BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Rumah sakit adalah insitusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat. Menurut pasal 4 Undang-undang Republik Indonesia no.36 tahun 2009 tentang kesehatan menyebutkan bahwa setiap orang berhak atas kesehatan. Pelayanan kesehatan adalah upaya yang diselenggarakan oleh suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan individu, keluarga, kelompok dan masyarakat. Pelayanan kesehatan yang bermutu adalah pelayanan kesehatan yang dapat memuaskan setiap pemakai jasa palayanan kesehatan sesuai dengan tingkat kepuasan rata –rata penduduk, serta yang penyelenggaraannya sesuai dengan kode etik dan standar pelayanan profesi yang telah ditetapkan. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran telah menjadikan pembedahan yang dahulunya sebagai usaha terakhir, sekarang menjadi sesuatu yang dapat diterima secara umum. Pelayanan profesional yang diberikan pada pasien di kamar bedah meliputi kegiatan mengidentifikasi kebutuhan fisiologis, psikologis, sosial pasien dan mengimplementasikan mengimplementa sikan asuhan yang bersifat individualistik, mengkoordinasikan semua kegiatan pelayanan dalam rangka memulihkan dan mempertahankan derajat kesehatan, kesejahteraan pasien sebelum, selama dan sesudah tindakan operasi. Dengan demikan Pelayanan Pelayanan Bedah ini sangat penting sehingga pada akhirnya dapat mengurangi atau menurunkan angka kematian, kecacatan, infeksi luka operasi seminimal mungkin khususnya, dan peningkatan mutu pelayanan di kamar bedah pada umumnya. Berdasarkan hal tersebut diatas, maka kamar operasi perlu dibuat standar pelayanan yang merupakan pedoman bagi semua pihak dalam tata cara pelaksanaan pelayanan yang diberikan kepada pasien pada umum nya dan rumah sakit citama bogor pada khususnya.
1
B. Ruang lingkup
Ruang lingkup ini diterapkan kepada semua perawat, penata/dokter anestesi, dan dokter bedah yang akan menangani pasien dalam suatu prosedur bedah. Pada setiap prosedur invasif, terdapat tiga ruang lingkup penting yang harus selalu berinteraksi dan bekerjasama secara efektif dan efisien, yaitu: 1. Kamar operasi atau ruang prosedur. 2. Pasien itu sendiri. 3. Tim bedah.
C. Batasan operasional
1. Instalasi Kamar Operasi Adalah bagian dari Rumah Sakit yang memberikan memberikan pelayanan pelayanan pembedahan, anestesi dan sedasi ringan, sedang dan dalamuntuk memenuhi kebutuhan pasien baik untuk tindakan elektif maupun emergensi di luar jam kerja. Sebagai salah satu bagian dari RS Citama, Instalasi Kamar Operasi memberikan pelayanan tindakan pembedahan, anestesi maupun sedasi dengan dilengkapi peralatan yang memadai dan juga di dukung oleh SDM yang memiliki sertifikasi dan pelatihan yang khusus dibidangnya serta memenuhi persyaratan dan standar di rumah sakit, nasional, undang – undang dan peraturan yang berlaku. 2. Mengatur Block Time secara efektif Pengaturan ini dibuat dalam bentuk penyusunan jadwal setiap harinya bahwa pada periode waktu tertentu telah disiapkan kamar operasi atau ruang tindakan. Dalam periode waktu itu seorang dokter bedah dapat melakukan operasi elektif atau emergensi, operasi singkat maupun prosedur tindakan yang memakan waktu lama. Bila tim bedah tidak memenuhi jadwal tersebut, maka mereka akan kehilangan kesempatan penggunaannya. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menyusun block time: Tetapkan peraturan yang jelas dan adil penggunaan kamar operasi dalam sebuah guideline Atur penggunaan Block time direview secara berkala setiap bulannya Menambah sebuah kamar operasi yang diperuntukkan untuk kejadian urgent Buat aturan yang jelas mengenai pembatalan sebelum waktu operasi yang sudah dijadwalkan (hal ini dapat berbeda disesuaikan dengan jenis operasi) 2
Durasi operasi dapat diklasifikasikan sebagai berikut: 1) emergensi : prosedur yang mengancam nyawa atau tungkai dan harus selesai dikerjakan dalam 30 menit 2) prioritas : prosedur yang harus dikerjakan dalam 30 menit sampai 4 jam 3) urgent : prosedur yang harus dikerjakan dalam 4 jam sampai 24 jam 4) non-urgent : prosedur yang bisa dikerjakan setelah 24 jam Dalam kaitannya dengan kamar operasi yang diperuntukkan untuk kejadian urgent, hanya kasus emergensi, prioritas, dan urgent yang diperkenankan menggunakan kamar tersebut. Untuk itu, petugas penjadwalan kamar operasi perlu dibekali pengetahuan khusus / pelatihan mengenai hal ini. 3. Penjadwalan secara Efektif Jadwal sedapat mungkin diatur agar tidak penuh di awal minggu dan kosong di hari-hari berikutnya. Pemulangan pasien-pasien postoperatif dikoordinasikan dengan dokternya agar tidak selalu menunggu waktu visit dokter. Hal ini dimaksudkan untuk mengefisienkan waktu perawatan pasien dan ranjang pasien tersebut dapat segera dialokasikan untuk pasien lain yang membutuhkan. Dalam hal terjadi banyak kasus urgent dalam waktu yang bersamaan, pasien diprioritaskan berdasarkan kegawatdaruratannya dan dipertimbangkan berdasarkan masing-masing keilmuan. Ada empat prinsip dalam menyusun prioritas pasien untuk kamar operasi, yaitu: keselamatan pasien, akses dokter bedah dan pasien ke tempat tindakan, memaksimalkan efisiensi kamar bedah, dan meminimalkan waktu tunggu pasien. Ada beberapa cara untuk memaksimalkan memaksimalkan jadwal kamar operasi, antara lain: Menggunakan proses paralel, misalnya induksi anestesi dapat mulai dilakukan di kamar lain sementara menunggu proses pemindahan pasien sebelumnya ke ruang pemulihan Menggunakan klinik preoperatif untuk memastikan pasien siap menjalani operasi Kerjasama yang baik dalam tim bedah Memanfaatkan teknologi untuk menangani proses, misalnya tracking infrared, telepon seluler, whiteboard elektronik, dan lainlain On-time dalam memulai operasi 3
