������� ��������� �����������
�������� ������ �����������
(����� ��������)
����
� � �. � � ��� �� � �� � �� �. � � �� � �� �� . � � �
Anatomi Hati
(http://www.google.com/gambar/anatomi .co.id, 2011)
Hati merupakan organ yang sangat penting dalam pengaturan homeostasis tubuh yang meliputi metabolisme, biotransformasi, sintesis, penyimpanan dan imunologi. Dari sudut pandang anatomi dan fisiologi, hati adalah organ terbesar dari sistem intestinal dengan berat antara 1,2-1,8 kg atau kurang lebih 25% berat badan orang dewasa yang menempati sebagian besar kuadran kanan atas abdomen dan merupakan pusat metabolisme tubuh dengan fungsi yang sangat kompleks. Batas atas hati berada sejajar dengan ruang interkostal V kanan dan batas bawah menyerong ke atas dari iga IX kanan ke iga IX kiri. Permukaan posterior hati berbentuk cekung dan terdapat celah transversal sepanjang 5 cm dari sistem porta hepatis. Omentum minor terdapat mulai dari sistem porta yang mengandung arteri hepatica, vena porta dan duktus koledokus. Sistem porta terletak di depan vena kava dan dibalik kandung empedu. Permukaan anterior yang cembung dibagi menjadi 2 lobus oleh adanya perlekatan ligamentum falsiform yaitu lobus kiri dan lobus kanan yang berukuran kira-kira 2 kali lobus kiri. Pada daerah antara ligamentum falsiform dengan kandung empedu di lobus kanan kadang-kadang dapat ditemukan lobus kuadratus dan sebuah
� �� .� �� �� �� �� �� �� �. �� � �� �� �� .� ��
���� 2
daerah yang disebut sebagai lobus kaudatus yang biasanya tertutup oleh vena kava inferior dan ligamentum venosum pada permukaan posterior. Hati terbagi dalam 8 segmen dengan fungsi yang berbeda. Pada dasarnya, garis Cantlie yang terdapat mulai dari vena kava sampai kandung empedu telah membagi hati menjadi 2 lobus fungsional, dan dengan adanya daerah dengan vaskularisasi relatif sedikit, kadang-kadang dijadikan batas reseksi. Pembagian lebih lanjut menjadi 8 segmen didasarkan pada aliran cabang pembuluh darah dan saluran empedu yang dimiliki oleh masing-masing segmen. Secara mikroskopis di dalam hati manusia terdapat 50.000-100.000 lobuli, setiap lobules berbentuk heksagonal yang terdiri atas sel hati berbentuk kubus yang tersusun radial mengelilingi vena sentralis. Di antara lembaran sel hati terdapat kapiler yang disebut sinusoid yang merupakan cabang vena porta dan arteri hepatika. Sinusoid dibatasi oleh sel fagositik (sel kupffer) yang merupakan sistem retikuloendotelial dan berfungsi menghancurkan bakteri dan benda asing lain di dalam tubuh, jadi hati merupakan salah satu organ utama pertahanan tubuh terhadap serangan bakteri dan organ toksik. Selain cabang-cabang vena porta dan arteri hepatika yang mengelilingi bagian perifer l obulus hati, juga terdapat saluran empedu yang membentuk kapiler empedu yang dinamakan kanakuli empedu yang berjalan diantara lembaran sel hati .(Sudoyo, dkk., 2006)
Definisi
Karsinoma hepatoseluler atau hepatoma adalah tumor ganas hati primer dan paling sering ditemukan daripada tumor ganas hati primer lainnya seperti limfoma maligna, fibrosarkoma, dan hemangioendotelioma. Hepatocellular Carcinoma (HCC) atau disebut juga hepatoma atau kanker hati primer atau Karsinoma Hepato Selular (KHS) adalah satu dari jenis kanker yang berasal dari sel hati (Misnadiarly, 2007). Hepatoma biasa dan sering terjadi pada pasien dengan sirosis hati yang merupakan komplikasi hepatitis virus kronik. Hepatitis virus kronik adalah faktor risiko penting hepatoma, virus penyebabnya adalah virus hepatitis B dan C. kebiasaan merokok juga dikenali sebagai faktor resiko, khususnya disertai kebiasaan minum minuman keras.
