BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG
Pada orang-orang dewasa muda, dengan usia produktif antara 20 – 40 tahun, aktivitas menjadi sangat tinggi. Bisa karena pekerjaan atau karena aktivitas- aktivitas lain, seperti bepergian atau acara-acara rekreasi akhir pekan dengan keluarga. Belum lagi di usia ini banyak yang sangat aktif dalam kegiatan olah raga. Pada usia di atas 40 tahun, walaupun sudah memasuki masa penuaan (degenerasi), aktivitas orang tua di perkotaan masih sangat tinggi. Dengan gaya hidup yang demikian, timbul masalah-masalah yang berhubungan dengan sendi pada lutut diantaranya cidera Ligamen dan Meniskus. Cedera pada ligamen terjadi akibat gerakan yang melebihi batas kemampuan ligamen untuk meregang, sehingga dapat terjadi keseleo (strain) atau robek. Jika terjadi cedera pada ligamen, akan berpengaruh pada kemampuan untuk melakukan gerakan sehingga dapat mengganggu aktivitas. Cedera ligamen biasanya terjadi pada ligamen di persendian lutut dan pergelangan kaki. Hal ini dikarenakan pada daerah tersebut sedikit terdapat jaringan otot sehingga mudah terjadi cedera. Terapi pada cedera ligamen dilakukan tergantung dari parah tidaknya cedera yang dialami. Jika hanya terjadi keseleo, bagian yang cedera dapat di gips untuk beberapa minggu. Namun jika terjadi
robekan
yang
parah,
tindakan
operasi
harus
dilakukan
untuk
mempertahankan kestabilan sendi. Cedera meniskus merupakan cedera yang sering terjadi pada olahraga yang melibatkan gerakan berputar dan squat seperti pada bolabasket, sepak bola atau bulu tangkis.
1
1.2 RUMUSAN MASALAH
1.2.1
Apa itu Cidera Ligamen dan Meniskus?
1.2.2
Apa Etiologi Cidera Ligamen dan Meniskus?
1.2.3
Bagaimana mekanisme terjadi cidera ligamen dan meniskus?
1.2.4
Bagaimana Manifestasi Klinis cidera ligamen dan Meniskus?
1.2.5
Bagaimana komplikasi cidera ligamen dan meniskus?
1.2.6
Bagaimana penatalaksanaan cidera ligamen dan meniskus?
1.2.7
Bagaimana asuhan keperawatan cidera ligamen da meniskus?
1.3 TUJUAN
1.3.1
Mengetahui apa itu Cidera Ligamen dan Meniskus?
1.3.2
Mengetahui apa Etiologi Cidera Ligamen dan Meniskus?
1.3.3
Mengetahui bagaimana mekanisme terjadi cidera ligamen dan meniskus?
1.3.4
Mengetahui bagaimana Manifestasi Klinis cidera ligamen dan Meniskus?
1.3.5
Mengetahui bagaimana komplikasi cidera ligamen dan meniskus?
1.3.6
Mengetahui bagaimana penatalaksanaan cidera ligamen dan meniskus?
1.3.7
Mengetahui bagaimana asuhan keperawatan cidera ligamen da meniskus?
2
1.2 RUMUSAN MASALAH
1.2.1
Apa itu Cidera Ligamen dan Meniskus?
1.2.2
Apa Etiologi Cidera Ligamen dan Meniskus?
1.2.3
Bagaimana mekanisme terjadi cidera ligamen dan meniskus?
1.2.4
Bagaimana Manifestasi Klinis cidera ligamen dan Meniskus?
1.2.5
Bagaimana komplikasi cidera ligamen dan meniskus?
1.2.6
Bagaimana penatalaksanaan cidera ligamen dan meniskus?
1.2.7
Bagaimana asuhan keperawatan cidera ligamen da meniskus?
1.3 TUJUAN
1.3.1
Mengetahui apa itu Cidera Ligamen dan Meniskus?
1.3.2
Mengetahui apa Etiologi Cidera Ligamen dan Meniskus?
1.3.3
Mengetahui bagaimana mekanisme terjadi cidera ligamen dan meniskus?
1.3.4
Mengetahui bagaimana Manifestasi Klinis cidera ligamen dan Meniskus?
1.3.5
Mengetahui bagaimana komplikasi cidera ligamen dan meniskus?
1.3.6
Mengetahui bagaimana penatalaksanaan cidera ligamen dan meniskus?
1.3.7
Mengetahui bagaimana asuhan keperawatan cidera ligamen da meniskus?
