BAB II PROSES PERANCANGAN PENGAJARAN
Sekolah yang dipilih penulis untuk menyusun laporan perancangan pengajaran matematika kelas V B Sekolah Dasar Semester I adalah SDIT Ghilmani. Sekolah ini bertempat di Jl. Ketintang Barat, Surabaya. Alasan memilih sekolah tersebut didasarkan pada keinginan guru kelas V khususnya kelas V-B. Berikut ini adalah uraian proses perancangan pengajaran matemati ka untuk siswa kelas V semester I SDIT Ghilamani Surabaya dengan mengikuti urutan Model Jerrold E. Kemp.
A. Mengindentifikasi Mengindentifikasi Kebutuhan Pengajaran
Proses perancangan pengajaran ini dimulai dari mengidentifikasi masalah atau analisis kebutuhan pengajaran. Setelah mengetahui penyebab suatu masalah, kita akan menentukan intervensi atau perlakuan yang akan diberikan dalam pengajaran di kelas agar dapat memecahkan masalah mas alah tersebut. Dengan demikian, tujuan identifikasi masalah atau kebutuhan pengajaran di sini adalah untuk menentukan apakah pengajaran yang akan dilaksanakan itu dapat menjadi solusi atau tidak. Pendekatan yang digunakan perancang untuk mengidentifikasi masalah atau kebutuhan pengajaran, yaitu yaitu penilaian
kebutuhan. Analisis tujuan dan
penilaian kinerja, biasanya menjadi pendekatan alternatif jika penilaian kebutuhan atau masalah pengajaran itu dianggap tidak praktis atau bahkan tidak layak. Dalam laporan ini, perancang melakukan
penilaian kebutuhan kebutuhan untuk
mengidentifikasi masalah pembelajaran dan pengajaran matematika yang terjadi di kelas V-B
SDIT.
Dalam melakukan
identifikasi kebutuhan, perancang
melalui 4 (empat) fase, yaitu Perencanaan ( Planning ), ), Pengumpulan Data (Collecting Data), Data), Penganalisisan Data ( Analyzing Analyzing Data), Data), dan Persiapan Laporan Akhir ( Final Report ). ). Keempat fase tersebut dapat diilustrasikan seperti pada gambar berikut ini.
4
Fase I: Perencanaan (Planning )
Audiens Target Target audience ( Target ) Strategi Strategy ( Strategy ) Analisis Analysis ( ) Peserta Participants ( Participants )
Fase II: Pengumpulan Data (Collecting Data )
Data sampel Sample data ) ( Sample
Fase III: Analisis Data Data Data Anal Anal sis sis
Penjadwalan Scheduling ( Scheduling )
Analisis Analysis ( ) Prioritas Prioritization ( Prioritization )
Fase IV: Laporan Akhir (Final Report )
Tujuan ( Purpose ) Purpose Proses Process Hasil Results
Gambar 2.1 Proses 2.1 Proses Penilaian Kebutuhan
Aksi Action
Proses pelaksanaan penilaian kebutuhan kebutuhan mengikuti proses perancangan pengajaran pada gambar 2.1 di atas. Proses tersebut dapat diuraikan sebagai berikut. Fase I: Perencanaan ( Planning )
Dari keenam kategori kebutuhan, perancang memilih hanya satu kategori kebutuhan, yaitu kebutuhan yang dirasakan ( felt needs). needs). Pemilihan ini didasarkan pada tujuan atau fokus perancangan pengajaran ini, yaitu siswa harus meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan kinerjanya untuk mencapai tujuan pengajaran. Selanjutnya, menentukan audiens target. Audiens target yang ditetapkan untuk menilai kebutuhan kebutuhan adalah guru guru pelajaran matematika dan siswa kelas V SDIT Ghilmani. Setelah menentukan audiens target (target ( target audience), audience), selanjutnya adalah mengembangkan strategi atau teknik pengumpulan data kebutuhan. Dalam penilaian ini, perancang menggunakan teknik wawancara. Aktivitas selanjutnya adalah mengidentifikasi metode analisis data. Dalam hal ini, metodenya adalah
5
mereduksi, menyajikan, dan memverifikasi data atau menarik simpulan dari data yang telah disajikan. Proses perancangan ini melibatkan 2 (empat) pihak, yaitu Perancang ( Designer ), Pengajar ( Instructor ), penulis sebagai perancang melakukan uji coba perangkat namin tidak melibatkan Ahli Materi Pelajaran (Subject Matter Expert ) – dan Penilai ( Evaluator).
Dengan demikian, dalam
proses perancangan ini,
perancang hanya melibatkan Pengajar atau Guru ( Instructor ) yang
mengajar
siswa Kelas V yaitu Bapak Dani Maura Setiawan, S.Pd., karena guru tentu lebih mengenal siswanya dengan baik.
