1 FERTILISASI NIDASI & TUMBUH KEMBANG FETUS 15 Juli 2009 KATA PENGANTAR Puji syukur penusun panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat hidayah-Nya lah makalah ini dapat terselesaikan dengan baik. Penyusunan makalah ini penyusun dapatkan dari beberapa buku sumber. Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan, oleh sebab itu penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak demi kebaikan dan kesempurnaan makalah ini dan makalah-makalah yang akan datang. Dalam penyusunan makalah ini, penyusun dibantu oleh berbagai pihak, oleh karena itu izinkanlah penyusun menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang terkait. Akhirnya penyusun berharap semoga bantuan yang telah diberikan mendapat balasan dari Allah SWT. Dan semoga makalah ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Terima Kasih PENDAHULUAN Seorang wanita disebut hamil jika sel telur berhasil b erhasil dibuahi oleh sel sperma laki laki ( Fertilisasi ). Hasil pembuahan akan menghasilkan zigot, yang lalu berkembang ( dengan cara pembelahan sel secara besar besaran ) menjadi embrio. Pembuahan P embuahan itu sendiri berlangsung setelah terjadinya hubungan seksual ( persetubuhan ) antar lawan jenis, meskipun tidak semua hubungan seksual akan menghasilkan pembuahan. Pembuahan hanya dapat terjadi ketika wanita sedang dalam masa subur. Pada masa itu, seorang wanita akan melepaskan sel telur yang sudah matang dan siap dibuahi. Dalam keadaan normal, seorang pria akan mengeluarkan jutaan sperma saat melakukan persetubuhan. Dari berjuta juta sel sperma tersebut hanya satu yang akan berhasil membenamkan diri ke dalam dinding sel telur yang sudah masak, dan menyatukan dua inti sel. Sel yang telah dibuahi akan membelah diri. Mula mula menjadi 2 lalu 4, 8, 16 dan seterusnya. Seminggu setelah pembuahan, kelompok sel yang terus tumbuh itu telah sampai di dalam rongga rahim dan melekat diri di dinding rahim ( Nidasi ). Bila berlangsung normal, proses kehamilan akan berjalan terus sampai janin siap untuk dilahirkan ke dunia. Tahap tahap kehamilan bisa kita bagi menjadi 3 trimester, yaitu trimester pertama, kedua dan ketiga. Trimester pertama adlah trimester yang sangat menentukan karena pada saat inilah pembentukan organ fital telah dimulai, termasuk pembentukan dan perkembangan otak. Tetapi tentu saja trimester lain pun punya peranan penting dan hrus dijaga dengan baik A. FERTILISASI Pada saat kopulasi antara pria dan wanita (coitus) dengan ejakulasi, sperma dari saluran reproduksi pria didalam vagina wanita, akan d ilepaskan cairan mani berisi sel sperma ke dalam saluran reproduksi wanita. Jika senggama terjadi pada masa ovulasi (masa subur wanita), maka kemungkinan sperma akan bertemu dengan ovum yang disebut sebagai pembuahan atau fertilisasi. Proses pembuahan ini terjadi didalam tuba fallopi, umumnya didaerah ampula/infundibulum. Ovum yang dilepaskan saat ovulasi dikelilingi oleh zona pelusida yang diluarnya ada sel yang membentuk corona radiata. Setelah terjadi pembuahan, zona pelusida mengalami perubahan sehingga tidak dapat ditembus oleh sperma yang lain.
Setelah sperma mencapai oosit terjadi : 1. reaksi zona atau reaksi kortikal pada selaput zona pelusida 2. oosit menyelesaikan pembelahan keduanya sehingga menghasilkan oosit definitive yang kemudian menjadi pronukleus wanita 3. inti sel sperma membesar membentuk pronukleus pria 4. ekor sperma lepas dan bergenerasi 5. pronukleus pria dan wanita yang haploid membentuk zygote yang diploid B. Pembelahan / Perkembangan Awal Embrio Setelah terbentuk zigot, maka beberapa jam kemudian terjadi pembelahan zigot sehingga terbentuk dua blastomer. Dalam tiga hari selama perjalanan ke tuba, akan terbentuk sekelompok blastomer yang sama besar sehingga, hasil konsepsi berada dalam stadium morula. Setelah sampai di stadium Morula, terjadi akumulasi cairan sehingga terjadi blastula yang akhirnya terbentuk blastokista. Sekumpulan sel yang ada di dalam blastokista disebut massa sel dalam (Inter cell mass). Blastokista diluarnya dikelilingi oleh sel-sel yang lebih kecil yang disebut trofoblas (Trophoblast) yang mempunyai kemampuan menerobos kedalam endometrium. C. Implantasi / Nidasi Kontak antara zigot stadium Blastokista dengan dinding rahim akan menimbulkan berbagai reasi seluler sehingga sel trofoblas tersebut dapat menempel dan mengadakan infiltrasi pada lapisan epitel endometrium uterus. Tahap ini disebut sebagai implantasi / n idasi yang terjadi kurang lebih enam hari setelah konsepsi. Apabila sudah terjadi implantasi / nidasi maka baru dikatakan terjadi kehamilan (Gravid). Pada hari ke empat, inti blastokista telah sampai pada permukaan stoma endometrium. Pada hari ke enam, blastokista mulai masuk kedalam stoma endometrium dan pada hari ke sepuluh, blastokista telah terbenam seluruhnya ke dalam stroma endometrium, sehingga tahap implantasi / nidasi berakhir. Selaput janin terdiri atas korion, amnion, kantung kuning telur, alantois. Bagian korion fili tetap berkembang yang kelak akan menjadi plasenta. Plasenta, selain terdiri dari komponen janin juga tyerdiri dari komponen maternal yang disebut desidua (desidua basalis). Desidua dibagi menjadi dua daerah, yaitu: 1. desidua basalis, terletak diantara hasil konsepsi dengan dinding uterus 2. desidua capsularis, terletak diantara hasil konsepsi dengan cavum uteri 3. desidua parietalis/Vera, terletak meliputi/mengelilingi dinding uterus yang lain. D. Plasentasi Pada ± minggu ke 16 seluruh kantong rahim telah ditutupi oleh vili korialis. Setelah kantung membesar, vili diseberang janin (daerah desidua c apsularis) terjepit, mengalami degenerasi, sehingga menjadi halus (korion halus). Vili di desidua basalis berkembang dengan cepat membentuk plasenta (Plasenta Pars Fetalis). Fungsi plasenta: 1. nutritive, alat yang menyalurkan makanan dari ibu ke janin 2. ekskresi, alat yang menyalurkan hasil metabolisme dari janin ke ibu. 3. respirasi, menyalurkan O2 dari ibu ke janin
4. alat pembentuk hormone (Endokrin) 5. alat penyalur antibody dari ibu ke janin (Imunologi) 6. Farmakologi, menyalurkan obat yang dibutuhkan janin, dari sang ibu. Plasenta dihubungkan dengan umbilikulus janin melalui tali pusar (Umbilical Cord) yang mengandung dua arteri umbilikalis dan satu vena umbilikalis. Mesoblast antara ruang amnion danm embrio menjadi padat disebut body stalk, menghubungkan embrio dengan dinding trofoblast yang kelak menjadi tali pusat. E. Cairan Amnion Rongga yang diliputi selaput janin disebut sebagai rongga amnion. Didalam ruang ini terdapat te rdapat cairan amnion (Liquor Amnii). Volume cairan amnion (air ketuban) pada kehamilan berkisar antara 1000 – 1000 – 1500 1500 ml. Cairan amnion berasal dari sekresi oleh dindinmg selaput amnion/plasenta, kemudian setelah system urinorius janin terbentuk, urine janin yang diproduksi, juga dikeluarkan kedalam rongga amnion. F. Tumbuh Kembang Fetus F.1. perkembangan bulan pertama sampai ke 2 Ada tonjolan di jantung dan bengkak dikepala, karena otak sedang berkembang. Jantung mulai berdetak, dan dapat dilihat detakannya pada suatu alat ultra sonic scan. Lesung pipit pada sisi kepala akan menjadi telinga. Dan terjadi pengentalan yang nantinya akan membentuk mata. Pada bagian atas badan akan terjadi pembengkakan yang akan membentuk tulang dan otot. Dan bengkak kecil menunjukan lengan dan kaki mulai tumbuh. F.2. Perkembangan Embrio Bulan Ke 3 Pada tahap ini, bagian muka pelan-pelan mulai terbentuk. Mata terlihat lebih jelas dan mempunyai beberapa warna. Juga telah terbentuk mulut dengan lidah. Pada tahap ini calon tangan dan kaki mulai terlihat menonjol pada sisi lateral corpus dan distal. Selanjutnya akan terlihat garis-garis bakal terbentuknya jari-jari tangan dan kaki. Juga mulai terbentuk organorgan dalam utama seperti jantung, otak, paru-paru, hati, ginjal, usus. F.3. Perkembangan Embrio Pada Bulan Ke 4 Dua belas minggu setelah proses pembuahan, janin telah terbentuk sepenuhnya. Semua organ badannya, otot, lengan dan tulang telah lengkap. Janin mengalami pertumbuhan yang lebih matang. Saat minggu ke 14, denyut jantung berdetak lebih kencang dan dapat etrdengar menggunakan alat ultrasonic detector. Denyut jantung berdetak sangat cepat sekitar dua kali lebih cepat dari denyut jantung orang dewasa. F.4. Perkembangan bulan ke 5-6 Pada masa ini janin tumbuh dengan cepat. Bagian tubuh tumbuh lebih besar sehingga badan dan kepala lebih proporsional. Garis-garis pada kulit jari kini telah terbentuk, sehingga janin memiliki sidik jari sendiri. Pada minggu ke 21 hingga minggu ke 25, anda akan merasakan gerakan janin untuk pertama kali. Pada mulanya akan terasa suatu denyutan atau sedikit peregerakan, dan mungkin terasa seperti gangguan pencernaan. Selanjutnya, anda ak an merasakan janin anda menendang.
F.5. Perkembangan bulan ke 7-8 Janin kini bergerak dengan penuh semangat dan bereaksi terhadap sentuhan dan bersuara. Janin juga mempunyai kebiasaan untuk bangun dan tidur. Kebiasaan ini sering berbeda dengan kebiasaan anda. Ketika anda istirahat pada malam hari, janin mulai bangun dan menendang. Pada minggu ke 29, kelopak mata janin terbuka untuk yang pertama kali. Pada minggu ke 30, panjang janin normal Indonesia sekitar 33 cm. F.6. Perkembangan bulan ke 9 sampai lahir Pada minggu ke 35 terjadi proses penyempurnaan kulit, yang sebelumnya berkerut, pada tahap ini lebih lembut dan halus. Pada minggu ke 38, janin pada umumnya terbaring turun, siap untuk proses kelahiran. Kadang-kadang sebelum kelahiran, kepala berpindah masuk ke panggul dan disebut ―masuk pintu atas panggul‖, namun, terkadang kepala janin belum masuk pintu atas panggul sampai kelahiran dimulai. KESIMPULAN Setiap orang tua menginginkan anaknya tumbuh sempurna, baik secara fisik maupun nonfisik. Secara fisik, seorang anak diharapkan tumbuh sehat sesuai tahapan yang sudah ditentukan para ahli. Selain itu, anak juga diharapkan sehat secara intelektual dan kejiwaan, bahkan hampir semua orang tua menginginkan anaknya cerdas di kemudian hari. Tetapi, untuk memperoleh sosok anak yang sehat lahir dan batin tidak bisa instan. Jauh sebelum kelahirannya harus sudah dipersiapkan. Untuk itulah ketika ibu mulai dinyatakan positif hamil, dokter atau bidan menganjurkan para ibu untuk memenuhi segala kebutuhan janin, yaitu gizi yang cukup. Semua itu untuk mendukung pertumbuhan janin, dan mendapatkan bayi yang sehat ketika dilahirkan. ―Sebenarnya ASI (air susu ibu) adalah makanan paling ideal dan lengkap untuk bayi. ASI mengandung semua yang dibutuhkan bayi, berimbang dan secara fisiologis membantu pencernaan bayi‖
3 konsepsi,implantasi,fertilisasi,nidasi,
Konsepsi disebut juga dengan fertilisasi atau pembuahan. Pengertian konsepsi adalah peristiwa bertemunya sel telur (ovum) dan sperma Peristiwa konsepsi terjadi di ampula tuba. Pada hari ke 11-14 terjadi ovulasi dari siklus menstruasi normal. Ovulasi adalah peristiwa matangnya sel telur sehingga siap untuk dibuahi. Pada saat coitus, 3-5 cc semen yang ditumpahkan ke dalam forniks posterior, dengan jumlah spermatozoon sekitar 200-500 juta. Gerakan sperma dari serviks terus melintasi uterus menuju tuba falopi. Jika tidak terjadi pembuahan, sel telur akan mengalami kemunduran (degenerasi) dan dibuang melalui vagina bersamaan dengan darah menstruasi. Jika terjadi pembuahan, maka sel telur yang telah dibuahi oleh sperma akan mengalami serangkaian pembelahan dan tumbuh menjadi bakal janin (embrio). Gerakan sperma di dalam rongga uterus dan tuba disebabkan oleh kontraksi otot-otot pada organ tersebut. Pada keaSpermatozoa yang dapat melintasi zona pellusida dan masuk ke dalam vitellus pada keadaan normal, sel tubuh mempunyai 46 buah kromosom, masing-masing ovum dan sperma memiliki 23 kromosom terdiri dari 22 kromosom tubuh (autosom) dan 1 kromosom seks. Kedua inti akan menyatu pada saat fertilisasi, sehingga ovum memiliki 46 kromosom, bersatunya sel sperma dan sel telur membentuk zigote. Zigot akan mengalami pembelahan sekitar 30 jam pasca konsepsi. Proses pembelahan menjadi 2 sel disebut blastomer . Blastomer akan berjalan menuju uterus dan terus melakukan pembelahan menjadi 4 sel, kemudian membelah lagi menjadi 8 sel dan akhirnya zigot menjadi 12-16, blastomer yang menyerupai buah murbai yang disebut morula. Perjalanan zigot hingga memasuki kavum uteri memerlukan waktu sekitar 3 hari. Nidasi /implantasi merupakan peristiwa masuknya atau tertanamnya hasil konsepsi ke dalam endometrium. Blastula dilindungi oleh simpai yang disebut trofoblas, yang mampu menghancurkan dan mencairkan jaringan. Ketika blastula mencapai rongga rahim, jaringan endometrium dalam keadaan sekresi. Jaringan endometrium ini banyak mengandung sel-sel desidua. Blastula dengan bagian yang berisi massa sel dalam (inner-cell mass) akan masuk ke dalam desidua, menyebabkan luka kecil yang kemudian sembuh dan menutup lagi. Pada saat nidasi terkadang terjadi sedikit perdarahan akibat luka desidua (tanda Hartman). Nidasi terjadi pada dinding depan atau belakang rahim (korpus) dekat fundus uteri.
Apabila nidasi telah terjadi, maka dimulailah diferensiasi sel-sel blastula. Sel-sel yang lebih kecil, terletak dekat ruang exocoeloma membentuk entederm dan yolk salc. Sedangkan selsel yang lebih besar menjadi entoderm dan membentuk ruang amnion. Sehingga terbentuk lempeng embrional (embryonal-plate) diantara ruang amnion dengan yolk salc. Sel-sel trofoblas mesodermal yang tumbuh sekitar mudigoh (embrio) akan melapisi bagian dalam trofoblas, sehingga terbentuk sekat korionik (chorionic membrane) yang nantinya menjadi korion. Sel-sel trofoblas terbagi menjadi 2 lapisan yaitu: sitotrofoblas (bagian dalam) dan sinsitiotrofoblas (bagian luar). Villi koriales yang berhubungan dengan desidua basalis tumbuh bercabang disebut chorion frondosum, sedangkan yang berhubungan dengan desidua kapsularis kurang mendapat makanan sehingga menghilang disebut chorion leave. Dalam peringkat nidasi trofoblas dihasilkan hormon human chorionic gonadotropin (HCG).
Proses Kehamilan (biologi reproduksi) BAB II PEMBAHASAN
3.1 PROSES KEHAMILAN
Proses kehamilan merupakan mata rantai yang berkesinambungan dan terdiri dari ovulasi pelepasan ovum, terjadi migrasi spermatozoa dan ovum, terjadi konsepsi dan pertumbuhan zigot, terjadi nidasi (implantasi) pada uterus, pembentukan plasenta, tumbuh-kembang hasil konsepsi sampai aterm. Ovulasi
Ovulasi adalah proses pelepasan ovum yang dipengaruhi oleh sistem hormonal yang kompleks: jumlah oogonium pada wanita:
Usia wanita
Jumlah oogonium
BBL
750.000
Usia 6-15 tahun
439.000
Usia 16-25 tahun
159.000
Usia 26-35 tahun
59.000
Usia 35-45 tahun
34.000
Menopause
Menghilang
Selama masa subur yang berlangsung 20 sampai 35 tahun hanya 420 buah ovum yang dapat mengikuti proses pematangan pematangan dan dan terjadi terjadi ovulasi: 1. Proses pertumbuhan ovum (oogenesis) 2. Epitelogerminal – Epitelogerminal – oogonium – oogonium – folikel folikel primer – primer – proses proses pematangan pertama. 3.
Dengan pengaruh FSH, folikel primer mengalami perubahan menjadi folikel de Graaf yang menuju ke permukaan permukaan ovarium disertai pembentukan pembentukan cairan cairan liquor liquor folikuli.
4. Desakan folikel de Graaf ke permukaan ovarium menyebabkan penipisan dan disertai devaskularisasi. 5.
Selama pertumbuhan menjadi folikel de Graaf ovarium mengeluarkan hromon estrogen yang dapat memengaruhi gerak dari tuba yang makin mendekati ovarium, gerak sel rambut lumen makin tinggi, dan peristaltic tuba makin makin aktif. Ketiga Ketiga factor ini menyebabkan menyebabkan aliran cairan dalam dalam tuba makin deras menuju uterus.
6. Dengan pengaruh LH yang semakin besar, fluktuasi yang mendadak terjadi proses pelepasan ovum yang disebut ovulasi. 7.
Dengan gerak aktif tuba yang mempunyai umbai (fimbrae) maka ovum yang telah dilepaskan segera ditangkap oleh fimbrae tuba. Proses penangkapan ini disebut ovum pick up mechanism.
8. Ovum yang tertangkap terus berjalan mengikuti tuba menuju uterus, dalam bentuk pematangan pertama, artinya telah siap untuk dibuahi.
Spermatozoa Proses pembentukan spermatozoa merupakan proses yang kompleks. Spermatogonium berasal dari sel primitive tubulus, tubulus, menjadi spermatosit spermatosit pertama, pertama, menjadi spermatosit spermatosit kedua, kedua, menjadi spermatid, spermatid, akhrinya akhrinya
menjadi spermatozoa dipengaruhi mata rantai hormonal yang kompleks dan pancaindra, hipotalamus, hipofisis, dan sel interstitial Leydig sehingga spermatogonium dapat mengalami proses mitosis. Pada setiap hubungan seks ditumpahkan sekitar 3 cc sperma yang mengandung 40-60 juta spermatozoa tiap milliliter. Bentuk spermatozoa seperti cabang yang terdiri atas kepala (lonjong sedikit gepeng yang mengandung inti), leher (penghubung antara kepala dan ekor), ekor (panjang sekitar 10 kali kepala, mengandung energy sehingga dapat bergerak). Sebagian besar spermatozoa mengalami kematian dan hanya masuk ke dalam alat genetalia wanita dapat hidup selama tiga hari, sehingga sehingga cukup waktu untuk mengdakan konsepsi.
1.1 Fertilisasi
Adalah pertemuan antara spermatozoa dengan ovum untuk membentuk konsepsi/fertilisasi berlangsung sebagi berikut: 1.
zigot . proses
Ovum yang dilepaskan dalam proses ovulasi, diliputi oleh korona radiata, yang mengandung persediaan nutrisi.
2. Pada ovum dijumpai inti dalam bentuk metafase di tengah sitoplasma yang disebut vitelus. 3. Dalam perjalanan korona radiata makin berkurang pada zona pelucida. Nutrisi dialirkan kedalam vitelus, melalui saluran pada zona pelusida. 4.
Konsepsi terjadi pada pars ampularis tuba, tempat yang paling luas dan dindingnya penuh jonjot dan tertutup sel yang mempunyai silia. Ovum mempunyai waktu didalam ampula tuba.
