PATOFISIOLOGI
Konstipasi dapat timbul dari adanya efek pengisian maupun pengosongan rectum. Pengisian rectum yang tidak sempurna terjadi bila peristaltic kolon tidak efektif. Statis tinja di kolon menyebabkan proses pengeringan tinja yang berlebihan dan kegagalan untuk memulai reflek dari rectum yang normalnya akan memicu evakuasi. Pengosongan rectum melalui evakuasi spontan tergantung pada reflek defekasi yang dicetuskan oleh reseptor tekanan pada otot-otot rectum, serabut-serabut aferen dan aferen dari tulang belakang bagian sacrum atau otot-otot perut dan dasar panggul. Kelainan pada reflaksi sfingter ani juga bias menyebabkan retensi tinja.(Kolon adalah bagian ujung dari saluran pencernaan manusia, yang terdiri dari usus besar, rektum, dan anus. Kolon dimulai pada sisi kanan bawah perut, di mana usus kecil mengosongkan isi pencernaan ke dalam bagian pertama dari usus besar (sekum).)
TUJUAN TERAPI
NON FARMAKOLOGI TERAPI
Pemberian larutan oralit (Larutan ini sering disebut rehidrasi oral. Larutan ini mempunyai komposisi campuran Natrium klorida, kalium klorida, glukosa anhidrat dan natrium bikarbonat.) tujuan dari pemberian oralit pada penderita diare untuk mencegah terjadi dehidrasi karena larutan oralit dapat mengganti cairan tubuh yang hilang oleh diare. Terdapat dua jenis oralit, yaitu oralit dengan basa sitrat (LGOS) dan oralit basa bikarbonat (LGOB). Adapun alternatif pembuatan larutan oralit ini ialah dengan larutan gula-garam, yaitu dua sendok teh gula dan setengah sendok teh garam dapur dilarutkan ke dalam satu gelas air matang.
Sampai saat ini penyakit diare merupakan penyebab utama kesakitan dan kematian, khususnya pada bayi dan balita di Indonesia. Pemerintah telah menerapkan berbagai strategi pemberantasan dan pengendalian penyakit diare ini. Beberapa dasar pelaksanaan pemberantasan penyakit ini antara lain :
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1216/MENKES/SK/XI/2001 tentang Pedoman Pemberantasan Penyakit Diare
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesi No.HK.03.0 1/160/1/2010 tentang Rencana Strategi Kementerian Kesehatan Tahun 2010-2014
EPIDEMIOLOGI
Epidemiologi adalah studi tentang seberapa sering suatu penyakit terjadi pada kelompok orang yang berbeda dan mengapa. Epidemiologi menggunakan beragam alat-alat ilmiah, dari kedokteran dan statistik sampai sosiologi dan antropologi.
EPIDEMIOLOGI DIARE.
Penyakit diare merupakan salah satu masalah kesehatan di negara berkembang, terutama di Indonesia baik di perkotaan maupun di pedesaan. Penyakit diare bersifat endemis juga sering muncul sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) dan diikuti korban yang tidak sedikit. Untuk mengatasi penyakit diare dalam masyarakat baik tata laksana kasus maupun untuk pencegahannya sudah cukup dikuasai. Akan tetapi permasalahan tentang penyakit diare masih merupakan masalah yang relatif besar (Suraatmaja, 2010).
DIARE EKSUDATIF
Terjadi pada lapisan usus besar mengalami peradangan atau tukak pada lambung sehingga melepaskan protein, darah, serta cairan-cairan lainnya yang menyebabkan kandungan serat dan air meningkat pada feses,jika mengenai lapisan rektum penderita akan mengalami desakan buang air besar yang tinggi.
PATOFISIOLOGI
Sebanyak kira-kira 9-10 L cairan memasuki saluran cerna setiap harinya, berasal dari luar (diet) dan dari dalam tubuh kita (sekresi cairan lambung, empedu dan sebagainya. Sebagian besar (75%-85%) dari jumlah tersebut akan diresorbsi kembali di usus halus dan sisanya sebanyak 1500 ml akan memasuki usus besar. Sejumlah 90% cairan di usus besar akan di resorbsi, sehingga tersisa sejumlah 150-250 ml cairan yang akan ikut membentuk tinja.
