LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN PROYEK AMARTHA VIEW APARTMENT SEMARANG
METODE KONSTRUKSI STRUKTUR BAWAH AMARTHA VIEW APARTMENT ─ SEMARANG SEMARANG
Disusun oleh Nama
: Desi Christine Silitonga
NIM
: 5113414017 5113414017
Jurusan/Prodi : Teknik Sipil/Teknik Sipil Sipil S1
JURUSAN TEKSIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan Praktik Kerja Lapangan telah disahkan oleh Pimpinan Proyek Amartha View Apartment Semarang dan Jurusan Teknik Sipil Universitas Negeri S emarang. Hari
:
Tanggal
:
Dosen Pembimbing,
Pembimbing Lapangan
Endah Kanti Pangestuti S.T, M.T
Dananto
NIP. 197207091998032003 197207091998032003
Koordinator Pelaksana
Mengetahui, Ketua Jurusan Teknik Sipil,
Pimpinan Proyek
Dra. Sri Handayani M.Pd
Yulianto
NIP. 196711081991032001 196711081991032001
Project Manager
ii Jurusan Teknik Sipil Universitas Negeri Semarang
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan Praktik Kerja Lapangan telah disahkan oleh Pimpinan Proyek Amartha View Apartment Semarang dan Jurusan Teknik Sipil Universitas Negeri S emarang. Hari
:
Tanggal
:
Dosen Pembimbing,
Pembimbing Lapangan
Endah Kanti Pangestuti S.T, M.T
Dananto
NIP. 197207091998032003 197207091998032003
Koordinator Pelaksana
Mengetahui, Ketua Jurusan Teknik Sipil,
Pimpinan Proyek
Dra. Sri Handayani M.Pd
Yulianto
NIP. 196711081991032001 196711081991032001
Project Manager
ii Jurusan Teknik Sipil Universitas Negeri Semarang
ABSTRAK
Desi Christine Silitonga 5113414017 Metode Konstruksi Struktur Bawah Amartha View Apartment ─ Apartment ─ Semarang Teknik Sipil S1 Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang 2017 Praktik Kerja Lapangan (PKL) adalah mata kuliah yang wajib ditempuh oleh mahasiswa di Fakultas Teknik baik pada program studi kependidikan maupun non kependidikan. Praktik Kerja Lapangan (PKL) harapannya memberikan pengalaman praktis penerapan bidang keahlian dengan mempelajari suatu alternative solusi atas permasalahan yang ada dan melaporkannya dalam bentuk karya ilmiah. Tujuan yang hendak dicapai saat Praktik Kerja Lapangan yaitu memperoleh wawasan tentang dunia kerja yang diperoleh dilapangan. Mahasiswa akan merasakan secara langsung perbedaan antara teori di kelas dan yang ada di lapangan. Praktik Kerja Lapangan (PKL) sangat membantu mahasiswa dalam meningkatkan pengalaman kerja sehingga dapat memahami konsep-konsep nonakademis di dunia kerja berupa etika kerja, disiplin, kerja keras, dan profesionalitas. Penulisan laporan Praktik Kerja Lapangan ini ditulis berdasarkan pengumpulan data yang dilakukan dengan cara observasi, kepustakaan dan wawancara langsung kepada pihak yang bertanggung jawab atas pekerjaan di lapangan. Laporan Praktik Kerja Lapangan ini berisi tentang Metode Konstruksi Struktur Bawah Amartha View Apartment-Semarang dikarenakan penulis berfokus pada pelaksanaan pekerjaan tersebut saat melaksanakan Praktik Kerja Lapangan (PKL) di proyek tersebut.
iii Jurusan Teknik Sipil Universitas Negeri Semarang
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur bagi Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan berkat dan rahmat-Nya sehingga dapat menyelesaikan Laporan Praktik Kerja Lapangan dengan baik. Laporan Praktik Kerja Lapangan ini disusun guna melengkapi salah satu syarat dalam melaksanakan Praktik Kerja Lapangan bagi mahasiswa jurusan Teknik Sipil. Praktik Kerja Lapangan merupakan pengalaman kerja yang di dapat oleh mahasiswa di luar jam kuliah sehingga selain mendapat ilmu yang bersifat teoritis, mahasiswa juga mendapatkan ilmu praktis dan menambah wawasan tentang dunia Teknik Sipil, terutama pekerjaan di lapangan. Laporan ini dibuat berdasarkan hasil observasi dan wawancara pada pelaksanan proyek Amartha View Apartmen Semarang. Dalam penyelesaian laporan ini, penyusun menyadari sepenuhnya bahwa selesainya laporan ini tidak terlepas dari dukungan, semangat, serta bimbingan dari berbagai pihak, baik bersifat moril maupun materil, oleh karena-Nya, penyusun menyampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Tuhan Yang Maha Esa karena telah memberikat berkat dan rahmat pada saya sehingga dapat melaksanakan kerja praktik dengan sehat dan lancar. 2. Bapak dan Ibu saya yang selalu mendoakan saya dan selalu memberi semangat. 3. Bapak Dr. Nur Qudus, M. T. Selaku dekan Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang. iv Jurusan Teknik Sipil Universitas Negeri Semarang
4. Ibu Dra. Sri Handayani M.Pd., selaku ketua jurusan Teknik Sipil. 5. Ibu Dr. Rini Kusumawardani S.T., M. T., M.Sc selaku kaprodi Teknik Sipil S1. 6. Ibu Endah Kanti Pangestuti S.T.,M.T,. selaku dosen pembimbing yang telah membimbing saya sehingga saya dapat menyelesaikan laporan ini dengan baik. 7. Mas Dananto selaku koordinator lapangan yang memberikan arahan dan bimbingannya selama saya melaksanakan kerja praktik. 8. Para pemimpin dan staf PT. PP Precast dan PT. Paku Bumi Semesta pada Proyek Amartha View Apartment Semarang yang telah membimbing saya. 9. Ilham BP, Kandida, Aan, Galih, Hasan, Ade, Pujo, Taufik dan Akhyar selaku sahabat-sahabat saya yang selalu memberi dukungan dan semangat selama saya melaksanakan kerja praktik. 10. Kepada semua pihak yang terlibat membantu dalam menyelesaikan mata kuliah ini.
Penyusunan
laporan ini disusun dengan sebaik-baiknya, namun masih
terdapat kekurangan dalam penyusunan laporan ini. Oleh kerena itu saran dan kritik yang sifatnya membangun dari semua pihak sangat diharapkan untuk menjadi masukan agar menjadi lebih baik lagi. Laporan ini juga diharapkan dapat bermanfaat dan dapat menambah ilmu bagi pembaca.
Semarang, 08 September 2017
Penulis
v Jurusan Teknik Sipil Universitas Negeri Semarang
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ............................................................................................. . ii HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ ii ABSTRAK ……………………………………………………………………......iii KATA PENGANTAR ......................... ................................................................. iv DAFTAR ISI ................................................................................. ........................ vi BAB I PENDAHULUAN ....................................................................... ............. 1 1.1
Latar Belakang............................................................................... .......... 1
1.2
Tujuan............................................................................. ......................... 2
1.3
Manfaat ........................................................................... ......................... 2
1.4
Tempat dan Pelaksanaan.......................................................................... 3
1.5
Pengumpulan Data ....................................................................... ............ 5
BAB II GAMBARAN UMUM PROYEK ............................................................ 7 2.1
Defenisi Proyek ........................................................................... ............ 7
2.2
Latar Belakang Proyek ............................................................................ 9
2.3
Tujuan dan Manfaat Proyek ..................................................................... 9
2.4
Lokasi Proyek ............................................................................... ......... 10
2.5
Sistem Organisasi Proyek ...................................................................... 11
2.6
Geometri Struktur Proyek ...................................................................... 18
2.7
Data Umum Proyek ............................................................................... 19
2.8
Data Teknis Proyek................................................................................ 20
BAB III URAIAN KEGIATAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN .................... 21 3.1
Uraian Umum ............................................................................... ......... 21
3.2
Material dan Peralatan Mekanis............................................................. 22 vi Jurusan Teknik Sipil Universitas Negeri Semarang
3.3
Pengendalian dan Pengawasan .............................................................. 56
3.4
Jenis Pekerjaan Yang Dilaksanakan ...................................................... 77
BAB IV ANALISA PEKERJAAN PADA PROYEK ......................................... 85 4.1
Uraian Umum ............................................................................... ......... 85
4.2
Pekerjaan Bored Pile Apartemen Amartha View .................................. 86
4.3
Metode Pelaksanaan Struktur Bawah .................................................... 94
4.4
Permasalahan Lapangan ...................................................................... 127
4.5
Penyelesaian Masalah di Lapangan ..................................................... 129
BAB V PENUTUP...................................................................................... ...... 138 5.1
Kesimpulan .................................................................................... ...... 138
5.2
Saran ............................................................................... ..................... 139
DAFTAR PUSTAKA ....................................... ................................................. 140 LAMPIRAN.................................................................................. ..................... 141
vii Jurusan Teknik Sipil Universitas Negeri Semarang
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bangunan adalah suatu lingkungan buatan atau lingkungan binaan yang dibuat oleh manusia untuk memenuhi berbagai kebutuhan hidup sehari-hari seperti sebagai tempat istirahat, berkumpul bersama keluarga, tempat rekreasi, dan juga sebagai tempat mencari nafkah. Berkaitan dengan bangunan sebagai lingkungan buatan maka untuk mempercepat proses pembuatan suatu bangunan dibutuhkan suatu cara/ metoda yang disebut dengan metode konstruksi.
Metode konstruksi merupakan penjabaran tata cara dan teknik-teknik pelaksanaan pekerjaan. Pada dasarnya metode pelaksanaan konstruksi merupakan penerapan konsep rekayasa yang berpijak pada keterkaitan antara persyaratan dalam dokumen pelelangan, keadaan teknis dan ekonomis di lapangan, dan seluruh sumber daya termasuk pengalaman kontraktor. Metode pelaksanaan proyek untuk setiap jenis bangunan berbeda-beda sesuai dengan proyek yang sedang berlangsung. Aspek teknologi sangat berperan dalam suatu proyek konstruksi.. Dalam inovasi teknologi pelaksanaan pembangunan adalah aspek metode konstruksi yaitu rangkaian kegiatan dan urutan kegiatan membangun yang dipadukan dengan persyaratan kontrak (gambar, spesifikasi, jadwal penyelesaian), ketersediaan tenaga kerja dan kondisi lingkungan yang dipilih (seperti cuaca, kondisi tanah, dan lainlain). Penggunaan metode yang tepat, praktis,cepat dan aman sangat membantu kita
1 Jurusan Teknik Sipil Universitas Negeri Semarang
dalam penyelesaian pekerjaan pada suatu proyek konstruksi sehingga target waktu, biaya dan mutu yang telah ditetapkan dapat tercapai. Hal inilah yang menjadi dasar penyusun memilih topik “ METODE KONSTRUKSI STRUKTUR BAWAH AMARTHA VIEW APARTMENT ─ SEMARANG” sebagai judul laporan Praktik Kerja Lapangan (PKL) ini.
1.2 Tujuan
Tujuan dari dilaksanakannya Praktik Kerja Lapangan (PKL) ini adalah untuk memenuhi tugas studi sebagai mahasiswa Program Studi Teknik Sipil S1 Universitas Negeri Semarang, selain itu tujuan-tujuan PKL ini adalah sebagai berikut:
a. Mahasiswa dapat memahami pentingnya suatu metode pelaksanaan konstruksi yang benar dalam suatu proyek. b. Mahasiswa
dapat
mengetahui
bagaimana
metode
pelaksanaan
konstruksi pondasi dalam suatu proyek bangunan gedung. c. Mahasiswa dapat mengetahui bagaimana metode pelaksanaan konstruksi pile cap dalam suatu proyek bangunan gedung.
1.3 Manfaat
Manfaat disusunnya laporan Praktik Kerja Lapangan (PKL) ini yaitu : a. Sebagai bahan referensi bagi siapapun yang membacanya. b. Sebagai sumber informasi bagi siapapun yang membutuhkannya.
2 Jurusan Teknik Sipil Universitas Negeri Semarang
1.4 Tempat dan Pelaksanaan
Penyusun melaksanakan Praktikum Kerja Lapangan (PKL) pada t anggal 12 Januari 2017 sampai dengan 15 Maret 2017 di proyek pembangunan Apartmen Amartha View yang bertempat di Jalan Prof. Dr. Hamka KM. 03 Permata Puri, Ngaliyan, Semarang, Jawa Tengah. Kontraktor pada proyek Apartemen Amartha View yaitu PT.PP Precast Tbk. yang beralamat di Jl. T.B. Simatupang No.57, Gedong, Ps. Rebo, Kota Jakarta Timur, DKI Jakarta.
3 Jurusan Teknik Sipil Universitas Negeri Semarang
Detail lokasi akan dijelaksan pada gambar berikut:
Gambar 1.2. Lokasi Proyek Apartemen Amartha View
4 Jurusan Teknik Sipil Universitas Negeri Semarang
Gambar 1.3 Lokasi Proyek Apartmen Amartha View
1.5 Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang dilakukan untuk menyelesaikan laporan Praktik Kerja Lapangan (PKL) ini adalah sebagai berikut : a. Metode Observasi Metode observasi yaitu dengan terjun langsung dilapangan untuk mengamati secara langsung bagaimana pekerjaan pada proyek tersebut. Tujuan lain metode ini yaitu sebagai gambaran terhadap penerapan teori yang didapat saat perkuliahan dan data konkret secara langsung di lapangan. b. Metode Wawancara (Interview) Metode wawancara yaitu dengan wawancara langsung kepada pihak yang terkait dalam pelaksanaan proyek (seperti pihak pengawas proyek, 5 Jurusan Teknik Sipil Universitas Negeri Semarang
pihak pelaksana proyek, mandor, maupun pekerja) mengenai hal-hal yang sekiranya belum diketahui ataupun permasalahan yang dihadapi saat melaksanakan kegiatan di proyek. Tujuan lain dari metode ini yaitu untuk menguji kebenaran dan kemantapan data yang diperoleh untuk data penulisan. c. Metode Dokumentasi Metode dokumentasi yaitu dengan cara mengambil gambar dengan alat kamera atau video recorder atau dokumen pada pekerjaan-pekerjaan yang dijelaskan dalam laporan ini. Dokumentasi dapat berupa gambar perancangan, gambar detail, dan lain sebagainya. d. Metode Kepustakaan (Literatur) Metode kepustakaan (literature) yaitu dengan dengan cara mencari sumber tambahan atau referensi lain untuk menunjang kesempurnaan dalam pembahasan yang ada dalam laporan ini, dengan cara mempelajari buku-buku literasi tentang contoh analisa yang digunakan dalam proses pekerjaan yang sedang diamati dan sebagai solusi pemecahan dalam masalah yang mungkin ada dalam proses penyusunan laporan Praktikum Kerja Lapangan (PKL) ini.
6 Jurusan Teknik Sipil Universitas Negeri Semarang
BAB II GAMBARAN UMUM PROYEK
2.1 Defenisi Proyek
Proyek konstruksi merupakan suatu rangkaian kegiatan yang saling berkaitan untuk mencapai tujuan tertentu (bangunan/konstruksi) dalam batasan waktu, biaya dan mutu tertentu. Proyek konstruksi selalu memerlukan sumber daya yaitu manusia, material (bahan bangunan), mesin (peralatan), metode pelaksanaan, money (uang), informasi, dan waktu.
Proyek adalah aktifitas sementara dari personil, material, serta sarana untuk menjadikan atau mewujudkan sasaran-sasaran proyek dalam kurun waktu tertentu yang kemudian berakhir (PT. PP, 2003).
Menurut Dipohusodo (1995), suatu proyek merupakan upaya yang mengerahkan sumber daya yang tersedia, yang diorganisasikan untuk mencapai tujuan, sasaran dan harapan penting tertentu serta harus diselesaikan dalam jangka waktu terbatas sesuai dengan kesepakatan.
Menurut Kerzner (2006), dalam suatu proyek konstruksi terdapat tiga hal penting yang harus diperhatikan yaitu waktu, biaya dan mutu. Pada umumnya, mutu konstruksi merupakan elemen dasar yang harus dijaga untuk senantiasa sesuai dengan perencanaan. Namun demikian, pada kenyataannya sering terjadi pembengkakan biaya sekaligus keterlambatan waktu pelaksanaan (Proboyo, 1999; Tjaturono, 2004). Oleh karena itu, seringkali efisiensi dan efektivitas kerja yang diharapkan tidak tercapai. 7 Jurusan Teknik Sipil Universitas Negeri Semarang
Adapun pihak-pihak yang terkait dalam pelaksanaan proyek konstruksi yaitu :
1. Pemilik (Owner) 2. Perencana (Konsultan) 3. Perencana (Kontraktor) 4. Pengawas (Konsultan) 5. Penyandang dana 6. Pemerintah (Regulasi) 7. Pemakai bangunan 8. Masyarakat.
Jasa konstruksi mencakup jasa pelayanan :
a. Perencanaan konstruksi b. Pelaksanaan Konstruksi c. Pengawasan Konstruksi
Kegiatan dalam proyek konstruksi diawali dangan munculnya suatu gagasan dari adanya kebutuhan, kemudian dilanjutkan dengan penelitian t erhadap kemungkinan terwujudnya gagasan tersebut. Selanjutnya dilakukan desain awal, desain rinci, pengadaan sumber daya, pembangunan di lokasi yang telah disediakan, dan pemeliharaan bangunan yang telah didirikan sampai dengan penyerahan bangunan kepada pemilik proyek.
8 Jurusan Teknik Sipil Universitas Negeri Semarang
2.2 Latar Belakang Proyek
Rumah atau tempat tinggal adalah kebutuhan primer bagi setiap kehidupan manusia. Rumah adalah salah satu bangunan yang dijadikan tempat tinggal selama jangka waktu tertentu. Dalam arti khusus, rumah mengacu pada konsep-konsep sosial-kemasyarakatan yang terjalin di dalam bangunan tempat tinggal, seperti keluarga, hidup, makan, tidur, beraktivitas, dan lain-lain.
Kota Semarang adalah kota yang pertumbuhan penduduk serta ekonominya berkembang sangat pesat. Dengan pertumbuhan yang pesat, permintaan akan kebutuhan tempat tinggal pun juga tinggi di kota ini.
Ketersediaan lahan adalah salah satu pertimbangan utama yang harus diperhatikan serta analisa kebutuhan masyarakat atau disebut juga analisa pasar, lingkungan, dan kesesuaian dengan aturan perundang-undangan baik itu Peraturan Daerah, maupun Peraturan perundang-undangan yang bersifat nasiona, maka dari itu, PT. PP Properti kali ini memiliki sebuah terobosan yaitu pembangunan apartement yang bernama “AMARTHA VIEW APARTMENT”.
2.3 Tujuan dan Manfaat Proyek
Tujuan dari pembangunan proyek Amartha View Apartment antara lain :
a. Membantu memenuhi kebutuhan tempat tinggal/ hunian sekaligus investasi yang menjanjikan yang berada di Kota Semarang.
b. Membantu mendapatkan hunian dengan harga terjangkau.
9 Jurusan Teknik Sipil Universitas Negeri Semarang
c. Menyediakan hunian sekaligus fasilitas berkelas.
Manfaat dari pembangunan proyek Amartha View Apartement antara lain:
a. Mempermudah masyarakat Kota Semarang dalam mencari hunian yang terjangkau , layak, dan berkelas .
b. Menyediakan hunian yang dekat dengan pusat bisnis, kawasan industry, bandara serta jalan tol.
c. Meminimalisir penggunaan lahan yang berlebih.
2.4 Lokasi Proyek
Pembangunan proyek apartemen Amartha View berlokasi di JL. Bukit Barisan Raya No. 57 Permata Puri Ngaliyan – Semarang. Lokasi proyek apartemen dapat dilihat pada gambar berikut.
10 Jurusan Teknik Sipil Universitas Negeri Semarang
Gambar 1.4 Lokasi Proyek Apartemen Amartha View
2.5 Sistem Organisasi Proyek
Dalam pekerjaan pelaksanaan proyek konstruksi, baik pada tahap perencanaan, pelaksanaan, maupun pengawasan melibatkan interaksi atau hubungan kerja antara pengguna jasa, penyedia jasa (konsultan perencana, konsultan pengawas, dan kontraktor pelaksana). Maka dari itu perlu dibentuk sistem organisasi proyek untuk mencapai sebuah proyek konstruksi sesuai dengan standard mutu yang direncanakan. 11 Jurusan Teknik Sipil Universitas Negeri Semarang
Adapun beberapa unsur yang terlibat da lam proyek pembangunan Amartha View Apartment antara lain yaitu:
A. Pemilik Proyek (Owner)
B. Konsultan Perencana
C. Konsultan Pengawas (Konsultan MK)
D. Kontraktor Pelaksana
E. Sub Kontraktor (Kontraktor Pendukung)
Masing-masing unsur proyek ini mempunyai hubungan kerja satu sama lain di dalam menjalankan tugas dan kewajiabnnya masing-masing. Hubungan kerja yang dimaksud dapat bersifat ikatan kontrak, garis koordinasi maupun perintah, secara struktural dapat ditunjukkan dengan gambar berikut.
12 Jurusan Teknik Sipil Universitas Negeri Semarang
PEMILIK PROYEK (OWNER) PT.PP Properti, Tbk
KONSULTAN PERENCANA PT. Desain Intermatra
KONSULTAN MK
KONTRAKTOR
CV. Trimitra Konsulindo
PT. PP Precast, Tbk
SUB KONTRAKTOR PT. Paku Bumi Semesta
Garis Komando Garis Koordinasi
Gambar 1.5 Bagan hubungn kerja pada Proyek Pembangunan Apartemen
Amartha View
13 Jurusan Teknik Sipil Universitas Negeri Semarang
A. Pemilik Proyek (Owner)
Pemilik proyek (owner) atau pemberi tugas adalah orang atau pihak baik swasta atau pemerintah yang mempunyai gagasan untuk mendirikan suatu bangunan dan memberi tugas untuk melaksanakan pekerjaan bangunan kepada yang dianggap baik untuk melaksanakannnya. Dalam proyek pembangunan apartemen Amartha View ini, yang bertindak sebagai pemilik proyek (owner) atau pemberi tugas adalah PT. PP Properti Tbk.