5. Ovum siap dibuahi setelah 12 jam dan hidup selama 48 jam. 6. Spermatozoa dilimpahkan, masuk ,melalui kanalis servikalis dengan kekuatan sendiri. Dalam kavum uteri terjadi proses kapasitasi yaitu pelepasan sebagian dari lipoprotein sehingga mampu mengadakan fertilisasi. fertilisa si. Spermatozoa melanjutkan perjalanan menuju tuba. Spermatozoa hidup selama 3 hari didalam genetalia interna. Spermatozoa akan mengelilingi ovum yang telah siap di buahi serta mengikis korona radiata dan zona pelusida dengan proses enzimik (hialurodinase). (hialuro dinase). Melalui stomata spermatozoa memasuki ovum. Setelah kepala spermatozoa masuk kedalam ovum, ekornya lepas dan tertinggal diluar. Kedua inti ovum dan inti spermatozoa bertemu dengan membentuk zigot
1.2
1.1.1
Nidasi Pengertian Nidasi
Nidasi/implantasi Nidasi/implantasi merupakan peristiwa masuknya atau tertanamnya hasil konsepsi ke dalam endometrium. Blastula endometrium. Blastula dilindungi oleh simpai yang disebut trofoblas, disebut trofoblas, yang mampu menghancurkan dan mencairkan jaringan. Ketika blastula mencapai rongga rahim, rahim, jaringan endometrium dalam keadaan
sekresi. Jaringan endometrium ini banyak mengandung sel-sel desidua. Blastula dengan bagian yang berisi massa sel dalam (inner-cell mass) mass) akan masuk ke dalam desidua, desidua, menyebabkan luka kecil yang kemudian sembuh dan menutup lagi. Pada saat nidasi terkadang terjadi sedikit perdarahan akibat luka desidua (tanda Hartman). Hartman). Nidasi terjadi pada dinding depan atau belakang belakang rahim (korpus) dekat (korpus) dekat fundus fundus uteri. Apabila uteri. Apabila nidasi nidasi telah terjadi, maka dimulailah diferensiasi sel-sel blastula. Sel-sel blastula. Sel-sel yang lebih kecil, terletak dekat ruang exocoeloma membentuk exocoeloma membentuk entederm dan yolk salc. salc. Sedangkan sel-sel yang lebih besar menjadi entoderm dan membentuk ruang amnion. amnion. Sehingga terbentuk lempeng embrional (embryonal plate) plate) diantara ruang amnion dengan yolk salc. salc. Sel-sel trofoblas mesodermal yang tumbuh sekitar mudigoh (embrio) (embrio) akan melapisi bagian dalam trofoblas, trofoblas, sehingga terbentuk sekat korionik (chorionic membrane) yang membrane) yang nantinya menjadi korion. menjadi korion. Sel-sel Sel-sel trofoblas trofoblas terbagi menjadi 2 lapisan yaitu: sitotrofoblas (bagian dalam) dan sinsitiotrofoblas (bagian luar). Villi koriales yang berhubungan dengan desidua basalis tumbuh bercabang disebut chorion frondosum, frondosum, sedangkan yang berhubungan dengan desidua kapsularis kurang mendapat makanan mendapat makanan sehingga menghilang disebut chorion leave. leave. Dalam peringkat nidasi peringkat nidasi trofoblas dihasilkan hormon dihasilkan hormon human chorionic gonadotropin (HCG). 1.1.2 Bagian- bagian bagian nidasi nidasi
Pada hari keempat hasil konsepsi mencapai stadium blastula disebut blastokista ( blastocyst ), ), suatu bentuk yang dibagian luarnya adalah troboflas dan dibagian dalamnya disebut massa inner cell . Massa inner cell ini ini berkembang menjadi janin dan troboflas akan berkembang menjadi plasenta. Dengan demikian, blastokista diselubungi oleh suatu simpai yang disebut troboflas. Trofoblas ini sangat kritis untuk keberhasilan kehamilan terkait dengan keberhasilan nidasi (implantasi), produksi hormon kehamilan, proteksi imunitas bagi janin, peningkatan aliran darah maternal ke dalam plasenta, dan kelahiran bayi. Sejak troboflas terbentuk, produksi hormon human chorionic gonadotropin gonadotropin (hCG) dimulai, suatu hormon yang memastikan bahwa endometrium akn menerima (reseptif) dalam proses implantasi embrio. Troboflas yang mempunyai kemampuan menghancurkan dan mencairkan jaringan menemukan endometrium dalam masa sekresi, dengan sel-sel desidua. Sel-sel desidua ini besar-besar dan mengandung lebih banyak glikogen serta mudah dihancurkan oleh troboflas. Nidasi diatur oleh suatu proses yang kompleks antara troboflas dan endometrium. Di satu sisi troboflas mempunyai kemampuan kemampuan invasif yang kuat, disisi lain endometrium mengontol invasi troboflas dengan menyekresikan faktorfaktor yang aktif setempat (lokal) yaitu inhibitor cytokines cytokines dan protease. protease. Keberhasilan nidasi dan plasentasi yang normal normal adalah hasil keseimbang keseimbangan an proses antara antara troboflas troboflas dan endometrium endometrium.. Dalam perkembanngan diferensiasi troboflas, sitotrofoblas yang belum berdiferensiasi dapat berkembang dan berdiferensiasi menjadi 3 jenis, yaitu: 1. Sinsisiotrofoblas yang aktif menghasilkan hormone 2. Trofoblas jangkar ekstravili yang akan menempel pada endometrium
3. Troboflas yang invasif Invasi trofoblas diatur dengan pengaturan kada hCG. Sinsisiotrofoblas menghasilkan hCG yang akan mengubah sitotrofoblas menyekresikan hormon yang noninvasif. Trofoblas yang semakin dekat dengan endometrium menghasilkan kadar hCG yang semakin rendah, dan membuat trofoblas berdeferensiasi dalam sel-sel jangkar yang menghasilkan protein perekat plasenta yaitu trophouteronectin. Trofoblastrofoblas invasif lain yang lepas dan bermigrasi ke dalam endometrium dan miometrium akan menghasilkan protease dan inhibitor protease yang diduga memfasilitasi proses invasi ke dalam jaringan maternal. Kelainan dalam optimalisasi aktivitas trofoblas dalam proses nidasi akan berlanjut dengan berbagai penyakit dalam kehamilan. Apabila invasi trofoblas ke arteri spiralis maternal lemah atau tidak terjadi, maka arus darah uteroplasenta rendah dan menimbulkan sindrom preeklamsia. Kondisi ini juga akan menginduksi plasenta menyekresikan substansi vasoaktif yang memicu hipertensi maternal. Kenaikan tekanan darah itu dapat merusak arteri spiralis dan tersumbat, sehingga terjadi infark plasenta. Sebaliknya, invasi trofoblas yang tidak terkontrol akan menimbulkan penyakit trofoblas gestasional seperti mola hidatidosa dan koriokarsinoma. Dalam tingkat nidasi, trofoblas antara lain menghasilkan hormon human chorionic gonadotropin. Produksi human chorionic gonadotropin meningkat sampai kurang lebih hari ke-60 kehamilan untuk kemudian turun lagi. Diduga bahwa fungsinya ialah mempengaruhi korpus luteum untuk tembus terus, dan menghasilkan terus progesteron sampai plasenta dapat membuat cukup progesteron sendiri. Hormon korionik gonadotropin inilah yang khas untuk menentukan ada tidaknya kehamilan. Hormon tersebut dapat ditemukan di dalam air kemih ibu hamil. Blastokista dengan bagian yang mengandung massa inner-cell aktif mudah masuk ke dalam lapisan desidua, dan luka pada desidua kemudian menutup kembali. Kadang-kadang pada saat nidasi yakni masuknya ovum ke dalam endometrium terjadi perdarahan pada luka desidua (tanda Hartman). Pada umumnya blastokista masuk di endometrium dengan bagian di mana massa inner-cell berlokasi. Dikemukakan bahwa hal inilah yang menyebabkan tali pusat berpangkal sentral atau parasentral. Bila sebaliknya dengan bagian lain blastokista memasuki endometrium , maka terdapatlah tali pusat dengan insersio velamentosa. Umumnya nidasi terjadi di dindimg depan atau belakang uterus, dekat pada fundus uteri. Jika nidasi ini terjadi, barulah dapat disebut adanya kehamilan. Setelah nidasi berhasil, selanjutnya hasil konsepsi akan bertumbuh dan berkembang di dalam endometrium. Embrio ini selalu terpisahkan dari darah dan jaringan ibu oleh suatu lapisan sitotrofoblas (multinuclear trophoblast ) di sisi bagian dalam dan sinsisiotrofoblas ( multinuclear trophoblast ) di sisi bagian luar. Kondisi ini kritis tidak hanya untuk pertukaran nutrisi, tetapi juga untuk melindungi janin yang bertumbuh dan berkembang dari serangan imunologik maternal. Bila nidasi telah terjadi, mulailah deferensiasi sel-sel blastolista. Sel-sel yang lebih kecil, yang dekat pada ruang eksoselom, membentuk entoderm dan yolk sac, sedangkan sel-sel yang lebih besar menjadi ektoderm dan membentuk ruang amnion. Dengan ini di dalam blastokista terdapat suatu embryonal plate yang dibentuk antara dua ruangan , yakni ruang amnion dan yolk sac.
Pertumbuhan embrio terjadi dari embryonal plate yang selanjutnya terdiri atas tiga unsur lapisan, yakni sel-sel ektoderm, mesoderm, dan entoderm. Sementara itu, ruang amnion tumbuh dengan cepat dan mendesak eksoselom, akhirnya dinding ruang amnion mendekati karion. Mesoblas antara ruang amnion dan embrio menjadi padat, dinamakan body stalk, dan merupakan hubungan antara embrio dan dinding trofoblas. Body stalk , menjadi tali puat. Yolk sac dan alantois pada manusia tidak tumbuh teru, dan sisasisanya dapat ditemukan dalam tali pusat. Dalam tali pusat sendiri yang berasal dari body stalk , terdapat pembuluh-pembuluh darah sehingga ada yang menamakannya vascular stalk . Dari perkembangan ruang amnion dapat dilihat bahwa bagian luar tali pusat berasal dari lapisan amnion. Di dalamnya terdapat jaringan lembek, selei Wharton, yang berfungsi melindungi 2 arteria umbilikalis dan 1 vena umbilikalis yang berada di dalam tali pusat kedua arteri dan satu vena tersebut menghubungkan satu sistem kardiovaskular janinn dengan plasenta. Sistem kardiovaskular janin dibentuk pada kira-kira minggu ke-10. Organogenesis diperkirakan selesai pada minggu ke-12, dan disusul oleh massa fetal dan perinatal. Ciri-ciri tersebut di atas perlu diketahui jika pada abortus ingin diketahui tuanya kehamilan.
Referensi : Sarwono. 2009. Ilmu Kebidanan. P.T. Bina Pustaka : Jakarta Mochtar, Rustam. ____. Sinopsis Obstetri. EGC : Jakarta Depkes RI. 1993. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil Dalam Konteks Keluarga. Cetakan Ke III. Jakarta. Kusmiyati, Y. 2010. Perawatan Ibu Hamil. Cetakan ke VI. Yogyakarta: Fitramaya. Mochtar, R. 1998. Sinopsis Obstetri: Obstetri Fisiologi-Obstetri Patologi. Edisi 2. Jakarta: EGC Neil, W.R. 2001. Panduan Lengkap Perawatan Kehamilan. Jakarta: Dian Rakyat. Prohealth. 2008. Konsep Kehamilan.forbetterhealth.wordpress.com/2008/12/18/konsep -kehamilan/unduh 17 Maret 2011 11.00 AM Salmah, dkk. 2006. Asuhan Kebidanan Antenatal. Jakarta: EGC. Sulistyawati, A. 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan. Jakarta: Salemba Medika
PERTUMBUHAN PLASENTA
2.1 Pengertian Plasenta adalah alat yang sangat penting bagi janin karena merupakan alat pertukaran zat antara ibu dan anak sebaliknya. Pertumbuhan Plasenta makin lama makin bear dan luas, umumnya mencapai pembentukan lengkap pada usia kehamilan sekitar 16 minggu. Jiwa anak tergantung plasenta, baik tidaknya anak tergantung pada baik buruknya plasenta. Plasenta merupakan organ sementara yang menghubungkan ibu dengan janin. Plasenta memproduksi beberapa hormon penting dalam kehamilan yaitu Human Chorionic Gonatropin (HCG) dan Human Plasenta Lactagen (PHL). 2.2 Bentuk dan Ukuran 1. Bentuk bundar/oval 2. Diameter 15-25 cm, tebal 3-5 cm 3. Berat rata-rata 500-600 gram 4. Insersi tali pusat (tempat berhubungan dengan plasenta) dapat ditengah/ sentrali, disamping/ lateralis, atau di ujung tepi/ marginalis. 5. Disisi ibu, tampak daerah-daerah yang agak menonjol (kotiledon) yang diliputi selaput tipis desidua basalis 6. Disisi janin, tampak sejumlah arteri dan vena besar (pembuluh orion) menuju tali pusat. Orion diliputi oleh amnion 7. Sirkulasi darah ibu di plasenta sekitar 3000cc/menit (20 minggu) meningkat 600 cc – 7000 cc/menit (aterm) 2.3 Letak Plasenta
Letak plasenta pada umumnya pada korpus uteri bagian depan atau belakang agak ke arah fundus uteri. Hal ini adalah fisiologis karena permukan bagian atas korpus uteri lebih luas, sehingga lebih banyak tempat untuk berimplantasi.
2.4 Keadaan Plasenta
2.4.1
Bagian ibu/permukaan maternal
a. Permukaan yang menghadap ke dinding rahim b. Warnanya merah tua c. Permukaannya kasar beralur-alur sehingga seolah-olah terbagi dalam beberapa belah yang disebut kotiledon d. Permukaan maternal mempunyai 15-20 kotiledon
2.4.2
Bagian janin/ permukaan fetal
Permukaan menghadap kearah janin, tampak licin dan berwarna putih kuning. a. Permukaan fetal diliputi lapisan amnion yang tipis dan bening sehingga kelihatan membayang dibawahnya pembuluh darah yang bercabang. b. Pada permukaan janin dan plasenta terutama tali pusat c. Tali pusat merupakan penghubung janin dan plasenta d. Tebalnya kira-kira 50 cm, berwarna putih kuning dan tampak terpilih yang tidak sama tebalnya pada semua tempat didalam tali pusat terdapat tiga pembuluh darah yaitu satu vena umbilikalis dan dua arteri umbilikalis 2.5 Pembentukan Plasenta Pada minggu-minggu pertama perkembangan, jonjot-jonjot meliputi seluruh permukaan korion. Dengan berlanjutnya kehamilan, jonjot pada kutub embrional terus tumbuh dan meluas membentuk korion frondosum (korion berjonjot lebat seperti semak-semak).Jonjot pada kutub abembrional mengalami degenerasi dan menjelang bulan ketiga sisi korion ini menjadi halus dan disebut korion leave. Setelah minggu pertama (hari 7-8), sel-sel trofoblas yang terletak di atas embrioblas yang berimplantasi di endometrium dinding uterus, mengadakan proliferasi dan berdiferensiasi menjadi dua lapis yang berbeda : 1. sitotrofoblas : terdiri dari selapis sel kuboid, batas jelas, inti tunggal, di sebelah dalam (dekat embrioblas). 2. sinsitiotrofoblas : terdiri dari selapis sel tanpa batas jelas, di sebelah luar (berhubungan dengan stroma endometrium). Unit trofoblas ini akan berkembang menjadi PLASENTA Tah ap Pembentuk an plasenta Stadium berongga (lacunar stage).
Pada hari 8-9, perkembangan trofoblas sangat cepat, dari selapis sel tumbuh menjadi berlapislapis. Terbentuk rongga-rongga vakuola yang banyak pada lapisan sinsitiotrofoblas (selanjutnya disebut sinsitium) yang akhirnya saling berhubungan. Sirkulasi uteroplasenta/sistem sir kul asi f eto-mater na l.
Pertumbuhan sinsitium ke dalam stroma endometrium makin dalam kemudian terjadi perusakan endotel kapiler di sekitarnya, sehingga rongga-rongga sinsitium (sistem lakuna) tersebut dialiri masuk oleh darah ibu, membentuk sinusoid-sinusoid. Peristiwa ini menjadi awal terbentuknya sistem sirkulasi uteroplasenta/sistem sirkulasi feto-maternal. Antara lapisan dalam sitotrofoblas dengan selapis sel selaput Heuser , terbentuk sekelompok sel baru yang berasal dari trofoblas dan membentuk jaringan penyambung yang lembut, yang disebut mesoderm ekstraembrional. Bagian yang berbatasan dengan sitotrofoblas disebut mesoderm ekstraembrional somatopleural , kemudian akan menjadi selaput korion (chorionic plate).Bagian yang berbatasan dengan selaput Heuser dan menutupi bakal yolk sac disebut mesoderm ekstraembrional splanknopleural . Menjelang akhir minggu kedua (hari 13-14), seluruh lingkaran blastokista telah terbenam dalam uterus dan diliputi pertumbuhan trofoblas yang telah dialiri darah ibu. Meski demikian, hanya sistem trofoblas di daerah dekat embrioblas saja yang berkembang lebih aktif dibandingkan daerah lainnya. Terbentuknya rongga selom ekstraembrional (extr aembr yonal coelomic space) atau rongga korion (chori oni c space). Di dalam lapisan mesoderm ekstraembrional juga terbentuk celah-celah yang makin lama makin besar dan bersatu, sehingga terjadilah rongga yang memisahkan kandung kuning telur makin jauh dari sitotrofoblas. Rongga ini disebut rongga selom ekstraembrional (extraembryonal coelomic space) atau rongga korion (chorionic space). Di sisi embrioblas (kutub embrional), tampak sel-sel kuboid lapisan sitotrofoblas mengadakan invasi ke arah lapisan sinsitium, membentuk sekelompok sel yang dikelilingi sinsitium disebut jonjot-jonjot primer (primary stem villi). Jonjot ini memanjang sampai bertemu dengan aliran darah ibu. Terbentuknya tali pusat
Pada awal minggu ketiga, mesoderm ekstraembrional somatopleural yang terdapat di bawah jonjot-jonjot primer (bagian dari selaput korion di daerah kutub embrional), ikut menginvasi ke dalam jonjot sehingga membentuk jonjot sekunder (secondary stem villi) yang terdiri dari inti mesoderm dilapisi selapis sel sitotrofoblas dan sinsitiotrofoblas. Menjelang akhir minggu ketiga, dengan karakteristik angiogenik yang dimilikinya, mesoderm dalam jonjot tersebut berdiferensiasi menjadi sel darah dan pembuluh kapiler, sehingga jonjot yang tadinya hanya selular kemudian menjadi suatu jaringan vaskular (disebut jonjot tersier/tertiary stem villi) . Selom ekstraembrional/rongga korion makin lama makin luas, sehingga jaringan embrional makin terpisah dari sitotrofoblas/selaput korion, hanya dihubungkan oleh sedikit jaringan mesoderm yang kemudian menjadi tangkai penghubung (connecting stalk). Mesoderm connecting stalk yang juga memiliki kemampuan angiogenik, kemudian akan berkembang menjadi pembuluh darah dan connecting stalk tersebut akan menjadi tali pusat. Sirkulasi feto-maternal.
