PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI STRUKTUR DAN FUNGSI JARINGAN TUMBUHAN DI KELAS VIII SEMESTER II SMPN-2 SABANGAU PROPOSAL SKRIPSI
Oleh DESI ELWINA ACD 104 053
UNIVERSITAS PALANGKARAYA FAKUTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN JURUSAN ILMU PENDIDIKAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI 2009
1
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan proses pembelajaran adalah dengan cara mengefektifkan penggunaan metodologi pengajaran untuk menghasilkan interaksi yang baik selama proses pembelajaran. Pada proses pembelajaran adanya interaksi semua komponen yang saling berhubungan antar satu dengan yang lainnya, sehingga suatu proses pembelajaran yang dikelola dengan baik tentu akan menghasilkan hasil yang baik pula. Komponen yang termasuk dalam proses pembelajaran meliputi indikator yang ingin dicapai, materi pelajaran, metode mengajar, alat peraga pengajaran, dan evaluasi sebagai alat ukur tercapai tidaknya indikator pembelajaran. Untuk mencapai hasil belajar yang optimal, seorang guru diharapkan mampu menggunakan berbagai metode dan strategi belajar yang baik serta sesuai dengan materi yang akan diajarkan. Biologi sebagai salah satu cabang ilmu pengetahuan alam memfokuskan pembahasan pada masalah-masalah biologi di alam sekitar melalui proses dan sikap ilmiah. Pembelajaran biologi lebih menekankan pada pendekatan keterampilan proses sehingga siswa menemukan fakta-fakta, membangun materi-materi, teori dan sikap ilmiah di pihak siswa yang dapat berpengaruh positif terhadap kualitas maupun produk pendidikan. Pembelajaran biologi selama ini lebih banyak menghafalkan fakta, prinsip, dan teori saja, sehingga pengetahuan yang diperoleh siswa cepat dilupakan oleh siswa, (Baskoro, 2006). Oleh karena itu, perlu dikembangkan metode atau strategi pembelajaran biologi yang dapat melibatkan
2
siswa secara aktif dalam proses pembelajaran untuk menemukan dan menerapkan ide-ide mereka karena keaktifan siswa dalam menjalani proses belajar mengajar merupakan salah satu kunci keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan Berdasarkan hasil observasi pendahuluan dan wawancara dengan guru mata pelajaran biologi kelas VIII di SMPN-2 Sabangau pada bulan Juni 2008, guru bersangkutan memutuskan tentang kesulitan dalam memberikan materi struktur dan fungsi jaringan tumbuhan. Hal ini dikarenakan masih sulitnya materi tersebut dipahami oleh siswa dan masih rendahnya daya serap (penguasaan) siswa dalam memahami materi tersebut sehingga berdampak pada rendahnya hasil belajar siswa. Pada materi stuktur dan fungsi jaringan tumbuhan siswa dituntut untuk mengenal struktur morfologi dan struktur anatomi tumbuhan serta mengetahui fungsifungsinya, sehingga untuk memahami materi tersebut perlu dilakukan belajar berkelompok yang dibimbing oleh guru agar siswa mampu bekerjasama dan terlibat aktif dengan sesama anggota kelompok dalam menyelesaikan suatu permasalahan materi pembelajaran. Sebenarnya guru biologi sudah menerapkan pembelajaran secara diskusi kelompok untuk menyampaikan materi biologi, namun dalam prosesnya kegiatan kelompok tersebut biasanya hanya didominasi oleh siswa yang pandai, sementara siswa yang kemampuannya rendah, kurang berperan dalam mengerjakan tugas kelompok. Model pembelajaran yang bersifat kerja kelompok dan mendorong siswa dalam kelompok belajar, bekerja dan bertanggung jawab dengan sungguh-sungguh sampai selesainya tugas-tugas individu dan kelompok selama proses pembelajaran adalah model pembelajaran kooperatif. Menurut Ibrahim (2000) pembelajaran
3
kooperatif adalah suatu kelompok pembelajaran yang mendorong siswa bekerjasama untuk mencapai tujuan yang sama. Hal yang sama juga dinyatakan oleh Handayani (2007) bahwa pada saat menyelesaikan tugas, anggota kelompok saling bekerjasama dan membantu untuk memahami bahan pembelajaran. Salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang dapat diterapkan dalam pembelajaran di sekolah diantaranya adalah pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw merupakan model pembelajaran yang menekankan kerjasama antar siswa dalam kelompok untuk menyelesaikan masalah atau menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru (Ibrahim, 2000). Guru membagi siswa ke dalam kelompok belajar kooperatif yang terdiri dari 4-6 orang siswa sehingga setiap anggota bertanggungjawab terhadap penguasaan setiap komponen/subtopik materi pelajaran yang ditugaskan oleh guru dengan sebaikbaiknya. Siswa dari masing-masing kelompok yang bertanggung jawab terhadap subtopik yang sama membentuk kelompok lagi untuk menyelesaikan tugas kooperatifnya dalam: 1) belajar dan menjadi ahli dalam subtopik bagiannya; 2) merencanakan bagaimana mengajarkan subtopik bagiannya kepada anggota kelompoknya semula, setelah itu siswa tersebut kembali ke kelompok masingmasing sebagai ahli dalam subtopiknya dan mengajarkan informasi penting dalam subtopik tersebut kepada temannya di kelompok asal, anggota kelompok ahli dalam subtopik lainnya juga bertindak serupa. Sehingga dari proses pembelajaran ini, seluruh siswa bertanggung jawab untuk menunjukkan penguasaannya terhadap materi yang dipelajari memiliki kecenderungan lebih tinggi agar dapat menjelaskan kembali kepada anggota kelompok asalnya.
4
Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan tersebut, maka diperlukan upaya nyata untuk memperbaiki dan meningkatkan hasil belajar biologi khususnya pada materi struktur dan fungsi jaringan tumbuhan yang bercirikan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada SMPN-2 Sabangau. Sehingga penelitian ini diberi judul Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe Jigsaw untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Materi Struktur dan Fungsi Jaringan Tumbuhan di Kelas VIII Semester II SMPN-2 Sabangau. 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan Permasalahan yang telah diuraikan pada latar belakang, maka identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah: 1)
Guru diharapkan mampu menggunakan berbagai metode atau strategi belajar yang baik yang sesuai dengan materi yang akan diajarkan untuk mencapai hasil belajar yang optimal.