Fase II: Pengumpulan Data ( Collecting the Data)
Pada fase ini, perancang menetukan ukuran sampel (sample size) yang menjadi fokus perhatian perancangan. Dalam hal ini, sampel yang direncanakan yaitu 26 orang siswa. Sebelum mengumpulkan data, perancang terlebih dahulu menjadwal ( scheduling ) waktu pelaksanaan pengumpulan data. Berikut penjadwalan yang dilakukan untuk mengumpulkan data: Tabel 1. Penjadwalan Pengumpulan Data Hari/tanggal Kegiatan Pukul (WIB) Senin, 20 Observasi 10.30-12.00 Mei 2013 Penyebaran Kamis, 23 angket gaya 09.30-10.30 Mei 2013 belajar Wawancara 10.45- 11.30 Senin, 27 Pre test 10.00-11.00 Mei 2013
Sasaran Siswa Kelas V
Tempat
SDIT Bapak Dani Ghilmani, Maura Setiawan, Ketintang, Surabaya. S.Pd Siswa Kelas V Siswa Kelas V
Pedoman wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah pedoman wawancara terstruktur, yaitu pedoman wawancara berupa daftar pertanyaan tentang ‘kebutuhan yang perlu ditingkatkan dan pertanyaan dalam wawancara dapat bertambah untuk mengetahui lebih banyak mengenai kebutuhan tersebut. Wawancara dengan Guru kelas V
6
dimaksudkan agar
perancang dapat memperoleh informasi tentang kondisi atau masalah belajar mengajar secara umum yang dirasakan perlu ditingkatkan siswa kelas V. Fase III: Penganalisisan Data ( Analyzing the Data)
Setelah mengumpulkan informasi atau data tentang audiens target, pada fase ini, perancang menganalisis data yang diperoleh. Dari petikan wawancara yang telah dilakukan perancang dengan Bapak Dani, yang dibahas pada bagian mengidentifikasi karakteristik siswa, diperoleh data atau informasi bahwa kebutuhan atau masalah pengajaran adalah luas trapesium terutama dalam menyelesaikan soal cerita. Analisis data mengikuti alur kegiatan, yaitu mereduksi data, menyajikan data, dan menarik kesimpulan atau memverifikasi data. a. Mereduksi data Setelah membaca, mempelajari dan menelaah data yang diperoleh dari wawancara dan catatan lapangan, selanjutnya dilakukan reduksi data. Reduksi data yang dimaksud dalam perancangan ini adalah proses memilih, menggolongkan, membuang yang tidak perlu dan mengorganisasikan data wawancaran dan observasi yang diperoleh dari lapangan. Semua data dipilih sesuai dengan kebutuhan. b. Menyajikan data Kegiatan analisis berikutnya adalah menyajikan data yang merupakan sekumpulan informasi yang terorganisasi, sehingga memungkinkan adanya penarikan simpulan. Penyajian data hasil wawancara ini adalah data tentang kondisi atau masalah belajar mengajar secara umum yang dirasakan perlu ditingkatkan, kondisi atau kebutuhan dalam proses belajar mengajar di kelas V yang selama ini dilakukan oleh guru kelas, dan masalah pembelajaran yang siswa sendiri alami selama ini. c. Menarik simpulan/verifikasi Berdasarkan penyajian data tersebut, selanjutnya dilakukan penarikan simpulan tentang kondisi atau masalah belajar mengajar secara umum yang dirasakan perlu ditingkatkan di sekolah tersebut, kondisi atau kebutuhan
7
dalam proses belajar mengajar di kelas V yang selama ini dilakukan oleh guru kelas ketika mengajarkan matematika, dan masalah pembelajaran yang siswa sendiri alami selama ini.
Fase IV: Penyusunan Laporan Akhir ( Compiling a Final R eport )
Setelah perancang memperoleh informasi tentang kondisi atau masalah belajar mengajar secara umum yang dirasakan perlu ditingkatkan sekolah tersebut, kondisi atau kebutuhan dalam proses belajar mengajar di kelas V yang selama ini dilakukan oleh guru kelas ketika mengajarkan matematika, dan
masalah
pembelajaran yang siswa sendiri alami selama ini. Selanjutnya, pada fase ini, perancang menyusun laporan hasil penilaian kebutuhan atau masalah pengajaran di Kelas V SDIT Ghilmani. Laporan penilaian kebutuhan tersebut terdiri dari 4 (empat) bagian, yaitu: (1) Tujuan penilaian kebutuhan. Penilaian ini bertujuan mengetahui kebutuhan yang dirasakan ( felt needs) guru dan siswa dalam pengajaran dan pembelajaran matematika kelas V SD semester I. (2) Proses. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara. Wawancara dilakukan
terhadap seorang guru matematika kelas V. Wawancara ini
menggunakan pedoman wawancara terstruktur. (3) Hasil . Berdasarkan hasil analisis data, diperoleh simpulan bahwa siswa kesulitan dalam menghitung luas trapesium. (4) Rekomendasi berdasarkan Data. Berdasarkan hasil analisis data di atas, direkomendasikan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan kinerja siswa dalam menghitung luas trapesium.
B. Menganalisis Siswa dan Kontekstual ( Learner and Contextual Analysis)
Karakteristik siswa adalah
unsur yang penting diketahui dalam proses
perancangan pengajaran. Informasi tentang karakteristik siswa akan digunakan sebagai dasar dalam perencanaan, seperti pemilihan pokok bahasan, pemilihan dan urutan tujuan, kedalaman pembahasan pokok bahasan, pemilihan metode
8
penyampaian dan berbagai aktivitas pembelajaran. Oleh karena itu, pada awal perencanaan
pengajaran,
perancang
harus
memperhatikan
karakteristik,
kemampuan, dan pengalaman siswa baik sebagai kelompok maupun individu. Selain itu, analisis kontekstual juga sangat penting dilaksanakan. 1. Analisis Karakteristik Siswa
a. Karakteristik Umum Informasi umum mengindentifikasi mengenai jenis kelamin, umur, dan etnis. Informasi mengenai karakteristik umum siswa kelas V-B diperoleh dari wawancara dengan guru kelas yaitu Bapak Dani. Wawancara seperti pada (lampiran B, transkrip hasil wawancara). Dari kutipan wawancara di atas, diperoleh informasi bahwa 26 orang siswa di kelas V-B, keseluruhan siswa berjenis kelamin perempuan. Umur siswa ratarata 10-11 tahun. Siswa kelas V-B berasal dari etnis yang sama yaitu Jawa. b. Kemampuan yang Dibawa Kemampuan yang dibawa merupakan kemampuan prasyarat yang dimiliki siswa untuk mempelajari materi selanjutnya. Dari hasil pretest diperoleh informasi bahwa 11 orang siswa belum mampu menuliskan sifat-sifat persegi dan persegi panjang dengan tepat dan benar. Sebanyak 16 orang siswa belum mampu memahami soal cerita yang diberikan. Dari hasil wawancara (lampiran B.2) guru mengatakan bahwa siswa mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal cerita. Berdasarkan hasil pretest, maka perancang mendesain pengajaran yang dapat membimbing siswa melakukan kegiatan pembelajaran dalam menemukan sifat dan luas trapesium. c. Gaya belajar Secara umum, ada 3 (tiga) gaya belajar, yaitu visual, auditori, dan kinestetik. Penulis menggunakan angket gaya belajar (Lampiran A.2) yang diadaptasi dari tes gaya belajar yang dirancang oleh V. Chislett & Chapman. Angket ini diberikan kepada 26 orang siswa yang semuanya adalah perempuan.
