0
KERANGKA ACUAN KEGIATAN
PROGRAM GIGITAN HEWAN PENULAR RABIES ( GHPR )
DI PUSKESMAS KUTA II
PUSKESMAS KUTA II
2017
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI 1
PENDAHULUAN 2
LATAR BELAKANG 2
TUJUAN UMUM DAN TUJUAN KHUSUS 2
KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN 2
CARA MELAKSANAKAN KEGIATAN 3
SASARAN 4
JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN 4
EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN DAN PELAPORAN 4
PENCATATAN, PELAPORAN DAN EVALUASI KEGIATAN 4
PEMERINTAH KABUPATEN BADUNG
DINAS KESEHATAN
UPT. PUSKESMAS ABIANSEMAL II
Jalan Krasan, Sedang, Abiansemal – Kabupaten Badung (80352)
Telp. (0361) 460210, Email:
[email protected]
Website: http://dikes.badungkab.go.id/puskesmasabiansemaldua
KERANGKA ACUAN KEGIATAN (KAK)
PROGRAM GIGITAN HEWAN PENULAR RABIES ( GHPR )
DI PUSKESMAS ABIANSEMAL II
PENDAHULUAN
Sampai saat ini rabies merupakan salah satu penyakit zoonosis yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Rabies disebut juga penyakit anjing gila yang merupakan suatu penyakit infeksi akut pada susunan saraf pusat yang disebabkan oleh Virus Rabies.penyakit ini bersifat zoonofik yaitu dapat ditularkan dari hewan ke manusia melalui gigitan hewan terutama anjing, kucing dan kera.
Kasus rabies di Indonesia pertama kali dilaporka pada tahun 1889 pada seekor anjing, dan pada tahun 1894 pada manusia.Semua kasus ini terjadi di Propinsi Jawa Barat dan kemudian menyebar ke Propinsi lainnya. Namun dengan adanya peningkatan tata laksana pasca gigitan hewan penular rabies maka kasus rabies pada manusia berhasil diturunkan. Hal ini menunjukkan bahwa upaya penanganan kasus gigitan hewan penular rabies sangat penting untuk pencegahan rabies pada manusia.
LATAR BELAKANG
Penyakit rabies ini bila sudah menunjukkan gejala klinis pada hewan atau manusia selalu diakhiri dengan kematian, sehingga mengakibatkan timbulnya rasa cemas dan takut bagi orang orang yang terkena gigitan dan kekhawatiran serta keresahan bagi masyarakat pada umumnya.
Mengingat dampak rabies terhadap kesehatan dan kondisi psikologis masyarakat cukup besar serta memiliki dampak terhadap perekonomian khususnya bagi daerah daerah pariwisata di Indonesia, maka upaya pengendalian penyakit perlu dilaksanakan secara intensif untuk mewujudkan Indonesia bebas rabies.
TUJUAN UMUM DAN TUJUAN KHUSUS
Tujuan umum : Menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat penyakit yang disebabkan oleh virus rabies.
Tujuan Khusus :
Terlaksananya proses pengelolahan program rabies mulai dari perencanaan, pelaksanaan, monitoring, dan evaluasi.
Tersosialisasinya program rabies ke masyarakat.
Terpenuhinya sarana dan prasarana kegiatan program rabies.
Memberikan pedoman bagi petugas rabies dalam pengelolahan program.
KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN
No.
Kegiatan Pokok
Rincian Kegiatan
1
Cuci luka
Cuci luka dilakukan terhadap setiap luka gigitan dengan menggunakan air mengalir dan sabun selama 10 – 15 menit
2
Pemberian VAR
VAR diberikan terhadap luka gigitan yang berisiko
3
Pemberian SAR
SAR diberikan apabila terjadi luka resiko tinggi dengan anjing positif rabies
4
Penyuluhan
Mensosialisasikan rabies ke masyarakat
CARA MELAKSANAKAN KEGIATAN
Waktu pelaksanaan pengendalian rabies setiap ada kasus gigitan baik yang dilakukan di Rabies Center maupun di Non Rabies Center.