2
BAB II PEMBAHASAN 2.1 CIDERA LIGAMEN 2.1.1
DEFENISI
Ligamen merupakan jaringan ikat fibrosa yang mengikat ujung luar tulang yang membentuk persendian. Ligamen tersusun atas jaringan ikat padat yang mengandung serat kolagen nonextensile sehingga dikenal sebagai jaringan ikat fibrosa. Berkas serat kolagen sejajar dengan arah kontraksi, sehingga ideal untuk ligament yang menahan gaya dari satu tulang ke tulang lain pada sebuah sendi. Sehingga ligament memiliki kekuatan tahanan yang luar biasa. Gambaran histologi ligament didominasi oleh bundle parallel padat dengan deretan fibroblast yang tersebar merata. Pada orang dewasa, perubahan fibroblast menjadi fibrosit relative tidak aktif, dan karena substansi intrasel tidak membutuhkan nutrisi, maka suplai darah menjadi sedikit. Ligamen mempunyai ikatan yang sangat kuat ke tulang pada daerah insersi oleh terusan dari serat kolagennya, yang menembus dalam ke substansi padat tulang kortikal dan menyebar di dalamnya dan dikenal sebagai serat Sharpey. Begitu kuatnya ikatan ini bahkan cedera tarikan yang kuat, ligament tidak tertarik keluar dari tulang; sebaliknya ligament tersebut robek atau tempat pelekatan ligament dan tendon tersebut mengalami avulsi. Kurangnya penekanan yang diakibatkan oleh pembatasan gerak yang terlalu lama pada sendi, dan pada ligament, dapat menyebabkan kelemahan yang progresif pada ligament dan kelemahan yang lebih parah pada sambungan antara ligament dan tulang. Bahkan, mungkin diperlukan waktu 6-12 bulan setelah dapat dilakukan gerakan hingga kekuatannya kembali normal. Isltilah awam cedera ligamen yang paling umum ialah terkilir, dan terjadi ketika jaringan ikat ini diduga membentang melewati kapasitas normal. Hal ini sering bercampur dengan regangan, yang ketika otot telah membentang terlalu
3
jauh. Terkilir sering disebabkan oleh gerakan tiba-tiba dan kekerasan atau dengan teknik peregangan yang tidak tepat. Ketika ligamen rusak lebih parah, dapat robek atau pecah, mengalami cedera yang lebih serius. Karena ligamen memainkan peran penting dalam menstabilkan sendi, sehingga sangat rentan terhadap cedera jika penggunaannya berlebihan atau pegerakan yang tiba-tiba. Banyak atlet profesional melukai lutut, siku, dan bahu terutama karena tindakan yang diambil sambil berlari, melompat, melempar , dan lain sebagainya. Jadi Cedera ligamen adalah robeknya cruciatum anterior ligamen yang merupakan salah satu ligamen utama di lutut. Cedera ligamen yang paling sering terjadi selama olahraga yang melibatkan berhenti mendadak, melompat atau perubahan arah – seperti basket, sepak bola, tenis, ski, bola voli dan senam. 2.1.2 ETIOLOGI
Cidera ligamen dapat disebabkan karena melakukan aktivitas fisik tertentu, cidera ligamen juga terjadi karena adanya tekanan pada ligamen sehingga menyebabkan ligamen merenggang terlalu jauh Hal ini dapat menyebabkan ligamen patah. Cedera pada ligamen terjadi akibat gerakan yang melebihi batas kemampuan ligamen untuk meregang, sehingga dapat terjadi keseleo (strain) atau robek. Jika terjadi cedera pada ligamen, akan berpengaruh pada kemampuan untuk melakukan gerakan sehingga dapat mengganggu aktivitas. Cedera ligamen biasanya terjadi pada ligamen di persendian lutut dan pergelangan kaki. Hal ini dikarenakan pada daerah tersebut sedikit terdapat jaringan otot sehingga mudah terjadi cedera. Selain itu ada beberapa hal yang menyebabkan cedera pada ligamen. 1) Memperluas gerakan lutut terlalu jauh 2) Memutar lutut dengan kaki yang ditahan 3) Mengangkat badan secara tiba-tiba dari satu kaki ke kaki yang lain 4) Melompat dan mendarat posisi lutut tertekuk
4
5) Berhenti secara tiba-tiba saat berlari 6) Dislokasi Dislokasi dapat menyebabkan cidera ligamen karena sebuah sendi yag pernah mengalami dislokasi,ligamen-ligamennya biasanya menjadi kendor akibatnya sendi tersebut lebih mudah mengalami dislokasi kembali. Dislokasi bisa disebabkan oleh cidera ligamen jika cidera pada ligamen tersebut mengenai sendi atau benturan keras pada ligamen dan sendi. 2.1.3 MEKANISME TERJADINYA CIDERA LIGAMEN
Sebuah benturan langsung pada sendi biasanya menghasilkan memar tetapi, benturan yang cukup parah, dapat menghasilkan fraktur intra articular. Cedera tidak langsung menghasilkan ketegangan mendadak pada ligamen yang mungkin dapat menyebabkan peregangan ligamen yang parah, sehingga terjadi robekan kecil dan beberapa perdarahan (keseleo pada ligamen) tanpa kehilangan stabilitas sendi. Sebuah cedera yang lebih parah menghasilkan robekan ligamen besar baik sebagian atau lengkap dengan mengakibatkan hilangnya stabilitas sendi. Jika ligamen itu sendiri tidak robek, mungkin terjadi retakan pada tulang di tiap ujung ligamen. Sebuah regangan ligamen, sebaliknya, mengacu pada pemanjangan bertahap ligamen yang dihasilkan dari peregangan ringan yang berulang secara terus-menerus. 1)
Cedera Ligamen pada Sendi Lutut
Lutut pada dasarnya adalah sendi engsel yang dapat bergerak secara fleksi, ekstensi, dan rotasi derajat kecil. Stabilitas pada bagian medial dan lateralnya dijaga oleh ligamen kolateral medial dan lateral yang kuat, dan stabilitas anterior dan posteriornya oleh ligamen krusiat anterior dan posterior. Sehingga, ligamenligamen tersebut rentan terhadap cedera parah akibat gaya yang memaksa lutut bergerak pada posisi yang abnormal atau di luar rentang gerak normalnya. Cedera seperti ini biasanya terjadi pada olahraga, contohnya sepakbola dan hoki. Ligamen
5
mungkin hanya keseleo (tertarik dengan robekan pada beberapa serat) atau bisa saja terjadi robekan sebagian atau robekan penuh. Ligamen-Ligamen pada Lutut yang Sering Mengalami Cedera a. Ligamen cruciatum anterior Berjalan di depan eminentia intercondylaretibia ke permukaan medial condylus lateralis femur yang berfungsi menahan hiperekstensi dan menahan bergesernya tibia ke depan. b. Ligamen cruciatum posterior Berjalan dari facies lateralis condylus medialis femur menuju ke fossa intercondylaretibia yang berfungsi menahan bergesernya tibia ke belakang. c. Ligamen collateral medial (tibiae) Berjalan dari epicondylus medialis menuju ke permukaan medial tibia yang berfungsi menahan gerakan valgus atau samping luar. d. Ligamen collateral lateral (fibulae) Berjalan dari epicondylus lateralis ke caput fibula, yang berfungsi menahan gerakan varus atau samping dalam.