2) Faktor penyebab sulitnya pemahaman materi oleh siswa SMPN 2 Sabangau, yaitu tidak terlibatnya siswa secara aktif selama proses pembelajaran. Hal ini ditunjukkan dengan sikap yang kurang antusias dari siswa ketika pembelajaran berlangsung. 3) Upaya meningkatkan hasil belajar siswa adalah untuk melatih siswa agar dapat bekerjasama dalam kelompok serta menguasai dan memahami materi dengan baik.
5
1.3 Batasan Masalah Agar penelitian ini dapat lebih terarah maka perlu diberikan batasan-batasan mengenai masalah yang akan diteliti yaitu sebagai berikut: 1). Model pembelajaran kooperatif yang diterapkan adalah kooperatif tipe jigsaw. 2). Materi yang diberikan dalam penelitian ini mengenai struktur dan fungsi jaringan tumbuhan pada siswa kelas VIIIa semester II SMPN-2 Sabangau tahun ajaran 2008/2009. 3). Hasil belajar siswa yang diteliti yaitu aktivitas siswa dan hasil belajar pada aspek kognitif. 1.4 Rumusan Masalah Berdasarkan Latar belakang masalah yang telah diungkapkan, maka rumusan masalah yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah : 1).
Bagaimana pengelolaan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dalam membantu siswa Kelas VIIIa SMPN Sabangau memahami materi struktur dan fungsi jaringan tumbuhan?
2).
Bagaimana aktivitas siswa Kelas VIIIa SMPN 2 Sabangau selama penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw?
3).
Bagaimana respon guru dan siswa Kelas VIIIa SMPN 2 Sabangau terhadap model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw?
4).
Bagaimana hasil belajar biologi siswa kelas VIIIa semester II SMPN-2 Sabangau setelah penerapan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada materi struktur dan fungsi jaringan tumbuhan?
6
1.5 Tujuan Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan tujuan sebagai berikut : 1).
Mendeskripsikan kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran biologi yang menerapkan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw untuk membantu siswa memahami materi struktur dan fungsi jaringan tumbuhan di kelas VIIIa semester II SMPN 2 Sabangau.
2).
Mendeskripsikan aktivitas siswa dalam model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada materi struktur dan fungsi jaringan tumbuhan di kelas VIIIa semester II SMPN 2 Sabangau.
3).
Mendeskripsikan respon guru dan siswa terhadap model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.
4).
Mengetahui peningkatan hasil belajar siswa sebelum dan setelah mengikuti pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada materi struktur dan fungsi jaringan tumbuhan.
1.6 Hipotesis Tindakan Hipotesis tindakan yang dapat diajukan pada penelitian ini adalah bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat membantu memperbaiki proses pembelajaran biologi di dalam kelas sehingga akan meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIIIa semester II SMPN 2 Sabangau Tahun ajaran 2008/2009 pada materi struktur dan fungsi jaringan tumbuhan.
7
1.7 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1).
Memberikan kemudahan bagi guru dalam mengelola pembelajaran di sekolah.
2).
Memperluas wawasan pengetahuan guru tentang model pembelajaran serta dapat menggunakannya pada materi yang sesuai.
3).
Meningkatkan keterlibatan/partisipasi siswa agar lebih aktif dalam proses belajar mengajar.
4)
Sebagai salah satu alternatif dalam memilih model pembelajaran yang inovatif.
8
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Belajar dan pembelajaran Biologi Belajar diartikan sebagai suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan diri individu dan merupakan suatu perubahan yang kompleks, karena adanya
interaksi
antara
individu
dengan
individu
dan
individu
dengan
lingkungannya (Usman, 1995). Perubahan diri dalam hal ini adalah perubahan yang terjadi dalam diri siswa sebagai hasil belajar pada aspek kognitif, afektif, maupun psikomotor. Menurut Wittrock (Pannen, 2001:), proses belajar seseorang dipengaruhi oleh rangsangan (arousal) dan niat (intention). Selain itu faktor penting dalam proses belajar adalah perhatian, karena tanpa perhatian proses belajar tidak akan pernah terjadi. Dengan demikian, keberhasilan dalam proses belajar mengarah pada perubahan diri siswa dengan fokus pada materi pelajaran yang diberikan sehingga diperoleh suatu pemahaman materi yang baik. Kegiatan belajar yang dilakukan tidak dapat dipisahkan dengan kegiatan mengajar. Mengajar adalah kegiatan penyampaian materi oleh pengajar kepada pihak yang belajar. Menurut Sudjana (1989) mengajar adalah membimbing kegiatan siswa belajar, mengatur dan mengorganisasi lingkugan yang ada disekitar siswa untuk melakuan kegiatan belajar. Pengertian ini mengandung makna bahwa guru dituntut untuk dapat berperan sebagai organisator kegiatan belajar siswa dan juga hendaknya mampu memanfaatkan lingkungan, baik yang ada di kelas maupun yang ada di luar kelas.
