BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar belakang Tomcat merupakan sebutan untuk nama serangga penyebab peradangan kulit atau Dermatitis Paederus. Di Malaysia dikenal dengan istilah bukan Tomcat tetapi Charlee, semut semai atau semut kayap. Dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah Rove beetle, atau Kumbang jelajah atau kumbang pengembara. Dermatitis ini merupakan bentuk reaksi alergi akibat kontak dengan kumbang atau ordo Coleoptera, famili Staphylinidae, genus Paederus yang keberadaanya umum di seluruh dunia, khususnya banyak ditemukan di daerah tropis. Kumbang ini sesungguhnya tergolong serangga berguna karena berperan sebagai predator aktif pada beberapa serangga pengganggu tanaman padi, seperti wereng batang coklat, wereng punggung putih, wereng zigzag, wereng hijau dan hama kedelai yang banyak terdapat di iklim tropis.1,2 Penyakit ini ditandai dengan adanya vesikel, bula dan kadang-kadang pustul kecil di atas kulit eritematous, terjadi secara tiba-tiba dengan menimbulkan rasa menyengat, dan sensasi terbakar.3,6 Dengan pengobatan yang tepat, Paederus dermatitis akan sembuh dalam waktu 2 hingga 3 minggu dengan meninggalkan bekas kulit yang kehitaman dan akan memudar dalam beberapa bulan. Paederus dermatitis tidak akan menimbulkan scar atau bopeng bila tidak terjadi infeksi sekunder akibat terapi yang salah.6
1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
DEFINISI Dermatitis paederus yang dikenal juga sebagai dermatitis linearis atau dermatitis kumbang adalah dermatitis kontak iritan yang ditandai dengan kulit eritematosa disertai lesi bula dengan onset mendadak pada daerah tubuh.2
2.2
SINONIM Dermatitis Liniearis, Blister Beetle Dermatitis.2
2.3
ETIOLOGI Penyebab dari penyakit ini adalah serangga yang memiliki genus paederus (tomcat). Kumbang ini dikenal dengan nama semut semai, semut kayap (rove beatle). Umum ditemukan diseluruh dunia, khususnya daerah tropis.5,6 Kumbang dewasa berpindah dari habitatnya dengan berjalan di permukaan tanah atau melalui tajuk tanaman. Pada malam hari ia tertarik pada lampu pijar dan neon, dan sebagai akibatnya, secara tidak sengaja bersentuhan dengan kehidupan manusia. Kumbang ini akan menjadi penggganggu utama ketika jendela atau pintu bangunan rumah dibiarkan terbuka.4
2
2.4
PATOGENESIS Kumbang ini tidak menggigit maupun menyengat. Racun dikeluarkan saat kumbang tergencet atau tidak sengaja tertekan. Paparan secara langsung maupun tidak langsung (penyebaran toksin melalui tangan atau handuk, baju, atau alat lain yang tercemar oleh racun serangga tersebut) terhadap racun dapat menyebabkan iritasi pada kulit atau mata.2,3 Darah kumbang (hemolimf) mengandung racun hewan yang berbahaya yang disebut pederin (C24H43O9N), yang toksisitasnya 12 kali lebih tinggi dibandingkan dengan racun kobra. Dalam bentuk kering masih bersifat toksin hingga 8 tahun. Respon inflamasi pada kulit akibat paparan toksin tersebut mengaktifkan mediator inflamasi tanpa keretlibatan sel T memori ataupun immunoglobulin spesifik. Terjadi pelepasam sitokinin terutama berasal dari keratinosit yang menimbulkan sensasi / rasa panas pada regio kulit yang terkena diikuti oleh plak eritematosa dengan lesi yang melepuh yang muncul 12-36 jam berikutnya. Lesi akan mengering menjadi krusta. Dalam waktu seminggu. Respon hipersensitifitas Ig E- mediated sistemik sangat jarang terjadi.5,6
2.5
GEJALA KLINIS Kulit yang terkena (biasanya daerah kulit yang terbuka) dalam waktu singkat akan terasa panas. Setelah 24-48 jam akan muncul gelembung pada kulit dengan sekitar berwarna merah (erythemato-bullous lession) yang menyerupai lesi akibat terkena air panas atau luka bakar.3,6 Segera
setelah
terkena
Paederin,
reaksi
pertama
pada
kulit
adalah
timbul Kemerahan yang disertai sensasiPanas dan Nyeri ringan. Kadang diikuti gatal.3,6 Setelah beberapa saat, biasanya dalam 12 jam, jaringan kulit akan mulai mati karena Iritasi Asam Paederin (Nekrolisis).3,6
3
Lokasinya bisa terjadi pada kepala dan leher, ektremitas atas, dada, dan ektremitas bawah.7
2.6
GAMBARAN KLINIS Kelainan kulit dapat berupa kulit melepuh, kulit kemerahan, di atasnya terdapat vesikel papul pustule, polimorf, multipel, tersebar tergantung penyebaran racun. Dapat pula terjadi kondisi kissing lesion yaitu sepasang lesi kulit yang sama yang terjadi akibat lesi kulit pertama menempel pada kulit yang lain terjadi.3,6
(Gambar 2.1 Dermatitis Paederus Pada siku lengan )
4
(Gambar 2.2 Dermatitis Pada Wajah Bagian Mata Sebelah Kanan )
(Gambar 2.3 Dermatitis Paederus Pada Lengan Bawah )
5
2.7
DIAGNOSIS BANDING 1. Herpes Simplek 2. Herpes Zoster
2.8
PENATALAKSANAAN Apabila tubuh Paederus terlanjur hancur karena tertepuk/terpencet, baik sengaja maupun tidak sebaiknya melakukan hal di bawah ini, yaitu3,6: 1.
