 Aenis-enis obat yang biasa digunakan pada pasien halusinasi adalah6 1.
*lorproma8ine ( *", 5arga#tile , Carna 6 Drange Indikasi: 'ntuk mensupresi geala E geala psikosa 6 agitasi, ansietas, ketegangan, kebingungan, insomnia, halusinasi, aham, dan geala E geala lain yang biasanya terdapat pada penderita ski8ofrenia, manik depresi, gangguan personalitas, psikosa inolution, psikosa masa ke#il. Cara pemberian: 'ntuk kasus psikosa dapat diberikan per oral atau suntikan intramuskuler. &osis permulaan adalah 2% E 100 mg dan diikuti peningkatan dosis hingga men#apai 300 mg perhari. &osis ini dipertahankan selama satu minggu. "emberian dapat dilakukan satu kali pada malam hari atau dapat diberikan tiga kali sehari. Bila geala psikosa belum hilang, dosis dapat dinaikkan se#ara perlahan E lahan sampai =00 E )00 mg perhari. Kontra indikasi: !ebaiknya tidak diberikan kepada klien dengan keadaan koma, kera#unan alkohol, barbiturat, atau narkotika, dan penderita yang hipersensitif terhadap derifat fenothia8ine. fek samping6
ang sering teradi misalnya lesu dan mengantuk, hipotensi orthostatik, mulut kering, hidung tersumbat, konstipasi, amenore pada anita, hiperpireksia atau hipopireksia, geala ekstrapiramida. $ntoksikasinya untuk penderita non psikosa dengan dosis yang tinggi menyebabkan geala penurunan kesadaran karena depresi susunan syaraf
pusat, hipotensi,ekstrapiramidal, agitasi, konulsi, dan
perubahan gambaran irama KF. "ada penderita psikosa arang sekali menimbulkan intoksikasi. 2. Haloperidol ( Haldol, !erena#e , Carna 6 "utih besar Indikasi: aitu manifestasi dari gangguan psikotik, sindroma gilies de la tourette pada anak E anak dan deasa maupun pada gangguan perilaku yang berat pada anak E anak. Cara pemberian: &osis oral untuk deasa 1 E = mg sehari yang terbagi menadi = E 1% mg untuk keadaan berat. &osis parenteral untuk deasa 2 -% mg intramuskuler setiap 1 E 4 am, tergantung kebutuhan. Kontra indikasi: &epresi sistem syaraf pusat atau keadaan koma, penyakit parkinson, hipersensitif terhadap haloperidol. fek samping6 ang sering adalah mengantuk, kaku, tremor, lesu, letih, gelisah, geala ekstrapiramidal atau pseudoparkinson. fek samping yang arang adalah nausea, diare, kostipasi, hipersaliasi, hipotensi, geala gangguan otonomik. fek samping yang sangat arang yaitu alergi, reaksi hematologis. $ntoksikasinya adalah bila klien memakai dalam dosis melebihi dosis terapeutik dapat timbul kelemahan otot atau kekakuan, tremor, hipotensi, sedasi, koma, depresi pernapasan. 3. riheGiphenidyl ( H", 9rtane, remin , Carna6 "utih ke#il Indikasi:
'ntuk penatalaksanaan manifestasi psikosa
khususnya geala
ski8ofrenia. Cara pemberian: &osis dan #ara pemberian untuk dosis aal sebaiknya rendah ( 12,% mg diberikan tiap 2 minggu. Bila efek samping ringan, dosis ditingkatkan 2% mg dan interal pemberian diperpanang 3 E = mg setiap kali suntikan, tergantung dari respon klien. Bila pemberian melebihi %0 mg sekali suntikan sebaiknya peningkatan perlahan E lahan. Kontra indikasi: "ada depresi susunan syaraf pusat yang hebat, hipersensitif terhadap fluphena8ine atau ada riayat sensitif terhadap phenotia8ine. $ntoksikasi biasanya teradi geala E geala sesuai dengan efek samping yang hebat. "engobatan oer dosis > hentikan obat berikan terapi simtomatis dan suportif, atasi hipotensi dengan learteronol hindari menggunakan ephineprine.
BAB III TIN"AUAN &ASUS
A. PEN)&A"IAN &EPE*A+ATAN "I+A
$. $&N$9! K5$N Nama
6 Ny !
Aenis kelamin
6 "erempuan
'mur
6 ;3 th
!uku
6 $bu umah angga
!uku
6 $ndonesia
9aran
6 $slam
"endidikan
6 !59
9lamat
6 Batang
"enanggung Aaab Nama
6 N K
'mur
6 ;% th
"ekeraan
6 Cirasasta
Hubungan dengan klien
6 !uami
9lamat
6 Batang
$dentitas umah !akit
$$.
anggal masuk
6 ; maret 201%
uang
6 11 (5arasati
&G medis
6 &epresi berat dengan gangguan psikotik
No +
6 0=;;0=
959!9N +9!'K Keluarga pasien mengatakan satu minggu sebelum masuk rumah !A pasien merasa mendengar suara atau bisikan yang menyuruh pasien untuk selalu sholat. !erimg melamun dan berbi#ara sendiri. "asien sering keleyuran dan berteriak-teriak saat mendengar bisikan. "asien marah-marah sambil memukul tembok dan orang yang disekitarnya
$$$. 79KD "&$!"D!$!$ "asien mengatakan semenak anaknya meninggal pasien sering mendengar suara atau bisikan yang menyuruh pasien untuk sholat. "asien baru pertama kali diraat di !A. sebelum diraat di !A pasien hanya mendapatkan obat dari dokter terdekat. "asien uga mengatakan baha keluarga tidak ada yang mengalami sakit seperti klien. $/. "+$K!99N 7$!$K
1. anda tanda /ital - & 6 120<)0 - H 6 =I
/. "!$KD!D!$95 1. Fenogram Keterangan 6 "erempuan 6 5aki-laki 6 +eninggal 6 inggal serumah 6 "asien Ny !.