4. Memonitor performa kamar kamar operasi / ruang tindakan Sebelum prosedur dimulai, harus dilakukan persiapan ruangan. Hal ini meliputi menciptakan lapangan steril, menyiapkan alat-alat, dan memeriksa kelengkapannya. 1) Penciptaan lapangan steril: menempatkan duk steril di sekeliling situs operasi dan pada tempat alat-alat semua personel harus mengenakan pakaian steril hanya alat steril dan orang-orang yang telah steril yang diperbolehkan memasuki lapangan steril jangan menempatkan alat-alat steril di dekat pintu yang terbuka jendela harus ditutup letakkan alat steril hanya pada lapangan steril pastikan tangan telah discrub sebelum menyentuh alat steril orang yang telah steril tidak diperkenankan menyentuh alatalat tidak steril atau pergi ke tempat yang tidak steril perlu diingat bahwa ujung kemasan dari alat-alat steril adalah tidak steril perlu diingat bahwa sekali batas steril telah dilewati, hal ini telah dianggap terkontaminasi jika ada keraguan tentang status sterilitas sesuatu alat atau area, harus dianggap telah terkontaminasi 2) Persiapan alat: Ada empat tahap proses persiapan persiapan alat, yaitu: pencucian pencucian dan dekontaminasi, desinfeksi, sterilisasi, dan penyimpanan atau pemindahan ke lapangan steril. Ada beberapa beberapa jenis sterilisasi, sterilisasi, yaitu menggunakan menggunakan steam, ethylene oxide, ozone, dan gas plasma. 3) Persiapan perlengkapan anestesi 4) Memastikan kualitas udara dan ventilasi: positive-pressur e Ventilasi kamar operasi harus positive-pressure Udara harus masuk ke ruangan melalui ventilasi langit-langit yang tinggi dan keluar dari ruangan melalui exhaust air outlet dekat lantai yang berseberangan dengan ventilasi masuk. Mengatur agar sedikitnya terjadi 15 kali pertukaran udara per jamnya, di mana 3 di antaranya harus udara segar. Penyaringan udara yang diresirkulasi dan udara segar melalui filter yang baik dengan efisiensi minimum 90%. 4
Ruangan hanya diijinkan dibuka untuk perpindahan alat, personel tim bedah, dan pasien; selebihnya pintu dijaga agar selalu tertutup. 5) Mengatur lalu-lintas: Zona dibagi menjadi 3, yaitu: Unrestricted zone: hanya orang-orang yang berkepentingan yang boleh berada di zona ini, tetapi baju luar biasa diperbolehkan Semirestricted zone: zona ini adalah area yang terhubung dengan kamar operasi (contohnya: lorong, kantor, kamar alat), orang-orang yang berada di sini harus mengenakan pakaian scrub dengan lengan panjang, penutup rambut, dan sepatu bersih atau penutup sepatu zona ini terdiri dari kamar operasi dan area Restricted zone: zona cuci tangan, orang-orang yang memasuki zona ini harus mengenakan kostum bedah lengkap termasuk masker. Mereka yang tidak discrub harus mengenakan jaket berlengan panjang lengkap dengan kancing tertutup. Masker khususnya harus dikenakan di ruangan dengan peralatan steril yang terbuka 5. Manajemen Pasien Adalah Beberapa Beberapa poin penting dalam mengkaji faktor risiko pasien: 1) Alergi 2) Riwayat kesehatan sebelumnya (misalnya tekanan darah tinggi, asma, masalah jantung atau pernapasan) 3) Penggunaan tembakau (karena rokok meningkatkan risiko infeksi) 4) Penggunaan alkohol dan narkotika 5) Pengalaman pribadi pr ibadi pasien dengan sedasi dan anestesi sebelumnya 6) Berat badan 7) Obat-obatan yang dikonsumsi saat ini 8) Ada tidaknya risiko untuk anestesi dan sedasi 9) Permintaan khusus dari pasien untuk jenis anestesi dan sedasi 10) Kecemasan pasien 11)Delirium 12) Status nutrisi 13) Risiko potensial untuk deep vein thrombosis
5
Obat-obatan yang diberikan pada pasien harus dilabel dengan mencakup informasi seperti di bawah ini: 1) Nama 2) Kekuatan 3) Jumlah/konsentrasi 4) Tanggal kadaluwarsa 5) Pelarut dan volumenya 6) Tanggal diberikan 6. Manajemen Tim Bedah 1) Rekomendasi standar: Kostum bedah harus terbuat dari bahan yang ringan dan memungkinkan untuk bernapas. Kostum tidak terbuat dari kapas karena kapas mudah terbakar dan memiliki banyak pori yang bisa dilewati mikroorganisme Sepatu proteksi harus tertutup bagian depannya, bertumit rendah, bersol anti selip, dan dibersihkan secara berkala Sebelum memegang kostum bedah atau memasuki tempat kostum bedah, semua personel harus mencuci tangan dengan sabun dan air, antiseptik dan air, atau antiseptic hand rub Kostum bedah harus diganti setiap harinya atau setiap kali terkontaminasi atau basah. Bila kostum terdiri dari 2 bagian, atasan harus selalu dimasukkan ke dalam bawahan dan ukuran harus pas Semua personel harus menutupi kepala dan rambut muka Dalam kasus-kasus tertentu yang berisiko berisik o terciprat t erciprat (misalnya kasus trauma), tim bedah harus mengenakan alatalat proteksi tambahan Masker harus menutupi seluruh bagian mulut dan hidung Kostum bedah harus dilaundry di fasilitas laundry yang terakreditasi Seluruh personel harus menerima edukasi dan pengarahan perihal kostum bedah ini 2) Beberapa prinsip penggunaan penggunaan sarung sarung tangan: Sarung tangan harus menjadi barrier yang efektif terhadap material infeksius, termasuk darah dan cairan tubuh Sarung tangan harus diganti setiap habis kontak dengan pasien atau setiap sarung tangan tersebut rusak Sarung tangan tidak boleh dicuci atau direuse
