MAKALAH PELAYANAN FARMASI DI KOMUNITAS
SWAMEDIKASI DEMAM PADA BALITA
Aries Mulyawan-148115075 Astuti Malyawati Soesanto-148115076 Baktiman Ande-148115077 Chandra Dewa Nata-148115078 Christiana Destia Anggraeni 148115079
PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2014
A. Pengertian Demam
Demam adalah kondisi temperatur tubuh mengalami kenaikan dari temperatur normal sebagai akibat dari peningkatan pusat pengatur suhu di hipotalamus yang dipengaruhi oleh interleukin-1 (IL-1) (Guyton, 1997). Demam merupakan respon alami tubuh melawan infeksi yang masuk kedalam tubuh. Dalam banyak hal, demam merupakan respon yang sangat berguna dan menolong tubuh dalam memerangi infeksi. o
Demam pada umumnya tidak berbahaya, kecuali bila suhu mencapai >41,1 C. menurut o
o
Darmawandoyo batas kenaikan suhu adalah 37,8 C bila diukur secara oral atau 38,4 C o
secara aksial (Darmowandoyo, 2002). Temperatur normal pada anak yaitu 35 C hingga o
37,5 C ketika diukur secara oral. B. Gejala Demam o
1. Suhu tubuh meninggi >38 C 2. Wajah sangat pucat 3. Timbul rasa dingin dan merinding yang tidak normal 4. Menggigil 5. Kulit panas dan memerah 6. Rasa sakit diseluruh tubuh 7. Nyeri otot 8. Berkeringat yang tidak normal 9. Sakit pada bagian kepala 10. Kehilangan nafsu makan Apabila demam
o
o
tinggi antara 39,4 C sampai 41,1 C dapat menimbulkan
gejala: 1. Halusinasi 2. Kebingungan 3. Kejang 4. Dehidrasi
1
C. Penyebab Demam
Demam terjadi ketika pembuluh darah disekitar hipotalamus terkena pirogen eksogen tertentu (seperti bakteri) atau pirogen endogen ( Interleukin-1, interleukin-6, tumor necrosis factor ) sebagai penyebab demam, maka metabolit asam arakidonat dilepaskan dari endotel sel jaringan pembuluh darah, metabolit tersebut akan melintasi barier darah-otak dan menyebar ke dalam pusat pengaturan suhu di hipotalamus, yang kemudian memberikan respon dengan meningkatkan suhu. Secara umum, berdasarkan penyebabnya demam digolongkan menjadi 2, yaitu: 1. Demam infeksi Demam infeksi terjadi akibat masuknya mikroorganisme tertentu kedalam tubuh. Dalam hal ini demam menjadi penanda bahwa tubuh sedang melakukan perlawanan terhadap agen-agen tersebut. Berbagai penyakit yang disebabkan oleh infeksi mikroorganisme yang kerap disertai demam, antara lain adanya infeksi saluran pernafasan bagian atas, infeksi saluran kemih, infeksi sinus, Infeksi parasit plasmodium (malaria), infeksi oleh virus demam berdarah, infeksi virus influenza (Djunarko dan Hendrawati, 2011). 2. Demam non-infeksi Demam non-infeksi merupakan demam yang bukan disebabkan oleh masuknya mikroorganisme kedalam tubuh. Faktor penyebabnya antara lain, stress psikologis, kelelahan, dehidrasi, faktor lingkungan (lingkungan yang panas, terutama pada bayi atau balita dapat menyebabkan demam), tumbuh gigi pada balita, efek samping dari imunisasi, radang, dan lain-lain (Djunarko dan Hend rawati, 2011). D. Penanganan Tanpa Obat