Setelah infiltrasi pembuluh darah trofoblas ke dalam sirkulasi uterus, seiring dengan perkembangan trofoblas menjadi plasenta dewasa, terbentuklah komponen sirkulasi utero plasenta. Melalui pembuluh darah tali pusat, sirkulasi utero-plasenta dihubungkan dengan sirkulasi janin. Meskipun demikian, darah ibu dan darah janin tetap tidak bercampur menjadi satu (disebut sistem hemochorial ), tetap terpisah oleh dinding pembuluh darah janin dan lapisan korion. Dengan demikian, komponen sirkulasi dari ibu (maternal) berhubungan dengan komponen sirkulasi dari janin (fetal) melalui plasenta dan tali pusat. Sistem tersebut dinamakan sirkulasi feto-maternal. Plasenta “dewasa”
Pertumbuhan plasenta makin lama makin besar dan luas, umumnya mencapai pembentukan lengkap pada usia kehamilan sekitar 16 minggu. (struktur plasenta dewasa : gambar) Plasenta ―dewasa‖ / lengk ap yang normal : 1. bentuk bundar / oval 2. diameter 15-25 cm, tebal 3-5 cm. 3. berat rata-rata 500-600 g 4. insersi tali pusat (tempat berhubungan dengan p lasenta) dapat di tengah / sentralis, di samping / lateralis, atau di ujung tepi / marginalis. 5. di sisi ibu, tampak daerah2 yang agak menonjol (kotiledon) yang diliputi selaput tipis desidua basalis. 6. di sisi janin, tampak sejumlah arteri dan vena besar (pembuluh korion) menuju tali pusat. Korion diliputi oleh amnion. 7. sirkulasi darah ibu di plasenta sekitar 300 cc/menit (20 minggu) meningkat sampai 600-700 cc/menit (aterm). 2.6 Tali Pusat Tali pusat tali yang menghubungkan janin dengan urin dengan ciri: a. Tebal kira-kira sebesar jari b. Panjang 50 cm c. Berwarna putih kuning d. Tampak terpilin dan tidak pada semua tempat tebalnya Tali pusat duliputi oleh amnion yang sangat erat melekat. Selain berisi arteri dan vena umbilikalis, tali pusat berisi pula zat seperti agar-agar yang disebut S elei Wharton.
2.7 Macam-macam Plasenta a. Berdasarkan bentuknya 1. plasenta normal 2. plasenta membranasea 3. plasenta suksenturiata 4. plasenta spuria
5. plasenta bilobus 6. plasenta trilobus b. Berdasarkan dinding rahim 1. plasenta adhesiva 2. plasenta akreta 3. plasenta inkreta 4. plasenta perkreta 2.8 Fungsi Plasenta Fungsi plasenta bagi janin : 1. Organ respirasi 2. Organ transfer nutrisi dan ekskresi 3. Organ untuk sintesa hormon Diperkirakan pula memiliki peranan sebagai barier imunologis yang me lindungi janin dari reaksi penolakan oleh sistem imunologi maternal. Transportasi bahan melalui plasenta berlangsung melalui - Transportasi pasif :
Difusi sederhana [simple diffusion] Difusi dengan fasilitas [facilitated diffusion]
- Transportasi aktif : Reaksi enzymatic Pinocytosis Mekanisme diatas memerlukan energi dan kecepatan metabolisme plasenta sebanding dengan yang terjadi pada hepar atau ginjal.
2.8.1
Ekskresi Ginjal, hati dan usus janin belum berfungsi dengan baik sebagai alat pembuanga. Sisa metabolisme akan dibuang melalui plasenta yang dapat menghubungkan janin dengan dunia luar secara tidak langsung. Zat utama yang diekskresi adalah karbon dioksida ( CO2 ). Bilirubin juga diekskresi karena sel darah merah diganti relatif sering. Terdapat sedikit pemecahan jaringan yang terpisah serta jumlah urea dan asam urat yang diekskresi sangat sedikit. 2.8.2 Nutrisi . Sebagian besar nutrien mengalami transfer dari ibu ke janin melalui metode transfer aktif yang melibatkan proses enzymatik. Nutrien yang komplek akan dipecah menjadi komponen sederhana sebelum di transfer dan mengalami rekonstruksi ulang pada villi chorialis janin. Glukosa sebagai sumber energi utama bagi pertumbuhan janin (90%), 10% sisanya diperoleh dari asam amino.
Jumlah glukosa yang mengalami transfer meningkat setelah minggu ke 30. Sampai akhir kehamilan, kebutuhan glukosa kira-kira 10 gram per kilogram berat janin, kelebihan glukosa dikonversi menjadi glikogen dan lemak. Glikogen disimpan di hepar dan lemak ditimbun disekitar jantung, belakang skapula. Pada trimester akhir, terjadi sintesa lemak 2 gram perhari sehingga pada kehamilan 40 minggu 15% dari berat janin berupa lemak. Hal ini menyebabkan adanya cadangan energi sebesar 21.000 KJ dan diperlukan untuk fungsi metabolisme dalam regulasi suhu tubuh janin pada hari-hari pertama setelah lahir. Pada bayi preterm atau dismatur, cadangan energi lebih rendah sehingga akan menimbulkan permasalahan. Lemak dalam bentuk asam lemak bebas sulit untuk di transfer. Lemak yang mengalami proses transfer di resintesa kedalam bentuk fosfat dan lemak lain dan disimpan dalam jaringan lemak sampai minggu ke 30. Setelah itu, hepar janin memiliki kemampuan untuk sintesa lemak dan mengambil alih fungsi metabolisme. Dalam sirkulasi janin terdapat fetal hemoglobin (F) yang memiliki afinitas tinggi terhadap oksigen dan sebaliknya mudah melepaskan karbon dioksida melalui sistem difusi dalam plasenta. Dengan adanya perbedaan afinitas tersebut, plasenta dapat menjalankan fungsinya sebagai alat pernapasan. Makin tua kehamilan, semakin tinggi konsentrasi adult hemoglobin (A) sebagai persiapan bernapas melalui paru-paru pada saat kelahiran. 2.8.3
Respirasi Vaskularisasi yang luas didalam villi dan perjalanan darah ibu dalam ruang intervilus yang relatif pelan memungkinkan pertukaran oksigen dan CO2 antara darah ibu dan janin melalui difusi pasif . Setelah kebutuhan plasenta terpenuhi, eritrosit janin mengambil oksigen dengan saturasi 70% dan PO2 30 – 40 mmHg, sudah memadai untuk memenuhi kebutuhan janin. CO2 melewati plasenta dengan difusi pasif. Ion Hidrogen, bicarbonate dan asam laktat dapat menembus plasenta melalui difusi sederhana sehingga status keseimbangan asam-basa antara ibu dan anak sangat berkaitan erat. Oleh karena transfer berlangsung perlahan, janin dapat melakukan “buffer” pada kejadian penurunan pH, kecuali bila asidosis maternal diperberat dengan dehidrasi atau ketoasidosis sebagaimana yang terjadi pada partus lanjut dimana janin dapat mengalami asidosis. Efisiensi pertukaran ini tergantung pada pasokan darah ibu melalui arteri spiralis dan fungsi plasenta. Bila pasokan darah ibu terbatas seperti yang terjadi pada penyakit hipertensi dalam kehamilan, penuaan plasenta sebelum saatnya , kehamilan postmatur, hiperaktivitas uterus atau tekanan talipusat, maka ketoasidosis pada janin dapat terjadi secara terpisah dari asidosis maternal.
2.8.4
Pembentukan Hormon Sejumlah besar hormon dihasilkan oleh plasenta. Termasuk diantaranya hormon yang analog dengan hormon hipotalamus dan hipofisis serta hormon steroid. Hormon Properti Human Chorionic Somatotropin – Serupa dengan Growth Hormon dan hCS Prolaktin
Human Chorionic Gonadotropin – Stimulasi steroidogenesis adrenal dan hCG plasenta. Analog LH Human Chorionic Gonadotropin – Analog dengan Thyrotropin hCT Corticotropin Releasing Hormon – Seperti pada deasa CRH Estrogen
Komplek. Stimulasi aliran darah dan pertumbuhan uterus
Progestogen
Implantasi dan relaksasi otot polos
Adrenocorticoid
Induksi sistem ensim dan maturasi anin
Sejumlah produk plasenta dan metabolisme janin dapat digunakan untuk skrining penyakit janin. Pengukuran alfafetoprotein yang dihasilkan oleh hepar,usus dan yolc sac janin dapat digunakan untuk deteksi sejumlah kelainan anatomi . Bersama dengan penentuan serum hCG maternal, dapat diperhitungkan terjadinya trisomi. 2.8.5
Transfer Obat Transfer obat melalui plasenta tidak berbeda dengan nutrien lain pada umumnya. Kecepatan transfer dipengaruhi oleh kelarutan dari molekul ion didalam lemak dan ketebalan trofoblas. Pada paruh kedua kehamilan, trofoblas menjadi tipis dan area plasenta bertambah luas sehingga transfer obat dapat berlangsung lebih mudah. Obat ilegal (narkotika, cocain dan marihuana) yang dikonsumsi oleh ibu hamil dapat melewati plasenta dan dapat mengganggu perkembangan janin. Dampak dari hal ini sulit ditentukan oleh karena selain obat ilegal, pasien biasanya juga adalah perokok atau peminum alkohol. Pertumbuhan janin cenderung terhambat dan mengalami kelainan kongenital tertentu, Seringkali mengakibatkan terjadinya persalinan preterm dan anak yang dilahirkan dapat menunjukkan sindroma withdrawal.
2.9 Kelainan Plasenta 1. Insersio Marginalis a. Tali pusat di pinggir plasenta b. Tidak menimbulkan kesulitan 2. Insersio Velamentosa a. Tali pusat tidak tertanam pada plasenta, tetapi diselimuti janin b. Pembuluh-pembuluh darah tali pusat bercabang dalam selaput janin c. Klinis: Bila kebetulan bagian selaput janin yang mengandung pembuluh darah berada di kutub bawah (vasa previa) maka pada waktu pembuluh darah putus dan menyebabkan perdarahan yang berasal dari janin sehingga janin akan meninggal 3. Plasenta Bilobata
a. Uri yang terdiri dari 2 bagian b. Klinis : tidak menimbulkan kesulitan 4. Plasenta Fenestra a. Uri yang berlobang b. Klinis : tidak menimbulkan kesulitan 5. Plasenta Marginata (Sirkumvalata) a. Pada pinggir uri terdapat suatu lingkaran jaringan tebal yang berwarna putih selebar 4 – 5 cm b. Jaringan putih ini sesungguhnya lipatan dari jaringan selaput janin c. selaput janin tidak melekat pada pinggir jaringan uri tetapi agak ke tengah d. Klinis: dapat menimbulkan perdarahan sebelum persalinan 6. Plasenta Suksenturiata a. Disamping uri yang normal didapatkan uri tambahan kecil yang terpisah b. Diantar auri tambahan dan uri yang normal ada hubungan pembuluh darah c. Klinis; Bila pada waktu persalinan, ada uri tambahan yang tertinggal maka dapat terjadi perdarahan post partum, oleh karena itu bila pada pemeriksaan uri dalam selaput janin terdapat pembuluh darah yang terputus dan terbuka, maka harus diperhatikan kemungkinan adanya plasenta suksenturiata. BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan Bayi dalam kandungan membutuhkan makanan dan nutrisi yang cukup dalam masa tumbuh kembangnya. Plasenta merupakan alat yang sangat penting bagi janin, karena plasenta merupakan alat pertukaran zat antara ibu dan anak sebaliknya, melalui plasenta bayi bias mendapatkan makanan, nutrisi serta alat untuk melakukan pernafasan. Plasenta dari hari kehari semakin membesar seiring membesarnya janin dalam rahim. Letak plasenta pada umumnya pada korpus uteri bagian depan atau belakang agak ke arah fundus uteri. Hal ini adalah fisiologis karena permukan bagian atas korpus uteri lebih luas, sehingga lebih banyak tempat untuk berimplantasi. Tahap Pembentukan plasenta yaitu dimulai dari, Stadium berongga (lacunar stage), Terbentuknya rongga selom ekstraembrional (extraembryonal coelomic space) atau rongga korion (chorionic space), Terbentuknya tali pusat, Sirkulasi feto-maternal, Plasenta ―dewasa‖. Placenta juga mempunyai berbagai fungsi, diantaranya sebagai Organ respirasi, Organ transfer nutrisi dan ekskresi, Organ untuk sintesa hormone.
3.2 Saran Plasenta merupakan organ yang sangat dibutuhkan bagi kehidupan bayi dalam rahim, oleh karena itu pemenuhan kebutuhan nutrisi serta gizi harus tercukupi melalui ibu yang sedang mengandung. Proses pertumbuhan plasenta sangat berpengaruh besar bagi kehidupan janin
dalam kandungan, pasokan makanan pada ibu sangat mempengaruhi tumbuh kembang pada plasenta, kerusakan pada plasenta juga merupakan akibat dari buruknya pasokan makanan yang dikonsumsi ibu. Oleh sebab itu perlu bagi ibu yang sedang mengandung untuk mengetahui proses pertumbuhan plasenta, organ yang merupakan hubungan pengikat antara ibu dan ba yi.
1. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Perdarahan pascapersalinan adalah kehilangan darah lebih dari 500 ml melalui jalan lahir yang terjadi selama atau setelah persalinan kala III. Perkiraan kehilangan darah biasanya tidak sebanyak yang sebenarnya, kadang-kadang hanya setengah dari yang sebenarnya. Darah tersebut tercampur dengan cairan amnion atau dengan urin. Darah juga tersebar pada spons, handuk, dan kain, di dalam ember dan di lantai. Volume darah yang hilang juga bervariasi akibatnya sesuai dengan kadar hemoglobin ibu. Seseorang ibu dengan kadar hemoglobin normal akan dapat menyesuaikan diri terhadap kehilangan darah yang akan berakibat fatal pada yang anemia. Perdarahan pascapersalinan adalah sebab penting kematian ibu; ¼ kematian ibu yang disebabkan oleh perdarahan (perdarahan pascapersalinan, placenta previa, solutio plasenta, kehamilan ektopik, abortus, dan ruptura uteri) disebabkan oleh perdarahan pascapersalinan. Selain itu, pada keadaan dimana perdarahan pascapersalinan tidak mengakibatkan kematian, kejadian ini sangat mempengaruhi morbiditas nifas karena anemia dapat menurunkan daya tahan tubuh. Perdarahan pascapersalinan lebih sering terjadi pada ibu-ibu di Indonesia dibandingkan dengan ibu-ibu di luar negeri. Perdarahan setelah melahirkan atau post partum hemorrhagic (PPH) adalah konsekuensi perdarahan berlebihan dari tempat implantasi plasenta, trauma di traktus genitalia dan struktur sekitarnya, atau keduanya. — Diperkirakan ada 14 juta kasus perdarahan dalam kehamilan setiap tahunnya paling sedikit 128.000 wanita mengalami perdarahan sampai meninggal. Sebagian besar kematian tersebut terjadi dalam waktu 4 jam setelah melahirkan. Di Indonesia, Sebagian besar persalinan terjadi tidak di rumah sakit, sehingga sering pasien yang bersalin di luar kemudian terjadi perdarahan post partum terlambat sampai ke rumah sakit, saat datang keadaan umum/hemodinamiknya sudah memburuk, akibatnya mortalitas tinggi. Menurut Depkes RI, kematian ibu di Indonesia (2002) adalah 650 ibu tiap 100.000 kelahiran hidup dan 43% dari angka tersebut disebabkan oleh perdarahan post partum. Perdarahan yang disebabkan karena retensio plasenta dapat terjadi karena plasenta lepas sebagian, yang merupakan indikasi untuk mengeluarkannya. Plasenta belum lepas dari dinding uterus karena: a). Kontraksi uterus kurang kuat untuk melepaska n plasenta (plasenta adhesiva);
b).Plasenta melekat erat pada dinding uterus oleh sebab vili korialis menembus desidua sampai miometrium- sampai di bawah peritoneum (plasenta akreta-perkreta). Plasenta yang sudah lepas dari dinding uterus akan tetapi belum keluar, disebabkan oleh tidak adanya usaha untuk melahirkan atau karena salah penanganan kala III, sehingga terjadi lingkaran konstriksi pada bagian bawah uterus yang menghalangi keluarnya plasenta (inkarserasio plasenta). Sehingga dilakukan tindakan manual plasenta. 1. Tujuan Penulisan 1. Tujuan Umum Mampu memahami secara menyeluruh tentang Manual Plasenta dan cara pengeluaran manual pasenta. 1. Tujuan khusus 1. Mampu memahami yang dimaksud dengan manual plasenta. 2. Mengetahui indikasi manual plasenta 3. Mengetahui langkah-langkah manual plasenta 1. TINJAUAN TEORI 1. Pengertian Manual plasenta adalah prosedur pelepasan plasen ta dari tempat implantasinya pada dinding uterus dan mengeluarkannya dari kavum uteri secara manual yaitu dengan melakukan tindakan invasi dan manipulasi tangan penolong persalinan yang dimasukkan langsung kedalam kavum uteri. Pada umumnya ditunggu sampai 30 menit dalam lahirnya plasenta secara spontan atau dgn tekanan ringan pada fundus uteri yang berkontraksi. Bila setelah 30 mnenit plasenta belum lepas sehingga belum dapat dilahirkan atau jika dalam waktu menunggu terjadi perdarahan yang banyak, pasenta sebaiknya dikeluarkan dengan segera. Manual plasenta merupakan tindakan operasi kebidanan untuk melahirkan retensio plasenta. Teknik operasi plasenta manual tidaklah sukar, tetapi harus diperkirakan bagaimana persiapkan agar tindakan tersebut dapat menyelamatkan jiwa penderita. 1. Etiologi Indikasi pelepasan plasenta secara manual adalah pada keadaan perdarahan pada kala tiga persalinan kurang lebih 400 cc yang tidak dapat dihentikan dengan uterotonika dan masase, retensio plasenta setelah 30 menit anak lahir, setelah persalinan buatan yang sulit seperti forsep tinggi, versi ekstraksi, perforasi, dan dibutuhkan untuk eksplorasi jalan lahir dan tali pusat putus. Retensio plasenta adalah tertahannya atau belum lahirnya plasenta hingga atau melebihi waktu 30 menit setelah bayi lahir. Hampir sebagian besar gangguan pelepasan plasenta disebabkan oeh gangguan kontraksi uterus.
Manual plasenta dilakukan karena indikasi retensio plasenta yang berkaitan dengan : 1. Plasenta belum lepas dari dinding uterus dikarenakan: a)
Plasenta adhesive yaitu kontraksi uterus kurang kuat untuk melepaskan plasenta
b) Plasenta akreta yaitu implantasi jonjot korion plasenta hingga memasuki sebagian lapisan miometrium c) Plasenta inkreta, yaitu implantasi jonjot korion placenta hingga mencapai/memasuki miometrium d) Plasenta perkreta, yaitu implantasi jonjot korion plasenta yang menembus lapisan otot hingga mencapai lapisan serosa dinding uterus. e) Plasenta inkarserata, yaitu tertahannya plasenta didalam kavum uteri yang disebabkan oleh konstriksi ostium uteri. 1. Plasenta sudah lepas, akan tetapi belum dilahirkan dan dapat terjadi perdarahan yang merupakan indikasi untuk mengeluarkannya 2. Mengganggu kontraksi otot rahim dan menimbulkan perdarahan. 3. Retensio plasenta tanpa perdarahan dapat diperkirakan
Darah penderita terlalu banyak hilang, Keseimbangan baru berbentuk bekuan darah, sehingga perdarahan tidak terjadi, Kemungkinan implantasi plasenta terlalu dalam.
1. Patofisiologi Manual plasenta dapat segera dilakukan apabila :
Terdapat riwayat perdarahan postpartum berulang. Terjadi perdarahan postpartum melebihi 400 cc Pada pertolongan persalinan dengan narkosa. Plasenta belum lahir setelah menunggu selama setengah jam.
Manual plasenta dalam keadaan darurat dengan indikasi perdarahan di atas 400 cc dan teriadi retensio plasenta (setelah menunggu ½ jam). Seandain ya masih terdapat kesempatan penderita retensio plasenta dapat dikirim ke puskesmas atau rumah sakit sehingga mendapat pertolongan yang adekuat. Dalam melakukan rujukan penderita dilakukan persiapan dengan memasang infuse dan memberikan cairan dan dalam persalinan diikuti oleh tenaga yang dapat memberikan pertolongan darurat. 1. Tanda dan Gejala Manual Plasenta
1. Anamnesis, meliputi pertanyaan tentang periode prenatal, meminta informasi mengenai episode perdarahan postpartum sebelumnya, paritas, serta riwayat multipel fetus dan polihidramnion. Serta riwayat pospartum sekarang dimana plasenta tidak lepas secara spontan atau timbul perdarahan aktif setelah bayi dilahirkan. 2. Pada pemeriksaan pervaginam, plasenta tidak ditemukan di dalam kanalis servikalis tetapi secara parsial atau lengkap menempel di dalam uterus. 3. Perdarahan yang lama > 400 cc setelah bayi lahir. 4. Placenta tidak segera lahir > 30 menit. 5. E. Teknik Manual Plasenta Untuk mengeluarkan plasenta yang belum lepas jika masih ada waktu dapat mencoba teknik menurut Crede yaitu uterus dimasase perlahan sehingga berkontraksi baik, dan dengan meletakkan 4 jari dibelakang uterus dan ibu jari didepannya, uterus dipencet di antara jari-jari tersebut dengan maksud untuk melepaskan plasenta dari dinding uterus dan menekannya keluar. Tindakan ini tidaklah selalu berhasil dan tidak boleh dilakukan secara kasar.