6
Untuk prosedur invasif, tenaga kesehatan harus memakai dua lapis sarung tangan, satu di atas yang lain “Wrong Site, Wrong Procedure, Wrong Person Surgery ” 3) Beberapa hal yang berpotensi untuk menimbulkan kekeliruan untuk wrong surgery: Lebih dari satu dokter bedah terlibat Dilakukan lebih dari satu prosedur Pasien memiliki beberapa karakteristik khusus, seperti deformitas fisik atau obesitas masif Ada beberapa pasien yang memiliki nama yang sama atau prosedur yang sama atau di waktu yang bersamaan
Tiga komponen penting protokol, yaitu: 1. proses verifikasi 2. menandai lokasi yang akan dilakukan operasi 3. time out Beberapa prosedur yang tidak memerlukan penandaan: kasus organ tunggal (misalnya operasi jantung, operasi caesar) kasus intervensi seperti kateter jantung kasus yang melibatkan gigi prosedur yang melibatkan bayi prematur di mana penandaan akan menyebabkan tato permanen Dalam kasus-kasus di mana tidak dilakukan penandaan, alasan harus dapat dijelaskan dan dipertanggungjawabkan. Sedapat mungkin penandaan harus melibatkan pasien untuk menghindarkan kekeliruan. Meskipun jarang, pasien boleh menolak penandaan setelah dijelaskan maksud dan tujuannya. Penandaan harus dibuat menggunakan surgical marking pen yang tidak hilang bila dicuci saat preparasi lapangan operasi. Untuk pasien dengan warna kulit gelap, boleh digunakan warna selain hitam atau biru gelap (biru tua) agar penandaan jelas terlihat, misalnya warna merah. Pada kasus-kasus seperti operasi spinal, dapat dilakukan proses dua tahap yang meliputi penandaan preoperatif per level spinal (yang akan dioperasi) dan interspace spesifik intraoperatif menggunakan radiographic marking. Jika terdapat beberapa prosedur dalam satu operasi, maka time-out harus dilakukan sebelum setiap prosedur. Apabila terjadi diskrepansi, prosedur tidak boleh dimulai sebelum tercapai kata sepakat oleh semua anggota tim (dalam time-out) atau sebelum semua pertanyaan atau masalah terjawab. Time-out ini harus 7
terdokumentasikan, minimal berbentuk suatu pernyataan bahwa timeout telah dilakukan dan tercapai kata sepakat
D. Landasan hukum 1. Undang-undang no.23 tahun 1992 tentang kesehatan 2. Surat keputusan menteri kesehatan RI No.436/Menkes/SK/VI/19 No.436/Menkes/SK/VI/1993 93 tentang berlakunya standar di rumah sakit 3. Peraturan Pemerintah No 32 tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan 4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1796/MENKES/PER/VIII/2011 Tentang Registrasi Tenaga Kesehatan 5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 519/MENKES/PER/III/2011 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Anestesiologi Anestesiologi Dan Terapi Terapi Intensif Intensif Di Rumah Sakit Sakit
6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 290/MENKES/PER/III/2008 Tentang Persetujuan Tindakan Kedokteran 7. Pedoman Teknis T eknis Ruang Operasi Rumah Sakit, Saki t, Kementerian Kemente rian Kesehatan Republik Indonesia, Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan Tahun 2012.
8
BAB II STANDAR KETENAGAAN A. Kualifikasi Sumber Sumber Daya Daya Manusia
Pola ketenagaan dan kualifikasi SDM Instalasi Kamar Operasi adalah : NAMA
JUMLAH
PENDIDIKAN
SERTIFIKASI
Ka.Perawat
Sarjana
- D3 keperawatan
Instalasi Kamar
Keperawatan
- Sertifikasi
JABATAN
Operasi
Training
KEBUTUHAN 1 “
Health
Service management”
- Sertifikasi HIPKABI “ Elementary Basic Surgical Operating Room - Sertifikasi HIPKABI
“
Manajemen kamar Perawat
D
pelaksana
Keperawatan
(asisten, instrument, sirkulair )
III
- Ijazah D III - Dasar – dasar
( 2 tim )
instrument
Tenaga yang ada
- Sertifikasi
7 (2 tim )
seminar
Cadangan 1
HIPKABI - Pelatihan
dasar
instrument intern
9
Jumlah kebutuhan 6
Perawat pelaksana anesthesia
D III Keperawatan
- Ijazah D III - Pelatihan penata anesthesia - Sertifikasi pelatihan intern
Jumlah kebutuhan 2 Tenaga yang ad a0
Analisa Data Data Dasar perhitungan tenaga: 1. Jumlah dan jenis operasi 2. Jumlah Kamar operasi 3. Pemakaian kamar operasi pada hari kerja 4. Tugas perawat di kamar operasi terdiri dari asisten, instrumen, sirkulair (3 orang/tim) 5. Ketergantungan pasien a. Operasi khusus ( ± 5-6 jam per satu operasi) b. Operasi besar ( ± 5 jam per satu operasi) c. Operasi sedang ( ± 2 jam per satu operasi) d. Operasi kecil (± 1 jam per satu operasi) Perhitungan tenaga instalasi kamar operasi Rata-rata operasi dalam 1 hari : 2-3 pasien/ hari Khusus :Besar :2 Sedang :1 Kecil :Rumus ( berdasarkan Kemenkes RI ) (Jumlah jam operasi/hari x jumlah operasi) x jumlah perawat/tim Jam kerja efektif/ hari = {(4x2)+(2x1)} {(4x2)+(2x1)} x 3 7 ={8+2}x3 7
10
= 10 x 3 7 = 4 x 1 ok = 4 orang + cadangan 1 orang
Perhitungan tenaga ruang penerimaan dan recovery room Ketergantungan pasien : Ruang penerimaan : 15 menit Recovery room : 2 jam Rumus : Jumlah jam x jumlah operasi Jam kerja efektif/ hari = 2x4 7 = 1 = 1 orang
Di Instalasi Kamar Operasi tenaga perawat ruang pulih sadar belum ada. Yang bertanggung jawab di ruang penerimaan dan Recovery room adalah tenaga Perawat anestesi Kekurangan tenaga untuk ruang penerimaan dan recovery room 1 orang.