a. "ola 9suh "asien
mengatakan
setiap
harinya
mengasuh
kedua
anaknya."asien memiliki 2 anak bersaudara namun sekarang sudah ditinggal anak pertamanya b. "ola komunikasi "asien mengatakan ika mendapatkan suatu masalah pasien men#ari tabanyakepada suaminya. "asien uga berkomunikasi baik dengan keluarganya #. "engambilan keputusan "asien mengatakan dalam mengambil keputusan pasien selalu dirunding terlebih dahulu dengan suaminya. "asien uga sering mendapatkan saran dari suaminya 2. Konsep &iri a. *itra &iri pasien mengatakan menyukai semua bagian tubuhnya. !aat ditanya bagian tubuh yang paling disukai adalah tangannya b. $dentitas &iri pasien dapat menyebutkan identitas dirinya (nama, alamat, hobi. "asien mengatakan setiap harinya sebagai $bu rumah tangga yang hanya mengasuh kedua anaknya. "asien suka dengan statusnya sebagai seorang anita #. "eran &iri
sebelum sakit dirumah pasien mempuyai tanggung aab sebagai $bu rumah tangga. "asien dapat melakukan pekeraannya sendiri, tapi setelah diraat di !A pasien tidak melakukan aktiitas seperti dirumah d. $deal &iri pasien mengatakan ingin segera pulang dan berkumpul dengan keluarga seperti dulu. "asien uga mengatakan ingin segera sembuh dan tidak ingin lagi nmendengar suatu suara atau bisikan bisikan e. Harga &iri "asien mengatakan merasa per#aya diri dengan dirinya. "asien uga mengatakan dia mampumengasuh anaknya dengan baik. &an mampu melakukan pekeraan rumah tangga dengan baik. "asien mengatakan tidak ada gangguan dengan harga dirinya. 3. Hubungan !osial a. Drang yang Berarti "asien mengatakan sebelum anaknya meninggal yaitu orang terdekatnya adalah kedua dua anaknya karena sering bertemu dirumah, namun setelah anak yang pertama meninggal pasien hanya dekat dengan anaknya yang ke 2. b. "eran !erta dalam +asyarakat !ebelum diraat di !A sering bergaul dengan ibu-ibu sekitar rumahnya, namun setelah dirat di !A pasien tidak mau bergaul dengan pasien lainnya karena alasannya malu dengan kondisinya, pasien tampak sering menyendiri, kontak mata pasien kurang saat berinteraksi dan pasien sering melamun. +asalah Keperaatan 6 +enarik &iri ;. !piritual "asien mengatakan sebelum sakit rain sholat % aktu dan sering mengikuti pengaian di kampungnya, setelah diraat di !A pasien tetap rain sholat % aktu.
/$. !9'! +N95 1. "enampilan "enampilan dalam #ara berpakaian rapi dan sesuai, postur tubuh sedang, rambut ikal agak panang, ekspresi aah kadang serius saat ber#erita, #ara beralan baik, pasien saat duduk bersama teman-temanya terkadang hanya melamun. 2. "embi#araan "asien dalam berbi#ara intonasinya kurang elas dan pelan, dalam pembi#araan sesuai atau nyambung dengan pertanyaan, pasien terkadang terdiam ditengah pembi#araan seperti mendengar sesuatu. 3. 9ktiitas +otorik "asien tampak mau melakukan aktiitas sehari-hari di !A se#ara mandiri, saat berinteraksi tampak pasien mengerak-gerakkan tanganya, tangannya tampk seperti mengepal. +asalah Keperaatan 6 esiko men#iderai diri sendiri, orang lain dan lingkungan ;. 9lam "erasaan "asien mengatakan masih mendengar suara suara bisikan yang menggangunya, pasien mengatakan terkadang merasa sedih dengan keaadanyan sekarang, yang tidak bisa berkumpul dengan keluarga seperti dahulu. %. 9fek !aat di aan#ari kadang pasien menunukan ekspresi mendengar sesuatu, respon emosional pasien sudah stabil, pasien tenang saat diakukan interaksi. +asalah Keperaatan 6 Halusinasi "endengaran =. $nteraksi !elama Caan#ara "asien mampu menaab semua pertanyaan yang di aukan dengan sesuai< baik, kontak mata dengan pasien peraat sedikit kurang, pasien #enderung menatap
kedepan padahal peraat ada di sampingnya,
pembi#araan pasien keheranan saat ditanyai, kadang pasien terdiam sebentar seperti mendengar sesuatu. . "ersepsi "asien mengatakan sering mendengar bisikan suara saat ingin tidur dan sholat, isi suara tersebut yaitu menyuruh klien untuk sholat, suara tersebut kadang mun#ul kadang tidak, suara itu mun#ul lamanya biasa % detik, respon pasien untuk mengontrol halusinasinya tersebut hanya dengan #ara berkeluyuran dan bi#ara sendiri. +asalah Keperaatan6 Halisinasi "endengaran 4. "roses "ikir "erkataan pasien dapat dimengerti dengan baik oleh peraat, selama interaksi berangsung dapat diketaui baha pembi#araan sudah terarah. ). $si "ikir "asien mengatakan tidak ada yang mengendalikan pikiranya. "asien tidak mampunyai pikiran yang aneh-aneh kalaupun sering mendengar suara atau bisikan palsu. 10. ingkat Kesadaran "asien menyadari baha dirinya berada di !A, pasien mampu mengingat nama temannya di !A yang sudah diaak berkenalan, orientasi aktu dan tempat 11. +emori 'ntuk +emori segera menaab dengan baik tidak ada gangguan ingatan dalam angka panang dan pendek untuk saat ini. -
Aangka panang Aangka pendek
6 "asien mengatakan lahir tahun 1)40 6 "asien mengatakan yang membaa kerumah sakit adalah suaminya
-
Aangka saat ini
6 "asien masih ingat tadi pagi makan dengan nasi dan sayur.
