c. Makalah Kontrasepsi Hormonal Dan Menopause Fix-2

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pengembangan manusia seutuhnya sebagai hakikat pembangunan nasional dicapai dengan berhasilnya salah satu sektor yakni pembangunan kesehatan dan juga dipengaruhi oleh terkendalinya pertumbuhan penduduk. Sebagai generasi penerus yang akan melanjutkan pembangunan bangsa menuju masyarakat sejahtera, adil dan makmur, proses pertumbuhan penduduk harus dipantau dan dikendalikan salah satunya dengan pengadaan program Keluarga Berencana (KB). Program KB bertujuan ganda yaitu untuk meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak serta mewujudkan keluarga kecil bahagia sejahtera melalui pengendalian kelahiran dan pengendalian pertumbuhan penduduk. Dalam upaya menjunjung keberhasilan Program KB Nasional yaitu tercapainya kondisi pertumbuhan penduduk penduduk seimbang. Pemilihan kontrasepsi sebagian bergantung kepada efektivitas metode kontrasepsi dalam mencegah kehamilan yang tidak direncanakan. Pada beberapa metode tertentu, efektivitas metode kontrasepsi tidak hanya bergantung pada perlindungan yang diberikan tapi juga pada konsistensi dan ketepatan penggunaan metode tersebut. Sangat beragamnya konsistensi maupun ketepatan penggunaan metode kontrasepsi disebabkan oleh berbagai faktor seperti usia, penghasilan, keinginan masyarakat untuk mencegah atau menunda kehamilan, serta budaya. Keberhasilan pembangunan untuk meningkatkan taraf hidup bangsa Indonesia akan disertai dengan peningkatan usia harapan hidup. Konsekuensi yang akan timbul secara umum adalah masalah geriatri (masalah usia lanjut) dimana menopause tersmasuk didalamnya. Peningkatan usia harapan hidup khusunya pada perempuan membuat problem yang muncul pada masa

1

Trusted by over 1 million members

Try Scribd FREE for 30 days to access over 125 million titles without ads or interruptions! Start Free Trial Cancel Anytime.













menopause menjadi penting untuk diperhatikan karena sepertiga usia perempuan dilalui pada masa ini. Usia harapan hidup perempuan jumlahnya di Negara-negara berkembang termsuk Indonesia Indonesia mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Pada tahun 1971 usia harapan hidup perempuan Indonesia hanya sampai 46 tahun, pada tahun 1991 mencapai 65 tahun dan memasuki tahun 2000 usia harapan hidup perempuan meningkat sampai sa mpai usia 80 tahun dengan usia menopause sekitar 50 tahun (Depkes, 2005). Menjadi tua sering kali menjadi momok yang menakutkan bagi wanita. Kekhawatiran ini mungkin berawal dari pemikiran bahwa dirinya akan menjadi tidak sehat, tidak bugar, dan tidak cantik lagi. Kondisi tersebut memang tidak menyenangkan dan menyakitkan. Padahal, masa merupakan salah satu fase yang harus dijalani seorang wanita dalam kehidupannya, seperti halnya fase-fase kehidupan yang lain, yaitu masa anakanak dan masa reproduksi. Peningkatan umur harapan hidup yang terjadi di Indonesia mengakibatkan bertambahnya jumlah perempuan menopause. Dengan masa perimenopause terjadi pada usia 45-55 tahun, perimenopause dan sesudah menopause. Perempuan yang memasuki masa ini mengalami penurunan hormon-hormon tertentu terutama hormon yang berkaitan dengan reproduksi yaitu hormon estrogen dan progesteron, akibatnya muncul berbagai keluhan yang seringkali mengganggu aktivitas sehari-hari bahkan menurunkan kualitas hidupnya. Gejala atau keluhan yang timbul dimasa peralihan ini disebut keluhan perimenpause (Nooerpramana,2002). Pada perempuan yang menggunakan kontrasepsi khususnya jenis hormonal akan lebih lama memasuki usia menopause yang tentunya mempengaruhi munculnya perimenopause. Selain bisa digunakan jangka pendek kontrasepsi hormonal juga juga memiliki kandungan kandungan yang serupa dengan terapi sulih hormone (TSH) yaitu hormon estrogen dan progesterone namun dengan dosis yang berbeda. Pada saat memasuki masa menopause, perempuan mengalami













dari hormon estrogen dan progesterone yang terdapat dalam alat kontrasepsi hormonal yang dapat berfungsi sebagai pengganti hormon yang mulai menurun jumlahnya 1.2 Rumasan Masalah

