Critical Review Jurnal Internasional “Toward a Theory of International New Ventures” Posted on 26 Mei 2011 by nasyaazakhir
Resume Jurnal Adapun jurnal yang dimaksud (terlampir di halaman belakang) menjelaskan tentang meningkatnya fenomena yang penting untuk dicermati pada perusahaan multinasional. Yang ditunjukkan dengan penjelasan tentang fenomena yang menggabungkan bisnis internasional, kewirausahaan, dan manajemen strategis. Dijelaskan empat elemen pada international new ventures: 1) Formasi organisasi melalui internasionalisasi pada beberapa transaksi 2) Kepercayaan yang kuat pada penguasaan dalam hal mengakses sumberdaya 3) Pendirian lokasi di luar negeri yang menguntungkan 4) Kontrol yang berlebihan terhadap sumberdaya yang unik Introduction Study Multinational Enterprises (MNE) fokus pada besar dan matangnya organisasi. Maju pesatnya perkembangan teknologi dalam hal komunikasi dan informasi membuat berbisnis dalam arena internasional menjadi lebih mudah untuk diwujudkan, sekalipun perusahaan dengan sumber daya terbatas. Adapun para sarjana di bidang sciences menolak keberadaan intenational new ventures hingga saat ini. Riset dibidang kewirausahaan pada isu internasional sebagian besar fokus pada: 1) Dampak kebijakan publik pada perusahaan pengekspor dalam skala kecil 2) Entrepreneurs dan aktivitasnya di berbagai negara 3) Perbandingan antara perusahaan pengekspor kecil dan bukan exporters. A Definition of International New Ventures Merupakan sebuah organisasi bisnis bisnis yang, dari awal, berusaha untuk memperoleh keunggulan kompetitif yang signifikan dari penggunaan sumber daya dan penjualan output di beberapa negara.
Problem in the Application of the MNE Theory to International New Ventures Ditekankan pada skala organisasi sebagai sebuah persaingan penting yang menguntungkan pada arena internasional yang tidak tepat dengan penjelasan aktivitas bisnis multinasional untuk new ventures yang terjadi secara instant di kancah internasional. The Changing International Environment Dalam hal ini menyangkut perubahan ekonomi, teknologi dan kondisi sosial yang baru-baru saja terjadi pada sumberdaya tambahan yang ada. Perubahan dramatis dalam hal kecepatan, kualitas dan efisiensi komunikasi internasional dan transportasi yang dapat mengurangi biaya transaksi pada pertukaran multinasional. Necessary and Sufficient Elements for Sustainable International New Ventures 1) Internasionalisasi pada beberapa transaksi 2) Struktur penguasaan alternatif 3) Menggunakan kesempatan dengan berlokasi di luar negeri 4) Sumberdaya unik yang dimiliki suatu negara dan tidak ada di negara lain Types of International New Ventures Adanya jenis new ventures yang aktif berkoordinasi dalam hal transformasi sumberdaya dari berbagai belahan dunia yang kemudian nanti output memiliki nilai yang sangat tinggi ataupun exporters yang menambah nilai dengan memindahkan output dari tempat produksinya ke tempat yang memerlukan. New international market makers Geographically focused start-ups Global start-ups Conclusion Artikel pada jurnal tersebut mengindentifikasi, mendefinisikan, dan menjelaskan fenomena yang muncul pada international new ventures yang sudah ditunjukkan dengan teori terbaru MNE yang tidak menjelaskan fenomena tersebut dengan baik. Critical Review Ada beberapa alasan kenapa perusahaan melakukan ekspansi ke luar negeri: Meningkatkan Pangsa Pasar Pasar domestik terlalu kecil untuk mendukung penggunaan fasilitas manufaktur dengan skala yang efisien. Contoh: Pabrik elektronik atau kendaraan bermotor Jepang. Pengembalian investasi Proyek investasi yang besar membutuhkan pasar global agar sesuai dengan pengeluaran modal. Contoh: Pabrik pesawat terbang Boeing atau Airbus. Skala Ekonomis atau Belajar Memperluas ukuran atau cakupan pasar membantu mencapai skala ekonomis dalam manufaktur, pemasaran, R&D atau distribusi. Keuntungan Lokasi Pasar dengan biaya rendah bisa membantu dalam pengembangan keunggulan kompetitif Adapun aliansi strategis merupakan kemitraan antara perusahaan-perusahaan yang mengkombinasikan sumber daya, kapabilitas, dan kompetensi inti mereka untuk memenuhi
kepentingan bersama dalam perancangan, produksi, atau distribusi barang-barang atau jasa. Dalam hal ini venture merupakan salah satu contoh dari bentuk aliansi yang dipilih perusahaan. Jenis Aliansi Strategis 1. Joint venture adalah sebuah kerja sama yang terjadi ketika dua atau lebih perusahaan menciptakan satu perusahaan independen dengan mengkombinasikan sebagian aktiva mereka. 2. Aliansi strategis ekuitas terdiri dari pihak-pihak yang menjadi mitra dan memiliki persentase ekuitas yang berbeda dalam duatu usaha bersama. 3. Aliansi strategis non-ekuitas dibentuk melalui perjanjian kontraktual yang menetapkan suatu perusahaan untuk mensuplai, memproduksi, atau mendistribusi produk-produk atau jasa perusahaan tanpa berbagi ekuitas. Alasan menggunakan aliansi internasional : 1) Perusahaan multinasional memiliki kinerja yang lebih baik daripada perusahaan yang hanya beroperasi secara domestik saja. 2) Peluang-peluang untuk tumbuh melalui akuisisi atau aliansi terbatas dalam negara asal perusahaan tersebut. 