Pada dasarnya diare adalah gangguan transport air & elektrolit di saluran pencernaan, mekanisme gangguan ini terbagi sebagai berikut:
DIARE OSMOTIK
Diare ini terjadi bila bahan-bahan tertentu teringgal dalam usus tidak dapat tercerna sempurna, bahan tersebut menyebabkan volume air pada feses meningkat sehingga timbul diare, makanan tersebut antara lain kacang-kacangan, dan senyawa pengganti gula sarbitol,manitol,& heksitol. Kekurangan laktse juga bisa menyebabkan diare osmotik, laktase adalah enzim yang mengubah laktosa menjadi glukosa,& apabila enzim ini kekurangan maka saat mengkonsumsi susu, maka laktosa akan terkumpul sehingga terjadi diare osmotik.
DIARE SEKRETORIK.
Pada diare jenis ini terjadi peningkatan sekresi cairan dan elektrolit. Ada 2 kemungkinan timbulnya diare sekretorik yaitu diare sekretorik aktif dan pasif.
Diare sekretorik aktif terjadi bila terdapat gangguan aliran (absorpsi) dari lumen usus ke dalam plasma atau percepatan cairan air dari plasma ke lumen. Sperti diketahui dinding usus selain mengabsorpsi air juga mengsekresi sebagai pembawa enzim. Jadi dalam keadaan fisiologi terdapat keseimbangan dimana aliran absorpsi selalu lebih banyak dari pada aliran sekresi.
Diare sekretorik pasif disebabkan oleh tekanan hidrostatik dalam jaringan karena terjadi pada ekspansi air dari jaringan ke lumen usus. Hal ini terjadi pada peninggian tekanan vena mesenterial, obstruksi sistem limfatik, iskemia usus, bahkan proses peradangan.
FARMAKOLOGI TERAPI
Untuk meringan kan diare, dapat dengan cara mengeraskan feses diberi kaolin, pektin.
Pemberian antibiotika apabila diare disebabkan oleh bakteri dan golongan antibiotik yang dapat diberikan antara lain :
Golongan sefalosporin : cefixime,ceftriaxone,cefotaxime
Golongan kuinolon : ciprofloxacine
Golongan lain : erythomycin,metrodinazole,paromomycin
Obstipansia untuk terapi simtomatis (menghilangkan gejala) yang dapat menghentikan diare dengan beberapa cara: Zat penekan peristaltik, sehingga memberikan lebih banyak waktu untuk resorpsi air dan elektrolit oleh mukosa usus seperti derivat petidin (difenoksilatdan loperamida), antokolinergik (atropine, ekstrak belladonna)
Adstringensia yang menciutkan selaput lendir usus, misalnya asam samak (tannin) dan tannalbumin, garam-garam bismuth dan alumunium.
Adsorbensia, misalnya karbo adsorben yanga pada permukaannya dapat menyerap (adsorpsi) zat-zat beracun (toksin) yang dihasilkan oleh bakteri atau yang adakalanya berasal dari makanan (udang, ikan). Termasuk di sini adalah juga musilago zat-zat lendir yang menutupi selaput lendir usus dan luka-lukanya dengan suatu lapisan pelindung seperti kaolin, pektin (suatu karbohidrat yang terdapat antara lain sdalam buah apel) dan garam-garam bismuth serta alumunium.
Spasmolitik, yakni zat-zat yang dapat melepaskan kejang-kejang otot yang seringkali mengakibatkan nyeri perut pada diare antara lain papaverin dan oksifenonium.
KONSTIPASI
Konstipasi (sembelit) adalah keadaan/ kondisi seseorang kesulitan untuk buang air besar dikarenakan terjadi pengerasan pada feses. Konstipasi yang cukup hebat disebut juga dengan obstipasi
EPIDEMIOLOGI
Kontipasi biasanya terjadi pada wanita (karena faktor fisik dan psikologis), orang berusia lanjut (karena kinerja sistem pencernaan pada orang tua mulai menurun), dan anak-anak (karena sistem pencernaan pada anak-anak belum terlalu sempurna).