1. Apa yang dimaksud kontrasepsi hormonal dan menopause ? 2. Bagaimana mekanisme kerja dari kontrasepsi hormonal ? 3. Bagaimana penatalaksanaan terapi kontrasepsi hormonal dan menopause? 4. Kontrasepsi Hormonal dan pembagiannya ? 1.3 Tujuan dan Manfaat

1. Dapat mengetahui dan memahami obat-obat kontrasepsi hormonal dan menopause. 2. Dapat mengatahui hubungan pemakaian obat kontrasepsi hormonal dengan menopause. 3. Dapat mengatahui cara pemakaian kontrasepsi yang baik. 4.

Mengetahui pembagian dari kontrasepsi hormonal













BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kontrasepsi

Kontrasepsi adalah pencegahan kehamilan dengan menghambat sperma mencapai sel telur matang atau dengan mencegah ovum dibuahi dari menanamkan dalam endometrium. Dalam menggunakan kontrasepsi, keluarga pada umumnya

mempunyai

perencanaan

atau tujuan yang ingin dicapai.

Tujuan tersebut diklasifikasikandalam tiga kategori, yaitu menunda/mencegah kehamilan, menjarangkan kehamilan, serta menghentikan/mengakhiri kehamilan atau kesuburan. Cara

kerja

kontrasepsi

bermacam-macam

tetapi

pada

umumnya yaitu (BKKBN,2002) : a. Mengusahakan agar tidak terjadi ovulasi. b. Melumpuhkan sperma. c. Menghalangi pertemuan sel telur dengan sperma. 2.1.1

Kontrasepsi Kontrasepsi Hormonal

Kontrasepsi hormonal adalah alat atau obat kontrasepsi yang bertujuan untuk mencegah terjadinya kehamilan dimana bahan bakunya mengandung preparat estrogen progesterone. Kontrasepsi hormonal a. Kontrasepsi Oral (pil) Kontrasepsi oral adalah kontrasepsi untuk wanita yang berbentuk tablet, mengandung hormon estrogen dan progestrone yang digunakan untuk mencegah hamil. hamil. Kontrasepsi oral terdiri atas lima macam yaitu:  Pil kombinasi, dalam satu pil terdapat estrogen dan progestrone

sintetik yang diminum 3 kali seminggu.  Pil sekunseal, Pil ini dibuat sedemikian rupa sehingga mirip dengan

urutan hormon yang dikeluarkan ovariun pada tiap siklus. Maka berdasarkan urutan hormon tersebut,estrogen hanya diberikan selama















Pil mini, merupakan pil hormon yang hanya mengandung progestrone dalam dosis mini ( kurang dari 0,5 mg) yang harus diminum setiap hari termasuk pada saat haid.

 Once a moth pil, pil hormon yang mengandung estrogen yang ” Long

acting ” yaitu biasanya pil ini terutama diberikan untuk wanita ya ng mempunyai Biological Half Life panjang  Morning after pil, merupakan pil hormon yang mengandung estrogen

dosis tinggi yang hanya diberikan untuk keadan darurat saja, seperti kasus pemerkosaan dan kondom bocor. 

