CONTOH PERHITUNGAN DISOLUSI TABLET PROPRANOLOL HCl
1. 6 unit sediaan: masing-masing unit sediaan tidak lebih dari < Q + 5 %, jika syarat tersebut tidak terpenuhi, pengujian dilanjutkan ke siklus 2.
2. 6 unit sediaan: dihitung nilai Q dari unit 12 (6 sediaan 1 + 6 sediaan 2). Sediaan dari 1 dan 2 tidak ada satupun yang < Q-15 %, jika tidak dipenuhi dilanjutkan ke siklus 3.
3. 12 unit sediaan: nilai Q rata-rata dari 24 unit dari uji 1, 2 dan 3 adalah tidak lebih dari 2 unit dengan nilai < Q-15% dan tidak boleh satupun unit tsb dengan nilai Q
II.
ALAT DAN BAHAN Alat 1. Alat uji disolusi tipe 1 ( tipe basket ) 2. Spuit injeksi yang dilengkapi dengan filter 3. Alat spektometri UV-Vis 4. Kuvet
Bahan 1. Tablet Propanolol HCL 10 mg 2. Aqua destilata 1
3. HCl 0.1N
III. 1)
CARA KERJA Siapkan alat disolusi tipe 1 (tipe basket) untuk uji dissolusi tablet Propanolol (Propanolol HCL)
2)
Isi alat dengan aquadest sampai batas yang telah ditentukan yaitu 900 ml. Atur suhunya sesuai dengan suhu tubuh yaitu pada suhu 37o.
3)
Siapkan 3 buah tabung dissolusi yang telah diisi dengan aquadest, lalu letakkan pada tempat yang telah disediakan pada alat.
4)
Setelah suhu percobaan (37o) tercapai, masukkan ke dalam ketiga tabung
alat
disolusi
tersebut
masing-masing
satu
tablet
Propanolol. 5)
Segera nyalakan alat sesuai dengan kecepatan yang telah ditentukan. Tunggu sampai waktu yang telah ditentukan.
6)
Sementara itu, siapkan 3 buah spuit injeksi (sejenis alat suntikan) untuk mengambil sampel. Spuit sebelumnya harus dilengkapi dengan penyaring (filter) agar partikel padat yang ada dalam larutan tidak ikut terambil karena akan mengganggu perhitungan kadar sampel.
7)
Setelah waktu yang telah ditentukan tiba, ambil sampel dari sampling point pada masing-masing tabung alat disolusi dengan menggunakan spuit injeksi. Lalu masukkan ke dalam wadah. Tambahkan aquadest sejumlah volume larutan yang telah diambil dengan spuit pada masing-masing tabung alat dissolusi.
8)
Ukur
serapan
larutan
sampel
tersebut
dengan
alat
spektrofotometer pada panjang gelombang maksimum 289 nm untuk Propanolol. Catat serapannya. Lalu hitung kadar larutan sampel
tersebut
dengan
cara
dengan serapan standar.
2
membandingkan
serapannya
IV.
PERCOBAAN Sediaan
: Tablet
Kandungan
: Propranolol HCl 10 mg
Indikasi
: Antiadrenergikum
Parameter Alat Disolusi Putaran Media disolusi Suhu Waktu sampling Volume sampling Alat analisis sampel
Kondisi Uji Tipe Basket 100 rpm HCl 0,1 N 900 ml (37 ± 0,5)o C 7.5’, 15’, 22.5’, 30’ 10 ml Spektrofotometer UV-Vis λ 289 nm
V.
DATA HASIL PERCOBAAN DAN PERHITUNGAN
Tabel 1. data hasil percobaan terhadap 3 sampel Waktu
Serapan (A)
Serapan (A)
Serapan (A)
(menit) 7,5 15 22,5 30
Sampel 1 0.094 0.094 0.100 0.113
Sampel 2 0.106 0.109 0.113 0.118
Sampel 3 0.105 0.108 0.113 0.116
Data Kurva Kalibrasi
Tabel 2. data kurva kalibrasi KONSENTRASI (ppm) 20 40 50 75 125
SERAPAN (A) 0.181 0.352 0.440 0.663 1.034
a = 0.0295 b = 8.1370 x 10-3 r = 0.9992 Persamaam garis
y = 0.0295 + 8.1370 x 10 -3 X 3
Perhitungan Data
Berdasarkan
perolehan
data
dari
praktikum
pada
uji
dissolusi
kelompok praktikan, maka dapat dihitung : Konsentrasi sampel yang terdissolusi (C sampel)
Rumus : Y = Bx + A
,dimana:
X = Konsentrasi sampel (Csampel)
Y = Serapan sampel (Asampel) A = 0.0295; B = 8.1370 x 10 -3 Berat tablet terdissolusi dalam medium air 900 ml (W)
Rumus : W = Csampel x Vmedium Berat tablet terdissolusi dalam volume sampel (W sampel)
Rumus :
Wsampel = Csampel x Vsampel
Berat kumulatif tablet (W kumulatif )
Wkumulatif = W + Σ Wsampel sebelumnya 4
Rumus : Persentase kadar berat kumulatif per berat tablet (% Kadar)
Sampel 1
Tabel 3. hasil perhitungan data percobaan sampel 1 WAKT
V
SERAPA
C
W
W
W
% obat yg
U
(samp
N (A)
(ppm)
(mg)
(sampel)
(kumulati
dilepaska
(menit
el)
(mg)
f)
n
) 7,5 15 22,5 30
(ml) 10 10 10 10
0.079 0.079 0.086 0.102
(mg) 7.11 7.189 7.819 9.316
71.1 71.89 78.19 93.16
0.094 0.094 0.100 0.113
7.9 7.9 8.6 10.2
7.11 7.11 7.74 9.23
Sampel 2
Tabel 4. hasil perhitungan data percobaan sampel 2 5
WAKTU
V
SERAPA
C
W
W
W
% obat yg
(menit)
(sampel
N (A)
(ppm)
(mg)
(sampe
(kumulati
dilepaskan
)
l)
f)
(ml) 10 10 10 10
(mg) 0.094 0.097 0.102 0.108
(mg) 8.46 8.824 9.277 9.822
7.5 15 22.5 30
0.106 0.109 0.113 0.118
9.4 9.7 10.2 10.8
8.46 8.73 9.18 9.72
84.6 88.24 92.77 98.22
Sampel 3
Tabel 5. hasil perhitungan data percobaan sampel 3 WAKT
V
SERAPA
C
W
W
W
% obat yg
U
(samp
N (A)
(ppm)
(mg)
(sampel
(kumula
dilepaska
(meni
el)
)
tif)
n
t) 7.5 15 22.5 30
(ml) 10 10 10 10
(mg) 0.092 0.096 0.102 0.106
(mg) 8.28 8.732 9.276 9.642
82.8 87.32 92.76 96.42
0.105 0.108 0.113 0.116
9.2 9.6 10.2 10.6
8.28 8.64 9.18 9.54 6
VI.
