Preparasi dan Aplikasi GIC
A. Pengertian Glass ionomer cement (GIC) atau biasa disebut semen ionomer kaca merupakan bahan yang paling akhir berkembang dan mempunyai perlekatan yang baik. Semen ini melekat pada enamel dan dentin melalui ikatan kimia.3 Semen ionomer kaca terdiri dari campuran bubuk dan cairan yang kemudian dicampur dengan air. Bubuk semen ionomer kaca adalah kaca aluminosilikat dan cairannya adalah larutan dari asam poliakrilik.3
Semen ionomer kaca berdasar penggunaannya tediri dari:5
Tipe I sebagai bahan luting cement (semen perekat)
Tipe II sebagai bahan restorative cement (bahan tumpatan).
Tipe III sebagai bahan lining (basis atau pelapis).
Semen ionomer kaca tipe II secara umum mempunyai sifat lebih keras dan kuat dibandingkan tipe I, karena mempunyai rasio powder terhadap liquid lebih tinggi. Material ini amat berguna dalam merawat pasien gigi anak yang mempunyairisiko karies tinggi karena melepas fluor dan estetik dapat diterima, juga unt uk restorasi kelas III dan V pada dewasa. d ewasa. Sifat semen ionomer kaca adalah cukup keras,tetapi rapuh, kekuatan tekan relatif tinggi, tetapi daya tahan terhadap fraktur dan keausan rendah, sehingga tidak digunakan untuk merestorasi gigi dengan beban besar. Daya tahan yang rendah terhadap keausan, dipengaruhi oleh sifat kekerasan permukaan. Semen ionomer kaca berkembang sejalan dengan waktu, dengan penambahan partikel logam pada powder untuk memperbaiki sifat mekanik, penggantian sebagian komponen kompo nen agar dapat dikeraskan d ikeraskan dengan deng an penyinaran pen yinaran dan banyak lagi l agi modifikasi yang dipakai dip akai untuk memperbaiki sifat ionomer kaca. Semenionomer kaca yang tidak dimodifikasi disebut semen ionomer kaca konvensional. Kemasan semen ionomer kaca konvensional terdiri dari powder dan liquid. Powder ionomer kaca adalah kaca kalsium fluoroaluminosilikat yang larut dalam liquid asam.Kandungan powder ionomer kaca komersial adalah silica (SiO2), alumina (Al2O3), aluminium fluorida (AlF3),
kalsium fluorida (CaF2), natrium fluorida (NaF),aluminium fosfat (AlPO4). Material dasar ini digabung sehingga membentuk kaca yang seragam dengan cara memanaskan sampai suhu 1100±1500° C. Lantanum,sronsium, barium, atau oksida seng ditambahkan untuk mendapatkan sifat radiopak .Kemudian kaca digerus menjadi powder dengan ukuran partikel berkisar antara 15±50μm. Perbedaan kegunaan material semen ionomer kaca, terletak pada ukuran partikelnya. Material untuk restorasi mempunyai ukuran partikel maksimum 50 μm, sedang ukuran partikel untuk material perekat atau pelapis di bawah 20 μm.
B. Desain Preparasi
1. Klas I Klas I ini berada pada bagian oklusal gigi posterior yaitu pada pits dan fissure, dari gigi premolar (geraham kecil) dan gigi molar (geraham besar). Sedangkan pada gigi anterior karies Klas I ini terdapat di foramen caecum.1 Sebelum memasang isolator karet, perhatikan semua lokasi kontak oklusal dengan menggunaka kertas artikulasi dan tempatkan varnish di atasnya sehingga nanti setelah isolator karet dibuka masih terlihat..Outline dibuat hanya sebatas karies untuk tekanan oklusal ke tambalan tersebut.