� �� .� �� �� �� �� �� �� �. �� � �� �� �� .� ��
���� 3
Karsinoma merupakan tumor ganas nomor 2 diseluruh dunia , di Asia Pasifik terutama Taiwan ,hepatoma menduduki tempat tertinggi dari tumor-tumor ganas lainnya. Perbandingan antara laki : wanita sama dengan 4-6: 1. Umur tergantung dari lokasi geografis. Terbanyak mengenai usia 50 tahun. Di Indonesia banyak dijumpai pada usia kurang dari 40 tahun bahkan dapat mengenai anakanak.
Etiologi
Belum diketahui penyebab penyakit ini secara pasti, tapi dari kajian epidemiologi dan biologi molekuler di Indonesia sudah terbukti bahwa penyakit ini berhubungan erat dengan sirosis hati, hepatitis virus B aktif ataupun hepatitis B carrier, dan hepatitis virus C dan semua mereka ini termasuk ke dalam kelompok orang-orang yang berisiko tinggi untuk mendapatkan kanker hati ini. Tumor metastasis dari tempat primer lain ditemukan dalam hati pada sekitar separuh dari seluruh kasus kanker stadium lanjut. Tumor maligna pada akhirnya cenderung mencapai hati melalui system portal atau saluran limfatik, atau melalui perluasan langsung dari tumor abdominal. Lebih lanjut, hati merupakan tempat ideal bagi kelangsungan hidup sel-sel maligna ini. Biasanya bukti pertama adanya kanker dalam organ abdomen adalah manifestasi mestastasis hati dan tanpa melakukan operasi eksplorasi atau autopsi t umor primer tidak pernah dapat teridentifikasi.
Patofisiologi
Hepatoma 75 % berasal dari sirosis hati yang lama/menahun. Khususnya yang disebabkan oleh alkoholik dan post nekrotik . Pedoman diagnostik yang paling penting adalah terjadinya kerusakan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya. Pada penderita sirosis hati yang disertai pembesaran hati mendadak. Matastase ke hati dapat terdeteksi pada lebih dari 50 % kematian akibat kanker. Diagnosa sulit ditentukan, sebab tumor biasanya tidak diketahui sampai penyebaran tumor yang luas, sehingga tidak dapat dilakukan reseksi lokal lagi. Stadium Hepatoma -
Stadium I : Satu fokal tumor berdiameter < 3 cm
� �� .� �� �� �� �� �� �� �. �� � �� �� �� .� ��
���� 4
-
Stadium II : Satu fokal tumor berdiameter > 3 cm. Tumor terbatas pada segment I atau multi-fokal tumor terbatas padlobus kanan atau lobus kiri hati.
-
Stadium III : Tumorpada segment I meluas ke lobus kiri ( segment IV) atau ke lobus kanan segment V dan VIII atau tumordengan invasi peripheral ke sistem pembuluh darah (vascular) atau pembuluh empedu (biliary duct) tetapi hanya terbatas pada lobus kanan atau lobus kiri hati.
-
Stadium IV :Multi-fokal atau diffuse tumor yang mengenai lobus kanan dan lobus kiri hati. atau tumor dengan invasi ke dalam pembuluh darah hati (intra hepaticvaskuler ) ataupun pembuluh empedu (biliary duct) atau tumor dengan invasi ke pembuluh darah di luar hati (extra hepatic vessel) seperti pembuluh darah vena limpa (vena lienalis) atau vena cava inferioratau adanya metastase keluar dari hati (extra hepatic metastase)
Tanda dan Gejala
Manifestasi dini penyakit keganasan pada hati mencakup tanda-tanda dan gejala gangguan nutrisi seperti penurunan berat badan yang baru saja terjadi, kehilangan kekuatan, anoreksia dan anemia. Nyeri abdomen dapat ditemukan, disertai dengan pembesaran hati yang cepat serta permukaan yang teraba ireguler pada palpasi. Gejala ikterus hanya tejadi jika sluran empedu yang besar tersumbat oleh tekanan nodul malignan dalam hilus hati. Asites timbul setelah nodul tersebut menyumbat vena portal atau bila jaringan tumor tertanam dalam rongga peritoneal.