Tugas pemilik proyek (owner) atau pemberi tugas antara lain: a. Menyediakan biaya perencanaan dan pelaksanaan pekerjaan proyek. b. Mengadakan kegiatan administrasi proyek. c. Memberikan tugas kepada kontraktor ataupun sub-kontraktor, atau melaksanakan kegiatan proyek. d. Meminta pertanggung jawaban kepada konsultan pengawas ata u manajemen kosntruksi (MK). e. Menerima proyek yang sudah dikerjakan oleh kontraktor atau sub kontraktor.
Hak atau wewenang pemilik proyek (owner) atau pemberi tugas: a. Mengangkat kontraktor pelaksana, pengawas proyek, yang telah terpilih melalui mekanisme lelang. b. Membuat surat perintah kerja atau SPK.
14 Jurusan Teknik Sipil Universitas Negeri Semarang
c. Mengesahkan
atau
menolak
perubahan
pekerjaan
yang
telah
dilaksanakan. d. Meminta pertanggung jawaban kepada pelaksana proyek atas hasil pekerjaan konstruksi. e. Memutuskan hubungan kerja dengan pihak pelaksana proyek yang tidak dapat melaksanakan pekerjaannya sesuai dengan isi surat perjanjian kontrak, misalnya pelaksanaan pembangunan dengan menggunakan material atau alat yang tidak sesuai dengan RKS.
B. Konsultan Perencana
Konsultan perencana adalah orang atau suatu badan yang membuat perencanaan secara lengkap baik arsitektur, sipil, maupun bidang lain, yang membentuk sistem suatu bangunan. Konsultan perencana dapat berupa perseorangan / perseorangan berbadan hukum / badan hukum yang bergerak dalam bidang perenanaan bangunan. Dalam proyek pembangunan apartemen Amartha View ini, yang bertindak sebagai konsultan proyek adalah PT. Desain Intermatra.
Hak dan kewajiban konsultan perencana adalah: a. Membuat perencanaan secara lengkap yang terdiri dari gambar rencana, rencana kerja dan syarat-syarat, hitungan struktur, dan rencana anggaran biaya.
15 Jurusan Teknik Sipil Universitas Negeri Semarang
b. Memberikan usulan serta pertimbangan kepada pengguna jasa dan pihak kontraktor mengenai pelaksanaan pekerjaan. c. Memberikan penjelasan dan jawaban kepada kontraktor tentang hal-hal yang kurang jelas dalam gambar rencana, rencana kerja, dan syaratsyarat. d. Membuat gambar revisi bila terjadi perubahan perencanaan. e. Menghindari rapat koordinasi pengelolaan proyek.
C. Konsultan Pengawas (MK)
Orang atau suatu badan yang ditunjuk oleh pengguna jasa untuk membantu dalam pengelolaan pelaksanaan pekerjaan pembangunan mulai dari awal hingga berakhirnya pekerjaan proyek tersebut. Dalam proyek pembangunan apartemen Amartha View ini, yang bertindak sebagai konsultan pengawas adalah CV. Trimitra Konsulindo
Hak dan kewajiban konsultan pengawas adalah: a. Menyelesaikan pelaksanaan pekerjaan dalam waktu yang telah ditentukan. b. Membimbing dan melakukan pengawasan secara periodik dalam pelaksanaan pekerjaan. c. Melakukan perhitungan prestasi pekerjaan.
16 Jurusan Teknik Sipil Universitas Negeri Semarang
d. Mengkoordinasi dan mengendalikan kegiatan konstruksi serta aliran informasi antara berbagai bidang agar pelaksanaan berjalan dengan lancar. e. Menghindari kesalahan yang mungkin terjadi sedini mungkin serta menghindari pembengkakan biaya. f.
Mengatasi dan memecahkan persoalan yang timbul di lapangan agar dicapai hasil sesuai kualitas, kuantitas, serta waktu pelaksanaan yang telah ditetapkan.
g. Menerima atau menolak (jika tidak sesuai dengan ketentuan dan persyaratan) material yang didatangkan dari kontraktor. h. Menghentikan sementara jika terjadi penyimpangan dari aturan yang berlaku. i.
Menyusun laporan kemajuan pekerjaan (harian, mingguan, bulanan)
j.
Menyiapkan dan menghitung adanya kemungkinan pekerjaan tambah atau kurang.
D. Kontraktor (Sub-Kontraktor)
Kontraktor adalah orang atau badan yang menerima pekerjaan dan menyelenggarakan pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan yang telah ditetapkan berdasarkan gambar rencana dan peraturan serta syarat-syarat yang telah ditetapkan. Kontraktor atau sub-kontraktor (kontraktor pendukung) dapat berupa perusahaan perseorangan yang berbadan hukum atau sebuah badan hukum yang bergerak dalam bidang pelaksanaan
17 Jurusan Teknik Sipil Universitas Negeri Semarang
pekerjaan. Dalam proyek pembangunan apartemen Amartha View ini, yang bertindak sebagai kontraktor adalah PT. PP Precast Tbk dan yang bertindak sebagai sub-kontraktor adalah PT. Paku Bumi Semesta.
Hak dan kewajiban kontraktor atau sub-kontraktor adalah: a. Melaksanakan pekerjaan sesuai dengan gambar rencana, peraturan dan syarat-syarat, risalah penjelasan pekerjaan, dan syarat-syarat tambahan yang telah ditetapkan oleh pengguna jasa. b. Membuat gambar-gambar pelaksanaan yang disahkan oleh konsultan pengawas sebagai wakil dari pengguna jasa. c. Menyediakan alat keselamatan kerja seperti yang diwajibkan dalam peraturan untuk menjaga keselamatan pekerja dan masyarakat. d. Membuat laporan hasil pekerjaan berupa laporan harian, mingguan, dan bulanan. e. Menyerahkan
seluruh
atau
sebagian
pekerjaan
yang
telah
diselesaikannya sesuai dengan ketentuan yang berlaku. 2.6 Geometri Struktur Proyek
Struktur gedung pada bangunan Amartha View Apartment ini berdiri diatas tanah seluas ± 8800 m2 dan luas bangunan untuk tiap-tiap towernya sebesar ± 3325.5 m2. Berikut ini akan disajikan beberapa gambar yang menjelaskan tampak dan geometri struktur bangunan Amartha View Apartment.
18 Jurusan Teknik Sipil Universitas Negeri Semarang
Gambar 1.6 Isometri Gedung Amartha View Apartment dan Rencana
Detail Fasilitas
2.7 Data Umum Proyek
Berikut adalah uraian data proyek pembangunan Amarta View Apartment: - Nama proyek
: Amartha View Apartment
- Pemilik proyek (owner): PT. PP Properti, Tbk - Lokasi
: JL. Bukit Barisan Raya No. 57 Permata Puri Ngaliyan – Semarang
- Konsultan perencanaan : PT. Desain Intermatra - Kontraktor
: PT. Precast Tbk 19
Jurusan Teknik Sipil Universitas Negeri Semarang
- Dana proyek
: BUMN, Investasi.
2.8 Data Teknis Proyek
Adapun data teknis proyek pada pembangunan Amartha View Apartment adalah sebagai berikut: a. Tipe bangunan
: Apartment
b. Struktur bangunan
: Beton bertulang
c. Tangga
: Tangga beton
d. Mutu beton
: - tidak kurang dari f’c = 30 MPA untuk struktur bagian bawah sampai ketentuan berikutnya - untuk 8 lantai paling atas f’c = 30 MPA
e. Luas bangunan
: ± 3325.5 m2 untuk tiap tower
f. Jumlah lantai
: 24 lantai + semi basement
g. Tinggi bangunan tiap lantai : Bangunan semi basement : 5 m Bangunan ground floor (GF) : 3 m Bangunan lantai 1 : 3 m Bangunan lantai 2 : 3 m Bangunan lantai 3 : 3 m Bangunan lantai 4 – 24 : 3,15 m Detail mengenai tinggi elevasi bangunan dapat dilihat pada laman lampiran.
20 Jurusan Teknik Sipil Universitas Negeri Semarang
BAB III URAIAN KEGIATAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
3.1 Uraian Umum
Setelah pekerjaan bored pile yang meliputi pengecoran pada titik bored pile dan pemotongan kepala bored pile yang tersisa di permukaan tanah atau biasa disebut bobok bored pile, maka tahap pekerjaan berikutnya dilakukan penulangan untuk membuat pile cap. Pekerjaan pile cap merupakan pekerjaan awal dari stuktur atas (upper structure) setelah pekerjaan struktur bawah (sub structure) selesai dilaksanakan. Pondasi Pile cap merupakan sebuah tapak yang terbuat dari balok beton bertulang yang berfungsi untuk menyatukan sekelompok titik bored pile dan menyebarkan beban dari struktur di atasnya. Pile cap ini bertujuan agar lokasi kolom benar-benar berada dititik pusat pondasi sehingga tidak menyebabkan eksentrisitas yang dapat mengakibatkan beban tambahan pada pondasi. Selain itu, seperti halnya kepala kolom, pile cap juga berfungsi untuk menahan gaya geser dari pembebanan yang ada. Pada pelaksanaan magang, penulis mengamati metode pelaksanaan konstruksi bored pile dan pile cap. Pelaksanaan konstruksi pile cap berpedoman pada metode struktur pile cap, metode pabrikasi dan metode cor yang telah direncanakan pada Proyek Pembangunan Apartemen Amartha View Tahap I Semarang.
21 Jurusan Teknik Sipil Universitas Negeri Semarang
3.2 Material dan Peralatan Mekanis
Penyediaan bahan dan peralatan konstruksi bangunan pada suatu proyek memerlukan manajemen yang baik untuk menunjang kelancaran proyek. Pengadaan bahan dan peralatan konstruksi bangunan disesuaikan dengan tahapan pekerjaan yang sedang berlangsung. Penempatan material yang tepat dan seefisien mungkin perlu diperhatikan untuk dapat mempercepat dan mempermudah pekerjaan. Dengan penempatan material yang baik dan tertata rapih akan mendukung efektifitas kerja dan keselamatan kerja. Selain itu penempatan material harus disesuaikan dengan sifat bahan, sehingga resiko kerusakan bahan bangunan sebelum digunakan dapat dikurangi, terutama pada bahan bangunan yang peka terhadap kondisi lingkungan seperti baja tulangan yang sangat peka terhadap pengaruh air dan udara. Peralatan konstruksi berperan penting dalam menunjang keberhasilan suatu proyek konstruksi. Peralatan konstruksi membantu melaksanakan pekerjaan pekerjaan yang sukar dikerjakan dengan tenaga manusia. Penggunaan peralatan konstruksi dapat mempercepat waktu pelaksanaan, mempermudah pelaksanaan dan meningkatkan efektifitas suatu pekerjaan. Oleh karena itu, perawatan dan pemeliharaan peralatan konstruksi harus diperhatikan agar kerusakan peralatan konstruksi dapat dihindari. Material dan alat yang digunakan harus memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI) dan acuan peraturan serta standar yang berlaku di berbagai Negara. Adapun aturan tercantum dalam :
22 Jurusan Teknik Sipil Universitas Negeri Semarang
a. Tata cara perhitungan struktur beton untuk bangunan gedung (SNI 0328472003). b. American Concrete Institute (ACI 318-05). c. American Society of Testing Material (ASTM). d. Standar SNI 07-2052-2002 untuk besi tulangan. 3.2.1
Material
Bahan konstruksi yang digunakan harus sesuai dengan permintaan owner PT. PP Properti, Tbk yang telah ditentukan. Pengadaan bahan bangunan dilakukan oleh kontraktor PT. PP Pracetak dan harus melalui persetujuan owner PT. PP Properti, Tbk. Bahan yang digunakan di dalam pekerjaan harus: - Memenuhi spesifikasi dan standar yang berlaku - Memenuhi ukuran, pembuatan jenis, dan mutu diisyaratkan gambar dan seksi lain dari spesifikasi ini, atau sebagaimana secara khusus disetujui tertulis oleh pemilik proyek. Kualitas dari hasil pekerjaan pondasi jenis bored pile dan pile cap dipengaruhi oleh kualitas bahan konstruksi yang digunakan. Kualitas bahan konstruksi yang baik bukan saja bahan tersebut memenuhi persyaratan atau peraturan yang ditetapkan, tetapi bahan-bahan tersebut juga harus masih dalam kondisi baik pada saat digunakan.
23 Jurusan Teknik Sipil Universitas Negeri Semarang
Beberapa bahan konstruksi yang digunakan pada Pekerjaan Pondasi Bored Pile, dan Pile Cap pada Proyek Pembangunan Apartemen Amartha View Semarang
Tahap I ini adalah sebagai berikut: 1. Beton Ready Mix
Beton ready mix adalah adukan beton siap pakai yang dibuat sesuai dengan mutu pesanan sehingga pemesan dapat langsung menggunakannya untuk keperluan pengecoran pekerjaan pondasi bored pile, dan pile cap. Dipandang dari segi mutu, kualitas beton ready mix lebih terjaga bila dibandingkan beton yang menggunakan tenaga manusia. Hal i ni disebabkan karena pembuatan beton ready mix di tangani oleh ahli dengan perbandingan bahan yang lebih teliti. Selain itu, karena produk beton ready mix dalam jumlah besar, maka faktor kesalahan dalam pencampuran adukan beton akan semakin kecil. Pertimbangan untuk menggunakan beton ready mix adalah faktor efisien tempat, waktu, dan tenaga kerja.
Supplier beton ready mix pada pekerjaan pondasi bored pile dan pile cap pada Proyek Pembangunan Apartemen Amartha View Tahap I Semarang adalah PT. Varia Usaha Beton, PT. Pionir Beton, dan PT. Satria Shafira Concrete. Pengangkutan beton menggunakan mixer truck yang disediakan oleh pihak supplier.
Mutu beton ready mix yang dipesan untuk Pekerjaan Pondasi Bored Pile pada Proyek Pembangunan Apartemen Amartha View Semarang Tahap I adalah fc’ 30 Mpa/K350 d an pada pile cap digunakan fc’ 40 Mpa d engan 24 Jurusan Teknik Sipil Universitas Negeri Semarang
nilai slump sebesar 18 ± 2 cm. Adapun syarat yang telah ditetapkan yaitu dirincikan sebagai berikut:
Dalam pelaksanaannya untuk setiap beton ready mix yang akan digunakan untuk proses pengecoran di lapangan dilakukan pengujian terhadap nilai Slump pada setiap mobilnya dan diujikan di lapangan dengan disaksikan oleh engineer pihak kontraktor PT. PP Pracetak dan PT. Paku Bumi Semesta. Selain itu, dilakukan pengujian kuat tekan beton terhadap benda uji dari beton ready mix tersebut. Untuk pengambilan sample dan pengujian slump test dilakukan secara acak. Agar mutu dari beton dapat di monitor secara terus menerus dan menghindari kecurangan dari pihak ready mix nya. Pengambilan sample untuk uji kuat tekan beton diambil sebanyak
4 sample. Hal ini dilakukan untuk mengecek kekuatan beton pada umur 7, 14, 21 dan 28 hari. Semua hal yang berkaitan diatas di dokumentasikan dan ditulis di piling record sesuai dengan kondisi lapangan, agar dikemudian hari jika terjadi kesalahan, maka dapat diketahui sumbernya dan dapat diperbaiki dengan tepat.
25 Jurusan Teknik Sipil Universitas Negeri Semarang
Realisasi dari perencanaan pada Pekerjaan Pondasi Bored Pile, dan Pile Cap pada Proyek Pembangunan Apartemen View Amartha Semarang
tidak jauh berbeda, seringkali beton yang dipesan melebihi jumlah volume lubang yang seharusnya di cor, yang pada kasus ini disebut overbreak.
Pada contoh kasus pengecoran titik Bored Pile yang mengalami overbreak . Secara teoritis volume beton yang diperlukan untuk pengecoran
adalah 26 m3, namun realisasi lapangan yang dibutuhkan untuk pengecoran adalah 30 m3. Kita dapat mengetahui overbreak -nya yaitu 15,38%.
Cara perhitungangnya sebagai berikut: . − . =
.
100%
Keterangan:
OB = Overbreak (%)
V.a = Volume Aktual
V.t = Volume Teoritis
Penulis menyimpulkan dalam setiap lubang bored pile dan pile cap mengalami overbreak , hal ini banyak faktor yang menjadi penyebabnya, faktor utama dalam kasus Pekerjaan Pondasi Bored Pile, dan Pile Cap pada Proyek Pembangunan Apartemen Amartha View Semarang Tahap I adalah kondisi tanahnya yang pada kedalaman tertentu mengeluarkan air, sehingga
26 Jurusan Teknik Sipil Universitas Negeri Semarang
butuh dipadatkan lebih kuat dengan menggunakan ready mix seperti terlihat pada gambar berikut.
Gambar 3.1 Beton Ready Mix 2. Air
Air
merupakan
kebutuhan
vital
dalam
sebuah
proyek
pembangunan, terutama untuk campuran beton dan air kerja. Syarat air yang digunakan untuk campuran beton maupun air kerja harus bersih, tidak boleh mengandung minyak, asam alkali, garam, zat organis atau bahan lain yang dapat merusak beton atau besi beton. Air tawar yang dapat diminum umumnya dapat digunakan. Namun pada proyek pembangunan Apartemen Amartha View Semarang Tahap I ini, air hanya digunakan sebagai pendukung proses
27 Jurusan Teknik Sipil Universitas Negeri Semarang
pembangunan proyek tersebut. Air kerja yang digunakan untuk pekerjaan konstruksi di Pekerjaan Pondasi Bored Pile dan Pile Cap pada Proyek Pembangunan Apartemen Amartha View Tahap I Semarang ini menggunakan air yang diperoleh dari sumber air tanah yang didapatkan dari proses penggalian tanah pada lokasi proyek. Hal ini disebabkan karena beton yang digunakan untuk pembuatan bored pile dan pile cap berasal dari supplier batching plant yang telah siap digunakan. Oleh sebab itu, tidak perlu penambahan air lagi pada campuran betonnya. Air tanah yang berasal dari lokasi proyek tersebut biasanya digunakan untuk keperluan seperti pembersihan area bored pile dan pile cap sebelum dan setelah pengecoran dari material yang tidak diperlukan selama proses pengecoran. Hal itu dilakukan agar tidak merusak kualitas beton yang digunakan. Fungsi lain air tanah pada lokasi tersebut dalam Pekerjaan Pondasi Bored Pile dan Pile Cap pada Proyek Pembangunan Apartemen Amartha
View Semarang adalah untuk mencegah terjadinya kelongsoran pada lubang yang sedang atau sudah di bor. Lubang bor tersebut harus di suplai air terus-menerus. Fungsi berikutnya yaitu membersihkan kendaraan yang akan keluar dari lingkungan proyek agar kendaraan tidak mengotori jalan setelah keluar dari area proyek, untuk keperluan kebersihan alat berat yang telah digunakan, sebelum meninggalkan lokasi ( Car Wash) seperti terlihat pada gambar berikut.
28 Jurusan Teknik Sipil Universitas Negeri Semarang
Gambar 3.2 Air Untuk Keperluan Car Wash
3. Besi Tulangan
Besi tulangan pada konstruksi beton bertulang berfungsi untuk menahan tegangan tarik. Beton memiliki kuat tekan yang tinggi tetapi lemah dalam menahan tegangan tarik.
Berdasarkan bentuknya besi tulangan terdiri dari dua jenis yaitu:
- Besi tulangan polos Besi tulangan polos yaitu besi tulangan beton berpenampang bundar dengan permukaan rata tidak bersirip. Biasa disingkat dengan BJTP.
29 Jurusan Teknik Sipil Universitas Negeri Semarang
- Besi tulangan ulir (deform) Besi tulangan ulir adalah besi tulangan yang berbentuk khusus yang permukaannya memiliki ulir melintang dan rusuk memajang untuk meningkatkan daya lekat tulangan baja dengan beton. Biasa disingkat dengan BJTD.
Pada Pekerjaan Pondasi Bored Pile dan Pile Cap pada Proyek Pembangunan Apartemen Amartha View Semarang Tahap I besi tulangan yang dipakai pada proyek ini adalah BJTD BjTS 40 dengan diameter D13, dan D25 dengan Standar SNI 07-2052-2002 dengan supplier PT . The Master Steel Mfc dan PT. Besi Beton DP. Untuk besi tulangan yang digunakan dalam Pekerjaan Pondasi Bored Pile, dan Pile Cap pada Proyek Pembangunan
Apartemen Amartha View Semarang sebelum
digunakan pada proyek dilakukan pengujian kekuatan besi terlebih dahulu. Pengujian dilakukan di Laboratorium S1 Teknik Sipil Universitas Diponegoro yang berlokasi di Tembalang, Semarang dengan umur tes 7 hari dan 14 hari.
Persediaan baja tulangan diletakkan di atas plat besi penyangga yang terletak di atas lantai kerja, dimaksudkan untuk menghindari korosi pada baja tulangan akibat adanya reaksi dengan air tanah seperti terlihat pada gambar berikut.
30 Jurusan Teknik Sipil Universitas Negeri Semarang
Gambar 3.3 Besi Tulangan
Penulis menyimpulkan, sebelum besi yang akan digunakan untuk keperluan Pondasi Bored Pile dan Pile Cap pada Proyek Pembangunan Apartemen Amartha View Semarang Tahap I, maka diambil sample untuk dilakukan uji tarik dan uji lengkung statis BjTS, semua besi yang digunakan menggunakan besi jenis tulangan ulir.