Segera cuci tangan dan bagian yang terkena cairan paederin dengan air mengalir dan sabun. sabun bersifat basa, tentunya akan menggumpalkan paederin yang bersifat asam. sehingga mengurangi kadar iritasinya. diamkan sabun selama beberapa menit sebelum membilasnya, supaya lebih banyak paederin yang terikat oleh sabun. air yang mengalir tentunya membuang sisa-sisa paederin, baik yang telah terikat dengan sabun maupun yang belum.
2.
Hindari mencuci di air yang tergenang, dalam baskom atau gayung misalnya. karena paederin tidak kemana-mana, melainkan justru akan menyebar ke seluruh tangan
3.
Dalam kondisi sangat darurat, tidak ada air atau sabun. bisa menggunakan air ludah sebagai pencegahan pertama. Ludah kita bersifat basa lemah. meski tidak sekuat sabun, paling tidak bisa mengurangi efek paederin. Tetap dibasahi dengan Ludah sampai kita menemukan Air Mengalir & Sabun.
4.
Jangan menggosok atau mengusap bekas paederin. Jangan dipegang-pegang, karena akan menempel dan menyebar ke area kulit yang lain.
5.
Jika terpencet oleh buku ketika Paederus berada di lantai sebaiknya segera bersihkan cairan paederin yg terdapat di lantai dengan air sabun. aangan dibiarkan.
6
Karena paederin sangat kental dan lambat menguap, jika terinjak akan mengiritasi telapak kaki. 6.
Segera cuci dengan air mengalir dan sabun pada kulit yang bersentuhan dengan serangga tersebut.
7.
Berikan pengobatan sebagaimana penanganan pada kasus dermatitis contact irritant, contohnya pemberian krim kortikosteroid.
8.
Apabila sudah timbul lesi seperti luka bakar, segera kompres kulit dengan cairan antiseptik dingin.
9.
Apabila lesi sudah pecah, dapat diberi krim antibiotik dengan kombinasi steroid ringan.
10. Ingatkan kepada pasien agar jangan menggaruk luka. Taburi luka dengan bedak
sehingga tidak terjadi infeksi sekunder. 11. Beri antihistamin dan analgesik oral untuk simptomatis 12. Berikan berbagai jenis salep yang mengandung hidrokortison atau antibiotik,
langsung ke atas permukaan kulit, atau kalau sangat parah maka perlu konsultasi dengan dokter kulit. Tidak perlu panik, karena luka tersebut dalam waktu kurang lebih dua minggu akan sembuh.
7
BAB III KESIMPULAN
Dermatitis paederus disebakan oleh teriritasi kulit karena racun pederin yang terdapat pada cairan hemolymph (cairan yang berfungsi seperti sirkulasi darah pada hewan arthropoda) serangga betina Paederus.1 Bila kulit berkontak dengan paederin, reaksi iritasi tidak langsung terjadi. Dalam waktu 12 sampai 36 jam kemudian, kulit menjadi merah, timbul vesikel, bula, dan secara perlahan kulit melepuh. Keluhan yang dirasakan oleh penderita ialah rasa menyengat dan sensasi terbakar pada lesi.3,6 Untuk meminimalkan lesi paederus dermatitis, ada beberapa saran yang berguna6: 1.
Bila kulit kita berkontak dengan serangga Paederus, segera usir serangga tersebut tanpa melukai tubuhnya untuk mencegah supaya racun paederin tidak keluar dari tubuhnya.
2.
Segera setelah kontak dengan serangga Paederus, bilas kulit yang berkontak tersebut dengan air sebanyak- banyaknya dan sabun. Tujuannya adalah membilas racun paederin dan mengurangi kontak dengan kulit sehingga reaksi iritasi bisa diminimalkan.
3.
Segera ke dokter untuk mencari pengobatan yang sesuai bila muncul reaksi iritasi akibat racun paederin. Dengan pengobatan yang tepat, Paederus dermatitis akan sembuh dalam waktu 2
hingga 3 minggu dengan meninggalkan bekas kulit yang kehitaman dan akan memudar dalam beberapa bulan. Paederus dermatitis tidak akan menimbulkan scar atau bopeng bila tidak terjadi infeksi sekunder akibat terapi yang salah.6
8
DAFTAR PUSTAKA
1. Anonim, 2012. Tomcat Hexapoda. http://biologi-gonzaga.blogsopt.com./. Diakses pada tanggal 11 April 2012, pukul 20.25 WITA. Makassar 2. Anonim, 2012. Panduan Pencegahan dan Pengendalian Kumbang Paederus. blogsehat.blogsopt.com./. Diakses pada tanggal 11 April 2012, pukul 20.30 WITA. Makassar 3. Armstrong, R, K dan Winfield J, L., 1969. Paederus fuscipes dermatitis: an epidemic on Okinawa. The American Journal of Tropical Medicine and Hygiene. 18:147–150. 4. Mullen, G. dan Durden L, 2009. Medical and Veterinary Entomology. 2nd ed. London, UK: Academic Press; Beetles (Coleoptera) p. 102. 5. Upik, 2012. Fenomena Tomcat atau Dermatitis Paederus. http:// upikke.blogsopt.com./. Diakses pada tanggal 11 April 2012, pukul 20.40 WITA. Makassar 6. Rahman, S., 2006. Paederus dermatitis In Sierra Leone. Dermatol Online J. 12:9. 7. Uslular, C dan Kavukcu H., 2002. An epidemicity of Paederus species in the Cukurova region. Cutis ; 69:277–279.
9