6
Mekanisme cidera
Sebagian besar cedera ligamen terjadi di saat lutut menekuk, sehingga merelaksasikan kapsul dan ligamen, dan memungkinkan terjadinya rotasi. Daya perusak dapat berupa dorongan lurus (misalnya : cedera dashboard yang mendesak tiba ke belakang) atau, lebih sering, kombinasi cedera rotasi dan tumbukan pada lutut penahan beban yang sedang tertekuk seperti pada cedera pesepak bola. Berbagai jenis cedera kompleks dapat timbul. Ligamen medial adalah yang paling sering terkena; penyebabnya biasanya adalah cedera pemuntiran dengan lutut yang berotasi dan terdorong ke dalam valgus. Jaringan mengalami ruptur dari lapisan ke lapisan; pertama ligamen kapsul dangkal, kemudian ligamen kolateral medial, dan kemudian – karena tibia berotasi luar – ligamen krusiatum anterior. Cedera yang sama terjadi (meskipun jauh lebih jarang) pada sisi lateral bila lutut dipaksa ke dalam varus, dan cedera ligamen krusiatum posterior bila tiba terdorong ke belakang dalam hubungannya dengan femur. Saat memutar lutut dengan kaki yang ditahan umunya dapat menyebabkan cidera ligamen karena tekanan tersebut menyebabkan robekan pada ligamen ,namun hal itu dapat dicegah dengan melakukan peregangan da latihan kekuatan sebelum dan sesudah aktifitas fisik, dan lakukan perubahan aktifitas secara bertahap. Pada anak yang berjalan pincang juga bisa disebabkan karena cidera ligamen dan bisa juga disebabkan dislokasi kongenital. Tindakan perawat pada pasien yang pincang yaitu : Melakukan pemeriksaan fisik untuk mendiagnosa penyakit,kaji nyeri dan bentuk ekstremitas,anjurkan untuk merendam kaki yang nyeri dengan air hangat,anjurkan pasien untuk istirahat,melakukan terapi es untuk mengurangi
rasa
sakit,melakukan
kompresi
meninggikan anggota tubuh yang terkilir. 2) Cedera Ligamen pada Pergelangan Kaki Robekan ligamen Deltoid
7
menggunakan
perban
dan
Ruptur pada ligamen deltoid biasanya berhubungan dengan fraktur pada ujung distal fibula atau robekan pada ligamen tibiofibula distal (atau keduanya).Robekan terjadi karena adanya trauma abduksi. Robekan dapat bersama-sama dengan lepasnya fragmen kecil dari maleolus medialis (avulsi). Diagnosis dibuat dengan sinar – X : terdapat pelebaran ruang sendi medial pas foto mortise; kadang-kadang talus miring, dan diastasis sendi tibiofibular dapat tampak jelas. Robekan pada Ligamen Tibiofibula Inferior
Ligamen tibiofibula inferior dapat robek, sehingga dapat menyebabkan separasi sendi tibiofibular sebagian atau lengkap (diastasis). Diastasis lengkap, dengan robekan pada kedua serat anterior pada posterior, terjadi akibat strain abduksi yang hebat. Diastasis sebagian, dengan robekan hanya pada serat anterior, diakibatkan oleh adanya rotasi luar. Cederaini dapat terjadi secara tersendiri, tetapi biasanya disertai dengan fraktur pada maleolus. 2.1.4 MANIFESTASI KLINIS CIDERA LIGAMEN
- Nyeri, sering mendadak dan berat terutama pada jaringa yang robek. - Sebuah suara keras krek” atau jepret selama cedera - Pembengkakan - Perasaan kelonggaran pada sendi - Ketidakmampuan untuk meletakkan berat badan pada titik tanpa rasa sakit - Rasa sakit dan pincang saat berjalan - Kekakuan
8
2.1.5 TINGKAT CEDERA LIGAMEN
Beberapa orang yang mengalami cedera igamen sering
melaporkan
adanya bunyi “ceklek” atau “letupan” saat terjadi cedera. Setelah cedera terjadi, pasien mengalami gangguan gerak dan fungsi tergantung dari derajat kerusakan yang diakibatkan oleh cedera tersebut. Cedera ligament dapat dikelompokkan menjadi 3 derajat berdasarkan derajat kerusakannnya, yaitu : 1. Derajat I, ditandai dengan :
1) Cedera ringan, nyeri ringan, sedikit bengkak, dan mungkin muncul kekakuan sendi. 2) Stretch ligamen atau kerobekan kecil pada ligamen. 3) Biasanya terjadi pada ligament krusiatum anterior. 4) Penurunan fungsi yang minimal. 5) Dapat kembali beraktivitas dalam beberapa hari setelah injury
(dengan
menggunakan brace atau taping ). 2. Derajat II, ditandai dengan :
1) Nyeri yang sedang sampai nyeri hebat, pembengkakan, dan muncul kekakuan sendi. 2) Kerobekan parsial pada ligamen sendi . 3) Penurunan fungsi yang cukup berat dengan kesulitan berjalan. 4) Membutuhkan waktu 2 – 3 bulan sebelum memperoleh kembali kekuatan dan stabilitas sendi. 3. Derajat III, ditandai dengan :
1) Timbul nyeri hebat setelah cidera, yang kemudian diikuti oleh sedikit nyeri atau tanpa nyeri akibat kerusakan total dari serabut saraf.