Efek samping yang ditimbulkan kontrasepsi Oral ( Pil )



Nyeri payudara



Gangguan Haid



Hipertensi



Acne



Penambahan berat badan.

b. Kontrasepsi suntikan/injeksi Kontrasepsi suntikan adalah cara untuk mencegah terjadinya kehamilan dengan melalui suntikan yang mengandung suatu cairan berisi zat berupa hormon estrogen dan progesteron atau pun hanya progesteronnya saja untuk jangka waktu tertentu. Jenis-jenis alat KB suntik yang sering digunakan di Indonesia Indonesia antara lain:  Suntikan / bulan ; contoh : cyclofem  Suntikan / 3 bulan ; contoh : Depoprovera, Depogeston.

c. Kontrasepsi Implant Kontrasepsi Implan biasa juga disebut Alat Kontrasepsi Bawah Kulit (AKBK) adalah alat kontrasepsi yang disusupkan dibawah kulit atau yang diinsersikan tepat di bawah kulit, dilakukan pada bagian dalam lengan atas atau dibawah siku melalui insisi tunggal dalam bentuk kipas.













d. Alat Kontrasepsi IUD / AKDR Adalah aspek utama banyaknya ibu yang memilih sebagai alat kontrasepsi untuk mencegah kehamilan saat KB. Jenis alat kontrasepsi ini berbentuk seperti huruf T, dengan metode pemasangannya dimasukan ke dalam rahim. IUD terbuat dari bahan dasar hormon, yang akan melepaskan progestin dengan tujuan menghambat ovulasi. IUD IUD biasanya dapat berfungsi selama 5 tahun mulai dari awal pemasangan.Alat kontrasepsi dalam rahim ( AKDR / IUD ) merupakan alat kontrasepsi yang dipasang dalam rahim yang relatif lebih efektif bila dibandingkan dengan metode pil, suntik dan kondom. Alat kontrasepsi dalam rahim terbuat dari plastik elastik, dililit tembaga atau campuran tembaga dengan perak. Lilitan logam menyebabkan reaksi anti fertilitas dengan waktu penggunaan dapat mencapai 2-10 tahun, dengan metode kerja mencegah masuknya sprematozoa/sel mani ke dalam saluran tuba. Pemasangan dan pencabutan alat kontrasepsi ini harus dilakukan oleh tenaga medis (dokter atau bidan terlatih), dapat dipakai oleh semua perempuan usia reproduksi namun tidak boleh dipakai oleh perempuan yang terpapar infeksi menular seksual

2.1.2

Siklus Menstruasi

a) Panjang rata-rata siklus menstruasi adalah 28 hari ( kisaran 21-40 hari ). Hari pertama menstruasi adalah hari ke-1. Setelah ovulasi, fase luteal berlangsung sampai awal siklus berikutnya. b) Hipotalamus mengekskresi pelepasan hormone gonadotropin, yang merangsang

hipofisis

anterior

untuk

mengeluarkan

semburan

gonadotropin, Hormon Perangsang Folikel (FSH), dan luteinizing hormon (LH) c)

Pada fase folikular, kadar FSH meningkat dan menyebabkan sebagian kecil dari folikel untuk melanjutkan pertumbuhan. Antara hari ke 5 dan















Pada umumnya Folikel dominan berkembang meningkatkan jumlah estradiol dan inhibin,yang memberikan umpan balik negatif pada sekresi pelepasan hormone gonadotropin dan FSH d) Folikel dominan terus tumbuh dan mensintesis estradiol, progesteron ,dan androgen.

Estradiol

menghentikan

aliran

menstruasi

dari

siklus

sebelumnya, lapisan endometrium menebal, dan menghasilkan sedikit lendir serviks yang berair. FSH mengatur enzim aromatase yang menginduksi konversi androgen menjadi estrogen dalam folikel. e) Kelenjar hipofisis melepaskan lonjakan LH pada pertengahan siklus yang merangsang tahap akhir pematangan folikel dan ovulasi. Ovulasi terjadi pSada 24 sampai 36 jam setelah puncak estradiol dan 10 sampai 16 jam setelah puncak LH . f) Lonjakan LH adalah prediktor yang paling berguna secara klinis untuk mendekati ovulasi. Konsepsi yang paling sukses saat hubungan seksual berlangsung adalah 2 hari sebelum ovulasi. g) Setelah ovulasi, folikel luteinized tersisa menjadi korpus luteum , yang mensintesis androgen, estrogen, dan progesteron (Gambar. 30-1) h) Jika terjadi kehamilan, human chorionic gonadotropin gonadotropin mencegah regresi dari korpus luteum dan merangsang lanjutan dari produksi estrogen dan progesteron. Jika kehamilan tidak terjadi, korpus luteum berdegenerasi, progesteron menurun ,dan menstruasi terjadi