4. Kawat Pengikat (Bendrat)
Kawat bendrat berfungsi sebagai pengikat antar baja tulangan agar dapat membentuk struktur seperti yang dikehendaki. Kawat bendrat digunakan untuk mengikat baja tulangan selama proses fabrikasi untuk mempertahankan posisinya agar tidak bergerak, sehingga jarak-jarak tulangan tetap seperti yang semula terpasang, sesuai dengan spesifikasi dalam gambar kerja. Kawat bendrat yang digunakan adalah berdiameter 1 31 Jurusan Teknik Sipil Universitas Negeri Semarang
mm dengan berat per gulung nya 25 kg. Dalam penggunaanya digunakan dua sampai tiga lapis kawat agar lebih kuat dalam mengikatkan baja tulangan. Agar baja tulangan saling terikat dengan kuat maka kawat bendrat yang digunakan harus dengan kualitas yang baik dan tidak mudah putus. kawat bendrat pada proyek ini disimpan di dalam gudang agar terhindar dari hujan yang dapat menyebabkan korosi.
Pada Proyek Pembangunan Apartemen Amartha View Semarang Tahap I, kawat bendrat disediakan oleh pemborong, jumlah kebutuhan perlubang sesuai dengan pemasangan pada tugangan utama dan spiral yang diperlukan. Kawat bendrat dapat dilihat pada gambar berikut.
Gambar 3.4 Kawat Bendrat
32 Jurusan Teknik Sipil Universitas Negeri Semarang
5. Beton Decking
Beton Decking digunakan untuk menjaga ketepatan selimut beton atau jarak tulangan tepi pada pondasi jenis bored pile tetap pada tempat yang seharusnya. Tebal beton decking bored pile dibuat sesuai dengan selimut beton yang direncanakan, yaitu 7,5 cm serta diameter 12 cm, dengan jarak 4,000 m sesuai permintaan dari pihak owner PT. PP Properti, Tbk. Sedangkan beton decking pada pile cap ketebalannya yaitu 7 cm. Beton decking dibuat atau dicetak tersendiri dengan bahan dan kekuatan yang sama dengan bahan beton dari sisa ready mix. Pada proyek ini beton decking diproduksi setiap hari oleh para pekerja secara konvensional yaitu
dicetak dan kemudian dijemur disekitar lokasi proyek yang terkena sinar matahari yang cukup setelah kering lalu siap digunakan seperti yang terlihat pada gambar berikut.
Gambar 3.5 Beton Decking
33 Jurusan Teknik Sipil Universitas Negeri Semarang
6. Tanah Urug
Material tanah dalam pekerjaan pondasi Bored Pile dan Pile Cap pada Proyek Pembangunan
Apartemen Amartha View Semarang ini
digunakan untuk mengisi sisi luar dari pondasi Bored Pile dan Pile Cap. Tanah berasal dari pengerukan atau galian tanah hasil pekerjaan open cut pada area pekerjaan galian pondasi Bored Pile dan Pile Cap. Untuk mengisi sisi luar dari sisi luar Bored Pile dan Pile Cap tersebut, tanah tidak perlu dipadatkan, tanah pengisi ini berperan untuk menambah berat pondasi dan bangunan sehingga mampu memberikan perlawanan terhadap tekanan muka air tanah, serta digunakan untuk menahan beban alat berat dari pembuatan lubang pondasi Bored Pile dan Pile Cap disebelahnya.
Penulis menyimpulkan bahwa tanah urug bukanlah material dasar yang digunakan dalam pekerjaan pondasi Bored Pile dan Pile Cap namun tentu saja material ini digunakan sementara untuk menutup lubang Bored Pile dan Pile Cap. Tanah urug dalam Pekerjaan Pondasi Bored Pile dan Pile Cap pada Proyek Pembangunan Apartemen Amartha View Semarang
pada akhirnya dipindahkan menggunakan dump truck untuk kebutuhan pengurugan pada Perumahan Permata Puri Semarang seperti yang terlihat pada gambar berikut.
34 Jurusan Teknik Sipil Universitas Negeri Semarang
Gambar 3.6 Tanah Urug
3.2.2 Peralatan Mekanis
Di dalam pelaksanaan proyek, secara umum digunakan peralatan baik alatalat berat maupun alat-alat ringan. Peralatan yang digunakan untuk pelaksanaan proyek ini harus dipersiapkan dengan baik agar pelaksanaannya nanti dapat difungsikan dengan lancar.
Peralatan yang digunakan dalam proyek Pekerjaan Pondasi Bored Pile dan Pile Cap pada Proyek Pembangunan Apartemen Amartha View Semarang adalah
sebagai berikut :
35 Jurusan Teknik Sipil Universitas Negeri Semarang
1. Rig Bor (Mesin Bor)
Mesin bor merupakan alat yang terpenting dalam pekerjaan bored pile, dan pile cap karena alat ini yang digunakan untuk mengebor lahan
rencana pondasibored pile, dan pile cap sesuai kedalaman rencana yang telah ditentukan. Dalam sehari, produksi alat rata-rata untuk pengeboran adalah 8 sampai 10 lubang, hal ini tergantung pada kemampuan operator dalam megoprasionalkan alat, kebutuhan jumlah lubang yang harus di bor, kondisi medan proyek, dan cuaca saat itu. Setiap Rig Bor memiliki 1 operator, dan 1 asisten operator.
Jumlah Rig Bor pada Pekerjaan Pondasi Bored Pile pada Proyek Pembangunan Apartemen Amartha View Semarang hanya menggunakan 1 mesin saja seperti terlihat pada gambar berikut.
Gambar 3.7 Rig Bor 36 Jurusan Teknik Sipil Universitas Negeri Semarang
Secara
teknik
tahapan
pengeboran,
masing-masing
tahapan
menggunakan mata bor yang berbeda-beda sesuai kebutuhan waktu pengeboran. Adapun mata bor yang dijumpai pada Pekerjaan Pondasi Bored Pile pada Proyek Pembangunan Apartemen Amartha View
Semarang ada 3 jenis, yaitu:
a. Auger Auger adalah salah satu mata bor berbentuk spiral yang digunakan pada
awal pengeboran jika kondisi tanah yang akan di bor memiliki tekstur yang keras. Pada Pekerjaan Pondasi Bored Pile, pada Proyek Pembangunan Apartemen Amartha View Semarang Tahap I diameter auger yang digunakan adalah 1 m dengan model single sesuai kebutuhan proyek tersebut.
Gambar 3.8 Auger
37 Jurusan Teknik Sipil Universitas Negeri Semarang
b. Cleaning Bucket
Cleaning Buck et adalah mata bor yang berbentuk tabung digunakan ketika
akan
memulai
proses
pengecoran.
Cleaning
bucket berfungsi
membersihkan lubang dari runtuhan tanah di atasnya agar dasar lubang dalam keadaan rata. Pada Pekerjaan Pondasi Bored Pile dan Contiguous Pile pada Proyek Pembangunan Apartemen Amartha View Tahap I
Semarang diameter bucket yang digunakan adalah 1 m seperti pada gambar berikut ini.
Gambar 3.9 Cleaning Bucket c. Casing Casing terbuat dari besi berbentuk lingkaran yang di gunakan untuk
menjaga kestabilan tanah bagian atas agar tidak terjadi longsoran yang 38 Jurusan Teknik Sipil Universitas Negeri Semarang
sudah di bor serta untuk tempat gantungan besi dan stoper tremi. Pada Pekerjaan Pondasi Bored Pile pada Proyek Pembangunan Apartemen Amartha View Tahap I Semarang, casing yang digunakan mengunakan diameter 1 m, dengan panjang 6 m sesuai kebutuhan proyek tersebut. Casing dapat di masukan ke lubang pondasi ketika kedalam lubang sudah
sepanjang casing, yaitu 6 m. Jarak top casing dari muka tanah 0,5 – 0,7 m dan harus di ukur setiap kali pemasangan. Pada Pekerjaan Pondasi Bored Pile pada Proyek Pembangunan Apartemen Amartha View Tahap I Semarang casing harus standby diawasi oleh mandor yang dipasang oleh crew dengan bantuan crane service pada saat berlangsungnya seperti terlihat pada gambar berikut.
Gambar 3.10 Casing 39 Jurusan Teknik Sipil Universitas Negeri Semarang
2. Tower Crane
Tower Crane utamanya digunakan untuk membantu mengangkat dan memindahkan peralatan dan material. Tower Crane dioperasikan oleh 1 (satu) orang operator yang mengoperasikan alat dan 1 (satu) orang asisten operator yang membantu mengarahkan pergerakan crane service seperti yang terlihat pada gambar berikut.
Gambar 3.11 Tower Crane
3. Excavator
Excavator merupakan jenis alat berat yang berfungsi untuk
menggali atau menimbun tanah diawal, pertengahan, dan akhir proyek dengan kapasiatas volume tertentu yang berjalan menggunakan roda crawler .
40 Jurusan Teknik Sipil Universitas Negeri Semarang
Pada Proyek Pembangunan Apartemen Amartha View Tahap I Semarang ini menggunakan Excavator sejumlah 2 alat, yaitu digunakan untuk pengerukan tanah, pengurugan tanah, serta memuat material seperti pada gambar berikut ini.
Gambar 3.12 Excavator
41 Jurusan Teknik Sipil Universitas Negeri Semarang
Gambar 3.13 Excavator
4. Bar Bender
Bar bender merupakan alat yang digunakan untuk membengkokkan
baja tulangan dengan ukuran yang telah direncanakan, sehingga didapat bentuk yang diinginkan. Pada Pekerjaan Pondasi Bored Pile, dan Pile Cap pada Proyek Pembangunan Apartemen Amartha View Tahap I Semarang bar bender digunakan untuk membengkokkan ujung besi pada bagian tulangan tegak lurus. Prinsip kerja bar bender ini adalah dengan menempatkan baja tulangan yang akan dibengkokkan di antara baja penahan dan baja pembengkok. Kemudian baja pembengkok digerakkan sedemikian rupa 42 Jurusan Teknik Sipil Universitas Negeri Semarang
dengan tenaga mesin sehingga membengkokkan baja tulangan sampai didapat bentuk yang telah ditentukan. Pengaturan sudut bengkok tulangan dilakukan dengan tenaga mesin. Sehinggaakan diperoleh besarnya sudut bengkok sesuai dengan yang diinginkan. Dalam proyek ini, digunakan Bar Bender mekanik yang digerakkan dengan tenaga mesin untuk membengkokkan baja tulangan dan dengan tenaga manusia sebagai pengarah sudut yang diinginkan. Bar Bender ditempatkan di area fabrikasi tulangan agar memudahkan dalam proses perangkaian tulangan pondasi jenis bored pile dan pile cap. Bar Bender pada proyek ini terdapat 2 buah seperti yang terlihat pada gambar berikut.
Gambar 3.14 Bar Bender
43 Jurusan Teknik Sipil Universitas Negeri Semarang
Gambar 3.15 Bar Bender
5. Truck Mixer
Truck Mixer adalah truk yang digunakan untuk mengaduk dan
mengangkut adukan beton segar dari tempatpembuatan ( Batching Plant ) hingga ke lokasipengecoran. Alat ini memberikan efisiensi yang lebih karena adukannya lebih homogen dan kapasitas produksinya lebih tinggi dibandingkan dengan tenaga manusia. Alat ini digerakkan oleh mesin diesel yang memutar cawan tersebut dilengkapi dengan bilah-bilah
(pengaduk) sehingga adukan beton cepat homogen.
Pada setiap truk Truck Mixer akan dilakukan Slump Test pada beton yang dibawanya, untuk mengantisipasi bertambah atau berkurangnya nilai
44 Jurusan Teknik Sipil Universitas Negeri Semarang
slump dari spesifikasi yang diinginkan. Truck Mixer yang membawa beton Ready Mix ditempatkan langsung pada lokasi persiapan pengecoran untuk
selanjutnya dilakukan proses pengecoran pondasi jenis bored pile dan pile cap.
Pada proyek Pekerjaan Pondasi Bored Pile dan Pile Cap pada Proyek Pembangunan Apartemen Amartha View Tahap I Semarang ini Truck Mixer beserta beton Ready Mix berasal dari pihak supplier beton.
Kapasitas angkut Truck Mixer pada proyek ini adalah 6 m3 seperti gambar berikut.
Gambar 3.16 Truck Mixer
6. Total Station Total station merupakan alat untuk menentukan koordinat dan jarak
dari satu titik ke titik yang lainnya dimana berfungsi membantu penentuan titik pondasi yang akan di bor dan pembuatan kontur area proyek. Dengan
45 Jurusan Teknik Sipil Universitas Negeri Semarang
alat ini didapat output elevasi, kontur, yang dapat mempermudah dalam proses pengerukan tanah, pengurugan serta kita dapat dimudahkan dalam perhitungan volume tanah dengan bantuan kontur dan dalam menentukan vertikal kolom. Berikut adalah Total station yang digunakan dalam Pekerjaan Pondasi Bored Pile dan Pile Cap pada Proyek Pembangunan Apartemen Amartha View Semarang dengan tampilan digital seperti yang terlihat pada gambar berikut.
Gambar 3.17 Total Station
7. Perancah ( Scaffolding)
Perancah adalah konstruksi y ang mendukung untuk penyangga begesting dan beton yang belum mengeras. Keuntungan menggunakan Scaffolding adalah:
46 Jurusan Teknik Sipil Universitas Negeri Semarang
1. Efektif, dapat diatur sesuai dengan ukuran ketinggian
yang
dikehendaki. 2. Murah, karena dapat dipakaai berulang kali. 3. Mudah dan cepat waktu pemasangan dan pembongkarannya. Fungsi scaffolding secara umum yaitu: 1. Sebagai
struktur
sementara
untuk
menahan
beton
yang
belum mampu memikul beratnya sendiri (pada pelaksanaan pengecoran). 2. Sebagai struktur sementara untuk membantu pelaksanaan pemasangan bata plesteran, pengecatan, dll. Sementara itu scaffolding memiliki 2 fungsi yaitu sebagai Support dan sebagai Access: 1. Fungsi Scaffolding sebagai Support Menyediakan tatakan elevasi y ang mampu menahan suatu beban tertentu pada sebuah area tertentu. 2. Fungsi Scaffolding sebagai Access bagi para pekerja Scaffolding yang digunakan seperti yang terlihat pada gambar berikut ini.
Gambar 3.18 Scaffolding sebagai penahan bekisting 47 Jurusan Teknik Sipil Universitas Negeri Semarang
8. Concrete Vibrator
Concrete Vibrator merupakan alat penggetar yang digunakan untuk meratakan adukan beton yang dituangkan kedalam bekisting sehingga kan didapat adukan beton yang padat dan dapat masuk diantara sela-sela besi beton sehingga tidak akan menimbulkan rongga pada beton. Alat ini berupa tongkat besi dengan bagian penggetar pada ujungnya. Pemakaian alat ini dengan cara memasukkan tongkat penggetar kedalam adukan pada bekisting, akan tetapi ujung vibrator tidak boleh mengenai baja tulangan, karena akan berpengaruh pada daya ikat beton dengan baja tulangan yang lama akan lepas kembali. Vibrator yang digunakan seperti yang terlihat pada gambar berikut.
Gambar 3.19 Vibrator digunakan saat pengecoran pile cap
48 Jurusan Teknik Sipil Universitas Negeri Semarang
9.
Pipa tremie
Pipa tremie adalah pipa yang yang digunakan untuk mengatur tinggi jatuh beton pada saat pengecoran. Pipa ujung
tremie
biasa dipasang
pada
bawah bucket sehingga sehingga beton yang yang keluar dari bucket tidak
langsung jatuh dan menumbuk lokasi pengecoran. Usahakan sedekat mungkin antara pipa tremie dengan permukaan beton lama, hal ini dilakukan untuk menghindari agregat kasar terlepas dari adukan beton seperti pada gambar berikut.
Gambar 3.20 Pipa Tremie
10. Bekisting
Bekisting merupakan sedemikian ukuran
rupa dengan
ukuran
cetakan tertentu
beton
yang dibuat
yang sesuai
dari konstruksi (balok, kolom, kolom, plat, tangga)
dengan
yang akan 49
Jurusan Teknik Sipil Universitas Negeri Semarang
dicetak. Bekisting harus sesuai dengan bentuk, ukuran dan batas-batas bidang dari hasil beton harus
yang direncanakan, serta tidak bocor dan
cukup kaku untuk mencegah terjadinya perpindahan tempat
atau kelongsoran dari peny angga. Selain itu, permukaan bekisting harus cukup rata dan halus serta tidak boleh ada lekukan, lubanglubang atau terjadi lendutan. Sambungan pada bekisting diusahakan lurus dan rata untuk
dalam
permukaan
Papan bekisting
arah
horizontal
beton yang tidak
maupun vertical, terutama
difinish (exposed concrete).
yang digunakan adalah panel mivan (sejenis
aluminium ringan) dengan ukuran panjang 90 cm dan 140 cm serta lebar 40 cm. Sedangkan
untuk pengikatnya menggunakan besi hollow
seperti yang terlihat pada gambar berikut.
Gambar 3.21 Papan Bekisting
50 Jurusan Teknik Sipil Universitas Negeri Semarang
11. Corong Tremie
Corong ini berbentuk kerucut dan ada bermacam-macam bentuknya sesuai ukuran diameter corong tersebut. Corong tremie berfungsi sebagai penampung campuran beton sebelum masuk kedalam pipa tremie seperti pada gambar berikut.
Gambar 3.22 Corong Tremie
12. Crane Crawler
Crawler crane merupakan pesawat pengangkat material yang biasa digunakan pada lokasi proyek pembangunan dengan jangkaun yang tidak terlalu panjang. Tipe ini mempunyai bagian atas yang dapat bergerak 360 Derajat. Dengan roda crawler maka crane tipe ini dapat bergerak didalam lokasi proyek saat melakukan pekerjaannya. Pada saat crane akan digunakan diproyek lain maka crane diangkut dengan menggunakan lowbed trailer. Pengangkutan ini dilakukan dengan membongkar boom
51 Jurusan Teknik Sipil Universitas Negeri Semarang
menjadi beberapa bagian untuk mempermudah pelaksanaan pengangkutan. Crane Crawler dapat dilihat pada gambar berikut.
Gambar 3.23 Crane Crawler 13. Seling
Seling merupakan besi baja yang dibuat secara manual berbentuk seperti tali yang berfungsi sebagai pengikat antara crane dengan alat tertentu yang akan dipindahkan seperti pada gambar berikut.
52 Jurusan Teknik Sipil Universitas Negeri Semarang
Gambar 3.24 Seling 14. Penyangga Pipa Tremie
Penyangga ini berfungsi sebagai alat bantu saat pemasangan dan penyambungan tremie seperti pada gambar berikut.
Gambar 3.25 Penyangga Pipa Tremie 15. Pelat Baja
Pelat baja digunakan sebagai landasan alat-alat berat yang beroperasi di lapangan, pelat baja biasanya diatur sesuai posisi alat berat yang akan bekerja. Perpindahan tempat pelat baja dilakukan oleh crane dan bergantung pada mobilitas pekerjaan yang akan dilakukan di lapangan seperi pada gambar berikut ini. 53 Jurusan Teknik Sipil Universitas Negeri Semarang
Gambar 3.26 Plat Baja
16. Trailler
Trailler adalah peralatan mobilisasi yang dipergunakan untuk
mengangkut material dan alat konstruksi yang sangat berat dari lokasi penyimpanan
atau
pembuatan
ke
lokasi
proyek.
Pada
Proyek
Pembangunan Apartemen Amartha View Tahap I Semarang Trailler digunakan hanya untuk mobilisasi alat saja seperti pada gambar berikut.
54 Jurusan Teknik Sipil Universitas Negeri Semarang
Gambar 3.27 Trailler
17. Dump truck
Dump truck merupakan alat pengangkut yang berfungsi untuk
mengangkut material lepas (loose material) seperti tanah, pasir, batuan untuk proyek konstruksi. Pada proyek ini dump truck digunakan untuk mengangkut tanah dari pekerjaan pengeboran dan galian. Muatan yang diangkut oleh dump truck diisi oleh alat pemuat seperti excavator , sedangkan untuk proses bongkar muatannya, truk dapat bekerja sendiri dengan cara medongkrak dump body (bak penampung material) menggunakan sistem hidrolik seperti pada gambar berikut.
55 Jurusan Teknik Sipil Universitas Negeri Semarang
Gambar 3.28 Dump Truck
3.3 Pengendalian dan Pengawasan
Pengendalian dan pengawasan proyek diperlukan agar dicapai kualitas struktur yang sesuai dengan spesifikasi yang direncanakan dan disepakati dalam kontrak, serta memperoleh jaminan atas pelaksanaan proyek yang sesuai dengan tujuan dan rencana kerja secara teknis di lapangan. Beberapa hal yang ditinjau dalam pengendalian Pekerjaan Pondasi Bored Pile dan Pile Cap pada Proyek Pembangunan Apartemen Amartha View Tahap I Semarang antara lain: 1. Pengendalian mutu, meliputi : a.
Pengendalian mutu bahan
b.
Pengendalian mutu peralatan 56 Jurusan Teknik Sipil Universitas Negeri Semarang
2. Pengendalian waktu 3. Pengendalian teknis 4. Pengendalian biaya 5. Pengendalian Kesehatan, Keselamatan Kerja, dan Lingkungan (K3L). 6. Pengendalian tenaga kerja Pada setiap proyek harus selalu ada pengendalian diatas sebab menyangkut keberhasilan proyek tersebut. Secara umum pengendalian meliputi hal-hal sebagai berikut : a. Penentuan standar, yaitu penentuan tolak ukur dalam menilai hasil pekerjaan dari segi kualitas dan ketepatan waktu. b. Pemeriksaan, yaitu melakukan pemeriksaan terhadap hasil pekerjaan untuk mengetahui sejauh mana kemajuan hasil pekerjaan. c. Perbandingan,
yaitu
membandingkan
hasil
pekerjaan
yang
telah
dilaksanakan dengan rencana yang ditentukan ( time schedule).Dari perbandingan ini dapat diketahui apakah pelaksanaan proyek berjalan lancar atau justru mengalami keterlambatan. d. Tindakan korektif, yaitu mengadakan evaluasi terhadap pelaksanaan proyek. Apabila terjadi ketidaksesuaian antara perencanaan dengan pelaksanaan teknis di lapangan, perlu tindakan koreksi dan pemecahannya serta pelaksanaan selanjutnya.
