Dialektika Hegel (Thesis, AntiThesis, Sintesis): Ritme Tiga Hentakan Proses Sosial Yang Cuku Cu kup p Me Mele lena naka kan n
Dialektika Dialektika Hegel saya rasa cukup dikenal di kalangan para pecinta Ilmu ilmu sosial. sosial. Sebagai sebuah doktrin yang cukup mampu bertahan dan diikuti oleh banyak orang dialektika Hegel ibarat sebuah teori Newton yang diamini dan dianggukki oleh sosiolog maupun pemerhati sosial sosial yang lainnya. Ketika Ketika menjelaskan menjelaskan atau berusaha berusaha menerangkan menerangkan tentang tentang proses-pros proses-proses es sosial, dialektika hegel ini selalu saja banyak dicopot dan dijadikan sebuah penjelasan. roses sosial memang sepertinya bekerja seperti dialektika Hegel ini, namun bagi saya Dialektika Hegel cukup mele melenak nakan an dan dan menj menjauh auhkan kan atas atas kekom kekompl pleka ekan n apa yang yang terj terjad adii seben sebenar arny nya. a. Doktr Doktrin in ini ini melemahkan, menyempitkan dan menyederhanakan realita roses Sosial yang ada. Doktrin Hegel ini memang cukup menarik dan cukup memberikan suatu penjelasan yang keliatannya rasional. Dikembangkan dari !ilsa!atnya Kant yang tertulis di Critique of Pure Reason, Reason, Dialektika Hegel kemudian mereduksi dan mengembangkan cirinya sendiri. Sebagai sebuah penjelasan atas proses-proses tertentu, dialektika itu sendiri sudah jauh dari apa yang dimaksudkan oleh Kant. Dialektik terdiri dari "itme #iga Hentakan$ #hesis, %nti#hesis dan Sintesis. #hesis dan %nti #hesis dikembangkan oleh hegel dari %ntinomi-antinominya Kant yang notabene membahas mengenai batas-batas dari rasionalitas kita atau merupakan kritik atas rasionalitas kita &Critique of Pure Reason' Reason' yang mengatakan bahwa kita tidak akan mampu memahami sesuatu yang si!atnya seperti ketakberhinggaan dan bersi!at dua kutub, bipolar. Kita akan selalu menemui jalan buntu &antinomi' yang berlawanan satu sama lain ketika berusaha memahami semisal waktu atau ruang. Silahkan search tulisan saya yang lain mengenai %ntinomi Kant soal waktu dan ruang ini. %kan tetapi Hegel mengambil jalan lain. Sembari mengatakan bahwa Kant memang benar bahwa dalam banyak hal di kehidupan kita adalah merukpakan antinomi-antinomi akan tetapi diantara dua buah kutub tersebut bisa muncul gabungan dari dua kutub k utub tersebut. Dalam hal ini sebenarnya sebenarnya Hegel membuat antinomi antinomi Kant menjadi menjadi melebar melebar dan menyentuh menyentuh apa yang sebenarnya sebenarnya tidak ingin dikatakan dikatakan oleh Kant. Hegel kemudian mengadopsi mengadopsi antinomi Kant ini dalam sebuah doktrin Dialektika Sosialnya. #hesis, merupakan sesuatu yang pada dasarnya berkebalikan dengan %nti#hesis. Dalam sebuah ide %nti#hesis merupakan lawan atau kutub yang berkebalikan dengan #hesis. ro dan Kontra istilahnya. Namun ketika #hesis dan %nti#hesis ini bergejolak dan bertemu di dunia nyata maka suatu saat akan timbul hal baru yang merupakan akom akomoda odasi si atau atau hasil hasil-ha -hasi sill dari dari bentu bentura ran n kedua keduany nyaa &ent &entah ah itu itu kompr komprom omi, i, win-win win-win solution solution,, perjanjian, atau ide( baru, dan semua proses sosial atau budaya baru' yang ia sebut sebagai Sintesis. Sintesis kemudian bisa menjadi #hesis dan kemudian menemukan %nti#hesisnya dan melahirkan Sintesis baru. Demikian seterusnya. Setidaknya Setidaknya menurut Hegel Dialektika Dialektika ini merupakan merupakan sebuah proses proses yang mati. Istilah Istilah kerennya kerennya