9
2) Pembengkakan yang besar dan sendi menjadi kaku selama
beberapa jam
setelah cidera. 3) Ruptur secara komplet pada ligament kolateral (laxity yang berat). 4) Biasanya memerlukan beberapa bentuk immobilisasi selama beberapa minggu. 5) Hilangnya fungsi secara komplet ( functional disability) dan memerlukan kruk. 6) Biasanya
memerlukan
terapi
konservatif dengan
program rehabilitasi
exercise, tetapi dalam jumlah yang kecil memerlukan pembedahan. 7) Masa recovery selama 4 bulan Sementara itu. kronik cedera ligamen dapat terjadi pada penderita atau olahragawan yang mengalami overstretch (injury) ringan dan terjadi berulang kali tanpa mendapatkan pengobatan yang adequat. Cedera ini sering menjadi kronik cedera karena pasien tidak begitu memperhatikan
cedera yang dialaminya sehingga tidak diobati atau
mendapatkan pengobatan yang tidak adequat. Pada kronik cedera
ligamen,
nyeri yang dirasakan adalah dull aching (sakit tumpul), bersifat intermitten atau kadang-kadang konstan, nyeri cenderung
meningkat jika melakukan
aktivitas atau olahraga yang melibatkan lutut. 2.1.6 PEMERIKSAAN PENUNJANG
1) Pemeriksaan Gerakan Sendi Lutut Pemeriksaan gerakan sendi lutut sangat penting karena setiap kelainan pada lutut akan memberikan gangguan pergerakan lutut. Pada pemeriksaan perlu diketahui apakah gerakan disertai nyeri atau krepitasi. Secara normal gerakan fleksi pada sendi lutut sebesar 120-145 derajat dan gerakan ekstensi 0 derajat dan mungkin ditemukan hiperekstensi sebesar 10 derajat. -
Pemeriksaan ligamentum kolateral medial dan lateral
-
Pemeriksaan ligamentum krusiatum anterior dan posterior
10
2) Pemeriksaan Radiologi Foto polos dapat memperlihatkan bahwa ligamen telah
mengavulsikan
sepotong tulang kecil – ligamen medial biasanya dari femur, ligamen lateral dari fibula, ligamen krusiatum anterior dari spina tibia dan krusiatum posterior dari bagian belakang tibia atas. Film tekanan (kalau perlu dibawah anestesi) dapat menunjukkan apakah engsel sendi terbuka ke satu sisi. 3) Pemeriksaan Artroskopi Bila terjadi robekan hebat pada ligamen kolateral dan kapsul, artroskopi tidak boleh dilakukan karena ekstravasasi cairan akan menghambat diagnosis dan menyulitkan prosedur selanjutnya. Indikasi utama untuk melakukan artroskopi adalah pada robekan ligamentum krusiatum terisolasi yang dicurigai, dan pada sprain yang lebih ringan untuk menyingkirkan cedera internal lain misalnya robekan meniskus, yang (kalau ada) dapat ditangani seketika itu juga. 4) Terapi a. Robekan Sebagian Serat yang utuh membebat serat yang robek dan akan terjadi penyembuhan spontan. Perlekatan akan membahayakan, maka latihan aktif akan dilakukan sejak awal, dibantu dengan aspirasi efusi yang tegang, aplikasi kompres es pada lutut dan, kadang-kadang, injeksi anestesi lokal ke daerah yang nyeri. Pembebanan diperbolehkan tetapi lutut dilindungi dari rotasi atas strain angulasi dengan pembalutan berbantalan atau bebat posterior. Gips yang lengkap tidak diperlukan dan merugikan; ini menghambat gerakan dan mencegah penilaian ulang setiap minggu – suatu peringatan penting kalau kesalahan ingin dihindari. Dengan program latihan itu, pasien biasanya dapat kembali berlatih olah raga setelah 6-8 minggu. b. Robekan Lengkap Dalam teori, penyembuhan dapat terjadi asalkan ujung yang robek disposisi dengan teliti dan dipertahankan tanpa gerakan dalam gips. Tetapi
11
hasilnya tak menentu. Lebih bijaksana bila dilakukan operasi dan merupakan kesempatan terbaik untuk menghindari ketidakstabilan di masa mendatang. Prinsip pedomannya adalah : 1. Melakukan operasi dini (lebih awal lebih baik dan harus dalam 14 hari) 2. Menggunakan insisi yang cukup lebar (kalau struktur posterior juga robek dan akses tidak adekuat, insisi posterior yang kedua akan membantu) 3. Memperbaiki setiap struktur yang robek dengan kuat dan, kalau mungkin, dengan penempelan ulang pada tulang (staples, atau penjahitan lewat lubang bor, diperlukan) 4. Mempertimbangkan penguatan perbaikan dengan autograf atau implan 5. Melindungi perbaikan selama 6 minggu dalam gips di atas lutut. Pada robekan yang luas sendi harus di eksplorasi, dan bagian meniskus yang robek atau lepas dibuang. Kalau ligamen krusiatum terobek,ligamen itu juga harus diperbaiki. Kapsul
posteromedial
mungkin
terpakasa
ditempel
ulang
dengan
menjahitnya lewat lubang bor pada tulang. Ligamen yang berjumbai dapat diperkuat dengan salah satu dari struktur tendinosa di sekitarnya (misalnya, pas anserinus atau semimembranosa). Ligamentum krusiatum anterior dapat terevaluasi pada kedua ujungnya. Ini dapat ditempel ulang dengan fiksasi sekrup atau dengan penjahitan yang melewati lubang bor yang ditempatkan dengan sesuai
pada tibia atau femur.