GAMBAR 2-3. Peristiwa siklus menstruasi, siklus ideal 28 hari. (FSH, folliclestimula (FSH, folliclestimulating ting hormon; hormon; HCG, human chorionic gonadotropin ; LH, luteinizing hormon.) hormon .) (Dari Hatcher RA, Zieman M, Cwiak, C et al. Sebuah Pocket Guide to Managing Kontrasepsi. Kontrasepsi . Tiger, GA: Bridging the Gap Foundation, 2005. Angka ini mungkin direproduksi tanpa biaya kepada pembaca.)

2.1.3

Terapi Non Farmakologis

1. Perbandingan metode kontrasepsi non hormonal ditunjukkan pada Tabel 30-1. 2. Metode pantang (ritme) dikaitkan dengan tingkat kehamilan yang relatif tinggi. 2.1.4

Periodic Abstinence

Metode Periodic Abstinence Abstinence (ritme) tidak diterima dengan baik, karena dikaitkan dengan angka kehamilan yang relatif tinggi dan diperlukan untuk menghindari hubungan seksual selama beberapa hari di setiap siklus. 2.1.5

Teknik Barrier













cap, dapat dimasukkan 6 jam sebelum melakukan hubungan  Cervical cap, intim , dan tidak tetap di tempat selama lebih dari 48 jam untuk mengurangi risiko TSS. Kondom juga digunakan untuk melindungi penyakit menular seksual (PMS) termasuk HIV . 













 Kondom perempuan meliputi labia, serta leher rahim. Namun,tingkat

kehamilan lebih tinggi dari pada dengan kondom laki-laki. 2.1.6

Terapi Farmakologis

a) Tabel 30-2 membandingkan tingkat kehamilan yang tidak diinginkan dan tingkat kelanjutan untuk farmakologis metode kontrasepsi. Spermisida dan Teknik spermisida Implantasi Barrier. b) Kebanyakan spermisida mengandung surfaktan nonoxynol-9, yang merusak dinding sel sperma dan memblokir masuk ke serviks, dan tidak memberikan perlindungan terhadap PMS, dan ketika digunakan lebih dari dua kali sehari, nonoxynol-9 dapat meningkatkan penularan H IV. c) spons kontrasepsi vagina yang berisi nonoxynol-9 dapat memberikan perlindungan selama sela ma 24 jam. Setelah berhubungan, spons harus dibiarkan di tempat selama setidaknya 6 jam sebelum penghapusan. Hal Ini tidak harus dibiarkan di tempat selama lebih dari 24 sampai 30 jam untuk mengurangi risiko TSS . Hal ini tersedia tanpa resep. 2.1.7 

Pertimbangan Umum Untuk Kontrasepsi Kontrasepsi Oral

Dengan penggunaan yang sempurna, keberhasilan adalah lebih dari 99%, namun dengan penggunaan yang khas, hingga 8% dari perempuan mungkin mengalami kehamilan yang tidak diinginkan.



Kontrasepsi oral Monophasik mengandung sejumlah estrogen dan progestin untuk 21 hari, diikuti oleh 7 hari dari plasebo. Pl biphasik dan trifasik mengandung jumlah variabel estrogen dan progestin selama 21 hari dan diikuti oleh fase plasebo 7 hari.













hari, maka dosis estrogen sangat rendah dan progestin untuk tambahan 4 sampai 7 hari. 

Kontrasepsi oral generasi ketiga berisi progestin yang lebih baru (misalnya, desogestrel, drospirenone, Gestodene, dan norgestimate). Progestin ini ampuh dan tidak memiliki efek estrogenik dan kurang androgenik dari levonorgestrel, dan dengan demikian diperkirakan memiliki efek samping yang lebih sedikit (Misalnya, kemungkinan kurang atau keparahan jerawat). Drospirenone juga tidak menaikkan berat badan dibandingkan dengan levonorgestrel.