Dialektika Dialektika ini adalah Hukum Sosial yang berlaku untuk semua waktu dan semua tempat. tempat. Kalau dalam )isika atau ilmu dikenal dengan Hukum Newton maka Dialektikanya ini merupakan Hukum Sosialnya. Seluruh roses Sosial kemasyarakatan merupakan proses yang pada dasarnya berdialektika seperti ini, demikian kata Hegel. #entunya ini merupakan dukungan dari Ide Sosial yang ia sebut sebagai "oh *asyarakat & Zeitgeis kalau Zeitgeis kalau tidak salah, tolong dikoreksi ya'. %kan tetapi sebagai sebuah doktrin yang sudah mengurat akar di kalangan sosial &saya kok yakin setiap ilmuan sosial sosial mengenal bahkan sering sering meyakini meyakini Doktrin Doktrin ini', ini', jika dianggap sebagai sebuah keimanan, hal ini ini akan akan memb membaha ahaya yakan kan dan meru merupak pakan an kekel kekelir iruan uan atau atau peny penyede ederh rhana anaan an yang yang berl berlebi ebihan han.. Kecenderugan Historisis dalam Dialektika ini sangatlah tinggi. Seperti Kehendak Hukum #uhan mungkin. %h, saya juga tidak begitu mengerti. #olong dikoreksi dan dibantah jika saya keliru dalam memahaminya. Salam enuh #anya Ha+i+ie Suluh •
Metode di dalam ilsa!at Hegel Re"a A#A $attimena
ada bab sebelumnya saya sudah menjabarkan garis besar proyek !ilsa!at kritis Immanuel Kant. Inti dari metode berpikir yang diajarkan Kant adalah pencarian kondisi-kondisi kemungkinan dari pengetahuan manusia, dan pencarian dasar rasional dari !enomena yang hendak diteliti. )ilsa!at Kant sangat mempengaruhi para !ilsu! setelahnya. Salah satu !ilsu! yang sangat dipengaruhi oleh Kant, namun juga melakukan kritik tajam terhadap Kant, adalah Hegel. ada bab ini saya ingin mengajak anda mencecap sedikit gaya berpikir Hegel, terutama yang terkait dengan metodenya untuk memahami realitas. Sebagai pendasaran saya menggunakan teks tulisan arry Krasno!! yang berjudul Hegel’s Phenomenology of Spirit ./ ertanyaan pertama yang layak diajukan adalah, apa sebenarnya latar belakang !ilsa!at Hegel0
%atar &elakang
Dunia kita sekarang ini sangat dipengaruhi oleh peradaban 1ropa utara yang berkembang sejak 2 abad yang lalu. ada tahun-tahun itu, 1ropa telah berubah dari sebuah peradaban yang sangat bernuansa religius menjadi peradaban yang mengedepankan ilmu pengetahuan, militer, dan !ilsa!at. #iga hal itu mendorong terciptanya sebuah peradaban terbesar sepanjang sejarah manusia, yang kini pengaruhnya bisa dirasakan di seluruh dunia. ara !ilsu! menamakan gejala perkembangan pesat itu sebagai modernitas &modernity'. *engapa modernitas bisa terjadi, dan bagaimana prosesnya0 Sampai sekarang para !ilsu! dan sejarahwan masih mencari jawaban yang paling tepat atas pertanyaan itu. Namun menurut penelitian Krasno!!, penelitian para ahli biasanya terpusat pada peristiwa-peristiwa khusus tertentu, seperti "e!ormasi rotestan, perkembangan !isika modern melalui penemuan 3alileo dan Newton, penemuan dan penaklukan benua %merika, perdagangan bebas, kapitalisme, serta "e4olusi %merika dan erancis. %pa sebenarnya dampak langsung dari peristiwa-peristiwa itu, sehingga pada akhirnya bisa mendorong terjadinya proses modernisasi0 *enurut Krasno!! jawaban atas pertanyaan itu terletak pada perubahan paradigma & paradigm change' di dalam memandang realitas. %lam dipandang sebagai alam obyekti! yang bisa dipelajari dan digunakan untuk sepenuhnya kepentingan manusia. %gama dipandang bukan lagi sebagai urusan bersama, tetapi sebagai urusan pri4at. %gama dipisahkan dari urusan negara, dan didorong ke pinggir kehidupan politik.