Klas II Karies pada Klas II ini terdapat pada bagian approximal dari gigi premolar atau molar dan biasanya karies meluas sampai ke bagian oklusal.1 Hickel dan Manhart melaporkan tingkat keberhasilan GIC berviskositas-tinggi sebesar 94% selama satu tahun dan 72% selama dua tahun. Frankenberger dkk menganjurkan penggunaan GIC berviskositas-tinggi untuk restorasi kelas II pada molar-molar primer 2
Klas III Klas III adalah Karies yang terdapat pada permukaan proximal dari gigi-geligi depan dan belum mengenai incisal edge.1 Dinding aksial terletak 0,5 mm dari email ke dalam dan variasi dari ini akan ditentukan kedalaman dan perluasan karies. Selagi masih mungkin, dinding aksial diletakkan pada kedalaman ideal, dan setiap penetrasi karies di bawah daerah ini disingkirkan tanpa melibatkan seluruh dinding aksial. Biasanya tidak ada kontak pada gingival dengan gigi tetangga yang mempermudah prosedur restorasi ini
Klas V Klas V adalah Karies yang terdapat pada 1/3 cervical dari permukaan buccal/labial atau lingual palatinal dari seluruh gigi-geligi.1 Bentuk ragangan restorasi klas V tidaklah seragam, tetapi bervariasi tergantung karies seragam, tetapi bervariasi tergantung karies atau tingkat dekalsifikasi yang terjadi. Bila jaringan yang rusak telah disingkirkan dan tepinya berada pada email yang baik ragangan biasanya persegi panjang sudut membulat, ovoid atau berbentuk ginjal..Retensi dibuat pada oklusal, dan dinding gingival di pertautan dengan dinding aksial.gingival Tidak boleh ada undercut pada dinding mesial dan distal. Kedalaman retensi dibentuk menggunakan diameter bur, dan tidak melebihi diameter bur bahkan dalam beberapa hal malah bias kurang.
Preparasi Kavitas Restorasi estetik : 1. Bentuk preparasi kavitas umumnya sama 2. Tanpa membuat preparasi kavitas yang formal
Teknik (secara umum ): 1. Semua jaringan karies harus dibuang. 2. Preparasi membuang jaringan email yang rapuh akibat dekalsifikasi. 3. Preparasi harus memudahkan penempatan bahan dan peyelesaiannya 4. Lap. Kerja harus kering bahan restorasi amat rentan terhadap keadaan lembab 5. Pemasangan isolator karet sebagai bagian dari prosedur perawatan 6. Tidak dilakukan pembuatan BEVEL
Manipulasi dan Aplikasi 1. Isolasi daerah kerja (pemasangan isolator karet)
2. Pengadonan dengan kertas disposable atau glass slab. Spatula agate (plastic) lebih baik digunakan dari pada spatula logam untuk mengurangi kontaminasi campuran semen dengan logam yang terkikis 3. Permukaan gigi dibersihkan dari plak, debris dan gan pasta profilaksis non fluor 4. Kavitas diolesi dengan “dentin conditioner” asam poliakrilik 25%
selama 10 detik.
Kemudian disemprot dengan air selam 30 detik dan dikeringkan. Tujuannya adalah untuk membantu pembersihan dan membuang “smear layer” yang dapat menyebabkan tertutupnya tubulus dentin.
5. Perbandingan bubuk : cairan adalah 3:1 (sesuai dengan instruksi pabrik). Bibik dan cairan dicampur dengan cepat dengan gerakan melipat. Pengadukan harus selesai dalam waktu 40 detik. 6. Konsistensi adonan terlihat kental dan permukaannya mengkilap. Asam poliakrilat masih basah dan dapat melekat pada struktur gigi. 7. Semen dimasukkan ke kavitas dengan sonde atau eskavator. Selama peletakan dan membentuk bahan adonan dalam kavitas, instrument diberi bubuk kering, supaya semen tidak melekat ke instrument 8. Kelebihan semen dibuang dengan menggunakan instrument plastis sambil membentuk kontur yang diinginkan. Hal ini dilakukan secara cepat dilakukan ketika permukaan masih basah untuk mencegah kerusakan bila semen mulai mengerah. 9. Selapis tipis vernish diaplikasikan atau bonding dentin yang diaktifkan sinar ditempatkan dipermukaan semen dan tumpuan jangan diganggu selama 8-15 menit terjadi pengerasan awal.
Varnis merupakan larutan resin, shellac, copal, sandarac, dan medikamen lain dalam pelarut yang mudah menguap seperti eter atau alkohol. Pada penguapannya, varnis membentuk lapisan tipis yang lengket atau film yang merupakan barier terhadap efek berbahaya dari cairan atau bahan pengiritasi.Varnis yang diaplikasikan di atas permukaan SIK bertujuan untuk mencegah kontaminasi air dan saliva selama 24 jam pertama setelah penempatan tumpatan SIK di dalam kavitas. Selain itu, varnis juga digunakan untuk melindungi SIK yang belum mengeras secara sempurna dari pengeringan akibat perubahan mekanisme hilangnya air.