Progestin "minipills" cenderung kurang efektif dari pada kombinasi kontrasepsi oral, dan menyebabkan perdarahan menstruasi yang tidak teratur dan tak terduga. Dan harus diambil setiap hari dari siklus menstruasi kira-kira pada waktu yang sama dengan untuk menjaga efektivitas kontrasepsi. Progestin minipills cenderung terkait dengan kehamilan ektopik lebih dari kontrasepsi hormonal lainnya.



Dalam metode "quick start" untuk memulai memulai kontrasepsi oral, perempuan tersebut mengambil pil pertama pada Hari kunjungan kantornya (setelah tes kehamilan urin negatif). Pada hari pertama.

2.1.8

Pemilihan Kontrasepsi Oral

 Pada perempuan tanpa kondisi medis, dianjurkan kontrasepsi oral tersebut

mengandung 35 mcg atau kurang EE dan kurang dari 0,5 mg norethindrone.















2.1.9 o

Pengendalian Efek Samping

Banyak gejala yang terjadi pada siklus pertama penggunaan kontrasepsi oral (misalnya, pendarahan, mual, dan kembung), kembung), diperbaiki oleh siklus ketiga penggunaan. Tabel 30-5 menunjukkan efek samping pemantauan kontrasepsi hormonal.

o

Tabel 30-4 menunjukkan gejala yang bersifat serius atau berpotensi serius terkait dengan CHC.

o

Instruksikan perempuan untuk segera menghentikan CHCs jika mereka mengalami tanda-tanda peringatan disebut dengan nyeri mnemonic (sakit perut, nyeri dada, sakit kepala, mata masalah, dan sakit kaki parah).

2.1.10 Injeksi LONG-ACTI LONG-ACTI NG dan Implan Kontrasepsi 

Perempuan yang mendapat manfaat hanya dari metode progestin, termasuk minipills, adalah mereka yang menyusui, mereka yang tidak toleran terhadap estrogen, dan perempuan dengan kondisi medis yang bersamaan di mana estrogen tidak dianjurkan. Juga kontrasepsi suntik dan implan yang bermanfaat bagi perempuan dengan masalah kepatuhan. Tingkat kegagalan kehamilan dengan long-acting kontrasepsi progestin lebih













dialam manusia secara bertahap.Masa menopause ditandai dengan masa transisi kira-kira lima tahun dari berhentinya fungsi reproduksi, tetapi secara biologis menopause berarti berhentinya menstruasi. Pada umumnya wanita akan mengalami menopause antara usia 40 – 55 55 tahun, walaupun ada beberapa perkecualian. Periode ini disebut sebagai periode klimakterium yang menggambarkan hilangnya kemampuan untuk reproduksi (menurunkan). Dengan berhentinya menstruasi berarti proses ovulasi atau pembuahan sel telur juga berhenti. Periode ini dianggap sebagai masa transisi atau peralihan ke masa tua, yaitu masa yang ditandai dengan berkurang dan menurunnya menurunnya vitalitas manusia. Menopause merupakan tahap akhir proses biologi yang dialami wanita berupa penurunan produksi hormon seks wanita yaitu estrogen dan progesteron pada indung telur. Proses berlangsung tiga sampai lima tahun yang disebut masa klimakterik atau perimenapouse. Disebut menopause jika seseorang tidak lagi menstruasi selama satu tahun. Umumnya terjadi pada usia 50-an tahun. Sebagaimana awal haid, akhir haid juga bervariasi antara perempuan yang satu dengan perempuan yang lainnya













kehilangan tanda-tanda kewanitaan yang selama ini dibanggakannya. Sebaliknya bagi wanita yang menganggap menopause sebagai suatu ketentuan Allah (Sunnatullah) yang akan dihadapi semua wanita, maka ia tidak akan mengalami stres. 2.2.3 Presentasi Klinis 

Gejala perimenopause dan menopause termasuk gejala vasomotor (hot flushes dan berkeringat di malam hari), gangguan tidur, depresi, kecemasan, kurang konsentrasi dan memori, kekeringan vagina dan dispareunia, sakit kepala, disfungsi seksual, dan arthralgia.