Pemeriksaan Diagnostik
Diagnosis kanker hati di buat berdasarkan tanda-tanda dan gejala klinis, riwayat penyakit, hasil pemeriksaan fisik, laboratorium serta radiologi. Peningkatan kadar bilirubin, alkali fosfatase, asparat aminotransferase (AST: Glutamic Oxalocetic transaminase [SGOT] dan lactic dehidrogenase [LDH] dapat terjadi.
Leukositosis,
eritrositosis,
hiperkalsemia,
hipoglikemia
dan
hiperkolesterolemia jug dapat terlihat dalam pemeriksaan laboratorium. Kadar Alfa fetrptein serum yang berfungsi sebagai penanda tumor akan mengalami
� �� .� �� �� �� �� �� �� �. �� � �� �� �� .� ��
���� 5
kenaikan yang abnormal pada 30% dan 40% penderita kanker hati. Kadar antigen karsinoembrionik yang berfungsi sebagai penanda kanker saluran cerna dapat meningkat. CEA dan AFP secara bersama-sama dapat membantu membedakan antara tumor metastasis hati dan kanker primer hati. Banyak pasien tumor primer hati yang telah mengalami metastasis pada saat diagnosis ditegakkan. Metastasis terutama terjadi pada paru meskipun juga dapat ditemukan pada kelenjar limfe regional, kelenjar adrenal, tulang, ginjal, jantung, pancreas dan lambung. Pemeriksaan radiologi, pemindai hati, pemindai CT, USG, MRI dan laparoskopi menjadi bagian dalam menegakkan diagnosa dan menentukan derajat atau luas penyakit kanker tesebut.
Penatalaksanaan
Pemilihan terapi kanker hati ini sangat tergantung pada hasil pemeriksaan radiologi dan biopsi. Sebelum ditentukan pilihan terapi hendaklah dipastikan besarnya ukuran kanker,lokasi kanker di bahagian hati yang mana, apakah lesinya tunggal (soliter) atau banyak (multiple), atau merupakan satu kanker yang sangat besar berkapsul, atau kanker sudah merata pada seluruh hati, serta ada tidaknya metastasis (penyebaran) ke tempat lain di dalam tubuh penderita ataukah sudah ada tumor thrombus di dalam vena porta dan apakah sudah ada sirrhosis hati. Tahap penatalaksanaan dibagi menjadi dua yaitu tindakan non-bedah dan tindakan bedah. a) Tatalaksana Non Bedah Meskipun reseksi tumor hati dapat dilakukan pada beberaa pasien, sirosi yang mendasari keganasan penyakit ini akan meningkatkan resiko pada saat dilakukan pembedahan. Terapi radiasi dan kemoterapi telah dilakukan untuk menangani penyakit malignan hati dengan derajat keberhasilan yang bervariasi. Meskipun terapi ini dapat memperpanjang kelangsungan hidup pasien dan memperbaiki kualitas hiduo pasien dengan cara mengurangi rasa nyeri serta gangguan rasa nyaman, namun efek utamanya masih bersifat paliatif.