Sebelum mengerjakan manual plasenta, penderita disiapkan pada posisi litotomi. Keadaan umum penderita diperbaiki sebesar mungkin, atau diinfus NaCl atau Ringer Laktat. Anestesi diperlukan kalau ada constriction ring dengan memberikan suntikan diazepam 10 mg intramuskular. Anestesi ini berguna untuk mengatasi rasa nyeri. Operator berdiri atau duduk dihadapan vulva dengan salah satu tangannya (tangan kiri) meregang tali pusat, tangan yang lain (tangan kanan) dengan jari-jari dikuncupkan membentuk kerucut. Gambar 1. Meregang tali pusat dengan jari-jari membentuk kerucut
Dengan ujung jari menelusuri tali pusat sampai plasenta. Jika pada waktu melewati serviks dijumpai tahanan dari lingkaran kekejangan (constrition ring ), ini dapat diatasi dengan mengembangkan secara perlahan-lahan jari tangan yang membentuk kerucut tadi. Sementara itu, tangan kiri diletakkan di atas fundus uteri da ri luar dinding perut ibu sambil menahan atau mendorong fundus itu ke bawah. Setelah tangan yang di dalam sampai ke plasenta, telusurilah permukaan fetalnya ke arah pinggir plasenta. Pada perdarahan kala tiga, biasanya telah ada bagian pinggir plasenta yang terlepas. Gambar 2. Ujung jari menelusuri tali pusat, tangan kiri diletakkan di atas fundus
— Melalui celah tersebut, selipkan bagian ulnar dari tangan yang berada di dalam antara dinding uterus dengan bagian plasenta yang telah terlepas itu. Dengan gerakan tangan seperti mengikis air, plasenta dapat dilepaskan seluruhnya (kalau mungkin), sementara tangan yang di luar tetap menahan fundus uteri supaya jangan ikut terdorong ke atas. Dengan demikian, kejadian robekan uterus (perforasi) dapat dihindarkan. Gambar 3. Mengeluarkan plasenta
Setelah plasenta berhasil dikeluarkan, lakukan eksplorasi untuk mengetahui kalau ada bagian dinding uterus yang sobek atau bagian plasenta yang tersisa. Pada waktu ekplorasi sebaiknya sarung tangan diganti yang baru. Setelah plasenta keluar, gunakan kedua tangan untuk memeriksanya, segera berikan uterotonik (oksitosin) satu ampul intramuskular, dan lakukan masase uterus. Lakukan inspeksi dengan spekulum untuk mengetahui ada tidaknya laserasi pada vagina atau serviks dan apabila ditemukan segera di jahit. Jika setelah plasenta dikeluarkan masih terjadi perdarahan karena atonia uteri maka dilakukan kompresi bimanual sambil mengambil tindakan lain untuk menghetikan perdarahan dan memperbaiki keadaan ibu bila perlu. Jika tindakan manual plasenta tidak memungkinkan, jaringan dapat dikeluarkan dengan tang (cunam) abortus dilanjutkan kuret sisa plasenta. Pada umumn ya pengeluaran sisa plasenta dilakukan dengan kuretase. Kuretase harus dilakukan di rumah sakit dengan hati-hati karena dinding rahim relatif tipis dibandingkan dengan kuretase p ada abortus. Setelah selesai tindakan pengeluaran sisa plasenta, dilanjutkan dengan pemberian obat uterotonika melalui suntikan atau per oral. Pemberian antibiotika apabila ada tanda-tanda infeksi dan untuk pencegahan infeksi sekunder. 1. Komplikasi Kompikasi dalam pengeluaran plasenta secara ma nual selain infeksi / komplikasi yang berhubungan dengan transfusi darah yang dilakukan, multiple organ failure yang berhubungan dengan kolaps sirkulasi dan penurunan perfusi organ dan sepsis, ialah apabila ditemukan plasenta akreta. Dalam hal ini villi korialis menembus desidua dan memasuki miometrium dan tergantung dari dalamnya tembusan itu dibedakan antara plasenta inakreta dan plasenta perkreta. Plasenta dalam hal ini tidak mudah untuk dilepaskan melainkan sepotong demi sepotong dan disertai dengan perdarahan. Jika disadari adanya plasenta akreta sebaiknya usaha untuk mengeluarkan plasenta dengan tangan dihentikan dan segera dilakukan histerektomi dan mengangkat pula sisa-sisa dalam uterus. 1. PROSEDUR KLINIK MANUAL PLASENTA 2. Persetujuan Tindakan Medik Informed consent merupakan perstujuan dari pasien dan keluarga terhadap tindakan medic yang akan dilakukan terhadap dirinya oleh dokter/bidan. Persetujuan diberikan setelah pasien diberikan penjelasan yang lengkap dan objektif tentang diagnosis penyakit, upaya penyembuhan, tujuan dan pilihan tindakan yang akan dilakukan. 1. Persiapan Sebelum Tindakan 1. Pasien 1. Cairan dan selang infuse sudah terpasang. Perut bawah dan lipat paha sudah dibersihkan. 2. Uji fungsi dan kelengkapan peralatan resusitasi 3. Siapkan kain alas bokong, sarrung kaki dan penutup perut bawah 4. Medikamentosa
1. Analgetika (Phetidin 1-2 mg/kg BB, Ketamin Hcl 0,5 mg/kg BBT, Tramadol 1-2 mg/kg BB) 2. Sedative (Diazepam 10 mg) 3. Atropine Sulfas 0,25-0,55 mg/ml 4. Uteretonika (Oksitosin,Ergometrin, Prostaglandin) 5. Cairan NaCl 0,9% dan RL 6. Infuse Set 7. Larutan Antiseptik (Povidon Iodin 10%) 8. Oksigen dengan regulator 1. Penolong 1. Baju kamar tindakan, pelapis plastic, masker dan kaca mata : 3 set 2. Sarung tangan DTT/steril : sebaiknya sarung tangan panjang 3. Alas kaki (sepatu boot karet) : 3 pasang 4. Instrument 1)
Kocher: 2, Spuit 5 ml dan jarum suntik no 23G
2)
Mangkok tempat plasenta : 1
3)
Kateter karet dan urine bag : 1
4)
Benang kromk 2/0 : 1 rol
5)
Partus set 1. Pencegahan Infeksi Sebelum Tindakan
Sebelum melakukan tindakan sebaiknya mencuci tangan terlebih dahulu dengan sabun dan air yang mengalir untuk mencegah infeksi. Mengeringkan tangan dengan handuk bersih lalu pasang sarung tangan DTT/steril. 1. Tindakan Penetrasi Ke Kavum Uteri 1. Intruksikan asisten untuk memberikan sedatif dan analgetik melalui karet infuse. 2. Lakukan kateterisasi kandung kemih.
Pastikan kateter masuk kedalam kandung kemih dengan benar. Cabut kateter setelah kandung kemih dikosongkan.
1. Jepit tali pusat dengan kocher kemudian tegakan tali pusat sejajar lantai. 2. Secara obstetric maukkan satu tangan (punggung tangan ke bawah) kedalam vagina dengan menelusuri tali pusat bagian bawah. 3. Setelah tangan mencapai pembukaan serviks, minta asisten untuk memegang kocher kemudian tangan lain penolong menahan fundus uteri. 4. Sambil menahan fundus uteri, masukan tangan ke dalam kavum uteri sehingga mencapai tempat implantasi plasenta.
5. Buka tangan obstetric menjadi seperti memberi salam (ibu jari merapat ke pangkal jari telunjuk). 6. Melepas Plasenta dari Dindig Uterus 1. Tentukan implantasi plasenta, temukan tepi plasenta yang paling bawah
Bila berada di belakang, tali pusat tetap di sebelah atas. Bila dibagian depan, pindahkan tangan ke bagian depan tal pusat dengan punggung tangan menghadap ke atas. Bila plasenta di bagian belakang, lepaskan plasenta dari tempat implantasinya dengan jalan menyelipkan ujung jari di antara plasenta dan dinding uterus, dengan punggung tangan mengahadap ke dinding dalam uterus. Bila plasenta di bagian depan, lakukan hal yang sama (dinding tangan pada dinding kavun uteri) tetapi tali pusat berada di bawah telapak tangan kanan.
1. Kemudian gerakan tangan kanan ke kiri dan kanan sambil bergeser ke cranial sehingga semua permukaan maternal plasenta dapat dilepaskan. Catatan : Sambil melakukan tindakan, perhatikan keadaan ibu (pasien), lakukan penanganan yang sesuai bila terjadi penyuliit. 1. Mengeluarkan Plasenta 1. Sementara satu tangan masih berada di kavum uteri, lakukan eksplorasi ulangan untuk memastikan tidak ada bagian plasenta yang masih melekat pada dinding uterus. 2. Pindahkan tangan luar ke supra simfisis untuk menahan uterus pada saat plasenta dikeluarkan. 3. Instruksikan asisten yang memegang kocher untuk menarik tali pusat sambil tangan dalam menarik plasenta ke luar (hindari percikan darah). 4. Letakan plasenta ke dalam tempat yang telah disediakan. 5. Lakukan sedikit pendorongan uterus (dengan tangan luar) ke dorsokranial setelah plasenta lahir. v Perhatikan kontraksi uterus dan jumlah perdarahan yang keluar 1. Dekontaminasi Pasca Tindakan Alat-alat yang digunakan untuk menolong di dekontaminasi, termasuk sarung tangan yang telah di guanakan penolong ke dalam larutan antiseptic 1. Cuci Tangan Pascatindakan Mencuci kedua tangan setelah tindakan untuk mencegah infeksi. 1. Perawatan Pascatindakan 1. Periksa kembali tanda vital pasien, segera lakukan tindakan dan instruksi apabila masih diperlukan. 2. Catat kondisi pasien dan buat laporan tindakan d dalam kolom yang tersedia.
3. Buat instruksi pengobatan lanjutan dan hal-hal penting untuk dipantau. 4. Beritahukan pada pasien dan keluarganya bahwa tindakan telah seesai tetapi pasien masih memerlukan perawatan. 5. Jelaskan pada petugas tentang perawatan apa yang masih diperlukan, lama perawatan dan apa yang perlu dilaporkan.(Di Rumah Sakit) 1. PENUTUP 2. Kesimpulan Manual plasenta adalah prosedur pelepasan plasen ta dari tempat implantasinya pada dinding uterus dan mengeluarkannya dari kavum uteri secara manual yaitu dengan melakukan tindakan invasi dan manipulasi tangan penolong persalinan yang dimasukkan langsung kedalam kavum uteri. Indikasi pelepasan plasenta secara manual adalah pada keadaan perdarahan pada kala tiga persalinan kurang lebih 400 cc yang tidak dapat dihentikan dengan uterotonika dan masase, retensio plasenta setelah 30 menit anak lahir, setelah persalinan buatan yang sulit seperti forsep tinggi, versi ekstraksi, perforasi, dan dibutuhkan untuk eksplorasi jalan lahir dan tali pusat putus. Plasenta sudah lepas, akan tetapi belum dilahirkan dan dapat terjadi perdarahan yang merupakan indikasi untuk mengeluarkannya. Hampir sebagian besar gangguan pelepasan plasenta disebabkan oeh gangguan kontraksi uterus. 1. Saran 1. Masyarakat Luas Masyarakat maupun ibu-ibu dalam masa kehamilannya, dapat menjaga kesehatan selama hamil dengan maksimal, makan-makanan yang bergizi, konsumsi Fe dan istirahat yang cukup agar selama proses persalinan tidak terjadi kegawatan. Serta mampu memahami alasan dilakukannya manual plasenta apabila plasenta belum lahir > 30 menit setelah bayi lahir dan terjadi perdarahan agar dapat menyelamatkan pasien sesegera mungkin. 1. Petugas Kesehatan Petugas kesehatan harus mengetahui sedini mungkin penyebab plasenta tidak lahir segera setelah bayi lahir, serta melakukan tindakan segera apabila pasien mengalami perdarahan kala III, dan merupakan indikasi untuk dilakukanya manual plasenta dan untuk menurunkan angka kematian ibu. Sumber : koleksi Mediague.wordpress.com dikumpulkan oleh RW.Hapsari
INFERTILITAS A. Pengertian Infertilitas Infertilitas atau ketidaksuburan adalah suatu kondisi di mana pasangan suami istri belum mampu memiliki anak walaupun telah melakukan hubungan seksual se banyak 2-3 kali seminggu dalam kur un waktu 1 tahun dengan tanpa menggunakan alat kontrasepsi dalam bentuk apapun. Secara medis, infertilitas dibagi menjadi 2 je nis, yaitu : a. Infertilitas primer berarti pasangan suami istri belum mampu dan belum pernah memiliki anak setelah 1 tahun berhubungan seksual sebanyak 2-3 kali per minggu tanpa menggunakan alat kontrasepsi dalam bentuk apapun. b. Infertilitas sekunder berarti pasangan suami istri telah atau pe rnah memiliki anak sebelumnya, tetapi saat ini belum mampu memiliki anak lagi setelah 1 tahun berhubungan seksual sebanyak 2-3 kali per minggu tanpa menggunakan alat kontrasepsi dalamn bentuk apapun. B. Faktor Penyebab Infertilitas 1. Kondisi Reproduksi Wanita Kelainan terbanyak pada organ re produksi wanita penyebab infertilitas adalah endometriosis dan infeksi panggul, sedangkan kelainan lainnya yang lebih jarang kejadiannya adalah mioma uteri, polip, kista, dan saluran telur tersumbat (bisa satu atau dua yang tersumbat). Gangguan pada wanita 1. Masalah vagina Masalah vagina yang dapat menghambat penyampaian adalah adanya sumbatan atau peradangan. Sumbatan psikogen disebut vaginismus atau disparenia, sedangkan sumbatan anatomik dapat karena bawaan atau perolehan. 2. Masalah serviks Masalah serviks yang berpotensi mengakibatkan vertilitas adalah terdapat berbagai kelainan anatomi serviks yang berperan seperti terjadi cac at bawaan (atresia), polip serviks, stenosis akibat trauma, peradangan dan sineksia. 3. Masalah uterus Masalah penyebab infertilitas yang dapat terjadi di uterus adalah distorsia kavum uteri karena sineksia, mioma atau polip, peradangan endometrium, dan gangguan kontraksi uterus. 2. Kondisi Reproduksi Pria Sperma berasal dari kata spermatozoa, yaitu sel kelamin jantan yang m emiliki bulu cambuk. Bentuk sperma mirip kecebong.Sperma dihasilkan oleh testis.Cairan nutrisi sperma berupa cairan putih, kental, dan berbau khas yang disebut semen. Proses pengeluaran semen dan sperma disebut ejakulasi, sehingga cairannya disebut juga dengan cairan ejakulat. Sperma membawa sifat dari bapak, yang nantinya akan bertemu dengan sel t elur yang membawa sifat
dari ibu. Oleh karena itu, kualitas sperma dan sel telur yang baik menjadi faktor penting dalam kehamilan. Gangguan yang terjadi pada pria 1. Gangguan di daerah sebelum testis (pretesticular) Gangguan biasanya terjadi pada bagian otak, yaitu hipofisis yang bertugas mengeluarkan hormon FSH dan LH.Kedua hormon tersebut mempengaruhi testis dalam menghasilkan hormon testosteron, akibatnya produksi sperma dapat terganggu.Terapi yang bisa dilakukan adalah dengan terapi hormon. 2. Gangguan di daerah testis (testicular) Kerja testis dapat terganggu bila t erkena trauma pukulan, gangguan fisik, atau infeksi.Bisa juga terjadi, selama pubertas testis tidak berkembang dengan baik, sehingga produksi sperma menjadi terganggu. 3. Gangguan di daerah setelah testis (posttesticular) Gangguan terjadi di saluran sperma sehingga sperma tidak dapat disalurkan dengan lancar, biasanya karena salurannya buntu.Penyebabnya bisa jadi bawaan sejak lahir, terkena infeksi penyakit -seperti tuberkulosis (Tb)-, serta vasektomi yang mem ang disengaja. C. Penyakit Penyebab Infertilitas 1. Endometriosis Endometriosis adalah jaringan endometrium yang seme stinya berada di lapisan paling dalam r ahim (lapisan endometrium) terletak dan tumbuh di tempat lain. Endometriosisbisa terletak di lapisan tengah dinding rahim (lapisan myometrium) yang disebut jugaadenomyosis, atau bisa juga terletak di indung telur, saluran telur, atau bahkan dalam rongga perut.Gejala umum penyakit endometriosis adalah nyeri yang sangat pada daerah panggul terutama pada saat haid dan berhubungan intim, serta tentu saja infertilitas. 2. Infeksi Panggul Infeksi panggul adalah suatu kumpulan penyakit pada saluran reproduksi wanita bagian atas, m eliputi radang pada rahim, saluran telur, indung telur, atau dinding dalam panggul. Gejala umum infeksi panggul adalah: nyeri pada daerah pusar ke bawah (pada sisi kanan dan kiri), nyeri pada awal haid, mual, nyeri saat berkemih, demam, dan keputihan dengan cairan yang kental atau berbau. Infeksi panggul memburuk akibat haid, hubungan seksual, aktivitas fisik yang berat, pemeriksaan panggul, dan pemasangan AKDR (alat kontrasepsi dalam rahim, misalnya: spiral). 3. Mioma Uteri Mioma uteri adalah tumor (tumor jinak) atau pembesaran jaringan otot yang ada di rahim.Tergantung dari lokasinya, mioma dapat terletak di lapisan luar, lapisan tengah, atau lapisan dalam rahim.Biasanya mioma uteri yang sering menimbulkan infertilitas adalah mioma uteri yang terletak di lapisan dalam (lapisan endometrium). Mioma uteribiasanya tidak bergejala. Mioma aktif saat wanita dalam usia reproduksi sehingga -saat menopause- mioma uteri akan mengecil atau sembuh. 4. Polip Polip adalah suatu jaringan yang membesar dan menjulur yang biasanya diakibatkan olehmioma uteri yang membesar dan teremas-remas oleh kontraksi rahim.Polip dapat menjulur keluar ke vagina. Polip menyebabkan pertemuan sperma-sel telur dan lingkunganuterus terganggu, sehingga bakal janin akan
susah tumbuh. 5. Saluran Telur yang Tersumbat Saluran telur yang tersumbat menyebabkan sperma tidak bisa bertemu dengan sel t elur sehingga pembuahan tidak terjadi alias tidak terjadi kehamilan.Pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui saluran telur yang tersumbat adalah dengan HSG (Hystero Salpingo Graphy), yaitu semacam pemeriksaan röntgen (sinar X) untuk melihat rahim dan saluran telur. 6. Sel Telur Kelainan pada sel telur dapat mengakibatkan infertilitas yang umumnya merupakan manifestasi dari gangguan proses pelepasan sel telur (ovulasi). Delapan puluh persen penyebab gangguan ovulasi adalah sindrom ovarium polikistik.Gangguan ovulasi biasanya direfleksikan dengan gangguan haid. Haid yang normal memiliki siklus antara 26-35 hari, dengan jumlah darah haid 80 cc dan lama haid antara 3-7 hari. Bila haid pada seorang wanita terjadi di luar itu semua, maka sebaiknya beliau memeriksakan diri ke dokter. D. Pengobatan Infertilitas 1. Pemberian antibiotik Pemberian antibiotik diberikan pada pria yang memiliki gangguan infeksi traktus genitalis yang menyumbat vas deferens atau merusak jaringan testis. 2. Pembedahan Tindakan pembedahan dapat dilakukan pada pasien mioma dan t uba yang tersumbat. Tindakan pembedahan ini akan meninggalkan parut yang dapat meyumbat atau menekuk tuba sehingga akhirnya memerlukan pembedahan untuk mengatasinya. 3. Terapi Terapi dapat dilakukan pada penderita endometriosis. Terapi endometriosis terdiri dari menunggu sampai terjadi kehamila sendiri, pengobatan hormonal,atau pembedahan konservatif. 4. Tindakan pembedahan /operasi Varikokel. Tindakan yang saat ini dianggap paling te pat adalah dengan operasi berupa pengikatan pembuluh darah yang melebar (varikokel) tersebut. Suatu penelitian dengan pembanding menunjukkan keberhasilan tindakan pada 66 % penderita berupa peningkatan jumlah sperma dan kehamilan, dibandingkan dengan hanya 10 % pada kelompok yang tidak dioperasi. 5. Memberikan suplemen vitamin Infertilitas yang tidak diketahui penyebabnya merupakan masalah bermakna karena meliputi 20 % penderita. Penanggulangannya berupa pemberian beberapa macam obat, yang dari pengalaman berhasil menaikkan jumlah dan kualitas sperma. Usaha menemukan penyebab di tingkat kromosom dan keberhasilan manipulasi genetik tampaknya menjadi titik harapan di masa datang. 6. Tindakan operasi pada penyumbatan di saluran sperma Bila sumbatan tidak begitu parah, dengan bantuan mikroskop dapat diusahakan koreksinya. Pada operasi yang sama, dapat juga dipastikan ada atau tidaknya produksi sperma di buah zakar. 7. Menghentikan obat-obatan yang diduga menyebabkan gangguan sperma. 8. Menjalani teknik reproduksi bantuan Dalam hal ini adalah inseminasi intra uterin dan program bayi tabung. Tindakan inseminasi dilakukan apabila ada masalah jumlah sperma yang sangat sedikit atau akibat masalah antobodi di mulut rahim.