Sekitar 12% dari populasi penduduk di seluruh dunia mengalami konstipasi.
Pendapatan dari pasien obstipasi menyumbang sekitar 3% dari total seluruh pendapatan rawat jalan.
Kemungkinan seseorang terkena konstipasi dalam suatu masyarakat adalah sebesar 2 sampai 30%.
Sekitar 50% penderita konstipasi yang berobat ke rumah sakit mengeluhkan bahwa buang air besar mereka seperti terhambat.
Jumlah penderita konstipasi di Amerika dan Asia-Pasifik sekitar 17,3%, dua kali lebih banyak dibandingkan dengan Eropa yakni 8,75%.
Sekitar 25% penderita konstipasi cenderung tidak melakukan apapun untuk menyembuhkan konstipasi yang diderita, dan mereka lebih memilih untuk membiarkannya sembuh dengan sendirinya. Sekitar 20% penderita sembelit menyepelekan gejalanya walaupun mereka sudah mengalaminya dalam waktu berbulan-bulan dan menganggap hal tersebut sudah biasa.
Kurang lebih sepertiga penderita konstipasi menggunakan pencahar, meskipun baru-baru ini ada tinjauan yang menunjukkan
bahwa obat pencahar adalah pengobatan yang aman dan efektif.
Sekitar 18% penderita konstipasi tidak bisa berkonsentrasi pada pekerjaannya dan akibatnya sekitar 12% dari mereka juga tidak dapat menyelesaikan tugas dengan baik.
TERAPI
NON FARMAKOLOGI
Pengobatan dan peredaan konstipasi secara alami dapat dilakukan dengan pengubahan pola makan menjadi lebih sehat, rajin berolahraga, memijat perut dan punggung, minum air putih sebanyaknya, meminum minuman prebiotik dan probiotik, atau membiasakan diri untuk buang air besar setiap hari dengan membuat jadwal buang air besar yang disebut bowel training. Terapi tertawa juga dapat dilakukan, karena dengan tertawa otot perut secara refleks bergerak sehingga perut terpijat sehingga merangsang gerakan peristaltik usus dan melancarkan buang air besar.
Agar penderita konstipasi dapat cepat sembuh, maka penderita dilarang:
Menahan buang air besar.
Mengkonsumsi makanan siap saji dan bersifat panas.
Makan dalam porsi yang banyak.
Meminum minuman yang berkafein dan minuman ringan.
Mengkonsumsi makanan atau minuman dingin.
FARMAKOLOGI TERAPI
Pemberian obat pencahar (laksatif) golongan obat ini cenderung efektif serta aman digunakan dalam jangka lama.
Golongan obat pencahar :
Bulking agent : psylium, methylselulosa
Bulking agent, obat pencahar yang aman untuk merangsang buang air besar
Pelunak feses : decusate (membantu meningkatkan daya serap air feses) membuat feses lunak dan mudah kontraksi untuk buang air besar.
Bahan osmotik : bahan osmotik mendorong air ke usus, sehingga feses menjadi lunak dan mudah dieksresikan, pencahar ini mengandung garam-garam (fosfat, sulfat, magnesium)
Perangsang pencahar : merangsang langsung ke usus besar untuk berkontraksi mengeluarkan feses, obat ini mengandung substansi yang mengiritasi seperti senna, bisacodyl, cascara, tegaserod
Obat-obat konstipasi lainnya
Constipen
Dulcolactol syrup
Laxacod
Solac
Opilax 60 ml
Pralax syrup
ETIOLOGI
Konstipasi atau sembelit adalah keluhan pada sistem pencernaan yang paling umum dan banyak ditemui di masyarakat luas termasuk di sekitar kita. Bahkan diperkirakan sekitar 80% manusia pernah mengalami konstipasi atau sembelit. Penyebab umum konstipasi atau sembelit yang berada disekitar kita antara lain:[rujukan?]
Kekurangan cairan tubuh atau dehidrasi.
Pengaruh hormon dalam tubuh (misalnya dalam masa menstruasi atau kehamilan).
Usus kurang elastis (biasanya karena sedang dalam masa kehamilan atau usia lanjut).