olitik pun tidak lagi dide!inisikan sebagai upaya meraih kekuasaan sebesar mungkin untuk memperkaya diri, melainkan sebagai alat untuk menjaga dan mengembangkan hak-hak asasi manusia serta hak politik untuk memilih siapa yang berkuasa secara demokratis. #iga pandangan itu kini sudah menyebar ke seluruh dunia, dan menjadi paradigma yang dominan. Namun sekarang ini banyak pemikir yang mempertanyakan, apakah modernitas adalah satu-satunya paradigma kehidupan yang bisa digunakan0 %pakah tidak ada alternati!0(/ %da beberapa alternati! yang kiranya mungkin terjadi, seperti pemerintahan totaliter, baik atas nama agama ataupun ras dominan, masyarakat mistik yang menghormati alam namun lupa meman!aatkannya untuk kepentingan manusia, serta masyarakat tertutup yang menutup kesamaan mutlak, tanpa menghormati perbedaan maupun hak-hak asasi manusia sedikitpun. Dalam arti ini seperti yang pernah ditulis *agnis-Suseno, demokrasi, yang merupakan esensi politik modernitas, adalah pilihan terbaik di antara semua alternati! yang ada. #idak hanya itu menurut 5inston 6hurchill, perdana menteri Inggris pada saat perang dunia kedua, demokrasi adalah bentuk politik terbaik dibanding bentuk-bentuk politik lainnya yang pernah dicoba di dalam sejarah manusia. %pakah modernitas adalah sesuatu yang baik secara moral0 7agi Krasno!! pertanyaan itu tidaklah rele4an. Itu seperti bertanya apakah oksigen itu baik untuk manusia atau tidak0 #entu saja setiap orang membutuhkannya. Dan orang tidak memiliki kemungkinan untuk memilih yang lain. #idak hanya itu menurut Krasno!!, pertanyaan tentang apakah modernitas baik secara moral adalah pertanyaan yang problematis, karena modernitas telah merasuki sendi-sendi kehidupan masyarakat jaman sekarang sebegitu mendalam dan meluas. Setiap orang terpengaruh dengan caranya masingmasing. Setiap orang juga memaknainya dengan caranya sendiri-sendiri. 1!ek dari modernitas tidak bisa direduksi hanya dalam satu hal saja.8/ alu apakah modernitas memiliki sisi buruk0 *enurut Krasno!! sisi negati! dari modernitas terletak pada sisi ekonomi dan teknologinya. 9ang pertama adalah kecenderungan modernitas untuk menerapkan paham kapitalisme secara berlebihan. %kibatnya adalah manusia dikorbankan dan dieksploitasi atas nama pengumpulan keuntungan dan modal yang lebih tinggi lagi. #eknologi membuat manusia menjadi tidak manusiawi. Hubungan manusia tidak lagi dilandasi ketulusan, melainkan melulu hubungan kebutuhan yang si!atnya instrumental, material, dan dangkal. #eknologi juga menghasilkan limbah yang pada akhirnya merusak ekosistem. Krisis global warming yang kita alami secara global sekarang ini adalah hasil dari penggunaan teknologi yang kelewat batas, dan akhirnya menghancurkan alam. Secara kultural modernitas juga seringkali meremehkan budaya-budaya lokal partikular yang memiliki cara berpikir berbeda. Hal ini tampak jelas di dalam arogansi negara-negara 1ropa dan %merika, ketika berhadapan dengan negara-negara %sia dan %!rika. alu apa sisi positi! dari modernitas0 *enurut Krasno!! sisi positi! modernitas paling tampak pada aspek moral dan politik. Secara khusus modernitas mengedepankan dan mengembangkan kebebasan manusia sebagai indi4idu. ada masa sebelumnya cara berpikir dan pilihan manusia dibatasi oleh kelas sosial, tradisi, dan agama. Namun dengan berkembangnya modernitas, manusia mulai menemukan dan berani mengedepankan kebebasannya. Dalam soal