Lapisan pelindung dapat pula diperoleh dengan mengunakan resin bonding agent yang diaktifkan sinar. Resin bonding agent merupakan material resin yang digunakan untuk membuat bahan tambal komposit menempel untuk berikatan baik ke dentin maupun ke email. Bonding agent ini memiliki viskositas yang sangat rendah. Viskositas yang rendah akan memberikan adaptasi yang lebih baik antara resin dan permukaan semen, sehingga terbentuk lapisan yang lebih baik.Komposisi bonding agent yang digunakan sebagai bahan pelindung SIK antara lain silika sebagai filler, BisGMA, HEMA, dimetakrilat, etanol, air, novel photoinitiator system, dan kopolimer fungsional metakrilat dari asam poliakrilik dan poliitakonik.4
10. Pembentukan kontur awal dengan bilah bard-parker dapat mengukir restorasi dengan mudah 11. Kemudian disk dari kasar sampai halus untuk mempertajam kontur dan mendapat permukaan sehalus mungkin . disk yang digunakan harus dalam keadaan basah , pemakaian disk kasar harus hati-hati karena dapat mengikis bahan restorasi yang masih lunak. 12. Keringkan permukaan dan ulasi dengan selapis tipis varnish atau bond yang diaktifkan sinar sebagai pelindung untuk beberapa jam.
Finishing dan Polishing 1. Haluskan permukaan dengan menggunakan slowly rotating bur steel tanpa menggunakan semprotan air atau udara
2. Periksa bagian gingival margin agar tidak ada sealant yang berlebih 3. Evaluasi tumpatan setelah satu minggu , haluskan kembali apabila diperlukan 4. Glass ionomer konvensional idealnya memerlukan waktu 24 jam untuk polimerisasi 5. Setelah batas waktu tersebut, baru dilakukan countering dan finishing 6. Apabila menggunakn resin modified light cure glass ionomer, maka countering dan finishing dapat dilakukan setelah penyinaran. Untuk mencega dehidrasi gunakan petroleum lubricant ketika melakukan proses countering dan finishing 7. Tekan tambalan dengan matriks yang sesuai kontur gigi, kemudian oleskan cocoa butter atau varnish diatas tambalan biarkan 1-3 menit.
Prosedur finishing yang tepat : 1. Tekstur permukaan yang halus yang akan memantulkan cahaya dengan cara yang sama pada enamel gigi yang berdekatan 2. Kontur atau bentuk suatu restorasi secara psikologis cocok untuk menyangga jaringan 3. Hubungan oklusi yang memperkecil penggunaan stress dalam semua fungsi pergerakan mandibula 4. Ketepatan batas adptasi dari resin pada batas cavosurface 5. Bentuk umum yang serasi dengan bentuk gigi sehingga meningkatkan estetis.
Daftar pustaka
1. Tarigan, Rasinta. Karies Gigi. Hipkrates. 2.
Judul Asli
: A One Year Clinical Evaluation of a High-Viscosity Glass Ionomer Cement
in Primary Molars Penulis : Yucel Yilmaz, Ozge Eyuboglu, Mutlu Elcin Kocogullaru, Nihal Belduz
Alih Bahasa
: Masdin (http://linguist.co.nr)
Tahun
: 2006
Sumber
: The
Journal of Contemporary Dental Practice, Vol.7, No.1, Page 071. 3. Asti Meizarini dan Irmawati. Kekerasan Permukaan Semen Ionomer Kaca Konvensional Tipe II Akibat Lama Penyimpanan. Bagian Ilmu Material dan Teknologi Kedokteran Gigi Bagian Ilmu Kedokteran Gigi Anak Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga 4. Mc Lean J. W. 1985. The Use of Glass-Ionomer Cements in Bonding Composite Resins to Dentine. Brazilian Dental Journal . 158: 410.
5. Anusavice, Kenneth j. 2003. Philips, Buku Ajar Ilmu Bahan Kedokteran Gigi.Jakarta : EGC