BUKU RANCANGAN PENGAJARAN MATA KULIAH EPIDEMIOLOGI INTERMEDIET
oleh
Prof. Dr. Sudarto Ronoatmodjo, dr, SKM, MSc Prof. Dr. Ratna Djuwita, dr, MPH Prof. Dr. Nasrin Kodim, dr, MPH Prof. Nuning M Kiptiyah, dr, MPH, Dr.PH Prof. Dr. Bambang Sutrisna, dr, MHSc Nurhayati Prihartono, drg, MPH, MSc, ScD Mondastri Korib Sudaryo, dr, MS, DSc Dr. Krisnawati Bantas, dr, M.Kes Dr.Triyunis Miko, dr, MSc dr. Syahrizal Syarif, MPH, Ph.D Renti Mahkota, SKM, M.Epid
Program Studi Magister Epidemiologi-Magister Ilmu Kesehatan MasyarakatMagister KKK-Magister Kajian Administrasi RS Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Depok, 2017
DAFTAR ISI
hlm. PENGANTAR
…
BAB 1
INFORMASI UMUM
…
BAB 2
KOMPETENSI (CAPAIAN PEMBELAJARAN) MATA
…
KULIAH 1. Kompetensi (Capaian Pembelajaran Terminal)
…
2. Subkompetensi (Capaian Pembelajaran Penunjang)
…
3. Bagan Alir Capaian Pembelajaran
…
BAB 3
BAHASAN DAN RUJUKAN
…
BAB 4
TAHAP PEMBELAJARAN
…
BAB 5
RANCANGAN TUGAS DAN LATIHAN
…
BAB 6
EVALUASI HASIL PEMELAJARAN
…
BAB 7
MATRIKS KEGIATAN
…
LAMPIRAN CONTOH SOAL TUGAS DAN EVALUASI
…
DAFTAR ISI
hlm. PENGANTAR
…
BAB 1
INFORMASI UMUM
…
BAB 2
KOMPETENSI (CAPAIAN PEMBELAJARAN) MATA
…
KULIAH 1. Kompetensi (Capaian Pembelajaran Terminal)
…
2. Subkompetensi (Capaian Pembelajaran Penunjang)
…
3. Bagan Alir Capaian Pembelajaran
…
BAB 3
BAHASAN DAN RUJUKAN
…
BAB 4
TAHAP PEMBELAJARAN
…
BAB 5
RANCANGAN TUGAS DAN LATIHAN
…
BAB 6
EVALUASI HASIL PEMELAJARAN
…
BAB 7
MATRIKS KEGIATAN
…
LAMPIRAN CONTOH SOAL TUGAS DAN EVALUASI
…
PENGANTAR
Sejarah Epidemiologi melibatkan banyak tokoh yang menjelaskan tentang kesakitan, kecelakaan, dan kematian dari pengamatan dan perspektif ilmiah. Melakukan studi guna mencari informasi untuk pencegahan dan mengontrol status kesehatan mengubah paradigma sakit adalah sebuah sudut pandang supranatural menjadi sebuah sudut pandang yang dapat dijelaskan secara ilmiah. Hippocrates (460-377 SM) seorang dokter yang menjadi bapak kedokteran dan juga Bapak epidemiologi menulis buku “On Airs, Waters and Places , menganjurkan perlunya memperhatikan faktor musim, angin, udara, air yang diminum, jenis tanah, perilaku manusia, jenis pekerjaan, dalam mempelajari suatu penyakit, James Lind (1716-1794 (171 6-1794 M) melakukan studi eksperimen untuk mengidentifikasi apakah jeruk dan lemon efektif dalam mencegah scurvy. Edward Jenner (1749-1823) menemukan vaksinasi smallpox. John Snow (1813-1858) dikenal sebagai Bapak Investigasi wabah, mengidentifikasi berbagai macam model transmisi dari kolera dan menemukan pendekatan epidemiologi deskriptif dan analitik yang masih digunakan hingga saat ini. ”
Pada mulanya epidemiologi, ilmu yang hanya mempelajari penyakit menular saja. Namun dalam perkembangannya epidemiologi juga mempelajari penyakit-penyakit p enyakit-penyakit tidak menular dan d an menjadi menj adi tools penting dalam perencanaan, pengelolaan, monitoring dan evaluasi program kesehatan masyarakat. Setelah mengikuti mata ajaran ini mahasiswa diharapkan memahami konsep dan metoda epidemiologi serta penerapannya dalam menerangkan pola penyebaran penyakit dalam masyarakat, mencegah terjadinya penyakit dan menentukan penyebab penyakit, serta penerapan konsep dan metoda epidemiologi dalam bidang lain yang bukan penyakit.
Depok, Agustus 2017 (Prof. Dr. Sudarto Ronoatmodjo, dr, SKM, MS c dan Tim)
BAB 1 INFORMASI UMUM
1. Nama Program Studi/jenjang studi
: S2 Epid, S2 IKM, S2 K3, S2 KARS
2. Nama mata kuliah
: Epidemiologi Intermediet
3.