agama setiap orang berhak memutuskan agama apa yang mereka peluk. #idak hanya itu setiap orang juga berhak mengekspresikan keyakinan agamanya, sejauh itu tidak melanggar kebebasan orang lain. Dalam hal politik setiap orang bebas untuk memilih penguasa manakah yang layak memerintah di sebuah negara. Dalam hal ekonomi setiap orang bebas untuk mengumpulkan harta kekayaan, sejauh dalam batas-batas hukum. Dan dalam hal budaya, setiap orang berhak hidup dengan caranya masing-masing, sejauh itu masih berada dalam batas-batas hukum dan tidak melanggar kebebasan orang lain.2/ %pakah sisi-sisi positi! tersebut sungguh terwujud nyata di dalam realitas0 #entu saja di dalam kenyataan, tidak ada satupun dari cita-cita ideal tersebut terwujud secara sempurna. Kebebasan manusia masih saja dikungkung oleh kekuatan-kekuatan budaya, ekonomi, dan politik yang tak terbendung oleh aspirasinya terhadap kebebasan. Namun seperti yang berulang kali ditulis oleh 7. Herry riyono di dalam berbagai tulisannya, cita-cita tidak akan lenyap hanya karena belum terwujud di dalam realitas, begitu pula cita-cita modernitas tentang kebebasan harus menjadi tujuan utama dari semua praktek politik, ekonomi, agama, dan budaya sekarang ini. alu apa arti pembicaraan tentang modernitas tersebut dengan Hegel, tokoh kita pada bab ini0 ada hemat Krasno!! cita-cita modernitas tentang kebebasan terasa paling kental merasuk di dalam seluruh tubuh !ilsa!at Hegel.:/ #ulisan-tulisan Hegel menggambarkan bagaimana roh absolut bergerak di dalam sejarah untuk sampai pada kebebasan. Namun mengapa Hegel menjadikan tema kebebasan, yang merupakan esensi modernitas, di dalam !ilsa!atnya0 *enurut penelitian yang dilakukan Krasno!!, Hegel memilih kebebasan sebagai tema utama !ilsa!atnya, karena ia pertama-tama terpesona oleh re4olusi erancis. Sebagai seorang pemuda yang lahir pada ;;<, ia terpana oleh gelora kebebasan yang mewujud secara nyata di dalam re4olusi erancis. *engapa ia begitu terpesona dengan cita-cita kebebasan0 =ntuk menjawab ini kita perlu sedikit mengetahui latar belakang historis Hegel sebagai seorang pribadi. Ia adalah seorang anak pegawai negeri sipil rendahan dari Stuttgart. 5alaupun miskin namun Hegel sangat cerdas. ada ;>> ia masuk seminari &sekolah pendidikan calon imam di dalam %gama Katolik' di =ni4ersitas #uebingen. Di sana ia bertemu dengan )riedrich Schelling &juga seorang !ilsu! Idealis ?erman yang cukup ternama' dan menjalin persahabatan dengannya. Schelling dan Hegel kini dikenal sebagai para !ilsu! Idealisme ?erman. Secara singkat Idealisme ?erman adala paham !ilsa!at yang berpendapat, bahwa realitas bukanlah material secara hakiki, melainkan bentukan dari konsepkonsep rasional yang terletak di dalam pikiran manusia. Konsep-konsep tersebut seperti aku murni, roh absolut, non-aku, dan sebagainya. Idealisme ?erman berkembang pada abad ke-> di ?erman, namun pengaruhnya masih sangat terasa hingga sekarang ini. *asa Hegel hidup adalah masa yang penuh dengan tantangan. "e4olusi erancis dengan cita-cita kebebasan, persamaan, dan persaudaraan mengguncang tatanan monarki !eodal sebelumnya. 5alaupun pada masa itu erancis adalah tempat yang penuh dengan gejolak, namun ?erman, tempat Hegel lahir dan tumbuh, tetap stabil seolah tidak terjadi apa-apa. =ni4ersitas #@bingen seolah tetap steril, jauh dari gejolak yang ditimbulkan oleh "e4olusi erancis dan gerakan !ilsa!at encerahan. *emang pada waktu itu, #@bingen adalah uni4ersitas yang konser4ati!. #eks-