12. ingkat Kosentrasi dan Berhitung
"asien mampu berkonsentrasi dan mampu berhitung se#ara sederhana misalnya berhitung dari 1 sampai 10. 13. Kemampuan "enilaian "asien mengatakan mampu mengambil keputusan sederhana misal pasien memutuskan untuk menggosok gii setelah makan pagi. 1;. &aya ilik &iri "asien mengatakan menyadari baha dirinya sakit dan dibaa ke !A pasien mengatakan pasien sudah sembuh dan segera ingin pulang. /$$. K+9+"'9N 9K$/$9! !H9$-H9$ 1. +akan +akanan disiapkan oleh peraat dirumah sakit pasien mau makan 3G sehari 1 porsi habis, pasien dapat makan sendiri. 2. B9B< B9K Klien B9B 1 hari sekali kalau dirumah, selama dirumah sakit pasien B9B 1kali sehari dan dapat dilakukan ditoilet dan B9K ;-% G
. "emeliharaan Kesehatan "asien mengatakan ingin segera pulang, pasien mengatakan ika nanti sudah pulang pasien akan ingin minum obat yag akan diberikan oleh rumah sakit, pasien engatakan bila sudah keluar dari rumah sakit pasien tidak mau dibaa ke !A. 4. 9ktiitas dalam umah "asien mengatakan di rumah tidak pernah melakukan pekeraan rumah. ). 9ktiitas luar umah "asien mengatakan tidak suka kegiatan diluar rumah. /$$$. +K9N$!+ KD"$NF +ekanisme koping saat ini pasien yaitu adaptif, pasien mampu berbi#ara dengan orang lain. $I. +9!959H "!$KD!D!$95 &9N 5$NFK'NF9N "asein mengatakan ada maslah dengan lingkungan, pasien tidak suka berbi#ara dengan orang lain dan lebih suka di rumah. I. 9!"K +&$! erapi medik
6 isperidone 2 G 2 mg +erlopam
2 G 2 mg
ANALISA DATA
ND &99 7DK'! 1. &!6 "asien mengatakan sering mendengar bisikan
+9!959H Fangguan
suara saat ingin tidur dan sholat, isi suara sensori6 tersebut yaitu menyuruh untuk sholat, suara pendengaran tersebut kadang mun#ul kadang tidak, suara itu mun#ul lamanya biasa % detik
persepsi halusinasi
&D6 Klien saat interaksi kadang ketaa sendiri dan 2.
sering mondar-mandir, kadang bi#ara sendiri. &!6 "asien mengatakan tidak suka bergaul, di $solasi sosial 6 menarik rumah pasien sering melamun, berdiam diri diri dan tidak mau bergaul dengan orang lain. &D6
3.
Kontak mata kurang saat diaak berinteraksi &!6 "asien mengatakan kadang saat mendengar esiko men#ederai diri, bisikan #epat sholat@ rasanya ingin marah dan orang lain, dan lingkungan saat
tidak
terkontrol
langsung
memukul
sekitar
tembok &D6 Klien tampak gelisah, tangan klien kadang tampak mengepal dan ingin memukul sesuatu B. MASALAH &EPE*A+ATAN
1. Fangguan persepsi sensori 6 halusinasi 2. $solasi so#ial 6 menarik diri 3. esiko menyiderai diri orang lain dan lingkungan !. P,H,N MASALAH DAN DIA)N,SA &EPE*A+ATAN
9kibat
esiko menyiderai diri, orang lain dan lingkungan
*ore (+asalah 'tama
"enyebab
"erubahan persepsi sensori 6 halusinasi
$solasi sosial 6 menarik diri
&iagnosa Keperaatan 1. Fangguan persepsi sensori 6 halusinasi 2. $solasi so#ial 6 menarik diri 3. esiko menyiderai diri orang lain dan lingkungan
D. INTE*-ENSI &EPE*A+ATAN
DIA)N,SA
TU"UAN
&EPE*A+ATAN
Fangguan persepsi
INTE*-ENSI
'+6
Tinakan Psikotera'eutik 6
sensori6 halusinasi !etelah dilakukan tindakan &lien pendengaran
keperaatan selama 3 G 2; 1. Bina hubungan saling per#aya. am klien mampu mengontrol 2. 9dakan kontak sering dan halusinasi
dengan
kriteria
hasil ('K6 1. Klien dapat membina hubungan saling per#aya. 2. Klien dapat mengenal halusinasinya> enis, isi,
singkat se#ara bertahap. 3. Dbserasi tingkah laku klien terkait halusinasinya. ;. anyakan keluhan yang dirasakan klien. %. Aika klien tidak sedang
aktu, dan frekuensi
berhalusinasi klarifikasi tentang
halusinasi, respon
adanya pengalaman halusinasi,
terhadap halusinasi, dan
diskusikan dengan klien tentang
tindakan yg sudah
halusinasinya meliputi 6
dilakukan. 3. Klien dapat menyebutkan dan mempraktekan #ara
SP I /
1. $dentifikasi enis halusinasi Klien. 2. $dentifikasi isi halusinasi Klien.
mengntrol halusinasi yaitu 3. $dentifikasi aktu halusinasi dengan menghardik, ber#akap-#akap dengan orang lain, terlibat<
Klien. ;. $dentifikasi frekuensi halusinasi Klien.
melakukan kegiatan, dan minum obat. ;. Klien dapat dukungan keluarga dalam mengontrol halusinasinya. %. Klien dapat minum obat dengan bantuan minimal. =. +engungkapkan halusinasi sudah hilang atau terkontrol
%. $dentifikasi situasi yang menimbulkan halusinasi. =. $dentifikasi respons Klien terhadap halusinasi. . 9arkan Klien menghardik halusinasi. 4. 9nurkan Klien memasukkan #ara menghardik halusinasi dalam adal kegiatan harian. SP II /
1. aluasi adal kegiatan harian Klien. 2. 5atih Klien mengendalikan halusinasi dengan #ara ber#akap-#akap dengan orang lain. 3. 9nurkan Klien memasukkan dalam adal kegiatan harian. SP III /
1. aluasi adal kegiatan harian Klien. 2. 5atih Klien mengendalikan halusinasi dengan melakukan kegiatan (kegiatan yang biasa dilakukan Klien di rumah. 3. 9nurkan Klien memasukkan dalam adal kegiatan harian SP I- 6
1. aluasi adal kegiatan harian Klien. 2. Berikan pendidikan kesehatan
tentang penggunaan obat se#ara teratur. 3. 9nurkan Klien memasukkan dalam adal kegiatan harian. ;. Beri puian ika klien menggunakan obat dengan benar. %. +enganurkan Klien mendemonstrasikan #ara #ontrol yang sudah diaarkan. =. +enganurkan Klien memilih salah satu #ara #ontrol halusinasi yang sesuai. &eluarga/
1. &iskusikan masalah yang dirasakn keluarga dalam meraat Klien. 2. Aelaskan pengertian tanda dan geala, dan enis halusinasi yang dialami Klien serta proses teradinya. 3. Aelaskan dan latih #ara-#ara meraat Klien halusinasi. ;. 5atih keluarga melakukan #ara meraat Klien halusinasi se#ara langsung. %. &is#harge planning 6 adal aktiitas dan minum obat. Tinakan Psikofar0ako/