PEMBAHASAN Disolusi merupakan salah satu pengujian terhadap suatu sediaan farmasi untuk mengetahui kapan zat aktif dari sediaan tersebut dilepaskan. Proses disolusi terjadi setelah proses disintegrasi dan sebelum terjadinya proses absorpsi, karena suatu sediaan akan mudah diabsorpsi dalam bentuk partikel yang kecil / halus. Uji disolusi tidak sama dengan uji waktu hancur, karena walaupun pada saat uji waktu hancur sediaan tersebut menunjukkan hasil yang baik dan memenuhi persyaratan namun belum tentu pelepasan zat aktif dari sediaan tersebut menunjukan hasil yang baik pula. Untuk itu perlunya dilakukan uji disolusi, karena proses disolusi merupakan
7
salah satu proses penting dari perjalanan obat yang menentukan efek terapi dari sediaan obat tersebut. Q adalah jumlah obat yang dinyatakan dalam monografi, kriteria penerimaan uji disolusi didasarkan pada nilai Q. Q berbeda-beda untuk setiap sediaan. Dari hasil 3 tablet yang diujikan, Hampir kesemua tablet telah melewati batas minimal persyaratan disolusi, yaitu Q = 75 %. Karena jumlah tablet yang diuji daya disolusinya berjumlah 3 buah tablet, maka kriteria penerimaan dari tahap 1 ini adalah tiap unit sediaan tidak kurang dari Q + 5%. Artinya, dalam waktu 30 menit, jumlah zat yang terdisolusi pada masing-masing tablet tidak boleh kurang dari 75 %.
Apabila uji tahap 1 tidak
memenuhi syarat, maka uji kemudian dilanjutkan pada tahap 2, dimana rata-rata dari 12 unit adalah sama dengan atau lebih besar dari Q dan tidak satu unit sediaan yang lebih kecil dari Q-15%. Dari hasil percobaan didapatkan laju disolusi tablet berkisar antara 71% - 98%. Hal ini berarti dalam waktu 30 menit, sekitar 71 % obat terdisolusi dalam pelarutnya. Bila laju disolusinya kurang dari persyaratan (75%), maka obat tersebut harus diformulasikan ulang agar dapat bekerja secara efektif dalam tubuh manusia. Laju disolusi tidak memiliki batas maksimal kecepatan, dan biasanya pabrik akan melebihkan sedikit dosisnya karena ditakutkan tablet rusak atau kadar zat aktifnya berkurang seiring bertambahnya waktu. Laju disolusi itu sendiri bergantung pada beberapa hal, yaitu komposisi lubricant, jenis surfaktan, dan jenis pengisi. Lubricant mempunyai sifat cenderung menghambat disolusi, maka semakin banyak lubricant yang digunakan, akan semakin lama pula waktu yang dibutuhkan oleh obat untuk berdisolusi dalam tubuh. Selain itu, jenis surfaktan juga mempengaruhi kecepatan disolusi suatu obat. Surfaktan merupakan zat yang dapat meningkatkan kelarutan
suatu
zat
dalam
pelarutnya.
Penggunaan
surfaktan
terutama ditujukan untuk obat-obat yang bersifat hidrofobik. 8
Maka, berdasarkan hasil uji diatas dan juga analisa hal-hal yang mempengaruhi laju disolusi suatu zat, dapat dikatakan bahwa tablet Propranolol HCL telah memiliki formulasi yang baik sehingga tablet Propranolon HCL dapat memenuhi syarat uji disolusi.
VII. KESIMPULAN Dari percobaan yang dilakukan dapat disimpulkan: 1. Sampel tablet Propranolol HCL Hampir semua memenuhi syarat monografi dalam FI IV, karena laju disolusinya berkisar 71-98%. 2. Persentase obat yang terdisolusi :
WAKTU
SAMPEL 1
SAMPEL 2
SAMPEL 3
(menit) 7,5 15 22,5 30
71.1 % 71.89 % 78.19 % 93.16 %
84.6 % 88.24 % 92.77 % 98.22 %
82.8 % 87.32 % 92.76 % 96.42 %
VIII. DAFTAR PUSTAKA Anonim, Farmakope Indonesia edisi IV, 1995, Departemen Kesehatan RI, Jakarta
Martin, Alfred, Dasar-dasar farmasi Fisik dalam Ilmu Farmasetik, terjemahan Physical Pharmacy, penerjemah Yoshita, UI Press, 1993, Jakarta.
9