9
Proses belajar mencapai puncaknya pada hasil belajar siswa atau unjuk kerja siswa. Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima atau menyelesaikan pengalaman belajarnya (Sudjana, 1998). Sebagai suatu hasil maka dengan unjuk kerja tersebut proses belajar terhenti untuk sementara dan terjadilah penilaian. Dalam penilaian hasil belajar, maka penentu keberhasilan belajar adalah guru sebagai pemegang kunci pembelajaran yang menyusun desain pembelajaran, melaksanakan pembelajaran dan menilai hasil belajar (Dimyati & Mudjiono, 2002:250). Kegiatan pemberian nilai/penilaian hendaknya merupakan bagian integral dari proses belajar mengajar (Purwanto, 1990:74). Ini berarti bahwa tujuan penilaian disamping untuk mengetahui kemampuan belajar serta penguasaan siswa terhadap bahan pelajaran, juga digunakan sebagai feedback (umpan balik), baik kepada siswa sendiri maupun bagi guru atau pengajar. Sehingga dari hasil tes, guru dapat mengetahui kelebihan dan kelemahan siswa tertentu sehingga selanjutnya guru dapat melakukan koreksi maupun reinformance terhadap pembelajaran yang telah dilakukan. Pembelajaran pada materi biologi yang lebih menekankan pada pendekatan keterampilan proses, guru biologi tentunya harus mampu dan mahir menggunakan model-model pembelajaran yang sesuai dengan materi yang akan diajarkan karena tujuan pembelajaran biologi ialah agar siswa mampu melakukan pengamatan dan diskusi untuk memahami materi, mampu melakukan percobaan sederhana untuk memahami
materi
dan
mengkomunikasikan
hasil
percobaan,
mampu
menginterpretasikan data yang dikumpulkan dan melaporkannya. Berdasarkan hal ini, maka perlu digunakan model pembelajaran yang sesuai dengan tujuan
10
mempelajari biologi tersebut. Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan adalah model cooperatif learning (Handayani, 2007). Model cooperative learning yang sarat dengan bentuk aktifitas siswa tentunya menekankan pentingnya siswa membangun sendiri pengetahuan mereka lewat keterlibatan aktif pada kegiatan pembelajaran, sehingga diharapkan siswa yang sedang belajar adalah siswa yang sedang mengembangkan materi yang sudah dimilikinya. 2.2 Pembelajaran Kooperatif 2.2.1 Pengertian Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif adalah suatu kelompok pembelajaran yang mendorong siswa bekerjasama dengan tingkat kemampuan berbeda untuk mencapai tujuan yang sama (Ibrahim, 2000). Pada saat menyelesaikan tugas, anggota kelompok saling bekerjasama dan membantu untuk memahami bahan pembelajaran. Belajar belum selesai jika salah satu teman belum menguasai bahan pembelajaran (Handayani, 2007). Menurut Ibrahim (Chabibah, 2007), pembelajaran kooperatif menekankan pembelajaran dalam kelompok kecil dengan tingkat kemampuan siswa yang berbeda, siswa belajar dan bekerjasama untuk memahami suatu bahan pelajaran, serta tanggungjawab individu sekaligus kelompok. Dengan demikian, dalam diri siswa tumbuh sikap dan prilaku saling ketergantungan positif serta adanya interaksi kooperatif akan memungkinkan siswa menjadi sumber belajar bagi sesamanya, sehingga kondisi ini dapat mendorong siswa untuk belajar, bekerjasama dan bertanggungjawab untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pada pembelajaran kooperatif dikembangkan diskusi dan komunikasi dengan tujuan agar siswa saling berbagi kemampuan, saling belajar berpikir kritis, saling menyampaikan pendapat,
11
saling memberi kesempatan menyalurkan kemampuan, saling membantu belajar, saling menilai kemampuan dan peranan diri sendiri maupun teman lain. 2.2.2 Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif Terdapat 6 langkah utama atau tahapan di dalam pelajaran yang menggunakan
pembelajaran
kooperatif.
Pelajaran
dimulai
dengan
guru
menyampaikan tujuan pelajaran dan memotivasi siswa untuk belajar. Fase ini diikuti oleh penyajian informasi; seringkali dengan bahan bacaan daripada secara verbal. Selanjutnya siswa dikelompokkan ke dalam tim-tim belajar. Tahap ini diikuti bimbingan guru pada saat siswa bekerja bersama mereka. Fase terakhir pembelajaran kooperatif meliputi presentasi hasil akhir kerja kelompok tentang apa yang telah mereka pelajari dan memberikan penghargaan terhadap usaha-usaha kelompok maupun individu. Enam tahap pembelajaran kooperatif dirangkum pada tabel 1 berikut ini. Tabel 1 Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif Fase Fase-1 Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa Fase-2 Menyajikan informasi
Tingkah Laku Guru Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar. Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan.
12
Fase-3 Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar Fase-4 Membimbing kelompok bekerja dan belajar
Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien. Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.
Fase-5 Evaluasi
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.
Fase-6 Memberikan penghargaan
Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok.
Sumber: Ibrahim, 2000 2.2.3 Tujuan Pembelajaran Kooperatif Tujuan pembelajaran kooperatif adalah menciptakan situasi yang menarik kreativitas siswa sehingga keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan kelompoknya. Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai tiga tujuan pembelajaran penting yaitu: Hasil Belajar Akademik, Penerimaan terhadap perbedaan, dan Pengembangan Keterampilan Sosial (Ibrahim, 2000). 2.3 Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw 2.3.1 Pengertian Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pertama kali dikembangkan oleh Aronson. dkk di Universitas Texas. Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw merupakan model pembelajaran kooperatif dengan siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4-6 orang dengan memperhatikan keheterogenan, bekerjasama positif dan setiap anggota bertanggung jawab untuk mempelajari masalah tertentu
13
dari materi yang diberikan dan menyampaikan materi tersebut kepada anggota kelompok yang lain (Ibrahim, 2000). Pada pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, terdapat kelompok ahli dan kelompok asal. Kelompok asal adalah kelompok awal siswa terdiri dari beberapa anggota kelompok ahli yang dibentuk dengan memperhatikan keragaman dan latar belakang. Guru harus terampil dan mengetahui latar belakang siswa agar terciptanya suasana yang baik bagi setiap angota kelompok. Sedangkan kelompok ahli, yaitu kelompok siswa yang terdiri dari anggota kelompok lain (kelompok asal) yang ditugaskan untuk mendalami topik tertentu untuk kemudian dijelaskan kepada anggota kelompok asal. Para anggota dari kelompok asal yang berbeda, bertemu dengan topik yang sama dalam kelompok ahli untuk berdiskusi dan membahas materi yang ditugaskan pada masing-masing anggota kelompok serta membantu satu sama lain untuk mempelajari topik mereka tersebut. Peran guru dalam diskusi tersebut adalah memfasilitasi dan memotivasi para anggota kelompok ahli agar mudah untuk memahami materi yang diberikan. Setelah pembahasan selesai, para anggota kelompok kemudian kembali pada kelompok asal dan mengajarkan pada teman sekelompoknya apa yang telah mereka dapatkan pada saat pertemuan di kelompok ahli. Para kelompok ahli harus mampu untuk membagi pengetahuan yang didapatkan saat melakukan diskusi di kelompok ahli, sehingga pengetahuan tersebut diterima oleh setiap anggota pada kelompok asal. Kunci tipe Jigsaw ini adalah interdependence setiap siswa terhadap anggota tim yang memberikan informasi yang diperlukan, artinya para siswa harus memiliki tanggungajawab dan kerjasama
14
dan saling ketergantungan yang positif untuk mendapatkan informasi dan memecahkan masalah yang diberikan (Chabibah 2006). Selanjutnya, diakhir pembelajaran siswa diberi kuis secara individu yang mencakup topik materi yang telah dibahas. 2.3.2 Langkah-langkah Pembelajaran kooperatif Tipe jigsaw Langkah pembelajaran disusun dalam dua tahap, yaitu pra-kegiatan pembelajaran
dan
kegiatan
pembelajaran.