� �� .� �� �� �� �� �� �� �. �� � �� �� �� .� ��
���� 6
Terdapat beberapa jenis tatalaksana non bedah yaitu terapi radiasi, kemoterapi, dan drainase bilier perkutan. Pada terapi radiasi nyeri dan gangguan rasa nyaman dapat dikurangi secara efektif dengan terapu radiasi pada 70% dan 90 % penderita. Gejala anorexia, kelemahan dan panas juga berkurang dengan terapi ini. Injeksi Etanol Perkutan (Percutaneus Etanol Injeksi = PEI) Pada kasus-kasus yang menolak untuk dibedah dan juga menolak semua tindakan atau pasien tidak mampu membiayai pembedahan dan tak mampu membiayai tindakan lainnya maka tindakan PEI-lah yang menjadi pilihan satu-satunya. Tindakan injeksi etanol perkutan ini mudah dikerjakan, aman, efek samping ringan, biaya murah, dan hasilnya pun cukup memberikan harapan. Kemoterapi telah digunakan untuk mempebaiki kualitas hidup pasien dan memperpanjang kelangsungan hidupnya. Bentuk terpi ini juga dapat dilakukan sebagai terapi ajufan setelah dilakukan reseksi tumor hati. Kemoterapi sistemik dan kemoterapi infuse regional merupakan dua metode yang digunakan untuk memberikan preparat antineoplastik kepada pasien tumor primer dan metastasis tumor hati. Drainase Bilier perkutan atau drainase transhepatik digunakan untuk melakukan pintasan saluran empedu yang tersumbat oleh tumor hati, pankreas atau saluran empedu pada pasien tumor yang itdak dapat di operasi atau pada pasien yang dianggap beresiko. Dengan bantuan fluoroskopi, sebuah kateter dimasukkan melalui dinding abdomen dengan melewati lokasi obstruksi kedalam duodenum. Prosedur ini dikerjakan untuk membentuk kembali system drainase bilier, mengurangi tekanan serta rasa nyeri karena penumpukan empedu akibat obstruksi, dan meredakan gejala pruritus serta ikterus. Sebagai hasil dari prosedur ini, pasien merasa lebih nyaman, dan kualitas hidup serta kelangsungan hidupnya meningkat. Selma beberapa hari setelah di pasang, kateter tersebut di buka untuk drainase eksternal. Cairan empedu yang mengalir keluar diobservasi dengan ketat untuk mengetahui jumlah, warna dan adanya darah serta debris.(Brunner & Suddarth, 2002)
� �� .� �� �� �� �� �� �� �. �� � �� �� �� .� ��
���� 7
b) Tatalaksana Bedah Lobektomi hati untuk penyakit kanker dapat sukses dikerjakan apabila tumor primer hati dapat dilokalisir atau pada kasus metastasis, apabila lokasi lokasi primernya dapat dieksisi seluruhnya dan metastasis terbatas. Meskipun demikian, metastasis kedalam hati jarang bersifat terbatas atau soliter. Dengan mengandalkan pada kemampuan sel-sel hati untuk beregenerasj, sebagian dokter bedah telah melakukan pengangkatan 90% dari organ hati dengan hasil yang baik. Meskipun demikian, adanya sirosis akan membatasi kemampuan hati untuk beregenerasi. Transplantasi hati meliputi pengangkatan total hati yang sakit dengan menggantikan hati yang sehat. Pengangkatan hati yang sakit akan menyediakan tempat bagi hati yang baru dan memungkinkan rekonstruksi anatomis vaskuler hati serta saluran bilier mendekati keadaan normal. Transplantasi hati ini digunakan untuk mengatai penyakit hati stadiumterminal yang mengancam jiwa penderitanya setelah bentuk terapi yang lain tidak mampu menanganinya. Keberhasilan transplantasi tergantung keberhasilan terapi imunosupresi. (Brunner & Suddarth, 2002)
Komplikasi dan Penanganan
Komplikasi yang sering terjadi pada sirosis adalah asites, perdarahan saluran cerna bagian atas, ensefalopati hepatika, dan sindrom hepatorenal. Sindrom hepatorenal adalah suatu keadaan pada pasien dengan hepatitis kronik, kegagalan fungsi hati, hipertensi portal, yang ditandai dengan gangguan fungsi ginjal dan sirkulasi darah Sindrom ini mempunyai risiko kematian yang tinggi. Terjadinya gangguan ginjal pada pasien dengan sirosis hati ini baru dikenal pada akhir abad 19 dan pertamakali dideskripsikan oleh Flint dan Frerichs. Penatalaksanaan sindrom hepatorenal masih belum memuaskan, masih banyak kegagalan sehingga menimbulkan kematian. Prognosis pasien dengan penyakit ini buruk.
ASUHAN KEPERAWATAN
� �� .� �� �� �� �� �� �� �. �� � �� �� �� .� ��
���� 8
1. Pengkajian a.
Biodata
Pengkajian ini penting dilakukan untuk mengetahui latar belakang, status sosial ekonomi, adat / kebudayaan, dan keyakinan spiritual, sehingga mudah dalam komunikasi dan menentukan tindakan keperawatan yang sesuai. b.