1. Berikan obat-obatan sesuai program Klien.
2. +emantau kefektifan dan efek samping obat yang diminum. 3. +engukur ital sign se#ara periodi#. Tinakan Mani'ulasi Lingkungan
1. 5ibatkan Klien dalam kegiatan di ruangan. 2. 5ibatkan Klien dalam 9K halusinasi
E. IMPLEMENTASI DAN E-ALUASI &EPE*A+ATAN
Nama pasien 6 Ny ! 'mur
6 ;3 th
Hari 1 tanggal !abtu
Diagnosa ke'era2atan i0'le0entasi Fangguan persepsi halusinasi 1.+embina hubungan saling per#aya
!6
(!" $
pendengaran
dalam
"asien mengatakan mendengar suara
mengenal halusinasinya ( isi, situasi,
atau bisikan yang isinya pasien
frekuensi, durasi, dan respon
disuruh
2.+embantu
klien
untuk
S,AP
untuk
sholat.
"asien
3.+embantu klien untuk mengontrol mendengar suara tersebut saat ingin halusinasinya dengan #ara pertama
sholat dan tidur, suara tersebut bisa
yaitu menghardik
mun#ul sehari bisa 3 G dan lamanya
;.+eren#akan 5 untuk kegiatan menghardik %.membuat
kontrak
pertuman !" $$
-
aktu
halusinasinya
dengan
untuk berkluyuran dan berbi#ara sendiri. "asien mengatakan mengontrol
mau diaarkan
halusinasinya
dengan
#ara menghardik, dan prasaan pasien setelah
di aarkan
sedikit
lebih
1
nyaman D6 pasien tampak tenang, kontak mata sedikit menurun, bi#ara kurang elas, pasien mau di aak komunikasi, pasien tampak mempraktikan #ara mengontrol
halusinasinya
se#ara
mandiri dengan baik 96 elah ter#apai hubungan BH!" "asien
mampu
melakukan
#ara
mengontrol halusinasi dengan benar. "6 lanutkan interensi 'ntuk pasien6 9nurkan pasien untuk melakukan #ara menghardik
sesuai adal yg
sudah di buat 9nurkan pasien untuk melakukan
nyaman D6 pasien tampak tenang, kontak mata sedikit menurun, bi#ara kurang elas, pasien mau di aak komunikasi, pasien tampak mempraktikan #ara mengontrol
halusinasinya
se#ara
mandiri dengan baik 96 elah ter#apai hubungan BH!" "asien
mampu
melakukan
#ara
mengontrol halusinasi dengan benar. "6 lanutkan interensi 'ntuk pasien6 9nurkan pasien untuk melakukan #ara menghardik
sesuai adal yg
sudah di buat 9nurkan pasien untuk melakukan
#ara
menghardik
saat
halusinasi
mun#ul 'ntuk peraat 5akukan +inggu
Fangguan
(!" $$
pendengaran
persepsi
halusinasi 1. +engealuasi kembali kemampuan
kontrak
aktu
untuk
pertemuan berikutnya !6
pasien dalam mengontrol halusinasi
pasien mengatakan masih ingat #ara
dengan #ara menghardik seperti
yang kemarin sudah diaarkan yaitu
yang diaarkan pertemuan
dengan
sebelumnya
mengatakan #ara yaitu kita menutup
#ara
menghardik,
pasien
2. +engaari pasien #ara mengontrol
telinga lalu sambil bilang@pergi kamu
halusinasi dengan #ara yang kedua
pergi, kamu suara palsu tidak nyata@.
yaitu ber#akap #akap dengan orang
!etelah diaarkan #ara yang kedua
lain
pasien mengatakan uga sudah bisa
3. +embuat adal latian #ara ber#akap #akap ;. +enganurkan #ara ber#akap #akap ketika halusinasi mun#ul %. +elakukan kontrak pada pertemuan
yaitu dengan #ara mengaak ngobrol dengan orang lain.. setelah diaarkan pasien mengatakan prasaannya lebih nyaman D6
#ara
menghardik
saat
halusinasi
mun#ul 'ntuk peraat 5akukan +inggu
Fangguan
(!" $$
pendengaran
persepsi
halusinasi 1. +engealuasi kembali kemampuan
kontrak
aktu
untuk
pertemuan berikutnya !6
pasien dalam mengontrol halusinasi
pasien mengatakan masih ingat #ara
dengan #ara menghardik seperti
yang kemarin sudah diaarkan yaitu
yang diaarkan pertemuan
dengan
sebelumnya
mengatakan #ara yaitu kita menutup
#ara
menghardik,
pasien
2. +engaari pasien #ara mengontrol
telinga lalu sambil bilang@pergi kamu
halusinasi dengan #ara yang kedua
pergi, kamu suara palsu tidak nyata@.