Pra-kegiatan
pembelajaran
menggambarkan hal yang perlu dipersiapkan dan rencana kegiatan. Kegiatan pembelajaran menggambarkan aktifitas pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Pra-Kegiatan Pembelajaran Persiapan Bahan/materi 1) Membagi siswa ke dalam kelompok asal 2) Membagi siswa ke dalam kelompok ahli SKENARIO PENGELOMPOKAN KELOMPOK ASAL
(4 atau 6 anggota yang heterogen dikelompokkan) ABC D E
AAA AA
ABC DE
ABC DE
ABC DE
ABC DE
BBB BB
CCC CC
DDD DD
EEE EE
KELOMPOK AHLI
(Tiap kelompok ahli memiliki satu anggota dari tiap tim asal) Gambar 1. Ilustrasi yang menunjukkan Tim Jigsaw Sumber : Ibrahim, 2000
15
Rencana kegiatan Membaca: siswa membaca topik ahli dan menetapkan anggota ahli untuk topik tertentu 1) Diskusi kelompok ahli: siswa dengan topik ahli yang sama bertemu untuk mendiskusikannya dalam grup ahli 2) Laporan kelompok: siswa ahli kembali ke kelompoknya masing-masing untuk
menjelaskan
topik
yang
didiskusikannya
kepada
anggota
kelompoknya 3) Tes: siswa mengerjakan kuis individual yang mencakup semua topik. 4) Penghargaan kelompok
J IGSAW Penguatan guru Penghargaan Membaca bahan ajar
Evaluasi Diskusi kelompok Ahli (Homogen)
Diskusi kelompok Asal(Heterogen)
19
Gambar 2. Ilustrasi yang menunjukkan alur rencana kegiatan pembelajaran jigsaw Sumber : Pannen, 2001
16
Kegiatan Pembelajaran Kegiatan pembelajaran dengan menerapkan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada materi struktur dan fungsi jaringan tumbuhan digunakan tahapan-tahapan sebagai berikut: 1) Tahap pertama adalah menyampaikan dan memotivasi siswa yaitu dengan mengingatkan pengetahuan terdahulu dengan pengetahuan yang sekarang serta menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. 2) Tahap Kedua adalah menyampaikan informasi yang mendukung tugas belajar kelompok melalui bahan bacaan. 3) Tahap Ketiga adalah pembentukan kelompok asal. Pada tahap ini siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok dengan jumlah anggota masing-masing kelompok 4-6 orang yang disesuaikan dengan jumlah siswa dalam kelas penelitian. Penyusunan kelompok memperhatikan keheterogenan siswa (kecerdasan dan gender). Kemudian setiap siswa diberi soal yang berbeda dan dalam kelompok asal ini, yang dilakukan siswa adalah menyimak materi struktur dan fungsi jaringan tumbuhan, membaca soal dan mencoba memahami soal dengan bimbingan guru. 4) Tahap Keempat adalah pembentukan kelompok ahli. Pada tahap ini setiap siswa yang memiliki tugas atau materi berbeda meninggalkan kelompok asal untuk bergabung dengan kelompok ahli yang terdiri dari siswa yang memiliki tugas atau soal yang sama, membahas dan menyelesaikan soal tersebut. Pada tahap ini juga, setelah siswa menyelesaikan tugas atau soal pada kelompok ahli kemudian setiap siswa (ahli) kembali ke kelompok asalnya masing-masing
17
untuk menginformasikan hasil penyelesaian soal yang telah dibahas dalam kelompok
ahli serta untuk mendengarkan
penjelasan
teman-temannya
(presentasi) yang sesuai dengan kekhususan soal yang diperoleh masing-masing. 5) Tahap kelima adalah evaluasi. Pada tahap ini, siswa mempresentasikan hasil diskusi mewakili keseluruhan materi yang telah diajarkan pada pertemuan tersebut. 5) Tahap keenam adalah Penghargaan kepada kelompok. 2.3.3 Tujuan Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Menurut Anam (Sholehah, 2004) tujuan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw yaitu : 1)
Menyajikan metode alternatif di samping ceramah dan membaca.
2)
Mengkaji kebergantungan positif dalam menyampaikan dan menerima informasi di antara anggota kelompok untuk mendorong kedewasaan berfikir.
3)
Menyediakan kesempatan berlatih berbicara dan mendengarkan untuk melatih kognisi siswa dalam menyampaikan informasi.
2.3.3 Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Menurut Anonim (Sholehah, 2004) Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw antara lain: 1)
Kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw (1) Memberikan kesempatan yang lebih besar kepada guru dan siswa dalam memberikan dan menerima materi pelajaran yang sedang disampaikan. (2) Guru dapat memberikan seluruh kreativitas kemampuan mengajar.
18
(3) Siswa dapat lebih komunikatif dalam menyampaikan kesulitan yang dihadapi dalam mempelajari materi (4) Siswa dapat lebih termotivasi untuk mendukung dan menunjukkan minat terhadap apa yang dipelajari teman satu timnya. 2.