Robekan di dalam bahan ligamen sulit dijahit; perbaikan dapat diperkuat dengan menggunakan salah satu dari tendon yang berdekatan atau implan yang bebas. Pada ligamentum krusiatum posterior perbaikan atau penguatan dapat lebih mudah dilakukan melalui pendekatan posterior. Pasca operasi tungkai diimobilisasi dalam gips panjang dengan posisi lutut fleksi 40 derajat (kaki harus berotasi ke medial terutama kalau struktur medial
12
terlibat, berotasi ke lateral bila terjadi kerusakan lateral). Gips ini biasanya dapat diganti dengan gips penyangga berengsel setelah 3-4 minggu. Pembebanan bebas tidak diperbolehkan hingga 8 minggu setelah perbaikan ligamen. Latihan penguatan otot secara aktif diperlukan dan harus dilanjutkan sekurang-kurangnya 6 bulan. 5) Terapi Non-Operasi Kalau pasien bukan atlet atau tidak lagi muda (atau jika diagnosa meragukan), terapi non-operasi mungkin lebih baik. Tentu saja, robekan ligamentum kolateral medial (yakni, bila lutut stabil dalam ekstensi penuh) dapat diterapi secara efektif tanpa operasi. Tungkai demobilisasi dalam gips selama 6-8 minggu; selama waktu itu pasien diperbolehkan menahan beban dengan keruk penopang. Hasilnya, meskipun hasilnya tidak sebaik hasil setelah operasi dengan keahlian dan teknik yang modern, namun dapat diterima. Ketidakstabilan yang tersisa dapat ditangani kemudian, kalau perlu dengan pembedahan rekonstruksi. Penyembuhan ligamen pada usia remaja tidak mempengaruhi cidera ligamen. Untuk waktu penyembuhan setiap orang bervariasi,biasanya satu minggu sudah sembuh namun jika semakin membengkak dan semakin susah digerakkan maka sebaiknya segera periksakan ke dokter,karena bisa saja ligamen sudah mengalami robekan. Pada umunya cidera ligamen akan sembuh dalam waktu beberapa minggu tanpa pengobatan yang khusus. 2.1.7 KOMPLIKASI
Perlekatan terjadi apabila lutut dengan robekan ligamen sebagian tidak digunakan secara aktif, serat yang putus menempel pada serat yang utuh dan tulang. Lutut dapat “lepas” dengan disertai rasa nyeri; terdapat nyeri tekan lokal, dan rasa nyeri pada rotasi medial atau lateral. Kekacauan dengan meniskus yang robek dapat diatasi dengan uji penggerusan, atau dengan manipulasi dan injeksi di bawah anestesi, yang biasanya kuratif. Kalau masih terdapat keraguan mengenai kemungkinan robeknya meniskus, artroskopi diindikasikan. Kadang-kadang
13
cedera abduksi diikuti dengan perkapuran dekat perlekatan bagian atas pada ligamen medial (penyakit Pallegrini-Stieda). 2.2 CIDERA MENISKUS 2.2.1
DEFENISI
Cedera meniskus merupakan cedera yang sering terjadi pada olahraga yang melibatkan gerakan berputar dan squat seperti pada bolabasket, sepak bola atau bulu tangkis. Meniscus adalah bantalan sendi lutut berbentuk seperti cincin dan berfungsi sebagai penahan benturan. Cedera pada struktur ini sangat sering terjadi dan sebagian besar karena olah raga. Biasanya berupa cedera saat lutut terpuntir (twisted knee) mendadak. Meniskus merupakan bantalan fibrokatilago yang melekat pada medial (sisi dalam) dan lateral (sisi luar) tibial plateu. Meniskus ini menutupi 50% dari tibial ptateu. Meniskus lateral menutupi lebih banyak permukaan tibial plateu lebih banyak dibanding meniskus medial sehingga terjadi kontak langsung yang lebih banyak antara femur dan tibia pada kompartemen medial. Meniskus ini berfungsi untuk memperlebar dan memperdalam permukaan kontak antara femur dan tibia, hal ini menyebabkan berkurangnya stess atau tekanan pada kartilago artikuler.
VASKULARISASI MENISKUS :
1/3 bagian perifer ( bagian luar) meniskus
mempunyai vaskularisasi yang baik dari kapiler-kapiler kapsul fibrosus dan membran synovial. Sedangkan bagian dalam merupakan area avaskuler ( tidak ada pembuluh darah ). Oleh karena itu bila terjaditear pada bagian perifer, akan sembuh dengan baik dantear pada bagian dalam akan sulit mbuh.
FUNGSI MENISKUS :
-
Meniskus berfungsi untuk memperlebar dan memperdalam permukaan kontak antara femur dan tibia, hal ini menyebabkan berkurangnya stess atau tekanan pada kartilago artikuler.
14
-
Meniskus akan mendistribusikan beban yang di terima oleh sendi lutut.
-
Meniskus juga berfungsi untuk menjaga stabilitas sendi dan fungsi lubrikasi menghasilkan cairan sendi.
2.2.2
MANIFESTASI KLINIS
Gejala yang timbul sering dianggap sebagai 'keseleo' biasa karena pasien masih bisa jalan. Namun keadaan akan menjadi buruk karena akan timbul gejala nyeri di sendi yang makin hebat sehingga -
Nyeri di sepanjang garis sendi lutut
-
jalan menjadi pincang;
-
sendi lutut sulit untuk digerakkan,
-
Lutut tidak dapat diluruskan dan tidak dapat dilipat
-
merasa ada yang bergerak-gerak di dalam sendi.
-
Terdapat pembengkakan terutama pada bagian lutut
-
Lutut terasa seperti terkunci
2.2.3 ETIOLOGI DAN MEKANISME TERJADINYA CIDERA MENISKUS
Mekanisme cedera meniskus adalah akibat gerakan berputar dari sendi lutut dan juga akibat gerakan squat atau fleksi (menekuknya) sendi lutut yang berlebihan,dan melintirkan kaki secara mendadak. Pada usia muda cedera meniscus pada sendi lutut biasanya terjadi pada aktivitas olahraga dimana posisi lutut terpelintir dan sedikit menekuk. Cedera ini bisa terjadi pada sebelah laertal/medial meniscus atau pada tanduk anterior/posterior dll. Pada lansia cedera meniscuspun
juga
bisa
terjadi,
hal
degenerasi/arthritis pada sendi lutut.
15
ini
dikarenakan
adanya
prosese
2.2.4 PENATALAKSANAAN CEDERA MENISKUS :
Terdapat 3 macam pilihan ketika seorang atlet cedera meniskus : 1. Rehabilitasi non-operatif 2. Pembedahan dengan cara membersihkan atau menghilangkan meniskus yang robek 3. Pembedahan dengan cara menjahit meniskus yang robek.
2.2.5 KOMPLIKASI CEDERA MENISKUS
Cedera meniskus yang tidak tertangani dengan baik akan mengakibatkan kerusakan kartilago di tulang tibia, tulang femur dan pada patella mengalami kerusakan akibat gesekan dan beban yang berlebih yang akan mengakibatkan risiko terjadinya osteoartritis. Jika meniskus sudah tidak berfungsi lagi dengan baik maka dapat menghambat kinerja normal pada lutut dan menyebabkan rasa sakit,pembengkakan,kekakuan dan lubrikasi sehingga membuat cairan sendi akan terhambat. 2.2.6
PROSES PENGOBATAN DAN PEMULIHAN MENISKUS
Pengobatan tergantung pada tingkat keparahan dan lokasi robeknya, pengobatan konservatif bisa berhasil bagi mereka yang mengalami kerobekan degeneratif kecil dari meniskus. Istirahat dari berlari dan cross-training harus dilakukan sampai rasa sakit dan pembengkakan mereda. Pada cedera meniskus ringan dengan rehabilitasi tanpa operasi memerlukan waktu penyembuhan sekitar 3-4 minggu. Sedangkan bila diperlukan operasi pembersihan meniskus yang robek, memerlukan waktu penyembuhan sekitar 6-8 minggu. Dan apabila terjadi cedera berat pada meniskus dan diperlukan operasi maka waktu penyembuahan sekitar 3-4 bulan. 2.2.7 PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
- MRI - RONTGEN
16
- CT SCAN 2.3 ASUHAN KEPERAWATAN CIDERA LIGAMEN DAN MENISKUS 2.3.1 PENGKAJIAN
1.