yaitu ber#akap #akap dengan orang
!etelah diaarkan #ara yang kedua
lain
pasien mengatakan uga sudah bisa
3. +embuat adal latian #ara ber#akap #akap ;. +enganurkan #ara ber#akap #akap ketika halusinasi mun#ul %. +elakukan kontrak pada pertemuan
berikutnya
yaitu dengan #ara mengaak ngobrol dengan orang lain.. setelah diaarkan pasien mengatakan prasaannya lebih nyaman D6
pasien tampak meragakan kembali #ara mengontrol halusinasi dengan menghardik
seperti
pertemuan
sebelumnya "asien
tampak
memperagakan
mengontrol halusinasi dengan #ara ke
dua
yaitu
dengan
mengaak
ngobrol dengan orang lain 96 "asien kembali
mampu
memperagakan
mengontrol
halusinasi
dengan #ara menghardik "asien
mapu
memperagakan
mengontrol halusinasi dengan #ara kedua yaitu ber#akap #akap dengan orang lain "6 'ntuk pasien6 anurkan pasien untuk mempraktekan
kembali
#ara
berikutnya
pasien tampak meragakan kembali #ara mengontrol halusinasi dengan menghardik
seperti
pertemuan
sebelumnya "asien
tampak
memperagakan
mengontrol halusinasi dengan #ara ke
dua
yaitu
dengan
mengaak
ngobrol dengan orang lain 96 "asien
mampu
kembali
memperagakan
mengontrol
halusinasi
dengan #ara menghardik "asien
mapu
memperagakan
mengontrol halusinasi dengan #ara kedua yaitu ber#akap #akap dengan orang lain "6 'ntuk pasien6 anurkan pasien untuk mempraktekan
mengntrol
kembali
halusinasi
#ara
dengan
mengaak obrol orang lain sesuai adal dan saat halusinasi itu mun#ul 'ntuk peraat> 5akukan
kontrak
dengan
pasien
untuk melanutkan !" yang ke $$$ yaitu !enin
Fangguan Halusinasi
"ersepsi
!ensori
1.+engealuasi mengenai
ingatan #ara
pasien
mengontrol
dengan
#ara
melakukan
aktiitas teradal. !6 -"agi uga mas, perasaaan saya hari
halusinasi yang sudah diaarkan
ini lebih
dalam pertemuan sebelumnya.
men#oba semua #ara yang diaarkan
2. +embuat adal harian kegiatan pasien.
yaitu
baik.
dengan
$ya saya sudah
menghardik
dan
mengobrol dengan orang lain. D6 -
"asien
mampu
memperagakan halus inasi
#ara
dan
mau
mengontrol
meng hardik
mengobrol dengan orang lain.
dan
mengntrol
halusinasi
dengan
mengaak obrol orang lain sesuai adal dan saat halusinasi itu mun#ul 'ntuk peraat> 5akukan
kontrak
dengan
pasien
untuk melanutkan !" yang ke $$$ yaitu !enin
Fangguan Halusinasi
"ersepsi
!ensori
1.+engealuasi mengenai
ingatan #ara
pasien
mengontrol
dengan
#ara
melakukan
aktiitas teradal. !6 -"agi uga mas, perasaaan saya hari
halusinasi yang sudah diaarkan
ini lebih
dalam pertemuan sebelumnya.
men#oba semua #ara yang diaarkan
2. +embuat adal harian kegiatan pasien.
yaitu
baik.
dengan
$ya saya sudah
menghardik
dan
mengobrol dengan orang lain. D6 -
"asien
mampu
memperagakan halus inasi
#ara
dan
mau
mengontrol
meng hardik
dan
mengobrol dengan orang lain.
-pasien tampak mau makan dan meminum obat se#ara teratur. 96 -"asien mampu memperagakan #ara mengontrol halusinasi menghardik, mengobrol dengan pasien yang lain. -pasien
mampu
meminum
obat
dengan se#ara teratur. "6 -'ntuk
pasienM
melaksanakan
adal kegiatan yang sudah di buat. -'ntuk peraatM melanutkan sp $/ yaitu dengan mrnganurkan pasien untuk minum obat se#ara teratur.
-pasien tampak mau makan dan meminum obat se#ara teratur. 96 -"asien mampu memperagakan #ara mengontrol halusinasi menghardik, mengobrol dengan pasien yang lain. -pasien
mampu
meminum
obat
dengan se#ara teratur. "6 -'ntuk
pasienM
melaksanakan
adal kegiatan yang sudah di buat. -'ntuk peraatM melanutkan sp $/ yaitu dengan mrnganurkan pasien untuk minum obat se#ara teratur.
BAB III PEMBAHASAN
"ada bab ini akan dibahas mengenai kesenangan yang penulis temukan antara konsep dasar teori dengan kasus nyata masalah keperaatan pada Ny. ! dengan gangguan persepsi sensori6 halusinasi pendengaran diruang 5arasati (.11 umah !akit Aia &aerah &r. 9mino Fondohutomo !emarang pada tanggal 1; +aret 201%, dari tahap pengkaian, diagnosa, interensi, implementasi, dan ealuasi serta pada tahap penulisan akhir dari penulisan laporan studi kasus ini, penulis akan memberikan kesimpulan dan saran, yang diharapkan dapat memberi manfaat dalam meningkaykan asuhan keperaatan pada pasien, khususnya pada pasin dengan gangguan persepsi sensori6 halusinasi pendengaran.
9. "engkaian "engkaian merupakan tahap aal dan dasar dari proses keperaatan,
BAB III PEMBAHASAN
"ada bab ini akan dibahas mengenai kesenangan yang penulis temukan antara konsep dasar teori dengan kasus nyata masalah keperaatan pada Ny. ! dengan gangguan persepsi sensori6 halusinasi pendengaran diruang 5arasati (.11 umah !akit Aia &aerah &r. 9mino Fondohutomo !emarang pada tanggal 1; +aret 201%, dari tahap pengkaian, diagnosa, interensi, implementasi, dan ealuasi serta pada tahap penulisan akhir dari penulisan laporan studi kasus ini, penulis akan memberikan kesimpulan dan saran, yang diharapkan dapat memberi manfaat dalam meningkaykan asuhan keperaatan pada pasien, khususnya pada pasin dengan gangguan persepsi sensori6 halusinasi pendengaran.