3) Kebijakan pemerintah. 4) Membantu sebuah perusahaan yang mentransformasi dirinya sendiri dalam kondisi-kondisi lingkungan yang berubah dengan cepat. Tindakan-tindakan berkaitan dengan aliansi yang dilakukan oleh suatu kelompok perusahaan yang saling berkaitan dan dapat diperbandingkan untuk melayani kepentingan bersama dari semua mitra. Akan tetapi harus diingat aliansi tidak selalu berjalan mulus, namun sesungguhnya juga menyimpan bara konflik. Yoshino dan Rangan membaginya dalam suatu matriks berdasarkan dua hal, potensi konflik dan derajat interaksi, dan membaginya menjadi empat jenis alainsi strategis, yaitu aliansi prokompetitif, aliansi nonkompetitif, aliansi kompetitif dan aliansi prekompetitif. Aliansi prokompetitif memiliki potensi konflik rendah dan derajat interaksi organisasi rendah. Biasanya dilakukan antar industri yang tidak saling berkompetisi dengan tujuan membentuk suatu vertical value chain. Orientasinya adalah meningkatkan nilai tambah yang terbentuk dari aliansi, dan menekankan fleksibilitas. Aliansi nonkompetitif terbentuk dalam industri yang sama antar perusahaan namun tidak saling bersaing. Potensi konfliknya rendah dan diwarnai interaksi organisasi yang tinggi. Orientasinya pada learning, bukan pada fleksibilitas dan proteksi core competence. Aliansi kompetitif, sejenis dengan aliansi nonkompetitif dalam artian joint activities-nya, tetapi dilakukan antar perusahaan yang dapat merupakan pesaing langsung dalam memasarkan produk akhir. Dalam aliansi ini potensi konflik tinggi dan derajad interaksinya juga tinggi. Orientasi utamanya pada fleksibilitas strategi, learning dan proteksi core competence. Aliansi prekompetitif terbentuk dari aliansi antar perusahaan yang tidak berasal dari industri yang sama, dan bahkan tidak saling terkait untuk suatu joint operation yang telah didefinisikan. Terbentuk dari anggota aliansi yang bukan kompetitor pada saat ini, tapi terdapat kemungkinan menjadi kompetitor untuk masa yang akan datang. Aliansi ini memiliki potensi konflik yang tinggi, tapi derajad interaksi organisasi rendah. Beorientasi pada fleksibilitas strategi dan proteksi terhadap core competencies.
Dalam hal ini, berdasarkan penjabaran-penjabaran tersebut, maka seorang manajer harus tahu langkah dan upaya apa yang akan dilakukannyanya. Disini manajer dapat mewujudkannya dengan meningkatkan kualitas proses komunikasi dan distribusi informasi yang ada dar. Dari dan ke luar organisasi atau perusahaannya. Komunikasi dan pola manajemen informasi yang terarah, dapat dibentuk dengan cara yang tepat, yaitu dengan atmosfir kerja yang didasari oleh adanya keterbukaan, saling pengertian, adaptabilitas, kesesuaian budaya dan organizational trust. Proses ini ditindaklanjuti dengan mempercepat terbentuknya internal & external relationship yang dapat menciptakan kelanggengan formulasi alliance teams. Disamping itu, seorang manajer juga harus memiliki kemampuan dalam hal mengelola risiko yang mungkin muncul ketika memutuskan untuk melakukan aliansi, terutama yang bertaraf internasional. Hal itu dikarenakan banyaknya aspek-aspek yang faktor-faktor penentu berjalan dengan mulus atau tidaknya kerjasama yang dibina dan dampaknya terhadap lingkungan terutama menyangkut masalah perekonomian di suatu negara. Risiko Persaingan • Kontrak yang tidak memadai • Penyajian kompetensi yang tidak benar • Para mitra gagal menggunakan sumber daya komplementer mereka • Mitra aliansi menyandera investasi tertentu Risiko dan Pendekatan Manajemen Aktiva • Kontrak yang rinci dan pengawasan • Mengembangkan relasi yang saling percaya Menyangkut tentang kontrak, pada prinsipnya aliansi strategis tidak diatur secara tegas di dalam suatu hukum persaingan di negara manapun. Hal itu dikarenakan aliansi lahir dari suatu kebutuhan praktik para pelaku usaha untuk melakukan kerja sama dan meningkatkan sinergi serta meningkatkan potensi persaingannya. Namun, aliansi strategis akan menjadi jurisdiksi hukum persaingan usaha, jika melalui usaha patungan tersebut dan melalui masing-masing perusahaan seluler mengakibatkan anti persaingan baik di masing-masing pasar domestik maupun di pasar regional. Disamping itu, hal yang tidak kalah pentingnya adalah bahwa strategi aliansi strategis mengarah kepada suatu pasar yang monopolistik atau oligopolistik yang dapat merugikan pelaku usaha pesaingnya dan konsumen. Oleh karena itu, untuk kawasan Asia misalnya, untuk mengantisipasi perilaku anti persaingan tersebut perlu digagas pembentukan Hukum Persaingan Usaha ASEAN dan lembaga pengawas persaingan usahanya, apalagi rencana ASEAN Economic Communtiy (AEC) pada tahun 2020 akan direalisasikan, maka pasar regional semakin terintegrasi dan hukum persaingan usaha semakin diperlukan untuk mengawasi perilaku para pelaku usaha di pasar regional.