Pria dengan jumlah sperma hanya 5-10 juta/cc (dari normal 20 juta) dapat mencoba inseminasi buatan. E. Pencegahan infertilitas Beberapa hal yang dapat dilakukan adalah : a. Mengobati infeksi di organ ada berbagai jenis infeksi diketahui menyebabkan infertilitas seperti infeksi prostat, testis / buah zakar, maupun saluran sperma. b. Menghindari rokok karena rokok mengandung zat-zat yang dapat meracuni pertumbuhan, jumlah dan kualitas sperma. c. Menghindari alkohol dan zat adiktif. Alkohol dalam jumlah banyak dihubungkan dengan rendahnya kadar hormon testosteron yang tentu akan mengganggu pertumbuhan sperma. Ganja /mariyuana juga dikenal sebagai salah satu penyebab gangguan pertumbuhan sperma. d. Hindari obat yang mempengaruhi jumlah sperma, sepreti obat darah tinggi.
BAB III KASUS DAN PEMBAHASAN Kasus 1 Endometriosis Penyebab Utama Kemandulan Dampak fisiologis Akibat jaringan rahim yang menyimpang dapat menyebabkan perdarahan abnormal atau rasa yang sangat sakit dan kram pada waktu datang bulan, dan jumlah darah menstruasi lebih banyak dari biasanya. Bagi seorang yang mengalami infertil, jika infertil te rsebut disebabkan karena kelainan pada jalan lahir maka akan mengalami kesakitan, misal pada saat setelah koitus.
Dampak psikologis Biasanya seorang yang mengalami infertil akan kehilangan gairah seksual, dan cenderung menghindari hubungan seksual dan dapat mengganggu keharmonisan suami istri, kurangnya produktivitas kerja serta aktivitas sehari-hari. Seorang wanita infertil akan merasa tidak sempurna dimata suaminya karena tidak mampu memberikan keturunan dan merasa tidak mendapatkan buah cinta dari mereka. Begitu pula dengan se orang suami yang merasa tidak mampu memberikan buah cinta atas perkawinannya. Oleh sebab itulah, pasangan infertil akan mengalamitekanan psikologis, dan tidak jarang dari mereka banyak yang mengakhiri perkawinannya hanya dengan alasan tidak mampu mem iliki keturunan. Segi Lingkungan Dalam masyarakat, pasangan yang mengalami infertil akan merasa dikucilkan dari masyarakat karena tidak mampu memberikan keturunan. Pasangan yang dikatakan mandul akan cenderung tertutup
terhadap lingkungan sekitar karena mereka merasa tidak sama dengan yang lain. Se lain itu, kebiasaan tetangga untuk menanyakan anak yang dimilikinya juga dapat menyebabkan seorang merasa tidak berguna. Segi Agama Dalam surat Al- Ahzab ayat 4 dicantumkan “Allah tidak menjadikan bagi seseorang dua hati dalam rongganya. Dan Dia tidak menjadikan istri-istrimu yang kamu zihar itu sebagai ibumu, dan Dia tidak menjadikan anak kandungmu (sendiri). Yang demikian itu hanyalah pe rkataan mulutmu saja. Allah mengatakan yang sebenarnya dan Dia menunjukkan jalan (yang benar).” Dalam hal ini jelas diterangkan bahwa Al-Quran memberikan kesempatan kepada seorang yang tidak memiliki seorang anak dapat mengangkat seorang anak dari orang lain. Peran bidan Bidan dapat memberikan konseling dan penyuluhan tentang endometriosis yang dapat mengakibatkan kemandulan, dan apa saja yang menjadi penyebab dan gejalanya. Pendeteksian secara dini akan dapat memperkecil jumlah komplikasi yang mungkin timbul, selain itu penanganan gangguan reproduksi harus dilakukan secara komprehensif guna pencegahan terhadap keganasan. (Depkes RI, 2002: 22-23).
Inul Daratista Jalani Proses Bayi Tabung. (Jakarta, 18 November 2008) Selama menikah dengan Adam Suseno, Inul memang berharap banyak memiliki keturunan. Namun harapan itu selalu sirna dengan kegagalan demi kegagalan yang dialaminya. Berulangkali, Inul dan Adam, sang suami memeriksakan kesehatan mereka. Namun anak tak kunjung didapat. Mandul adalah penyakit yang menjadi hantu dan aib yang menakutkan bagi Inul dan Adam. Namun setelah me lakukan pemeriksaan yang lebih serius, barulah diketahui, jika Inul mengidap tumor jinak di mulut rahimnya. “Solusinya kalau bayi tabung mungkin bisa, karena miom ini sudah buntu. Kalau diangkat aku harus
istirahat satu tahun. Kalau satu tahun aku sudah nggak nyanyi, terus nggak ada anak, jadi pilih bayi tabung saja.....” ujar Inul Daratista.
Tangis Inul berubah menjadi senyum bahagia, begitu mengetahui proses bayi tabungnya mengalami keberhasilan. Meskipun usia kandungannya masih tergolong rawan, namun Inul begitu percaya diri, jika ia dapat melahirkan anak dari rahimnya sendiri. Tadi dilihatin, telur saya tuh banyak. Di rahim sebelah kanan ada delapan yang sudah matang, yang sebelah kiri ada lima setengah matang. Jadi, aku bukan orang yang mandul atau nggak bisa punya anak. Dalam waktu tiga bulan yang rawan ini mudahmudahan aku bisa melewati, mudah-mudahan gol jadi aku nggak harus ngulang dua kali” jelas Inul. Sudah tak terhitung berapa rupiah yang dikeluarkan Inul demi menumbuhkan janin di rahimnya. Namun Inul tak perduli. Sebab, kehadiran anak sebagai penerus keturunan, adalah hal yang tak dapat dihitung dengan harta yang berlimpah. Karena itu, Inul punya banyak rencana, andaikan janin di dalam kandungannya, dapat tumbuh sehat dan dilahirkan dengan se lamat. Pembahasan
Proses bayi tabung yang dilakukan oleh Inul merupakan jalan akhir yang ditempuh untuk mendapatkan seorang anak. Walaupun telah me lakukan pengangkatan tumor jinak pada kandungannya, kehamilan belum juga terjadi sehingga mengambil jalan bayi tabung. Bayi tabung adalah bayi hasil pem buahan yang dilakukan diluar rahim ibunya. Penyakit mioma yang dialami oleh Inul adalah salah satu penyakit yang menyebabkan infertil. Dampak Psikologis - Seorang yang hamil dengan cara bayi tabung akan merasa berbeda dengan orang yang hamil normal, sehingga terjadi tekanan psikologis baik pada ibu maupun pada anaknya. Dampak Fisik Seorang anak yang dihasilkan dari hasil bayi tabung tentu tidak memiliki kondisi kesehatan yang sama seperti hasil pembuahan yang normal karena berasal dari buatan manusia ydan tidak dapat melebihi penciptaan yang berjalan dengan normal. Aspek Agama " Setiap Penyakit itu pasti ada obatnya, jika tepat obatnya maka Penyakit akan Sembuh dengan izin Allah 'Azza wa Jalla ". ( HR. Muslim ). Hanya dengan izin Allah, segala penyakit bisa disembuhkan hanya saja membutuhkan waktu, kesabaran, ikhtiar dan tawakal dari setiap individu. Namun ndalam segi islam, proses bayi tabung masih menjadi kontrofersi. Satu sisi mengatakan bahwa bayi tabung adalah solusi dari inferttil namun satu sisi mengatakan bahwa bayi tabung adalah proses yang tidak wajar dan menyalahi kondrat karena menyalahi kekuasaan Allah sebagai Maha Pencipta. Aspek Lingkungan Seorang anak yang dihasilkan dari hasil bayi tabung akan dikucilkan dari masyarakat karena dianggap berbeda dari anak lainnya.. Oleh karena itu sebaiknya masyarakat memandang sama antara anak yang dilahirkan secara normal dan hasil bayi tabung agar anak juga merasa sama dengan yang lainnya. Peran Bidan Bidan sebaiknya memberikan konseling kepada para pasangan yang mengalami infertil yang melakukan bayi tabung bahwa bayi hasil bayi tabung berbeda dengan orang lain. Oleh karena itu peran or ang tua sangat berperan penting dalam membangun sikap positif pada anak agar anak tidak merasa dibedakan dari orang lain yang lahir secara nrmal.
Pengertian Plasenta
Plasenta berperan penting dalam pertumbuhan, perkembangan, dan kelangsungan hidup bayi. Plasenta atau biasa kita sebut ari-ari, baru terbentuk pada minggu keempat kehamilan. Ia lalu tumbuh dan berkembang bersama janin dan akan lepas saat bayi dilahirkan. Jadi, plasenta merupakan bagian dari konsepsi atau bagian dari sel telur yang dibuahi sperma. Sel telur yang dibuahi sperma itu kelak akan berkembang menjadi janin, air ketuban, selaput ketuban, dan plasenta. Plasenta berbatasan dan berhubungan dengan selaput ketuban. Di dalam selaput terdapat kantong amnion (ketuban), di mana di dalamnya terdapat bayi berada. Plasenta dikenal juga dengan istilah uri/tembuni. Plasenta merupakan organ sementara yang menghubungkan ibu dengan janin. Plasenta merupakan alat pertukaran zat antara ibu dan janin.
Bentuk dan ukuran plasenta •
Plasenta berbentuk bundar atau hampir bundar dengan diameter 15-20 cm dan tebal ± 2,5 cm.
•
Berat plasenta rata-rata 500 gram.
•
•
•
•
Plasenta yang terlalu besar (plasentamegali) dapat ditemukan bila wanita terinfeksi sifilis atau bila bayi mengalami eritoblatosis (Rh-sensitisasi dari bayi). Plasenta yang kecil ditemukan dalam kehamilan yang normal tetapi juga ditemukan pada retardasi pertumbuhan dalam rahim. mumnya plasenta terbentuk lengkap pada kehamilan ± 16 minggu dengan ruang amnion telah mengisi seluruh kavum uteri. Meskipun ruang amnion membesar sehingga amnion tertekan ke arah korion, namun amnion hanya menempel saja, tidak sampai melekat pada korion. Pertumbuhan plasenta makin lama makin besar dan luas, umumnya mencapai pembentukan lengkap pada usia kehamilan sekitar 16 minggu. Plasenta ―dewasa‖ / lengkap yang normal : 1.
bentuk bundar / oval
2.
diameter 15-25 cm, tebal 3-5 cm.
3.
berat rata-rata 500-600 g
4.
insersi tali pusat (tempat berhubungan dengan plasenta) dapat di tengah / sentralis, di
samping / lateralis, atau di ujung tepi / marginalis.
5.
di sisi ibu, tampak daerah2 yang agak menonjol (kotiledon) yang diliputi selaput tipis
desidua basalis. 6.
di sisi janin, tampak sejumlah arteri dan vena besar (pembuluh korion) menuju tali pusat.
Korion diliputi oleh amnion. 7.
sirkulasi darah ibu di plasenta sekitar 300 cc/menit (20 minggu) meningkat sampai 600-700
cc/menit (aterm). Tipe plasenta
1. • • • • • • •
Menurut bentuknya : Plasenta normal Plasenta membranasea (tipis) Plasenta suksenturiata (satu lobus terpisah) Plasenta spuria Plasenta bilobus (2 lobus) Plasenta trilobus (3 lobus)
2. 3. 4. 5. 6.
Menurut pelekatan dengan dinding rahim : Plasenta adhesiva (melekat) Plasenta akreta (lebih melekat) Plasenta inkreta (sampai ke otot polos) Plasenta perkreta (sampai ke serosa)
Letak plasenta dalam rahim •
•
•
Letak plasenta umumnya di depan atau di belakang dinding uterus, agak ke atas ke arah fundus uteri. Hal ini adalah fisiologis karena permukaan bagian atas korpus uteri lebih luas, sehingga lebih banyak tempat untuk berimplantasi. Plasenta sebenarnya berasal dari sebagian besar dari bagian janin, yaitu villi koriales yang berasal dari korion, dan sebagian kecil dari bagian ibu yang berasal dari desidua basalis.
Bagian – bagian plasenta
1. Bagian janin ( fetal portion) Terdiri dari korion frondosum dan villi Villi dari uri yang matang terdiri atas: a. Villi korialis b. Ruang-ruang interviller:
Darah ibu yang berada di ruang interviller berasal dari arteri spiralis yang berada di desidua basalis. Pada sistole, darah dipompa dengan kekuatan 70-80 mmHg ke dalam ruang interviller, sampai pada lempeng korionik (chorionic plate) pangkal dari kotiledon-kotiledon. Darah tersebut membasahi semua villi koriales dan kembali perlahan-lahan ke pembuluh balik (vena-vena) di desidua dengan tekanan 8 mmHg. a. Pada bagian permukaan janin, uri diliputi oleh amnion yang kelihatan licin. Di bawah lapisan amnion ini berjalan cabang-cabang pembuluh darah tali pusat. Tali pusat akan berinsersi pada uri bagian permukaan janin.
2. Bagian maternal (maternal portion) Terdiri atas desidua kompakta yang terbentuk dari beberapa lobus dan kotiledon (15-20 buah). Desidua basalis pada uri matang disebut lempeng korionik (basal), di mana sirkulasi utero-plasenter berjalan ke ruang-ruang intervilli melalui tali pusat. Jadi, sebenarnya peredaran darah ibu dan janin adalah terpisah. Pertukaran terjadi melalui sinsitial membran yang berlangsung secara osmosis dan alterasi fisiko-kimia.
Tali pusat
Mesoderm connecting stalk yang juga memiliki kemampuan angiogenik, kemudian akan berkembang menjadi pembuluh darah dan connecting stalk tersebut akan menjadi tali pusat. Pada tahap awal perkembangan, rongga perut masih terlalu kecil untuk usus yang berkembang, sehingga sebagian usus terdesak ke dalam rongga selom ekstraembrional pada tali pusat. Pada sekitar akhir bulan ketiga, penonjolan lengkung usus (intestional loop) ini masuk kembali ke dalam rongga abdomen janin yang telah membesar. Kandung kuning telur (yolk-sac) dan tangkai kandung kuning telur (ductus vitellinus) yang terletak dalam rongga korion, yang juga tercakup dalam connecting stalk, juga tertutup bersamaan dengan proses semakin bersatunya amnion dengan korion. Setelah struktur lengkung usus, kandung kuning telur dan duktus vitellinus menghilang, tali pusat akhirnya hanya mengandung pembuluh darah umbilikal (2 arteri umbilikalis dan 1 vena
umbilikalis)
yang
menghubungkan
sirkulasi
janin
dengan
plasenta.
Pembuluh darah umbilikal ini diliputi oleh mukopo lisakarida yang disebut Wharton‘s jelly. Fisiologi Plasenta Pembentukan dan Fisiologi Plasenta
Villi terdapat diseluruh permukaan blastosis. Dengan semakin membesarnya blastosis, desidua superfisial (desidua kapsularis ) akan tertekan dan keh amilan semakin mengembang kearah dalam cavum uteri.
Perkembangan desidua kapsularis secara bertahap memangkas sirkulasi yang melaluinya. Hal ini akan menyebabkan atrofi dan hilangnya viili yang bersangkutan. Permukaan blastosis menjadi halus dan bagian korion ini disebut Chorion Laeve. Pada sisi yang berlawanan, villi mengalami pertumbuhan dan pembesaran dan disebut sebagai Chorion Frondusum. Dengan semakin luasnya ekspansi blastosis, desidua kapsularis menempel dengan desidua vera dan cavum uteri menjadi obliterasi Trofoblas primitif chorion frondusum melakukan invasi desidua. Pada proses ini, kelenjar dan stroma akan rusak dan pembuluh darah maternal yang kecil akan mengalami dilatasi membentuk sinusoid. Trofoblas mengembangkan lapisan seluler yang disebut sitotrofoblas dan lapisan sinsitium yang disebut sinsitiotrofoblas. Struktur yang disebut villi chorialis ini terendam dalam darah ibu. Dengan kehamilan yang semakin lanjut, struktur viili chorialis menjadi semakin komplek dan viili membelah dengan cepat untuk membentuk percabangan-percabangan dimana cabang vasa umbilkalis membentuk percabangan yang berhubungan erat dengan permukaan epitel trofoblas. Sebagian besar cabang villi chorialis yang disebut seba gai villi terminalis mengapung dengan bebas dalam darah ibu sehingga memungkinkan terjadinya tarnsfer nutrien dan produk sisa metabolisme. Sejumlah villi melekat pada jaringan maternal dan disebut sebagai "anchoring villi". .
Struktur dan hubungan villi terminalis dapat dipelajari dengan melihat gambar penampangnya. Dengan semakin lanjutnya kehamilan, hubun gan antara vaskularisasi trofoblas dan maternal menjadi semakin erat. Trofoblas mengalami migrasi kedalam arteri spiralis maternal yang berasal dari ruang intervillous Perubahan fisiologi yang berakibat dilatasi arteri maternal 1/3 bagian d alam miometrium. Perubahan ini berakibat konversi pasokan darah uteroplasenta kedalam vaskularisasi yang bersifat “low resistance – high flow vascular bed” yang diperlukan untuk tumbuh kembang janin intra uterin. Kegagalan invasi trofoblas akan menyebabkan penyakit hipertensi dalam kehamilan – HDK atau pertumbuhan janin terhambat – PJT.
Dengan semakin lanjutnya kehamilan maka transfer nutrien – sisa metabolisme – hormon dan CO serta O2 plasenta akan semakin meningkat dimana struktur pemisah antara sirkulasi ibu dan anak menjadi semakin tipis. Tidak ada hubungan langsung antara kedua jenis sirkulasi dan “placental barrier” pada akhir kehamilan terletak di microvilli sinsitiotrofoblas yang memperluas permukaan transfer nutrien dan lain lain. Selanjutnya, sinsitiotrofoblas dan mesoderm janin akan semakin tipis dan vas dalam villus mengalami dilatasi. Plasenta yang sudah terbentuk sempurna berbentuk cakram yang berwarna merah dengan tebal 2 -3 cm pada daerah insersi talipusat. Berat saat aterm ± 500 gram Talipusat berisi dua arteri dan satu vena dan diantaranya terdapat ‗Wharton Jelly‘ yang bertindak sebagai pelindung arteri dan vena sehingga talipusat tidak mudah tertekan atau terlipat, umumnya berinsersi di bagian parasentral plasenta.
