Fertilisasi Fertilisasi adalah penggabungan sperma dan sel telur (oosit).
http://kamuskesehatan.c http://kamuskesehatan.com/arti/fert om/arti/fertilisasi/ ilisasi/
Anatomi Sistem Reproduksi Manusia
Organ reproduksi membentuk traktus genetalis yang berkembang setelah traktus urinarius. Kelamin laki-laki maupun wanita semenjak lahir sudah dapat ditentukan, tetapi sifat-sifat kelamin belum dapat dikenal. A. Anatomi Saluran Reproduksi Laki-laki a. Testis Testis merupakan sepasang struktur berbentuk oval,agak gepeng dengan panjang sekitar 4 cm dan diameter sekitar2.5 cm. Testis berada didalam skrotum bersama epididimis yaitu kantung ekstraabdomen tepat dibawah penis. Dinding pada rongga yang memisahkan testis dengan epididimis disebut tunika vaginalis. Tunika vaginalis dibentuk dari peritoneum intraabdomen yang bermigrasi ke dalam skrotum primitive selama perkembangan genetalia interna pria, setelah migrasi ke dalam skrotum, saluran tempat turunnya testis (prosesus vaginalis) akan menutup. b. Epididimis Merupakan suatu struktur berbentuk koma yang menahan batas posterolateral testis. Epididimis dibentuk oleh saluran yang berlekuk-lekuk secara tidak teratur yang disebut duktus epididimis. Panjang duktus epididimis sekitar 600 cm. Duktus ini berawal dari puncak testis (kepala epididimis) dan berjalan berliku-liku, berli ku-liku, kemudian berakhir pada ekor epididimis yang kemudian menjadi vas deferens. Epididimis merupakan tempat terjadinya maturasi akhir sperma. c. Scrotum Skrotum pada dasarnya merupakan kantung kulit khusus yang melindungi testis dan epididimis dari cedera fisik dan merupakan pengatur suhu testis. Spermatozoa sangat sensitive terhadap suhu karena testis dan epididimis berada di luar rongga tubuh, suhu di dalam testis biasanya lebih rendah daripada suhu di dalam abdomen. d. Vas Deferens Vas deferens merupakan lanjutan langsung l angsung dari epididimis. Panjangnya 45 cm yang berawal dari ujung bawah epididimis, naik disepanjang aspek posterior testis dalam bentuk gulungan-gulungan bebas, kemudian meninggalkan bagian belakang testis, duktus ini melewati korda spermatika menuju abdomen. e. Vesicula Seminalis
Merupakan sepasang struktur berongga dan berkantung-kantung pada dasar kandung kemih di depan rectum. Masing-masing vesicular memiliki panjang 5 cm dan menempel lebih erat pada kandung kemih daripada pada rectum. Pasokan darah ke vas deferens dan vesikula seminalis berasal dari arteri vesikulkaris inferior. Arteri ini berjalan bersama vas deferens menuju skrotum beranastomosis dengan arteri testikukar, sedangkan aliran limfatik berjalan menuju ke nodus iliaka interna dan eksterna. Vesikula seminalis memproduksi sekitar 50-60 % dari total volume cairan semen. Komponen penting pada semen yang berasal dari vesukula seminalis adalah fruktosa dan prostaglandin. f. Kelenjar Prostat Kelenjar prostat merupakan organ dengan sebagian strukturnya merupakan kelenjar dan sebagian lagi otot dengan ukuran sekitar 2,3 x 3,5 x 4,5 cm. Organ ini mengililingi uretra pria, yang terfiksasi kuat oleh lapisan jaringan ikat di belakang simpisis pubis. Lobus media prostat secara histologis sebagai zona transisional berbentuk baji, mengelilingi uretrra dan memisahkannya dengan duktus ejakulatorius. Saat terjadi hipertropi, lobus media dapat menyumbat aliran urin. Hipertropi lobus media banyak terjadi pada pria usia lanjut. g. Penis Penis terdiri jaringan kavernosa (erektil) dan dilalui uretra. Ada dua permukaan yaitu permukaan posterior penis teraba lunak (dekat uretra) dan permukaan dorsal. Jaringan erektil penis tersusun dalam tiga kolom longitudinal, yaitu sepasang korpus kavernosum dan sebuah korpus spongiousum di bagian tengah. Ujung penis disebut glans. Glands penis ini mengandung jaringan erektil dan berlanjut ke korpus spongiosum. Glans dilapisi lapisan kulit tipis berlipat, yang dapat ditarik ke proksimal disebut prepusium (kulit luar), prepusium ini dibuang saat dilkukan pembedahaan (sirkumsisi). Penis berfungsi sebagai penetrasi. Penetrasi pada wanita memungkinkan terjadinya deposisi semen dekat serviks uterus.