9. "engkaian "engkaian merupakan tahap aal dan dasar dari proses keperaatan, tahapnya terdiri dari pengumpulan data, penulis melakukan pendekatan pada pasien dan data diperoleh melalui aan#ara, pengamatan, atau obserasi langsung pada klien, #atatan rekam medis, peraat ruangan sebagai berikut6 "engkaian dilakukan pada tanggal 1; +aret 201% pukul 04.00 C$B diruang 11 (5arasati !A& &r. 9mino Fondohutomo !emarang. "enulis menemukan kesenangan pada tahap pengkaian, karena keluarga tidak pernah menenguk klien sampai akhir implementasi. "roses pengkaian untuk mendapatkan data dimulai dari tanggal 1; +aret 201% melalui tahap perkenalan (Bina Hubungan !aling "er#aya antara "eraat dan Klien, sampai klien mau men#eritakan masalahnya kepada peraat. +enurut !tuart dan 5araia (2001, faktor-faktor yang menyebabkan klien gangguan ia mengalami halusinasi yaitu ada 2 pokok antara lain6 7aktor genetis yaitu se#ara genetis, ski8ofrenia diturunkan melalui kromosom-kromosom tertentu. Namun demikian, kromosom ke berapa yang menadi faktor penentu gangguan ini sampai sekarang masih dalam tahap penelitian. 9nak kembar identik memiliki kemungkinan mengalami ski8ofrenia sebesar %0: ika salah satunya mengalami ski8ofrenia, sementara ika di8igote, peluangnya sebesar 1%:. !eorang anak yang salah satu orang tuanya mengalami ski8ofrenia berpeluang 1%:
mengalami ski8ofrenia, sementara bila kedua orang tuanya ski8ofrenia maka peluangnya menadi 3%:. 7aktor
Neurobiologis yaitu
klien ski8ofrenia
mengalami penurunan olume dan fungsi otak yang abnormal. Neurotransmitter uga ditemukan tidak normal, khususnya dopamin, serotonin, dan glutamat. 7aktor predisposisi yang teradi pada Ny. ! adalah adanya rasa kesedihan yang dirasakan klien saat kehilangan anaknya yang kemudian menyebabkan klien menadi pendiam dan #enderung murung bahkan menarik diri, dari situlah mun#ul geala klien sering mendengar suara suara yang tidak ada uudnya se#ara terus menerus. +enurut !tuart dan 5araia (2001 faktor presipitasi halusinasi adalah Berlebihannya proses informasi pada sistem saraf yang menerima dan memproses informasi di thalamus dan frontal otak. +ekanisme penghantaran listrik di syaraf terganggu. Kondisi
kesehatan, meliputi 6
nutrisi kurang, kurang
tidur,
ketidakseimbangan irama sirkadian, kelelahan, infeksi, obat-obat sistem syaraf pusat, kurangnya latihan, hambatan untuk menangkau pelayanan kesehatan. 5ingkungan, meliputi 6 lingkungan yang memusuhi, krisis masalah di rumah tangga, kehilangan kebebasan hidup, perubahan kebiasaan hidup, pola aktiitas sehari-hari, kesukaran dalam hubungan dengan orang lain, isolasi so#ial, kurangnya dukungan sosial, tekanan kera, kurang ketrampilan dalam bekera, stigmatisasi, kemiskinan, ketidakmampuan mendapat pekeraan. !ikap
rangsangan dari luar (+aramis, 200%. "engertian yang hampir sama, yaitu menurut /ar#arolis (osep, 200), halusinasi didefinisikan sebagai terganggunya persepsi sensori seseorang, dimana tidak terdapat stimulus, dan menurut Kusuma (1)), halusinasi adalah persepsi sensoris yang palsu yang teradi tanpa adanya stimulus eksternal, dimana keadaan tersebut dibedakan dari ilusi, yang merupakan kekeliruan persepsi terhadap stimuli yang nyata. !tuart dan 5araia (2001, membagi halusinasi menadi tuuh enis, meliputi6 halusinasi pendengaran (auditory, halusinasi penglihatan (visual , halusinasi penghidu (olfactory, halusinasi penge#apan ( gustatory, halusinasi perabaan (tactile, halusinasi cenesthetic, dan halusinasi kinesthetic. Halusinasi yang dialami oleh klien bisa berbeda intensitas dan keparahannya. !tuart dan 5araia (dalam !tuart dan !undeen, 200=, membagi fase halusinasi dalam ; fase berdasarkan tingkat ansietas yang dialami dan kemampuan klien mengendalikan dirinya. !emakin berat fase halusinasi, klien semakin berat mengalami ansietas dan makin dikendalikan oleh halusinasinya. 7ase $ 6 *omforting-ansietas tingkat sedang, se#ara umum, halusinasi bersifat menyenangkan. 7ase $$ 6*ondemning-ansietas tingkat berat, se#ara umum, halusinasi menadi meniikkan. 7ase $$$ 6 Controlling-ansietas tingkat berat, pengalaman sensori menadi berkuasa. 7ase $/6 *on?uering-"anik, umumnya halusinasi menadi lebih rumit, melebur dalam halusinasinya. &alam melakukan pengkaian, klien didalam rumah tangga berperan sebagai $bu umah anga, klien merasa sudah tidak bisa adi ibu yang baik bagi anaknya karena tidak bisa menaga anaknya dengan baik dan mengakibatkan meninggalnya anak klien. "eran dimasyarakat dulunya klien sering mngikuti a#ara seperti pengaian dsb, namun semenak keadian itu klien lebih sering dirumah dan murung dikamar. Hubungan sosial6 didalam !A klien arang bergaul pada teman-temannya, klien tampak lebih senang menyendiri dikamar kaena merasa lebih tenang. Aika ada masalah sekarang klien lebih banyak diam. &alam melalukan pengkaian, didapatkan pembi#araan klien lambat dan pelan, serta tampak bingung, tidak bisa mempertahankan kontak mata dan tidak fokus dengan topik pembi#araan. 9ktiitas motorik pengkaian klien tampak gelisah dan sering mondar-mandir
seperti kebingungan. $nteraksi selama
aan#ara
#ukup
kooperatif, dan kadang tidak menaab sebagian pertanyaan yang ditanyakan
peraat. "ersepsi yaitu enis halusinasi pendengaran, pasien mengatakan sering mendengar suara suara yang selalu membayanginya seperti ayo sholat@, dalam sehari tidak bisa diprediksi kadang mun#ul dangan tiba tiba berdurasi % detik, disaat klien sedang sendiri atau sebelum dan sesudah tidur. ingkat kesadaran klien mengatakan baha dirinya masih bingung dan ka#au pasien sering mondar mandir tidak tahu mau berbuat apa. Beberapa data yang ada diteori tidak semuanya ada pada Ny. !, tetapi data yang ada pada Ny. ! sudah memperkuat diagnosa baha klien mengalami gangguan persepsi sensori6 halusinasi pendengaran yaitu klien sring mendengar suara yang membisikan ayo sholat@, klien sering berbi#ara sendiri, tampak gelisah dan kontak mata agak kurang. "ada pengkaian terdapat fa#tor penghambat penulis karena klien kadang saat diaak bi#ara klien tampak bingung, tidak bisa fokus, dan ditengah pembi#araan klien berhenti bi#ara kmudian melamun. Klien mudah tersinggung saat ditanya mengenai masala lalunya yang menyangkut kenangan masa lalu dengan anaknya. "enulis uga tidak bertemu dengan keluarga klien sehingga menyulitkan penulis untuk alidasi data yang didapat. !olusi penulis untuk dapat mengatasi masalah masalah tersebut adalah dengan berinisiatif untuk berkali-kali melakukan pendekatan pada klien dan membina hubingan saling per#aya. "enulis uga harus lebih sabar dan harus melihat kondisi klien kapan harus diaak bi#ara lagi dan tidak memaksakan klien untuk diaak bi#ara. !edangkan untuk mendapatkan data yang lebih alid, penulis uga melihat status klien dan bertanya lebih elas kepada peraat ruangan.