teks !ilsa!at encerahan yang kental dengan ide otonomi dan kebebasan indi4idu dilarang untuk disebarkan. #entu saja Hegel tidak mematuhi aturan yang aneh itu. *asalah yang langsung dihadapinya adalah, bagaimana menerapkan cara berpikir modern yang ditimbanya dari para !ilsu! encerahan di ?erman, yang pada masa itu relati! masih merupakan masyarakat tradisional0 ada masa yang sama, Inggris dan erancis sudah menjelma menjadi negara modern. Di negara-negara itu, kebebasan sudah mulai menjadi bagian dari kehidupan indi4idu dan kehidupan sosial. Sebaliknya di ?erman orang berkumpul untuk berdiskusi soal !ilsa!at encerahan pun kerap kali harus berbenturan dengan otoritas pemerintah. Dengan kata lain dapatlah dikatakan, bahwa pada masa itu, ?erman masih merupakan negara terbelakang. Namun Hegel akibat membaca secara intensi! tulisan-tulisan "ousseau dan Kant berhasil menerobos keterbelakangan itu, dan akhirnya merumuskan !ilsa!atnya sendiri secara kreati!.A/ *enurut Krasno!! prinsip utama di dalam !ilsa!at Hegel adalah subyekti4itas & subjectiity'. Hal ini menjadi jelas, jika orang berusaha membaca karya magnum opus Hegel yang berjudul Phenomenology of Spirit . Hegel sendiri mengatakan tujuan !ilsa!atnya adalah untuk menggengam & grasp' dan mengekspresikan &e!press" subyekti4itas.;/ %rtinya adalah tujuan dari suatu re!leksi !iloso!is adalah untuk memahami karakter dasariah dari subyekti4itas manusia. #idak hanya itu !ilsa!at pun sebenarnya adalah ekspresi dari subyekti4itas manusia itu sendiri. Namun bentuk ekspresi yang bagaimana0 %pa sebenarnya hakekat &nature' dari subyekti4itas, dan bagaimana !ilsa!at bisa mengekspresikannya0>/
Su'ektiitas di dalam ilsa!at Hegel
Di dalam !ilsa!at tema subyekti4itas adalah tema yang sudah berumur ratusan tahun, jauh sebelum masa hidup Hegel. ara !ilsu! modern seperti Kant dan Descartes mere!leksikannya secara sistematis dan mendalam. Namun menurut Hegel re!leksi !ilsa!at tentang subyekti4itas di dalam !ilsa!at Kant maupun Descartes masih terjebak pada kesalahpahaman dan inkoherensi. Seperti yang ditulis oleh Krasno!!, bagi Descartes, subyekti4itas adalah konsep yang bersi!at kontemplati!. )ungsi konsep itu sendiri semata-mata hanya sebagai titik awal & starting point ' untuk memberikan kepastian metodologis &methodological certainty'. #idak ada kepastian apakah pikiranku memiliki hubungan langsung dengan realitas. 9ang pasti adalah bahwa aku sedang berpikir am thin$ing ', dan pikiran itu selalu mengarah pada sesuatu. %ku tidak pernah berpikir kosong, karena aku selalu berpikir tentang sesuatu. Namun menurut Krasno!! jika pikiran adalah soal indi4idu subyekti! semata, maka tidak ada kemungkinan untuk menilai, apakah pikiran itu tepat atau tidak. ?ika argumen ini benar, lalu bagaimana hubungan antara pikiran, konsep, dan dunia !isik eksternal0 Ini adalah pertanyaan yang langsung menjatuhkan seluruh sistem 6artesian. 7agi Descartes hubungan pikiran dengan dunia luar terletak pada !akta, bahwa #uhan itu ada, dan Ia tidak mungkin menipu kita. #entu saja argumen ini sama sekali tidak kuat, dan bahkan terkesan sangat dogmatis. 9ang ingin dicapai
Descartes adalah keketatan berpikir metodis di dalam !ilsa!at. Namun kekuatan pendekatan Descartes ternyata juga mencerminkan kelemahannya. )ilsa!atnya tidak memberikan argumen yang cukup memadai tentang hubungan antara pikiran dan realitas !isik di luarnya. Seperti sudah disinggung pada bab sebelumnya tentang metode skeptisisme, Hume adalah !ilsu! yang dengan keras mengajukan kritik kepada Descartes. Hume menolak mengakui adanya relasi sebab akibat yang nyata di dalam realitas. Ia juga menolak argumen, bahwa kita bisa sungguh sampai pada pengetahuan yang benar tentang realitas. Kant kemudian mencoba mengajukan kritik terhadap Hume dengan berargumen, bahwa pengetahuan yang tepat tentang dunia !isik itu mungkin, karena struktur akal budi internal manusia memungkinkan itu terjadi. Struktur akal budi internal itu disebut juga sebagai subyekti4itas & subjectiity'. 