Kode mata kuliah
:
4.
Semester ke-
:1
5.
Jumlah SKS
:3
6.
Metode pembelajaran
: Kuliah interaktif, QBL, Studi kasus, Presentasi
7.
Mata kuliah yang menjadi prasyarat
:-
8.
Menjadi prasyarat untuk mata kuliah
: Metode Epidemiologi I, AAEL I, Metodologi Penelitian Epidemiologi, Metodologi Penelitian Kuantitatif, Surveilans Epidemiologi, Rancangan Investigasi Wabah, Telaah Kritis
9.
Integrasi antara mata kuliah
:-
(jika ada) 10. Deskripsi mata kuliah
:
Mata ajaran ini dirancang agar mahasiswa dapat memahami konsep dan metode epidemiologi serta penerapannya dalam menerangkan distribusi penyakit, cedera, dan kematian serta menentukan penyebabnya
dalam rangka penanggulangan masalah
kesehatan di masyarakat. Metode pembelajaran yang digunakan adalah kuliah interaktif, menggunakan metode QBL dan studi kasus untuk membahas masalah kesehatan dengan pendekatan epidemiologi. Bahasa pengantar yang digunakan adalah bahasa Indonesia sedangkan untuk kelas Internasional menggunakan bahasa Inggris.
BAB 2 KOMPETENSI (CAPAIAN PEMBELAJARAN) MATA KULIAH EPIDEMIOLOGI INTERMEDIET
2.1
Kompetensi (Capaian Pembelajaran Terminal)
Apabila dihadapkan pada suatu masalah kesehatan masyarakat, mahasiswa dapat menerapkan dan menggunakan konsep serta metode epidemiologi dalam upaya penanggulangan penyakit, cedera, dan kematian sesuai dengan kaidah epidemiologi (C3, P4) 2.2 2.2.1
2.2.2
2.2.3 2.2.4 2.2.5
Subkompetensi (Capaian Pembelajaran Penunjang)
Mampu menjelaskan dan menerapkan konsep epidemiologi (sejarah, definisi, riwayat alamiah penyakit dan tingkat pencegahan, strategi epid, konsep kausalitas dan transisi epidemiologi) (C3) Mampu menggunakan ukuran epidemiologi dalam mengukur besarnya masalah kesehatan masyarakat, mengukur besarnya hubungan dan mengukur besarnya dampak (ukuran frekuensi, ukuran asosiasi, ukuran dampak, standardisasi) penyakit atau masalah kesehatan terhadap penduduk (P4) Mampu menerapkan rancangan dan analisis pada penelitian epidemiologi deskriptif (C3, P4) Mampu menerapkan rancangan dan analisis pada penelitian epidemiologi analitik (C3, P4) Mampu menerapkan konsep skrining, surveillans dan investigasi wabah dalam upaya penanggulangan penyakit, cedera dan kematian (C3)
2.3 Bagan Alir Kompetensi
Apabila dihadapkan pada suatu masalah kesehatan masyarakat, mahasiswa dapat menerapkan dan menggunakan konsep serta metode epidemiologi dalam upaya penanggulangan penyakit, cedera, dan kematian sesuai dengan kaidah epidemiologi (C3, P4)
Mampu menerapkan konsep skrining, surveillans dan investigasi wabah dalam upaya penanggulangan penyakit, cedera dan kematian (C3)
Mampu menerapkan rancangan dan
Mampu menerapkan rancangan dan
analisis pada penelitian epidemiologi
analisis pada penelitian epidemiologi
deskriptif (C3, P4)
analitik (C3, P4)
Mampu menggunakan ukuran epidemiologi dalam mengukur besarnya masalah kesehatan masyarakat, mengukur besarnya hubungan dan mengukur besarnya dampak (ukuran frekuensi, ukuran asosiasi, ukuran dampak, standardisasi) penyakit atau masalah kesehatan terhadap penduduk (P4)
Mampu menjelaskan dan menerapkan konsep epidemiologi (sejarah, definisi, riwayat alamiah penyakit dan tingkat pencegahan, strategi epid, konsep kausalitas dan transisi epidemiologi) (C3)
BAB 3 BAHASAN DAN RUJUKAN
A. Kompetensi/Subkompetensi, Pokok Bahasan, Subpokok Bahasan, Estimasi Waktu, dan Rujukan
Kompetensi/ Subkompetensi 2.2.1
Pokok Bahasan Sejarah dan konsep Epidemiologi
Subpokok Bahasan
Estimasi Waktu