Kelainan anatomis pada sistem pencernaan.
Gaya hidup dan pola makan yang kurang teratur (seperti diet yang buruk).
Efek samping akibat meminum obat yang mengandung banyak kalsium atau alumunium (misalnya obat antidiare, analgesik, dan antasida).
Kekurangan asupan vitamin C dan kekurangan makanan berserat.
Merupakan gejala penyakit (misalnya tifus dan hernia).
Sering menahan rangsangan untuk buang air besar dalam jangka waktu yang lama.
Emosi, karena orang yang emosi atau cemas ususnya kejang, sehigga pertaltik usus terhenti dan usus besar menyerap kembali cairan feses. Akibatnya feses menjadi semakin keras.
Jarang atau kurang berolahraga.
Kelebihan memakan daging. Terutama daging merah karena sulit dicerna dan memiliki banyak zat besi. Besi adalah zat yang membuat pengerasan tinja, membuatnya berwarna gelap dan hitam.
Dari penyalahgunaan obat, seperti obat laksatif. Sebagai contoh, pemakaian pencahar berguna untuk melancarkan gerakan peristaltik. Lama-kelamaan usus menjadi terbiasa dan bergantung pada obat tersebut, mengakibatkan reaksi usus menjadi lamban, dan menghambat gerak peristaltik mandiri usus.dll
ETIOLOGI
PENYEBAB
Pertumbuhan bakteri berlebih, dalam usus bakteri memegang peranan penting dalam proses pencernaan, apabila jumlah bakteri diatas normal akan terjadi gangguan dan bisa terjadi diare.
Perubahan pasase usus, bisa menyebabkan diare untuk mendapatkan konsistensi normal feses harus berada pada usus besar selama waktu tertentu dan apabila terjadi perubahan/ feses terlalu cepat meninggalkan usus, maka bentuk feses akan cenderung cair.
Jenis makanan tertentu bisa menyebabkan diare akut.
GEJALA
Diare juga dapat menyebabkan dehidrasi, maka tekanan darah akan turun dan bisa terjadi pingsan pada penderita, kehilangan cairan tubuh juga dapat mengakibatkan asidosis (ganguan asam basa pada darah)
DIARE
DEFINISI.
Sebuah penyakit di mana tinja atau feses berubah menjadi lembek atau cair yang biasanya terjadi paling sedikit tiga kali dalam 24 jam.
Dalam keadaan normal feses mengandung volume air hingga 60-80%, sedangkan pada penderita diare bisa mencapai lebih 90% , Menurut WHO diare adalah buang air besar encer atau cair lebih dari 3 x sehari.
DIARE & KONSTIPASI
NABIAL CHIEKAL GIBRAN
1108010115
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
Click to edit Master title style
Click to edit Master text styles
Second level
Third level
Fourth level
Fifth level
07/10/2013
#
Click to edit Master title style
Click to edit Master text styles
Click to edit Master text styles
Second level
Third level
Fourth level
Fifth level
07/10/2013
#
Click to edit Master title style
Click to edit Master text styles
Second level
Third level
Fourth level
Fifth level
07/10/2013
#
Click to edit Master title style
Click to edit Master text styles
Second level
Third level
Fourth level
Fifth level
07/10/2013
#
Click to edit Master title style
Click to edit Master text styles
07/10/2013
#
Click icon to add picture
Click to edit Master title style
07/10/2013
#
Click to edit Master title style
Click to edit Master text styles
Click to edit Master text styles
Click to edit Master text styles
Second level
Third level
Fourth level
Fifth level
Click to edit Master text styles
Second level
Third level
Fourth level
Fifth level
07/10/2013
#
Click to edit Master title style
Click to edit Master text styles
Second level
Third level
Fourth level
Fifth level
Click to edit Master text styles
Second level
Third level
Fourth level
Fifth level
07/10/2013
#
07/10/2013
#
Click to edit Master title style
Click to edit Master subtitle style
07/10/2013
#
Click to edit Master title style
Click to edit Master text styles
07/10/2013
#
Click to edit Master title style
Click to edit Master text styles
Second level
Third level
Fourth level
Fifth level
07/10/2013
#