5alaupun begitu Kant tidak menjadikan subyekti4itas hanya sebagai titik awal yang si!atnya kontemplati!, seperti pada !ilsa!at Descartes. Sebaliknya pada Kant konsep subyekti4itas lebih bersi!at akti! di dalam membentuk pengetahuan tentang dunia luar. Dalam arti ini tidaklah berlebihan jika dikatakan, bahwa dunia bisa ada karena diketahui oleh manusia. #anpa manusia tidak ada dunia.B/ Inilah yang disebut Krasno!! sebagai konsep subyekti4itas yang bersi!at idealistik &idealist conception of subjectiity'. Konsep subyek di dalam Kant melampaui konsep subyek di dalam !ilsa!at Descartes, yang cenderung bersi!at kontemplati! dan pasi! semata. Dalam arti ini konsep subyek Kant dapat juga disebut konsep subyek yang akti! &actie subject ' , terutama jika diperlawankan dengan konsep subyek di dalam !ilsa!at Descartes yang cenderung pasi!. 7agi Kant akal budi adalah !akultas di dalam diri manusia yang ber!ungsi untuk membentuk ide. Ide itu sendiri berasal sekaligus melampaui pengalaman inderawi. Salah satu yang menjadi acuan Kant adalah ide kebebasan &the idea of freedom'. Ide kebebasan tidak pernah bisa dipahami secara empiris. Cleh karena itu pengetahuan manusia tentang kebebasan memiliki bentuk yang berbeda, jika dibandingkan dengan pengetahuan manusia mengetahui benda-benda !isik, seperti meja, kursi, mobil, dan sebagainya. %kan tetapi dengan alasan ini,E demikian Krasno!!, kita tidak dapat mengatakan bahwa ide kebebasan tidak mempunyai kenyataan..E %rtinya adalah walaupun tidak memiliki dasar empiris-!isik, dan tidak bisa menjadi obyek pengetahuan langsung manusia, ide kebebasan tetap dapat dipahami oleh manusia, walaupun dengan cara lain. 7agi Kant ide kebebasan sudah selalu diandaikan di dalam tindakan moral manusia sebagai mahluk yang rasional. ?ika tidak diandaikan maka tindakan moral menjadi tidak mungkin. Sementara !aktanya tindakan moral, seperti berbuat baik, itu mungkin, maka kebebasan pun tidak bisa dibantah keberadaannya. )ilsa!at Hegel dapat dianggap sebagai suatu upaya untuk melampaui konsep subyek di dalam !ilsa!at Kant maupun Descartes. Seperti sudah disinggung sebelumnya, Hegel sangat mengagumi "e4olusi erancis. )ilsa!atnya sendiri tidak bisa dilepaskan dari momen bersejarah tersebut. Di dalamnya ia melihat dorongan kekuatan kebebasan dari subyek untuk melawan semua bentuk kekuatan yang mengekangnya.
#entu saja banyak !ilsu! berharap supaya kekuatan kebebasan ini dapat diarahkan pada sesuatu yang si!atnya positi!, seperti untuk perkembangan ilmu pengetahuan dan moralitas misalnya. %kan tetapi seperti ditegaskan oleh Krasno!!, subyek yang bebas berarti ia tidak bisa ditentukan tindakan ataupun pilihannya ke depan. ?ika ia bisa ditentukan, maka ia tidaklah bebas. Konsep subyek pada !ilsa!at Descartes terjebak pada dirinya sendiri. Subyek menjadi koheren secara konseptual, namun tidak bisa diterapkan dalam konteks kehidupan nyata. Sementara subyek moral Kantian, yang menempatkan kebebasan sebagai pengandaian, tidak bisa dipastikan akan melulu bertindak secara moral. Hegel sendiri sebenarnya banyak sependapat dengan Kant. Namun begitu Hegel ingin menyelamatkan konsep subyek dari isolasi, seperti yang dialami konsep subyek di dalam !ilsa!at Descartes. Hegel setuju bahwa subyekti4itas manusia itu si!atnya akti! dan kreati!, serta mampu menolak semua tekanan dari
luar.