57 Jurusan Teknik Sipil Universitas Negeri Semarang
3.3.1
Pengendalian Mutu
A. Pengendalian Mutu Bahan
Kualitas pekerjaan yang baik salah satunya dipengaruhi oleh kualitas bahan atau material yang memenuhi standar yang ditetapkan. Pengendalian mutu bahan di lapangan dalam proyek ini meliputi uji secara visual dan uji laboratorium. Pengujian secara visual adalah cara pengujian dengan melihat kondisi fisik dari material, dimulai dari warna, keretakan, merk, hingga campuran (untuk ready mix). Jika material tersebut telah lolos dalam pengujian visual, maka selanjutnya diuji lebih lanjut dengan melakukan uji laboratorium, seperti slump test pada beton ready mix, uji tarik pada baja tulangan, dan lain sebagainya. Bahan-bahan yang diuji pada proyek ini adalah: a. Beton
- Slump Test Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui kental encernya campuran beton. Dalam Pekerjaan Pondasi Bored Pile dan Pile Cap pada Proyek Pembangunan Apartemen Amartha View Tahap
I Semarang, nilai slump yang di pakai sebesar 18 ± 2 cm pada mutu fc’ 37 Mpa, fc’ 30 MPa, fc’ 25 Mpa dan fc’ 20 Mpa . 1 (satu) MPa mempunyai
nilai
1/0,0981
kg/cm 2
Pengujian
dengan
menggunakan kerucut abrams. Langkah-langkah pengujian sebagai berikut: 1.
Disiapkan peralatan uji slump yaitu kerucut Abrams dengan
diameter atas 10 cm, diameter bawah 20 cm dan tinggi 30 cm.
58 Jurusan Teknik Sipil Universitas Negeri Semarang
2.
Kerucut Abrams diletakkan pada bidang rata dan datar
namun tidak menyerap air. 3.
Adukan beton yang akan diuji dimasukkan dalam tiga lapis
sambil ditusuk 25 kali dengan tongkat baja agar adukan menjadi padat. 4.
Adukan yang jatuh di sekitar kerucut dibersihkan dan
permukaan atas diratakan kemudian kerucut diangkat vertikal perlahan-lahan. 5.
Kerucut dibuka dan diukur penurunan puncak kerucut
terhadap tinggi semula. 6.
Hasil pengukuran inilah yang disebut nilai slump dan
merupakan nilai kekentalan dari adukan beton tersebut. 7.
Adukan beton dengan nilai slump yang tidak memenuhi
syarat tidak boleh digunakan. Uji slump test dilakukan seperti pada gambar berikut ini.
Gambar 3.29 Slump Test 59 Jurusan Teknik Sipil Universitas Negeri Semarang
Pengujian Slump Test ini dilakukan oleh pihak supplier beton ready mix, dengan disaksikan oleh pihak kontraktor dan pihak
manajemen
konstruksi
kemudian
didokumentasikan
untuk
dipertanggung jawabkan pada pihak owner . Slump test ini dilakukan pada saat beton ready mix tiba di lokasi proyek dan diambil sample pada mobil secara acak. Hal ini bertujuan untuk memeriksa nilai slump dari beton tersebut, karena jika kuran g dari standar maka akan mengurangi kualitas dari beton tersebut.
-
Tes Uji Kuat Tekan ( Compression Test)
Tes uji kuat tekan ini termasuk di dalam pengujian dalam laboratorium, sedangkan untuk pengamatan visual dilakukan dengan mengamati kondisi beton ready mix, sehingga didapatkan beton yang baik secara fisik. Untuk tes uji kuat tekan ini bertujuan untuk mengetahui kuat tekan beton karakteristik (kuat tekan maksimum yang dapat diterima oleh beton sampai beton mengalami kehancuran). Untuk setiap truck mixer beton, diambil sebanyak 5 sample silinder beton. Adapun langkah-langkah pengujian sebagai berikut : a. Disiapkan silinder dengan ukuran diameter 15 cm dan tinggi 30 cm. b. Cetakan silinder diletakkan pada plat atas baja yang telah dibersihkan dan sisi dalamnya diolesi minyak pelumas 60 Jurusan Teknik Sipil Universitas Negeri Semarang
seperlunya untuk mempermudah pelepasan beton dari cetakannya. c. Adukan beton yang dipakai pada pengujian slump test dimasukkan ke dalam cetakan yang dibagi dalam tiga lapisan yang sama. d. Pada tiap lapisan ditusuk-tusuk sebanyak 10 kali. e. Cetakan yang telah diberi kode itu kemudian didiamkan selama 24 jam. Kemudian diambil oleh pihak supplier beton ready mix tersebut untuk di test di Laboratorium S1 Teknik Sipil Universitas Diponegoro untuk dilakukan uji kuat tekan seperti pada gambar berikut ini.
Gambar 3.30 Uji Compression Test
61 Jurusan Teknik Sipil Universitas Negeri Semarang
Gambar 3.31 Uji Compression Test Pada Beton
b. Baja Tulangan
Pemeriksaaan tulangan pada proyek ini dilaksanakan secara visual berdasarkan spesifikasi SNI 07-2052-2002 untuk melihat diameter tulangan yang dipakai. Pengukuran diameter tulangan ini dilakukan dengan alat jangka sorong dengan toleransi ± 0,2 mm. Selain itu pemeriksaan visual ini meliputi pengamatan untuk warna tulangan karena jika ada perubahan akibat korosi, maka akan menurunkan mutu dari baja tulangan itu sendiri. Pengujian dilakukan di Laboratorium S1 Teknik Sipil Universitas Diponegoro dengan melakukan uji tarik dan uji bengkok pada baja tulangan D10, D13, D16, D19, D22 dan D25 seperti yang terlihat pada gambar berikut.. 62 Jurusan Teknik Sipil Universitas Negeri Semarang
Gambar 3.32 Uji Tarik Pada Baja Tulangan
Gambar 3.33 Sebelum dan sesudah dilakukan uji tarik pada baja
tulangan
63 Jurusan Teknik Sipil Universitas Negeri Semarang
Gambar 3.34 Baja Yang Akan Dilakukan Uji Bengkok
Gambar 3.35 Pelaksanaan Uji Bengkok Pada Baja Tulangan
64 Jurusan Teknik Sipil Universitas Negeri Semarang
Gambar 3.36 Baja Setelah Dilakukan Uji Bengkok
B. Pengendalian Mutu Peralatan
Peralatan adalah bagian terpenting dari pelaksanaan pekerjaan suatu struktur. Kerusakan pada alat dapat mengakibatkan tertundanya pekerjaan, oleh karena itu mekanik mempunyai tanggung jawab yang sangat besar dalam menjaga dan mengatur penggunaannya. Pengendalian mutu peralatan dilakukan dengan melakukan kalibrasi alat sebelum alat tersebut digunakan untuk pekerjaan proyek. Selain itu juga diperlukan perawatan terhadap alat yang akan digunakan, agar alat tersebut selalu dalam keadaan baik dan dapat digunakan sesuai fungsinya.
3.3.2
Pengendalian Waktu
Pengendalian waktu ini didasarkan pada time schedule dan kurva S. Keterlambatan pekerjaan pada suatu proyek akan berpengaruh pada anggaran
65 Jurusan Teknik Sipil Universitas Negeri Semarang
proyek. Agar dapat berlangsung tepat waktu, time schedule disusun sebagai alat kontrol untuk mengukur tingkat prestasi pekerjaan dengan lamanya pelaksanaan.
Pekerjaan apa yang harus dikerjakan lebih dahulu dan kapan harus dimulai dapat terlihat dengan jelas pada time schedule, sehingga keterlambatan pekerjaan sebisa mungkin dihindari. Manfaat dari time schedule adalah :
1. Sebagai pedoman kerja bagi pelaksana terutama menyangkut batasan-batasan untuk masing-masing pekerjaan. 2. Sebagai alat koordinasi bagi pimpinan. 3. Sebagai tolak ukur kemajuan pekerjaan yang dapat dipantau setiap saat dengan bantuan time schedule ini. 4. Sebagai evaluasi tahap akhir dari setiap kegiatan pekerjaan yang dilaksanakan.
Untuk itu, dalam membuat time schedule diperlukan hal-hal sebagai berikut ini:
1. Jenis Pekerjaan Fungsinya untuk menetapkan urutan-urutan pekerjaan. 2. Network Planning Fungsi terpenting dari network planning yaitu mengorganisasikan dan menentukan urutan dari pekerjaan yang beraneka ragam dengan waktu dan biaya yang terbatas. 3. Volume Pekerjaan Volume pekerjaan berguna untuk menentukan durasi atau lamanya pekerjaan. Selain itu bagi pihak owner, perhitungan volume pekerjaan berguna untuk
66 Jurusan Teknik Sipil Universitas Negeri Semarang
mengontrol pemesanan beton, tulangan dan bahan lainnya. Jadi perhitungan volume juga dapat dijadikan alat pengontrol. 4. Harga Satuan Pekerjaan Berguna untuk menentukan bobot atau prestasi masing-masing pekerjaan. Dengan dasar inilah kemajuan proyek dihitung untuk pembayaran tiap termin. 5. Survei Kemampuan Tenaga Kerja. Berguna untuk menentukan jumlah tenaga kerja sehubungan dengan durasi waktu yang diperlukan.
Time schedule menyatakan pembagian waktu terperinci untuk setiap jenis pekerjaan, mulai dari permulaan sampai akhir pekerjaan sehingga
kumulatif
prosentase bobot pekerjaan ini akan membentuk membentuk kurva S realisasi.
Fungsi kurva S ini antara lain adalah :
1. Menentukan waktu penyelesaian tiap bagian pekerjaan proyek.
2. Menentukan besarnya biaya pelaksanaan proyek.
Menentukan waktu untuk mendatangkan material, alat, dan tenaga kerja yang akan dipakai untuk pekerjaan tertentu. 3.3.3
Pengendalian Teknis
Pengendalian teknis di lapangan ini dimaksudkan untuk mengetahui perkembangan dan permasalahan di proyek melalui laporan kemajuan dan
67 Jurusan Teknik Sipil Universitas Negeri Semarang
koordinasi proyek. Laporan kemajuan proyek dibuat dalam bentuk harian, mingguan, dan bulanan untuk mengetahui sejauh mana kemajuan proyek itu. 1. Laporan Harian Berisi laporan tentang kegiatan atau jenis j enis pekerjaan yang dilaksanakan pada hari itu. Berikut dengan volume pekerjaan harian yang telah diselesaikan pada hari tersebut. Melaporkan keadaan cuaca di lokasi proyek, material dan peralatan yang digunakan beserta jumlahnya. Juga jumlah tenaga kerja dan waktu jam kerja. Dan melaporkan permasalahan atau kendala di lapangan dan solusi nya. 2. Laporan Mingguan
Berisi laporan tentang kegiatan yang dilaksanakan selama satu minggu. Pada proyek ini, laporan mingguan sangat penting mengingat kurva S rencana perkembangan pekerjaan dibuat dalam satuan minggu. Laporan ini berisi dari rekapan laporan harian meliputi kemajuan pekerjaan selama minggu tersebut, jumlah tenaga kerja, material yang masuk, dan keadaan cuaca selama minggu tersebut. 3. Laporan Bulanan
Berisi laporan tentang kegiatan yang dilaksanakan selama satu bulan. Laporan ini berisi dari rekapan laporan mingguan, meliputi kemajuan pekerjaan, monitoring peralatan, monitoring material, monitoring curah hujan, monitoring tenaga kerja, dan laporan K3 selama sebulan penuh.
68 Jurusan Teknik Sipil Universitas Negeri Semarang
4. Rapat Koordinasi
Dalam pelaksanaan fisik suatu proyek, permasalahan yang tidak terduga dan tidak dapat diselesaikan oleh satu pihak saja dalam kurun waktu yang singkat maka diperlukan rapat koordinasi untuk memecahkan dan menyelesaikan masalah secara bersama.
Pada proyek ini, ada beberapa jenis rapat koordinasi yang diadakan. Rapat koordinasi tersebut antara lain :
a. Rapat mingguan diadakan setiap satu minggu sekali. Pada proyek ini, dilakukan tiga kali rapat mingguan tetapi dengan pihak yang berbeda. Rapat mingguan pada hari Senin diadakan untuk internal kontraktor. Rapat mingguan, yang diadakan setiap hari kamis pagi diadakan dengan pihak manajemen Konstruksi. Rapat ini membahas mengenai progress pekerjaan yang telah dicapai serta kendala-kendala yang muncul selama pelaksanaan kegiatan proyek untuk diselesaikan bersama. Rapat ini dihadiri oleh pihak kontraktor yang diwakilkan oleh Project Manager, Kasie Teknik dan Pelaksana Utama dan pihak Ma najemen Konstruksi. Pada proyek ini, hal yang dibahas dalam rapat mingguan adalah mengenai progress pekerjaan minggu lalu, minggu ini dan progress rencana minggu depan.
b. Rapat Insidental, yang diadakan kondisional dan sesuai dengan keperluan yang mendesak. Rapat ini biasanya diadakan oleh pihak konsultan perencana, dalam hal ini adalah konsultan perencana struktur, konsultan perencana arsitektur dan pihak kontraktor dengan mengetahui owner. Rapat ini membahas adanya perubahan-
69 Jurusan Teknik Sipil Universitas Negeri Semarang
perubahan desain yang dianggap vital. Oleh karena hal itulah, diperlukannya rapat incidental antara konsultan perencana struktur, konsultan perencana arsitektur dan pihak kontraktor.
3.3.4
Pengendalian Biaya
Pengendalian biaya dimaksudkan untuk mengetahui besarnya biaya yang telah dikeluarkan dengan melihat tahap pekerjaan yang telah dicapai. Besarnya biaya ini dapat dibandingkan dengan Rencana Anggaran Biaya (RAB) yang telah disusun. Dari pembandingan ini, dapat diketahui apabila pada pekerjaan yang telah dilaksanakan tersebut terjadi pembengkakan biaya, sehingga dapat dilakukan evaluasi biaya.
Pengendalian biaya ini biasanya dilakukan dengan membuat rekapitulasi biaya yang telah dikeluarkan. Hal ini dilakukan dengan cara melakukan cross check terhadap pengeluaran untuk pekerjaan di lapangannya dengan rencana pengeluaran pekerjaan. Tindakan pengendalian biaya yang dilakukan kontraktor adalah meminimalisasi terjadinya waste pada pekerjaan lainnya. Caranya yaitu dengan memperketat pengawasan di lapangan.
Sedangkan pengendalian biaya tenaga kerja dilakukan dengan memeriksa daftar pekerjaan yang telah diselesaikan (volume pekerjaan) selama dua minggu dan besarnya biaya yang dikeluarkan untuk membayar gaji pekerja. Besar total biaya ini yang akan selalu dikontrol dan dievaluasi sebagai pengendalian biaya. Selain itu, total biaya yang telah dikeluarkan ini juga dapat digunakan untuk
70 Jurusan Teknik Sipil Universitas Negeri Semarang
menyusun kurva S realisasi dan untuk mengestimasi presentase pekerjaan proyek yang telah dicapai. Apabila terdapat hal – hal yang menimbulkan pekerjaan tambahan segera dilakukan evaluasi untuk melakukan optimasi sehingga secara keseluruhan meminimalisasi biaya tambah yang diperlukan.
3.3.5
Pengendalian K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja)
Pengendalian K3 dalam proyek ini berkaitan dengan penyusunan Safety Plan, Pengamanan Proyek (Security Plan), dan pengelolaan ketertiban serta kebersihan proyek (House Keeping) dengan target ’zero accident’ (tidak ada kecelakaan kerja).
Safety Plan dibuat dengan mengikuti ketentuan-ketentuan maupun arahan
yang dikeluarkan oleh Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) selaku instansi yang melakukan kontrol terhadap hal ini. Safety Plan mencakup antara lain penyusunan Safety Management , identifikasi bahaya kerja dan penanggulangannya, rencana
penempatan alat-alat pengaman seperti pagar, jaring pada tangga, railing serta rambu-rambu K3 serta rencana penempatan muster point (zona aman), alat-alat pemadam kebakaran (tabung pemadam api), dan lain-lain.
Pengendalian kecelakaan kerja pada Pekerjaan Pondasi Bored Pile, Secant Pile, dan Contiguous Pile pada Proyek Pembangunan
Hotel Mall Apartemen
Tentrem Semarang dilakukan dengan cara membuat identifikasi bahaya kerja. Jadi sebelum terjadi kecelakaan saat proses pembangunan, HSE membuat antisipasi dengan cara mengidentifikasi peluang terjadi kecelakaan dan mensosialisasikan pada saat safety talk , dan langsung terjun mengawasi pekerjaan. Hal ini dimaksudkan untuk meminimalisir terjadinya kecelakaan kerja. 71 Jurusan Teknik Sipil Universitas Negeri Semarang
Banyaknya pekerjaan juga mempunyai resiko yang berbeda. Baik meliputi jenis kecelakaan, dan akibat kecelakaan seperti apa. Security Plan berupa pos pengaman digunakan untuk mengawasi prosedur keluar masuk bahan proyek, prosedur penerimaan tamu, dan identifikasi daerah rawan di wilayah sekitar proyek. Pengelolaan ketertiban dan kebersihan proyek meliputi pemasangan papan-papan peringatan pada lokasi proyek yang rawan terjadi kecelakaan, penempatan bak sampah, toilet pekerja, pengaturan jalan sementara, gudang, los kerja, barak pekerja, dan lain-lain. Suasana saat pengarahan K3dapat dilihat pada gamabar berikut.
Gambar 3.37 Pengarahan K3
72 Jurusan Teknik Sipil Universitas Negeri Semarang
Keselamatan kerja yang dibutuhkan dalam pelaksanaan proyek ini, antara lain:
a. Penggunaan Pelindung Diri
Diwajibkan bagi pekerja menggunakan pelindung diri selama berada di lokasi proyek baik itu helm proyek maupun sepatu yang standar digunakan di proyek seperti pada gambar berikut.
Gambar 3.38 Penggunaan APD (Alat Pelindung Diri) di Lapangan
b. Rambu-Rambu K3L
Diletakkan pada akses masuk proyek dengan tujuan agar menjadi hal pertama yang perlu diperhatikan.
73 Jurusan Teknik Sipil Universitas Negeri Semarang
c. Penutup Void
Untuk mengamankan dari benda jatuh maka tiap void / lubang ditutup dengan menggunakan ply wood / jaring pengaman untuk menangkap benda jatuh dari pekerjaan pembongkaran di lantai atasnya dan dilakukan tiap lantai.
d. Bak Sampah
Beberapa tempat di tempatkan bak sampah agar kebersihan area proyek terjaga dengan baik.
e. Catatan Kinerja K3 Bulanan
Catatan kinerja K3 bulanan berguna untuk memberitakan kinerja K3 pada umum agar bisa terpantau dengan baik. Catatan ini berisi tentang informasi jumlah total pekerja, jumlah pekerja yang sakit, dan jumlah pekerja yang meninggal bulan lalu dan bulan sekarang. Sehingga dapat terlihat perbandingan tingkatan kinerja K3.
f. Penyediaan First Aid Box dan alat pemadam api ringan (APAR)
Keselamatan pekerja menjadi hal yang sangat diperhatikan jika saat bekerja terjadi kecelakaan kerja, baik ringan maupun berat. Dari segi K3 sudah siap akan pertolongan pertama seperti terlihat pada gambar berikut.
74 Jurusan Teknik Sipil Universitas Negeri Semarang
Gambar 3.39 First Aid Box dan alat pemadam api ringan (APAR)
g. Mengidentifikasi bahaya dan resiko kecelakaan kerja dengan merencanakan penanganan jika terjadi kecelakaan kerja yaitu berupa merencanakan jalur evakuasi jika terjadi suatu bencana. Jika terjadi sesuatu yang dapat mengancam keselamatan kerja seperti gempa bumi maupun kebakaran, terdapat gambar yang menjelaskan jalur evakuasi yang harus dilakukan para pekerja dalam menyelamatkan dirinya masing-masing. Muster point merupakan titik aman tempat berkumpulnya para pekerja jika terjadi sesuatu hal tersebut.
3.3.6
Pengendalian Tenaga Kerja
Penempatan tenaga kerja yang sesuai dengan jumlah dan kemampuannya dapat menunjang tercapainya efisiensi dalam suatu pekerjaan proyek. Oleh karena itu diperlukan suatu pengendalian mutu tenaga kerja. Pada proyek ini, seluruh 75 Jurusan Teknik Sipil Universitas Negeri Semarang
pengadaan tenaga kerja diserahkan pada tim pelaksana. Pemilihan dan penunjukan pemborong
dilakukan
berdasarkan
reputasi
pemborong
tersebut
dalam
menyelesaikan pekerjaan proyek yang telah ada.
Tenaga kerja yang terlibat dalam proyek ini menggunakan sistem borongan, terdiri dari:
a. Mandor, yang dituntut untuk memiliki pengetahuan teknis dalam taraf tertentu, misalnya dapat membaca gambar-gambar konstruksi, dapat membuat hitunganhitungan ringan dan dapat membedakan kualitas bahan bangunan yang akan digunakan. b. Tukang, merupakan tenaga kerja yang ahli dalam bidangnya berdasarkan pengalaman serta cara kerja yang sederhana. c. Pembantu tukang, yaitu tenaga kerja yang bekerja dengan mengandalkan kondisi fisik yang kuat dan sehat tanpa memerlukan keahlian tertentu.
Sistem pengupahan dan pembayaran gaji tenaga kerja pada Pekerjaan Pondasi Bored Pile, Secant Pile, dan Contiguous Pile pada Proyek Pembangunan Hotel Mall Apartemen Tentrem Semarang ini dibedakan berdasarkan stat us tenaga kerja sebagai berikut:
a. Tenaga Kerja Tetap Tenaga kerja yang memiliki pendidikan, pengalaman, dan keahlian, dan mendapatkan gaji bulanan dan upah lembur di luar jam kerja.