Jadi kekurangan tenaga di Instalasi kamar operasi adalah : 1 tim ( asisten, instrument, sirkulair ) : 3 orang Tenaga ruang penerimaan dan RR : 2 orang Dengan jumlah operasi rata-rata 2-3, tenaga perawat 1 tim ( 3 orang /tim + 1 Perawat anesthesi ) di Instalasi Kamar Operasi diharapkan cukup. Dengan pertimbangan: 1. Operasi cyto/emergency 2. Jumlah operasi yang tidak menentu setiap hari 3. Pergantian libur/ tidak oncall tiap minggunya 4. Oncall hari minggu dan hari besar maka jumlah j umlah tenaga perawat pe rawat di Instalasi Kamar Operasi kurang 1 perawat sirkuler, 1 perawat anastesi/ perawat RR
11
B. Uraian Tugas 1) Nama Jabatan : Kepala Unit Fungsional Kamar Bedah a. Bekerja dengan CTAT b. Mengadakan breafing unit dan mengikuti breafing umum c. Mengikuti rapat divisi dan umum d. Memastikan pelaksanaan SOP sudah tepat e. Memastikan pelaksanaan asuhan keperawatan sudah tepat f. Memastikan pencatatan dan pelaporan sudah dilakukan dengan tepat g. Memastikan pemeliharaan alat medis dan non medis sudah dilakukan h. Memastikan kebersihan ruangan tetap terjaga i. Membuat rencana kerja dan melaksanakannya j. Membuat laporan laporan rekapitulasi rekapitulasi kinerja kinerja setiap setiap bulan k. Melakukan laporan evaluasi kinerja setiap bulan
2) Nama jabatan : Perawat Asisten Bedah a. Sebelum Pembedahan Berkomunikasi dengan operator mengenai rencana tindakan operasi dan kemungkinan komplikasi Memastikan area opperasi siap pakai Membantu instrument menyiapkan kelengkapan operasi ( instrument steril, bahan habis pakai operasi) Memastikan kesiapan kegawatan Memastikan kesiapan fasilitas ruangan operasi Membantu mempersiapkan posisi pasien Membantu operator melakukan desinfektan Membantu operator drapping Berkordinasi dengan tim anastesi tentang kesiapan tindakan operasi dan kondisi pasien b. Saat Pembedahan Membantu operator dalam membuka lapang pandang operator saat dilakukan tindakan pembedahan Membantu operator dalam setiap tindakan Memantau dan meminimalkan perdarahan Mengawasi kondisi pasien dan berkomunikasi dengan operator Mengawasi kinerja instrument kebutuhan operator oper ator baik kebutuhan personal p ersonal Mengantisipasi maupun kebutuhan tindakan operasi selangkah di depan operator
12
c. Setelah Pembedahan Menutup luka dengan teknik steril Membersihkan bagian tubuh pasien yang dioperasi Melengkapi keperluan PA Memberi edukasi kepada pasien dan keluarga Membantu transfer pasien pasien dari ruang operasi ke ruang pulih sadar ulang catatan dan dokumentasi pembedahan Memeriksa Memeriksa dan menghitung semua instrument inst rument sesuai inventaris inventar is sebelum disteril kembali. 3) Nama jabatan : Perawat instrumen a. Sebelum Pembedahan Menyiapkan keperluan operasi (set instrument steril bahan habis pakai, bahan desinfektan, sarung tangan, linen steril dan lain-lain) Menghitung dan memastikan jumlah instrument steril, bahan habis pakai yang akan dipakai (alat, kasa, jarum, ringsponges dan lain-lain) b. Saat Pembedahan Membantu mengenakan baju operasi steril, sarung tangan untuk asisten bedah dan dokter bedah Menata instrumen di meja mayo bahan disinfektan kepada asiten bedah/ dokter Memberikan bedah Memberikan linen steril untuk prosedur drapping Memberikan instrumen pada dokter sesuai dengan urutan prosedur pembedahan Menyiapakan benang jahit sesuai dengan kebutuhan Mempertahankan instrumen selama pembedahan p embedahan dalam keadaan tersusun rapi dan steril instrumen dari darah sewaktu pembedahan Membersihkan untuk mempertahankan sterilitas alat dan meja mayo penghitungan instrument yang dipakai dan Menginstruksikan bahan habis pakai (alat steril, kasa, ringsponges, jarum dan lain-lain kepada sirkulair) Menyiapkan cairan untuk mencuci luka Membersihkan darah sekitar daerah operasi Membantu asisten bedah dalam proses menutup luka operasi dengan teknik steril Membantu asisten bedah menyiapkan pemeriksaan laboratorium patologi
13