Setelah subyek melampaui semua kekangan yang
menghambatnya, ia kemudian menjadi sadar diri & self-conscious', yakni sadar akan kesalahan dari tindakan ataupun pilihannya. Di dalam proses menyadari dirinya sendiri ini, subyek kemudian semakin mengetahui dan memahami dirinya sendiri %self-$nowledge'. roses subyek untuk mengenali dirinya sendiri ini, menurut Hegel, mirip seperti pertarungan melawan dan bersama kematian itu sendiri & struggle with and against death'. Kebebasan manusia sebagai subyek paling tampak di dalam kebebasannya menghadapi kematian. Selain itu kebebasan subyek paling tampak di dalam penegasan dirinya menghadapi tekanan sosial & social pressure'. Namun begitu pernyataan terakhir tampak mengandung setitik kontradiksi. 7ukankah lingkungan sosial yang memberikan arti dan makna bagi kehidupan seseorang0 Dan bukankah seperti yang dikatakan oleh Heidegger dengan lugas, bahwa kematianlah yang memberikan makna bagi kehidupan manusia0 Dalam arti ini subyek selalu berada dalam tegangan untuk menjadi bebas di satu sisi, dan untuk mengikat dirinya pada komunitas sosialnya./ Ia juga selalu berada dalam tegangan antara dorongan untuk memaknai hidup yang ada, dan kecemasan di dalam menghadapi kematian. Di dalam tegangan itulah subyek menyadari dirinya sendiri & selfreali&ing '.
Hegel dan Dialektika*+-
*etode dialektik Hegel terdiri dari tiga tahap. 9ang pertama adalah tesis, yakni membangun suatu pernyataan tertentu. 9ang kedua adalah antitesis, yakni suatu pernyataan argumentati! yang menolak tesis. Dan yang ketiga adalah sintesis, yakni upaya untuk mendamaikan tegangan antara tesis dan antitesis. 7iasanya para ahli mengaitkan konsep dialektika ini dengan !ilsa!at Hegel, walaupun Hegel sendiri tidak pernah secara eksplisit menyatakan argumennya melalui konsep tesis, antitesis, dan sintesis. Sebaliknya Hegel justru menyatakan, bahwa ia mendapatkan argumen itu dari !ilsa!at Kant. epas dari itu metode dialektik memang nantinya menjadi sangat populer di tangan para !ilsu! Idealisme ?erman, terutama di dalam pemikiran Hegel.
Di dalam tulisan-tulisannya, Hegel memang tidak secara langsung menggunakan konsep tesis-antitesis-sintesis. Namun ia menggunakan logika yang kurang lebih sama di dalam tulisantulisannya. Ia kerap kali menggunakan konsep abstrak-negati!-konkret &abstract-negatie-concrete' untuk melukiskan cara berpikir dialektisnya tentang realitas. 7eberapa kali ia menggunakan kata langsung-tidak langsung-konkret &immediate-mediated-conrete'. Hegel memang menggunakan kata-kata yang berbeda untuk menegaskan metode berpikir dialektis yang digunakannya di dalam seluruh sistem !ilsa!atnya. 6oba kita bedah hal ini secara lebih mendalam. Di dalam rumusan tesis-antitesis-sintesis, kita tidak bisa mengerti secara logis mengapa tesis terkait dengan antitesis. 9ang dikatakan oleh para komentator Hegel hanyalah di dalam tesis sudah langsung termuat antitesis. Namun apa sesungguhnya arti dari argumen itu0 6oba kita lihat rumusan Hegel abstrak-negati!-konkret. Di dalam rumusan itu sudah diandaikan, bahwa tesis, yakni abstrak, memiliki kelemahan, yakni bahwa ia belum diuji di dalam realitas. Konsep abstrak belum memiliki aspek pengalaman, dan belum teruji di dalam kerasnya realitas. Di dalam tahap negati!, yang merupakan le4el antitesis, apa yang abstrak tadi diceburkan ke dalam realitas, dan berinteraksi dengan negati4itas yang seringkali muncul di dalam pengalaman. 