Identitas klien a) Identitas klien berisi tentang : Nama, Umur, Pendidikan, Pekerjaan, Suku, Agama, Alamat. b) Identitas
penanggung
jawab
meliputi:
Nama,
Umur,
Pendidikan,
Pekerjaan, Suku, Agama, Alamat. c) Tanggal masuk RS, No. Medical Record dan Diagnosa Medis 2. Riwayat Kesehatan a) Keluhan utama : Badan bengkak, muka sembab dan nafsu makan menurun. b) Riwayat penyakit sekarang : Badan bengkak, muka sembab, muntah, nafsu makan menurun, konstipasi, diare, urine menurun. c) Riwayat penyakit dahulu : Edema, malaria, riwayat GNA dan GNK, terpapar bahan kimia. d) Riwayat kesehatan keluarga : Karena kelainan gen autosom resesif. Kelainan ini tidak dapat ditangani dengan terapi biasa dan bayi biasanya mati pada tahun pertama atau dua tahun setelah kelahiran. 3.
Pengkajian fungsional kesehatan Pada klien dengan nefrotik sindrom, hal yang perlu di kaji menurut 11 pola konseptual Gordon yang dikemukakan oleh Doengoes (2000) dan Carpenito (2001). a)
Persepsi kesehatan Kaji pandangan klien/keluarga jika ada anggota keluarga yang sakit apa yang akan dilakukan, pengobatan apa yang akan diberikan.
b)
Pola nutrisi metabolic
17
Tanyakan tentang pola makan klien sebelum dan selama sakit, kaji status nutrisi klien dengan, kaji input cairan klien selama 24 jam, dan kaji turgor kulit serta observasi adanya oedema anasarka. c)
Pola eliminasi Kaji pola bab dan bak klien sebelum sakit dan selama sakit.apakah terjadi perubahan pola berkemih seperti peningkatan frekuensi, proteinuria.
d)
Pola aktivitas Kaji tanda – tanda vital terutama tekanan darah, kaji adanya tanda - tanda kelelahan,
e)
Kebutuhan istirahat tidur Kaji pola tidur klien sebelum dan selama sakit
f)
Pola persepsi kognitif Kaji kemampuan pancaindra klien, kaji pengetahuan klien tentang penyakit yang di deritanya.
g)
Pola persepsi diri Kaji persepsi diri klien meliputi body image, harga diri, peran diri, ideal diri, konsep diri.
h)
Pola hubungan sosial Kaji pola komunikasi klien terhadap keluarga, klien satu ruang, dan perawat.
i)
Pola seksualitas Kaji kebutuhan seksual klien
j)
Pola mekanisme koping
18
Kaji bagaimana respon diri klien terhadap penyakit yang dideritanya k)
Pola spiritual Kaji persepsi klien dilihat dari segi agama, apakah klien memahami bahwa penyakitnya adalah ujian dari Tuhan.
4.
Pemeriksaan fisik Strain
dan
sprain
:
Pemeriksan
fisik
mencakup
kelemahan,
ketidakmampuan penggunaan sendi, udema pada sprain, perubahan warna kulit, perdarahan, dan mati rasa. 2. 3.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri Akut Berhubungan Cidera Pada Bantalan Sendi Lutut 2.
Kerusakan Integritas Kulit Berhubungan Dengan Trauma/ Cidera Pada Sendi Lutut
3.
Gangguan Mobilitas Fisik Berhubungan Dengan Penurunan Kekuatan Dan Ketahanan Sendi
4.
Resiko tinggi terhadap disfungsi neurovaskuler perifer berhubungan dengan aliran darah; cedera vaskuler langsung, edema berlebih, hipovolemik dan pembentukan thrombus.
5.
Kurang pengetahuan tentang kondisi dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurang informasi, salah interpretasi informasi, tidak mengenal sumber informasi.
2. 3. 3 INTERVENSI DAN IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
1. Nyeri Akut Berhubungan Cidera Pada Bantalan Sendi Lutut Tujuan: Nyeri berkurang setelah dilakukan tindakan perawatan. Kriteria Hasil:
a.
Klien menyatakan nyeri berkurang.
19
b.
Klien menunjukkan penggunaan keterampilan relaksasi dan aktifitas terapetik sesuai indikasi untuk situasi individual.
c.
Edema berkurang/hilang.
d.
Tekanan darah normal.
e.
Tidak ada peningkatan nadi dan pernapasan.
Intervensi:
a.
Kaji keluhan nyeri, perhatikan lokasi, lamanya, dan intensitas (skala 0 ± 10). Perhatikan petunjuk verbal dan non-verbal.
b. Pertahankan immobilisasi bagian yang sakit dengan tirah baring, gips, pembeban, dan traksi. c.
Tinggikan dan sokong ekstremitas yang terkena.
d.
Bantu pasien dalam melakukan gerakan pasif/aktif.
e.
Berikan alternatif tindakan kenyamanan (massage, perubahan posisi).
f.
Dorong penggunaan teknik manajemen stress, contohnya relaksasi progresif, latihan nafas dalam, imajinasi visualisasi dan sentuhan terapeutik.
g.
Lakukan kompres dingin/es selama 24-48 jam pertama dan sesuai indikasi.
h.
2.
Kolaborasi dengan dokter pemberian analgetik.
Kerusakan Integritas Kulit Berhubungan Dengan Trauma/ Cidera Pada Sendi Lutut Tujuan: Kerusakan integritas jaringan dapat diatasi Kriteria Hasil:
a.