B. &iagnosa Keperaatan 9da beberapa diagnosa keperaatan yang sering ditemukan pada klien dengan
halusinasi
menurut
Keliat
(2011
yaitu6
esiko "erilaku
kekerasan berhubungan dengan halusinasi pendengaran. Fangguan persepsi sensori6 halusinasi berhubungan dengan menarik diri. $solasi sosial6 menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah. &alam kasus uga mun#ul tiga diagnose keperaatan yaitu, esiko "erilaku kekerasan berhubungan dengan halusinasi pendengaran. Fangguan persepsi sensori6 halusinasi berhubungan dengan menarik
diri. $solasi sosial6 menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah. &imana penulis mengangkat prioritas masalah gangguan persepsi sensori6 halusinasi pendengaan karena untuk dapat bersosialisasi pasien harus bisa mengatasi halusinasi pendengarannya, dimana saat klien sedang mengalami halusinasinya pikiran klien nmenadi ka#au dan resikko men#iderai diri dan orang lain serta lingkungannya bisa teradi.penulis mengangkat diagnose kdua menarik diri sebagai lanutan implementasi dari halusinasi, seperti yang ter#antum dalam strategi pelaksanaan (!" $$ mengontrol halusinasi dengan ber#akap #akap klien harus bisa menghardik dan untuk bisa ber#akap #akap penulis harus mengatasi diagosa isolasi sosial sebagai penyebab halusinasi.sedangkan diagnose resiko men#iderai diri, orang lain, dan lingkungan, penukis sertakan karena merupakan akibat dari diagnosa halusinasi pendengaran. &alam penulisan diagnose adanya kelengkapan data klien dapat diaak berkera sama serta adanya proses bimbingan.
*. $nterensi Keperaatan "enulis membuat ren#ana asuhan keperaatan berdasarkan prioritas masalah dari ssemua diagnose keperaatan yang menurut prioritas utama yaitu gangguan persepsi sensori6 halusinasi pendengaran. 'ntuk standar operasional prosedur penulis mengambil dari sumber (lilik, 2011. uuan umum yaitu klien tidak men#iderai diri, orang lain dan lingkungan. uuan khusus Klien dapat membina hubungan saling per#aya. Klien dapat mengenal halusinasinya> enis, isi, aktu, dan frekuensi halusinasi, respon terhadap halusinasi, dan tindakan yang sudah dilakukan, Klien dapat
menyebutkan dan mempraktekan #ara mengntrol
halusinasi yaitu dengan menghardik, ber#akap-#akap dengan orang lain, terlibat< melakukan kegiatan, dan minum obat. Klien dapat dukungan keluarga dalam mengontrol halusinasinya. Klien dapat minum obat dengan bantuan minimal. +engungkapkan halusinasi sudah hilang atau terkontrol 7a#tor pendukung adalah pasien mau diaak untuk ber#akap #akap dan adanya bantuan dari peraat ruangan. "ada peren#anaan penulis menemukan kesulitan atau hambatan karena dalam penyusunan ren#ana asuhan keperaatan adalah penulis menga#u pada pedoman asuhan keperaatan ia yang sudah ada tetapi pada kenyataan perlu pengetahuan dan pengalaman yang #ukup dan perlu mempertimbangkan kondisi klien.