Petunjuk teknis penatalaksanaan kasus GHPR
Segera
Setiap ada kasus GHPR harus ditangani dengan cepat dan sesegera mungkin. Untuk mengurangi/mematikan virus rabies yang masuk pada luka gigitan, usaha yang paling efektif ialah mencuci luka giogitan dengan air mengalir dan sabun atau detergent selama 10 – 15 menit, kemudian diberi Antiseptik.
Segera di bawa ke Puskesmas/ Rumah Sakit untuk mendapatkan penanganan/ pertolongan selanjutnya.
Penanganan Luka Gigitan ( Rabies Center/ Puskesmas )
Ulangi cuci luka gigitan dengan sabun/ detergen di air mengalir selama 10 – 15 menit dan diberi antiseptic.
Anamnesis ( waktu dan tempat kejadian, ada tidaknya kontak atau gigitan, terjadi didaerah tertular/ terancam/ bebas,apakah didahului tindakan provokatif, hewan yang menggigit menunjukkan gejala rabies, penderita gigitan hewan pernah di VAR dan kapan, hewan penggigit hewan pernah di VAR dan kapan ).
Pemeriksaan fisik
Identifikasi luka gigitan.
Luka resiko rendah / luka tidak berbahaya adalah jilatan pada kulit luka, garukan atau lecet( erosi,ekskoriasi ), luka kecil disekitar tangan, badan dan kaki.
Luka resiko tinggi/ luka berbahaya adalah jilatan / luka pada mukosa,luka diatas daerah bahu ( muka, kepala, leher ), luka pada jari tyangan/ kaki, genetalia, luka yang lebar/ dalam dan luka yang banyak ( multiple )
Cara Pemberian VAR ( Vaksin Anti Rabies )
Purified Vero Rabies Vaccine ( PVRV ), dosis pada orang dewasa dan anak- anak sama yaitu:
Hari ke 0 ( pertama berkunjung ke Puskesmas/RS rabies center diberikan 2 dosis 0,5 ml disuntikan secara intramuscular ( IM ) pada deltoid kanan dan kiri ( anak anak di daerah paha ).
Hari ke 7 diberikan 0,5 ml secara IM di deltoid kanan/ kiri
Hari ke 21 diberikan 0,5 ml secara IM di deltoid kanan / kiri
Cara Pemberian SAR ( Serum Anti Rabies )
Serum homolog
Kemasan vial 2 ml ( 1 ml= 150 IU ) disuntikan secara infiltrasi di sekitar luka sebanyak mungkin, sisanya disuntikan intra muskulaer. Dosis 20 IU/kgBB bersamaan dengan pemberian VAR hari ke 0 dan sebelumnya tidak dilakukan skin test.
Serum heterolog ( kuda )
Sekarang sudah tidak dipakai lagi, oleh karena banyak terjadi efek samping.
SASARAN
Masyarakat dengan luka gigitan anjing, kucing, monyet dengan resiko rendah maupun resiko tinggi.
JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN
No.
Kegiatan
2017
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
1
Cuci luka
2
Pemberian VAR
3
Pemberian SAR
4
Penyuluhan
EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN DAN PELAPORAN
Evaluasi terhadap pelaksanaan kegiatan dilakukan tiap bulan sesuai dengan jadwal kegiatan, dengan pelaporan hasil-hasil yang dicapai pada bulan tersebut
PENCATATAN, PELAPORAN DAN EVALUASI KEGIATAN
Pelaporan setiap bulan dilaksanakan oleh pemegang program GHPR ke Dinas Kesehatan Kabupaten Badung.
Pelaporan setiap bulan yang dilaksanakan oleh pemegang program GHPR disamping jumlah kasus gigitan yang dilaporkan juga jumlah kasus yang mendapat VAR dan SAR serta laporan stok vaksin.
Evaluasi dilaksanakan setiap tahun meliputi evaluasi indicator kinerja. Hasil evaluasi dibahas dalam pertemuan untuk selanjutnya dipakai sebagai penyusunan rencana kebutuhan dalam menerapkan metode yang lebih efektif dan efisien pada periode berikutnya.