Perkembangan Plasenta Selama aposisi dan invasi epitel endometrium, sel trophoblas berproliferasi menghasilkan 2 lapis trophoblas. Lapisan dalam disebut sititrophoblas, merupakan sel mononuk lear dengan batas sel yang tegas, disebut juga dengan sel Langhan. Lapisan luar disebut sinsitiotrophoblas, berupa sel multinuklear dengan batas sel yang tidak tegas, berasal dari lapisan sitotrophoblas. Lapisan sinsititophoblas berproliferasi dengan cepat, membentuk massa yang solid dana menebal. Periode perkembangan ini disebut prelacunar stage Wiskocki dan Streeter. Pada hari ke 10-13 pasca ovulasi vakuola kecul muncul dalam lapisan sinsitiotrophoblas, dan merupakan awallacunar stage. Vakuola tumbuh dengan cepat dan bergabung membentuk satu lakuna, yang merupakan prekursor pembentukan ruang intervillosa. Lakuna dipisahkan oleh pita trabekula, dimana dari trabekula inilah nantinya villi berkembang. Pembentukan lakuna membagi triphoblas kedalam 3 lapisan yaitu primary chorionic plate (sebelah dalam), sistim lakuna bersama trabekula dan trophoblastic shell (sebelah luar). Aktifitas invasif lapisan sinsitiotrophoblas menyebabkan disintegrasi pembuluh darah endometrium (kapiler, arteriole dan arteria spiralis). Kalau invasi terus berlanjut maka pembuluh darah – pembuluh darah ini dilubangi, sehingga lakuna segera dipenuhi oleh darah ibu. Pada perkembangan selanjutnya lakuna yang baru terbentuk bergabung dengan lakuna yang telah ada dan dengan demikian terjadi sirkulasi intervillosa primitif. Peristiwa ini menandai terbentuknya ―hemochorial‖ placenta, dimana darah ibu secara langsung meliputi trophoblas.
Peningkatan proliferasi sinsitiotrophoblas diikuti dengan fusi sinsitium, akibatnya trabekula yang tumbuh dan cabang-cabang sinsitium menonjol ke dalam lakuna membentukvilli primer. Selain terjadi peningkatan dalam hal panjang dan diameter, primary villi juga diinvasi oleh sitotrophoblas. Kedua proses ini menandai mulainya villous stage d ari perkembangan plasenta. Dengan proliferasi lebih lanjut terbentuk percabangan primary villi, yang merupakan awal pembentukan villous tree primitif; dan pada saat yang bersamaan sistim lakuna berubah menjadi ruang intervillus. Sementara itu perkembangan jaringan mesenkim ektraembrional meluas sampai kedalam villi sehingga terbentuk villi sekunder. Setelah angiogenesis terjadi dari inti mesenkim in situ, villi yang terjadi dinamakan villi tertier. Bila pembuluh darah pad a villi ini telah berhubungan dengan pembuluh darah embrio, maka akan terciptalah sirkulasi fetoplasenta yang komplit. Pada minggu-minggu selanjutnya terjadi maturasi dan pertumbuhan lebih lanjut cabang-cabang villi dengan penanaman mesenkim pada cabang-cabang baru yang diikuti oleh angiogenesis. Pada perkembangan plasenta yang telah sempurna terdapat 2 sistim sirkulasi darah yaitu sirkulasi uteroplasental (sirkulasi maternal) dan sirkulasi fetoplasental. Kedua sirkulasi ini dipisahkan oleh membrana plasenta (placental berrier) yang t erdiri dari lapisan sinsitiotrophoblas, sitotrophoblas, membrana basalis, stroma villi dan endotel kapiler. Sirkulasi utero plasental yaitu sirkulasi darah ibu di ruang intervilus. Diperkirakan aliran darah ini sebesar 500-600 ml permenit pada plasenta yang matur. Sirkulasi fetoplasental adalah sirkulasi darah janin dalam villi-villi. Diperkirakan aliran darah ini sekitar 400 ml per menit. Aliran darah ibu dan janin ini bersisian, tapi dalam arab yang berlawanan. Aliran darah yang berlawanan ini ( counter current flow) ini memudahkan pertukaran material antara ibu dan janin. Setelah mencapai batas usia tertentu, plasenta mengalami penuaan, ditandai dengan terjadinya proses degeneratif pada plasenta. Proses ini meliputi komponen ibu maupun janin. Perubahan pada villi meliputi : 1),. Pengurangan ketebalan sinsitium dan munculnya simpul sinsitium (agregasi sinsitium pada daerah kecil pada sisi villi, 2). Hilangnya sebagian sel -sel Langhan‘s, 3). Berkurangnya jaringan stroma termasuk sel Hofbau er, 4) obliterasi beberapa pembuluh darah dan dilatasi kapiler, 5). Penebalan membrana basalis endotel janin dan sitotrophoblas, dan 6) deposit fibrin pada permukaan villi. Perubahan pada desidua berupa deposit fibrinoid yang disebut lapisan Nitabuch pada bagian luar sinsitiotrophoblas, sehingga menghalangi invasi desidua selanjutnya oleh tropho blas. Pada ruang intervillus juga terjadi degenerasi fibrinoid dan membentuk suatu massa yan g melibatkan sejumlah villi disebut dengan white infarct, berukuran dari beberapa milimeter sampai satu sentimeter atau lebih. Klasifikasi atau bahkan pembentukan kista dapat terjadi daerah ini. Dapat juga terjadi deposit fibrin yang tidak menetap yang disebut Rohr‘s stria pada dasar ruang intervillus dan disekitar villi.
Peran Plasenta Dalam Kehamilan
Pada saat perlekatan awal kehamilan di dalam rahim, plasenta tumbuh dan mengirimkan pembuluh darah ke dalam rahim. Pembuluh darah tersebut memindahkan makanan dan oksigen dari tubuh ibu hamil untuk digunakan oleh si bayi. Produk sampah dari bayi akan masuk kembali ke dalam aliran darah melalui pembuluh tersebut untuk dibuang oleh tubuh ibu hamil. Plasenta diduga berperan sebagai sawar (penghalang) dari semua zat-zat di luar tubuh. Namun pada beberapa keadaan, plasenta tidak dapat menjaga bayi dari pemajanan terhadap zat zat yang digunakan oleh ibu hamil. Alkohol, obat-obatan, substansi lainnya (seperti nikotin), serta berbagai vitamin dan mineral dapat menembus plasenta masuk ke dalam tubuh bayi. Itulah yang menyebabkan ibu hamil diperingatkan untuk menghindari berbagai pemajanan zat-zat asing selama kehamilan. Plasenta bukan sekedar organ untuk transport makanan yang sederhana, tetapi juga mampu menseleksi zat-zat makanan yang masuk dan proses lainnya ke janin. Suplai zat-zat makanan ke janin yang sedang tumbuh tergantung pada jumlah darah ibu yang mengalir melalui plasenta dan zat-zat makanan yang diangkutnya. Efisiensi plasenta dalam mengkonsentrasikan, mensintesis, dan transport zat-zat makanan akan menentukan suplai makanan ke janin. Janin yang mengalami malnutrisi pada umumnya disebabkan oleh gangguan suplai makanan dari ibu, misalnya pada kelainan pembuluh darah plasenta yang berakibat berkurangnya transport zat-zat makanan melalui plasenta. Plasenta sangat penting artinya bagi kehamilan da n tetap akan penting sampai kelahiran si bayi. Pada waktunya, ketika rahim mengecil setelah bayi lahir, plasenta akan terlepas dari rahim dan Fungsi Plasenta Fungsi plasenta adalah menjamin kehidupan dan pertumbuhan janin yang baik. 1) Nutrisi : memberikan bahan makanan pada janin 2) Ekskresi : mengalirkan keluar sisa metabolisme janin 3) Respirasi : memberikan O2 dan mengeluarkan CO2 janin 4) Endokrin : menghasilkan hormon-hormon (hCG, HPL, estrogen, progesteron, dsbg) 5) Imunologi : menyalurkan berbagai komponen antibodi kejanin 6) Farmakologi : menyalurkan obat-obatan yang mungkin diperlukan janin, yang diberikan melalui ibu. 7) Proteksi : barrier terhadap infeksi bakteri dan virus, zat-zat toksik (tetapi akhir2 ini diragukan, karena pada kenyataanya janin sangat mudah terpapar infeksi / intoksikasi yang dialami ibunya).
Fungsi utama plasenta adalah transfer nutrien dan zat sisa antara ibu dan janin (meliputi
fungsi respirasi, ekskresi dan nutritif), menghasilkan hormon dan enzim yang dibutuhkan untuk memelihara kehamilan, sebagai barier dan imunologis. Fungsi transfer tergantung kepada sifat fisik zat yang mengalami transfer dalam dar ah ibu maupun janin, integritas fungsi membrana plasenta (exchange membrane) dan kecepatan aliran darah pada kedua sisi exchang membrane (ibu dan janin).
Mekanisme transfer zat melalui plasenta meliputi : diffusi sederhana, facilitated diffusion (akselerasi), transfer aktif (melawan concentration gradient), pinositosis dan leakage (merusak membrana plasenta). Zat dengan berat molekul rendah dan yang mudah larut dalam lemak mudah ditransfer melalui plasenta. Pada fungsi respirasi, intake oksigen dan output karbon dioksida terjadi secara diffusi sederhana. Demikian juga pembuangan zat sisa oleh janin ke darah ibu seperti urea, asam urat dan kreatinin terjadi secara diffusi sederhana. Enzim yang dihasilkan plasenta diantaranya adalah : 1) diamin oksidase yang berfungsi menginaktifkan pressor amine, 2). Oksitosinase yang berfungsi menetralisir oksitosin dan, 3). Pospolipase A2 yang mensintesa asam arakjidonat. Dari segi fungsi hormonal , plasenta menghasilkan hormon korionik gonadotropin, korionik somatomammotropin (placental lactogen), korionik tirotropin, estrogen dan progesteron. Fetal membrane pada plasenta dianggap sebagai protective barrier bagi janin terhadap zat-zat berbahaya yang beredar dalam darah ibu. Substansi dengan berat molekul lebih dari 500 dalton dicegah memasuki darah janin. Sebaliknya antibodi dan antigen dapat melewati plasenta dari kedua arah. Infeksi dalam kehamilan karena virus (rubella, chicken pox, measke, mump, poliomielitis), bakteri (treponema pallidum, tbc) atau protozoa (toksoplasma, malaria) dapat melewati plasenta dan mengenai janin. Demikian juga dengan obat-obatan, dimana sebagian besar obat-obatan yang dipakai dalam kehamilan dapat melewati barrier plasenta dan mungkin mempunyai efek yang tidak baik terhadap janin. Agar janin tidak ditolak kehadirannya oleh tubuh, maka plasenta berfungsi sebagai barrier (pemisah) . Zat-zat kekebalan atau zat penolakan (karena ada bayi/benda asing) dari
ibunya tidak dibentuk oleh tubuh. Lain halnya dengan mereka yang menjalani transplantasi kornea mata atau ginjal yang seumur hidup harus minum obat anti-inflamasi (anti-penolakan). Di samping itu, plasenta juga menyediakan hormon-hormon yang diperlukan janin untuk tumbuh kembang dan mendeferensiasi sesuai dengan seks (bayi lelaki atau perempuan). Kecuali itu, plasenta memberikan nutrisi atau makanan dan oksigen pada janin, sekaligus berfungsi sebagai alat pernafasan bagi janin. Plasenta juga berfungsi eksresi (membuang) sampah dari metabolisme janin ke peredaran darah ibu untuk selanjutnya dibuang ke luar tubuh. Sampah yang terkandung dalam darah janin kebanyakan berupa karbondioksida (CO2).
Transportasi bahan melalui plasenta berlangsung melalui - Transportasi pasif :
Difusi sederhana [simple diffusion] Difusi dengan fasilitas [facilitated diffusion]
- Transportasi aktif :
Reaksi enzymatic Pinocytosis
Mekanisme diatas memerlukan energi dan kecepatan metabolisme plasenta sebanding dengan yang terjadi pada hepar atau ginjal.
Kesimpulan
Dari penjelasan diatas maka kita dapat mengetahui bahwa plasenta berperan penting dalam pertumbuhan, perkembangan, dan kelangsungan hidup bayi. Plasenta atau biasa kita sebut ari-ari, baru terbentuk pada minggu keempat kehamilan. Ia lalu tumbuh dan berkembang bersama janin dan akan lepas saat bayi dilahirkan. Jadi, plasenta merupakan bagian dari konsepsi atau bagian dari sel telur yang dibuahi sperma. Plasenta diduga berperan sebagai sawar (penghalang) dari semua zat-zat di luar tubuh. Namun pada beberapa keadaan, plasenta tidak dapat menjaga bayi dari pemajanan terhadap zat zat yang digunakan oleh ibu hamil. Alkohol, obat-obatan, substansi lainnya (seperti nikotin), serta berbagai vitamin dan mineral dapat menembus plasenta masuk ke dalam tubuh bayi. Itulah yang menyebabkan ibu hamil diperingatkan untuk menghindari berbagai pemajanan zat-zat asing selama kehamilan. Plasenta bukan sekedar organ untuk transport makanan yang sederhana, tetapi juga mampu menseleksi zat-zat makanan yang masuk dan proses lainnya ke janin. Suplai zat-zat makanan ke janin yang sedang tumbuh tergantung pada jumlah darah ibu yang mengalir melalui plasenta dan zat-zat makanan yang diangkutnya. Efisiensi plasenta dalam mengkonsentrasikan, mensintesis, dan transport zat-zat makanan akan menentukan suplai makanan ke janin. Janin yang mengalami malnutrisi pada umumnya disebabkan oleh gangguan suplai makanan dari ibu, misalnya pada kelainan pembuluh darah plasenta yang berakibat berkurangnya transport zat-zat makanan melalui plasenta. Plasenta sangat penting artinya bagi kehamilan dan tetap akan penting sampai kelahiran si bayi. Pada waktunya, ketika rahim mengecil setelah bayi lahir, plasenta akan terlepas dari rahim dan
DAFTAR PUSAKA a b c
(en)Reynolds, L.P. (1995). "Utero-placental Vascular Development and Placental 1. ^ Function" (pdf). Journal of Animal Science 73: 1839. http://jas.fass.org/cgi/reprint/73/6/1839. a b c
2. ^ (id)Sadler, T.W (1997). Embriologi Kedokteran Langman. Jakarta: EGC. hlm. 101-102. ISBN 979-448-341-9. 3.
A.
a b
^ (en)Reynold, Lawrence P. (April 2001). "Angiogenesis in the Placenta" (pdf). Biology of Reproduction 64 (4): 1033. doi:10.1095/biolreprod64.4.1033. http://www.biolreprod.org/content/64/4/1033.full.pdf+html
PENGERTIAN
INFERTILITAS
Infertilitas atau ketidaksuburan adalah suatu kondisi di mana pasangan suami istri belum mampu memiliki anak walaupun telah melakukan hubungan seksual sebanyak 2-3 kali seminggu dalam kurun waktu 1 tahun dengan tanpa menggunakanalat kontrasepsi dalam
bentuk
apapun.Secara medis infertilitas di bagi atas 2 yaitu : 1.
Infertilitas primer berarti pasangan suami istri belum mampu dan belum pernah memiliki anak setelah 1 tahun berhubungan seksual sebanyak 2-3 kali per minggu tanpa menggunakan alat kontrasepsi dalam bentuk apapun.
2.
Infertilitas sekunder berarti pasangan suami istri telah atau pernah memiliki anak sebelumnya, tetapi saat ini belum mampu memiliki anak lagi setelah 1 tahun berhubungan seksual sebanyak 2-3 kali per minggu tanpa menggunakan alat kontrasepsi dalamn bentuk apapun.
Sebanyak 60%-70% pasangan yang telah menikah akan memiliki anak pada tahun pertama pernikahan mereka. Sebanyak 20% akan memiliki anak pada tahun ke-2 dari usia pernikahan. Sebanyak 10-20% sisanya akan memiliki anak pada tahun ke-3 atau lebih atau tidak akan pernah memiliki anak (Djuwantono,2008). Walaupun pasangan suami-istri dianggap infertile, bukan tidak mungkin kondisi infertile sesungguhnya hanya dialami oleh sang suami atau sang istri. Hal tersebut dapat dipahami karena proses pembuahan yang berujung pada kehamilan dan lahirnya seorang manusia baru merupakan kerjasama antara suami dan istri. Kerjasama tersebut mengandung arti bahwa dua factor yang harus dipenuhi adalah: (1) suami memiliki sistem dan fungsi reproduksi yang sehat sehingga mampu menghasilkan dan menyalurkan sel kelami pria (spermatozoa) ke dalam organ reproduksi istri dan (2) istri memiliki sistem dan fungsi reproduksi yang sehat sehingga mampu menghasilkan sel kelamin wanita (sel telur atau ovum) yang dapat dibuahi oleh spermatozoa dan memiliki rahim yang dapat menjadi tempat perkembangan janin, embrio, hingga bayi berusia cukup bulan dan dilahirkan. Apabila salah satu dari dua factor yang telah disebutkan tersebut tidak dimiliki oleh pasangan suami-istri, pasangan tersebut tidak akan mampu memiliki anak. Berdasarkan hal yang telah disebutkan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa pasangan suamiistri dianggap infertile apabila memenuhi syarat-syarat berikut (Djuwantono,2008) 1. Pasangan tersebut berkeinginan untuk memiliki anak 2. Selama 1 tahun atau lebih berhubungan seks, istri belum mendapatkan kehamilan.
3. Frekuensi hubungan seks minimal 2-3 kali dalam setiap minggun ya 4. Istri maupun suami tidak pernah menggunakan alat atau metode kontrasepsi, baik kondom, obatobatan, dan alat lain yang berfungsi untuk mencegah kehamilan.
Hal-hal yang paling penting dalam berhasil atau tidaknya pengobatan infertilitas antara lain (Permadi,2008) 1. Ketepatan diagnosis penyebab infertilitas 2. Kondisi penyakit yang menjadi penyebab infertilitas 3. Usia pasien 4. Ketepatan metode pengobatan 5. Kepatuhan pasien dalam berobat
B. FAKTOR PENYEBAB INFERTILITAS
Faktor-faktor yang mempengaruhi infertilitas, antara lain: 1. Umur
Kemampuan reproduksi wanita menurun drastis setelah umur 35 tahun. Hal ini dikarenakan cadangan sel telur yang makin sedikit. Fase reproduksi wanita adalah masa sistem reproduksi wanita berjalan optimal sehingga wanita berkemampuan untuk hamil. Fase ini dimulai setelah fase pubertas sampai sebelum fase menopause.
Fase pubertas wanita adalah fase di saat wanita mulai dapat bereproduksi, yang ditandai dengan haid untuk pertama kalinya (disebut menarche) dan munculnya tanda-tanda kelamin sekunder, yaitu membesarnya payudara, tumbuhnya rambut di sekitar alat kelamin, dan timbunan lemak di
pinggul. Fase pubertas wanita terjadi pada umur 11-13 tahun. Adapun fase menopause adalah fase di saat haid berhenti. Fase menopause terjadi pada umur 45-55 tahun. Pada fase reproduksi, wanita memiliki 400 sel telur. Semenjak wanita mengalami menarche sampai menopause, wanita mengalami menstruasi secara periodik yaitu pelepasan satu sel telur. Jadi, wanita dapat mengalami menstruasi sampai sekitar 400 kali. Pada umur 35 tahun simpanan sel telur menipis dan mulai terjadi perubahan keseimbangan hormon sehingga kesempatan wanita untuk bisa hamil menurun drastis. Kualitas sel telur yang dihasilkan pun menurun sehingga tingkat keguguran meningkat. Sampai pada akhirnya kira-kira umur 45 tahun sel telur habis sehingga wanita tidak menstruasi lagi alias tidak dapat hamil lagi. Pemeriksaan cadangan sel telur dapat dilakukan dengan pemeriksaan darah atau USG saat menstruasi hari ke2 atau ke-3. 2. Lama infertilitas
Berdasarkan laporan klinik fertilitas di Surabaya, lebih dari 50% pasangan dengan masalah infertilitas datang terlambat. Terlambat dalam artian umur makin tua, penyakit pada organ reproduksi yang makin parah, dan makin terbatasnya jenis pengobatan yang sesuai dengan pasangan tersebut. 3. Stress
Stres memicu pengeluaran hormon kortisol yang mempengaruhi pengaturan hormon reproduksi. 4. Lingkungan
Paparan terhadap racun seperti lem, bahan pelarut organik yang mudah menguap, silikon, pestisida, obat-obatan (misalnya: obat pelangsing), dan obat rekreasional (rokok, kafein, dan alkohol) dapat mempengaruhi sistem reproduksi. Kafein terkandung dalam kopi dan teh. 5. Hubungan Seksual
Penyebab infertilitas ditinjau dari segi hubungan seksual meliputi: frekuensi, posisi, dan melakukannya tidak pada masa subur. 6. Frekuensi
Hubungan intim (disebut koitus) atau onani (disebut masturbasi) yang dilakukan setiap hari akan mengurangi jumlah dan kepadatan sperma. Frekuensi yang dianjurkan adalah 2-3 kali seminggu sehingga memberi waktu testis memproduksi sperma dalam jumlah cukup dan matang. 7. Posisi
Infertilitas dipengaruhi oleh hubungan seksual yang berkualitas, yaitu dilakukan dengan frekuensi 2-3 kali seminggu, terjadi penetrasi dan tanpa kontrasepsi. Penetrasi adalah masuknya penis ke vagina sehingga sperma dapat dikeluarkan, yang nantinya akan bertemu sel telur yang ―menunggu‖ di saluran telur wanita. Penetrasi terjadi bila penis tegang (ereksi). Oleh karena itu gangguan ereksi (disebut impotensi) dapat menyebabkan infertilitas. Penetrasi yang optimal dilakukan dengan cara posisi pria di atas, wanita di bawah. Sebagai tambahan, di bawah pantat wanita diberi bantal agar sperma dapat tertampung. Dianjurkan, setelah wanita menerima sperma, wanita berbaring selama 10 menit sampai 1 jam bertujuan memberi waktu pada sperma bergerak menuju saluran telur untuk bertemu sel telur. 8. Masa Subur
Marak di tengah masyarakat bahwa supaya bisa hamil, saat berhubungan seksual wanita harus orgasme. Pernyataan itu keliru, karena kehamilan terjadi bila sel telur dan sperma bertemu. Hal yang juga perlu diingat adalah bahwa sel telur tidak dilepaskan karena orgasme. Satu sel telur dilepaskan oleh indung telur dalam setiap menstruasi, yaitu 14 hari sebelum menstruasi berikutnya. Peristiwa itu disebut ovulasi. Sel telur kemudian menunggu sperma di saluran telur (tuba falopi) selama kurang-lebih 48 jam. Masa tersebut disebut masa subur.