Tanda-tanda meliputi atrofi urogenital menopause dan pendarahan uterus disfungsional

di

perimenopause.

penyebab

potensial

lainnya

dari

perdarahan uterus disfungsional harus dikesampingkan. 

Selain itu, hilangnya hasil produksi estrogen perubahan metabolik; peningkatan lemak perut pusat; dan efek pada lipid, fungsi pembuluh darah, dan metabolisme tulang.

2.2.4 Diagnosa















vasomotor dan/atau gejala vagina ringan sering dapat diatasi dengan menurunkan suhu kamar; mengurangi asupan kafein, makanan pedas, dan minuman panas; berhenti merokok; olahraga; dan pola makan yang sehat.



kekeringan vagina ringan kadang-kadang dapat dihilangkan dengan krim vagina

nonestrogenik,

tapi

kekeringan

vagina

signifikan

sering

membutuhkan terapi estrogen lokal atau sistemik. 

Gambar 31-1 menguraikan pengobatan farmakologis wanita dengan gejala menopause. indikasi dan kontraindikasi yang disetujui Food and Drug Administration (FDA) untuk terapi hormon menopause ditunjukkan pada Tabel 31-1.













Tabel 31-1

Indikasi FDA dan Kontraindikasi menopause untuk Terapi Hormon dengan Estrogen dan Progestin Indikasi

Untuk penggunaan sistemik

Pengobatan gejala vasomotor sedang sampai parah (misalnya hot flushes sedang sampai parah)

Untuk penggunaan intravaginal (pencahayaan sistemik rendah)

Pengobatan gejala vulva dan vagina atrofi sedang sampai parah (misalnya kekeringan vagina sedang sampai parah, dispareunia dan vaginitis atrofi)

Kontraindikasi

Kontraindikasi absolut

Pendarahan genital yang abnormal yang tidakterdiagnosis Diketahui, diduga atau riwayat kanker payudara Diketahui atau diduga estrogen atau progesteron tergantung neoplasia Trombosis aktif, emboli paru atau kondisi riwayat Aktif atau baru (misalnya dalam satu tahun terakhir) penyakit tromboemboli arteri (misalnya stroke, infark miokard) Disfungsi hati atau penyakit















 Bagi wanita dengan hipertrigliseridemia, penyakit hati, atau penyakit

kandung empedu, estrogen transdermal dapat digunakan, tetapi estrogen oral harus dihindari.  Gunakan terapi hormon yang efektif pada dosis terendah dan untuk durasi

terpendek diperlukan untuk mengontrol gejala.  indikasi disetujui untuk terapi hormon adalah gejala vasomotor dan

urogenital atrophia. Hal ini juga diindikasikan untuk pencegahan fraktur osteoporosis di pascamenopause wanita yang lebih muda dari 60 tahun yang berada pada risiko patah tulang ketika terapi alternatif kontraindikasi meningkat atau menyebabkan efek samping (lihat Bab. 3).  Sebagai data baru terus diterbitkan, pedoman terbaru harus selalu













Tabel 31-2

Hormon Pedoman Terapi Berbasis Bukti untuk menopause Gejala Pengelolaan Rekomendasi

Rekomenda si Kelasa

Dengan tidak adanya kontraindikasi, postmenopause berbasis estrogen terapi hormon harus digunakan untuk pengobatan sedang sampai gejala vasomotor parah

A1

Sistemik atau terapi estrogen vagina harus digunakan untuk pengobatan gejala urogenital dan atrofi vagina

A1

perempuan postmenopause yang memakai memakai terapi berbasis estrogen harus diikuti setiap tahun, dengan temuan akun dari uji klinis baru

A1

perempuan postmenopause yang memakai memakai terapi berbasis estrogen harus mengetahui mengetahui tentang risiko potensial

A1

Keamanan dan tolerabilitas mungkin berbeda secara substansial dengan jenis dan rejimen terapi hormon

B1













 Penggunaan kombinasi oral estrogen-progestogen yang terus menerus

dihentikan oleh Kesehatan Perempuan Initiative (WHI) setelah dilakukan studi selama 5,2 tahun

karena terjadinya tingkat prespecified kanker

payudara invasif. Studi ini juga menemukan peningkatan kejadian penyakit koroner, stroke, dan emboli paru. efek yang bermanfaat termasuk penurunan pinggul, tulang belakang, dan patah tulang pergelangan tangan dan kanker kolorektal. 