76 Jurusan Teknik Sipil Universitas Negeri Semarang
b. Tenaga kerja kontrak/musiman Tenaga kerja yang dibutuhkan pada waktu tertentu saja dan mendapatkan gaji sesuai
dengan
jenis
pekerjaannya
dan
waktu
yang
dibutuhkan
untuk
penyelesaiannya. c. Tenaga Kerja Harian
Tenaga kerja yang mendapatkan upah berdasarkan perhitungan presensi kehadirannya setiap hari. Tenaga kerja harian mendapatkan upah setiap dua minggu sekali, pada hari jumat, sesuai dengan jumlah hari kerjanya pada dua minggu tersebut.
3.4 Jenis Pekerjaan Yang Dilaksanakan 3.4.1
Pekerjaan Pondasi Bored Pile
Pondasi Bore Pile adalah tiang pondasi dalam yang berbentuk tabung, yaitu berfungsi meneruskan beban struktur bangunan diatasnya dari permukaan tanah sampai lapisan tanah keras di bawahnya. Pondasi bore pile memiliki fungsi yang sama dengan pondasi tiang pancang atau pondasi dalam lainya. Perbedaan di antara keduanya adalah pada cara pelaksanaan pengerjaanya. Pelaksanaan Pondasi Bore pile dimulai dari pembuatan lubang di tanah dengan cara tanah di bor terlebih dahulu kemudian penginstalasan besi tulangan ke dalam lubang yang dilanjutkan dengan pengecoran bor pile.
77 Jurusan Teknik Sipil Universitas Negeri Semarang
Langkah pengerjaan bored pile sebagai berikut : 1. Persiapan Lokasi Pekerjaan (Site Preparation) Pelajari Lay-out pondasi dan titik-titik bore pile, membersihkan lokasi pekerjaan dari gangguan yang ada seperti bangunan bangunan, tanaman atau pohon-pohon, tiang listrik atau telepon, kabel dan lain-lainnya. 2. Persiapan Alat-Alat Persiapan alat-alat untuk bore pile dan pengecoran bore pile Dimana alat-alat diangkut menggunakan truk kontainer, kemudian alat-alat dibongkar atau diturunkan satu persatu meggunakan crane dan bantuan manusia. 3. Rute atau Alur Pengeboran (Router of Boring) Merencanakan alur atau urutan pengeboran sehingga setiap pergerakan mesin RCD, excavator, crane, dan truk mixer dapat termobilisasi tanpa halangan. 4. Survey Lapangan dan Penentuan Titik Pondasi (Site Survey and centering of Pile) Survey lapangan dan penentuan titik pondasi kontraktor
harus
menyediakan license surveyor dalam membuat setting out poin /titik Bored pile yang akan di bor.
Kemudian 4 poin
sebagai
referensi yang dipasang /offset tidak kurang dari 1 m dari titik posisi pile. Mengukur dan menentukan posisi titik koordinat bore pile dengan bantuan alat Theodolite.
78 Jurusan Teknik Sipil Universitas Negeri Semarang
5. Pembuatan Drainase dan Kolam Air Kolam air berfungsi sebagai tempat penampungan ar bersih yang akan digunakan untuk pekerjaan pengecoran sekaligus untuk tempat penampungan air bercampur lumpur hasil pengeboran. Jarak kolam air tidak boleh terlalu dekat dengan lubang pengeboran, sehingga lumpur dalam air hasil pengeboran mengendap dulu sebelum airnya mengalir kembali kedalam lubang pengeboran. Lumpur hasil pengeboran yang mengendap di dalam kolam diambil (dibersihkan) dengan bantuan excavator. 6. Pemasangan Pelat Baja Pelat baja digunakan untuk landasan dari alat berat yang akan beroperasi di daerah pengeboran, dalam lapangan ada 2 alat yang beroperasi yaitu alat bore dan crane, keduanya di berikan landasan untuk antisipasi amblas karena kondisi tanah yang buruk, dan juga saat proses pengecoran juga nantinya dipasang pelat baja untuk alur keluar masuk truk mixer ke lobang bore pile. 7. Setting Mesin RCD (Reversed Circular Drill) Setelah stand pipe terpasang, mata bor sesuai deng an diameter yang ditentukan dimasukkan terlebih dahulu kedalam pipa stand pipe, kemudian beberapa buah pelat dipasang unutk memperkuat tanah dasar dudukan mesin RCD, kemudian mesin RCD diposisikan dengan ketentuan:
79 Jurusan Teknik Sipil Universitas Negeri Semarang
1. Mata bor disambung dengan stang pemutar kemudian mata bor diperiksa apakah sudah benar-benar berada pada pusat atau as stanf pipe (titik pondasi). 2. Posisi mesin RCD harus tegak lurus terhadap lubang yang akan dibor (yang sudah terpasang stand pipe), hal ini dapat dicek dengan alat waterpass). 8. Pemasangan Stand Pipe/ Casing Setelah mencapai suatu kedalaman yang ‘mencukupi’ untuk menghindari tanah di tepi lubang berguguran maka perlu di pasang casing, yaitu pipa yang mempunyai ukuran diameter dalam kurang lebih sama dengan diameter lubang bor. Pemasangan stand pipe dilakukan dengan bantuan crane. 9. Penulangan Bore Pile dan Instalasi Tulangan Tulangan yang digunakan sudah harus tersedia lebih dahulu sebelum pengeboran dilakukan, sehingga begitu proses pengeboran selesai, langsung dilakukan instalasi tulangan, hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya kelongsoran dinding lubang yang sudah selesai dibor. Instalasi tulangan di mulai dengan persipan crane sebagai pengangkut. 10. Pemasangan Pipa Tremie
Setelah tulangan dimasukkan, kemudian pipa tremie dimasukkan menggunkaan crane. Pipa tremie disambung-sambung untuk memudahkan proses instalasi dan juga untuk memudahkan 80 Jurusan Teknik Sipil Universitas Negeri Semarang
pemotongan tremie pada waktu pengecoran. Sebelum pipa tremie digunakan terlebih dahulu pipa tremie di olesi oli agar licin dan beton tidak menempel keras dan saat penyambungan pipa tremie, bagian puteran harus dikasih pelicin agar tidak lengket.
11. Pemasangan Corong Pengecoran Setelah pipa tremie masuk dalam lobang bore pile, tahap selanjutnya adalah pemasangan corong pada bagian ujung ata s pipa tremie untuk proses pengecoran. 12. Uji Slump Pada saat proses awal pengecoran atau saat truk mixer akan menuangkan beton, ada uji yang harus dan wajib dilakukan dalam beton yaitu uji slump. Uji slump merupakan metode yang digunakan untuk menentukan kekakuan dari campuran beton baru/segar untuk menentukan tingkat workability nya. Kekakuan pada beton menunjukan berapa banyak campuran air yang digunakan. Untuk itu uji slump menunjukan apakah campuran beton kekurangan, kelebihan atau cukup air. Perlu kita ketahui bahwa campuran beton yang terlau cair akan menyebabkan mutu beton rendah, dan lama mengering. Sedangkan campuran beton yang terlalu kering menyebabkan adukan tidak merata dan sulit untuk dicetak.
81 Jurusan Teknik Sipil Universitas Negeri Semarang
13. Pengecoran dengan Ready Mix Concrete Proses pengecoran harus segera dilakukan setelah tulangan dan pipa tremie
selesai,
guna
menghindari
kemungkinan
terjadinya
kelongsoran pada dinding lubang bor. 14. Pipa Tremie diangkat dan dibersihkan Setelah pengecoran selesai dilakukan, pipa tremie diangkat dan dibuka, serta dibersihkan.
3.4.2
Pekerjaan Pile Cap
Pile cap merupakan salah satu elemen penting dari suatu struktur. Hal ini dikarenakan pile cap memiliki peranan penting dalam pendistribusian beban struktur ke tiang pancang untuk kemudian diteruskan ke dalam tanah. Pile cap digunakan sebagai pondasi untuk mengikat tiang pancang yang sudah terpasang dengan struktur yang berada di atasnya. Pelaksanaan akan dibahas sebagai berikut: Pekerjaan pile cap dilakukan saat pekerjaan bore pile sudah selesai, pekerjaan pile cap ini menggunakan metode konvensional yang dilakukan dengan tahapan-tahapan sebagai berikut: 1. Pekerjaan Persiapan Pekerjaan persiapan yaitu menentukan as pile cap dengan menggunakan theodolite dan waterpass berdasarkan shop drawing yang dilanjutkan dengan pemasangan patok as pile cap.
82 Jurusan Teknik Sipil Universitas Negeri Semarang
2. Penggalian Tanah digali sesuai dengan ukuran dan kedalaman/elevasi yang telah direncanakan sesuai gambar rencana. Elevasi galian sudah termasuk 100 mm tebal pasir urug dan 70 mm lantai kerja. 3. Pemotongan dan Pembongkaran Tiang Bor Pembongkaran ini dilakukan hanya pada bagian betonnya saja sehingga menyisakan besi tulangannya yang akan digunakan untuk stek pondasi sebagai pengikat dengan pile cap. Pemotongan dilakukan hanya sampai elevasi bottom of concrete yaitu dengan menyisakan beton setebal 100 mm dari lantai kerja pada pile cap. 4. Pengurugan dan Pemasangan Lantai Kerja Pembuatan lantai kerja dilakukan setelah tanah galian selesai diurug dengan pasir. Pengurugan dengan pasir setebal 100 mm kemudian dipadatkan dan diratakan. Pemasangan lantai kerja dilakukan dengan tebal minimal 5,000 cm diatas urugan pasir. Pembuatan lantai kerja ini dilakukan dengan membuat adukan sendiri dari pasir dan Portland cement. 5. Penulangan Pile Cap Pemasangan besi tulangan yang langsung dirangkai di atas lantai kerja
sesuai dengan ukuran dan jumlah yang telah direncanakan.
Diameter besi tulangan yang dipasang untuk pile cap adalah D15. D16, D19, D25, dan D32. Pekerjaan pembesian ini juga meliputi tulangan utama atas dan bawah, tulangan samping, tulangan stek pondasi,
83 Jurusan Teknik Sipil Universitas Negeri Semarang
pemasangan kaki ayam, pemasangan beton decking, dan pemasangan stek pile cap sebagai penghubung menuju kolom. 6. Pemasangan Bekisting Metode pemasangan bekisting yang digunakan adalah metode tradisional, dimana bekisting pile cap menggunakan multipleks bukan batako. Multipleks dipasang dan diatur sedemikian rupa sampai menjadi bentuk yang sesuai dengan rencana gambar. 7. Pengecoran Pile Cap Sebelum pengecoran terlebih dahulu dilakukan pembersihan dari debu ataupun kotoran seperti tanah, sisa kawat, maupun plastik pada area yang akan dicor menggunakan compressor. Kemudian pile cap dicor sedalam 2 m dan menggunakan mutu fc 40 Mpa. 8. Pembongkaran Bekisting Setelah beton kering dan mengeras maka tahap akhir yaitu pelepasan papan bekisting.
84 Jurusan Teknik Sipil Universitas Negeri Semarang
BAB IV ANALISA PEKERJAAN PADA PROYEK
4.1 Uraian Umum
Proyek Pembangunan Apartemen Amartha View adalah pekerjaan bangunan dimana dalam proses pelaksanaannya harus sesuai dengan prosedur dan SNI yang berlaku. Dalam
hal pekerjaan
proyek tersebut
haruslah
sesuai dengan Rencana Kerja dan Syarat (RKS) pekerjaan yang telah di buat agar sesuai rencana dan sesuai dengan spesifikasi yang berlaku tentang tata cara perencanaan dan pelaksanaan bangunan gedung pada saat proyek tersebut dilaksanakan. Proyek ini lokasinya berada di daerah pemukiman warga maka dari itu proses pelaksanaan pembangunan ini memerlukan metode-metode yang mampu meminimalkan resiko yang ada agar bekerja dengan baik dan sesuai rencana. Dalam suatu proyek haruslah ada peraturan
tentang tata
cara
bekerja
yang baik,
hal ini menyangkut
keselamata pekerjan untuk perlindungan diri pada saat bekerja. Maka dari itu dalam seuatu proyek perlu adanya K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja) yaitu bidang yang terkait dengan kesehatan, keselamatan, dan kesejahteraan manusia yang bekerja pada institusi Apartemen Amartha View.
Dalam
hal
pembangunan
tersebut
proyek
maka pembangunan
proyek ini akan berjalan dengan baik tanpa adanya masalah yang terjadi pada saat pelaksanaan berlangsung. Perlunya sebuah analisa dalam praktik kerja lapangan dimaksudkan agar penyusunun dapat memahami dan mengevaluasi tentang apa yang dikerjakan di lapangan dan membandingkan 85 Jurusan Teknik Sipil Universitas Negeri Semarang
dengan teori-teori yang di dapat pada saat perkuliahan, sehingga penyusun dapat memahami betul apa saja yang kurang dan berbeda perkuliahan
dan
bekerja
pada
saat
dilapangan
pada
saat
khususnya mengenai
tahapan pekerjaan Bore Pile dan Pile Cap pada proyek Apartemen Amarha View sebagai salah satu pengamatan yang difokuskan untuk penyusunan laporan ini.
4.2 Pekerjaan Bored Pile Apartemen Amartha View 4.2.1 Tanah Sebagai Dasar Pondasi
Tanah sebagai pendukung pondasi memiliki arti bahwa tanah merupakan tempat menanam pondasi dari suatu bangunan dan juga menyangga konstruksi diatasnya. Ketika akan dilakukan suatu konstruksi bangunan didaerah tertentu, maka tanah yang berada di daerah tersebut diharapkan mampu menahan beban bangunan diatasnya. Mengingat letak geografis Indonesia yang berada pada iklim tropis dengan temperatur dan kelembapan yang tinggi serta curah hujan yang tinggi merupakan faktor yang mempercepat proses pelapukan yang menyebabkan tanah pada suatu daerah belum tentu sama jenis tanah, karakteristisk dan sifat-sifat tanahnya. Maka , jika disuatu daerah yang akan dibangun suatu konstruksi memiliki tanah yang lembek, pondasi yang di gunakan harus pondasi dalam yang berujung pada tanah keras agar tanah pendukungnya mempunyai kapasitas daya dukung yang cukup untuk memikul beban yang bekerja sehingga tidak terjadi keruntuhan dan ambles nya bangunan. 86 Jurusan Teknik Sipil Universitas Negeri Semarang
4.2.2 Karakteristik Tanah
Tanah selalu mempunyai peranan yang penting pada lokasi pekerjaan konstruksi. Dalam merencanakan suatu pondasi diperlukan data-data mengenai karakteristik tanah di lokasi tersebut. Karakteristik tanah meliputi jenis lapisan tanah dibawah permukaan tanah, kadar air, tinggi permukaan dan lain-lain. Beban struktur yang bekerja tergantung dari jenis material yang digunakan, jumlah tingkat bangunan, dan lainlain. Menurut (Frick, 2001) dalam merencanakan struktur bawah diperlukan data – data mengenai karakteristik tanah tempat struktur tersebut berada dan beban struktur yang bekerja di atas struktur bawah yang direncanakan. Karakteristik tanah meliputi jenis lapisan tanah di bawah permukaan tanah, kadar air, tinggi muka air tanah dan lain lain. Beban struktur yang bekerja tergantung dari jenis material yang digunakan, jumlah tingkat bangunan, jenis – jenis beban yang bekerja pada struktur tersebut dan lain – lain. Seorang structure engineer harus bisa menentukan jenis pondasi yang tepat untuk digunakan berdasarkan data tanah yang ada pada soil engineer. Hasil penyelidikan tanah yang dilaporkan oleh soil engineer a ntara lain : 1. Kondisi tanah dasar yang menjelaskan jenis lapisan tanah pada beberapa lapisan kedalaman. 2. Analisis daya dukung tanah.
87 Jurusan Teknik Sipil Universitas Negeri Semarang
3. Besar nilai SPT (Strandar Penetration Test) dari beberapa titik bor. 4. Besar tahanan ujung konus dan jumlah hambatan pelekat dari beberapa titik sondir. 5. Hasil tes laboratorium tanah untuk mengetahui berat jenis tanah dan lain – lain. 6. Analisis daya dukung tiang pondasi berdasarkan data – data tanah (apabila menggunakan pondasi tiang). 7. Selanjutnya rekomendasi dari soil engineer mengenai jenis pondasi yang bisa digunakan berdasarkan hasil penyelidikan tanah yang didapat. 4.2.3 Penyelidikan Tanah
Dalam tujuan agar bangunan dapat berdiri dengan stabil dan tidak mengalami penurunan (settlement) yang terlalu besar, maka pondasi bangunan harus mencapai lapisan tanah yang cukup padat, untuk mengetahui letak atau kedalaman lapisan tanah padat dan kapasitas daya dukung tanah (bearing capacity) yang diizinkan maka perlu dilakukan penyelidikan mekanika tanah yang mencakup penyelidikan di lapangan (lokasi rencana bangunan yang akan didirikan) dan penelitian di laboratorium. Penyelidikan lapangan yang paling umum digunakan adalah:
1. Pemboran (Drilling) Pemboran
merupakan
bagian
yang
penting
dari
penyelidikan tanah, dari pemboran tersebut dapat diketahui
88 Jurusan Teknik Sipil Universitas Negeri Semarang
lapisan-lapisan tanah di bawah lokasi rencana bangunan, dan dari lubang bor (boreholes) dapat diperoleh contohcontoh tanah yang diperlukan untuk penyelidikan tanah selanjutnya di laboratorium mekanika tanah. 2. Pengambilan sample atau contoh bahan tanah (Soil Sampling) Pengambilan contoh bahan tanah dilaksanakan untuk mendapatkan contoh tanah tidak terganggu (undisturbed soil sampele) dan contoh tanah terganggu (disturbed soil sample). 3. Pengujian penetrasi (Penetration Test) Pengujian penetrasi yang dilaksanakan dapat dibagi menjadi pengujian penetrasi statis dan dinamis. a. Pengujian Penetrasi Statis Pengujian statis yang umum dilaksanakan di Indonesia dengan menggunakan alat sondir (Dutch Static Penetrometer), cara kerjanya yaitu ujung alat sondir yang berupa konus diletakkan masuk ke dalam tanah, gaya yang digunakan untuk menekan konus sondir ke bawah diukur dengan suatu alat pengukur tekanan (manometer-gauge) yang menunjukkan nilai tahanan konus dalam Kg/cm2, nilai tahanan konus sondir yang terbaca pada manometer
89 Jurusan Teknik Sipil Universitas Negeri Semarang
menunjukkan kepadatan relatif (relative density) dari lapisan-lapisan tanah yang dijumpai. b. Pengujian Penetrasi Dinamis Pengujian penetrasi dinamis banyak dikerjakan di Amerika Serikat dan terkenal dengan sebutan SPT (Standard Penetration Test), prinsip cara kerjanya yaitu tabung silinder contoh standar (standard plit spoon sampler) dipukul masuk kedalam tanah dengan menggunakan alat penumbuk seberat 140 pound atau 63,5kg yang dijatuhkan dari ketinggian 30 inch atau 76cm, dan dihitung banyak pukulan yang diperlukan untuk enumbuk masuk tabung silinder sedalam 1 foot (30,5 cm) yang ditentukan sebagai nilai N dengan satuan pukulan/kaki (blows per foot). Menurut Wesley (1974), pengujian penetrasi statis sesuai digunakan di Indonesia dengan kondisi tanah pasir atau lanau, atau lempung lunak, dan hasil pengujian penetrasi statis (sondir) biasanya lebih tepat dibanding hasil pengujian dinamis SPT. Pelaksanaan SPT dapat dilihat pada gambar 4.1 sebagai berikut.