Kelemahan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw (1) Memerlukan persiapan yang lebih lama dan lebih kompleks misalnya seperti penyusunan kelompok asal dan kelompok ahli yang tempat duduknya nanti akan berpindah. (2) Memerlukan dana yang lebih besar untuk mempersiapkan perangkat pembelajaran.
2.4 Materi Struktur dan Fungsi Jaringan Tumbuhan Menurut Saktiyono (2004) dan Syamsuri (2007), Materi Struktur dan Fungsi Jaringan Tumbuhan adalah sebagai berikut: 1) Secara morfologi (struktur luar) akar tersusun atas rambut akar, batang akar, ujung akar, dan tudung akar. Secara anatomi, akar tersusun oleh tiga lapisan jaringan pokok atau tiga sistem jaringan yaitu sistem jaringan dermal (epidermis), sistem jaringan dasar (korteks), endodermis dan silinder pusat (stele). Fungsi akar adalah untuk: menyerap air dan mineral; menunjang dan memperkokoh berdirinya tumbuhan; sebagai alat pernapasan. 2) Berdasarkan keadaan batang, tumbuhan tingkat tinggi dapat dibagi menjadi tiga tipe batang yaitu tipe rumput (kalmus), tipe lunak berair (herbaseus atau terna), dan tipe berkayu (lignosus). Pada permukaan batang berkayu terdapat lentisel yang berfungsi sebagai tempat keluar masuknya gas pada tumbuhan. Struktur
19
dalam batang hampir sama dengan struktur dalam akar. Pada ujung batang yang sedang tumbuh, tepatnya di belakang meristem apikal, terbentuk jaringan primer. Dari luar ke dalam, jaringan primer terdiri atas: Protoderma, Prokambium, dan meristem Dasar. Pada tumbuhan dikotil yang hanya memiliki kambium, sehingga dapat terjadi pertumbuhan sekunder. Akibat kegiatan kambium pada batang dikotil terdapat batas-batas yang jelas yang disebut lingkaran tahun. Fungsi batang adalah sebagai organ lintasan air, mineral, dan hasil fotosintesis; organ pembentuk
dan
penyangga
daun;
tempat
penyimpan
makanan;
alat
perkembangbiakan vegetatif. 3) Daun merupakan bagian tumbuhan yang biasanya berbentuk lembaran pipih dan berwarna hijau. Namun, adapula daun yang berbentuk jarum misalnya daun pinus atau seperti sisik, misalnya pada kaktus. Daun lengkap mempunyai bagian-bagian daun berupa pelepah daun atau upih daun (vaginula), tangkai daun (petiolus), dan helaian daun (lamina). Dalam satu tangkai daun ada yang berhelaian daun satu (daun tunggal), misalnya daun mangga dan yang lebih dari satu (daun majemuk), misalnya daun belimbing. Daun dapat dikelompokkan berdasarkan susunan atau struktur tertentu seperti bentuk helaian daun, bentuk ujung daun, tepi daun, dan susunan tulang daun. Struktur anatomi atau struktur dalam daun terdiri dari epidermis, jaringan tiang (palisade), dan jaringan bunga karang (jaringan spons). Pada bagian-bagian daun, epidermis dilapisi kutikula sedangkan pada epidermis bawah terdapat stomata. Pada jaringan tiang banyak terdapat kloroplas. Pada jaringan bunga karang terdapat berkas pembuluh angkut yaitu xilem dan floem. Fungsi daun adalah untuk tempat fotosintesis; traspirasi tumbuhan; alat
20
pernapasan; alat perkembangbiakan vegetatif contohnya pada daun cocor bebek (Kalanchoe pinnata) 4) Bunga merupakan organ yang penting bagi tumbuhan karena di dalamnya terdapat alat-alat perkembangbiakan. Bunga sebenarnya merupakan ujung cabang yang berubah bentuk (mengalami modifikasi) dan tumbuh terbatas. Secara umum, bunga yang dimiliki oleh setiap jenis tumbuhan memiliki struktur dasar yang sama. Bagian-bagian utama pada bunga adalah kelopak bunga (calyx), mahkota bunga (corolla), benang sari (stamen), putik (pistillum), dan bakal buah (ovarium). Bunga yang mempunyai semua bagian tersebut dinamakan bunga lengkap, sedangkan bunga yang tidak mempunyai satu atau lebih bagian-bagian bunga tersebut dinamakan bunga tidak lengkap. Fungsi bunga adalah sebagai alat perkembangbiakan generatif pada tumbuhan. Bila serbuk sari melekat di kepala putik, maka terjadilah penyerbukan (persarian). Penyerbukan biasanya akan diikuti oleh pembuahan. Pembuahan adalah peristiwa penyatuan sel kelamin jantan dan sel kelamin betina. Struktur alat perkembangbiakan bunga terdiri dari benang sari dan putik. Bagian benang sari adalah tangkai sari (filamen), kepala sari (anthera) dan serbuk sari (polen). Benang sari merupakan penghasil serbuk sari yang menghasilkan gamet jantan pada
tumbuhan. Putik terletak dibagian pusat bunga setelah benang
sari. Putik merupakan organ perkembangbiakan betina karena membentuk sel telur (ovum). Bagian-bagian penyusun putik adalah kepala putik (stigma), tangkai putik (stilus) dan bakal buah (ovarium). Di dalam bakal buah terdapat bakal biji
21
(ovulum) dan di dalam bakal biji terdapat sel telur yang merupakan sel kelamin betina. 5) Secara umum buah berkembang dari bakal buah (ovarium). Bakal buah merupakan bagian bawah dari putik, di dalam bakal buah terdapat bakal biji. Bila terjadi penyerbukan yang biasanya diikuti pembuahan maka bakal buah berkembang menjadi buah dan bakal biji berkembang menjadi biji. Buah dapat dibedakan menjadi tiga tipe yaitu buah tunggal contonya pada buah mangga, jambu; buah agregat contohnya pada sirsak, srikaya; dan buah majemuk contohnya pada nangka. Jika dilihat dari asal terbentuknya, buah dibedakan mejadi buah sejati contohnya pada pepaya, durian; dan buah semu contohnya pada buah jambu monyet. Bagian-bagian buah terdiri dari kulit buah (perikarp), dan biji. Kulit buah dapat dibedakan menjadi tiga lapisan yaitu kulit buah luar (eksokarp), kulit buah tengah (mesokarp) dan kulit buah dalam (endokarp). Sedangkan biji terbentuk dari hasil pembuahan yang terjadi dalam bakal biji. Di dalam bakal biji terdapat calon individu baru yang disebut embrio. Biji pada umumnya dapat dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu kulit biji, tali pusat, dan inti biji atau isi biji. 2.5 Penelitian-penelitian yang Relevan Beberapa hasil penelitian yang relevan dengan penelitian ini. Hasil penelitian pendukung pada pembelajaran kooperatif tipe jigsaw antara lain menurut Yusuf (2003) yang mengembangkan perangkat pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw di Madrasah Aliyah Ponpes Nurul Haramain Putri NW