9
Setelah menganalisis angket gaya belajar (lampiran B.2) diperoleh hasil 9 orang siswa memiliki gaya belajar visual, 2 orang memiliki gaya belajar auditori dan 13 orang memiliki gaya belajar kinestetik. 2 orang memiliki gaya belajar visual dan kinestetik. Sehingga
disimpulkan bahwa sebanyak
34,6% siswa
memiliki gaya belajar visual, 7,7% siswa memiliki gaya belajar auditori dan 50% memiliki gaya belajar kinestetik dan 7,7% memiliki gaya belajar visual dan kinestetik. Selain itu, dari hasil observasi dan wawancara dengan guru mata pelajaran matematika, diperoleh informasi bahwa siswa tidak suka diberikan informasi dengan ceramah dari guru saja. Sebagian siswa lebih senang bergerak selama pembelajaran berlangsung. Hal ini sesuai dengan hasil angket gaya belajar siswa hanya dua orang yang memiliki gaya belajar auditiori. d. Kemampuan Akademik Informasi tentang kemampuan akademik dapat diketahui melalui catatan akademik siswa. Perancang menelusuri kemampuan akademik siswa
melalui
wawancara dengan guru kelas V-B, yaitu Bapak Dani. Wawancara terdapat pada transkrip hasil wawancara (Lampiran B.2) Dari kutipan wawancara di atas, diperoleh
informasi bahwa sebagian
besar memiliki kemampuan matematika tinggi sebanyak 20%, berkemampuan sedang 50% dan sisanya 30% berkemampuan rendah.
e. Kepribadian dan sikap sosial Selain informasi akademik, penting untuk mengetahui kepribadian dan sikap sosial siswa karena program ini dibuat untuk mereka. Sehingga, dalam memilih metode pengajaran tentang suatu pokok bahasan kepada siswa, seorang guru perlu mengetahui beberapa hal tentang siswa.Perancang menelusuri kepribadian dan sikap sosial siswa kelas V-B melalui wawancara dengan guru kelas V-B, yaitu Bapak Dani. Dari kutipan wawancara di atas, diperoleh informasi bahwa dari 26 orang siswa kelas V-B, ditinjau dari kepribadian siswa, diketahui bahwa ada 2 orang
10
yang pendiam, 4 orang yang suka usil atau mengganggu temannya saat pembelajaran berlangsung dan selebihnya biasa saja mengikuti pelajaran dengan baik. Adapun tinjauan dari sikap sosialnya, ada 6 orang yang menonjol selama pembelajaran. Mereka senang bekerjasama dan membantu siswa lain yang kurang memahami materi pembelajaran. Selain itu, keenam orang siswa ini aktif selama pembelajaran. f. Latar belakang budaya, suku, dan etnis Perancang menelusuri kondisi tersebut melalui rentetan wawancara dengan guru kelas, Bapak Dani. Dari kutipan wawancara di atas, diperoleh informasi bahwa dari 26 orang siswa kelas V-B
berasal dari latar belakang budaya, suku
dan etnis yang sama, yaitu suku Jawa (Lampiran B.2) g. Siswa dengan Ketidakmampuan Siswa yang dikategorikan cacat adalah siswa yang cacat jasmani dan cacat indera, seperti tuli dan buta (warna), kesulitan berbicara, dan lemah ingatan. Perancang mencari informasi mengenai
kondisi siswa kelas V-B
melalui
wawancara dengan gurunya, Bapak Dani. Ketika perancang menanyakan kepada Bapak Dani tentang kondisi siswa, beliau menyatakan bahwa semua siswanya normal atau tidak ada yang cacat.
2. Analisis Kontekstual a. Orienting Konteks
Orienting konteks mengidentifikasi mengenai tujuan siswa mengikuti suatu
pembelajaran,
manfaat
memahami
pembelajaran
dan
pandangan
pertanggungjawaban mengenai materi yang telah dipelajari. Orienting konteks disajikan dalam tabel berikut:
Manfaat
Untuk mengenal trapesium dan menghitung luas trapesium Dapat menghitung luas trapesium
Digunakan
Memecahkan masalah mengenai luas trapesium
Tujuan
11
b. Instruksional Konteks Instruksional
konteks
mengidentifikasi
mengenai
pencahayaan,
Keributan, suhu, tempat duduk,dan perlengkapan. Dari hasil observasi diperoleh data mengenai instruksional konteks sebagai berikut. Pencahayaan Suara/keributan
Suhu Tempat duduk
Perlengkapan
ruang kelas mendapatkan pencahayaan yang cukup. Siswa dapat belajar dalam kondisi terang. Suasana sekolah tenang. Suara hanya berasal dari kelas di samping tidak mengganggu proses pembelajaran di kelas V-B. Di kelas tersedia 2 kipas angin. Suhu di kelas dapat diatur sehingga siswa dapat belajar dengan nyaman. Guru dapat dengan mudah membimbing siswa. tempat duduk juga dapat dengan mudah diubah jika pembelajaran kelompok dilaksanakan. Guru dapat menampilkan video/gambar menggunakan proyektor.
c. Transfer Konteks Tranfer konteks mengidentifikasi mengenai pembelajaran yang dapat ditranfer dalam contoh nyata . Contoh ini disarankan merupakan benda yang berada disekitar siswa atau telah dikenal siswa sebelumnya. Menurut kebutuhan siswa yang telah dinilai sebelumnya, maka tranfer konteks berkenaan dengan contoh nyata luas trapesium. Contoh nyata seperti: atap rumah Joglo, meja berbentuk trapesium dan rel kereta api untuk contoh garis sejajar.
C. Melakukan Analisis Tugas (Task Analysis)
Analisis tugas atau analisis isi (content ) dilakukan dengan bersandar pada dua input, yaitu batasan masalah pengajaran (instructional problems) dan informasi tentang karakteristik siswa. Dari input tersebut, diharapkan diperoleh output analisis tugas berupa dokumentasi isi (content ) yang akan dimasukkan ke dalam materi pengajaran. Selain itu, output ini juga akan menjadi input untuk merancang tujuan pengajaran (instructional objectives). Prosedur pelaksanaan analisis tugas (task analysis) dapat diilustrasikan seperti pada gambar berikut.
12
Input II
Input I Kebutuhan atau Masalah Pengajaran: Meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan kinerja siswa untuk menyelesaikan masalah operasi hitung pada bilangan bulat
1. 2. 3. 4. 5. 6.