90 Jurusan Teknik Sipil Universitas Negeri Semarang
Gambar 4.1 Pelaksanaan SPT di Lokasi Proyek Amartha View
Apartment
Dalam perencanaan sub-struktur pada proyek pembangunan Amartha View Apartment, dibutuhkan penyelidikan terhadap kondisi tanah (soil test) di lokasi pembangunan. Dalam hal ini pihak terkait yang melaksanakan soil test terhadap lokasi yang akan menjadi proyek pembangunan Amartha View Apartment yaitu AJG. Hasil dari penyelidikan tanah di lokasi dapat dilihat pada
gambar 4.2 dan 4.3. Pada pelaksanaannya, lokasi
penyelidikan tanah dilakukan pada titik-titik yang berbeda, seperti ditunjukkan pada gambar berikut :
91 Jurusan Teknik Sipil Universitas Negeri Semarang
Gambar 4.2 Lokasi Pengambilan Sample Tanah
92 Jurusan Teknik Sipil Universitas Negeri Semarang
Gambar 4.3 Hasil Soil Test BH1
93 Jurusan Teknik Sipil Universitas Negeri Semarang
Jenis tanah ditetapkan sebagai tanah keras, tanah sedang, dan tanah lunak apabila unutk lapisan setebal maksimum 30 meter paling atas dipenuhi syarat-syarat yang tercantum dalam tabel berikut:
4.3 Metode Pelaksanaan Struktur Bawah 4.3.1
Struktur Bawah
Struktur bawah adalah struktur yang seluruh bagiannya berada dalam tanah atau berada di bawah permukaan tanah. Struktur bawah dari suatu bangunan terdiri atas pile cap dan pondasi pondasi namun komponen yang lebih dikenal adalah pondasi karena tugasnya lebih berat yaitu memikul beban bangunan / jembatan di atasnya. Seluruh muatan muat an (beban) dari bangunan, termasuk beban beban yang bekerja pada bangunan dan berat pondasi sendiri, harus dipindahkan atau diteruskan oleh pondasi ke tanah dasar dengan sebaik-baiknya. Menurut (Suyono,1984) Pemilihan jenis struktur bawah harus mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut : a. Keadaan tanah pondasi 94 Jurusan Teknik Sipil Universitas Negeri Semarang
Keadaan tanah pondasi kaitannya adalah dalam pemilihan tipe pondasi yang sesuai. Hal tersebut meliputi meliputi jenis tanah, daya dukung dukung tanah, kedalaman lapisan tanah keras dan sebagainya. s ebagainya. b. Batasan-batasan akibat struktur di atasnya. Keadaan struktur atas akan sangat mempengaruhi pemilihan tipe pondasi. Hal ini meliputi meliputi kondisi beban (besar beban, beban, arah beban beban dan penyebaran beban) dan sifat dinamis bangunan di atasnya (statis tertentu atau tak ta k tentu, kekakuannya, dll.) c. Batasan-batasan keadaan lingkungan di sekitarnya. Yang termasuk dalam batasan ini
adalah kondisi lokasi proyek,
dimana perlu diingat bahwa pekerjaan pondasi tidak boleh mengganggu ataupun membahayakan bangunan dan lingkungan yang telah ada di sekitarnya. d. Biaya dan waktu pelaksanaan pekerjaan. Sebuah proyek pembangunan akan sangat memperhatikan aspek waktu dan biaya pelaksanaan pekerjaan, karena hal ini sangat erat hubungannya dengan tujuan pencapaian kondisi yang ekonomis dalam pembangunan. 4.3.2
Pondasi Bored Pile
Pondasi berfungsi untuk meneruskan/mendistribusikan beban dari upper struktur ke tanah agar keseluruhan bangunan dapat berdiri kokoh di ata s tanah. Sedangkan pondasi bored pile digunakan untuk menjaga kestabilan lereng dinding penahan tanah termasuk pada pondasi bangunan ringan yang dibangun di bangun
95 Jurusan Teknik Sipil Universitas Negeri Semarang
di atas tanah lunak serta struktur yang membutuhkan gaya lateral yang cukup besar. Pondasi bored pile digunakan apabila tanah dasar yang kokoh yang mempunyai daya dukung besar terletak sangat dalam, yaitu kurang lebih 15 m. Pondasi tiang suatu konstruksi yang mampu menahan gaya orthogonal ke sumbu tiang dengan cara menyerap lenturan. Pondasi tiang dibuat dengan satu kesatuan yang monolot dengan menyatukan pangkal tiang yang terdapat dibawah konstruksi, dengan tumpuan pondasi (Nakazawa. K, 1983). Perencanaan pondasi bored pile mencangkup rangkaian kegiatan yang dilaksananakan dengan berbagai tahap yang meliputi studi kelayakan dan perencanaan teknis, semua itu dilakukan supaya menjamin hasil akhir suatu konstruksi yang kuat, aman serta ekonomis. Daya dukung bored pile diperoleh dari daya dukung ujung (end bearing capacity) yang diperoleh dari tekanan ujung tiang dan daya dukung geser yang diperoleh dari daya dukung gesek atau gaya adhesi antara bored pile dan tanah disekelilingnya. Bored pile berinteraksi dengan tanah untuk menghasilkan daya dukung yang mampu memikul dan memberikan keamanan pada struktur atas. Untuk menghasilkan daya dukung yang akurat maka diperlukan suatu penyeledikan tanah yang akurat juga. Ada dua metode yang biasa digunakan dalam penentuan kapasitas daya dukung bored pile yaitu dengan menggunakana metode statis dan metode dinamis. Tiang ini biasanya dipakai pada tanah yang stabil dan kaku, sehingga memungkinkan untuk membentuk lubang yang stabil dengan alat bor. Jika tanah mengandung air, pipa besi dibutuhkan untuk menahan dinding lubang dan pipa ini ditarik keatas pada waktu pengecoran
96 Jurusan Teknik Sipil Universitas Negeri Semarang
beton. Pada tanah yang keras atau batuan lunak, dasar tiang dapat dibesarkan untuk menambah tahanan daya dukung ujung tiang. Ada berbagai jenis pondasi bore pile yaitu: 1. Bore pile lurus untuk tanah keras; 2. Bore pile yang ujungnya diperbesar berbentuk bel; 3. Bore pile yang ujungnya diperbesar berbentuk trapesium; 4. Bore pile lurus untuk tanah berbatu-batuan. Ada beberapa kelebihan digunakannya pondasi bore pile dalam konstruksi: 1. Bore pile tunggal dapat digunakan pada tiang kelompok atau pile cap 2. Kedalaman tiang dapat divariasikan. 3. Bore pile dapat didirikan sebelum penyelesaian selanjutnya 4. Ketika proses pemancangan dilakukan, getaran tanah akan mengakibatkan kerusakan pada bangunan yang ada di dekatnya, tetapi dengan penggunaan pondasi bore pile hal ini dapat dicegah 5. Pada pondasi tiang pancang, proses pemancangan pada tanah lempung akan membuat tanah bergelombang dan menyebabkan tiang pancang sebelumnya bergerak ke samping. Hal ini tidak terjadi pada konstruksi pondasi bore pile 6. Selama pelaksanaan pondasi bore pile tidak ada suara yang ditimbulkan oleh alat pancang seperti yang terjadi pada pelaksanaan pondasi tiang pancang 7. Karena dasar dari pondasi bore pile dapat diperbesar, hal ni memberikan ketahanan yang besar untuk gaya keatas
97 Jurusan Teknik Sipil Universitas Negeri Semarang
8. Permukaan diatas dimana dasar bore pile didirikan dapat diperiksa secara langsung 9. Pondasi bore pile mempunyai ketahanan yang tinggi terhadap beban lateral.
Beberapa kekurangan dari bored pile itu sendiri yaitu sebagai berikut : 1. Pengecoran tiang dipengaruhi kondisi cuaca pengecoran betook agak sulit bila dipengaruhi air tanah karena beton tidak dapat dikontrol dengan baik 2. Mutu beton hasil pengecoran bila tidak terjamin keseragaman di sepanjang badan tiang bor mengurangi kapasitas dukung tiang bor, t erutama bila taing bor dalam keadaan cukup dalam. 3. Pengeboran dapat mengakibatkan gangguan kepadatan, bila tanah berupa pasir atau tanah yang berkerikil. 4. Air yang mengalir ke dalam lubang bor dapat mengakibatkan gangguan tanah, sehingga mengurangi kapasitas dukung tia ng.
4.3.2.1 Metode Pelaksanaan Bored Pile
Penggunaan metode yang tepat, cepat, dan aman, sangat membantu dalam penyelesaian pekerjaan pada suatu proyek konstruksi sehingga target waktu, biaya, dan mutu yang telah ditetapkan dapat tercapai. A. Persiapan Lokasi Pekerjaan (Site Preparation) Pelajari layout pondasi dan titik -titik bored pile, membersihkan lokasi pekerjaan dari gangguan yang ada seperti bangunan-bangunan, tanaman
98 Jurusan Teknik Sipil Universitas Negeri Semarang
atau pohon-pohon, tiang listrik atau telepon, kabel, dan lain sebagainya seperti pada gambar ilustrasi berikut ini.
Gambar 4.4 Ilustrasi persiapan lokasi.
(Sumber:Mechanical Site Preparation 2015)
B. Rute atau Alur Pengeboran (Router of Boring) Merencanakan alur atau urutan pengeboran sehingga setiap pergerakan mesin RCD, excavator, crane, dan truk mixer dapat termobilisasi tanpa halangan. C. Survey Lapangan dan Penentuan Titik Pondasi (Site Survey and centering of Pile). Mengukur dan menentukan posisi titik koordinat bored pile dengan bantuan alat theodolite seperti pada gambar dibawah ini.
99 Jurusan Teknik Sipil Universitas Negeri Semarang
Gambar 4.5 Ilustrasi menentukan titik bored pile menggunakan
Theodolite (Sumber: www.perencanaanstruktur.com)
D. Pembuatan Drainase dan Kolam Air Kolam air berfungsi sebagai tempat penampungan air bersih yang akan digunakan
untuk
pekerjaan
pengecoran
sekaligus
untuk
tempat
penampungan air bercampur lumpur hasil pengeboran. Jarak kolam air tidak boleh terlalu dekat dengan lubang pengeboran, sehingga lumpur dalam air hasil pengeboran mengendap dulu sebelum airnya mengalir kembali kedalam lubang pengeboran. Lumpur hasil pengeboran yang mengendap di dalam kolam diambil (dibersihkan) dengan bantuan excavator.
100 Jurusan Teknik Sipil Universitas Negeri Semarang
E. Pemasangan Pelat Baja Pekerjaan pondasi tiang bor memerlukan alat- alat berat dalam suatu proyek, disebut alat- alat berat memang karena bobotnya yang berat, sehingga manajer proyek harus dapat memastikan perkerjaan persiapaan apa yang diperlukan agar alat yang berat tersebut dapat masuk ke areal dengan baik. Jika tidak disiapkan dengan baik, bisa saja alat berat tersebut ambles karena daya dukung tanahnya yang jelek. Pelat baja tersebut dimaksudkan agar alat- alat berat tidak ambles jika kekuatan tanahnya diragukan. Pelat baja digunakan untuk landasan dari alat berat yang akan beroperasi untuk antisipasi amblas karena kondisi tanah yang buruk, dan juga saat proses pengecoran juga nantinya dipasang pelat baja untuk alur keluar masuk truk mixer ke lobang bore pile seperti pada gambar berikut.
Gambar 4.6 Pemasangan Plat Baja
F. Pemasangan Stand Pipe/ Casing Stand pipe dipasang dengan ketentuan bahwa pusat dari stand pipe harus
101 Jurusan Teknik Sipil Universitas Negeri Semarang
berada pada titik as pondasi yang telah disurvey. Pemasangan stand pipe dilakukan dengan bantuan excavator (backhoe). Pemasangan casing dilakukan untuk memastikan lubang pengeboran sesuai dengan diameter bored pile yang diminta yaitu 1 m seperti pada gambar berikut.
Gambar 4.7 Pemasangan Stand Pipe
G. Setting Mesin RCD (Reversed Circular Drill) Setelah stand pipe terpasang, mata bor sesuai dengan diameter yang ditentukan dimasukkan terlebih dahulu kedalam pipa stand pipe, kemudian beberapa buah pelat dipasang unutk memperkuat tanah dasar dudukan mesin RCD, kemudian mesin RCD diposisikan dengan ketentuan: 1. Mata bor disambung dengan stang pemutar kemudian mata bor diperiksa apakah sudah benar-benar berada pada pusat atau as stand pipe (titik pondasi).
102 Jurusan Teknik Sipil Universitas Negeri Semarang
2. Posisi mesin RCD harus tegak lurus terhadap lubang yang akan dibor (yang sudah terpasang stand pipe), hal ini dapat dicek dengan alat waterpass seperti yang terlihat pada gambar berikut.
Gambar 4.8 Mesin RCD yang digunakan
Gambar 4.9 Posisi mesin RCD tegak lurus terhadap lubang
103 Jurusan Teknik Sipil Universitas Negeri Semarang
G. Proses Pengeboran (Drilling Work) Setelah letak atau posisi mesin RCD sudah benar-benar tegak lurus, maka proses pengeboran dapat dimulai dengan ketentuan: 1. Pengeboran dilakukan dengan memutar mata bor ke arah kanan dan sesekali diputar ke arah kiri untuk memastikan bahwa lubang pengeboran benar benar mulus, seklaigus untuk menghancurkan tanah hasil pengeboran supaya larut dalam air agar lebih mudah dihisap. 2. Proses pengeboran dilakukan secara bersamaan dengan proses penghisapan lumpur hasil pengeboran, oleh karena itu air yang ditampung pada kolam air harus dapat memenuhi sirkulasi air yang diperlukan untuk pengeboran. 3. Casing yang digunakan sepanjang 12 meter yang terdiri atas 2 segmen. Setiap segmen yaitu sepanjang 6 meter dan dilakukan penyambungan casing untuk mendapat casing yang panjang dengan cara di las. Casing ini digunakan agar menghindari permukaan tanah yang longsor saat dilakukan pengeboran. Pengeboran dilakukan sampai kedalaman 27 meter. 4. Jika kedalaman yang diinginkan hampir tercapai (± 1 meter lagi), maka proses penghisapan dihentikan (mesin pompa hisap tidak diaktifkan), sementara proses pengeboran terus dilakukan sampai kedalaman yang diinginkan (dapat diperkirakan dari stang bor yang sudah masuk), selanjutnya stang bor dinaikkan sekitar 0,5 – 1 meter, lalu
104 Jurusan Teknik Sipil Universitas Negeri Semarang
proses penghisapan dilakukan terus sampai air yang keluar dari selang buang kelihatan lebih bersih.
Gambar 4.10 Pengeboran dengan proses penghisapan lumpur dan air
Gambar 4.11 Penyambungan casing dengan cara di las
H. Instalasi Tulangan dan Pipa Tremie (Steel Cage and Tremie Pipe Instalation) Tulangan yang digunakan sudah harus tersedia t erlebih dahulu sebelum pengeboran dilakukan sehingga begitu proses pengeboran selesai langsung dapat dilakukan instalasi tulangan, hal ini dilakukan untuk menghindari
105 Jurusan Teknik Sipil Universitas Negeri Semarang
terjadinya kelongsoran dinding lubang yang sudah selesai dibor. Tulangan harus dirakit rapih dan ikatan tulangan spiral dengan tulangan utama harus benar-benar kuat sehingga pada waktu pengangkatan tulangan oleh crane tidak terjadi kerusakan pada tulangan (lepas ikatannya dan sebagainya). Proses instalasi tulangan dilakukan sebagai berikut: 1. Posisi crane harus benar-benar diperhatikan sehingga tulangan yang akan dimasukkan benar-benar tegak lurus terhadap lubang bor, dan juga pada waktu pengecoran idak menghalangi jalan masuk truck mixer. 2. Pada tulangan diikatkan dua buah sling, satu buah pada ujung atas tulangan dan satu buah lagi pada bagian sisi memanjang tulangan. Pada bagian dimana sling diikat, ikatan tulangan spiral dengan tulangan utama diperkuat (bila berlu dilas) sehingga pada waktu tulangan diangkat, tulangan tidak rusak (ikatan spiral dengan tulangan utama tidak lepas). Pada setiap sambungan (bagian overlap) sebaiknya dilas karena pada proses pengecoran, sewaktu pipa tremie dinaikkan dan diturunkan dapat mengenai sisi tulangan yang dapat menyebabkan sambungan tulangan lepas dan tulangan terangkat ke atas. 3. Tulangan diangkat dengan menggunakan hook crane, satu pada sling bagian ujung atas dan satu lagi pada bagian sisi memanjang, pengangkatan dilakukan dengan menarik hook secara bergantian sehingga tulangan benar-benar lurus, dan setelah tulangan terangkat dan sudah tegak lurus dengan lubang bor, kemudian dimasukkan pelan pelan ke dalam lubang, posisi tulangan terus dijaga supaya tidak
106 Jurusan Teknik Sipil Universitas Negeri Semarang
menyentuh dinding lubang bor dan posisinya harus benar-benar di tengah atau di pusat lubang bor. 4. Jika level yang diinginkan berada di bawah permukaan tanah, maka digunakan besi penggantung. Keterangan dapat dilihat dalam gambar berikut ini.
Gambar 4.11 Pabrikasi tulangan bored pile
Gambar 4.12 Tulangan yang akan dipasang
107 Jurusan Teknik Sipil Universitas Negeri Semarang
Gambar 4.13 Tulangan dimasukkan menggunakan crane
I.
Pemasangan Pipa Tremie Setelah tulangan dimasukkan kemudian pipa tremie dimasukkan. Pipa
tremie disambung-sambung untuk memudahkan proses instalasi dan juga untuk memudahkan pemotongan tremie pada waktu pengecoran. Ujung pipa tremie berjarak 25-50 cm dari dasar lubang pondasi. Jika jaraknya kurang dari 25 cm maka pada saat pengecoran beton lambat keluar dari tremie, sedangkan jika jaraknya lebih dari 50 cm maka pada saat pertama ka li beton keluar dari tremie akan terjadi pengenceran karena bercampur dengan air pondasi. Sebelum pipa tremie digunakan pipa diolesi oli terlebih dahulu agar beton tidak menempel keras pada permukaan tremie. Pada bagian
108 Jurusan Teknik Sipil Universitas Negeri Semarang
ujung atas pipa tremie disambung dengan corong pengecoran seperti pada gambar berikut.
Gambar 4.14 Pipa Tremie yang digunakan
Gambar 4.15 Pipa Tremi dimasukkan ke dalam lubang bor
109 Jurusan Teknik Sipil Universitas Negeri Semarang
Gambar 4.16 Penyambungan corong
Gambar 4.16 Pemasangan corong saat akan dilakukan pengecoran
H. Pengecoran dengan Ready Mix Concrete Proses pengecoran harus segera dilakukan set elah instalasi tulangan dan pipa tremie selesai agar menghindari kemungkinan terjadinya kelongsoran pada dinding lubang bor, oleh karena itu pemesanan ready mix concrete 110 Jurusan Teknik Sipil Universitas Negeri Semarang
harus dapat diperkirakan waktunya dengan waktu pengecoran. Proses pengecoran dilakukan dengan ketentuan: 1. Pipa tremie dinaikkan setinggi 25-50 cm di at as dasar lubang bor, air dalam pipa tremie dibiarkan dulu stabil kemudian dimasukkan bola karet atau mangkuk karet yang diameternya sama dengan diameter dalam pipa tremie yang berfungsi untuk menekan air campur lumpur ke dasar lubang saat beton dituang pertama kali, sehingga beton tidak bercampur dengan lumpur. 2. Pada awal pengecoran, penuangan dilakukan lebih cepat, hal ini dilakukan agar bola karet atau mangkuk karet dapat benar-benar menekan air bercampur lumpur di dalam pipa tremie, setelah itu penuangan distabilkan sehingga beton tidak tumpah dari corong. 3. Jika beton dalam corong penuh, pipa tremie dapat digerakkan naik turun dengan syarat pipa tremie yang tertanam dalam beton minimal 1 meter pada saat pipa tremie dinaikkan. Jika pipa tremie yang tertanam dalam beton terlalu panjang, maka dapat memperlambat proses pengecoran sehingga perlu dilakukan pemotongan pipa tremie dengan memperhatikan syarat bahwa pipa tremie yang masih tertanam dalam beton minimal 1 meter. 4. Proses pengecoran dilakukan dengan mengandalkan gaya gravitasi bumi (gerak jatuh bebas), posisi pipa tremie harus berada pada pusat lubang bor sehingga tidak merusak tulangan atau tidak menyebabkan tulangan terangkat pada saat pipa tremie digerakkan naik turun.
111 Jurusan Teknik Sipil Universitas Negeri Semarang
5. Pengecoran dihentikan 0,5 – 1 meter di atas batas beton bersih sehingga kualitas beton pada batas beton bersih benar-benar terjamin (bebas dari lumpur) seperti pada gambar berikut.
Gambar 4.17 Pengecoran pada lubang bored pile
I.
Pembersihan Pipa Tremie Setelah pengecoran selesai, pipa tremie diangkat dan dibuka serta
dibersihkan seperti gambar berikut.
112 Jurusan Teknik Sipil Universitas Negeri Semarang
Gambar 4.18 Pipa Tremie diangkat kembali
K. Penutupan Kembali Lubang pondasi yang telah selesia dicor ditutup kembali dengan tanah setelah beton mengeras dan stand pipe dicabut, kemudian tanah tersebut dipadatkan sehingga dapat dilewati truk dan alat-alat berat lainnya.
4.3.3
Pile Cap
Pile Cap berfungsi untuk menerima beban dari kolom yang kemudian akan terus disebarkan ke bored pile. Pile cap ini bertujuan agar lokasi kolom benar-benar berada dititik pusat pondasi sehingga tidak menyebabkan eksentrisitas yang dapat menyebabkan beban tambahan pada pondasi. Selain itu, seperti halnya kepala kolom, pile cap juga berfungsi untuk menahan gaya geser dari pembebanan yang ada. Bentuk dari pile cap juga bervariasi dengan
113 Jurusan Teknik Sipil Universitas Negeri Semarang
bentuk segitiga dan persegi panjang. Jumlah kolom yang diikat pada tiap pile cap pun berbeda tergantung kebutuhan atas beban yang akan diterimanya. Terdapat pile cap dengan pondasi tunggal, ada yang mengikat 2 dan 4 buah pondasi yang diikat menjadi satu.
4.3.3.1
Metode Pelaksanaan Pile Cap
Pekerjaan pile cap dilakukan saat pekerjaan bore pile sudah selesai, pekerjaan pile cap ini menggunakan metode konvensional yang dilakukan dengan tahapan-tahapan sebagai berikut: A. Pekerjaan Persiapan Pekerjaan persiapan yaitu menentukan as pile cap dengan menggunakan theodolite dan waterpass berdasarkan shop drawing yang dilanjutkan dengan pemasangan patok as pile cap seperti pada gambar berikut.
Gambar 4.19 Menentukan As Pile Cap Dengan Menggunakan
Theodolite 114 Jurusan Teknik Sipil Universitas Negeri Semarang
B. Penggalian Tanah digali sesuai dengan ukuran dan kedalaman/elevasi yang telah direncanakan sesuai gambar rencana. Penggalian menggunakan excavator kemudian tanah dipindahkan ke tempat yang bebas dari aktivitas alat berat dan selamjutnya diangkut menggunkan dum truck. Elevasi galian sudah termasuk 100 mm tebal pasir urug dan 70 mm lantai kerja.
Gambar 4.20 Penggalian Tanah Menggunakan Excavator
C. Pemotongan dan Pembongkaran Tiang Bor Pembongkaran ini dilakukan hanya pada bagian betonnya saja sehingga menyisakan besi tulangannya yang akan digunakan untuk stek pondasi sebagai pengikat dengan pile cap. Pemotongan dilakukan hanya sampai elevasi bottom of concrete pada pile cap seperti pada gambar berikut. 115 Jurusan Teknik Sipil Universitas Negeri Semarang
Gambar 4.21 Pemotongan dan Pembongkaran Tiang Bor Pile
D. Pengurugan dan Pembuatan Lantai Kerja Pembuatan lantai kerja dilakukan setelah tanah galian selesai diurug dengan pasir. Pengurugan dengan pasir setebal 100 mm kemudian dipadatkan dan diratakan. Pemasangan lantai kerja dilakukan dengan tebal minimal 5 cm diatas urugan pasir. Pembuatan lantai kerja ini dilakukan dengan membuat adukan sendiri dari pasir dan semen Portland seperti pada gambar berikut.