Estrogen oral dihentikan rata-rata setelah 7 tahun tindak lanjut. terapi estrogen yang satunya disebabkan tidak ada peningkatan risiko penyakit jantung koroner atau risiko kanker payudara, tapi risiko stroke dan pinggul patah tulang meningkat.













o

estradiol Etinil adalah estrogen semisintetik yang memiliki kegiatan serupa berikut administrasi oleh rute oral dan parenteral.

o

estrogen Nonoral, termasuk transdermal, intranasal, dan produk vagina, hindari

first-pass

metabolisme

dan

menghasilkan

rasio

fisiologis

estradiol:estrone (yaitu, konsentrasi estradiol lebih besar dari konsentrasi estrone). Estrogen transdermal juga mungkin kurang untuk mempengaruhi hormon pengikat globulin, penyebaran lipid, parameter koagulasi, atau tingkat protein C-reaktif. o

Variabilitas dalam penyerapan umum dengan persiapan perkutan (gel, krim, dan emulsi).

o

pelet Estradiol Estradiol berisi kristal murni 17β-estradiol 17β -estradiol dan ditempatkan subkutan













Tabel 31-3 Obat

Produk estrogen untuk terapi hormon Nama merk a

Dosis awal/

rentang dosis

dosis rendah

umum

Komentar

Produk estrogen sistemik ( untuk pengobatan gejala vasomotor sedang dan berat ± gejala urogenital Estrogen oralb

Estrogen equin terkonjugasi

Premarin (hanya sehari)

0.3 atau 0.45 mg

0.3-1.25 mg mg

bentuksediaan tersedia sebagai 0,3, 0,45, 0,625, 0,9, 1,25 mg

Estrogen sintetis terkonjugasi

Cenestin, Enjuvia (hanya sehari)

0.3 mg

0.3-1.25 mg

bentuk sediaan tersedia sebagai 0,3, 0,45, 0,625, 0,9,















Menostar (Patch diterapkan sekali seminggu) Estraderm (Patch

0.014 mg / hari

0.014 mg / hari

0.05 atau 0.1 mg/hari

bentuk sediaan tersedia sebagai













6 bulan estradiol asetat cincin vagina

Femring (dalam vagina; diganti setiap 3 bulan)

Estrogen vagina 12.4 mg cincin

12,4, 24,8 cincin mg (memberikan 0,05 atau 0,1 mg estradiol /













Tabel 31-4

dosis progestogen Perlindungan endometrium (Cyclic Administrasi Oral)

Progestogen Dydrogesteroneaa

Nama merk Duphaston

Dosis 10-20 mg/hari selama 12-14 hari per kalender bulan (bentuk sediaan oral tersedia sebagai 10 mg tablet)

Medroksiprogesteron asetat

Provera

5-10 mg / hari selama 12-14 hari per kalender bulan (bentuk sediaan oral tersedia sebagai 2,5, 5,













Tabel 31-5

Kombinasi umum Regimen Terapi Hormon Postmenopause

Rejimen Rejimen Oral estrogen equin terkonjugasi (CEE) +

Nama Merk

Prempro (terus menerus)

Dosis

0,625 mg/2,5 MPA, 0,625 mg/5mg sehari dosis rendah: 0,3 mg/1.5 mg, 0,45 mg/ 1,5 mg sehari













 Kontraindikasi absolut untuk terapi androgen termasuk kehamilan atau

menyusui dan diketahui atau diduga neoplasia androgen-dependent. kontraindikasi relatif termasuk penggunaan bersamaan estrogen equin terkonjugasi (untuk terapi testosteron parenteral), hormon pengikat globulin tingkat rendah, sedang sampai parah, klinis hirsutisme, dan



















































c. Makalah Kontrasepsi Hormonal Dan Menopause Fix-2

Recommend Documents