1. Sejarah, pengertian, konsep, dan peranan epidemiologi dalam dunia kesehatan 2. Strategi epidemiologi dan konsep kausalitas 3. Riwayat alamiah penyakit dan tingkat pencegahan 4. Transisi epidemiologi
3 x 150 menit
Rujukan 2, 3, 4,7,8
6, 7,8
5
2, 9
2.2.2
Ukuran Epidemiologi
1. ukuran frekuensi penyakit 2. ukuran asosiasi 3. ukuran dampak 4. standardisasi
3 x 150 menit
1, 2, 3, 4, 7,8
2.2.3
Epidemiologi deskriptif
1. Studi Kasus 2. Serial Kasus 3. Cross Sectional/survey 4. Studi Ekologi
1 x 150 menit
1-8
2.2.4
Epidemiologi analitik
1. Kasus kontrol 2. Kohort 3. Eksperimental
4 x 150 menit
1-8
2.2.5
Aplikasi Epidemiologi
1. Skrining 2. Surveilans 3. Investigasi wabah
3 x 150 menit
1-8
B. Daftar Rujukan
1. CDC (2007) Principles of Epidemiology in Public Health Practice An Introduction to Applied Epidemiology and Biostatistics (3rd Ed.) U.S. Department of Health and Human Services. Atlanta. USA 2. Gerstman, B Burt (2013) Epidemiology Kept Simple An Introduction to Traditional and Modern Epidemiology (3rd Ed). Wiley-Liss, Inc. New Jersey. USA 3. Gordis, Leon (2014) Epidemiology (5th Ed.) Elsevier Saunders. Canada 4. Hennekens, Charles H and Buring, Julie E (1987) Epidemiology in Medicine (1st Ed). Little, Brown and Company. Boston. USA 5. Leavell, Hugh and Clark, E Gurney (1965) Preventive Medicine for The Doctor in His Community An Epidemiologic Approach (3rd Ed). McGraw-Hill Book Company. USA 6. MacMahon, Brian (1996) Epidemiology Principle and Method (2nd Ed). Little, Brown and Company. Boston. USA 7. Rothman, Kenneth J (2012) Epidemiology An Introduction (2nd Ed). Oxford University Press. USA 8. Rothman, Kenneth J; Greenland, Sander; and Lash, Timothy L (2008) Modern Epidemiology (3rd Ed). Lippincott williams & Wilkins. Philadelphia. USA 9. Omran AR (1971). The epidemiologic transition: a theor y of the epidemiology of population change. Milbank Memorial Fund Quarterly, 29: 509 – 538.
BAB 4 TAHAP PEMBELAJARAN
Kompetensi/ Subkompetensi
Tahap Pembelajaran O
L
U
(%)
(%)
(%)
2.2.1
Penjelasan materi oleh Dosen dan Diskusi Interaktif Penjelasan tugas kepada mahasiswa (60%)
2.2.2
Penjelasan materi oleh Dosen dan Diskusi Interaktif Penjelasan tugas kepada mahasiswa (30%)
2.2.3
Penjelasan materi oleh Dosen dan Diskusi Interaktif Penjelasan tugas kepada mahasiswa (60%)
Mahasiswa membentuk kelompok, mendiskusikan tugas yang diberikan dan mempersiapkan presentasi. Mahasiswa kelompok lain, memberikan tanggapan (30%) Mahasiswa membentuk kelompok, mendiskusikan tugas yang diberikan dan mempersiapkan presentasi. Mahasiswa kelompok lain, memberikan tanggapan (60%) Mahasiswa membentuk kelompok, mendiskusikan tugas yang diberikan dan mempersiapkan presentasi. Mahasiswa
Dosen memberikan klarifikasi dan penjelasan tugas (10%)
Dosen memberikan klarifikasi dan penjelasan tugas (10%)
Dosen memberikan klarifikasi dan penjelasan tugas (10%)
Media Teknologi
1.Komputer dan LCD 2.Internet
2.2.4
Penjelasan materi oleh Dosen dan Diskusi Interaktif Penjelasan tugas kepada mahasiswa (30%)
2.2.5
Penjelasan materi oleh Dosen dan Diskusi Interaktif Penjelasan tugas kepada mahasiswa (60%)
kelompok lain, memberikan tanggapan (30%) Mahasiswa membentuk kelompok, mendiskusikan tugas yang diberikan dan mempersiapkan presentasi. Mahasiswa kelompok lain, memberikan tanggapan (60%) Mahasiswa membentuk kelompok, mendiskusikan tugas yang diberikan dan mempersiapkan presentasi. Mahasiswa kelompok lain, memberikan tanggapan (30%)
Dosen memberikan klarifikasi dan penjelasan tugas (10%)
Dosen memberikan klarifikasi dan penjelasan tugas (10%)
BAB 5 RANCANGAN TUGAS DAN LATIHAN
A.