1. Penderita demam disarankan untuk banyak minum air putih yang tidak dingin untuk menghindari dehidrasi. Air akan membantu tubuh untuk menyesuaikan temperatur yang meningkat. 2. Menggunakan kompres, biasanya kompres diberikan setelah pemberian antipiretik untuk memastikan penurunan suhu oleh pusat pengatur suhu dihipotalamus. Penggunaan kompres dingin atau es dan alkohol merupakan kontraindikasi sehingga 2
akan menginduksi menggigil yang hebat sehingga metabolism makin tinggi dan penderita merasa sangat tidak enak. Alkohol dapat diabsorbsi melalui kulit dan pernapasan sehingga dapat menyebabkan toksisitas. Kompres yang dianjurkan adalah kompres hangat, pada saat air menguap akan terjadi penurunan demam (Potter, 2005). 3. Pasien harus tidur dan istirahat yang cukup serta perlunya memperhatikan aliran udara dalam ruangan. Pasien menggunakan pakaian yang ringan dan tidak tebal sehingga panas dapat keluar lewat kulit, pakaian yang tebal akan menaikan suhu tubuh. 4. Menjaga kenyamanan pasien seperti pengaturan suhu ruang yang tidak terlalu panas dan berventilasi baik, biarkan pasien memakan makanan yang diinginkan namun tidak boleh makanan berlemak. E. Penanganan Dengan Obat 1. Parasetamol
a) Indikasi
: Sebagai analgesik dan antipiretik
b) Kontraindikasi : hipersensitif terhadap parasetamol, penderita gangguan hati c) Efek samping : d) Bentuk sediaan dan cara penggunaan : dosis dapat diberikan 4-6 jam, maksimal pemberian 5 kali sehari
Berat (kg)
2,5-5,4 5,5-7,9 8-10,9 11-15,9 16-21,9
Dosis tunggal (mg) 40 mg 80 mg 120 mg 160 mg 200 mg
Drop parasetamol (80mg/mL) 0,5 drop (0,5 mL) 1 drop (1 mL) 1,5 drop (1,5 mL) 2 drop (2 mL) -
Sirup parasetamol (160 mg/5mL)
Tablet kunyah (80 mg/tablet)
Tablet kunyah (160 mg/tablet)
Supositoria 120 mg
Supositoria 325 mg
-
-
-
-
-
-
-
-
1 suppo
-
-
1,5 tablet
-
1,5 suppo
-
2 tablet
1 tablet
2 suppo
-
3 tablet
1,5 tablet
-
1 suppo
1 sendok teh (5 mL) 1,5 sendok teh (7,5 mL)
(Saskatchewan, 2012) 3
2. Ibuprofen
a) Indikasi
: analgetik, antipiretik, anti inflamasi
b) Kontraindikasi
: hipersensitive terhadap obat NSAID, ibu hamil di trisemester akhir, pasien dengan riwayat gagal ginjal, jantung, hati, luka lambung
c) Efek samping
: mual, perut kembung dan perdarahan, anemia, agranulositosis
d) Bentuk sediaan
dan aturan pakai :
Berat badan (kg) 5-9,5
10-14,5
Drop ibuprofen ¼ sendok teh (1,25 mL) ½ sendok teh (2,5 mL)
Sirup
Tablet kunyah
Tablet
1 sendok teh = 100 mg/5 mL
1 tablet = 100 mg
1 tablet = 200 mg
½ sendok teh (2,5 mL)
½ tablet
1 sendok teh (5mL)
1 tablet
15-19,5
-
1½ sendok teh (7,5 mL)
1½ tablet
20-24,5
-
2 sendok teh (10 mL)
2 tablet
25-29,5
-
2 ½ sendok teh (12,5 mL)
2½ tablet
30-34,5
-
3 sendok teh (15 mL)
3 tablet
1½ tablet
35-39,5
-
4 sendok teh (20 mL)
4 tablet
2 tablet
1 tablet
(Saskatchewan, 2012) 3. Aspirin
a) Indikasi
: analgetik, antipiretik, anti inflamasi
b) Kontraindikasi
: hipersensitive terhadap aspirin, salisilat, dan golongan NSAID, nasal polip dengan asma, pasien dengan tukak lambung, gangguan pencernaan, pasien dengan kerusakan hati, ginjal, dan gagal
jantung,
pasien
mengalami
pendarahan,
penderita
hemophilia. c) Efek samping
: mual, sakit kepala, nyeri ulu hati, iritasi lambung, muntahmuntah.