Karakteristik Siswa ditinjau dari: Karakteristik umum: Umur siswa rata-rata 10-11 tahun, keseluruhan siswa berjenis kelamin perempuan. Kemampuan akademik: sebagian besar berkategori sedang, kemudian tinggi, sisanya rendah. Kepribadian dan sikap sosial: ada 2 orang pendiam, 4 orang suka usil, 6 orang senang bekerja sama dan membantu. Latar belakang budaya, suku, dan etnis: semua siswa berasal dari Jawa Timur. Semua siswanya normal. Gaya belajar: Secara umum, anak cenderung pada gaya belajar kinestetik dan visual.
Teknik Analisis Tugas: Analisis Topik, Analisis Prosedur, dan Metode Kejadian Kritis
Gambar 2.2 Prosedur Pelaksanaan Analisis Tugas 1. Analisis Topik
Perancang memulai operasionalisasi analisis tugas dengan teknik analisis topik, yaitu meninjau Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Mata Pelajaran Matematika Sekolah Dasar kelas V-B Semester I seperti yang disajikan dalam Tabel 2.1, dengan bersandar pada enam struktur isi (content ). Hal ini karena perancang akan memutuskan Kompetensi Dasar yang menjadi prioritas atau terlebih dahulu disajikan kepada siswa dengan karakteristik mereka dan dengan masalah pengajaran yang telah diketahui dari hasil identifikasi masalah. Berikut ini adalah Tabel 2.1 yang menunjukkan Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Mata Pelajaran Matematika Sekolah Dasar kelas V Semester I
Luas
trapesium, dan penjelasan tentang Keenam struktur isi dalam teknik analisis topik. Tabel 2.1
Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Mata Pelajaran Matematika Sekolah Dasar kelas V Semester I Luas Trapesium dan Layang-layang. Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
3. Menghitung luas bangun datar sederhana dan menggunakannya dalam pemecahan masalah
3.1 menghitung luas trapesium dan layanglayang
13
Selanjutnya, dari informasi yang disajikan dalam Tabel 2.1 di atas, perancang memilih Kompetensi Dasar 1.1., yaitu Menghitung luas trapesium, karena ini adalah materi awal semester I di kelas V SD, sekaligus kebutuhan siswa agar dapat mahir dalam menghitung luas trapesium dan menggunakannya dalam pemecahan masalah. Ditinjau dari struktur isi, materi luas trapesium
dapat
diuraikan sebagai berikut. a. b. c.
Fakta Konsep Prinsip dan aturan
: Definisi Trapesium : Trapesium : Rumus luas trapesium
d.
Prosedur
e.
Ketrampilan interpersonal
f.
Sikap
( + )
: - langkah-langkah menentukan dua sisi sejajar - langkah-langkah terbentuknya trapesium - Langkah-langkah menemukan rumus luas trapesium : Bekerjasama, bertanya, mempresentasikan, dan berpendapat. : displin dan aktif selama pembelajaran.
2. Analisis Prosedural Analisis prosedural memfokuskan pada aspek prosedur dalam struktur isi, yaitu prosedur penyelesaian tugas yang dapat diamati atau langkah-langkah yang diperlukan siswa yang mengkonstruk pengetahuan mengenai luas trapesium Berdasarkan struktur isi trapesuim diketahui bahwa tugas prosedural yang dapat diamati ketika siswa mempelajari materi luas trapesium adalah:
Prosedur menentukan dua sisi sejajar 1. Lipat bangun datar sehingga dua sisi
tersebut (yang ingin kita ketahui
sejajar atau tidak) tepat berhimpit 2. Lihat hasil lipatan, jika lipatan dan sisi yang tepat berhimpit terlihat lurus seperti rel kereta api, maka kedua sisi berhimpit tersebut sejajar 3. Jika tidak lurus seperti rel kereta api, berarti sisi yang berhimpit itu tidak sejajar
14
Prosedur terbentuknya trapesium dari segitiga: 1. Lipat sebuah segitiga sehingga terbentuk lipatan yang sejajar dengan salah satu sisi segitiga 2. Setelah dilipat, potong segitiga tepat pada sisi yang berhimpit 3. Buka lipatan dan jadilah bangun trapesium yang memiliki sepasang sisi sejajar
Prosedur dalam menemukan rumus luas trapesium: 1. Lipat trapesium sehingga sisi atas dan sisi bawah tepat berhimpit 2. Potong trapesium tepat pada lipatan tersebut 3. Dengan menggunakan potongan tersebut bentuklah bangun datar baru
D. Merumuskan Tujuan Pengajaran ( Instructional Objectives)
Dalam proses perancangan ini, pengembangan tujuan – tujuan pengajaran dilakukan berdasarkan
pada hasil analisis tugas dengan menggunakan teknik
tertentu (dalam perancangan ini, perancang memilih analisis topik dan analisis prosedur) sebagaimana yang telah diuraikan di atas. Hasil rumusan tujuan pengajaran ini, selanjutnya akan digunakan sebagai dasar untuk mengurutkan isi materi. Berdasarkan tabel 2.1, Kompetensi Dasar 3.1, yaitu Menghitung luas trapesium dan layang-layang , maka tujuan pengajaran yang dirumuskan adalah setelah mempelajari materi ini, diharapkan siswa dapat menentukan luas trapesium. Penanda ketercapaian kompetensi dasar atau tujuan pengajaran disebut dengan indikator. Indikator pencapaian inilah yang akan dituliskan sebagai penjabaran dari kompetensi dasar atau tujuan pengajaran. Berdasarkan hasil analisis tugas (task analysis), diketahui bahwa yang akan ditingkatkan adalah pengetahuan, keterampilan, dan kinerja siswa dalam menghitung luas trapesium. Oleh karena itu, perancang memperhatikan dan
15
mempertimbangkan 3 (tiga) ranah atau klasifikasi tujuan pengajaran, yaitu: kognitif, afektif, dan psikomotor. a. Ranah kognitif Penjabaran tujuan pembelajaran pada ranah kognitif adalah sebagai berikut: 1. Mengenal
bangun
datar
trapesium
dan
terbentuknya
trapesium 2. Mengindentifikasi macam-macam trapesium 3. Menemukan rumus luas trapesium 4. Menghitung luas trapesium
Tujuan-tujuan pembelajaran
dalam ranah kognitif tersebut didasarkan
pada Taksonomi Bloom sebagai berikut: Level taksonomi Bloom
Tujuan pembelajaran
Mengenal bangun datar trapesium dan terbentuknya trapesium Mengindentifikasi macam-macam trapesium
Pengetahuan Pemahaman Penerapan
Analisis
Membentuk trapesium
Menemukan rumus luas trapesium
Menghitung luas trapesium
b. Ranah psikomotor Tujuan pengajaran dalam ranah psikomotor didasarkan pada Taksonomi Heinich, Molenda, dan Russell. Mereka menyatakan tujuan pengajaran pada ranah ini dalam 4 (empat) level, yaitu:
Level
Tujuan ranah psikomotorik
Imitasi
mendemonstrasikan terbentuknya trapesium dan menemukan luas trapesium sesuai power point Membentuk trapesium dan menemukan
Manipulasi
16
luas trapesium dengan caranya sendiri. suatu tindakan dengan memperhatikan keakuratan dalam membentuk dan menemukan luas trapesium Aktivitas terencana secara efisien dan terkoordinasi dalam menemukan bentuk trapesium dan luas trapesium
Ketepatan
Artikulasi
Dengan demikian, dalam perancangan ini, perancang menjabarkan tujuan pengajaran pada ranah psikomotor sebagai berikut. a. Siswa dapat menyiapkan alat untuk membuat model dari gambar yang diberikan. b. Siswa dapat membuat model dari gambar yang diberikan dengan menggunakan kertas warna-warni. c. Siswa
dapat
memotong/menggunting
model
yang
dibuat
untuk
menentukan dua sisi sejajar, membentuk trapesium dan membuat trapesium yang dapat dihitung luasnya.
