Domain perilaku Benyamin Bloom (1908) dalam dalam Notoatmodjo (2010), mem bagi perilaku manusia kedalam kedalam 3 domain, ranah atau wilayah, wilayah, yakni kognitif kognitif (cognitive), afektif (affective), dan dan psikomotor (psychomotor) . Dalam perkembangannya, perkembangannya, dikembangkan menjadi menjadi 3 tingkat ranah ranah perilaku yakni: pengetahuan, pengetahuan, sikap, dan tindakan tindakan atau praktik sebagai berikut : 1) Pengetahuan (knowledge) Pengetahuan adalah adalah hasil hasil pengindraan pengindraan manusia, atau hasil tahu tahu seseorang terhadap objek melalui melalui indra yang dimilik inya (mata, (mata, hidung, telinga). Secara garis besar ada 6 tingkat pengaetahuan yakni yakni :tahu (know) , memahami memahami (comprehension), aplikasi aplikasi (application), (application), analisis (analysis) , sintesis sintesis (synthesis) , evaluasi evaluasi (evaluation). 2) Sikap Sikap adalah respons tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat danemosi danemosi yang bersangkutan. Sikap mempunyai mempunyai tingkat tingkat berdasarkan intensitasnya intensitasnya yakni: menerima menerima (receiving), menanggapi (responding), menghargai (valuing), bertanggung jawab (responsible). 3) Tindakan atau atau praktik (practice) Praktik atau tindakan dibedakan menjadi 3 tingkatan menurut kualitasnya yakni : praktik terpimpin (guided response), praktik secara mekanisme mekanisme (mechanism), (mechanism), adopsi (adoption).
Notoadmodjo, Notoadmodjo, S. 2010. Perilaku Kesehatan. Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Domain Perilaku Perilaku menurut Bloom dalam Notoatmojo (1993 : 93) dibagi menjadi tiga domain Yaitu : Kognitif, efektif dan psikomotor, dimana ketiganya diukur dari pengetahuan, sikap dan praktek. Secara menyeluruh perilaku dibagi atas tiga komponen yakni : Pengetahuan, sikap dan tindakan. Pengetahuan yang baik selalu diikuti oleh sikap dan tindakan yang baik. Namun hubungan antara pengetahuan, sikap dan tindakan tidak tidak selalu positif. positif. a.Pengetahuan (Knowladge) Serta Ulina Ginting:.Perilaku Pasien di Fisiotherapi di Rumah Sakit (RS) 104 Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia, sebagian besar pengetahuan manusia melalui mata dan telinga. Pengetahuan (kognitif) merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (over behavior). Pengetahuan yang dicakup didalam domain kognitif mempunyai enam tingkatan yakni : Tahu (know) Comprehension (memahami) Aplikasi (application) Analisis (sanalysis) Sintesis (synthesis) Evaluasi (evaluation) Pengetahuan sangat mempengaruhi pasen atau seseorang untuk mendapat pelayanan kesehatan dengan asumsi semakin tinggi pengetahuan seseorang tentang suatu penyakit semakin tinggi penggunaan pelayanan kesehatan. Tingkat pengetahuan pasien tentang fisioteraphy sangat mempengaruhi mutu pelayanan fisioterapi. b.Sikap atau Atitude Menurut Alport (1935 : 81) mengemukakan bahwa “Sikap adalah keadaan mental”, safat, dan kesiapan yang diatur melalui pengalaman yang memberikan pengaruh dinamik dan terarah terhadap respon individu pada semua objek dan situasi yang berkaitan deng annya.
Kepercayaan (keyakinan) ide dan konsep terhadap suatu objek. -Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek -Kecenderungan untuk bertindak (and to behave) Ketiga komponen ini secara bersama –sama membentuk sikap yang utuh (total atitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, pemikiran, keyakinan dan emosi memegang peranan penting.