22
Narmada Lombok Barat, teryata 78% dari keseluruhan TPK yang diajarkan telah tuntas dikuasai oleh siswa, baik secara individu maupun klasikal. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa guru dapat menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dengan baik dan meningkatkan keterampilan kooperatif siswa selama PBM berlangsung. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Jayantri, (2007) menyatakan bahwa bahwa pembelajaran biologi pada kelas I SMA yang berorientasi penggunaan pendekatan lingkungan dengan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, dapat meningkatkan keterampilan guru mengelola KBM,
meningkatkan kualitas
pengelolaan proses belajar mengajar oleh guru, meningkatkan kualitas interaksi siswa dengan lingkungan belajar, dan meningkatkan prestasi belajar siswa yang meliputi peningkatan nilai rata-rata dan meningkatkan jumlah siswa yang mencapai ketuntasan belajar. Hasil penelitian Sholelah (2004) juga menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan pengelolaan pembelajaran biologi, aktivitas guru dan siswa, keterampilan kooperatif dan hasil belajar siswa tentang konsep keanekaragaman tumbuhan.
23
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Rancangan penelitian yang digunakan dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini adalah model siklus Kemmis dan Mc Taggart yang mencakup empat komponen di dalam satu siklus, yaitu: 1) Rencana Tindakan, 2) Pelaksanaan tindakan, 3) Observasi/Pengamatan, dan 4) Refleksi atas tindakan. (Aqib, 2006:22). Apabila dalam awal penelitian tindakan dbutir soalukan adanya kekurangan, maka perencanaan dan pelaksananaan tindakan perbaikan masih dapat dilanjutkan pada siklus berikutnya sampai target yang diinginkan tercapai (Wardhani, 2007). 1. Rencana Tindakan 4.Refleksi 3.Observasi
SIKLUS I
2. Pelaksanaan Tindakan
1. Rencana Tindakan 4.Refleksi
SIKLUS II 3.Observasi
2.Pelaksanaan Tindakan
Gambar 3. Alur Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas Sumber : (Aqib, 2006)
24
Penyampaian informasi materi struktur dan fungsi jaringan tumbuhan dibagi ke dalam 2 submateri yang dilaksanakan ke dalam 2 siklus tindakan dengan mengikuti alur pelaksanaan tindakan kelas. Siklus I: struktur dan fungsi morfologi tumbuhan: Siklus II: struktur dan fungsi anatomi tumbuhan. Pelaksanaaan penelitian siklus I meliputi tahapan-tahapan sebagai berikut: 3.1.1 Perencanaan Tindakan Pada perencanaan tindakan, setelah mendapat izin untuk mengadakan penelitian dan memperoleh gambaran umum tentang objek penelitian maka guru (peneliti) menyusun rencana penelitian yang harus sudah dikonsultasikan dengan dosen pembimbing yang bersangkutan, yaitu menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 01 (Lampiran 5), Lembar Kerja Siswa 01 (Lampiran 7) dan Tes Hasil Belajar Aspek Kognitif (Lampiran 10). Menyusun instrumen-instrumen berupa lembar pengelolaan pembelajaran biologi dalam pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, lembar pengamatan aktivitas siswa, angket respon guru dan siswa terhadap pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. 3.1.2 Pelaksanaan Tindakan Pada awal pertemuan di bulan Januari 2009, peneliti memberikan pretest terhadap siswa kelas VIIIa SMPN 2 Sabangau berupa soal-soal pilihan ganda mengenai materi struktur dan fungsi jaringan tumbuhan, Pretest ini bertujuan untuk mengetahui pemahaman awal siswa mengenai materi tersebut. Berdasarkan hasil pretest, kemudian peneliti melaksanakan siklus I terhadap siswa kelas VIIIa SMPN2 Sabangau dengan berpedoman pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP 01) yang telah disusun berdasarkan sintaks pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.
25
3.1.3 Pengamatan Kegiatan pengamatan dilakukan oleh 2 orang pengamat (observer) yang mengamati dan mencatat segala kejadian atau peristiwa yang terjadi selama berlangsungnya proses pembelajaran. Pengamat mengisi lembar pengamatan berupa pengelolaan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dan aktivitas siswa selama berlangsungnya proses pembelajaran. 3.1.4 Refleksi Berdasarkan hasil pengamatan, peneliti melakukan analisis, interpretasi dan evaluasi bersama dengan pengamat sehingga dapat diketahui kekurangan dan kelebihan dalam proses pembelajaran yang telah dilakukan. Hasil refleksi tersebut peneliti dapat memperkirakan tindakan (siklus) telah berhasil atau belum dengan menggunakan kriteria bahwa hasil pengamatan menunjukkan bahwa pelaksanaan proses pembelajaran telah sesuai dengan rencana yang dikemukakan. Interpretasi dan evaluasi ini peneliti gunakan sebagai dasar untuk melakukan bahan perbaikan dan penyempurnaan mengajar pada siklus selanjutnya. Pada pelaksanaan penelitian siklus II submateri struktur dan fungsi anatomi tumbuhan diberikan berdasarkan hasil refleksi siklus I. Setelah seluruh siklus selesai dilaksanakan, peneliti melakukan evaluasi seluruh tindakan yaitu: memberikan soalsoal tes hasil belajar kognitif (post-test), membagikan angket untuk mengetahui respon guru dan siswa setelah mengikuti pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, menganalisis serta merefleksi seluruh tindakan dalam proses pembelajaran untuk menarik kesimpulan dan selanjutnya menyusun laporan hasil penelitian.