Tujuan Tugas (Kemampuan Akhir yang Diharapkan)
Tabel Uraian Tugas
Kompetensi/
Penugasan
Ruang Lingkup
Cara
Batas Waktu
yang
Pengerjaan
Subkompetensi
Luaran Tugas Dihasilkan
2.2.1
Diskusi kelompok
1. Strategi
Mahasiswa
1 minggu
Mahasiswa
epidemiologi menjawab
mampu
dan konsep
pertanyaan
memahami
kausalitas
yang
konsep
diberikan
epidemiologi
2. Riwayat Alamiah
oleh Dosen
Penyakit dan Tingkat Pencegahan 2.2.2
Praktikum
1. Ukuran
Mahasiswa
Ukuran
Frekuensi
mengerjaka
mampu dan
Epidemiolo
Penyakit
n tugas
trampil
gi
2. Ukuran
praktikum
menggunakan
Asosiasi dan
yang
ukuran
Ukuran
diberikan
epidemiologi
Dampak
oleh Dosen
3 minggu
Mahasiswa
3. Standardisasi 2.2.3
2.2.4
Diskusi
Desain
Mahasiswa
kelompok
Epidemiologi
menjawab
mampu
Deskriptif
pertanyaan
menggunakan
yang
Desain
diberikan
Epidemiologi
oleh Dosen
Deskriptif
Praktikum
Desain Studi
Mahasiswa
Desain
Kasus kontrol
mengerjaka
1 minggu
3 minggu
Mahasiswa
Mahasiswa mampu dan
Studi
2.2.5
n tugas
trampil
Epidemiolo
praktikum
menggunakan
gi Analitik
yang
Desain
diberikan
Epidemiologi
oleh Dosen
Analitik
dan Kohort
Praktikum
Perhitungan
Mahasiswa
Skrining
validitas
mengerjaka
mampu dan
skrining
n tugas
trampil
(Sensitivitas
praktikum
menerapkan
dan
yang
salah satu
spesifisitas),
diberikan
aplikasi
Nilai prediktif
oleh Dosen
epidemiologi
1 minggu
positif dan Nilai
Mahasiswa
yaitu skrining
prediktif negatif
B.
Kriteria Penilaian
Nilai akhir tugas diberikan dengan kriteria penilaian sebagai berikut. 1.
Diskusi kelompok kecil: (1)
mengemukakan gagasan secara aktif (20%); (2)
menyampaikan gagasan secara jelas (30%); (3) mampu mengargumentasikan gagasan secara jelas sesuai dengan proposisi yang ingin disampaikan (20%); (4) mampu menggunakan bahasa Indonesia ragam tulis sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia (20%); (4) mampu menunjukkan sikap dalam menyampaikan gagasan sesuai dengan kode etik penyuntingan (10%). 2.
Untuk tugas praktikum, penilaian bergantung pada hasil pengerjaan tugas praktikum. Range nilai yaitu: 1 s.d. 100
BAB 6 EVALUASI HASIL PEMELAJARAN
6.1 Evaluasi Akhir
Bentuk
Instrumen
Frekuensi
Bobot (%)
Tugas Praktikum
Lembar penilaian
5
30
Diskusi kelompok
Lembar penilaian
2
10
UTS
Soal ujian
1
30
UAS
Soal ujian
1
30
Total
100
Catatan: Contoh soal evaluasi terlampir.
6.2 Asesmen
Kompetensi/
Ranah dan Aras
Subkompetensi
Jenis Asesmen (Per Setiap Kompetensi)
Nilai Kelulusan
2.2.1
C3
Tugas, UTS dan UAS
60
2.2.2
P4
Tugas, UTS dan UAS
60
2.2.3
C3 P4
Tugas, UTS dan UAS
60
2.2.4
C3
Tugas, UTS dan UAS
60
2.2.5
C3
Tugas dan UAS
60
6.3 Pedoman Kriteria Penilaian
Konversi nilai akhir mengikuti ketentuan konversi nilai yang berlaku di Universitas Indonesia sebagai berikut.
Nilai Angka
Nilai Huruf
Bobot
85 — 100
A
4,00
80 — <85
A-
3,70
75 — <80
B+
3,30
70 — <75
B
3,00
65 — <70
B-
2,70
60 — <65
C+
2,30
55 — <60
C
2,00
40 — <55
D
1,00
<40
E
0,00
Berikut ini contoh kriteria penilaian dengan rubrik. Kriteria Penilaian a.
b.
Presentasi materi: Nilai 90: apabila mahasiswa dapat mempresentasikan materi dengan bahasa Indonesia yang tepat, penjelasan yang dapat dipahami, menguasai materi, bahasa tubuh yang baik. Nilai 70-89:
apabila mahasiswa dapat mempresentasikan materi dengan p enjelasan yang dapat dipahami, menguasai materi dengan baik, bahasa tubuh yang baik.
Nilai 60-69:
apabila mahasiswa dapat mempresentasikan materi dengan penjelasan yang dapat dipahami dengan bahasa tubuh yang baik.
Diskusi kelompok: Nilai 90-100: apabila mahasiswa dapat menentukan metode dan alat bantu pemanduan dengan tepat ke dalam makalah kelompok. Nilai 70-89:
apabila mahasiswa dapat menentukan metode dan alat bantu pemanduan dengan ketepatan 75-80%.
Nilai 60-69:
apabila mahasiswa dapat menentukan metode dan alat bantu pemanduan dengan ketepatan 60-74%.