Embriologi Sistem Reproduksi Manusia Genetalia eksterna pria dan wanita berkembang dari jaringan mudigah yang sama. Pada kedua jenis kelamin, genitalia eksterna yang elum berdiferensiasi terdiri dari tuberkulum genital, sepasang lipatan uretra yang mengelilingi satu alur uretra dan disebelah lateral, tonjolan genital (labioskrotum; genital swelling). Tuberkulum genital menghasilkan jaringan erotic yang sangat peka-pada pria glans penis dan pada wanita klitoris. Pada pria, lipatan uretra menyatu mengelilingi alur uretra untuk membentu penis, yang mengelilingu uretra. Tonjolan genital juga menyatu untuk membentuk skrotum dan prepusium, suatu lipatan kulit yang meluas diatas ujung penis dan sedikit banyak menutupi glans penis. Pada wanita, lipatan uretra dan tonjolan genital tidak menyatu di garis tengan tetapi masing-masing malah
berkembang menjadi labia minora dan labia mayor. Alur uretra tetap terbuka, member akses ke interior melalui lubang vagina. Meskipun genitalia eksterna pria dan wanita berkembang dari jaringan mudigah yang sama, namun hal ini tidak nerlaku untuk saluran reproduksi. Disemua mudigah terdapat dua sistem duktus primitive- duktus wolfiidan duktus mulleri. Pada pria, saluran reproduksi berkembang dari duktus wolfii dan duktus mulleri berdegenerasi, sementara pada wanita duktus mulleri berdiferensiasi menjadi saluran reproduksi sedangkan duktus wolfii mengalami regresi. Karena kedua sistem duktus terdapat sebelum terjadi diferensiasi seksual maka mudigah pada tahap dini memiliki potensi untuk membentuk saluran reproduksi pria atau wanita. Pembentukan saluran reproduksi mengikuti garis pria atau wanita ditentukan oleh ada tidaknya dua hormon yang dikeluarkan oleh testis janin- testoteron dan Mullerianinhibiting factor. Suatu hormone yang dikeluarkan oleh plasenta, gonadotropin korion manusia (human chorionic gonadotropin), merupakan perangsang bagi sekresi testis dini ini. Testosteron memicu pembentukan duktus wolfii menjadi saluran reproduksi pria (epididimis, duktus deferens, dan vesikula seminalis). Hormone ini setelah diubah menjadi dihdrotestosteron (DHT) juga berperan menyebabkan diferensiasi genitalia eksternal menjadi penis dan skrotum. Sementara itu, Mullerian inhibiting factor menyebabkan regresi duktus Mulleri. Tanpa adanya testosterone dan mullerian inhibiting factor pada wanita, duktus wolffii mengalami regresi sedangkan duktus mulleri berkembang menjadi saluran reproduksi wanita (tuba uterine, uterus, dan bagian atas vagina), dan genetalia eksterna berdiferensiasi menjadi klitoris dan labia.
a. Spermatogenesis Spermatogenesis dimulai sejak pubertas, pada usia sekitar 13 tahun, dan berlangsung seumur hidup. Sel-sel benih ditubulus seminiferus, yaitu spermatogonia, mulai berproliferasi (mitosis). Sebagian dari sel anak tetap menjadi spermatogonia dan yang lainnya berjalan ke lumen tubulus seminiferus dan membesar menjadi spermatosit primer. Spermatosit primer menjalani pembelahan miosis sehingga terbentuk dua spermatosit sekunder. Masing – masing spermatosit sekunder akan menjalani pembelahan miosis yang kedua, yang menghasilkan dua spermatid. Dengan demikian, satu spermatogonia akan menjadi empat sperma. Setelah itu, tidak terjadi pembelahan lebih lanjut, dan masing-masing spermatid akan menjalani proses pematangan dan erdiferensiasi menjadi sperma yang matang dengan bagian-bagian kepala, leher, badan, dan ekor. Spermatogenesis berlangsung terus menerus sepanjang kehidupan setelah masa pubertas. Sperma disimpan di epididimidis dan vasa deferens, dan kesuburannya dapat bertahan sampai 42 hari. Jika sperma tidak dipancarkan keluar atau tidak terjadi ejakulasi, diperkirakan spermatozoa akan diserap tubuh. Selama senggama, sperma akan ditempatkan dalam vagina wanita. Setelah ejakulasi , sperma paling lama dapat bertahan selama 24 sampai 72 jam dalam suhu tubuh. Pada suhu yang lebih rendah semen dapat disimpan selama bertahun-tahun.