d) Bentuk sediaan
: tablet
4
e) Aturan pakai
: dosis dewasa : -
350-650 mg tiap 4 jam untuk pengobatan nyeri dan dan sakit ringan
-
500-1000 mg tiap 4-6 jam maksimal 4 g/24 jam untuk sakit dan nyeri parah
-
75-325 mg per hari secara terus menerus untuk mengobati Ischemic pectoris, dan chronic stable angina pectoris
Tidak direkomendasikan untuk penggunaan pada anak-anak. (FDA, 1998) F. Studi Kasus
Seorang anak (Tono) berusia 14 bulan (10 kg) mengalami demam dengan suhu tubuh yang o
berkisar antara 36-39 C selama 2 hari. Tono tidak mengalami kejang dan berdasarkan keterangan dari ibunya, Tono mempunyai alergi terhadap antibiotik. Selama demam, ibu tersebut telah memberikan penanganan berupa pemberian minyak telon, kompres es, dan memakaikan selimut tebal dengan anggapan untuk menjaga agar Tono tidak kedinginan. Pengkritisan: Kemungkinan penyebab: 1) Infeksi mikroorganisme 2) Kelelahan Penelusuran lanjut: Setelah ditelusuri lebih lanjut, kelompok kami menduga bahwa Tono terkena demam karena situasi dan kondisi cuaca yang tidak menentu. Hal-hal yang perlu diperhatikan: o
1) Seharusnya ibu Tono tidak perlu khawatir saat rentang suhu tubuh masih antara 36-39 C karena berdasarkan sumber yang kami dapat, anak dengan usia > 6 bulan masih berada o
dalam batas normal jika suhu tubuh < 40 C dan tidak mengalami kejang. 5
2) Kompres yang diberikan seharusnya dengan menggunakan air hangat sehingga hipotalamus mendapatkan stimulus suhu hangat dan suhu tubuh dapat kembali normal. 3) Baju yang dikenakan seharusnya tidak terlalu tebal agar tidak menghalangi pelepasan panas dari dalam tubuh. Kami sebagai apoteker memberikan beberapa pilihan kepada ibu Tono: 1) Ibu Tono membeli parasetamol drop sebagai obat penurun panas dan digunakan hanya o
selama Tono mengalami panas lebih dari 38 C. Namun, jika setelah pemberian obat Tono menunjukkan reaksi alergi seperti sesak nafas, kulit kemerahan, dan bengkak, ibu Tono harus segera membawa Tono ke dokter.
Berat (kg)
2,5-5,4
Dosis tunggal (mg)
drop parasetamol (80mg/mL)
Sirup parasetamol (160 mg/5mL)
Tablet kunyah (80 mg/tablet)
Tablet kunyah (160 mg/tablet)
Supositoria 120 mg
Supositoria 325 mg
40 mg
0,5 drop (0,5 mL)
-
-
-
-
-
80 mg
1 drop -
-
-
1 suppo
-
-
1,5 tablet
-
1,5 suppo
-
1 sendok teh (5 mL)
2 tablet
1 tablet
2 suppo
-
1,5 sendok teh (7,5 mL)
3 tablet
1,5 tablet
-
1 suppo
5,5-7,9 (1 mL) 8-10,9
120 mg
1,5 drop (1,5 mL)
160 mg
2 drop
11-15,9 (2 mL) 16-21,9
200 mg
-
6
2) Ibu Tono kembali melakukan swamedikasi tanpa obat namun dengan tata cara yang benar (seperti yang telah dijelaskan). Namun, jika suhu tubuh Tono tidak kembali normal pada hari ketiga, ibu Tono sebaiknya membawa Tono ke dokter.
Pustaka : Darmowandoyo, W., 2002, Demam, Tanpa Kausa yang Jelas, Penerbit Bagian Kesehatan Anak FKUI, Jakarta. Data Pharm Communications Ltd, 2014, www.medicines.org.uk , diakses tanggal 28 Agustus 2014. Djunarko, I., dan Hendrawati, Y.D., 2012, Swamedikasi yang Baik dan Benar , Citra Aji Pratama, Yogyakarta, p.23. FDA, 1998, Drug Book , FDA, USA, pp.3-4. Guyton, A.C., Hall, J.E., 1997, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran , Edisi 9, EGC, Jakarta. Laboratorium Klinik Prodia, Demam, http://prodia.co.id/penyakit-dan-diagnosa/demam, diakses tanggal 27 Agustus 2014. Pujiarto, P. S., 2008, Demam Pada Anak, Majalah Kedokteran Indonesia, 58 (9). Saskatchewan, 2012, Caring for Your Children Fever , http://www.health.gov.sk.cachilds/fever , diakses tanggal 27 Agustus 2014
7