Riwayat Keperawatan
Keluhan utama : Adanya pembesaran hepar yang dirasakan semakin mengganggu sehingga bisa menimbulkan keluhan sesak napas yang dirasakan semakin berat disamping itu disertai nyeri abdomen. -
Riwayat Penyakit sekarang : diperoleh melalui orang lain atau dengan klien itu sendiri.
-
Riwayat Penyakit Dahulu: dikaji untuk mendapatkan data mengenai penyakit yang
-
pernah diderita oleh klien.
Riwayat Penyakit Keluarga: dikaji untuk mengetahui data mengenai penyakit yang pernah dialami ol eh anggota keluarga.
c. Pemeriksaan Fisik d. Gejala klinik Fase dini
: Asimtomatik.
Fase lanjut
: Tidak dikenal simtom yang patognomonik.
Keluhan berupa nyeri abdomen, kelemahan dan penurunan berat badan, anoreksia, rasa penuh setelah makan terkadang disertai muntah dan mual. Bila ada metastasis ke tulang penderita mengeluh nyeri tulang. Pada pemeriksaan fisik bisa didapatkan : 1.
Ascites
2.
Ikterus
3.
Splenomegali, Spider nevi, Eritema palmaris, Edema.
Secara umum pengkajian Keperawatan pada klien dengan kasus Hepatoma, meliputi : Gangguan metabolisme Perdarahan Asites Edema
� �� .� �� �� �� �� �� �� �. �� � �� �� �� .� ��
���� 9
Hipoalbuminemia Jaundice/icterus Komplikasi endokrin Aktivitas
terganggu akibat pengobatan
2. Analisa Data �������� ���� ��: ������ ��������
��������
�������
��������
�����
���� ����� ����� �������
��������� ��������� ��: �� 30�/�����
������������ ������� ������ ���������
������
�������� �������
��������� ���������
�������� ����
�����
��: ������ ��������
������
�����
����� ���� ��������� ��: ����� ����� 7
���������� �������
� �� .� �� �� �� �� �� �� �. �� � �� �� �� .� ��
���� 10
����������� ������ ������
�����
��: ������
�������� �������
���������� ��
������� ������ ���� ��������� �����
������� ��: �� ���� 75, ��
����� ������ �����
���� 70 ������ ������, �����
����� ����� �������
����� ����� �����
��������
��: ������
������
��������
���������� �������� ������ �������� ���� ��������
�������� �������
��: ������ �������� ������� ������ �����������
�������
1. Diagnosa Keperawatan Berdasarkan pengkajian di atas maka diagnosa keperawatan yang sering muncul adalah: a. Ketidakefektifan pola pernapasan berhubungan dengan adanya penurunan ekspansi paru (ascites dan penekanan diafragma)
� �� .� �� �� �� �� �� �� �. �� � �� �� �� .� ��
���� 11
b. Gangguan rasa nyaman nyeri abdomen berhubungan dengan adanya penumpukan cairan dalam rongga abdomen (ascites). c. Gangguan nutrisi : Kurang dari kebutuhan berhubungan dengan tidak adekuatnya asupan nutrisi. d. Ansietas berhubungan dengan pembesaran abdomen
2. Intervensi Keperawatan
� �� .� �� �� �� �� �� �� �. �� � �� �� �� .� ��
���� 12
No 1
Diagnosa
Tujuan
Kriteria
Intervensi
Rasional
Ketidakefektif
Setelah
Tidak
a.Pertahankan
an
dilakukan
mengeluh
semi fowler
pernapasan
tindakan
sesak
berhubungan
keperawatan
RR 20 – 24
isi perut terhadap
dengan adanya
diharapakan
X/menit. Hasil
diafragma sehingga
penurunan
pernapasan
Lab
meningkatkan
ekspansi paru
efektif kembali
Normal
pola
(ascites
Posisi
a. Posisi ini memungkinkan tidak
napas,
terjadinya penekanan
BGA
ruangan untuk
dan
ekspansi paru yang
penekanan
maksimal. Disamping
diafragma)
itu posisi ini juga mengurangi peningkatan volume darah paru sehingga memperluas ruangan yang dapat diisi oleh udara b. Pemantau lebih dini terhadap perubahan yang b.