.Definisi Kriptorkismus adalah suatu keadaan di mana setelah usia satu sampai dua tahun,satu atau kedua testis tidak berada di dalam kantong skrotum, tetapi berada di tempat sepanjang jalur desensus testis yang normal. Kriptorkismus berasal dari kata cryptos (Yunani) yang berarti tersembunyi dan orchis yang dalam bahasa latin disebut testis. Nama lain dari kriptorkismus adalah undescended testis(UDT), testis ektopik ataupun pseudo kriptorkismus. Testis yang berlokasi di luar jalur desensus yang normal disebut sebagai testis ektopik, sedangkan testis yang terletak tidak di dalam skrotum tetapi dapat didorong masuk ke dalam skrotum dan menaik lagi bila dilepaskan dinamakan pseudokriptorkismus atau testis retraktil.
2.2
Fertilitas a. Fertilisasi Normal Fertlisasi (pembuahaan, penyatuaan gamet pria dan wanita pada keadaan normal terdapat pada ampula, sepertiga atas tuba uterine. Ketika ovum di bebaskan setelah ovulasi, ovum segera di ambil oleh tuba uterine. Ujung tuba uterine yang membungkus ovarium yang mengandung fibri, tonjolan jadi yang mirip jari yang gerakan menyapu untuk menuntun ovum yang baru untuk nergerak ke tuba uterin. Sperma yang di ejakuasikan oleh pria akan penetrasi ke ovum. Untuk membuahi sebuah ovum, sebuah sperma harus melewati korona radiate dan zona pelusida yang mengelilingi sel telur. Enzim-enzim akrosom, yang terpanjan ketika membrane akrosom pecah s etelah berkontak dengan korona radiate, memungkinkan sperma membuat saluran sawar-sawar protektif ini. Sperma dapat menembus zona pelusida hanya setelah berikatan dengan reseptor spesifik di permukaan lapisan ini. Pengikataan molekul-molekul mitra antara sperma dan ovum hanya baru-baru di temukaa. Fertilin, suatu protein yang terdapat di membrane plasma sperma, berikatan dengan integrin sel telur, suatu jenis molekul perekat sel yang menonjol dari permukaan membrane plasma. Hanya sperma dari spesies yang sama dapat berikataan dengan reseptor sel telur ini dan menembusnya. Sperma pertama yang mencapai ovum ini berdifusi dengan membrane plasma ovum memicu suatu perubahan kimiawi di membrane yang mengelilingi ovum sehingga lapisan luarini tidak dapat lagi di tembus oleh sperma lain. Kepala sperma yang menyatu tersebut secara perlahan tertarik ke dalam sitoplasma ovum oleh suatu kerucut yang tumbuh dan membungkusnya. Ekor sperma sering sering lenyap dalam proses ini, tetapi kepala membawa informasi genetic yang penting. Bukti-bukti terakhir yang penting bahwa sperma mengeluarkan nitrat oksida setelah berhasil masuk seluruhnya ke dalam sitoplasma sel telur. Nitrat oksida ini mendorong pelepasan Ca2 2+ yang tersimpan di dalam sel telur. Pelepasaan Ca2+ intrasel ini memicu pembelahaan miotik akhir oosit sekunder. Dalam satu jam, nucleus sperma dan telur menyatu, berkat adanya
suatu kompleks molekul yang di berikaan oleh sperma yang memungkinkan kromosom pria dan wamita menyatu. Selain meyumbang separuh dari kromosom ke ovum yang dibuahi, yang sekarang di namai zigot. Menstruasi yg terlambat tidak selalu mempengaruhi kesuburan (kinerja reproduksi), tetapi bisa mempengaruhi "MASA SUBUR" dalam siklus kalender. Untuk membuahi sebuah ovum, sebuah sperma mula-mula harus melewati korona radiata dan zona pelusida yang mengelilingi sel telur. Enzim-enzim akrosom, yang terpajan ketika membran akrosom pecah setelah berkontak dengan korona radiata, memungkinkan sperma membuat saluran menembus sawar-sawar protektif ini. Sperma dapat menembus zona pelusida hanya setelah berikatan dengan reseptor spesifik di permukaan lapisan ini. Fertilin, suatu protein yang terdapat di membran plasma sperma, berikatan dengan integrin sel telur. Kepala sperma yang menyatu tersebut secara perlahan tertarik ke dalam sitoplasma ovum oleh suatu kerucut yang tumbuh dan membungkusnya. Ekor sperma sering lenyap dalam proses ini, tetapi kepala membawa informasi genetik yang penting. Bukti-bukti terakhir menunjukkan bahwa sperma mengeluarkan nitrat oksida setelah berhasil masuk seluruhnya ke dalam sitoplasma sel telur. Nitrat oksida ini mendorong pelepasan Ca2+ yang tersimpan di dalam sel telur. Pelepasan Ca2+ intrasel ini memicu pembelahan meitotik akhir oosit sekunder. Dalam satu jam, nukleus sperma dan sel telur menyatu, berkat adanya suatu kompleks molekul yang diberikan oleh sperma yang memungkinkan kromosom pria dan wanita menyatu. Setelah seorang pria mengejakulasikan semen ke dalam vagina pada saat hubungan seksual, dalam waktu 5 sampai 10 menit, beberapa sperma dari vagina akan dihantarkan ke atas, melalui uterus dan tuba fallopii, ke ampula tuba fallopii didekat tuba yang berujung ovarium. Penghantaran sperma tersebut dibantu oleh kontraksi uterus dan tuba fallopii yang dirangsang oleh prostaglandin dalam cairan semen pria, dan juga oleh oksitosin yang dilepaskan dari kelenjar hipofisis posterior wanita selama wanita tersebut mengalami orgasme. Dari setengah meliar sperma yang dideposit dalam vagina beberapa ribu sperma tersebut mencapai setiap ampula. ( , 2008) b. Faktor yang Mempengaruhi Terdapat beberapa aspek penting yang ikut berpengaruh maupun esensial bagi terjadinya fertilisasi, yaitu sebagai berikut.