26
3.2 Setting Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMPN 2 Sabangau yang letak bangunannya berada di Jalan Matal Kelurahan Sabaru Kecamatan Sabangau Kota Palangkaraya. Bangunan SMPN 2 Sabangau memiliki luas tanah ± 25.000 m2 dengan panjang 200m dan lebar 125m. Bangunan ini bersebelahan dengan Sekolah Luar Biasa (SLB) 2 Palangkaraya dan berada di belakang rumah pemukiman penduduk. Fasilitas dan prasarana sekolah antara lain: ruang kelas (9 ruang), ruang Kepala Sekolah (1 ruang), ruang wakil Kepala Sekolah (1 ruang),ruang Guru (1 ruang), ruang tata usaha (1 ruang), ruang perpustakaan (1 ruang), ruang laboratorium
(1
ruang), ruang BP/Bk (1 ruang), ruang UKS (1 ruang), ruang koperasi (1 ruang), Gudang (1 ruang), Kamar Kecil Siswa (3 Ruang) dan Kamar kecil Guru/TU
(2
ruang). Untuk lebih lengkapnya, denah sekolah dapat dilihat pada Lampiran 14. 3.3 Subjek Penelitian Penelitian ini melibatkan guru (peneliti) yang bertindak sebagai subjek penelitian dan Siswa Kelas VIIIa Semester II SMPN 2 Sabangau dengan jumlah siswa sebanyak 32 orang sebagai objek penelitian. Pada sekolah yang bersangkutan telah menerapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). 3.4 Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan oleh guru (peneliti) dan dua orang pengamat. Pengumpulan data diperoleh dari hasil pemberian pretest dan post-test, lembar pengamatan yang diisi oleh dua orang pengamat serta angket respon yang diisi oleh guru dan siswa. Langkah-langkah pengumpulan data adalah sebagai berikut:
27
3.4.1 Identifikasi Parameter pengumpulan data Pengumpulan data dilaksanakan mulai bulan Januari-Februari 2009 oleh peneliti dan pengamat terhadap siswa kelas VIIIa SMPN-2 Sabangau. Objek utama penelitian adalah siswa yang memiliki pemahaman rendah mengenai materi struktur dan fungsi jaringan tumbuhan. Adapun data yang dikumpulkan berupa hasil tes awal dan tes akhir pada aspek kognitif, selain itu juga dikumpulkan data tentang pengamatan pengelolaan pembelajaran, aktivitas siswa, dan hasil respon guru dan siswa. 3.4.2 Validitas Perangkat Pembelajaran Setelah semua perangkat selesai dibuat, selanjutnya dilakukan validasi kepada para pakar (Lampiran 11). Para pakar menelaah untuk menguji validitas perangkat yang telah disusun. Pendapat dan saran dari para validator digunakan untuk memperbaiki perangkat pembelajaran. Hasil revisi perangkat selanjutnya digunakan untuk simulasi (Tinduh, 2008:28). 3.4.3 Instrumen Penelitian Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1). Lembar
pengamatan
pengelolaan
pembelajaran
biologi
dengan
model
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Instrumen ini dipergunakan untuk mengetahui pengelolaan pembelajaran oleh guru yang menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw di kelas. Instrumen ini diisi oleh dua orang pengamat selama mengikuti seluruh kegiatan belajar mengajar dari awal sampai berakhirnya pembelajaran.
28
2). Lembar pengamatan aktivitas siswa dalam pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Instrumen ini dipergunakan untuk mengetahui aktivitas siswa selama penerapan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Instrumen ini diisi oleh 2 orang pengamat yang mengamati dan mengikuti seluruh kegiatan pembelajaran dari awal sampai berakhirnya pembelajaran 4). Angket respon guru dan siswa terhadap pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Instrumen ini digunakan untuk mengetahui respon guru dan siswa terhadap penerapan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, diberikan dan diisi oleh guru dan siswa setelah pertemuan berakhir. 5). Tes hasil belajar kognitif tentang materi struktur dan fungsi jaringan tumbuhan untuk kelas VIIIa SMPN-2 Sabangau. Instrumen ini digunakan untuk mengetahui tingkat ketercapaian (tingkat penguasaan) hasil belajar kognitif setelah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. 3.4.4 Jenis Data Data yang dikumpulkan berasal dari : 1). Hasil observasi pengelolaan dengan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. 2). Hasil observasi aktivitas siswa dalam pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. 3). Hasil angket respon guru dan siswa terhadap pembelajaran koopertif tipe jigsaw. 4). Hasil tes awal dan tes akhir siswa kelas VIII SMPN-2 Sabangau dengan menggunakan soal-soal tes belajar kognitif tentang struktur dan fungsi jaringan tumbuhan.
29
3.4.5 Sumber Data Sumber data dalam penelitian ini adalah peneliti, guru dan siswa SMPN 2 Sabangau, serta hasil pengamatan oleh 2 orang pengamat yaitu dari Saudari Selphiana Anitha dan Saudari Retsi Pernant. 3.5 Teknik Analisis Data Analisis data dalam penelitian ini dimaksudkan untuk menjawab rumusan masalah, adapun analisis yang dgunakan adalah: 1)
Penilaian terhadap pengelolaan pembelajaran dengan menerapkan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw menggunakan analisis deskriptif rata-rata, yaitu jumlah skor sekeluruhan tiap kategori dibagi dengan jumlah kategori yang ada (Koentjaraningrat, 2007).