c. Ranah afektif Tujuan pengajaran dalam ranah afektif didasarkan pada Taksonomi Krathwohl, Bloom, dan Masia. Mereka menyatakan tujuan pengajaran pada ranah ini dalam 5 (lima) level, yaitu: Level
Tujuan
Sikap siswa mendengarkan informasi yang disampaikan oleh guru. Sikap siswa menanggapi atau menjawab Merespon pernyataan atau pertanyaan tertentu yang diajukan oleh guru atau temannya. Sikap siswa dalam menerima aktivitas yang Menilai diprogramkan oleh guru dengan mendukung dan ikut berpartisipasi di dalamnya Sikap siswa mengorganisasikan dan memilih Mengorganisasi alternatif solusi pada menghitung luas trapesium. Mengkarakteristiki melalui Sikap siswa mempercayai cara penyelesaian tertentu dan mempraktikkan cara tersebut pada suatu kompleks nilai menghitung luas trapezium Menerima
17
da dua model yang dapat digunakan untuk mengklasifikasikan tujuan, lalu menentukan strategi pengajaran, yaitu: (1) Model Mager dan Beach ( Mager and Beach’s Model ).
Model ini tepat digunakan untuk pengajaran di kelas, dan (2)
Model Matriks Kinerja – Isi ( Performance – Content Matrix Model ). Model ini memberikan suatu pendekatan perancangan pengajaran yang terstruktur. Akan tetapi, dalam
laporan ini, perancang memilih menggunakan Model Matriks
Kinerja – Isi ( Performance – Content Matrix Model ) karena alasan efisiensi. Model Matriks tersebut disajikan seperti pada Tabel 2.2 berikut ini. Tabel 2.2 Pengklasifikasian Tujuan pada Tiap Ranah dengan Menggunakan Model Matriks Kinerja – Isi ( Performance – Content Matrix Model ) Kinerja(performance) Mengingat (recall) Penerapan (application) Definisi trapezium Trapesium 1. Mengindentifikaasi sifat-sifat trapesium berdasarkan bentuknya.
Isi (kontent) Fakta Konsep
Prinsip dan Aturan
Prosedur
Rumus Luas trapesium L=
( + )
Langkah-langkah dalam menentukan dua garis sejajar Langkah-langkah dalam membentuk trapesium dari segitiga Langkah-langkah menemukan rumus luas trapesium
1. Menemukan rumus luas trapesium 2. Menghitung luas trapesium Menggunakan sifat duasisi sejajar dalam mengintifikasi trapesium
Keterampilan Interpersonal
Sikap
Cara menyampaikan pendapat, mendengarkan pendapat orang lain Sikap siswa melakukan aktivitas tertentu ketika proses belajar mengajar berlangsung
18
Menggunakan rumus luas trapesium untuk menyelesaikan soal Dapat menyampaikan pendapat, mempresentasikan, mendengarkan pendapat orang lain, bekerja sama
Disiplin dan aktif dalam pembelajaran
E. Mengurutkan Isi Materi
Setelah
mengembangkan
tujuan
pengajaran,
selanjutnya
adalah
menentukan urutan yang paling tepat untuk menyajikan isi yang berkaitan dengan tiap tujuan pengajaran, kemudian menentukan bagaimana memperkenalkan satuan pengajaran kepada siswa. Dalam proses perancangan ini, perancang memilih strategi isi-dikaitkan dengan-pembelajaran (learning-related-sequencing ) untuk membantu siswa mencapai tujuan yang telah dikembangkan. Dengan memperhatikan kesulitan materi dan karakteristik siswa yang cukup variatif jika ditinjau dari kemampuan matematikanya, penyajian materi seharusnya dimulai dari yang mudah atau familiar bagi siswa hingga ke yang sulit atau tidak familiar bagi siswa. Selain itu, strategi ini juga memperhatikan kecenderungan gaya belajar siswa dan kondisi belajar yang disenangi siswa. Dalam hal ini, secara umum siswa memiliki kecenderungan gaya belajar visual dan kinestetik sehingga
tidak terganggu
dengan keributan dan belajar di ruang terang. Dengan menyesuaikan pengajaran dengan gaya belajar dan kondisi belajar siswa, diharapkan siswa akan tertarik mengikuti materi dan mengurangi karakteristik siswa yang suka mengganggu temannya ketika proses belajar mengajar berlangsung. Selain
itu,
strategi
(learning-related-sequencing )
pengurutan juga
isi-dikaitkan
memperhatikan
dengan-pembelajaran
materi
prasyarat
dan
perkembangan kognitif siswa. Menurut Piaget, siswa Sekolah Dasar berada pada fase operasional konkret. Dengan demikian, materi lebih tepat disajikan dengan memulainya dengan hal yang konkret hingga masalah yang abstrak. Secara jelas, pengurutan isi-dikaitkan dengan-pembelajaran (learningrelated-content ) mengikuti prosedur berikut.