BAB 7 MATRIKS KEGIATAN
Pertemuan ke-
Kompete nsi/
Hari, Tanggal
Subkompeten si
1
2.2.1
2
2.2.1
Tahap Pembelajaran O
L
U
(%)
(%)
(%)
60
30
10
60
30
10
Pokok Bahasan/
Media
Subpokok Bahasan
Teknologi
1. Penjelasan BRP 2. Sejarah, pengertian, konsep, dan peranan epidemiologi dalam dunia kesehatan
Strategi epidemiologi dan konsep kausalitas
LCD
Ranah dan Tingk at-an
C3
Komputer
LCD
C3
Komputer
Kriteria Penilaian (Indikator)
Mampu menjelaskan sejarah, pengertian dan dapat menerapkan konsep dan peranan epidemiologi dalam kasus penyakit atau masalah kesehatan pada penduduk Mampu menerapkan strategi epidemiologi dan konsep
kausalitas dalam kasus penyakit atau masalah kesehatan pada penduduk 3
4
2.2.1
2.2.2
60
30
30
60
10
10
Riwayat alamiah penyakit dan tingkat pencegahan
LCD
Ukuran frekuensi penyakit
LCD
C3
Mampu menerapkan riwayat alamiah penyakit dan tingkat pencegahan dalam kasus penyakit atau masalah kesehatan pada penduduk
P4
Mampu menggunakan ukuran
Komputer
Komputer
Pengajar
kausalitas dalam kasus penyakit atau masalah kesehatan pada penduduk 3
4
2.2.1
2.2.2
60
30
30
60
10
10
Riwayat alamiah penyakit dan tingkat pencegahan
LCD
Ukuran frekuensi penyakit
LCD
C3
Mampu menerapkan riwayat alamiah penyakit dan tingkat pencegahan dalam kasus penyakit atau masalah kesehatan pada penduduk
P4
Mampu menggunakan ukuran frekuensi penyakit dalam mengukur besarnya masalah kesehatan masyarakat
P4
Mampu menggunakan ukuran asosiasi dan ukuran dampak untuk mengukur besarnya hubungan dan mengukur besarnya dampak potensial pada individu dan masyarakat
P4
Mampu menggunakan standardisasi untuk menghilangkan variabel
Komputer
Komputer
5
6
2.2.2
2.2.2
30
30
60
60
10
10
Ukuran asosiasi dan ukuran dampak
LCD
Standardisasi
LCD
Komputer
Komputer
5
6
2.2.2
2.2.2
30
30
60
60
10
10
Ukuran asosiasi dan ukuran dampak
LCD
Standardisasi
LCD
P4
Mampu menggunakan ukuran asosiasi dan ukuran dampak untuk mengukur besarnya hubungan dan mengukur besarnya dampak potensial pada individu dan masyarakat
P4
Mampu menggunakan standardisasi untuk menghilangkan variabel confounding
C3, P4
Mampu menerapkan rancangan dan analisis pada penelitian epidemiologi deskriptif yaitu
Komputer
Komputer
7
2.2.3
60
30
10
Epidemiologi deskriptif: 1. 2. 3. 4.
Studi Kasus Serial Kasus Cross Sectional/survey Studi Ekologi
LCD Komputer
pada studi kasus, serial kasus, cross sectional dan studi ekologi 8
UTS
9
2.2.4
10
2.2.4
30
30
60
60
10
10
Epidemiologi analitik:
LCD
Desain Kasus kontrol
Komputer
Desain Kohort
LCD Komputer
C3, P4
Mampu menerapkan rancangan dan analisis pada penelitian epidemiologi analitik yaitu pada desain kasus kontrol
C3, P4
Mampu menerapkan rancangan dan
pada studi kasus, serial kasus, cross sectional dan studi ekologi 8
UTS
9
2.2.4
10
2.2.4
30
30
60
60
10
10
Epidemiologi analitik:
LCD
Desain Kasus kontrol
Komputer
Desain Kohort
LCD Komputer
11
2.2.4
30
60
10
Desain Eksperimental
LCD
C3, P4
Mampu menerapkan rancangan dan analisis pada penelitian epidemiologi analitik yaitu pada desain kasus kontrol
C3, P4
Mampu menerapkan rancangan dan analisis pada penelitian epidemiologi analitik yaitu pada desain kohort
C3, P4
Mampu menerapkan
rancangan dan analisis pada penelitian epidemiologi analitik yaitu pada desain eksperimen
Komputer
12
13
2.2.4
2.2.5
30
60
60
30
10
10
Praktikum Epidemiologi Analitik
LCD
Skrining
LCD
Komputer
Komputer
C3, P4
Mampu menerapkan rancangan dan analisis pada penelitian epidemiologi analitik
C3
Mampu menerapkan konsep skrining dalam upaya penanggulanga n penyakit,
rancangan dan analisis pada penelitian epidemiologi analitik yaitu pada desain eksperimen
Komputer
12
13
2.2.4
2.2.5
30
60
60
30
10
10
Praktikum Epidemiologi Analitik
LCD
Skrining
LCD
Komputer
C3, P4
Mampu menerapkan rancangan dan analisis pada penelitian epidemiologi analitik
C3
Mampu menerapkan konsep skrining dalam upaya penanggulanga n penyakit, cedera dan kematian
C3
Mampu menerapkan konsep surveillans dalam upaya penanggulanga