Gambar 4.22 Lantai Kerja
116 Jurusan Teknik Sipil Universitas Negeri Semarang
E. Penulangan Pile Cap Pemasangan besi tulangan yang langsung dirangkai di atas lantai kerja
sesuai dengan ukuran dan jumlah yang telah direncanakan.
Diameter besi tulangan yang dipasang untuk pile cap adalah D19, D25, dan D32. Pekerjaan pembesian ini juga meliputi tulangan utama atas dan bawah, tulangan samping, tulangan stek pondasi, pemasangan kaki ayam, pemasangan beton decking, dan pemasangan stek pile cap sebagai penghubung menuju kolom seperti pada gambar berikut.
Gambar 4.23 Penulangan Pile Cap
F. Pemasangan Bekisting Metode pemasangan bekisting yang digunakan adalah metode
117 Jurusan Teknik Sipil Universitas Negeri Semarang
tradisional, papan bekisting yang digunakan adalah panel mivan (sejenis aluminium ringan) dengan ukuran panjang 90 cm dan 140 140 cm serta lebar 40 cm. Sedangkan
untuk pengikatnya menggunakan besi
hollow dan diatur sedemikian sedemikian rupa rupa sampai sampai menjadi menjadi bentuk yang sesuai dengan rencana. Sebelum Sebelum papan bekisting dipasang terlebih dahulu dahulu papan bekisting diolesi/dilapisi dengan oli agar campuran beton tidak menempel dengan papan bekisting saat papan di bongkar seperti pada gambar berikut.
Gambar 4.25 Pemasangan Bekisting
G. Pengecoran Pile Cap Sebelum pengecoran terlebih dahulu dilakukan pembersihan dari debu ataupun kotoran seperti tanah, sisa kawat, kawat, maupun plastik pada area yang akan dicor menggunakan compressor. Pengecoran untuk pile cap dilakukan sedalam 2 meter dengan mutu beton sebesar f'c 40 Mpa. 118 Jurusan Teknik Sipil Universitas Negeri Semarang
Pengecoran pada pile cap F3 dilakukan menggunakan concrete pump Karena jangkauan tuck mixer yang jauh dari titik pile cap. Untuk mendapatkan campuran semen yang padat dalam pile cap maka digunakan vibrator saat dilakukan pengecoran seperti gambar-gambar dibawah ini.
Gambar 4.26 Pengecoran menggunakan concrete pump
Gambar 4.27 Penggunaan Vibrator saat pengecoran 119 Jurusan Teknik Sipil Universitas Negeri Semarang
H. Pembongkaran Bekisting Proses pembongkaran bekisting kolom dilakukan setelah beton dianggap mengeras. Berikut ini adalah metode kerja pembongkaran bekisting kolom: 1. Pembongkaran bekisting kolom dilakukan setelah 8 jam dari pengecoran terakhir dengan tenaga orang (berbeda-beda tergantung pada setting timebeton, setiap setia p mix design yang dibuat juga berbeda tergantung
dari
bahan
admixture
yang
digunakan).
Jika
pembongkaran dilakukan sebelum waktu pengikatan pada beton menjadi sempurna (kurang dari setting time yang disyaratkan), maka akan terjadi kerusakan/cacat pada beton tersebut. Upaya dalam mencegah kerusakan yang terjadi yaitu dilakukan pembongkaran setelah setting time yang disyaratkan, agar beton dapat mengeras terlebih dahulu. Karena beton kolom yang digunakan tidak langsung menerima beban besar (momen akibat beban sendiri t ermasuk kecil), maka pembongkaran bekistingnya lebih cepat dibandingkan pembongkaran bekisting pada balok balok dan pelat lantai. 2. Hal yang pertama dilakukan yaitu mengendorkan semua baut dan wing nut, kemudian melepas tie rodyang terdapat pada horizontal waller. 3. Kemudian bekisting pile cap tersebut dilepas dan dipindahkan dipindahkan ke tempat yang telah disediakan untuk dilakukan pembersihan dan
120 Jurusan Teknik Sipil Universitas Negeri Semarang
pengolesan dengan oil form. Keterangan dapat dilihat pada gambar berikut ini.
Gambar 4.28 Mengendorkan tie rodyang dan wing nut
Gambar 4.29 Setelah bekisting dibongkar
4.3.3.2
Perawatan Beton Pile Cap
Curing secara umum dipahami sebagai perawatan beton, yang bertujuan untuk menjaga supaya beton tidak terlalu cepat kehilangan air,
121 Jurusan Teknik Sipil Universitas Negeri Semarang
atau sebagai tindakan menjaga kelembaban dan suhu beton, segera setelah proses finishing beton selesai dan waktu total setting tercapai. Tujuan pelaksanaan curing/perawatan beton adalah : memastikan reaksi hidrasi senyawa semen termasuk bahan tambahan atau pengganti supaya dapat berlangsung secara optimal sehingga mutu beton yang diharapkan dapat tercapai, dan menjaga supaya tidak terjadi susut yang berlebihan pada beton akibat kehilangan kelembaban yang terlalu cepat atau tidak seragam, sehingga dapat menyebabkan retak. Pelaksanaan curing/perawatan beton dilakukan segera setelah beton mengalami atau memasuki fase hardening (untuk permukaan beton yang terbuka) atau setelah pembukaan cetakan/acuan/bekisting, selama durasi tertentu yang dimaksudkan untuk memastikan terjaganya kondisi yang diperlukan untuk proses reaksi senyawa kimia yang terkandung dalam campuran beton a. Waktu dan Durasi Pelaksanaan Curing Metoda dan lama pelaksanaan curing tergantung dari : 1. Jenis atau tipe semen dan beton yang digunakan, termasuk bahan tambahan atau pengganti yang dipakai 2. Jenis/tipe dan luasan elemen struktur yang dilaksanakan 3. Kondisi cuaca, suhu dan kelembaban di area atau lokasi pekerjaan 4. Penetapan nilai dan waktu yang digunakan untuk kuat tekan karakteristik beton (28 hari atau selain 28 hari, tergantung dari spesifikasi yang ditentukan oleh Konsultan Perencana/Desain)
122 Jurusan Teknik Sipil Universitas Negeri Semarang
b. Metoda Perawatan Beton Beberapa metoda yang mudah digunakan untuk curing/perawatan beton di lapangan, antara lain : 1. Membasahi permukaan beton secara berkala dengan air supaya selalu lembab selama perawatan (bisa dengan sistem sprinkler supaya praktis) 2. Merendam beton dengan air (dengan penggenangan permukaan beton) 3. Membungkus beton dengan bahan yang dapat menahan penguapan air (misal plastik, dsb) 4. Menutup permukaan beton dengan bahan yang dapat mengurangi penguapan air dan dibasahi secara berkala (misal dengan plastik berpori atau non woven geotekstile dan disiram secara berkala selama perawatan) 5. Menggunakan material khusus untuk perawatan beton (curing compound) 4.3.4
Uji Slump
Pada saat proses awal pengecoran atau saat truk mixer akan menuangkan beton, ada uji yang harus dan wajib dilakukan dalam beton yaitu uji slump. Uji Slump adalah suatu uji empiris/metode yang digunakan untuk menentukan konsistensi/kekakuan (dapat dikerjakan atau tidak) dari campuran beton segar (fresh concrete) untuk menentukan tingkat workability nya. Kekakuan dalam suatu campuran beton menunjukkan berapa banyak air yang digunakan.
123 Jurusan Teknik Sipil Universitas Negeri Semarang
Untuk itu uji slump menunjukkan apakah campuran beton kekurangan, kelebihan, atau cukup air.
Dalam suatu adukan/campuran beton, kadar air sangat diperhatikan karena menentukan tingkat workability nya atau tidak. Campuran beton yang terlalu cair akan menyebabkan mutu beton rendah, dan lama mengering. Sedangkan campuran beton yang terlalu kering menyebabkan adukan tidak merata dan sulit untuk dicetak. Uji Slump mengacu pada SNI 1972-2008. Slump dapat dilakukan di laboratorium maupun di lapangan (biasanya ketika ready mix sampai, diuji setiap kedatangan). Hasil dari Uji Slump beton yaitu nilai slump. Nilai yang tertera dinyatakan dalam satuan internasional (SI) dan mempunyai standar. BAHAN :
1. Beton Segar ( fresh concrete) yang diambil secara acak agar dapat mewakili beton secara keseluruhan. PERALATAN : 1. Kerucut terpenggal (kerucut yang bagian runcingnya hilang) sebagai cetakan slump. Diameter bawah 30 cm, diameter atas 10 cm, tinggi 30 cm. 2. Batang logam bulat dengan panjang ± 50 cm diameter 10-16 mm. 3. Pelat Logam rata dan kedap air sebagai alas 4. Sendok adukan 5. Pita Ukur 124 Jurusan Teknik Sipil Universitas Negeri Semarang
6. Ondrong (untuk meratakan campuran beton)
TAHAPAN UJI SLUMP : 1. Basahi cetakan kerucut dan plat dengan kain basah 2. Letakkan cetakan di atas plat 3. Isi 1/3 cetakan dengan beton segar, padatkan dengan batang logam sebanyak merata dengan menusukkannya. Lapisan ini penusukan bagian tepi dilakukan dengan besi dimiringkan sesuai dengan dinding cetakan. Pastikan besi menyentuh dasar. Lakukan 25-30 x tusukan. 4. Isi 1/3 bagian berikutnya (menjadi terisi 2/3) dengan hal yang sama sebanyak 25-30 x tusukan. Pastikan besi menyentuh lapisan pertama. 5. Isi 1/3 akhir seperti tahapan nomor 4 6. Setelah selesai dipadatkan, ratakan permukaan benda uji, tunggu kira-kira 1/2 menit. Sambil menunggu bersihkan kelebihan beton di luar cetakan dan di plat. 7. Cetakan diangkat perlahan tegak lurus ke atas seperti gambar berikut.
Gambar 4.30 Mengangkat Kerucut
(Sumber: kuliahinsinyur.blogspot.com) 125 Jurusan Teknik Sipil Universitas Negeri Semarang
8. Ukur nilai slump dengan membalikkan kerucut di sebelahnya menggunakan perbedaan tinggi rata-rata dari benda uji seperti pada gambar berikut.
Gambar 4.31 Mengukur Tinggi Slump
9. Toleransi nilai slump dari beton segar ± 2 cm 10. Jika nilai slump sesuai dengan standar, maka beton dapat digunakan. Hasil uji slump dilapangan adalah 13 cm, maka nilai uji sudah sesuai standard perencanaan dan beton ready mix dapat digunakan.
PERHITUNGAN NILAI SLUMP : Nilai Slump = Tinggi Cetakan – Tinggi Rata-Rata Benda Uji
11. Kemudian campuran beton di masukkan ke wadah besi untuk nantinya akan di uji kekuatan beton di laboratorium sepeti pada gambar berikut.
126 Jurusan Teknik Sipil Universitas Negeri Semarang
Gambar 4.32 Campuran beton akan diuji kuat beton di Bacling Plan
4.4 Permasalahan Lapangan
1. Kondisi Cuaca Cuaca merupakan hal utama yang berpengaruh terhadap pekerjaan suatu proyek dilapangan, semua kegiatan akan berhenti jika terjadi hujan karena kondisi pekerjaan yang berada di lokasi terbuka. Akibat cuaca yang buruk : a. Terjadi longsor Hujan menyebabkan tahanan tanah berkurang dan menyebabkan longsor terjadi pada titik pojok lapangan daerah tebing. b. Kondisi akses jalan yang buruk. Lapangan dipenuhi lumpur karena terjadi hujan dan mempengaruhi pekerjaan-pekerjaan yang akan berlangsung khususnya terhadap fleksibilitas alat berat. Jalan akses yang kebanyakan masih tanah
127 Jurusan Teknik Sipil Universitas Negeri Semarang
membuat setiap kali ada hujan maka jalan akses menjadi rusak, hal ini memperlabat pekerjaan. c. Terjadi korsleting listrik. Lokasi proyek yang termasuk dalam dataran tinggi menyebabkan petir sangat kuat. Saat terjadi hujan lebat dan petir terjadi korsleting listrik pada travo listrik sehingga menyebabkan semua pekerjaan berhenti. 2. Keterlambatan Waktu Beton Ready Mix Dalam Pengecoran Bacling Plan yang jaraknya jauh dari lapangan dan kondisi jalan raya daerah Kalibanteng yang harus dileati adalah daerah dengan lalu lintas yang ramai sehingga truck mixer sering terjebak macet didaerah Kalibanteng dan itu membutuhkan waktu yang lama dalam perjalanan membuat kondisi campuran beton dalam truck mix menjadi tidak sesuai mutu. Kemudian jalan akses truck mix yang pro-kontra dengan warga, dimana alur perjalanan untuk pengecoran terganggu karena adanya protes warga terhadap akses jalan yang menggunakan jalan milik perumahan Permata Puri sebagai akses kaluar masuk truck mix, disamping membuat jalan paving block rusak, truck mix juga dapat membahayakan warga terutama anak kecil yang sedang beramain di pinggir jalan. 3. Adanya Batu Besar di Dalam Tanah Saat Pengeboran Lokasi proyek merupakan dataran tinggi dan tepat bersebelahan dengan tebing. Pada saat pihak kontraktor pondasi melakukan pengeboran pada titik bor 37 pojok tebing terkendala oleh batu besar yang ada didalam tanah.
128 Jurusan Teknik Sipil Universitas Negeri Semarang
4. Terdapat Mata Air Pada pojok tebing titik bor 5 terdapat mata air yang lumayan deras dan meyebabkan pengeboran terkendala karena sering terjadi longsor pada lubang bor dan daerah sekitar yang banjir karena air tersebut. 5. Casing tertanam Pada saat menarik casing setelah pengecoran, 2 segmen casing terlepas dan tertanam didalam tanah pada titik bor 21. 6. Kurangnya kesadaran akan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) Pada kenyataan dilapangan ternyata masih banyak para pekerja yang belum menggunakan alat-alat keselamatan kerja guna melindungi diri. Masih banyak yang bekerja dengan pelindung seadanya. Para pekerja juga sering merokok di lokasi proyek. Minimnya kesadaran akan K3 menyebabkan para pekerja tidak bekerja secara maksimal dan juga pekerjaan proyek mengalami keterlambatan. 7. Kondisi lapangan berbeda dengan perencanaan Dalam pelaksanaan proyek adakalanya kondisi fakta dilapangan tidak sesuai dengan apa yang sudah direncanakan baik dalam hal gambar kerja dan sebagainya. Ketidaksesuaian itu mengakibatkan pekerjaan proyek menjadi terhambat.
4.5 Penyelesaian Masalah di Lapangan
Adanya permasalahan dilapangan menuntut kita untuk berpikir lebih cepat dan tepat agar pembangunan proyek bisa berjalan dan selesai tepat
129 Jurusan Teknik Sipil Universitas Negeri Semarang
waktu serta efisien. Berikut ini penyelesaian dari beberapa permasalah yang ada dilokasi proyek Amartha View Apartmen : 1. Kondisi Cuaca Buruk Pada pekerjaan pembangunan apartemen ini lokasi proyek yang becek menjadi permasalahan yang sering terjadi. Sering turun hujan menyebabkan proyek berjalan lambat karena selain menyebabkan lapangan yang dipenuhi lumpur dan akses jalan yang buruk, hal ini juga menyebabkan terjadinya longsor pada pojok tebing dan terjadinya korsleting listrik ada travo saat hujan diiringi petir. a. Terjadinya Longsor Untuk mengatasi longsor pada ujung tebing, para pekerja membatasi tanah yang rawan longsor dengan memberi penahan dengan bambu dan menutup tanah yang rawan dengan terpal agar tidak terkena air hujan secara langsung seperti gambar berikut.
130 Jurusan Teknik Sipil Universitas Negeri Semarang
Gambar 4.33 Longsor disebabkan hujan
b. Kondisi akses jalan yang buruk Hujan menyebabkan tanah yangada dilapangan menjadi lumpur dan sekitar proyek menjadi becek. Hal tersebut sangat mengganggu berjalannya kegiatan proyek salah satunya fleksibilitas alat berat. Jika alat berat dipaksa masuk dan melewati tanah yang lembek dan berlumpur menyebabkan amblas dan tidak fleksibel dalam gerak. Menyikapi hal ini para pekerja mengatasi hal tersebut dengan meletakkan plat baja sebagai landasan untuk jalan lewat keluar masuk alat berat sehingga lebih mendukung dalam menyelesaikan pekerjaan yang ada.
131 Jurusan Teknik Sipil Universitas Negeri Semarang
Gambar 4.34 Lapangan dipenuhi air lumpur
Gambar 4.34 Plat baja sebagai alas untuk akses jalan yang buruk
setelah hujan
132 Jurusan Teknik Sipil Universitas Negeri Semarang
c. Terjadinya korsleting listrik Korsleting listrik pada travo pusat proyek sudah terjadi 2 kali semenjak sering terjadinya hujan yang diiringi petir. Hal tersebut menyebabkan seluruh pekerjaan terhenti. Menyikapi hal ini pihak kontraktor melakukan perbaikan travo dengan memanggil pihak electrical engineering untuk memperbaiki langsung agar dapat menjalankan aktivitas seperti semula.
2. Terjadinya Keterlambatan Beton Ready Mix Saat Pengecoran Mengingat jarak antar Pionir Beton Ready Mix dan di blokirnya jalan akses menuju lokasi proyek pada saat di perumahan Permata Puri, maka pihak keamanan proyek seperti satpam dan dibantu oleh K3 dan beberapa pekerja menjaga dibeberapa titik jalan perumahan untuk mengangkat dan membuang campuran beton yang terjatuh ditengah jalan area perumahan tersebut. Keterlambatan truck mixer juga terjadi saat berlangsungnya pengecoran pile cap F3 yang membutuhkan 300 m3 beton ready mix. Hal tersebut menyebabkan terjadinya pengerasan beton didalam concrete pump yang sempat terhenti, lalu dilakukan pembersihan dengan mengeluarkan terlebih dahulu beton yang mulai mengeras dari concrete pump lalu membuangnya dan memulai pengecoran menggunakan beton ready mix yang sudah siap pakai seperti pada gambar berikut.
133 Jurusan Teknik Sipil Universitas Negeri Semarang
Gambar 4.35 Campuran beton yang mulai mengeras dikeluarkan
dari concrete pump
Keterlambatan datangnya truck mixer saat pengecoran pile cap F3 juga menyebabkan beton yang sudah masuk dalam pile cap F3 dikhawatirkan mulai mengering sampai truck mixer selanjutnya sampai dilapangan. Menyikapi hal ini pihak kontraktor menggunakan lem beton dan campuran Retade agar tidak cepat kering dan untuk merekatkan kembali campuran beton yang mulai mengering dan yang masih fresh tanpa mengganggu kualitas beton yang ada. 3. Adanya Batu Besar di Dalam Tanah Saat Pengeboran Pengeboran yang dilakukan pada titik bor 37 pojok tebing terkendala oleh batu besar yang ada didalam tanah. Mengatasi hal ini pekerja bagian pondasi melakukan pemecahan batu menggunakan baja pemecah batu dengan cara
134 Jurusan Teknik Sipil Universitas Negeri Semarang
menarik baja keatas lalu mengulur nya dengan cepat begitu berulang terus sampai batu didalam tanah pecah seperti gambar berikut.
Gambar 4.36 Baja pemecah batu
4. Terdapat Mata Air Pada titik bor 5 terkendala karena sering terjadi longsor pada lubang bor dan daerah sekitar yang banjir karena mata air tersebut. Mengatasi hal tersebut pihak kontraktor melakukan penyambungan casing lebih panjang untuk menutup mata air agar tidak terjadi longsor yang disebabkan tanah jenuh saat dilakukannya pengeboran seperti pada gambar berikut.
135 Jurusan Teknik Sipil Universitas Negeri Semarang
Gambar 4.37 Penyambungan casing dengan cara di las
5. Casing tertanam Pada saat menarik casing setelah pengecoran, 1 segmen casing terlepas dan tertanam didalam tanah pada titik bor 21. Hal ini menyebabkan kerugian pada kontraktor pondasi karena 1 segmen terlepas dan tertanam. Untuk menyikapi kejadian seperti ini agar tidak terulang kembali maka system dan cara pengelasan sambungan casing lebih diperbaiki lagi agar tidak ada kerugian yang akan terjadi lagi.
6. Kurangnya kesadaran akan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) K3 sangatlah penting dalam melaksanakan pembangunan di proyek. Minimnya kesadaran akan K3 membuat para pekerja kurang maksimal dalam melaksanakan pekerjaannya sehingga proyek berjalan lambat. Untuk meningkatkan penggunakan K3 maka diperlukan ketegasan kepada para pekerja misalnya dengan memberikan sanksi bagi para pekerja yang
136 Jurusan Teknik Sipil Universitas Negeri Semarang
tidak menggunakan perlengkapan K3 dan yang merokok dilokasi pekerjaan mengingat bahaya dari rokok itu sendiri karena banyak aliran listrik di lapangan. 7. Kondisi lapangan berbeda dengan perencanaan Permasalah ini sudah sering terjadi pada pekerjaan di proyek. Perbedaan dilapangan dengan apa yang sudah direncanakan terkadang menimbulkan konflik yang menyebabkan pekerjaan proyek kadang terhenti. Apabila terjadi permasalahan dilapangan maka segera diadakan rapat dengan pihak-pihak terkait guna mencari solusi agar permasalahan dapat segera di selesaikan
137 Jurusan Teknik Sipil Universitas Negeri Semarang
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas dan disertai dengan pengalaman di lapangan selama melaksanakan Praktik Kerja Lapangan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Pada proyek pembangunan apartemen Amartha View, pondasi yang dipilih yaitu jenis bored pile. 2. Kedalaman untuk tiang bored pile yaitu sedalam 27 m. 3. Jumlah pile yang direncanakan pada setiap titik di bawah kolom berbeda-beda, karena memiliki berat yang ditumpu berbeda-beda pula tiap titik kolomnya. 4.