Kejadian
Materi prasyarat yang teridentifikasi
Perlakuan
terlebih dahulu guru mengingatkan sisi sejajar dan mengenai rumus luas persegi dan persegi panjang yang akan berguna dalam menemukan rumus luas trapesium.
19
Familiaritas materi
Tingkat kesulitan materi
Daya tarik materi
Pengembangan
selanjutnya guru menjelaskan tentang materi utama, yaitu materi trapesium dengan memulainya dari contoh yang paling dikenal oleh siswa sampai pada yang tidak diketahui sama sekali oleh siswa. selanjutnya mengajarkan konsep dari yang relatif mudah hingga yang relatif sulit disertai dengan contoh-contoh penyelesaian soal dengan mempertimbangkan tingkat kesulitannya. Memberikan cerita permasalahan sehari-hari yang menggunakan konsep luas trapesium dan dengan melakukan visualisasi materi yang diajarkan atau memotivasi siswa untuk mengerjakan tugas-tugas mengenai luas trapesium. Setelah memastikan bahwa siswa telah mencapai tingkat perkembangan yang tepat pada materi luas trapesium, guru dapat mengembangkan materi atau memberikan materi pengayaan.
F. Menentukan Strategi Pengajaran ( Instructional Strategy)
Strategi pengajaran adalah penentu urutan dan metode pengajaran untuk mencapai suatu tujuan. Urutan pelaksanaan pengajaran didasarkan pada jenis isi (content) dan kinerja (performance) yang telah ditentukan pada bagian mengembangkan tujuan pengajaran. Dengan demikian, strategi pengajaran mendeskripsikan metode pengajaran yang optimum untuk mencapai tujuan pengajaran berdasarkan jenis isi ( fakta, konsep, prinsip dan aturan, prosedur, keterampilan interpersonal, dan sikap) dan kinerja (mengingat atau aplikasi). Strategi pengajaran dalam laporan ini disajikan berdasarkan tiap sel dalam Tabel 2.3 dari matriks kinerja – isi yang diperluas (expanded performance – content ) berikut ini.
20
Tabel 2.3
Pengklasifikasian Tujuan pada Tiap Ranah dengan Menggunakan Model Matriks Kinerja – Isi ( Performance – Content Matrix Model ) Kinerja(performance) Isi (kontent) Mengingat (recall) Penerapan (application) Fakta Definisi trapesium Konsep Trapesium Mengindentifikaasi sifatsifat trapesium berdasarkan bentuknya. Prinsip dan Aturan Prosedur
Keterampilan Interpersonal
Sikap
Rumus Luas trapesium L=
( + )
- Langkah-langkah dalam menentukan dua garis sejajar -Langkah-langkah dalam membentuk trapesium dari segitiga -Langkah-langkah menemukan rumus luas trapesium Cara menyampaikan pendapat, mendengarkan pendapat orang lain Sikap siswa melakukan aktivitas tertentu ketika proses belajar mengajar berlangsung
1. Menemukan rumus luas trapesium 2. Menghitung luastrapesium
Menggunakan sifat duasisi sejajar dalam mengidentifikasi trapesium
Menggunakan rumus luas trapesium untuk menyelesaikan soal Dapat menyampaikan pendapat, mempresentasikan, mendengarkan pendapat orang lain, bekerja sama Disiplin dan aktif dalam pembelajaran
Strategi pengajaran untuk tiap bagian dari struktur isi dapat dideskripsikan sebagai berikut. Berdasarkan tujuan dan strategi pengajaran serta hasil analisis karakteristik siswa, maka metode pengajaran materi bilangan bulat dapat dideskripsikan sebagai berikut. 1.
Strategi Mengajarkan Fakta
Pembelajaran fakta hanya memerlukan pengetahuan dan pengingatan. Pengetahuan ini sulit untuk dapat dikonstruksi oleh siswa secara mandiri tanpa ada pihak lain yang menjadi sumber informasi. Oleh karena itu, dalam 21
proses pembelajaran, pengetahuan tentang fakta dalam matematika lebih tepat diajarkan secara langsung (direct instruction). Jika suatu tujuan diklasifikasikan sebagai isi faktual dan kinerjanya adalah mengingat, maka strategi pengajaran yang dapat digunakan untuk menyajikan fakta kepada siswa agar pembelajaran optimum, dapat dideskripsikan pada tabel 2.5 berikut. Tabel 2.5
Strategi Mengajarkan Fakta
akta
Strategi
efinisi
Recall (Pengajara n Langsu ng dengan media powerp oint)
dan gamb ar
Implementasi
Guru menyebutkan bahwa trapesium adalah bangun datar yang dibatasi oleh empat sisi Dengan menggunakan media powerpoint, guru menampilkan berbagai gambar trapesium seperti berikut.
trape sium
2.
Strategi Mengajarkan Konsep
Dalam mengajarkan konsep matematika, seringkali disajikan definisi atau pengertian suatu objek matematika, seperti persegi panjang, persegi, segitiga, dan sebagainya. Apabila siswa benar-benar telah memahami definisi objek tersebut, ia akan mampu membedakan objek mana yang merupakan contoh dan objek mana yang bukan contoh yang dimaksud.
22
Tabel 2.6
Strategi Mengajarkan Konsep Konsep
Strategi
Implementasi
Trapesium
Organisasi
3.