c. Setelah Pembedahan Menghitung dan memastikan alat yang dipakai sesuai dengan persiapan awal Menfiksasi drain dan kateter Mengganti alat, linen, baju pasien serta memindahkan pasien dari meja operasi ke brankar Membereskan dan merapikan kamar operasi Membersihkan dan mencuci alat ( bila on call ) Mengepak set instrumen ( bila oncall ) Membantu mensterilkan alat 4) Nama jabatan : Perawat Sirkuler atau On Loop a. Sebelum Pembedahan Menyiapkan ruang operasi Menyiapkan kelengkapan operasi ( meja operasi, suction, cauter, lampu operasi dan lain-lain ) (kwitansi Menyiapkan berkas dan keperluan yang akan dipakai operasi, kwitansi alat pemeriksaan PA) Melakukan serah terima pasien dari ruangan Mengoreksi status pasien/form operasi Memeriksa kelengkapan dokumen antara lain : - Informed concent - Identitas pasien - Hasil laboratorium - Foto radiologi - Pemberian antibiotik - Mengecek penanda lokasi operasi - Instruksi / pesan dokter - Dan lain-lain Mengecek kelengkapan obat, cairan dan alat kesehatan sebatas kewenangan Memberi penjelasan kepada pasien tentang tindakan pembedahan, tim bedah, fasilitas yang ada di lingkungan kamar operasi Membantu mengatur posisi pos isi pasien sesuai jenis pembedahan Membantu anesthesi saat proses pembiusan bila diperlukan habis Menghitung dan memastikan instrumen steril dan bahan pakai bersama instrumen sebelum dilakukan tindakan operasi Memimpin dan membaca cheklist keselamatan pasien bedah
14
b. Saat pembedahan Bersama asisten bedah mengatur posisi pasien, memasang arde cauter, suction dan lampu Mengikat tali baju yang dipakai tim bedah Membantu mengukur, mencatat men catat kehilangan darah, cairan dengan mengetahui jumlah produksi urine, jumlah darah, jumlah cairan yang hilang Memenuhi kebutuhan selama operasi berlangsung Bekerjasama dengan asisten anestesi dalam memantau kondisi pasien selama pembedahan Melaporkan hasil pemantauan dan pencatatan kepada dokter anesthesi Menghubungi petugas penunjang medis (radiologi, laboratorium dan farmasi, perawat ruangan) Melayani kebutuhan instrumen steril, bahan habis pakai dan lainlain yang diperlukan selama pembedahan berlangsung labora torium patologi Menyiapakan bahan pemeriksaan laboratorium Bekerja sama dengan perawat instrumen dalam menghitung jumlah pemakaian pemakaian instrument, instrument, bahan habis pakai (alat steril, kassa, ringsponges, jarum dan lain-lain) lain-lain ) sesuai jumlah awal persiapan c. Setelah Pembedahan Mendampingi dokter bedah menulis laporan operasi dan menulis instruksi post operasi, kelengkapan status pasien Mengecek kelengkapan semua berkas-berkas post operasi Membantu asisten anesthesia dan dokter membangunkan pasien sampai pasien sadar Menghitung dan memastikan alat yang dipakai sesuai dengan persiapan awal Membantu memindahkan pasien dari meja operasi ke brankar Mengecek dan mencatat pemakaian obat, bahan habis pakai, alat dokter dan alat kesehatan di lembaran pemakaian Melakukan serah terima dengan petugas recovery room Membereskan dan merapikan kamar operasi Mengambil linen dan instumen kotor Membersihkan dan mencuci linen Mencatat semua pemakaian instrument steril Mengingatkan kembali petugas p etugas instrument instr ument untuk melengkapi pemakaian alat dan kelengkapan tanda tangan Membantu mengerjakan administrasi pasien 15
5) Nama jabatan : Perawat Penata anesthesi a. Pre anestesi 1) Serah terima pasien Memanggil pasien calon operasi 45’ sebelum operasi. Serah terima pasien di ruang premedikasi dengan perawat ruangan. Mengkaji ulang persiapan dan keadaan pasien saat serah terima dari ruangan. Untuk pasien anak – anak saat serah terima sebaiknya di dampingi oleh orang tua sampai menjelang operasi. Mempersiapkan administrasi dan kelengkapan kelengkapan rekam medik pasien. Mengukur tanda – tanda vital dan mendokumentasikan dalam rekam medik pasien. 2) Sebelum pembiusan obat dan cairan yang diperlukan, termasuk Menyiapkan obat-obat emergensi. Menyiapkan mesin anestesi, monitor jantung dan mesin suction serta melakukan test terlebih dulu sebelum digunakan. Menyiapkan peralatan intubasi beserta perlengkapannya. Menyiapkan kelengkapan meja operasi antara lain standar infus, tali pengikat, bantal kepala. Mengecek kesediaan gas O2 dan N2O serta O2 dorong. b. Anestesi 1) Selama pembedahan Mengobservasi tanda – tanda vital pasien setiap 5‘ selama pembedahan. obat anestesi sesuai instruksi dokter. Memberikan Memenuhi keseimbangan O2 dan N2O dengan cara memantau flowmeter. keseimbangan cairan tubuh yang hilang Mempertahankan selama pembedahan. Mendokumentasikan hasil pemantauan dalam rekam medik pasien. Melaporkan hasil pemantauan kepada dokter spesialis anestesi. Menjaga keamanan pasien pasie n dari bahaya jatuh. M embantu melakukan resusitasi pada henti jantung. Membantu
16
c. Post anestesi 1) Setelah pembedahan Mempertahankan jalan nafas pasien. Memantau tanda – tanda vital pasien untuk mengetahui sirkulasi pernafasan, dan keseimbangan cairan. Memantau tingkat kesadaran dan reflex pasien. efek obat anestesi. Menilai respon pasien terhadap efek Memindahkan pasien ke ruang pulih p ulih sadar/recovery atas perintah dokter spesialis anestesi. ke tempat Merapikan dan membersihkan alat – alat anestesi semula agar siap si ap digunakan lagi.