Observasi
kardinal tanda
dan
gejala monitor
–
terjadi sehingga dapat diambil tindakan
tanda
penanganan segera
pola
c. Pengertian klien
ketidakefektifan napas
akan mengundang partispasi klien dalam mengatasi
c. Berikan penjelasan
permasalahan yang
tentang penyebab sesak
terjadi
dan
d.untuk meneurangi
motivasi
utuk
membatasi aktivitas
asites dan cairan dalam cavum pleura
d. Kolaborasi dengan
sehingga pola nafas
tim
kembali norma (16-
medis
(dokter)
dalam pemberian
� �� .� �� �� �� �� �� �� �. �� � �� �� �� .� ��
20x/menit)
���� 13
diuretik, batasi asupan cairan,
dan
punctie
aspirasi asites 2.
Gangguan rasa
Setelah
Tidak
a.Lakukan
nyaman nyeri
dilakukan
mengeluh
dengan
abdomen
tindakkan
nyeri
pemberian
berhubungan
keperawatan
abdomen,
(perhatikan fungsi faal
mencapai sistim saraf
dengan
diharapakn nyeri
tidak meringis,
hepar)
sentral
pereganggan
dapat berkurang
Nadi 70 – 80
b. Dengan posisi
capsul glyser
atau
x/menit
miring ke sisi yang
Pasien
bebas dari nyeri
b.
dokter
Atur
yang
kolaborasi dalam
analgesik
posisi enak
klien sesuai
dengan keadaan
a. Analgesik bekerja mengurangi reseptor nyeri dalam
sehat disesuaikan dengan gaya gravitasi,maka dengan miring kesisi yang sehat maka terjadi pengurangan penekanan sisi yang sakit c. Keadaan emosional mempunyai dampak pada kemampuan
c.
Awasi
emosional
respon klien
terhadap proses nyeri
klien untuk menangani nyeri d. Teknik distraksi merupakan teknik pengalihan perhatian sehingga mengurangi emosional dan
d.Ajarkan pengurangan
teknik nyeri
dengan teknik distraksi
e.
Observasi
kognitif e. Deteksi dini adanya kelainan
tanda-
� �� .� �� �� �� �� �� �� �. �� � �� �� �� .� ��
���� 14
tanda vital 3.
Gangguan
Kebutuhan
berat
badan
nutrisi :
nutrisi
naik,
klien
Kurang dari
terpeniuhi
mau
a.Kolaborasi
dengan
a. Dengan pemberian
dokter dalam pemberian
vitamin membantu
vitamin
proses metabolisme,
kebutuhan
mengkonsumsi
mempertahankan
berhubungan
makanan yang
fungsi berbagai
dengan tidak
di sediakan
jaringan dan
adekuatnya
membantu
asupan nutrisi
pembentukan sel baru b. Pengertian klien tentang nutrisi b. Jelaskan pada klien
mendorong klien
tentang
untuk mengkonsumsi
pentingnya
nutrisi bagi tubuh dan
makanan sesuai diit
diit yang di tentukan
yang ditentukan dan
dan tanyakan kembali
umpan balik klien
apa
tentang penjelasan
yang
telah
di
jelaskan
merupakan tolak ukur penahanan klien tentang nutrisi c. Dengan mengidentifikasi berbagai jenis makanan yang telah di tentukan
c.
Bantu
klien
dan
keluarga mengidentifikasi
dan
memilih makanan yang
d.Diharapkan klien kooperatif
mengandung kalori dan protein tinggi d. Identifikasi busana klien buat padan yang ideal
dan
tentukan
kenaikan berat badan
� �� .� �� �� �� �� �� �� �. �� � �� �� �� .� ��
e. Dengan penyajian yang menarik
���� 15
yang diinginkan berat
diharapkan dapat
badan ideal
meningkatkan
e.