Memberikan macammacam bangun trapesium dan menunjukkan bagian bagiannya Meminta siswa menentukan ciri-ciri dari trapesium sikusiku, sama kaki, dan sebarang
Strategi Mengajarkan Prinsip dan Aturan
Dalam proses pembelajaran, pengetahuan matematika yang termasuk dalam prinsip dapat disajikan dengan berbagai cara dan pendekatan, baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Tabel 2.7 onsep
Strategi Mengajarkan Prinsip dan Aturan
trategi
Untuk GRUL dan mene organis asi mukan
Implementasi
rumus
Demon strasi luas engan trapesi media power um point
Dengan bantuan media powerpoint , guru mendemonstrasikan cara menemukan rumus luas trapesium siku-siku, sama kaki dan sembarang. Sebagai contoh, perancang akan menampilkan cara menemukan rumus luas trapesium siku-siku dengan menggunakan pendekatan luas persegi panjang. Pertama-tama, melalui model trapesium siku-siku yang tertera pada layar proyektor, guru menunjukkan kepada siswa, yang mana yang merupakan alas, dan tinggi trapesium.
23
Selanjutnya, segitiga tersebut dipotong secara mendatar melalui titik tengah garis tinggi segitiga.
Bagian atas trapesium yang terpotong tadi, dipotong lagi melalui titik puncak dan tegak lurus dengan alas, kemudian diletakkan di sisi kanan dan kiri bagian trapesum yang lainnya.
24
Dari demonstrasi tersebut, guru menjelaskan kepada siswa bahwa dengan menggunakan pendekatana+b rumus luas persegi panjang, dapat diperoleh rumus luas segitiga, yaitu:
= × = ( + ) ×
Sehingga, rumus luas segitiga dapat ditulis sebagai:
= × () ×
rinsip
Selanjutnya, guru mengembangkan strategi yang sama untuk konsep luas trapesium sama kaki dan sebarang.
trategi
Implementasi
dan Atura n
1. Unt uk men ghit ung luas trap esiu m dap at dig una kan rum
RU L E G
Luas trapesium Guru menampilkan gambar trapesium beserta ukurannya kemudian siswa diminta untuk menghitung luasnya. b
d a n o r g a n
t
a
25
us: L=
×
(a + b) x t
i s Guru membimbing siswa dan bertanya: dari gambar a tersebut, apa saja yang diketahui? s Dari gambar diketahui bahwa, panjang a= 10 cm, b=26 cm dan i tingginya 5 cm. Jadi, dengan menggunakan keterangan
tersebut, dapat dihitung luas segitiga yang dimaksud dengan menggunakan rumus:
L = ×(a+b)×t
L = × (10 + 26) cm × 5 cm = 90
Jadi, luas trapesium tersebut adalah 90 cm 2
4.
Strategi Mengajarkan Prosedur
Dalam pembelajaran matematika, sering dijumpai cara penerjaan atau algoritma penyelesaian soal. Cara pengerjaan tersebut termasuk dalam kategori prosedur atau operasi. Prosedur dalam rancangan ini adalah
langkah-langkah dalam
menentukan dua garis sejajar, langkah-langkah dalam membentuk trapesium dari segitiga dan langkah-langkah menemukan rumus luas trapesium. Berikut adalah strategi mengajarkan langkah-langkah menghitung luas trapesium. Tabel 2.8
Strategi Mengajarkan Prosedur
Prosedur
Langkahlangkah atau cara-cara menghitung luas trapesium
Strategi
Implementasi
Worked Example
Guru menampilkan gambar trapesium untuk kemudian dihitung luasnya.. Kemudian, guru membagi siswa ke dalam kelompok dan membagikan LKS kepada masing-masing kelompok untuk kemudian dihitung luasnya. Dari soal
26
tersebut, terlebih dahulu siswa diminta untuk membuat modelnya dari kertas warna-warni dan dari model tersebut, siswa harus menemukan bangun datar apa saja yang membentuk model tersebut sehingga dapat dihitung luasnya. 5.
Strategi Mengajarkan Ketrampilan Interpersonal
Keterampilan interpersonal maksudnya adalah keterampilan verbal (misalnya, mengungkapkan ide dan berkomunikasi dengan orang lain) dan nonverbal
(misalnya,
body
language).
Dalam
proses
pembelajaran
matematika, keterampilan interpersonal dapat disajikan dengan demonstrasi. Tabel 2.9
Strategi Mengajarkan Keterampilan Interpersonal
Keterampilan
Strategi
Implementasi
Interpersonal
Demonstrasi dan diskusi
Demonstrasi atau penjelasan langkahlangkah menentukan luas trapesium
6.
Guru meminta siswa menjelaskan di depan kelas prosedur menentukan luas trapesium . Siswa memilih salah satu soal yang disediakan guru, kemudian siswa diminta untuk menjelaskan prosedur dalam menentukan luas trapesium tersebut. Siswa menjelaskan langkah menentukan luas bangun tersebut yaitu dengan membuat modelnya, kemudian mengguntingnya sehingga menjadi persegi panjang yang dapat dihitung luasnya, lalu dihitung luasnya masingmasing dan terakhir dihitung luas trapesium.
Strategi Mengajarkan Sikap
Sikap yang dimaksud adalahkecenderungan siswa melakukan aktivitas belajar tertentu ketika proses belajar mengajar berlangsung. Dalam pembelajaran matematika, guru dapat mengajarkan sikap kepada siswa
27
dengan melatih dan memberikan kesempatan kepada setiap siswa untuk meningkatkan dan mengembangkan keterampilan mereka selama pembelajaran materi trapesium melalui pembiasaan sikap bertanggung jawab. Tabel 2.10 Strategi Mengajarkan Sikap Sikap
Strategi
Kecenderungan sikap siswa melakukan aktivitas belajar tertentu ketika proses belajar mengajar berlangsung
Implementasi
Praktek terbuka
Guru meminta siswa mempraktikkan prosedur mengerjakan perhitungan dalam menentukan luas trapesium . Guru meminta siswa mengerjakan soal. Guru meminta siswa menyelesaikan soal pengerjaan dalam menentukan luas trapesium yang diberikan kepadanya.
G. Merancang Pesan Pembelajaran
Untuk merancang pesan pengajaran kepada siswa, perancang memilih menggunakan
strategi
prainstruksional
tujuan
(objective).
Dalam
memperkenalkan isi materi, sebelumnya perlu memberikan gambaran yang jelas mengenai materi yang akan siswa pelajari dengan menyampaikan tujuan pembelajaran di awal materi. Hal ini karena strategi prainstruksional tersebut cenderung lebih sesuai untuk karakteristik siswa yang telah diidentifikasi. Strategi ini dapat menjembatani dan menghubungkan informasi lama yang telah dimiliki siswa dengan informasi faktual yang akan disajikan. Selain itu, jika dikaitkan dengan strategi pengurutan “isi– dikaitkan dengan –pembelajaran” (learning – related – content ), maka strategi tujuan (objektive) ini dapat diterapkan pada prosedur pertama dan kedua, yaitu penyajian materi prasyarat yang teridentifikasi (identifiable prerequisites) dan familiaritas materi ( familiarity).