2)
Menganalisis data pengamatan aktivitas dan respons siswa selama proses pembelajaran dengan menggunakan analisis statistik deskriptif persentase. Menurut Sutomo (Jayantri, 2007) rumus yang digunakan yaitu: Keterangan : P=
F ×100 % N
P = Persentase tanggapan siswa F = Frekuensi tiap aktivitas N = Jumlah seluruh aktivitas
3)
Validitas butir soal akan diperoleh dengan menghitung sensitivitas butir dari setiap butir soal. Menurut Purwanto (1984), Indeks sensitivitas bagi keberhasilan pembelajaran (sensitivity of instructional effect) (S) dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
S=
30
Ra − Rb T
Keterangan : S : Indeks Sensitivitas butir soal Ra : Jumlah siswa yang menjawab benar suatu butir soal sesudah proses pembelajaran Rb : Jumlah siswa yang menjawab benar suatu butir soal sebelum proses pembelajaran. T : Jumlah siswa yang mengikuti tes. Menurut Gronlund (Yusuf, 2003) Indeks butir yang efektif terdapat di antara 0,00 dan 1,00 dan nilai positif yang lebih besar menyatakan butir soal yang lebih besar kepekaannya terhadap efek-efek pembelajaran. Butir soal yang mempunyai sensitivitsas ≥ 0.40 maka butir soal tersebut peka terhadap efek-efek pembelajaran. Sehingga dalam penelitian ini, butir soal yang dianggap layak digunakan untuk menilai hasil belajar siswa pada aspek kognitif adalah butir soal yang mempunyai sensitivitas ≥ 0.40. Reliabilitas instrumen pengamatan akan dihitung dengan teknik interobserver agreement. Menurut Borich (Yusuf, 2003) rumus yang digunakan untuk menghitung reliabilitas adalah:
Percent agreement (R) = 1 −
A−B X 100% A+B
Keterangan: A : Frekuensi aspek tingkah-laku yang teramati oleh pengamat dengan memberikan frekuensi tinggi. B : Frekuensi aspek tingkah-laku yang teramati oleh pengamat lain dengan memberikan frekuensi rendah Untuk tingkat ketercapaian (TK) atau tingkat penguasaan belajar biologi siswa setelah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, dapat dilihat tes hasil belajar siswa sebagai standar ketuntasan belajar. Ketuntasan belajar siswa yang
31
dimaksudkan adalah ketuntasan belajar secara individu dan klasikal. Berdasarkan KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) secara individu, siswa dikatakan tuntas dalam belajar apabila siswa memperoleh nilai ≥ 60. Sedangkan ketuntasan belajar secara klasikal apabila 85% dari seluruh tujuan pembelajaran khusus mencapai tuntas belajar. Rumus yang digunakan untuk menentukan ketuntasan individu, adalah: Ketuntasan
Individu
=
Jumlah
soal dijawab jumlah soal
benar
X 100
Rumus yang digunakan untuk menentukan persentase ketuntasan klasikal, adalah: Ketuntasan
4)
Klasikal
=
Jumlah siswa yang tuntas Jumlah seluruh siswa
X 100 %
Respons Guru digunakan untuk mengetahui pendapat guru terhadap penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw yang dianalisis secara deskriptif.
DAFTAR PUSTAKA
32
Aqib, Z. (2006). Penelitian Tindakan Kelas Bagi Pengembangan Profesi Guru. Bandung: Yrama Widya. Baskoro. (2006). Meningkatkan Keterampilan Berkomunikasi Dan Berpikir Kritis Konsep Ekologi Siswa MA NW Pancor Melalui Model Inkuiri Dalam Kelompok Kooperatif. Pancor Selong Lombok Timur NTB Chabibah, U. (2006). Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model Jigsaw Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Geografi [Versi elektronik]. Jurnal Pendidikan Inovatif, Volume 1 (2);24-26. Dimyati & Mudjiono. (2002). Belajar Dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Hamalik, O. (2001). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara. Handayani, S. (2006). Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif Dan Lembar Kerja Siswa Untuk Meningkatkan Kemampuan Siswa Dalam Menemukan Hubungan Antara Kuat Arus Dengan Beda Potensial Dan Hambatan [Versi elektronik]. Jurnal Pendidikan Inovatif Volume 1 (2); 27-30. Ibrahim, M. dan Nur, M. (2000). Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: Unesa, University Press. Jayantri, M. (2007). Penggunaan Pendekatan Lingkungan Dengan Model Kooperatif Tipe Jigsaw Pada Materi Ekosistem Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas Xb Di SMAN 1 Bukit Batu Tahun Ajaran 2006/2007. Skripsi, Tidak diterbitkan, Universitas Palangkaraya. Koentjaraningrat. (2007). Metode-Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: Gramedia Pustaka Ilmu. Pannen, P. (2001). Konstruktivisme Dalam Pembelajaran. Jakarta: Pengembangan UT Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional. Purwanto, N. (1984). Prinsip-Prinsip Dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya. Saktiyono. (2004). IPA Biologi SMP dan MTs Jilid 2. Jakarta: Esis. Sholehah, Z. (2004). Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Biologi Pada Konsep Keanekaragaman Tumbuhan Di Kelas 1 MTs Islamiah Palangkaraya Tahun Ajaran 2004/2005. Proposal Skripsi, Tidak diterbitkan, Universitas Palangkaraya. Sudjana, N. (1998). Penilaian Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.
33
Sudjana, N. (1989). Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo. Sumarwan, Sumartini, Kusmayadi, Sulastri, Priambodo. (2007). Ilmu Pengetahuan Alam Jilid 2A Kelas VIII Semester I. Jakarta: Erlangga. Syamsuri, Sulisetijono, Ibrohim, Rahayu. (2007). IPA Biologi Jilid 2 Untuk Kelas VIII SMP. Jakarta: Erlangga. Tinduh, E. (2008). Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achievement Division) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Biologi Pada Materi Pembelajaran Sistem Peredaran Darah Pada Manusia Di Kelas XI IPA SMA Kristen Palangka Raya Tahun Ajaran 2008/2009. Skripsi, Tidak diterbitkan, Universitas Palangkaraya. Tjitrosoepomo, G. (2001). Morfologi Tumbuhan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Tim Penyusun. (2007). Pedoman Penulisan Skripsi. Palangkaraya: FKIP, UNPAR. Usman, U. (1995). Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya. Wardhani, Wihardit, Nasoetion. (2007). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Universitas Terbuka.
34