Menurut Bloom, 1968 (dalam buku Notoatmodjo, 2007) pengetahuan yang tercakup dalam area kognitif ini mempunyai 6 tingkatan, yaitu: 1. Tahu (know) Tahu dapat diartikan sebagai mengingat suatu bahan yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang bersifat khusus dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh karena itu, tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dan lain sebagainya 2. Memahami (comprehensio) Memahami dapat diartikan sebagai kemampuan untuk m enjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menjelaskan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari. 3. Aplikasi (application) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk melakukan apa yang telah didapatkan dari materi sebelumnya. Aplikasi dapat diartikan sebagai sarana/aplikasi atau penggunaan hukum-21hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain yang masih berhubungan dengan materi. 4. Analisis (analysis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu lingkup organisasi, dan masih ada kaitannya dengan satu sama lain. Kemampuan analisa sudah terlihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya. 5. Sintesis (synthesis) Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun fomulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya dapatmenyusun, merencanakan, meringkaskan, menyesuaikan, dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan sudah didapat (Notoatmodjo, 2007). 6. Evaluasi (evaluatio) Evaluasi berhubungan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu dilandaskan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau 22menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada(Notoatmodjo, 2007). Menurut Lawrence (1980) dalam Notoatmojo (2007) sikap ditentukan atau terbentuk dari 3 faktor. Faktor predisposisi (predisposing factor) m eliputi faktor-faktor dasar, misalnya: pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan lain sebagainya yang ter dapat dalam diri individu maupun masyarakat. Faktor pendukung (enabling factors) meliputi
lingkungan fisik seperti umur, status sosial ekonomi, pendidikan, sumber daya atau potensi masyarakat. Faktor pendorong (reinforcing factor) meliputi sikap dan sikap dari orang sekitar individu. Misalnya: sikap orang tua, suami, tokoh masyarakat bahkan petugas kesehatan
2.4. PERUBAHAN PERILAKU KESEHATAN Telah menjadi pemahaman umum, perilaku merupakan diterminan kesehatan yang menjadi sasaran dari promosi untuk mengubah perilaku ( behaviour change ). Perubahan perilaku kesehatan sebagai tujuan dari promosi atau pendidkan kesehatan, sekurang- kurangnya mempunyai 3 dimensi, yakni : • Mengubah perilaku negative (tidak sehat) menjadi perilaku positif (sesuai dengan nilai – nilai kesehatan) • Men gembangkan perilaku positif ( pembentukan atau pengambangan perilau sehat ). • Memelihara perilaku yang sudah positif atau p erilaku yang sudah sesuai dengan norma/nilai kesehatan ( perilaku sehat ). Dengan perkatan mempertahankan perilaku sehat yang sudah ada. Perilaku seseorang dapat berubah jika terjadi ketidakseimbangan antara kedua kekuatan di dalam diri seseorang. Beberapa rangsangan dapat menyebabkan orang merubah perilaku mereka : FAKTOR SOSIAL : Factor sosial sebagai factor eksternal yang mempengaruhi perilaku antara lain sktruktur sosial, pranata – pranata sosial dan permasalahan – permasalahan sosial yang lain. Pada factor sosial ini bila seseorang berada pada lingkungan yang baik yang maka orang tersebut akan memiliki perilaku sehat yang baik sedangkan sebaliknya bila seseorang berada pada lingkungan yang kurang baik maka orang tersebut akan memiliki perilaku sehat yang kurang baik juga. Dukungan sosial ( keluarga, teman ) mendorong perubaha perubahan sehat. Contohnya konsumsi alcohol, kebiasaan merokok, dan perilaku seksual. FAKTOR KEPRIBADIAN : Faktor yang mempengaruhi p erubahan perilaku salah satunya adalah perilaku itu sendiri (kepribadian) yang dimana dipengaruhi oleh karakteristik individu, penilaian individu terhadap perubahan yang di tawarkan, interaksi dengan petugas kesehatan yang merekomen-dasikan perubahan perilaku, dan pengalaman mencoba merubah perilaku yang serupa. Contohnya yang berhubungan adalah rasa kehatian – hatian, membatasi porsi pemakaian internet pada waktu – waktu tertentu agar tidak menjadi addicted, ini akan membantu individu agar dengan tidak menjadikan hal tersebut suatu kebiasaan ( habit) yang dapat merubah perilaku. FAKTOR EMOSI : Rangsangan yang bersumber dari rasa takut, cinta, atau harapan –