Komputer
14
2.2.5
60
30
10
Surveilans dan Transisi epidemiologi
LCD Komputer
n penyakit, cedera dan kematian Mampu menjelaskan transisi epidemiologi 15
2.2.5
60
30
10
Investigasi wabah
LCD Komputer
16
UAS
C3
Mampu menerapkan konsep investigasi wabah dalam upaya penanggulanga n penyakit, cedera dan kematian
n penyakit, cedera dan kematian Mampu menjelaskan transisi epidemiologi 15
2.2.5
60
30
10
Investigasi wabah
LCD
C3
Komputer
16
Mampu menerapkan konsep investigasi wabah dalam upaya penanggulanga n penyakit, cedera dan kematian
UAS
LAMPIRAN PRAKTIKUM UKURAN FREKUENSI PENYAKIT
1. Terdapat 400 kasus kunjungan penderita ISPA, 600 kunjungan kasus Diare, dari 300 kunjungan kasus Dermatitis dari seluruh kunjungan ke puskesmas A selama 1 bulan terdiri dari 2000 kunjungan . A. Maka proporsi kunjungan kasus diare adalah………….. B. Ratio kunjungan pasien ISPA dan Kunjungan Diare adalah………….. 2. Pada tanggal 1 Januari 2001 terdapat 1000 balita di Kecamatan X, 90% diantaranya telah diimunisasi campak, dan 50 diantaranya pernah menderita sakit campak. Selama periode 2 januari sampai 31 desember 2001 terdapat 10 kasus baru campak , kalau selama periode tersebut terdapat 200 bayi baru berusia dibawah 6 bulan, berapa insidens rate penyakit campak selama peride 2 januari -31 desember 2001 pada kelompok usia balita dikecamatan X tersebut.
LAMPIRAN PRAKTIKUM UKURAN FREKUENSI PENYAKIT
1. Terdapat 400 kasus kunjungan penderita ISPA, 600 kunjungan kasus Diare, dari 300 kunjungan kasus Dermatitis dari seluruh kunjungan ke puskesmas A selama 1 bulan terdiri dari 2000 kunjungan . A. Maka proporsi kunjungan kasus diare adalah………….. B. Ratio kunjungan pasien ISPA dan Kunjungan Diare adalah………….. 2. Pada tanggal 1 Januari 2001 terdapat 1000 balita di Kecamatan X, 90% diantaranya telah diimunisasi campak, dan 50 diantaranya pernah menderita sakit campak. Selama periode 2 januari sampai 31 desember 2001 terdapat 10 kasus baru campak , kalau selama periode tersebut terdapat 200 bayi baru berusia dibawah 6 bulan, berapa insidens rate penyakit campak selama peride 2 januari -31 desember 2001 pada kelompok usia balita dikecamatan X tersebut. 3. Dari 2000 orang penduduk terdapat 1250 orang wanita dewasa, 5 diantara wanita tersebut pernah mengalami histerektomi (pengangkatan rahim ), selama periode 1 tahun ditemukan 10 kasus baru kanker rahim. Hitunglah insidens rate kanker rahim selama periode 1 tahun. 4. Jumlah kasus baru penyakit campak pada balita selama peride 1 tahun di puskesmas A ada 100 kasus, di puskesmas B ada 500 kasus, di puskesmas C ada 1000 kasus, jumlah balita yang belum mendapat imunisasi dan belum pernah menderita campak di puskesas A, B dan C berturut-turut adalah 1000, 2000, dan 10.000 maka puskesmas yang paling besar resiko untuk terjadinya campak pada balita adalah 5. Suatu studi mengenai kanker payudara, diikuti oleh 10.000 wanita. 500 diantara 10.000 wanita tersebut telah didiagnosa menderita kanker payudara. Sisanya sebanyak 9500 wanita diikuti selama 5 tahun. Selama 5 tahun dikuti ternyata ada 250 wanita kemudian menderita kanker payudara. Hitunglah insidens kumulatif selama 5 tahun dari kanker payudara. Berapa Insidens nya 1 per 1000 orang Hitunglah insidense rate kanker payudara? Laporkan rate per 1000 person years. 6.
Suatu studi kohort mengenai penyakit kardiovaskular. Terpilih 1000 orang. Tetapi hanya 850 orang yang mau berpartisipasi.Berdasarkan pemeriksaan ternyata 50 dari 850 orang tersebut menderita penyakit kardiovaskular..Kemudian populasi tersebut diikuti selama 10 tahun dan ternyata kemudian selama periode tersebut 100 orang kemudian menderita penyakit kardiovaskualr.
Hitunglah 10 year incidence proportion ( average risk) dari penyakit kardiovaskular dari populasi kohort ini. Hitung pula incidence rate . 7. Open population. Here's a schematic in which "o" represents either the beginning or end of a follow-up interval and "D" represents disease onset.
