A. Menjelaskan pola-pola demam beserta contohnya
1. Demam kontinyu, 0
Ditandai oleh peningkatan suhu tubuh yang menetap dengan fluktuasi maksimal 0,4 C selama periode 24 jam. fluktuasi diurnal suhu normal biasanya tidak terjadi atau tidak signifikan. Contohnya pada penyakit : demam tifoid, malaria falciparum malignan. 2. Demam remitten, Ditandai dengan oleh penurunan suhu tiap hari tetapi tidak mencapai normal dengan fluktuasi o melebihi 0,5 C per 24 jam. Pola ini merupakan tipe demam yang paling sering ditemukan dalam praktek pediatric dan tidak spesifik untuk peyakit tertentu. Variasi diurnal biasanya terjadi, khususnya bila demam disebabkan oleh proses infeksi. Contohnya: sebagian besar penyakit yang disebabkan oleh virus dan bakteri 3. Demam intermitten Suhu kembali normal setiap hari, umumnya pada pagi hari dan puncaknya pada siang hari. Demam ini merupakan tipe demam terbanyak kedua yang ditemukan di praktek klinis. Contohnya: limfoma, endocarditis, dll. 4. Demam rekuren Merupakam demam yang timbul kembali dengan interval irregular pada satu penyakit yang melibatkan organ yang sama atau sistem organ multiple. Contohnya: Familial Mediterranean Fever 5. Demam bifasik Menunjukkan satu penyakit dengan 2 episode demam yang berbeda. Contohnya: Poliomielitis, Leptospirosis, Demam Dengue, Demam Kuning, dll. 6. Demam Periodik Ditandai oleh episode demam berulang dengan den gan interval regular atau irregular. Tiap episode diikuti satu sampai beberapa hari, beberapa minggu, atau beberapa bulan suhu normal. Contohnya: Malaria tertiana, malaria kuartana.
B. Menjelaskan tipe-tipe kejang
1. Kejang Tonik Kejang ini biasanya terdapat pada bayi baru lahir dengan berat badan rendah dengan masa kehamilan kurang dari 34 minggu dan bayi dengan komplikasi prenatal berat. Bentuk klinis
kejang ini yaitu berupa pergerakan tonik satu ekstrimitas atau pergerakan tonik umum dengan ekstensi lengan dan tungkai yang menyerupai deserebrasi atau ekstensi tungkai dan fleksi lengan bawah dengan bentuk dekortikasi. Bentuk kejang tonik yang menyerupai deserebrasi harus di bedakan dengan sikap epistotonus yang disebabkan oleh rangsang meningkat karena infeksi selaput otak atau kernikterus. 2. Kejang Klonik Kejang Klonik dapat berbentuk fokal, unilateral, bilateral dengan pemulaan fokal dan multifokal yang berpindah-pindah. Bentuk klinis kejang klonik fokal berlangsung 1 – 3 detik, terlokalisasi dengan baik, tidak disertai gangguan kesadaran dan biasanya tidak diikuti oleh fase tonik. Bentuk kejang ini dapat disebabkan oleh kontusio cerebri akibat trauma fokal pada bayi besar dan cukup bulan atau oleh ensepalopati metabolik. 3. Kejang Mioklonik Gambaran klinis yang terlihat adalah gerakan ekstensi dan fleksi lengan atau keempat anggota gerak yang berulang dan terjadinya cepat. Gerakan tersebut menyerupai reflek moro. Kejang ini merupakan pertanda kerusakan susunan saraf pusat yang luas dan hebat. Gambaran EEG pada kejang mioklonik pada bayi tidak spesifik. Berdasarkan manifestasi klinis, kejang dapat dibagi atas: 1. Kejang parsial ( fokal, lokal ) a. Kejang parsial sederhana : Kesadaran tidak terganggu, dapat mencakup satu atau lebih hal berikut ini :
Tanda – tanda motoris, kedutan pada wajah, atau salah satu sisi dan tanda atau gejala otonomik: muntah, berkeringat, muka merah, dilatasi pupil. Gejala somatosensoris atau sensoris khusus : mendengar musik, merasa seakan jatuh dari udara, parestesia.
Gejala psikis : dejavu, rasa takut, visi panoramik.
Kejang tubuh; umumnya gerakan setipa kejang sama.
b. parsial kompleks
Terdapat gangguan kesadaran, walaupun pada awalnya sebagai kejang parsial simpleks Dapat mencakup otomatisme atau gerakan otomatik : mengecap – ngecapkan bibir,mengunyah, gerakan menongkel yang berulang – ulang pada tangan dan gerakan tangan lainnya. Dapat tanpa otomatisme : tatapan terpaku
2. Kejang umum ( konvulsi atau non konvulsi )
a. Kejang absens
Gangguan kewaspadaan dan responsivitas
Ditandai dengan tatapan terpaku yang umumnya berlangsung kurang dari 15 detik
Awitan dan akhiran cepat, setelah itu kempali waspada dan konsentrasi penuh
b. Kejang mioklonik
Kedutan – kedutan involunter pada otot atau sekelompok otot yang terjadi secara mendadak. Sering terlihat pada orang sehat selaam tidur tetapi bila patologik berupa kedutan keduatn sinkron dari bahu, leher, lengan atas dan kaki.
Umumnya berlangsung kurang dari 5 detik dan terjadi dalam kelompok
Kehilangan kesadaran hanya sesaat.
c. Kejang tonik klonik
Diawali dengan kehilangan kesadaran dan saat tonik, kaku umum pada otot ekstremitas, batang tubuh dan wajah yang berlangsung kurang dari 1 menit
Dapat disertai hilangnya kontrol usus dan kandung kemih
Saat tonik diikuti klonik pada ekstrenitas atas dan bawah.
Letargi, konvulsi, dan tidur dalam fase postictal
d. Kejang atonik
Hilangnya tonus secara mendadak sehingga dapat menyebabkan kelopak mata turun, kepala menunduk,atau jatuh ke tanah. Singkat dan terjadi tanpa peringatan.