-
Aspek molekular sel telur Sitoplasma sel telur mengandung semua materi yang dibutuhkan untuk mengawali hidup yaitu protein, ribosom, dan tRNA, mRNA untuk 25.000-50.000 protein yang berbeda, diantaranya adalah protein untuk factor morfogenik dan pelindung terhadap senyawa kimia. Sintesis RNA sel telur berlangsung selama perkembangan sel telur itu sendiri. Pada bagian zona pelusida sel telur, terdapat glikoprotein ZP3 yang berfungsi sebagai reseptor sperma yang berikatan dengan molekul yang komplemen pada permukaan kepala sperma. Aspek molecular sperma Sperma terbagi atas tiga bagian utama yaitu kepala, bagian tengah, dan ekor. Pada bagian kepala sperma terdapat inti sel dan akrosom yang berisi enzim-enzim
yang berperan dalam proses fertilisasi. Berdasarkan letak akrosom, kepala sperma dapat dibagi atas dua daerah yaitu daerah acrosomal dan daerah post acrosomal. Daerah acrosomal terbagi atas dua daerah yaitu segmen principal (terlibat dalam inisiasi ikatan dengan zona pelusida) dan segmen equatorial (bertanggung jawab pada inisiasi fusi dengan membrane plasma sel telur).
Aspek molecular reaksi akrosom Selama berlangsungnya akrosom pada zona pelusida, vesikula akrosom mengeksositosis enzim-enzim proteolitik dan enzim-enzim hidrolase lainnya sehingga membuat sperma mampu menembus zona pelusida dan mencapai membrane sel telur. Selama reaksi akrosom juga terjadi ikatan sekunder antara protein-protein yang terdapat pada bagian dalam membrane akrosom dengan ZP2. Aspek molecular fusi sel telur dan sperma Setelah reaksi akrosom terjadi fusi membrane sperma dengan membrane sel telur. Fusi membrane sperma dan sel telur ini terjadi pada mikrovili yang terdapat pada permukaan sel telur dimana juga termasuk tempat plate metaphase kedua dan badan polar pertama dengan membrane postacrosomal. Setelah fusi membrane sperma dengan membrane plasma sel telus, nucleus, mitokondria, sentriol, dan flagella sperma bisa masuk ke dalam sel telur. Badan basal flagella sperma membagi diri dan membenruk dua sentrosom. Hal ini akan menimbulkan mitosis untuk pembelahan sel. Masuknya sperma ke sel telur menginduksi terjadinya reaksi kortek sehingga sperma lain yang terikat ZP3 tidak bisa terus masuk ke sel telur, hal ini dapat mencegah terjadinya polispermi.
Disamping itu, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sri Yuniarti dkk, Tingkat fertilitas di suatu negara dipengaruhi oleh beberapa variabel seperti umur, jenis kelamin, status perkawinan, penggunaan alat kontrasepsi atau karakteristik lainnya. Menurut Davis dan Blake factor-faktor yang mempengaruhi fertilitas adalah variabel antara yaitu variabel yang secara langsung mempengaruhi dan variabel tak langsung, seperti faktor soaial, ekonomi dan budaya. Menurut Easterlin tingkat fertilitas sebagiannya ditentukan oleh karakteristik latar belakang seperti persepsi nilai anak, agama, kondisi pemukiman, pendidikan, status kerja, umur kawin pertama, pendapatan, kematian bayi/anak. Setiap keluarga mempunyai norma-norma dan sikap fertilitas yang didasarkan atas karakteristik di atas.