(A) Determine the total number of people in the population (N). (B) Determine the average number of people ( Ñ ). [ Ñ = PT / change in time] (C) Determine the mortality rate 8.
Another cohort. A cohort of 150 people begins with 10 cases. The cohort is followed for five years, during which time 16 new cases arise. (A) What is the prevalence of disease at the start of the study? (B) Assume all cases survive. What is the prevalence at the end of the study? (C) What is the incidence proportion over the interval? (D) What is the incidence rate over the interval?
9.
The figure below represents a cohort of 7 individ uals observed for a year. In this figure, periods of disease are represented with a D and dashes represents disease-free periods. There are no losses to follow-up in the cohort, and we assume that recovery will confer life-long immunity. (A) What is the prevalence on Jan 1? (B) What is the prevalence on Dec 31? (C) Estimate the one-year risk of developing illness.
Person 1 -|---------------------|-Person 2 D|DDDDDDD--------------|-Person 3 -|-----------------DDDD|DD Person 4 -|---------------------|-Person 5 -----DDDDDDDDDDDDDDDDDD|DD Person 6 -|---------------------|-Person 7 -|---------------------|-| | Jan1 Dec31 In the schematic below, dashed lines (--) represent disease-free person-time and D 10. indicates a disease onset. There are three (3) people in the cohort, labeled A, B, and C. A|--------D B|-----------------------C|-----------------------|---|----|----|----|----| 0 1 2 3 4 5 Year (A) What is the 5-year risk of disease in the cohort? (B) What is the rate of the disease in the cohort?
PRAKTIKUM UKURAN ASOSIASI DAN UKURAN DAMPAK
1.
Sebuah studi dilakukan untuk melihat hubungan antara pajanan radiasi sinar dan penyakit katarak lensa mata di sebuah laboratorium perusahaan besar X. Setelah dilakukan skrining, semua pegawai lab yang bebas dari katarak diajak berpartisipasi dalam studi longitudinal tersebut. Dengan asumsi tidak ada drop-out atau loss to follow-up , setelah 10 tahun masa pengamatan, dari 5.000 pegawai yang terpajan/ terpapar radiasi didiagnosis sebanyak 50 kasus katarak, sementara dari 20.000 pegawai yang tidak terpajan, ditemukan 100 kasus. A. Besarnya risiko untuk terkena katarak pada kelompok pegawai yang terpajan radiasi per tahun adalah: B. Besarnya risiko untuk terkena katarak pada kelompok pegawai yang tidak terpajan radiasi selama 10 tahun adalah: C. Yang dapat disimpulkan dari hasil studi di atas adalah:
2.
Berikut ini merupakan hasil dari studi kohort yang meneliti hubungan antara merokok dan penyakit jantung koroner (PJK) yang dilakukan selama 10 tahun “Outcome” setelah 10 tahun Pada awal studi
PJK (+)
PJK (-)
2000 perokok)
65
1.935
4000 bukan perokok
20
3.980
A. Insidens PJK pada kelompok perokok B. Insidens PJK pada kelompok bukan perokok C. Hitung kuatnya hubungan antara merokok dengan PJK: . D. Attributale rsik % dari penyakit ini adalah E. Apa arti attributable risk % pada studi ini:
3.
Suatu pabrik yang mempunyai tingkat kebisingan yang tinggi, diharapkan pekerja menggunakan tutup telinga yang disediakan. Higiene perusahaan mendapatkan 100 dari 500 pekerja tidak menggunakan tutup telinga dengan alasan alat tersebut mengganggu. Pada test pendengaran ditemukan 16 pekerja yang menggunakan tutup telinga dan 40 pekerja yang tidak menggunakan menderita hilang pendengaran. Semua pekerja tidak mempunyai masalah dalam pendengaran 4 tahun sebelumnya yaitu waktu pabrik itu dibuka. A. Berapa cummulative incidence hilang menggunakan tutup telinga per tahun?
pendengaran
pada
pekerja
yang
B. Berapa resiko relatif tidak menggunakan tutup telinga untuk terjadi hilang pendengaran? C. Berapa resiko hilang pendengaran yang disebabkan oleh tidak menggunakan tutup telinga (adatattributable risk) per tahun?
4.
Saudara bertugas sebagai pejabat kesehatan didaerah X .Didaerah X ada kota Baru ,sebuah kota yang maju pesat dimana penduduknya terutama orang pensiunan atau orang tua. Daerah ini merupakan rawa yang tidak dihuni 10 tahun yang lalu.Penduduk kota baru resah karena ada kabar “bahwa rate kanker lambung tinggi dan diperkirakan ada karsinogen pada sumber air kota tersebut.” Saudara mencari informasi kenapa ada kesimpulan itu.Kemudian saudara dapati rate kanker lambung kota Baru tsbt dibandingkan dengan rate kanker lambung kota Lama .Kota Lama adalah sebuah kota yang sudah lama berdiri , dimana ada kompleks tentara dan beberapa pabrik industri makanan. Penduduk kota Baru menanyakan saudara mengenai kebenaran. Tahun 2000
Kota Baru
Kota Lama
Total populasi
48.000
120.000
Angka kematian lambung
kanker 16
10
A. Ukuran penyakit apa yang dapat digunakan untuk kalkulasi dari data tersebut diatas ? B. Kalkulasi ukuran frekuensi tsbt untuk setiap kota. C. Berapa resiko relative kota Baru dibandingkan kota Lama?