Penyembuhan luka sesuai waktu.
b.
Tidak ada laserasi, integritas kulit baik.
Intervensi:
a.
Kaji kulit untuk luka terbuka, kemerahan, perdarahan, perubahan warna.
b.
Massage kulit dan tempat yang menonjol, pertahankan tempat tidur yang kering dan bebas kerutan.
20
c.
Rubah posisi selang seling sesuai indikasi.
d.
Gunakan bed matres/air matres.
3. Gangguan Mobilitas Fisik Berhubungan Dengan Penurunan Kekuatan Dan Ketahanan Sendi Tujuan: Kerusakan mobilitas fisik dapat berkurang. Kriteria Hasil:
a.
Klien
akan
meningkat/mempertahankan
mobilitas
pada
tingkat
kenyamanan yang lebih tinggi. b. c.
Klien mempertahankan posisi/fungsional. Klien meningkatkan kekuatan/fungsi yang sakit dan mengkompensasi bagian tubuh.
d.
Klien menunjukkan teknik yang mampu melakukan aktifitas.
Intervensi:
a.
Kaji derajat imobilitas yang dihasilkan oleh cedera/pengobatan dan perhatikan persepsi pasien terhadap imobilisasi.
b.
Dorong partisipasi pada aktivitas terapeutik/rekreasi dan pertahankan rangsang lingkungan.
c.
Instruksikan dan bantu pasien dalam rentang gerak aktif/pasif pada ekstremitas yang sakit dan yang tak sakit.
d.
Tempatkan dalam posisi telentang secara periodik bila mungkin, bila traksi digunakan untuk menstabilkan fraktur tungkai bawah.
e.
Bantu/dorong perawatan diri/kebersihan (contoh mandi dan mencukur).
f.
Berikan/bantu dalm mobilisasi dengan kursi roda, kruk dan tongkat sesegera mungkin. Instruksikan keamanan dalam menggunakan alat mobilisasi.
g.
Awasi TD dengan melakukan aktivitas dan perhatikan keluhan pusing.
h.
Ubah posisi secara periodik dan dorong untuk latihan batuk/napas dalam.
i. j.
Auskultasi bising usus. Dorong penigkatan masukan cairan sanpai 2000-3000 ml/hari.
K. Konsul dengan ahli terapi fisik/okupasi dan atau rehabilitasi spesialis.
21
4.
Resiko tinggi terhadap disfungsi neurovaskuler perifer berhubungan dengan aliran darah; cedera vaskuler langsung, edema berlebih, hipovolemik dan pembentukan trombus. Tujuan: Disfungsi neurovaskuler perifer tidak terjadi. Kriteria Hasil:
a.
Mempertahankan perfusi jaringan yang ditandai dengan terabanya pulsasi.
b.
Kulit hangat dan kering.
c.
Perabaan normal.
d.
Tanda vital stabil.
e.
Urine output yang adekuat
Intervensi :
a.
Kaji kembalinya kapiler, warna kulit dan kehangatan bagian distal dari fraktur..
b.
Kaji status neuromuskuler, catat perubahan motorik/fungsi sensorik.
c.
Kaji kemampuan dorso fleksi jari-jari kaki.
d.
Monitor posisi/lokasi ring penyangga bidai.
e.
Monitor vital sign, pertahanan tanda-tanda pucat/cyanosis umum, kulit dingin, perubahan mental.
f.
Pertahankan
elevasi
dari
ekstremitas
yang
cedera
jika
tidak
kontraindikasi dengan adanya compartemen syndrome.
5.
Kurang
pengetahuan
tentang
kondisi
dan
kebutuhan
pengobatan
berhubungan dengan kurang informasi, salah interpretasi informasi, tidak mengenal sumber informasi. Tujuan: Pemahaman dan pengetahuan klien dan keluarga bertambah. Kriteria Hasil:
a.
Menyatakan pehaman kondisi, prognosis dan pengobatan.
22
b.
Melakukan dengan benar prosedur yang diperlukan dan menjelaskan alasan tindakan.
Intervensi:
6.1 Kaji ulang patologi, prognosis dan harapan yang akan datang. 6.2 Beri penguatan metode mobilitas dan ambulasi sesuai instruksi dengan terapis fisik bila diindikasikan. 6.3 Buat daftar aktivitas dimana pasien dapat melakukannya secara mandiri dan yang memerlukan bantuan. 6.4 Dorong pasien untuk melanjutkan latihan aktif untuk sendi di atas dab di bawah fraktur. 6.5 Diskusikan pentingnya perjanjian evaluasi klinis.
23
BAB III KASUS
Kasus : Tn. A berumur 25 tahun datang ke RS dengan keluhan nyeri pada persendian lutut. Klien mengatakan dia terjatuh saat bermain bola dan lututnya tertekan ke tanah sehinga menyebabkan daerah disekitar sendi lutut luka dan bengkak . Klien mengatakan sulit berjalan, dan beraktivitas seperti biasa . Dari hasil pemeriksaan didapatkan daerah sendi lutut pasien kaku dan tidak bisa digerakkan. Pasien juga terlihat memegang lututnya dan berjalan pincang saat dibawa kerumah sakit. Pasien terlihat cemas dengan kondisinya saat ini dan bertanya apakah kondisinya parah dan apakah dia masih bisa bermain bola lagi.
