Diabetes Melitus Tipe 2
Diabetes melitus adalah gangguan metabolisme yang dapat disebabkan berbagai macam etiologi, disertai dengan adanya hiperglikiemia kronis akibat gangguan resistensi insulin. FAKTOR RESIKO Overweight Overweight (BMI >= 25)
Family History of Diabetes Ras/Etnik Riwayat lahir dengan GDM Teridentifikasi Teridentifikasi IFG or IGT ETIOLOGI Kelainan genetik dari sell Beta-Pankreas akibat mutasi (contohnya: glukokinase) glukokinase) Genetik defek pada aksi insulin (contohnya: lypodysthrophy syndrome) Penyakit Pankreas Endokrinopati Endokrinopati (contoh: cushing syndrome, hyperthyroidism, aldosteronoma) Pengaruh obat kimia (contoh: thyazide, phenitoin) MANISFESTASI KLINIS Keluhan klasik DM berupa: - poliuria (banyak berkemih)
- polidipsia (rasa haus sehingga jadi banyak minum) - polifagia (banyak makan karena perasaan lapar terus-menerus) - penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya
Keluhan tambahan DM berupa: - lemas, mudah lelah, kesemutan, gatal
- penglihatan kabur - penyembuhan luka yang buruk - disfungsi ereksi pada pasien pria - gatal pada kelamin pasien wanita
Epidemiologi Prevalensi DM tipe 2 pada bangsa klit putih berkisar antara antara 3%-6% dari jumlah penduduk dewasanya. dewasanya. Di Singapura, frekuensi diabetes meningkat cepat dalam 10 tahun terakhir.3 Di Amerika Serikat, penderita diabetes meningkat meningkat dari 6.536.163 ji wa di tahun 1990 menjadi 20.676.427 jiwa di tahun 2010.4 Di Indonesia, kekerapan kekerapan diabetes berkisar antara antara 1,4%-1,6%, kecuali kecuali di
beberapa tempat yaitu di Pekajangan 2,3% dan di Manado 6%.3
Klasifikasi
Klasifikasi etiologis DM menurut American Diabetes Association 2010 (ADA 2010), dibagi dalam 4 jenis yaitu: 1. . Diabetes Melitus Tipe 1 atau Insulin Dependent Diabetes Mellitus/IDDM DM tipe 1 terjadi karena adanya destruksi sel beta pankreas karena sebab autoimun. Pada DM tipe ini terdapat sedikit atau tidak sama sekali sekresi insulin dapat ditentukan dengan level protein c-peptida yang jumlahnya sedikit atau tidak terdeteksi sama sekali. Manifestasi klinik pertama dari penyakit ini adalah ketoasidosis. 2. Diabetes Melitus Tipe 2 atau Insulin Non-dependent Diabetes Mellitus /NIDDM Pada penderita DM tipe ini terjadi hiperinsulinemia tetapi insulin tidak bisa membawa glukosa masuk ke dalam jaringan karena terjadi resistensi insulin yang merupakan turunnya kemampuan insulin untuk merangsang pengambilan glukosa oleh jaringan perifer dan untuk menghambat produksi glukosa oleh hati. Oleh karena terjadinya resistensi insulin (reseptor insulin sudah tidak aktif karena dianggap kadarnya masih tinggi dalam darah) akan mengakibatkan defisiensi relatif insulin. Hal tersebut dapat mengakibatkan berkurangnya sekresi insulin pada adanya glukosa bersama bahan sekresi insulin lain sehingga sel beta pankreas akan mengalami desensitisasi terhadap adanya glukosa. Onset DM tipe ini terjadi perlahan-lahan karena itu gejalanya asimtomatik. Adanya resistensi yang terjadi perlahanlahan akan mengakibatkan sensitivitas reseptor akan glukosa berkurang. DM tipe ini sering terdiagnosis setelah terjadi komplikasi. 3.
Diabetes Melitus Tipe Lain DM tipe ini terjadi karena etiologi lain, misalnya pada defek genetik fungsi sel beta, defek genetik kerja insulin, penyakit eksokrin pankreas, penyakit metabolik endokrin lain, iatrogenik, infeksi virus, penyakit autoimun dan kelainan genetik lain. 4. Diabetes Melitus Gestasional DM tipe ini terjadi selama masa kehamilan, dimana intoleransi glukosa didapati pertama kali pada masa kehamilan, biasanya pada trimester kedua dan ketiga. DM gestasional berhubungan dengan meningkatnya komplikasi perinatal. Penderita DM gestasional memiliki risiko lebih besar untuk menderita DM yang menetap dalam jangka waktu 5-10 tahun setelah melahirkan. Kriteria Diagnostik Diabetes melitus menurut American Diabetes Association 2010 : 1. Gejala klasik DM dengan glukosa darah sewaktu ≥ 200 mg/ dl (11.1 mmol/L). Glukosa darah sewaktu merupakan hasil pemeriksaan sesaat pada suatu hari tanpa memperhatikan waktu makan terakhir. Gejala klasik adalah: poliuria, polidipsia dan berat badan turun tanpa sebab. 2. Kadar glukosa darah puasa ≥ 126 mg/ dl (7.0 mmol/L).Puasa adalah pasien tak mendapat kalori sedikitnya 8 jam. 3. Kadar glukosa darah 2 jam PP ≥ 200 mg/ dl (11,1 mmol/L). Tes Toleransi Glukosa Oral dilakukan dengan standar WHO, menggunakan beban glukosa yang setara dengan 75 gr glukosa anhidrus yang dilarutkan ke dalam air. Apabila hasil pemeriksaan tidak memenuhi kriteria normal atau DM, maka dapat digolongkan ke dalam kelompok Toleransi Glukosa Terganggu (TTGO) atau Glukosa Darah Puasa Terganggu (GDPT) tergantung dari hasil yang dipeoleh :
TGT : glukosa darah plasma 2 jam setelah beban antara 140-199 mg/dl (7,8-11,0 mmol/L) GDPT : glukosa darah puasa antara 100 – 125 mg/dl (5,6-6,9 mmol/L)