harapan yang dimiliki yang bersangkutan. Contohnya berhubungan dengan stress yang mendorong melakukan perilaku tidak sehat seperti merokok. PROSES TERJADINYA Untuk proses perubahan perilaku biasanya diperlukan waktu lama, jarang ada orang yang langsung merubah perilakunya. Kadang- kadang orang merubah perilakunya karena tekanan dari masyarakat lingkunganya, atau karena yang bersangkutan ingin menyesuaikan diri dengan norma yang ada. Proses terjadinya perubahan ini tidak semena – mena dapat tercapai dan harus benar- benar teruji, ada 5 tingkatan perubahan perilaku : 1. Prekontemplasi : – Belum ada niat perubahan perilaku 2. Kontemplasi : – Individu sadar adanya masalahnya dan secara serius ingin mengubah perilakunya menjadi lebih sehat. - Belum siap berkomitmen untuk berubah. 3. Persiapan : - Individu siap berubah dan ingin mengejar tujuan. - Sudah pernah melakukan tapi masih gagal. 4. Tindakan : – Individu sudah melakukan perilaku sehat, sekurangnya 6 bulan dari sejak mulai usaha memberlakukan perilaku hidup sehat. 5. Pemeliharaan : – Individu berusaha mempertahankan perilaku sehat yang telah dilakukan ( 6 bulan dilhat kembali). - Mungkin berlangsung lama. - 6 bulan dilihat kembali 2.4. Hubungan Kesehatan dengan Perilaku Seperti yang telah di jelaskan di Bab sebelumnya , hubungan kesehatan dengan perilaku sangatlah erat san saling berkesinambungan, individu yang sehat akan tercermin dari perilaku yang sehat pula. Sebaliknya juga begitu perilaku yang sehat akan mencerminkan individu dengan kualitas hidup baik. Manfaat dari hidup sehat yang paling penting adalah meningkatkan produktivitas kita dengan segala kemampuan dan potensi diri kita. Untuk itu konsep hidup sehat seperti tingkatkan PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) harus dipupuk dari tiap individu untuk dapat meningkatkan kualitas hidup yang sehat. TUJUAN Tujuan dari perilaku sehat dan perubahan perilaku sehat adalah agar terjadinya suatu pola hidup sehat yang menunjukan kepada kebiasaan. 2.3 Upaya Perubahan Perilaku Kesehatan Hal yang penting di dalam perilaku kesehatan adalah masalah pembentukan dan perubahan perilaku. Karena perubahan perilaku merupakan tujuan dari pendidikan kesehatan atau penyuluhan kesehatan sebagai penunjang program kesehatan lainnya. Perubahan yang dimaksud bukan hanya sekedar covert behaviour tapi juga overt behaviour . Di dalam program – program kesehatan, agar diperoleh perubahan perilaku yang sesuai dengan norma –
norma kesehatan diperlukan usaha – usaha yang konkrit dan positip. Beberapa strategi untuk memperoleh perubahan perilaku bisa dikelompokkan menjadi tiga bagian : 1) Menggunakan kekuatan / kekuasaan atau dorongan Dalam hal ini perubahan perilaku dipaksakan kepada sasaran sehingga ia mau melakukan perilaku yang diharapkan. Misalnya dengan peraturan – peraturan / undang – undang yang harus dipatuhi oleh masyarakat. Cara ini menyebabkan perubahan yang cepat akan tetapi biasanya tidak berlangsung lama karena perubahan terjadi bukan berdasarkan kesadaran sendiri. Sebagai contoh adanya perubahan di masyarakat untuk menata rumahnya dengan membuat pagar rumah pada saat akan ada lomba desa tetapi begitu lomba / penilaian selesai banyak pagar yang kurang terawat. 2) Pemberian informasi Adanya informasi tentang cara mencapai hidup sehat, pemeliharaan kesehatan , cara menghindari penyakit dan sebagainya akan meningkatkan pengetahuan masyarakat. Selanjutnya diharapkan pengetahuan tadi menimbulkan kesadaran masyarakat yang pada akhirnya akan menyebabkan orang berperilaku sesuai pengetahuan yang dimilikinya. Perubahan semacam ini akan memakan waktu lama tapi perubahan yang dicapai akan bersifat lebih langgeng. 3) Diskusi partisipatif Cara ini merupakan pengembangan dari cara kedua dimana penyampaian informasi kesehatan bukan h anya searah tetapi dilakukan secara partisipatif. Hal ini berarti bahwa masyarakat bukan hanya penerima yang pasif tapi juga ikut aktif berpartisipasi di dalam diskusi tentang informasi yang diterimanya. Cara ini memakan waktu yang lebih lama dibanding cara kedua ataupun pertama akan tetapi pengetahuan kesehatan sebagai dasar perilaku akan lebih mantap dan mendalam sehingga perilaku mereka juga akan lebih mantap. Apapun cara yang dilakukan harus jelas bahwa perubahan perilaku akan terjadi ketika ada partisipasi sukarela dari masyarakat, pemaksaan, propaganda politis yang mengancam akan tidak banyak bergun a untuk mewujutkan perubahan
Determinan Perilaku Determinan perilaku adalah faktor-faktor yang membedakan respons terhadap stimulus yang berbeda. Determinan perilaku dapat dibedakanmenjadi 2 (Notoadmodjo, 2003, p.120), yaitu: a.Determinan atau faktor internal, yaitu karakteristik orang yangbersangkutan, yang bersifat givenatau bawaan, misalnya tingkatkecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin dan sebagainya. b.Determinan atau faktor eksternal, yaitu lingkungan baik lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, politik dan sebagainya. Faktor 21 lingkungan ini sering merupakan faktor yang dominan yang mewarnaiperilaku seseorang.