7aru setelah itu abstrak dan negati! mengelami sintesis, dan menjadi konkret. e4el konkret baru bisa dicapai, jika le4el negati! dan abstrak sudah dilampaui. Inilah esensi dari metode dialektis yang dapat ditemukan di dalam seluruh !ilsa!at Hegel. =ntuk menggambarkan konsep pelampauan negati! dan abstrak itu, Hegel menggunakan konsep 'ufhebung( yang berarti FmelampauiF &oercoming '. Secara kasar konsep melampaui itu bisa dianggap sebagai suatu upaya untuk menerjang batas-batas konsep yang ada sebelumnya, sambil tetap mengambil sisi positi!nya yang tertinggal. Di dalam bukunya yang berjudul #lmu )ogi$a &Science of )ogic', Hegel mencoba melukiskan proses dialektika untuk memahami keberadaan manusia. Keberadaan manusia pada awalnya adalah %da &*eing '. Namun ada-murni & pure being ' ternyata tidak dapat dibedakan dengan ketiadaan &+othing ' . Sesuatu yang keberadaanya bersi!at murni, yakni tidak tergantung pada realitas inderawi, juga secara logis dapat disamakan dengan tidak ada. Di dalam proses ada-murni, yang juga berarti ketiadaan, akan melampaui batas-batasnya sendiri, dan kemudian bersatu di dalam FmenjadiF &becoming '. Di dalam kosa kata teori dialektika Hegel, ada-murni adalah tesis. Ketiadaan adalah antitesis dari ada-murni. Dan menjadi &becoming ' adalah sintesis dari ada-murni dan ketiadaan. *etode dialektika Hegel juga memiliki unsur kontradiksi yang sangat kuat. 7aginya setiap tahap perkembangan realitas, mulai dari tesis, antitesis, dan sintesis, muncul dari kontradiksi yang kuat di dalam tahap sebelumnya. Seluruh sejarah dunia adalah sejarah dialektika dan kontradiksi. Dahulu kala pemerintahan yang ideal adalah pemerintahan monarki absolut dengan menjadikan satu raja sebagai acuan utama politik. *onarki absolut tersebut didasarkan pada dua asumsi, yakni legalitas perbudakan untuk memperoleh tenaga kerja manusia murah, dan asumsi bahwa rakyat adalah orang bodoh yang tidak mampu memimpin ataupun membuat keputusan untuk dirinya sendiri. 6ara pandang itu mengalami kontradiksi, karena jika asumsi itu terwujud, maka negara justru tidak akan berkembang. Sekarang ini bentuk pemerintahan ideal adalah demokrasi dengan mengacu pada warga negara yang bebas dan cerdas.
Dari contoh di atas dapatlah disimpulkan, bahwa kontradiksi tidaklah muncul dari luar tesis, melainkan justru dari dalamnya. Di dalam konsep monarki absolut sebagai acuan !ilsa!at politik, sudah ada FantiF dari monarki absolut itu sendiri. %ntitesis sudah selalu terkandung di dalam tesis. Dan sintesis sudah selalu terkandung di dalam tesis dan antitesis. Dalam bahasa Hegel di dalam Ilmu ogika, di dalam %da dan Ketiadaan sudah selalu terkandung FmenjadiF. alu apa sebenarnya tujuan dari metode dialektika ini0 #ujuan dasar dari dialektika adalah untuk menganalisis realitas pada dirinya sendiri, seturut geraknya sendiri, dan untuk memahami itu semua dalam terang akal budi. Konsep inti di dalam metode dialektika Hegel adalah negasi atas negasi &negation of the negation', atau yang ia sebut juga sebagai 'ufhebung . Konsep ini diawali dengan sebuah premis sederhana, bahwa segala sesuatu menjadi apa adanya, karena selalu berada di dalam relasi dengan yang lainnya, yang bukan sesuatu itu. *eja bisa ada dan diketahui oleh manusia, karena ada segala sesuatu yang bukan meja,. *eja menegasi segala sesuatu yang bukan meja, sehingga ia menjadi dirinya sendiri. Hegel mau mengajarkan kita untuk melihat realitas sebagai suatu proses. roses tersebut melewati tahap-tahap tertentu yang kelihatannya penuh dengan negati4itas. Namun negati4itas itu sebenarnya merupakan antitesis yang nantinya akan Gmelampaui tesis dan antitesis sebelumnya. Seluruh realitas menurut Hegel bergerak dengan pola itu. Dan pada akhir sejarah, realitas akan mengalami sintesis absolut. Itulah akhir sejarah menurut Hegel. Seluruh proses ini disebutnya sebagai dialektika, dan unsur penting dari dialektika itu adalah kontradiksi dan negasi. Kontradiksi dan negasi itu memiliki unsur negati4itas yang kuat, namun diperlukan untuk perkembangan realitas menuju sintesis absolut.