17
BAB III STANDAR FASILITAS
A. Denah ruang
18
Standar fasilitas 1. Fasilitas dan sarana Instalasi kamar operasi rumah sakit citama berlokasi di lantai 2 yang terdiri dari ruangan pre pre operasi, operasi, ruang dokter, PACU, ruangan cuci cuci tangan, OK I dan OK II. 2. Peralatan Instrumen Instalasi Kamar Operasi 1) Set BEDAH UMUM Set Minor Set APP Set Laparotomi Set Tambahan intestinal
2) Set BEDAH OBGYN Set Plasenta Set SC Set Laparatomy kebidanan 3) Set BEDAH THT Set Tonsilektomi 4) Set Instrumen tambahan Set Anestesi 3. Standar Linen Instalasi Kamar Operasi 1) Stock Linen Instalasi Kamar Operasi Alas Meja Mayo / hijau-biru / linen-parasit / 120 x175 Alas Meja Mayo / hijau-biru / linen-parasit / 150 x 250\ Baju Hacinco / M / hijau Baju Hacinco / L / hijau Baju Hacinco / XL / hijau Baju Hacinco / XXL / Hijau Celana hacinco / M Celana hacinco / L Celana hacinco / XL Celana hacinco / XXL Duk Biasa / hijau / 100 x 100 Duk Biasa / hijau / 240 x 240 Duk Bolong / hijau / bulat / 40 x 50 19
Duk Bolong / hijau / bulat / 60 x 40 Duk Bolong / hijau / bulat / 60 x 60 Duk Bolong / hijau / bulat / 80 x 80 / d. 15cm Duk Bolong / hijau / bulat / 90 x 12 Duk Double / hijau / 40 x 50\ Duk face towel Duk Kaki / hijau / 100 x 160 Jas Operasi / hijau-Kuning tua / linen-parasit Jas operasi disposible Kantong Mayo Universal drapes set disposible
2) Paket Linen steril Instalasi Kamar Operasi Set Linen Besar NO
NAMA LINEN
UKURAN
JUMLAH
1
Doek Biasa
240 x 240 cm
2 buah
2
Doek Double
120 x 175 cm
2 buah
3
Doek Double
100 x 100 cm
2 buah
4
Alas Meja Mayo
120 x 160 cm
1 buah
5
Kantong Meja Mayo
50 x
90 cm
1 buah
6
Doek Lobang Besar
325 x
150 cm
1 buah
7
Jas operasi
8
Handuk / lap tangan
3 buah 3 buah
20
BAB IV TATA LAKSANA PELAYANAN A. Hubungan Kerja dengan Instalasi Rawat Jalan
Berkoordinasi berkaitan dengan tindakan pembedahan yang akan dilakukan
Petugas Instalasi Rawat Jalan memberitahu kepada petugas Instalasi Instalasi Kamar Operasi rencana operasi yang akan dilakukan jika pasien berasal
dari Instalasi Rawat Jalan Petugas Instalasi Rawat Jalan kofirmasi tarif operasi kepada petugas Instalasi Kamar Operasi Petugas Instalasi Kamar Operasi konfirmasi pasien yang akan operasi pada hari ini Petugas Instalasi Rawat Jalan menghubungi Instalasi Kamar Operasi bila pasien sudah siap Insta lasi Rawat Jalan mengantar pasien pasi en ke Instalasi Kamar Petugas Instalasi Operasi Petugas Instalasi Kamar Operasi memeriksa kelengkapan status rekam medis pasien berupa inform consent, persetujuaan tarif operasi dan hasil pemeriksaan laboratorium, foto rontage, EKG dan lain-lainnya. Insta lasi Kamar Operasi menerima meneri ma pasien dan menyiapkan Petugas Instalasi kelengkapan status rekam medis yang diperlukan untuk kemudian dilakukan operasi B. Hubungan Kerja dengan Instalasi Rawat Inap
Berkoordinasi berkaitan dengan tindakan pembedahan yang akan dilakukan
Petugas Instalasi Kamar Operasi setiap pagi melakukan konfirmasi ke setiap
ruang tentang jadwal operasi pada hari ini konfi rmasi tarif operasi kepada ke pada petugas Petugas ruangan melakukan konfirmasi Instalasi Kamar Operasi Petugas Instalasi Kamar Operasi memeriksa kelengkapan status rekam medis pasien berupa inform consent, persetujuaan tarif operasi dan hasil pemeriksaan laboratorium, foto rontage, EKG dan lain-lainnya. Petugas Instalasi Kamar Operasi menghubungi perawat ruangan untuk mengirim pasien yang akan dilakukan operasi
21
C. Hubungan Kerja dengan Instalasi Gawat Darurat Berkoordinasi berkaitan dengan tindakan pembedahan yang akan dilakukan untuk Petugas Instalasi Gawat Darurat menghubungi Instalasi Kamar Operasi untuk menanyakan tarif operasi Petugas Instalasi Gawat Darurat menghubungi Instalasi Kamar Operasi bila pasien telah siap untuk di antar Instalasi Kamar Operasi Petugas Instalasi Gawat Darurat menghubungi perawat Instalasi Kamar Operasi yang berjaga melalui operator jika ada rencana operasi sito Petugas Instalasi Kamar Operasi menghubungi petugas Instalasi Gawat Darurat jika Instalasi Instalasi Kamar Operasi siap digunakan. digunakan. Petugas Instalasi Gawat Darurat mengantar pasien ke Instalasi Kamar Operasi Petugas Instalasi Kamar Operasi memeriksa kelengkapan status rekam medis pasien berupa inform consent, persetujuaan tarif operasi dan hasil pemeriksaan laboratorium, foto rontage, EKG dan lain-lainnya D. Hubungan Kerja dengan Instalasi Farmasi Farmasi Berkoordinasi berkaitan dengan pemakaian alat kesehatan dan obat yang dipakai saat operasi Petugas Instalasi Kamar Operasi melakukan inventaris harian terhadap alat dan obat yang dipakai farm asi melakukan inventaris di kamar operasi setiap akhir bulan. Petugas farmasi Distribusi dan penyerahan obat pembekalan dan alat kesehatan mingguan atau bulanan. Pembelajaan rutin obat dan bahan habis pakai setiap hari, bisa melayani dalam kondisi emergency. Menulis nama obat dan bahan habis pakai dalam buku permintaan dan ditanda tangani oleh Kepala Keperawatan Instalasi Kamar Operasi Mengantar buku permintaan alat kesehatan dan obat habis pakai keinstalasi farmasi Petugas intalasi farmasi menyiapkan alat kesehatan dan obat sesuai dengan permintaan serta menandatangani buku permintaan sebagai bukti serah terima Petugas intalsi Instalasi Kamar Operasi mencatat alat kesehatan dan obat pada kartu inventaris Petugas farmasi mengantar obat yang diminta Instalasi Kamar Operasi Petugas Instalasi Kamar Operasi mengambil alat kesehatan yang dipesan