Pembangunan Bore Pile dan Pile Cap pada
proyek Amartha View
Apartmen berjalan dengan lancar sesuai prosedur yang telah direncanakan. 5. Dalam mengkoordinasi pelaksanaan pekerjaan
Proyek Amartha View
Apartmen sudah terarah, sehingga pelaksanaan dilapangan berjalan dengan efisien dan dapat mengatasi masalah yang terjadi. 6. Pada saat pelaksanaannya, terdapat beberapa kendala yaitu: a) Pada saat dilakukan pengeboran, mata bor sempat terkena batu b) Permasalahan akses jalan masuk menuju proyek yang pada saat kondisi hujan terus-menerus menyebabkan jalan terlalu becek dan berlumpur sehingga sulit bagi kendaraan proyek masuk. c) Seringnya terjadi hujan lebat yang menyebabkan tanah mudah longsor. 138 Jurusan Teknik Sipil Universitas Negeri Semarang
5.2 Saran
Praktik Kerja Lapangan merupakan tempat dimana para mahasiswa dapat menambah wawasan, pengalaman, keahlian dan keterampilan. Khususnya mahasiswa teknik sipil yang dapat menambah pengalaman dalam dunia konstruksi. Maka saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut : 1. Mahasiswa mempersiapkan diri sebelum melaksanakan PKL baik secara teori maupun ketrampilan, sehingga ketika akan melaksanakan PKL tidak akan mengalami kebingungan. 2. Dalam pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan hendaknya mahasiswa mampu membandingkan teori yang didapat pada saat perkuliahan dengan apa yang didapat dilapangan sehingga mahasiswa mengerti bagaimana pada saat bekerja di lapangan dengan menerapkan teori yang sudah di dapat.. 3. Pelaksanaan PKL hendaknya menjadi perhatian khusus bagi dosen dan institusi akademik (UNNES) karena dari sisi tersebut dapat melakukan kontak secara langsung dengan dunia usaha dan dunia konstruksi. Penciptaan hubungan yang baik seharusnya dapat dilaksanakan dalam masa-masa PKL dengan orang-orang yang berpengalaman dan berkompeten. 4. Mahasiswa harus mempunyai perilaku dan etika yang baik serta disiplin pada saat
melakukan kegiatan
ini
karena sikap dan perilaku
akan dinilai sebagai kepribadian yang baik.
139 Jurusan Teknik Sipil Universitas Negeri Semarang
DAFTAR PUSTAKA
Dipohusodo. 1995. Pengertian Proyek. kumpulanpengertian.co.id/2015/04/pengertian-managemen-proyek-menurut.html laskarncc.com/2016/12/jumlah-penduduk-indonesia-tahun-2017.hml PT. PP Properti. 2016. Proposal Pembangunan Amartha View . Budi. 2011. Pengertian Pondasi. rifariff.wordpress.com/2013/09/27/tanah-sebagai-pendukung-pondasi-dansebagai-material-konstruksi ilmukonstruksitekniksipil.blogspot.co.id/2016/01/macam-macam-pondasi.html Bowles. 1993. Jenis-jenis Pondasi yang Sesuai dengan Keadaan Tanah. perencanaanstruktur.com/2010/08/proses-pelaksanaan-pondasi-bore-pile.html samsyr.wordpress.com/2012/02/25/metode-pelaksanaan-pekerjaan/ www.ilmutekniksipil.com/teknik-pondasi/pondasi-tiang-bor projectmedias.blogspot.co.id/2013/10/pengertian-pile-cap-dan-fungsinya.html kuliahinsinyur.blogspot.co.id/2012/06/concrete-slump-test-uji-slump-beton.html Septinawati, Arum. 2014. Metode Pelaksanaan Konstruksi Pile Cap Pada Proyek Pembangunan Gedung Rita Supermall Dan Swiss B el Hotel Di Purwokerto, Purwokerto
140 Jurusan Teknik Sipil Universitas Negeri Semarang
LAMPIRAN
Lampiran A : Formulir Dan Surat Kerja Praktik
141 Jurusan Teknik Sipil Universitas Negeri Semarang
142 Jurusan Teknik Sipil Universitas Negeri Semarang
143 Jurusan Teknik Sipil Universitas Negeri Semarang
Lampiran B : Data Proyek . t e K
7 1 - t c O - 4 1
% 8 2 . 0
% % 4 3 1 . 8 . 1 0
% 0 5 2 . 2
% 0 0 0 . 0 0 1
7 1 - t c O - 7 0
% 8 2 . 0
% % % 4 4 3 1 . 1 . 8 . 1 1 0
% 7 8 3 . 3
% 0 5 7 . 7 9
7 1 - p e S - 0 3
% 8 2 . 0
% 3 6 5 . 2
% 3 6 3 . 4 9
7 1 - p e S - 3 2
% 8 2 . 0
% 2 6 5 . 2
% 0 0 8 . 1 9
7 1 - p e S - 6 1
% 8 2 . 0
% 2 6 5 . 2
% 8 3 2 . 9 8
7 1 - p e S - 9 0
% 8 2 . 0
% 3 6 5 . 2
% 5 7 6 . 6 8
8 5
7 1 - p e S - 2 0
% 8 2 . 0
% 1 6 5 . 2
% 3 1 1 . 4 8
7 5
7 1 - g u A - 6 2
% 8 2 . 0
% 3 7 5 . 2
% 1 5 5 . 1 8
s 6 5 u t s u 3 A 5
7 1 - g u A - 9 1
% 8 2 . 0
% 0 6 6 . 2
% 8 7 9 . 8 7
7 1 - g u A - 2 1
% 8 2 . 0
% 7 2 7 . 2
% 9 1 3 . 6 7
2 5
7 1 - g u A - 5 0
% 8 2 . 0
% 7 2 7 . 2
% 2 9 5 . 3 7
1 5
7 1 - l u J - 9 2
% 8 2 . 0
% 7 2 7 . 2
% 5 6 8 . 0 7
% 7 3 7 . 2
% 8 3 1 . 8 6
% 5 4 7 . 2
% 1 0 4 . 5 6
% 0 5 7 . 2
% 6 5 6 . 2 6
4 6 r e b 3 o t 6 k O 2 6 1 6 r e 0 6 b m e t 9 e 5 S
h t k u R r a B . E m l J T A : : i S k e s a A y o k r o M P L
% % 5 4 1 . 1 . 1 1 % % 4 5 1 . 1 . 1 1 % % 4 4 1 . 1 . 1 1 % % 5 4 1 . 1 . 1 1 % % 3 5 2 . 1 . 1 1 % % 2 3 2 . 2 . 1 1 % % 3 2 2 . 2 . 1 1 % % 2 3 2 . 2 . 1 1
5 5
7 1 - l u J - 2 2
% 8 2 . 0
7 1 - l u J - 5 1
% 8 2 . 0
0 5
7 1 - l u J - 8 0
% 8 2 . 0
9 4
7 1 - l u J - 1 0
% 8 2 . 0
% 4 5 7 . 2
% 5 0 9 . 9 5
8 4
7 1 - n u J - 4 2
% 0 0 0 . 0
% 1 5 1 . 7 5
7 i 4 n u J 6 4
7 1 - n u J - 7 1
% 0 0 0 . 0
% 1 5 1 . 7 5
7 1 - n u J - 0 1
% 8 2 . 0
% 4 8 5 . 3
% 1 5 1 . 7 5
5 4
7 1 - n u J - 3 0
% 8 2 . 0
% 6 7 5 . 3
% 8 6 5 . 3 5
4 4
7 1 - y a M - 7 2
% 8 2 . 0
% 4 8 1 . 3
% 2 9 9 . 9 4
3 4 i e M 2 4
7 1 - y a M - 0 2
% 8 2 . 0
% 0 1 1 . 3
% 8 0 8 . 6 4
7 1 - y a M - 3 1
% 8 2 . 0
% 8 7 7 . 2
% 8 9 6 . 3 4
1 4
7 1 - y a M - 6 0
% 8 2 . 0
% 2 6 1 . 3
% 0 2 9 . 0 4
0 4
7 1 - r p A - 9 2
% 8 2 . 0
% 1 9 6 . 2
% 8 5 7 . 7 3
% % 4 2 2 . 2 . 1 1
% 6 5 5 . 2
% 7 6 0 . 5 3
% % 2 4 2 . 2 . 1 1 % % 5 2 2 . 2 . 1 1 % % 3 5 2 . 2 . 1 1
% % % 2 5 3 8 . 2 . 2 . 0 1 1 % % % % 6 6 2 5 3 . 8 . 8 . 2 . 0 0 0 1 % % % % 6 6 6 2 8 . 3 . 8 . 8 . 0 0 0 0 % % % % 5 6 6 6 7 . 8 . 3 . 8 . 0 0 0 0 % % % % 3 5 6 6 5 . 7 . 8 . 3 . 0 0 0 0 % % % % 4 3 5 6 7 . 5 . 7 . 8 . 0 0 0 0 % % % % 9 4 3 5 3 . 7 . 5 . 7 . 0 0 0 0
9 3
7 1 - r p A - 2 2
% 8 2 . 0
l i r 8 3 A
7 1 - r p A - 5 1
% 8 2 . 0
% 3 5 3 . 2
% 1 1 5 . 2 3
7 3
7 1 - r p A - 8 0
% 8 2 . 0
% % % % 4 3 2 9 6 . 3 . 6 . 3 . 0 0 0 0
% 5 5 2 . 2
% 8 5 1 . 0 3
6 3
7 1 - r p A - 1 0
% 8 2 . 0
% % % % % 5 4 3 2 9 2 . 6 . 3 . 6 . 3 . 1 0 0 0 0
% 9 0 5 . 3
% 3 0 9 . 7 2
5 3
7 1 - r a M - 5 2
% 8 2 . 0
% % % % 5 4 3 2 2 . 6 . 3 . 6 . 1 0 0 0
% 0 2 1 . 3
% 4 9 3 . 4 2
4 t 3 e r a M 3 3
7 1 - r a M - 8 1
% 8 2 . 0
% % % 5 4 3 2 . 6 . 3 . 1 0 0
% 5 0 5 . 2
% 4 7 2 . 1 2
7 1 - r a M - 1 1
% 8 2 . 0
% % % 5 4 3 2 . 6 . 3 . 1 0 0
% 5 0 5 . 2
% 9 6 7 . 8 1
2 3
7 1 - r a M - 4 0
% 8 2 . 0
% % 5 4 2 . 6 . 1 0
% 9 7 1 . 2
% 4 6 2 . 6 1
1 3
7 1 - b e F - 5 2
% 8 2 . 0
% % 5 4 2 . 6 . 1 0
% 9 7 1 . 2
% 5 8 0 . 4 1
i r 0 a 3 u r b e 9 2 F
7 1 - b e F - 8 1
% % % % % 8 2 2 5 4 2 . 1 . 0 . 2 . 6 . 0 0 0 1 0
% 0 2 3 . 2
% 6 0 9 . 1 1
7 1 - b e F - 1 1
% % % % 8 2 2 5 2 . 1 . 0 . 2 . 0 0 0 1
% 6 7 6 . 1
% 5 8 5 . 9
8 2
7 1 - b e F - 4 0
% % % % 8 2 2 5 2 . 1 . 0 . 2 . 0 0 0 1
% 6 7 6 . 1
% 9 0 9 . 7
7 2
7 1 - n a J - 8 2
% % % % 8 2 2 5 2 . 1 . 0 . 2 . 0 0 0 1
% 6 7 6 . 1
% 4 3 2 . 6
6 i r 2 a u n a 5 J 2
7 1 - n a J - 1 2
% % % % 8 2 2 5 2 . 1 . 0 . 2 . 0 0 0 1
% 6 7 6 . 1
% 8 5 5 . 4
7 1 - n a J - 4 1
% % % % 8 2 2 5 2 . 1 . 0 . 2 . 0 0 0 1
% 6 7 6 . 1
% 2 8 8 . 2
4 2
7 1 - n a J - 7 0
% % 8 2 2 . 1 . 0 0
% 2 0 4 . 0
% 6 0 2 . 1
6 1 - c e D - 1 3
% % 8 2 2 . 1 . 0 0
% 2 0 4 . 0
% 4 0 8 . 0
6 1 - c e D - 4 2
% % 8 2 2 . 1 . 0 0
% 2 0 4 . 0
% 2 0 4 . 0
r 3 e 2 6 b . 1 m g 0 e n 2 s a e 2 r 2 D a
D h R a n E T a H w i s e r a C i V B S a i t
% % 4 5 1 . 1 . 1 1
i l 4 u 5 J
7 1 0 2
m e S n a y i l a g N , i r u P a t a m r e P 7 5 . E o L N 1 U p a y a a
% % 5 4 1 . 1 . 1 1
t o b o B
1 p a h a T
r u t k u r t S n a a j r e k e P
. o N
% % % % 2 9 4 3 6 . 3 . 7 . 5 . 0 0 0 0 % % % % 3 2 9 4 3 . 6 . 3 . 7 . 0 0 0 0
% % % % % % % % % % % % % % % % % % % % % % % % % % % % % % % % % 0 9 2 6 5 5 8 5 7 1 0 4 3 8 7 0 5 9 5 8 3 6 3 6 0 9 7 9 7 9 7 9 5 5 0 . 0 1 . 1 . 5 . 9 . 0 . 9 . 9 . 1 . 0 . 4 . 4 . 5 . 4 . 5 . 4 . 4 . 4 . 4 . 4 . 4 . 4 . 4 . 3 . 2 . 2 . 2 . 2 . 2 . 2 . 2 . 6 . 1 . 1 1 0 1 5 1 3 1 2 2 3 3 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 5 0 5 0 5 0 5 0 5 0 5 0 5 0 5 0 0 5 5 0 5 0 5 5 5 5 5 5 9 , 7 , 8 , 0 , 1 , 3 , 4 , 6 , 7 , 9 , 0 , 2 , 3 , 5 , 6 , 8 , 0 , 0 5 5 , 3 , 1 , 2 , 4 , 4 0 , 9 , 4 , 9 , 4 , 9 , 1 3 5 8 1 4 7 0 4 7 0 3 6 9 2 6 9 2 5 8 1 5 , 0 , 1 2 4 5 7 8 1 1 1 1 2 2 2 3 3 3 4 4 4 4 5 5 5 6 6 6 7 7 5 - 0 - + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + i i i i i i i i i i i i i i i i i i i i i i i i i i i i i i a t a t a t a t a t a t a t a t a t a t a t a t a t a t a t a t a t a t a t a t a t a t a t a t a t a t a t a t a t a t n n n n n n n n n n n n n n n n n n n n n n n n n n n n n n a a a a a a a a a a a a a a a a a a a a a a a a a a a a a a L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L n n n n n n n n n n n n n n n n n n n n n n n n n n n n n n a a a a a a a a a a a a a a a a a a a a a a a a a a a a a a a j a a j a a j a a j a a j a a j a a j a a j a a j a a j a a j a a j a a j a a j a a j a j r r j r r j r r j r r j r r j r r j r r j r r j r r j r r j r r j r r j r r j r r j r r e e e e e e e e e e e e e e e e e e e e e e e e e e e e e e n k k k k k k k k k k k k k k k k k k k k k k k k k k k k k k a e e e e e e e e e e e e e e e e e e e e e e e e e e e e e e e P p l P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P i h a i a P s r n r e a o 1 2 P T B 1 2 H H e F G n n n r Z Z T T 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2 3 4 a a a t U 1 M 2 M 3 4 4 5 6 7 8 9 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 a j a a n G j i i i i i i i i i i i i i i i i i i i i i i i i i i i i r r j r e i a a a a a a a a t a t a t a t a t a t a t a t a t a t a t a t a t a t a t a t a t a t a t a t a t a e e e C t t t t t t t t k k k n n n n n n n n n n n n n n n n n n n n n n n n n n n n n n e e e i a a a a a a a a a a a a a a a a a a a a a a a a a a a a a P P P B L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L
A N A S K K A : A h L T e E E C l P O A t R R P a u O T P b i K P . D A T R T P N O K
r e O g T a n N a A M I t L c U e Y j o r P
O S D A N I W L U : A i G S u N N h E O a P K t e N A g A R n e T L T M U I M S I N R O T . K V C
I N A I r L e U d J a I e R L T m A R a e H T A I D
k b T : , h I e T l O R R i E E u N P j O u W R t e O P s i P D P . T P
I r D e R g E a H n N a M I t D c U e L j A o M r A P
% 0 0 0 . 0 0 1
N A U G G N I M S E R G O R P / H A L M U J
1 P A H A T R U T K U R T S N A A J R E K E P H A L M U J
1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2 3 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3
144 Jurusan Teknik Sipil Universitas Negeri Semarang
Laboratorium Mekanika Tanah Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Semarang
BORE LOG Location : Buk it Permata Puri Project : Pembungana Apartemen
Date of drilling Bore Machine Pump Master bore D ri l in g m et ho de
Oktober 2015 Cocen Sunchin Kurniawan Ro ta ry
Descripted by Checked by Date of photograph Sample store at
Diameter of hole
73 mm
Ground Water Depth
Bore Hole No :
Ngalian Semarang, Jawa Tengah
e t a D
) m ( h t p e D
) m ( h t p e D
1
0,00 1,00
2
2.00
3 4
) m ( s s e n k c i h T
e l p m a s
1.00
PASIR
Elevation Inclination
: -4,00 meter
Azimuth
DESCRIPTION
lunak, warna coklat
) m ( h t p e D
30
50
2.00
4.45
PASIR kelanauan
sangat lepas, warna coklat
7
2.00
LEMPUNG
lunak, warna coklat abu-abu
9.50
9
10.00
10.00 10.45
11 6.00
5
8.00 8.45
9.00
10
6.00 6.45
7.00
10
LEMPUNG
sedikit butir kasar, kaku, warna abu-abu
14
26
12.00 12.45
13
15
10
4.00
3.00
12
N'
sangat lunak, warna coklat
4.50
8
Page 1
X: Y:
campur kerikil dan humus, warna coklat
4.00
5.00
9
: Semarang
2.45
2.00
6
5 1 0 2 r e b o t k O
:
BH. 2 Coordinate
Field Test SPT
e p i T r e y a L
LANAU kepasiran LANAU kepasiran
1.00
5
7
l o b m y S
: Andi RAS, ST : Ir. Siti Hardiyati, MT
28
14.00 14.50
15.00
14.45
28
15.00
16 17
16.00
4.00
LANAU kepasiran
16.45
18 19 20
31
sangat kaku, warna coklat 18.00 18.45
19.00
32
19.50 20.00
NOTE :
145 Jurusan Teknik Sipil Universitas Negeri Semarang
Laboratorium Mekanika Tanah Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Semarang
BORE LOG Location : Buk it Permata Puri Project : Pembungana Apartemen
Date of drilling Bore Machine Pump Master bore D ri l in g m et ho de
Oktober 2015 Cocen Sunchin Kurniawan Ro ta ry
Descripted by Checked by Date of photograph Sample store at
Diameter of hole
73 mm
Ground Water Depth
Bore Hole No :
Ngalian Semarang, Jawa Tengah
e t a D
) m ( h t p e D
) m ( h t p e D
) m ( s s e n k c i h T
e l p m a s 20.00
21
21.00
l o b m y S
:
BH. 2 Coordinate
: Semarang
Elevation Inclination
: -4,00 meter
Azimuth
Page 2
X: Y:
Field Test SPT
e p i T r e y a L
LEMPUNG
: Andi RAS, ST : Ir. Siti Hardiyati, MT
DESCRIPTION
kaku, warna coklat
22
) m ( h t p e D
20.45
N'
10
30
50
30
22.00 22.45
23
LANAU sedikit butir kasar, keras, warna coklat kelempungan
5.00
24
24.50
25
35
24.00 24.45
42
25.00
26
26.00
26.00 26.45
27 4.00
28 5 1 0 2 r e b o t k O
LANAU keras, warna coklat abu-abu kelempungan
29 30
29.50
30.00
28.00 28.45
30.45
31
LEMPUNG
3.00
33
33.00
34
35
35.00
keras, warna abu-abu tua
34.50 35.00
BATU LEMPUNG kepasiran
keras, warna abu-abu
40
32.00 32.45
2.00
39
30.00
30.00
32
38
42
34.00 34.45
>60
End Off Boring
36
36.00 36.45
37 38
38.00 38.45
39 40
40.00 40.45
NOTE :
146 Jurusan Teknik Sipil Universitas Negeri Semarang
Universitas Diponegoro Semarang
BORE LOG Location : Buk it Permata Puri Project : Pembungana Apartemen
Date of drilling Bore Machine Pump Master bore D ri l in g m et ho de
Oktober 2015 Cocen Sunchin Kurniawan R ot ary
Descripted by Checked by Date of photograph Sample store at
Diameter of hole
73 mm
Ground Water Depth
Bore Hole No :
Ngalian Semarang, Jawa Tengah
e t a D
) m ( h t p e D
) m ( h t p e D
1
0,00 0,50
2
2.00
) m ( s s e n k c i h T
e l p m a s
l o b m y S
1.50
:
BH. 3 Coordinate
: Semarang
Elevation Inclination
: -3,50 meter
Azimuth
Page 1 X: Y:
Field Test SPT
e p i T r e y a L
LANAU kepasiran PASIR kelanauan
0.50
: Andi RAS, ST : Ir. Siti Hardiyati, MT
DESCRIPTION
) m ( h t p e D
N'
10
30
50
lunak, warna coklat setengah padat, warna coklat
2.00 2.45
3 4
25
4.00
5.00
5
4.50
PASIR kelanauan
setengah padat sampai padat, warna coklat abu-abu
4.45
26
5.00
6 7
6.00 6.45
7.00
8 5 1 0 2 r e b o t k O
8.00 8.45
9 9.50
10 8.00
11
42
10.00
10.00 10.45
PASIR
47
padat, warna abu-abu
12
12.00 12.45
13 14 15
39
55
14.00 14.50
15.00
14.45
48
15.00
16 17
16.00
4.00
LANAU
sedikit pasir, sangat padat, warna coklat abu-abu
18 19 20
16.45
31
18.00 18.45
19.00 19.50
32
20.00
NOTE :
147 Jurusan Teknik Sipil Universitas Negeri Semarang