9. Kondisi Reproduksi Wanita
Kelainan
terbanyak
pada
organ
reproduksi
wanita
penyebab
infertilitas
adalah
endometriosis dan infeksi panggul, sedangkan kelainan lainnya yang lebih jarang kejadiannya adalah mioma uteri, polip, kista, dan saluran telur tersumbat (bisa satu atau dua yang tersumbat.) gangguan pada wanita Masalah vagina
Masalah vagina yang dapat menghambat penyampaian adalah adanya
sumbatan atau
peradangan. Sumbatan psikogen disebut vaginismus atau disparenia, sedangkan sumbatan anatomik dapat karena bawaan atau perolehan. Masalah serviks
Masalah serviks yang berpotensi mengakibatkan vertilitas adalah terdapat berbagai kelainan anatomi serviks yang berperan seperti terjadi cacat bawaan (atresia), polip serviks, stenosis akibat trauma, peradangan dan sineksia. Masalah uterus
Masalah penyebab infertilitas yang dapat terjadi di uterus adalah distorsia kavum uteri karena sineksia, mioma atau polip, peradangan endometrium, dan gangguan kontraksiuterus 10.
Kondisi
Reproduksi
pria
Sperma berasal dari kata spermatozoa, yaitu sel kelamin jantan yang memiliki bulu cambuk. Bentuk sperma mirip kecebong.Sperma dihasilkan oleh testis. Cairan nutrisi sperma berupa cairan putih, kental, dan berbau khas yang disebut semen. Proses pengeluaran semen dan sperma disebut ejakulasi, sehingga cairannya disebut juga dengan cairan ejakulat.Sperma membawa sifat dari bapak, yang nantinya akan bertemu dengan sel telur yang membawa sifat dari ibu. Oleh
karena itu, kualitas sperma dan sel telur yang baik menjadi factor penting dalam kehamilan.Gangguan yang terjadi pada pria. Gangguan di daerah sebelum testis (pretesticular)
Gangguan biasanya terjadi pada bagian otak, yaitu hipofisis yang bertugas mengeluarkan hormon FSH dan LH.Kedua hormon tersebut mempengaruhi testis dalam menghasilkan hormon testosteron, akibatnya produksi sperma dapat terganggu.Terapi yang bisa dilakukan adalah dengan terapi hormon. Gangguan didaerah testis (testicular)
Kerja testis dapat terganggu bila terkena trauma pukulan, gangguan fisik, atau infeksi.Bisa juga terjadi, selama pubertas testis tidak berkemban dengan baik, sehingga produksi sperma menjadi terganggu. Gangguan di daerah setelah testis (posttesticular)
Gangguan terjadi di saluran sperma sehingga sperma tidak dapat disalurkan dengan lancar, biasanya karena salurannya buntu.Penyebabnya bisa jadi bawaan sejak lahir, terkena infeksi penyakit -seperti tuberkulosis (Tb)
C. PENYAKIT PENYEBAB INFERTILITAS
1. Endometriosis Endometriosis adalah jaringan endometrium yang semestinya berada di lapisan paling dalam rahim (lapisan endometrium) terletak dan tumbuh di tempat lain. Endometriosisbisa terletak di lapisan tengah dinding rahim (lapisan myometrium) yang disebut jugaadenomyosis, atau bisa juga terletak di indung telur, saluran telur, atau bahkan dalam rongga perut.Gejala umum penyakit endometriosis adalah nyeri yang sangat pada daerah panggul terutama pada saat haid dan berhubungan intim, serta tentu saja infertilitas. 2. Infeksi Panggul Infeksi panggul adalah suatu kumpulan penyakit pada saluran reproduksi wanita bagian atas, meliputi radang pada rahim, saluran telur, indung telur, atau dinding dalam panggul. Gejala umum infeksi panggul adalah: nyeri pada daerah pusar ke bawah (pada sisi kanan dan kiri), nyeri pada awal haid, mual, nyeri saat berkemih, demam, dan keputihan dengan cairan yang kental atau berbau. Infeksi panggul memburuk akibat haid, hubungan seksual, aktivitas fisik yang berat, pemeriksaan panggul, dan pemasangan AKDR (alat kontrasepsi dalam rahim, misalnya: spiral). 3. Mioma Uteri Mioma uteri adalah tumor (tumor jinak) atau pembesaran jaringan otot yang ada di rahim.Tergantung dari lokasinya, mioma dapat terletak di lapisan luar, lapisan tengah, atau lapisan dalam rahim.Biasanya mioma uteri yang sering menimbulkan infertilitas adalah mioma uteri yang terletak di lapisan dalam (lapisan endometrium). Mioma uteribiasanya tidak bergejala. Mioma aktif saat wanita dalam usia reproduksi sehingga -saat menopause- mioma uteri akan mengecil atau sembuh. 4. Polip
Polip adalah suatu jaringan yang membesar dan menjulur yang biasanya diakibatkan olehmioma uteri yang membesar dan teremas-remas oleh kontraksi rahim.Polip dapat menjulur keluar ke vagina. Polip menyebabkan pertemuan sperma-sel telur dan lingkunganuterus terganggu, sehingga bakal janin akan susah tumbuh. 5. Saluran Telur yang
Tersumbat
Saluran telur yang tersumbat menyebabkan sperma tidak bisa bertemu dengan sel telur sehingga pembuahan tidak terjadi alias tidak terjadi kehamilan.Pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui saluran telur yang tersumbat adalah dengan HSG (Hystero Salpingo Graphy), yaitu semacam pemeriksaan röntgen (sinar X) untuk melihat rahim dan saluran telur. 6. Sel Telur Kelainan pada sel telur dapat mengakibatkan infertilitas yang umumnya merupakan manifestasi dari gangguan proses pelepasan sel telur (ovulasi). Delapan puluh persen penyebab gangguan ovulasi adalah sindrom ovarium polikistik.Gangguan ovulasi biasanya direfleksikan dengan gangguan haid. Haid yang normal memiliki siklus antara 26-35 hari, dengan jumlah darah haid 80 cc dan lama haid antara 3-7 hari. Bila haid pada seorang wanita terjadi di luar itu semua, maka sebaiknya beliau memeriksakan diri ke dokter.
D. PENGOBATAN INFERTILITAS
1. Pemberian antibiotic Pemberian antibiotik diberikan pada pria yang memiliki gangguan infeksi traktus genitalis yang menyumbat vas deferens atau merusak jaringan testis. 2.
Pembedahan Tindakan pembedahan dapat dilakukan pada pasien mioma dan tuba yang tersumbat.Tindakan
pembedahan ini akan meninggalkan parut yang dapat meyumbat atau menekuk tuba sehingga akhirnya memerlukan pembedahan untuk mengatasinya. 3.
Terapi Terapi dapat dilakukan pada penderita endometriosis. Terapi endometriosis terdiri dari menunggu sampai terjadi kehamila sendiri, pengobatan hormonal,atau pembedahan konservatif.
4. Tindakan pembedahan/operasi Varikokel. Tindakan yang saat ini dianggap paling tepat adalah dengan operasi berupa pengikatan pembuluh darah yang melebar (varikokel) tersebut. Suatu penelitian dengan pembanding menunjukkan keberhasilan tindakan pada 66 % penderita berupa peningkatan jumlah sperma dan kehamilan, dibandingkan dengan hanya 10 % pada kelompok yang tidak dioperasi. 5. Memberikan
suplemen vitamin
Infertilitas yang tidak diketahui penyebabnya merupakan masalah bermakna karena meliputi 20 % penderita. Penanggulangannya berupa pemberian beberapa macam obat, yang dari pengalaman berhasil menaikkan jumlah dan kualitas sperma. Usaha menemukan penyebab di tingkat kromosom dan keberhasilan manipulasi genetik tampaknya menjadi titik harapan di masa datang. 6.
Tindakan
operasi
pada
penyumbatan
di
saluran
sperma
Bila sumbatan tidak begitu parah, dengan bantuan mikroskop dapat diusahakan koreksinya. Pada operasi yang sama, dapat juga dipastikan ada atau tidaknya produksi sperma di buah zakar. 7. Menghentikan obat-obatan yang diduga menyebabkan gangguan sperma. 8.
Menjalani
teknik
reproduksi
bantuan
Dalam hal ini adalah inseminasi intra uterin dan program bayi tabung. Tindakan inseminasi dilakukan apabila ada masalah jumlah sperma yang sangat sedikit atau akibat masalah antobodi
di mulut rahim. Pria dengan jumlah sperma hanya 5-10 juta/cc (dari normal 20 juta) dapat mencoba inseminasi buatan.
E. PENCEGAHAN INFERTILITAS
Beberapa hal yang dapat dilakukan adalah : 1.
Mengobati infeksi di organ ada berbagai jenis infeksi diketahui menyebabkan infertilitas seperti infeksi prostat, testis / buah zakar, maupun
2.
saluran sperma.
Menghindari rokok karena rokok mengandung zat-zat yang dapat meracuni pertumbuhan, jumlah dan kualitas sperma.
3. Menghindari alcohol dan zat adiktif. Alkohol dalam jumlah banyak dihubungkan dengan rendahnya kadar hormon testosteron yang tentu akan mengganggu pertumbuhan sperma. Ganja /mariyuana juga dikenal sebagai salah satu penyebab gangguan pertumbuhan sperma. 4. Hindari obat yang mempengaruhi jumlah sperma, sepreti obat darah tinggi.
Perkembangan Manusia pada Tahap Embrio dan Tahap Pasca Embrio -. Pengertian Perkembangan Perkembangan adalah proses menuju kedewasaan atau pematangan fungsi organ-organ reproduksi. Perkembangan bersiifat reversibel (bisa kembali ke fungsi semula) A. Perkembangan Manusia pada Tahap Embrio/Sebelum Lahir
Perkembangan manusia pada tahap embrio terjadi di dalam rahim (uterus) selama masa kehamilan. Masa kehamilan terjadi karena pembuahan yaitu pertemuan antara sel telur dan sel sperma yang menyebabkan kehamilan dan membentuk zigot. Zigot (yang masih 1 sel) akan membelah secara berkali-kali secara mitosis dan membentuk morula (membelah menjadi 2 sel,4 sel,8 sel,dst..) dan blastula (sel berbentuk bola) Pada tahap blastula, embrio akan masuk ke dalam rahim dan menempel pada dinding rahim (proses implantasi) Setelah menempel pada dinding rahim, embrio akan mengalami pembentukan organorgan tubuh. Ciri-ciri perkembangan manusia setiap bulannya : Bulan ke 1
-. Sel telur berhasil dibuahi oleh sperma ayah -. Terdapat bola yang menempel pada dinding rahim -. Jantung dan susunan syaraf pusat terbentuk
Bulan ke 2
-. Wajah bayi mulai terbentuk dengan ukuran kepala yang besar
-. Ekor bayi hilang -. Jantung mulai berdetak Bulan ke 3
-. Jantung terbentuk sempurna -. Bgian tubuh kaki dan tangan terbentuk -. Jari jemari yang tadinya lengket menjadi terpisah-pisah -.Telinga mulai terlihat -. Pada akhir bulan, organ-organ vital mulai terbentuk
Bulan ke 4
-. Kuku jari jemari dan tangan terbentuk -. Organ dalam tubuh janin terbentuk -. Tumbuh rambutt halus pada seluruh tubuh
Bulan ke 5
-. Tumbuh alis, bulu mata, dan rambut -. Tubuh janin dapat membentuk selaput putih pelapis tubuh dan kulit -. Janin tumbuh cepat dengan panjang encapai 13 cm
Bulan ke 6
-. Sistem pencernaan mulai bekerja dengan menngeluarkan air seni -. Janin dapat melakukan control gerakan tubuhnya -. Ibu dapat merasakan gerakan bayi dalam perut
Bulan ke 7
-. Tubuh janin telah terbentuk -. Otak mengalami perkembangan pesat -. Organ vital selain paru-paru sudah berkembang baik
Bulan ke 8
-. Janin dapat membuka dan menutup kelopak mata -. Gerakan janin bayi telah terkoordinasi -. Lidah bayi dapat merasakan rasa asam dan manis
Bulan ke 9
-. Fisik janin bayi telah terbentuk sederhana -. Tiap minggu akan tumbuh ± 255 gram -. Lapisan lemak tebal tumbuh di bawah kulit janin
-. Bayi siap lahir kapan saja
B. Perkembangan Manusia pada Tahap Pasca Embrio/Sesudah Lahir
Perkembangan manusia setelah lahir akan melewati beberapa tahap yaitu : 1. Masa balita 2. Masa anak-anak 3. Masa remaja 4. Masa dewasa 5. Masa manula
1. Masa Balita Bawah Lima Tahun atau sering disingkat sebagai Balita merupakan salah satu periode usia manusia setelah bayi sebelum anak awal. Rentang usia balita dimulai dari dua sampai dengan lima tahun,atau biasa digunakan perhitungan bulan yaitu usia 24-60 bulan. Periode usia ini disebut juga sebagai usia prasekolah.Pada masa ini, perkembangan kognitif dan motorik si anak dilatih. Ciri-ciri anak masa balita adalah : -. Pertumbuhan fisik sangat cepat
PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN EMBRIO MANUSIA Dipengaruhi oleh beberapa faktor dan subfaktor antara lain : 1. Faktor ibu 2. Faktor janin 3. Faktor plasenta Faktor ibu Keadaan kesehatan ibu saat hamil Penyakit yang menyertai kehamilan
Penyulit kehamilan Kelainan pada uterus Kehamilan tunggal atau ganda atau triplet Kebiasaan ibu, merokok, alkohol, kecanduan Faktor janin Jenis kelamin janin Penyimpangan genetik : kelainan kongenital, pertumbuhan abnormal Infeksi intrauterine Faktor Plasenta Plasenta adalah akarnya janin untuk dapat tumbuh dan berkembang dengan baik dalam rahim. Karena itu plasenta sangat penting artinya untuk menjamin kesehatan janin dalam rahim, yang ditetapkan dengan indeks plasenta Indeks plasenta = Berat plasenta Berat bayi
TAHAP PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN EMBRIO Minggu ke-1 : Minggu ini sebenarnya masih periode menstruasi, bahkan pembuahan pun belum terjadi. Sebab tanggal perkiraan kelahiran si kecil dihitung berdasarkan hari pertama haid terakhir Proses pembentukan antara sperma dan telur yang memberikan informasi kepada tubuh bahwa telah ada calon bayi dalam rahim. Saat ini janin sudah memiliki segala bekal genetik, sebuah kombinasi unik berupa 46 jenis kromosom manusia. Selama masa ini, yang dibutuhkan hanyalah nutrisi (melalui ibu) dan oksigen. Sel-sel telur yang berada didalam rahim, berbentuk seperti lingkaran sinar yg mengelilingi matahari Sel ini akan bertemu dengan sel-sel sperma dan memulai proses pembuahan 5 juta sel sperma sekaligus berenang menuju tujuan akhir mereka yaitu menuju sel telur yang bersembunyi pada saluran sel telur. Walaupun pasukan sel sperma ini sangat banyak, tetapi pada akhirnya hanya 1 sel saja yang bisa menembus indung telur. Pada saat ini kepala sel sperma telah hampir masuk. Kita dapat melihat bagian tengah dan belakang sel sperma yang tidak henti-hentinya berusaha secara tekun menerobos dinding indung telur
Minggu ke-2 : Pembuahan terjadi pada akhir minggu kedua. Sel telur yang telah dibuahi membelah dua 30 jam setelah dibuahi. Sambil terus membelah, sel telur bergerak di dalam lubang falopi menuju rahim.
Setelah membelah menjadi 32, sel telur disebut morula. Sel-sel mulai berkembang dan terbagi kira-kira dua kali sehari sehingga pada hari yang ke-12 jumlahnya telah bertambah dan membantu blastocyst terpaut pada endometrium Minggu 3: Sampai usia kehamilan 3 minggu, Ibu mungkin belum sadar jika sedang mengandung. Sel telur yang telah membelah menjadi ratusan akan menempel pada dinding rahim disebut blastosit. Ukurannya sangat kecil, berdiameter 0,1-0,2 mm.
Minggu ke 4 : Kini, bayi berbentuk embrio. Embrio memproduksi hormon kehamilan (Chorionic Gonadotropin - HCG), sehingga apabila Anda melakukan test kehamilan, hasilnya positif. Janin mulai membentuk struktur manusia. Saat ini telah terjadi pembentukan otak dan tulang belakang serta jantung dan aorta (urat besar yang membawa darah ke jantung). Minggu ke-5 : Terbentuk 3 lapisan yaitu ectoderm, mesoderm dan endoderm. Ectoderm adalah lapisan yang paling atas yang akan membentuk system saraf pada janin tersebut yang seterusnya membentuk otak, tulang belakang, kulit serta rambut. Lapisan Mesoderm berada pada lapisan tengah yang akan membentuk organ jantung, buah pinggang, tulang dan organ reproduktif. Lapisan Endoderm yaitu lapisan paling dalam yang akan membentuk usus, hati, pankreas dan pundi kencing. Minggu ke-6 : Ukuran embrio rata-rata 2-4 mm yang diukur dari puncak kepala hingga bokong. Tuba saraf sepanjang punggung bayi telah menutup. pada minggu ini. Sistem pencernaan dan pernafasan mulai dibentuk, Pucuk-pucuk kecil yang akan berkembang menjadi lengan kaki pun mulai tampak Minggu ke-7 : Akhir minggu ketujuh, panjangnya sekitar 5-13 mm dan beratnya 0,8 gram, kira-kira sebesar biji kacang hijau. Pucuk lengan mulai membelah menjadi bagian bahu dan tangan yang mungil. Jantung telah dibagi menjadi bilik kanan dan bilik kiri, begitu pula dengan saluran udara yang terdapat di dalam paru-paru
Minggu ke 8 Panjang kira-kira 14-20 mm. Banyak perubahan yang terjadi pada bayi Ujung hidung dan kelopak mata mulai berkembang, begitu pula telinga. Bronchi, saluran yang menghubungkan paru-paru dengan tenggorokan, mulai bercabang. Lengan semakin membesar dan ia memiliki siku bayi sudah mulai terbentuk diantaranya pembentukan lubang hidung, bibir, mulut serta lidah. Matanya juga sudah kelihatan berada dibawah membran kulit yang tipis. Anggota tangan serta kaki juga terbentuk walaupun belum sempurna Minggu ke-9 : Telinga bagian luar mulai terbentuk, Kaki dan tangan terus berkembang berikut jari kaki dan tangan mulai tampak. Ia mulai bergerak Dengan Doppler bisa mendengar detak jantungnya. Minggu ini, panjangnya sekitar 22-30 mm dan beratnya sekitar 4 gram. Minggu ke-10 : Semua organ penting yang telah terbentuk mulai bekerjasama. Pertumbuhan otak meningkat dengan cepat, hampir 250.000 sel saraf baru diproduksi setiap menit. Ia mulai tampak seperti manusia kecil dengan panjang 32-43 mm dan berat 7 gram. Minggu ke-11 : Panjang tubuhnya mencapai sekitar 6,5 cm. Baik rambut, kuku jari tangan dan kakinya mulai tumbuh. Sesekali di usia ini janin sudah menguap. Gerakan demi gerakan kaki dan tangan, termasuk gerakan menggeliat, meluruskan tubuh dan menundukkan kepala, sudah bisa dirasakan ibu. Janin kini sudah bisa mengubah posisinya dengan berputar, memanjang, bergelung, atau malah jumpalitan yang kerap terasa menyakitkan sekaligus memberi sensasi kebahagiaan tersendiri Minggu ke-12 : Bentuk wajah bayi lengkap, ada dagu dan hidung kecil. Jari-jari tangan dan kaki yang mungil terpisah penuh. Usus bayi telah berada di dalam rongga perut. Akibat meningkatnya volume darah ibu, detak jantung janin bisa jadi meningkat. Panjangnya sekitar 63 mm dan beratnya 14 gram. Mulai proses penyempurnaan seluruh organ tubuh. Bayi membesar beberapa millimeter setiap hari. Jari kaki dan tangan mulai terbentuk termasuk telinga dan kelopak mata.