22
E. Hubungan Kerja dengan HCU Berkoordinasi berkaitan dengan tindakan pembedahan yang akan dilakukan dan perawatan setelah dilakukan operasi Perawat Instalasi Kamar Operasi memesan tempat bila pasien memerlukan ruang HCU Perawat Instalasi Insta lasi Kamar Operasi Opera si memberi tahu t ahu perawat HCU untuk un tuk mengantarkan tempat tidur pasien dan perangkat yang digunakan Perawat Instalasi Kamar Operasi menghubungi perawat HCU untuk menjemput pasien dan melakukan serah terima status pasien Perawat HCU mengecek kelengkapan status pasien meliputi instruksi dokter, laporan operasi, laporan anestesi dan specimen jika ada I. Hubungan Kerja dengan Logistik : Berkoordinasi berkaitan pengambilan barang cetakan dan barang operasional bagian Instalasi Kamar Operasi Petugas logistik mengubungi perawat Instalasi Kamar Operasi jika barang sudah datang sesuai dengan permintaan Petugas Instalasi Kamar Operasi memesan barang yang datang melalui e-slip lewat computer. Perawat Instalasi Kamar Operasi mengambil, mengecek sesuai permintaan dan ditandatangani oleh kedua pihak J. Hubungan Kerja dengan Instalasi Gizi Berkoordinasi berkaitan dengan penyediaan konsumsi bagi tenaga Instalasi Kamar Operasi (Dokter) Petugas Instalasi Kamar Operasi menulis di lembar permintaan bon makananan untuk lembur dan dokter operator yang ditandatangani oleh kepala perawat Instalasi Kamar Operasi Perawat Instalasi Kamar Operasi menghubungi dapur untuk memesan makanan dokter L. Hubungan kerja dengan laundry Berkoordinasi berkaitan dengan pencucian linen operasi Petugas Instalasi Kamar Operasi mengantar linen kotor ke laundry Petugas laundry menerima dan dilakukan pengecekan yang sudah bersih Petugas Instalasi Kamar Operasi mengambil linen yang
23
N. Hubungan kerja dengan operator telepon Berkoordinasi berkaitan dengan pemanggilan tim oncall Instalasi KamarOperasi Bagian/instalasi yang membutuhkan tim operasi menghubungi melalaui operator O. Hubungan kerja dengan laboratorium Berkoordinasi berkaitan dengan pengiriman specimen Berkoordinasi berkaitan dengan pengambilan specimen Berkoordinasi berkaitan dengan den gan pengambilan pemeriksaan (darah,kultur, pus dan lain-lain)
24
laboratorium
BAB V LOGISTIK
A. Prosedur penyediaan alat kesehatan Di Instalasi Kamar Kamar Operasi
1. Pengertian Penyediaan alat kesehatan dan obat obat di instalasi kamar operasi
adalah
permintaan obat dan alat kesehatan kefarmasi dan gudang ATK. 2. Prosedur a. Permintaan obat atau alat kesehatan ditulis pada form permintaan b. Form permintaan di lengkapi tanggal permintaan, unit kerja dan dan tahun c. From permintaan diperiksa dan di tanda tangani oleh kepela ruangan dan diserahkan kebagian permintaan obat dan alat kesehatan
B. Perencanaan peralatan dan peremajaan . 1. Pengertian. Suatu kegiatan merencanakan pengadaan peralatan baru sesuai kebutuhan saat itu atau sebagai pengganti alat yang rusak. 2. Tujuan. Tujuan dari perencanaan pengadaan dan peremajaan peralatan adalah agar peralatan dapat digunakan setiap saat tanpa adanya hambatan dan menunjang proses pelayanan di instalasi kamar operasi 3. Proses kegiatan a. Dilakukan pengecekan rutin sehingga diketahui peralatan yang tidak dapat digunakan atau tidak dapat diperbaiki dan direncanakan dalam anggaran rutin atau diganti yang baru. b. Pengajuan pembelian peralatan baru diketahui kepala instalasi kamar operasi diminta persetujuan menejer medis kepada tim pengadaan barang rumah sakit. c. Tim pengadaan barang mencari dan bila sudah terealisasi, kepala instalasi kamar operasi
menerima alat dan menandatangani buku barang serta
menuliskan pada buku inventaris. 25
BAB VI KESELAMATAN PASIEN
A. Identifikasi Resiko Keselamatan
Resiko adalah potensi terjadinya kerugian yang dapat timbul dari proses kegiatan saat sekarang atau kejadian di masa datang. Resiko di instalasi kamar operasi meliputi:
Resiko Keselamatan Pasien (Patient Safety)
Salah pasien (saat melakukan prosedur terhadap pasien)
Salah prosedur (saat melakukan prosedur terhadap pasien)
Salah sisi (saat melakukan prosedur terhadap pasien)
Kesalahan pemberian obat (dosis, rute, obat)
Kesalahan pemberian darah / produk darah
Kesalahan pengambilan darah atau spesimen lain untuk pemeriksaan klinis
Pasien jatuh
Infeksi nosokomial karena kesalahan teknik aseptik saat prosedur
B. Manajemen Keselamatan Pasien
Melakukan identifikasi pasien sesuai standar yang berlaku
Melakukan pengkajian 4 tepat (tepat jenis, tepat pasien, tepat dosis, tepat rute) baik obat, darah maupun produk darah lain sebelum diberikan kepada pasien
Melakukan time out sesuai sesuai standar yang berlaku
Melakukan pengkajian resiko pasien jatuh dan edukasi pasien & keluarga keluarga
Membudidayakan cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan
26
BAB VII KESELAMATAN KERJA
I.
pendahuluan
Tenaga kesehatan sebagai ujung tombak yang melayani dan melakukan kontak dengan pasien dalam waktu 24 jam secara terusmenerus tentunya mempunyai resiko terjadi kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja .
II.
Tujuan
Untuk menghindari dan melindungi petugas dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja .
III.
Kejadian yang berisiko terhadap keselamatan kerja
a. Tertusuk jarum suntik atau teriris benda tajam b. Terpapar cairan tubuh pasien (bahan infeksius) c. Terpapar bahan kimia baik cair maupun terhirup gas medis d. Terpapar infeksi terutama air-borne e. Security hazard dari pasien / pengunjung
IV.