H. Mengembangkan Materi Pembelajaran
Tahap selanjutnya adalah mengembangkan materi pembelajaran. Pada tahap ini ada beberapa hal penting yang harus diperhatikan, yaitu: 1. Membuat menjadi nyata 28
Dalam rancangan ini, perancang memberkan contoh berupa gambar trapesium, bentuk trapesium di power point dan kertas warnawarni berbentuk segitiga dan trapesium dan dalam menemukan rumus luas trapesium. 2. Menggunakan langkah yang sesuai Dalam rancangan ini, perancang menggunakan langkah lambat. Perancang memperkenalkan suatu konsep dengan contoh-contoh yang dapat menghubungkan pada konsep selanjutnya. contoh-contoh ini terdapat di dalam LKS. 3. Model Pembelajaran Berdasarkan hasil analisis kebutuhan siswa dan analisis tugas yang disesuaikan dengan karakteristik siswa dan tujuan pembelajaran maka perancang menerapkan model Small Group (bentuk grup kecil) dengan metode penemuan terbimbing dan diskusi.
I. Mengembangkan Instrumen Evaluasi ( Developing Evaluation Instruments)
Dalam perancangan ini disajikan 3 (tiga) alat ukur. Penilaian terhadap kemampuan matematika siswa menyangkut fakta, konsep, prinsip dan aturan dan prosedur tercakup dalam penilaian dalam ranah kognitif dan psikomotorik. Sedangkan penilaian terhadap keterampilan interpersonal, penilaian sikap dan penilaian diri siswa tercakup dalam penilaian af ektif. Penilaian diri siswa terhadap pelajaran dikembangkan untuk mengukur sejauh mana keberhasilan guru membuat siswa senang terhadap pembelajaran matematika. Berikut ini adalah uraian untuk penilaian dalam masing-masing ranah,yaitu kognitif, psikomotorik dan afektif. 1.
Ranah Kognitif Dalam proses perancangan ini, perancang memilih menggunakan soal berbentuk esai untuk menilai ranah kognitif. Alasannya adalah soal esai meminta siswa untuk mengungkapkan pikiran mereka secara tertulis, selain itu, dengan soal esai, pengajar dapat menyadari cara peserta didik memecahkan masalah. 29
Pada tabel 2.11 ini disajikan kesesuaian antara tiap indikator pencapaian hasil belajar dalam ranah kognitif dengan butir soal yang diberikan disertai dengan level kognitif dalam Taksonomi Bloom. Tabel 2.11 Kesesuaian antara tiap indikator pencapaian hasil belajar dan butir soal No 1
Indikator
Butir soal
Mengenal
1.
trapesium
trapesium Menyelesaikan masalah
yang
dimaksud
dengan
2. Sebutkan macam-macam dan ciriciri trapesium? 3. Hitunglah luas bangun berikut ini!
tentang
luas trapesium
4. Pak Mamad memiliki sebidang tanah berbentuk trapesium dengan tinggi 20 m dan sisi sejajarnya 15 m dan 17 m. Berapakah luas tanah Pak Mamad? 5. Ibu Ani ingin memberi atap rumah joglonya
yang
berbentuk
trapesium. Jika tinggi 4 dan sisi sejajarnya
10 m dan
8 m.
Berapakah luas atap rumah Ibu Ani?
2.
Level C1
dan trapesium?
macam-macam
2
Apa
Jenis tes Uraian
Ranah Psikomotorik
30
C2
Uraian C5
Dalam perancangan ini, perancang menjabarkan tujuan pengajaran pada ranah psikomotor sebagai berikut. d. Siswa dapat menyiapkan alat untuk membuat model dari gambar yang diberikan. e. Siswa dapat membuat model dari gambar yang diberikan dengan menggunakan kertas warna-warni. f.
Siswa
dapat
memotong/menggunting
model
yang
dibuat
untuk
menentukan dua sisi sejajar, membentuk trapesium dan membuat trapesium yang dapat dihitung luasnya. Secara sistematis dapat dijabarkan pada tabel 2.2 berikut. Tabel 2.2 trapesium.
Penilaian ranah psikomotorik dalam membuat model
Aspek yang dinilai
5
Skor 4 3 2
Menyiapkan alat Membuat model Memotong/menggunting model Keterangan: 5 = sangat baik 4 = baik 3 = cukup 2 = kurang/jarang 1 = sangat kurang/sangat jarang Prosedur konversi skor ke nilai:
= Kriteria penilaian: 90 < ≤ 100 = Sangat baik 75 < ≤ 90 = Baik 60 < ≤ 75 = Cukup 40 < ≤ 60 = Kurang ≤ 40 = Sangat kurang
3.
Ranah Afektif
31
15
× 100
1
Jml
Nilai
Ket
Penilaian dalam ranah afektif ini mencakup penilaian keterampilan interpersonal, penilaian sikap siswa terhadap pelajaran dan penilaian diri siswa. Penilaian ini memperhatikan tujuan pengajaran dalam ranah afektif yang didasarkan pada Taksonomi Krathwohl, Bloom, dan Masia. Taksonomi ini menyatakan bahwa tujuan pengajaran memiliki 5 (lima) level, yaitu: (a) menerima (receiving ), (b) merespon (responding ), (c) menilai (valuing ), (d) mengorganisasikan (organizing ), dan (e) mengkarakteristiki melalui suatu kompleks nilai (characterizing by a value complex). Setiap implementasi telah dijabarkan pada tujuan ranah afektif.
J. Penggunaan Media Pembelajaran
Berdasarkan materi yang akan diajarkan melalui rancangan perangkat pembelajaran ini, maka perancang berencana menggunakan media powerpoint untuk membantu mempermudah penguasaan materi siswa pada materi luas trapesium. Selain itu, perancang juga menggunakan buku paket matematika kelas V dan LKS untuk membantu menuntun siswa dalam menguasai materi tersebut.
32