Sajikan
makanan
selera
makan
dalam keadaan menarik
f. Dengan kebersihan
dan hangat
mulut menghindari rasa mual sehingga diharapkan
f.Anjurkan pada klien
menambah rasa
untuk
g. Dengan monitor
menjaga
kebersihan mulut
berat badan merupakan sarana untuk mengetahui perkembangan
g.Monitor
kenaikan
asupan nutrisi klien
berat badan
4.
Ansietas
Setelah
Klien
tenang,
a.Berikan dorongan
a. Membantu klien
berhubungan
dilakukan
klien
mampu
pada klien untuk
dalam memperoleh
dengan
tindakan
bersosialisasi
mendiskusikan
kesadaran dan
pembesaran
perawatan
perasaannya
memahami keadaan
abdomen
diharapkan
mengemukakan
diri yang sebenarnya
cemas
persepsinya tentang
berkurang
kecemasannya
b. Dengan penjelasan
b. Jelaskan pada klien
diharapkan klien
setiap melakukan
kooperatif dan
prosedur baik
mengurangi
keperawatan maupun
kecemasan klien
tindakan medis.
c. Dengan penjelasan dari petugas
c. Kolaborasi dengan
kesehatan akan
dokter untuk penjelasan
menambah
tentang penyakitnya
kepercayaan terhadap apa yang dijelaskan sehingga cemas klien berkurang
� �� .� �� �� �� �� �� �� �. �� � �� �� �� .� ��
���� 16
PENUTUP
Kesimpulan
Karsinoma hepato seluler (KHS) atau disebut juga hepatoma adalah penyakit kanker hati primer yang paling banyak ditemukan dibandingkan dengan kanker hati primer lainnya. Penyakit yang telah banyak memakan korban ini, masih menjadi peristiwa yang menakutkan karena virus yang menjadi penyebabnya belum bisa sepenuhnya dijinakkan. Adapun upaya untuk mencegah terjadinya hepatoma adalah dengan mencegah penularan virus hepatitis B ataupun C. Vaksinasi merupakan pilihan yang bijaksana, tetapi saat ini baru tersedia vaksinasi untuk virus hepatitis B. Adalah benar bahwa mencegah adalah lebih baik daripada mengobati. Karena itu, siapapun yang peduli terhadap keselamatan jiwa memerlukan kewaspadaan kesehatan pribadi yang tinggi. Saran
Dari uraian kesimpulan di atas, saran yang dapat kami berikan agar hati terawat dengan baik adalah 1. Tidur cukup 2. Buang air teratur di pagi hari 3. Jangan lewatkan makan pagi 4. Hindari makanan olahan, bahan pengawet dan pemanis buatan 5. Hindari konsumsi obat yang terlalu berlebihan
� �� .� �� �� �� �� �� �� �. �� � �� �� �� .� ��
���� 17
DAFTAR PUSTAKA
Sudoyo, A.W., Dkk. 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I ed. IV . Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta Carpenito Lynda Jual, 1999, Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan, EGC, Jakarta. Brunner & Suddarth.2000. Keperawatan Medikal-Bedah.Jakarta:EGC Misnadiarly.2007.Penyakit Hati(Liver).Jakarta:Pustaka Obor Populer Murwani,Arita.2008.Perawatan
Pasien
Penyakit
Dalam.Jogjakarta:Mitra
Cendikia Press Soemohardjo,Soewignjo
&
Stephanus
Gunawan.1999. Hepatitis
Virus
B.Jakarta:EGC
Price & Wilson.2006.Patofisiologi.Jakarta:EGC
� �� .� �� �� �� �� �� �� �. �� � �� �� �� .� ��
���� 18
WOC HEPATOMA
Alcohol dan post nekrotik
Idiopatik
Hepatitis B dan C
Serosis hepatis Tumor metastase
Hepatoma Pembesaran hati
Distensi abdomen
Perut terasa penuh
Menekan diafragma MK.pola nafas inefektif
Kurang pengetahuan MK.ansietas
Rasa mual muntah
Fungsi faal hepar terganggu Produksi albumin menurun Ketidak seimbangan onkotik koloid
anoreksia
acites Kapsul glyser mengala peregangan
MK.Nutrisi kurang dari kebutuhan
MK.Nyeri
� �� .� �� �� �� �� �� �� �. �� � �� �� �� .� ��
���� 19