&. $mplementasi &alam pelaksanaan implementasi penulis menga#u pada ren#ana tindakan keperaatan yang telah ditetapkan, yang sebelumnya telah disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan klien saat ini dan menga#u pada strategi pelaksanaan (!" tindakan keperaatan.implementasi yang telah dilaksanakan pada diagnose ini bertuuan agar klien dapat mengontrol halusinasinya. indakan yang telah dilaksanakan adalah klien mau berabat tangan dan memeperkenalkan diri, klien mau berdampingan dengan peraat, klien mau menyebutkan isi, enis, aktu, dan frekuensi timbulnya halusinasi. "ada tanggal 1; +aret 201% penulis melakukan pertemuan $, dalam tahap ini penulis tidak mendapatkan hambatan karena klien dapat berkomunikasi dengan baik dan dapat membina hubungan saling per#aya. asional ika klien sudah dekat dengan peraat maka latihan untuk mengontrol halusinasi dapat dilaksanakan. "ada tanggal 1; +aret 201% pukul 10.00 C$B penulis melakukan pertemuan !" $ yaitu mengenal dan melatih mengontrol halusinasi dengan #ara menghardik. 9dapun hasil yang penulis dapatkan pada klien yaitu klien mampu mengenal halusinasi dank lien mau diaak menghardik. &alam hal ini tidak ada kendala dalam melakukan atau mengaarkan klien menghardik. 9dapun ealuasi hari pertama yang didapat yaitu data subektif6 "asien mengatakan mendengar suara atau bisikan yang isinya pasien disuruh untuk sholat. "asien mendengar suara tersebut saat ingin sholat dan tidur, suara tersebut bisa mun#ul sehari bisa 3 G dan lamanya -
#ara
menghardik sesuai adal yg sudah di buat, 9nurkan pasien untuk melakukan
#ara menghardik saat halusinasi mun#ul. 'ntuk peraat6 5akukan kontrak aktu untuk pertemuan berikutnya. !olusi npenulis untuk mengatasi yaitu dengan mengulang strategi pelaksanaan (!" $ mengaarkan kembali #ara menghardik. "ada tanggal 1% +aret 201% pukul 0).00 penlis melakukan pertemuan kedua, penulis mengimplementasikan strategi pelaksanaan !" $$ yang bertuuan klien dapat mengontrol halusinasinya dengan ber#akap #akap dengan orang lain. 9dapun hasil yang penulis dapatkan adalah klien mampu melaksanakan #ara menghardik dengan mengontrol halusinasi dengan ber#akap #akap. 9dapun ealuasi hari ke dua yang didapat yaitu6 data subektif6 pasien mengatakan masih ingat #ara yang kemarin sudah diaarkan yaitu dengan #ara menghardik, pasien mengatakan #ara yaitu kita menutup telinga lalu sambil bilang@pergi kamu pergi, kamu suara palsu tidak nyata@. !etelah diaarkan #ara yang kedua pasien mengatakan uga sudah bisa yaitu dengan #ara mengaak ngobrol dengan orang lain.. setelah diaarkan pasien mengatakan prasaannya lebih nyaman. &ata obektif6 pasien tampak meragakan kembali #ara mengontrol halusinasi dengan menghardik seperti pertemuan sebelumnya, "asien tampak memperagakan mengontrol halusinasi dengan #ara ke dua yaitu dengan mengaak ngobrol dengan orang lain. 9nalisa 6 "asien mampu memperagakan kembali mengontrol halusinasi dengan #ara menghardik, "asien mapu memperagakan mengontrol halusinasi dengan #ara kedua yaitu ber#akap #akap dengan orang lain. "eren#anaan 6 'ntuk pasien6 anurkan pasien untuk mempraktekan kembali #ara mengntrol halusinasi dengan mengaak obrol orang lain sesuai adal dan saat halusinasi itu mun#ul. 'ntuk peraat> 5akukan kontrak dengan pasien untuk melanutkan !" yang ke $$$ yaitu dengan #ara melakukan aktiitas teradal. "ada tanggal 1= +aret 201% pukul 0).00 C$B penulis melakukan pertemuan ke $$$ dan mengimplementasikan strategi pelsanaan (!" $$$ yang bertuuan untuk klien dapat mengontrol halusinasi dengan #ara melakukan akiitas yang teradal. Hasil yang penulis dapatkan adalah klien mampu melakukan #ara mengontrol halusianasi yang kedua yaitu beer#akap #akap, klien mampu melakukan kegiatan sehari hari seperti merapikan tempat tidur dan men#u#i gelas.
9dapun ealuasi hari ketiga didapatka data subektif6 perasaaan saya hari ini lebih baik. $ya saya sudah men#oba semua #ara yang diaarkan yaitu dengan menghardik dan mengobrol dengan orang lain. &ata obektis6 "asien mampu dan mau memperagakan #ara mengontrol halusinasi menghardik dan mengobrol dengan orang lain. pasien tampak mau makan dan meminum obat se#ara teratur. 9nalisa6 "asien mampu memperagakan #ara mengontrol halusinasi menghardik, mengobrol dengan pasien yang lain., pasien mampu meminum obat dengan se#ara teratur. "eren#anaan6 'ntuk pasien6 melaksanakan adal kegiatan yang sudah di buat. 'ntuk peraat6 melanutkan !" $/ yaitu dengan mrnganurkan pasien untuk minum obat se#ara teratur. "enulis dalam melakukan implementasi menemukan hambatan yaitu kurangnya data yang mendukung seperti keterangan dari keluarga sehingga penulis hanya mengetahui sedikit kebiasaan klien dirumah dan mengetahui sedikit tentang masa lalu klien dan masalah-masalah yang dialami klien, klien mudah tersinggung ika disinggung masa lalunya.
BAB IPENUTUP
A. &esi0'ulan Berdasarkan uraian diatas mengenai halusinasi dan pelaksanaan asuhan keperaatan terhadap pasien, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut6 1. !aat memberikan asuhan keperaatan pada pasien dengan halusinasi ditemukan adanya perilaku menarik diri sehingga perlu dilakukan pendekatan se#ara terus menerus, membina hubungna saling per#aya yang dapat men#iptakan suasana terapeutik dalam pelaksanaan asuhan keperaatan yang diberikan. 2. &alam melaksanakan asuhan keperaatan pada klien dengan halusinasi, pasien
sangat
membutuhkan kehadiran
keluarga sebagai
sisitem
pendukung yang sangat membutuhkan kehadiran keluarga sebagai system pendukung yang mengerti keadaan dan permasalahan dirinya. &isamping itu peraat
B. Saran 1. 'ntuk mahasisa sebaiknya dalam memberikan asuhan keperaatan pada klien dengan gangguan halusinasi diharapkan mampu memahami konsep dasar halusinasi, k;onsep asuhan keperaatan serta setrategi pelaksanaan pada pasien halusinasi. 2. !ebagai pemberi asuhan keperaatan,
sebaiknya peraat selalu
memberikan pendekatan terus menerus dan bertahap kepada pasien dengan halusinasi untuk mengontrol halusinasi yang mun#ul. "asien dengan halusinasi biasanya sering menyendiri atau melamun, dalam hal ini sebaiknya peraat sering melakukan interaksi dengan pasien untuk mengurangi halusinasi yang mun#ul. 3. "eraat sebaiknya selalu mengaasi dan memberi dukungan pada pasien memperhatikan kebutuhuan pasien, selain itu peraat uga harus memotiasi pasien agar melakukan kegiatan yang dapat mengontrol halusinasi serta dengan sesering mungkin menemani pasien saat pasien terlihat menyendiri. ;. Bagi keluarga klien hendaknya sering mengunungi klien dirumah sakit sehingga keluarga dapat mengetahui perkembangan kondisi klien dan dapat membantu peraat bekera sama dalam memberikan asuhan keperaatan.