PERKEMBANGAN JANIN TRIMESTER KEDUA Ditandai dengan percepatan pertumbuhan dan pematangan fungsi seluruh jaringan dan organ tubuh. Namun waspadai pertambahan berat badan yang berlebih. Agar proses tumbuh kembang janin tak terganggu hindari penyakit kronis sebelum kehamilan maupun penyakit infeksi yang mungkin terjadi saat kehamilan. Seperti asma, jantung, TBC, ginjal dan diabetes serta infeksi TORCH-KM (Toksoplasma, Rubella, Citomegalovirus, Herpes, Klamidia, Mikoplasma). Gangguan penyakit-penyakit tersebut berpeluang menimbulkan ketidaksempurnaan pada tumbuh kembang tulang belulang janin, klep paru-paru, lever, ataupun gangguan perkembangan otak dan ginjal. Bahkan, demam yang merupakan gejala infeksi/penyakit, seringan apa pun, bisa menyebabkan gangguan pada air ketuban maupun fungsi lain akibat ada gangguan metabolisme tubuh janin. MINGGU KE-13 Panjang janin (dari puncak kepala sampai sakrum/bokong) ditaksir sekitar 65-78 mm Berat kira-kira 20 gram. Rahim dapat teraba kira-kira 1 0 cm di bawah pusar. Pertumbuhan kepala bayi yang saat ini kira-kira separuh panjang janin mengalami perlambatan dibanding bagian tubuh lainnya. Perlambatan ini berlangsung terus, hingga di akhir kehamilan akan tampak proporsional, yakni kira-kira tinggal sepertiga panjang tubuhnya Kedua cikal bakal matanya makin hari kian bergeser ke bagian depan wajah meski masih terpisah jauh satu sama lain. Sementara telinga bagian luar terus berkembang dan menyerupai telinga normal. Kulit janin yang masih sangat tipis membuat pembuluh darah terlihat jelas di bawah kulitnya. Seluruh tubuh janin ditutupi rambut-rambut halus yang disebut lanugo. Kerangka/tulang belulangnya sudah terbentuk di minggu-minggu sebelumnya dan di mingguminggu selanjutnya akan berosifikasi/menahan kalsium dengan sangat cepat, hingga tulangnya jadi lebih keras. MINGGU KE-14 Panjang mencapai kisaran 80-an mm atau 8 cm Berat sekitar 25 gram. Telinga janin menempati posisi normal di sisi kiri dan kanan kepala. Mata mengarah ke posisi sebenarnya. Leher terus memanjang sementara dagu tak lagi menyatu ke dada. Alat-alat kelamin bagian luar juga berkembang lebih nyata, hingga lebih mudah membedakan jenis kelaminnya. MINGGU KE-15 Panjang janin sekitar 10-11 cm Berat kira-kira 80 gram. Kehamilan makin terlihat Dianjurkan untuk tidak menggunakan jeans
Diperkenankan menggunakan lotion untuk strie namun dianjurkan tak memakai krim jenis steroid semisal hidrokortison yang dikhawatirkan bakal terserap ke dalam sistem peredaran da rah ibu dan bisa mengacaukan kerja hormonal. MINGGU KE-16 Kini panjangnya mencapai taksiran 12 cm Berat kira-kira 100 gram. Refleks gerak bisa dirasakan ibu, meski masih amat se derhana yang biasanya terasa sebagai kedutan. Rambut halus di atas bibir atas dan alis mata juga tampak melengkapi lanugo yang memenuhi seluruh tubuhnya. Bahkan, jari-jemari kaki dan tangannya dilengkapi dengan sebentuk kuku. Tungkai kaki yang di awal pembentukannya muncul belakangan, kini lebih panjang daripada lengan. Pada usia ini janin memproduksi alfafetoprotein, yaitu protein yang hanya dijumpai pada darah ibu hamil. Bila kadar protein ini berlebih bisa merupakan pertanda ada masalah serius pada janin, seperti spina bifida. Sebaliknya, kadar alfafetoprotein yang rend ah bersignifikasi dengan Sindrom Down. Jumlah alfafetoprotein ini sendiri dapat diukur dengan pemeriksaan air ketuban/amniosentesis dengan menyuntikkan jarum khusus lewat dinding perut ibu. MINGGU KE-17 Panjang tubuh janin meningkat lebih pesat ketimbang lebarnya, menjadi 13 cm Berat sekitar 120 gram, hingga bentuk rahim terlihat oval dan bukan membulat. Akibatnya, rahim terdorong dari rongga panggul mengarah ke rongga perut. Otomatis usus ibu terdorong nyaris mencapai daerah hati, hingga kerap terasa menusuk ulu hati. Pertumbuhan rahim yang pesat ini pun membuat ligamen-ligamen meregang, terutama bila ada gerakan mendadak. Rasa nyeri atau tak nyaman ini disebut nyeri ligamen rotundum. Oleh karena itu amat disarankan menjaga sikap tubuh dan tak melakukan gerakan-gerakan mendadak atau yang menimbulkan peregangan. Lemak yang juga sering disebut jaringan adiposa mulai terbentuk di bawah kulit bayi yang semula sedemikian tipis pada minggu ini dan minggu-minggu berikutnya. Lemak ini berperan penting untuk menjaga kestabilan suhu dan metabolisme tubuh. Pada beberapa ibu yang pernah hamil, gerakan bayi mulai bisa dirasakan di minggu ini. Kendati masih samar dan tak selalu bisa dirasakan setiap s aat sepanjang hari. Sedangkan bila kehamilan tersebut merupakan kehamilan pertama, gerakan yang sama umumnya baru mulai bisa dirasakan pada minggu ke-20. MINGGU KE-18 Taksiran panjang janin adalah 14 cm Berat sekitar 150 gram. Rahim dapat diraba tepat di bawah pusar, ukurannya kira-kira sebesar buah semangka. Pertumbuhan rahim ke depan akan mengubah keseimbangan tubuh ibu. Peningkatan mobilitas persendian ikut mempengaruhi perubahaan postur tubuh sekaligus menyebabkan keluhan punggung. Keluhan ini makin bertambah bila kenaikan berat badan tak
terkendali. Untuk mengatasinya, biasakan berbaring miring ke kiri, hindari berdiri terlalu lama dan mengangkat beban berat. Selain itu, sempatkan sesering mungkin mengistirahatkan kaki dengan mengangkat/mengganjalnya pakai bantal. Mulai usia ini hubungan interaktif antara ibu dan janinnya kian terjalin erat. Tak mengherankan setiap kali si ibu gembira, sedih, lapar atau merasak an hal lain, janin pun merasakan hal sama.
MINGGU KE-19 Panjang janin diperkirakan 13-15 cm taksiran berat 200 gram. Sistem saraf janin yang terbentuk di minggu ke-4, di minggu ini makin sempurna perkembangannya, yakni dengan diproduksi cairan serebrospinalis yang mestinya bersirkulasi di otak dan saraf tulang belakang tanpa hambatan. Jika lubang yang ada tersumbat atau aliran cairan tersebut terhalang oleh penyebab apa pun, kemungkinan besar terjadi hidrosefalus/penumpukan cairan di otak. Jumlah cairan yang terakumulasi biasanya sekitar 500-1500 ml, namun bisa mencapai 5 liter, Penumpukan ini jelas berdampak fatal mengingat betapa banyak jumlah jaringan otak janin yang tertekan oleh cairan tadi. MINGGU KE-20 Panjang janin mencapai kisaran 14-16 cm Berat sekitar 260 gram. Kulit yang menutupi tubuh janin mulai bisa dibedakan menjadi dua lapisan, yakni lapisan epidermis yang terletak di permukaan dan lapisan dermis yang merupakan lapisan dalam. Epidermis selanjutnya akan membentuk pola-pola tertentu pada ujung jari, telapak tangan maupun telapak kaki. Sedangkan lapisan dermis mengandung pembuluh-pembuluh darah kecil, saraf dan sejumlah besar lemak. Seiring perkembangannya yang pesat, kebutuhan darah janin pun meningkat tajam. Agar anemia tak mengancam kehamilan, ibu harus mencukupi kebutuhannya akan asupan zat besi, baik lewat konsumsi makanan bergizi seimbang maupun suplemen yang dianjurkan dokter. MINGGU KE-21 Beratnya sekitar 350 gram Panjang kira-kira 18 cm. Pada minggu ini, berbagai sistem organ tubuh mengalami pematangan fungsi dan perkembangan. Dengan perut yang kian membuncit dan keseimbangan tubuh yang terganggu, bukan saatnya lagi melakukan olahraga kontak seperti basket yang kemungkinan terjatuhnya besar. Hindari pula olahraga peregangan ataupun yang bersikap kompetitif, semisal golf atau bahkan lomba lari. MINGGU KE-22 Berat mencapai taksiran 400-500 gram
Panjang sekitar 19 cm Ibu kian mampu beradaptasi dengan kehamilannya. Kekhawatiran bakal terjadi keguguran juga sudah pupus. Keluhan mual-muntah sudah berlalu dan kini nafsu makannya justru sedang menggebu Mesti berhati-hati agar tak terjadi pertambahan berat badan yang berlebih. Ciri khas usia kehamilan ini adalah substansi putih mirip pasta penutup kulit tubuh janin yang disebut vernix caseosa. Fungsinya melindungi kulit janin terhadap cairan ketuban maupun kelak saat berada di jalan lahir. Di usia ini pula kelopak mata mulai menjalankan fungsinya untuk melindungi mata dengan gerakan menutup dan membuka. Jantung janin yang terbentuk di minggu ke-5 pun mengalami ―modifikasi‖ sedemikian rupa dan mulai menjalankan fungsinya memompa darah sebagai persiapannya kelak saat lahir ke dunia. MINGGU KE-23 Tubuh janin tak lagi terlihat kelewat ringkih karena bertambah montok dengan berat hampir mencapai 550 gram Panjang sekitar 20 cm. Kulitnya masih tampak keriput karena kandungan lemak di bawah kulitnya tak sebanyak saat ia dilahirkan kelak. Wajah dan tubuhnya secara keseluruhan amat mirip dengan penampilannya sewaktu dilahirkan nanti. Rambut lanugo yang menutup sekujur tubuhnya kadang berwarna lebih gelap di usia kehamilan ini.
MINGGU KE-24 Janin makin terlihat berisi dengan berat yang diperkirakan mencapai 600 gram Panjang sekitar 21 cm. Rahim terletak sekitar 5 cm di atas pusar atau sekitar 24 cm di atas simfisis pubis/tulang kemaluan. Kelopak-kelopak matanya kian sempurna dilengkapi bulu mata. Pendengarannya berfungsi penuh. Terbukti, janin mulai bereaksi dengan menggerakkan tubuhnya secara lembut jika mendengar irama musik yang disukainya. Begitu juga ia akan menunjukkan respon khas saat mendengar suara-suara bising atau teriakan yang tak disukainya. MINGGU KE-25 Berat bayi kini mencapai sekitar 700 gram Panjang dari puncak kepala sampai bokong kira-kira 22 cm. Jarak dari puncak rahim ke simfisis pubis sekitar 25 cm. Bila ada indikasi medis, umumnya akan dilakukan USG berseri seminggu 2 kali untuk melihat apakah perkembangan bayi terganggu atau tidak. Di antaranya hipertensi ataupun preeklampsia yang membuat
pembuluh darah menguncup, hingga suplai nutrisi jadi terhambat. Akibatnya, terjadi IUGR (Intra Uterin Growth Retardation atau perkembangan janin terhambat). Begitu juga bila semula tidak ada, tiba-tiba muncul gangguan asma selama kehamilan. Jika dari hasil pantauan ternyata tak terjadi perkembangan semestinya, akan dipertimbangkan untuk membesarkan janin di luar rahim dengan mengakhiri kehamilan. Dengan sejumlah syarat ketat yang mengikuti. MINGGU KE-26 Di usia ini berat bayi diperkirakan hampir mencapai 850 gram Panjang dari bokong dan puncak kepala sekitar 23 cm. Denyut jantung sudah jelas-jelas terdengar, normalnya 120-160 denyut per menit. Ketidaknormalan seputar denyut jantung harus dicermati karena bukan tak mungkin merupakan gejala ada keluhan serius. Sementara rasa tak nyaman berupa keluhan nyeri pinggang, kram kaki dan sakit kepala akan lebih sering dirasakan si ibu. Keluhan nyeri di bawah tulang rusuk dan perut bagian bawah, terutama saat bayi bergerak. Sebab, rahim jadi makin besar yang akan memberi tekanan pada semua organ tubuh. Termasuk usus kecil, kantung kemih dan rektum yang menyebabkan ibu hamil jadi terkena sembelit, namun terpaksa bolak-balik ke kamar mandi karena beser. MINGGU KE-27 Bayi kini beratnya melebihi 1000 gram. Panjang totalnya mencapai 34 cm dengan panjang bokong ke puncak kepala sekitar 24 cm. Di minggu ini kelopak mata mulai membuka. Sementara retina yang berada di bagian belakang mata, membentuk lapisan-lapisan yang berfungsi menerima c ahaya dan informasi mengenai pencahayaan itu sekaligus meneruskannya ke otak. Jika terjadi ―kesalahan‖ pembentukan lapisan-lapisan inilah yang kelak memunculkan katarak kongenital/bawaan saat bayi dilahirkan. Lensa jadi berkabut atau keputihan. Walaupun dipicu oleh faktor genetik, katarak bawaan ini ditemukan pada anak-anak yang dilahirkan oleh ibu yang terserang rubella pada usia kehamilan di minggu-minggu akhir trimester dua. MINGGU KE-28 Puncak rahim berada kira-kira 8 cm di atas pusar. Gerakan janin makin kuat dengan intensitas yang makin sering, sementara denyut jantungnya pun kian mudah didengar. Tubuhnya masih terlihat kurus meski mencapai berat sekitar 1100 gram dengan kisaran panjang 35-38 cm. Kendati dibanding minggu-minggu sebelumnya lebih berisi dengan bertambah jumlah lemak di bawah kulitnya yang terlihat kemerahan. Jumlah jaringan otak di usia kehamilan ini meningkat. Begitu juga rambut kepalanya terus bertumbuh makin panjang. Alis dan kelopak matanya pun terbentuk, sementara selaput yang semula menutupi bola matanya sudah hilang.
MINGGU KE-29 Beratnya sekitar 1250 gram Panjang rata-rata 37 cm. Kelahiran prematur mesti diwaspadai karena umumnya meningkatkan keterlambatan perkembangan fisik maupun mentalnya. Bila dilahirkan di minggu ini, ia mampu bernapas meski dengan susah payah. Ia pun bisa menangis, kendati masih terdengar lirih. Kemampuannya bertahan untuk hidup pun masih tipis karena perkembangan paru-parunya belum sempurna. Meski dengan perawatan yang baik dan terkoordinasi dengan ahli lain yang terkait, kemungkinan hidup bayi prematur pun cukup besar. MINGGU KE-30 Beratnya mencapai 1400 gram Kisaran panjang 38 cm. Puncak rahim yang berada sekitar 10 cm di atas pusar memperbesar rasa tak nyaman, terutama pada panggul dan perut seiring bertambah besar kehamilan. Mulai denyutan halus, sikutan/tendangan sampai gerak cepat meliuk-liuk yang menimbulkan rasa nyeri. Aktifnya gerakan ini tak mustahil akan membentuk simpul-simpul pada tali pusat. Bila sampai membentuk simpul mati tentu sangat membahayakan karena suplai gizi dan oksigen dari ibu jadi terhenti atau paling tidak terhambat. MINGGU KE-31 Berat bayi sekitar 1600 gram Taksiran panjang 40 cm. Waspadai bila pada ibu muncul gejala nyeri di bawah tulang iga sebelah kanan, sakit kepala maupun penglihatan berkunang-kunang. Terutama bila disertai tekanan darah tinggi yang mencapai peningkatan lebih dari 30 ml/Hg. Itu sebab, pemeriksaan tekanan darah rutin dilakukan pada setiap kunjungan ke bidan/dokter. Cermati pula gangguan aliran darah ke anggota tubuh bawah yang membuat kaki jadi bengkak. Pada gangguan ringan, anjuran untuk lebih banyak beristirahat dengan berbaring miring sekaligus mengurangi aktivitas, bisa membantu. MINGGU KE-32 Pada usia ini berat bayi harus berkisar 1800-2000 gram Panjang tubuh 42 cm. Kunjungan rutin diperketat/lebih intensif dari sebulan sekali menjadi 2 minggu sekali. MINGGU KE-33 Beratnya lebih dari 2000 gram Panjangnya sekitar 43 cm.
Di minggu ini mesti diwaspadai terjadi abrupsio plasenta atau plasenta lep as dari dinding rahim. MINGGU KE-34 Berat bayi hampir 2275 gram Taksiran panjang sekitar 44 cm. Idealnya, di minggu ini dilakukan tes untuk menilai kondisi kesehatan si bayi secara umum. Penggunaan USG bisa dimanfaatkan untuk pemeriksaan ini, terutama evaluasi terhadap otak, jantung dan organ lain. Sedangkan pemeriksaan lain yang biasa dilakukan a dalah tes non-stres dan profil biofisik. MINGGU KE-35 Secara fisik bayi berukuran sekitar 45 cm Berat 2450 gram. Mulai minggu ini bayi umumnya sudah matang fungsi paru-parunya. Ini sangat penting karena kematangan paru-paru sangat menentukan life viabilitas atau kemampuan si bayi untuk bertahan hidup. Kematangan fungsi paru-paru ini sendiri akan dilakukan lewat pengambilan cairan amnion untuk menilai lesitin spingomyelin atau selaput tipis yang menyelubungi paru paru. MINGGU KE-36 Berat bayi harusnya mencapai 2500 gram Panjang 46 cm. Pemeriksaan rutin diperketat jadi seminggu sekali. MINGGU KE-37 Dengan panjang 47 cm Berat 2950 gram, Di usia ini bayi dikatakan aterm atau siap lahir karena seluruh fungsi organ-organ tubuhn ya bisa matang untuk bekerja sendiri. Kepala bayi biasanya masuk ke jalan lahir dengan posisi siap lahir. Kendati sebagian kecil di antaranyadengan posisi sungsang. Di minggu ini biasanya dilakukan pula pemeriksaan dalam untuk mengevaluasi kondisi kepala bayi, perlunakan jalan lahir guna mengetahui sudah mencapai pembukaan b erapa. MINGGU KE-38 Berat bayi sekitar 3100 gram Panjang 48 cm. Rasa cemas menanti-nantikan saat melahirkan yang mendebarkan bisa membuat ibu mengalami puncak gangguan emosional. ibu dapat melakukan relaksasi dengan melatih pernapasan sebagai bekal menjelang persalinan. Meski biasanya akan ditunggu sampai usia kehamilan 40 minggu, bayi rata-rata akan lahir di