Prinsip keselamatan kerja
Prinsip utama prosedur universal precaution dalam kaitan keselamatan kerja adalah menjaga hygien sanitasi individu ,hygien sanitasi ruangan dan sterilisasi peralatan serta lingkungan kerja yang aman. prinsip tersebut di jabarkan sebagai berikut: a. Menerapkan universal precaution dalam setiap tindakan b. Selalu menggunakan Alat Pelindung Diri (sarung tangan, masker, alat pelindung mata/muka) pada saat melakukan prosedur c. Spuit dan benda tajam lainnya diletakan dalam wadah tahan tusuk. Jangan menutup, membengkokan atau mematahkan benda tajam secara manual 27
d. Permukaan meja, lantai harus didekontaminasi dengan desinfektan kimiawi setelah ada tumpahan bahan infeksius e. Pengadaan, penyimpanan, pemakaian dan pembuangan B3 dengan dengan sesuai prosedur f. Monitoring paparan radiasi dengan personal monitor g. Prosedur penanganan needle stick injury dan cairan tubuh lainnya h. Pelatihan Pencegahan & pengendalian Infeksi RS i.
Penanaman budaya safety
j.
Memberikan pendidikan untuk setiap prosedur prosedur dan bahan berbahaya yang baru.
28
BAB VIII PENGENDALIAN MUTU
A. Pencegahan Dan Pengendalian Infeksi
Instalasi kamar operasi menerapkan kebijakan dan prosedur pencegahan dan pengendalian infeksi sesuai dengan kebijakan rumah sakit, dengan selalu berkoordinasi dengan Komite Pencegahan dan Pengendalian Infeksi RS Citama Beberapa aktivitas dasar sehubungan dengan pencegahan dan pengendalian infeksi meliputi: 1. Pembudayaan cuci tangan sesuai ketentuan 2. Penggunaan alat pelindung diri sesuai kebijakan RS Citama Citama
B. Penanganan Limbah
1. Pengelolaan Bahan Kotor dan Bersih Yang dimaksud dengan bahan kotor adalah Instrumen, bahan linen, limbah padat, limbah cair, yang telah digunakan pembedahan dan akan dibawa ke tempat pencucian / laundry, CSSD dan sanitasi. Bahan –bahan tersebut dikeluarkan melalui koridor belakang kamar bedah. Dan dilakukan serah terima langsung dengan petugas CSSD di ruang serah terima (ujung koridor) Pemilahan bahan kotor meliputi : 1) Instrumen Instrument kotor yang telah digunakan di pisah (instrumen tajam, instrumen packing pisah, peralatan penunjang misalnya cauter, bor, dll ) kemudian di masukan ke dalam kom dan langsung di dekontaminasi. Kemudian dibawa dengan menggunakan trolley di koridor belakang ke ruang serah terima untuk diserah terimakan ke petugas CSSD 2) Bahan Linen Linen oprasi yang telah dipakai dipisahkan yang bersih dan yang kotor, sebelum di masukan ke ember kotor dipisahkan dulu satu –satu untuk menghindari ada peralatan atau kotoran kertas / plastik yang tertinggal. Kemudian dibawa ke ruang serah terima untuk diserahterimakan dengan 29
petugas CSSD. Untuk pasien dengan kasus infeksi mengunakan bahan disposible. 2. Pengelolaan limbah padat Limbah seperti kasa, kapas, plester, spuite, jarum, potongan organ tubuh dan segala bahan yang telah digunakan dikatakan limbah padat infeksius. Cara pembuangannya : Limbah yang tidak terkontaminasi darah, cairan tubuh, dll. Dikemas dalam kantong plastik warna kuning. Limbah yang terkontaminasi (infeksius) dikemas dalam kantong plastik warna merah Limbah tajam dibuang langsung ke kontainer tahan tusuk Limbah jaringan tubuh diserahkan ke ruangan atau dikembalikan ke unit PA. Semua limbah kecuali
jaringan
tubuh
dibawa
lewat
koridor
belakang
kemudian
diserahterimakan dengan petugas CSSD, dan langsung dibawa ke bawah untuk dimusnahkan. 3. Pengelolaan Limbah Cair Yang di maksud limbah cair disini adalah cairan dari suction, sisa cairan desinfektan, air bekas cuci tangan, cairan bekas operasi. Cairan-cairan tersebut langsung di salurkan ke IPAL.
C. Sistem Pelaporan
1. Komite PMKP(Peningkatan Mutu Keselamatan Pasien) melakukan pencatatan pencatat an dan pelaporan yang meliputi : kejadian nyaris cedera (KNC), kejadian yang tidak diharapkan (KTD) dan Sentinel Event
yang terjadi sehubungan dengan
kesalahan identifikasi pasien. 2. Pencatatan dan pelaporan insiden mengacu pada Buku Pedoman Pelaporan Insiden Keselamatan Pasien yang dikeluarkan oleh Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit – PERSI 3. KKPRS membuat form fo rm monitoring monitorin g implementasi implement asi SKP.4 yang
hasilnya
direkapitulasi setiap tahun kemudian dilaporkan kepada Direksi dan unit terkait. 4. Hal yang yang dilaporkan dalam laporan tahunan Keselamatan Pasien: 1) Kejadian nyaris cedera 2) Kejadian tidak diharapkan 30
3) Sentinel events 4) Indikator keselamatan pasien 5. Waktu pelaporan : 1) Setiap terjadi Insiden Keselamatan Pasien (IKP) dilaporkan ke Komite PMKP dalam waktu 1 x 24 jam. 2) Indikator keselamatan pasien dilaporkan setiap bulan ke Komite PMKP
31
BAB IX PENUTUP
Demikian telah disusun suatu pedoman pelayanan Instalasi Kamar Operasi yang dapat di pakai sebagai acuan di dalam pelayanan di Instalasi Kamar Operasi untuk meningkatkan kualitas pelayanan secara keseluruhan di Rumah Sakit Citama . Pedoman ini akan mengalami perbaikan dalam upaya peningkatan kualitas dari waktu ke waktu sehingga di perlukan data evaluasi secara teratur dan berkelanjutan dalam hal pemantauannya. Dengan adanya suatu pedoman pelayanan maka kegiatan pelayanan
secara
khusus
di
instalasi
kamar
operasi
dapat
mengutamakan
keselamatan dan kepuasan pasien demi mencegah kecacatan dan kematian
32