3.1 PENGKAJIAN Nama : Tn. A Umur : 25 tahun Alamat : Tanggal MRS : Keluhan Utama : nyeri pada sendi lutut
Analisa Data DATA
MK
ETIOLOGI
DS : Klien mengatakan nyeri pada persendian lutut
Cidera Pada
DO : Pasien juga terlihat memegang
Bantalan Sendi
lututnya dan berjalan pincang
Nyeri Akut
Lutut
DS : Klien mengatakan sulit berjalan,dan beraktivitas seperti
Penurunan
biasa
Kekuatan Dan
DO: - Dari hasil pemeriksaan
Gangguan
didapatkan daerah sendi lutut pasien
mobilitas
Ketahanan Sendi
24
kaku dan tidak bisa digerakkan.
fisik
- Pasien juga terlihat memegang lututnya dan berjalan pincang saat dibawa kerumah sakit DS : Pasien mengatakan tidak tahu
apa yang harus dilakukan dan bertanya apakah kondisinya parah da
Kurangnya
apakah dia masih bisa bermain bola
Informasi
lagi
Kurang pengetahuan
DO : Pasien terlihat cemas dengan
tentang penyakit
kondisinya saat ini
3.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Nyeri Akut Berhubungan Cidera Pada Bantalan Sendi Lutut
2. Gangguan Mobilitas Fisik Berhubungan Dengan Penurunan Kekuatan Dan Ketahanan Sendi 3. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang penyakit. 3.3. INTERVENSI DAN IMPLEMENTASI
1.
Nyeri Akut Berhubungan Cidera Pada Bantalan Sendi Lutut Tujuan: Nyeri berkurang setelah dilakukan tindakan perawatan. Kriteria Hasil:
a.
Klien menyatakan nyeri berkurang.
b.
Klien menunjukkan penggunaan keterampilan relaksasi dan aktifitas terapetik sesuai indikasi untuk situasi individual.
c.
Edema berkurang/hilang.
d.
Tekanan darah normal. 25
e.
Tidak ada peningkatan nadi dan pernapasan.
Intervensi:
a.
Kaji keluhan nyeri, perhatikan lokasi, lamanya, dan intensitas (skala 0 ± 10). Perhatikan petunjuk verbal dan non-verbal.
b. Pertahankan immobilisasi bagian yang sakit dengan tirah baring, gips, pembeban, dan traksi. c.
Tinggikan dan sokong ekstremitas yang terkena.
d.
Bantu pasien dalam melakukan gerakan pasif/aktif.
e.
Berikan alternatif tindakan kenyamanan (massage, perubahan posisi).
f.
Dorong penggunaan teknik manajemen stress, contohnya relaksasi progresif, latihan nafas dalam, imajinasi visualisasi dan sentuhan terapeutik.
g.
Lakukan kompres dingin/es selama 24-48 jam pertama dan sesuai indikasi.
h. 2.
Kolaborasi dengan dokter pemberian analgetik.
Gangguan Mobilitas Fisik Berhubungan Dengan Penurunan Kekuatan Dan Ketahanan Sendi Tujuan: Kerusakan mobilitas fisik dapat berkurang. Kriteria Hasil:
a.
Klien
akan
meningkat/mempertahankan
mobilitas
pada
tingkat
kenyamanan yang lebih tinggi. b.
Klien mempertahankan posisi/fungsional.
c.
Klien meningkatkan kekuatan/fungsi yang sakit dan mengkompensasi bagian tubuh.
d.
Klien menunjukkan teknik yang mampu melakukan aktifitas.
Intervensi:
a.
Kaji derajat imobilitas yang dihasilkan oleh cedera/pengobatan dan perhatikan persepsi pasien terhadap imobilisasi.
26
b.
Dorong partisipasi pada aktivitas terapeutik/rekreasi dan pertahankan rangsang lingkungan.
c.
Instruksikan dan bantu pasien dalam rentang gerak aktif/pasif pada ekstremitas yang sakit dan yang tak sakit.
d.
Tempatkan dalam posisi telentang secara periodik bila mungkin, bila traksi digunakan untuk menstabilkan fraktur tungkai bawah.
e.
Bantu/dorong perawatan diri/kebersihan (contoh mandi dan mencukur).
f.
Berikan/bantu dalm mobilisasi dengan kursi roda, kruk dan tongkat sesegera mungkin. Instruksikan keamanan dalam menggunakan alat mobilisasi.
g.
Awasi TD dengan melakukan aktivitas dan perhatikan keluhan pusing.
h.
Ubah posisi secara periodik dan dorong untuk latihan batuk/napas dalam.
i. j.
Auskultasi bising usus. Dorong penigkatan masukan cairan sanpai 2000-3000 ml/hari.
K. Konsul dengan ahli terapi fisik/okupasi dan atau rehabilitasi spesialis.
3.
Kurang
pengetahuan
tentang
kondisi
dan
kebutuhan
pengobatan
berhubungan dengan kurang informasi, salah interpretasi informasi, tidak mengenal sumber informasi. Tujuan: Pemahaman dan pengetahuan klien dan keluarga ber tambah. Kriteria Hasil:
a.
Menyatakan pehaman kondisi, prognosis dan pengobatan.
b.
Melakukan dengan benar prosedur yang diperlukan dan menjelaskan alasan tindakan.
Intervensi:
a. b.
Kaji ulang patologi, prognosis dan harapan yang akan datang. Beri penguatan metode mobilitas dan ambulasi sesuai instruksi dengan terapis fisik bila diindikasikan.
27
c.
Buat daftar aktivitas dimana pasien dapat melakukannya secara mandiri dan yang memerlukan bantuan.
d.
Dorong pasien untuk melanjutkan latihan aktif untuk sendi di atas dab di bawah fraktur.
e.
Diskusikan pentingnya perjanjian evaluasi klinis.
28
BAB IV PENUTUP 4.1 KESIMPULAN
Pada orang-orang dewasa muda, dengan usia produktif antara 20 – 40 tahun, aktivitas menjadi sangat tinggi. Bisa karena pekerjaan atau karena aktivitas- aktivitas lain,sehingga timbul masalah sendi pada lutut yaitu cidera ligamen dan meniskus. Cedera meniskus merupakan cedera yang sering terjadi pada olahraga yang melibatkan gerakan berputar dan squat seperti pada bolabasket, sepak bola atau bulu tangkis. Cedera ligamen biasanya terjadi pada ligamen di persendian lutut dan pergelangan kaki. Hal ini dikarenakan pada daerah tersebut sedikit terdapat jaringan otot sehingga mudah terjadi cedera.
4.2 SARAN
-
Melakukan pemanasan sendi dan otot dengan lembut melalui gerakan olahraga atau kegiatan Anda dan peregangan otot-otot.
-
Hindari untuk melakukan gerakan yang tiba-tiba.
29