D. Disamping kemungkinan masalah lingkungan sebagai penyebabnya ,factor apakah yg dapat membuat perbedaan rate kanker lambung pada kedua kota tsbt. E. 5.
Data tambaahan apa yang diperlukan dari kedua kota itu.
Untuk latihan nomer ini, E disebut sebagai merokok, D1 sebagai kanker paru dan D2 sebagai penyakit jantung.E menyebabkan terjadinya D1 dan D2.
Rates dilaporkan per 100.000 person years.Tabel dibawah ini merupakan angka dari data ini. D1
D2
Merokok
13
100
Tidak merokok
1
50
rates
A. Hitung RR terjadinya D1 oleh E.Hitung RR terjadinya d2 oleh E. Penyakit mana yg memberikan asosiasi yang lebih kuat/besar ? B. Hitung RD (risk difference) terjadinya D1 oleh E. Hitung RD (risk difference) terjadinya D2 oleh E. Penyakit mana yang meberikan efek yang lebih besar? C. Jelaskan terjadinya paradox antara jjawaban A dana B? 6.
Cell phone use and auto accidents. One aspect of cell phone use that deserves our attention is its potential to cause driving accidents. Dreyer (1999) estimated fatal auto accidents rates of 5, 10, and 12 per 100,000 person-years for light, moderate, and heavy cell phones use.
Using the light users as the reference category, calculate the risk differences associated with moderate and heavy cell phone use. 7.
Hepatitis B and liver cancer (fictitious data). A study of Hepatitis B infection and liver cancer found 65 cases of liver cancer in 65,000 person with Hepatitis B. In a Hepatitisfree cohort, there are 5 cases in 215,000 individuals. (A) Calculate the RR of liver cancer in this study. Interpret this statistic. (B) Calculate the RD. Interpret the results. [Units are required when interpreting rate differences.] (C) Which of the above statistics quantifies the strength of the association? Which quantifies the effect in absolute terms?
8.
Seorang ahli epidemiologi saudara diminta untuk menjelaskan dampak merokok terhadap kejadian stroke pada pertemuan di suatu perusahaan penerbangan yang ingin mengadopsi peraturan “Dilarang Merokok”. Saudara menggunakan hasil penelitian epidemiologi pada tempat kerja lain yang mirip penerbangan tsbt. Dari studi kasus kontrol ,informasi tentang yang berpotensi sebagai penyebab stroke dikumpulkan dari 171 kasus stroke dan 7829 kontrol selama 4 tahun. Diantara factor resiko tsbt adalah merokok.Data dibawah ini merupakan hasil studi.
Group
Stroke
Total
Ya
Tidak
Merokok
84
2916
3000
Tidak merokok
87
4913
5000
171
7829
8000
Total
A. Bagaimana saudara menjelaskan resiko terjadinya stroke yang dihubungkan dengan merokok? B. Bagaimana saudara menjelaskan dampak merokok terhadap kejadian stroke?
PRAKTIKUM STANDARDISASI
SOAL I
TABLE 1 Population, Deaths, and Death Rate by Community and by Age Community A
Age (year)
Population Deaths
Community B
Death rate (per 1000)
Population Deaths
Death rate (per 1000)
Under1
1,000
15
15.0
5,000
100
20.0
1-14
3,000
3
1.0
20,000
35
1.0
15-34
6,000
6
1.0
35,000
35
1.0
35-54
13,000
52
4.0
17,000
85
5.0
55-64
7,000
105
15.0
8,000
160
20.0
Over 64
20,000
1,600
80.0
15,000
1,350
90.0
All Ages
50,000
1,781
35.6
100,000
1,740
17
Tabel 1 diatas adalah data populasi,data jumlah kematian & data rate kematian di dua komunitas A dan B. Rate angka kematian kasar atau Crude death rate (CDR) di komunitas A 35.6 per 1000, angka ini dua kali lebih tinggi dari rate angka kematian kasar di komunitas B yaitu 17per 1000. Jika kita lihat age specific death rate pada ke dua komunitas A & B tersebut, dapat dikatakan rate pada tiap kelompok umur kurang lebih sama.Dengan demikian ,ekspetasi kita mustinya angka kematian secara umum di kedua populasi tersebut juga sama, tapi kenyataannya tidak demikian . Perbedaan dari CDR tersebut sangat mungkin disebabkan oleh perbedaan distribusi umur populasi pada kedua komunitas tersebut. Populasi pada komunitas B terlihat jauh lebih muda .dari populasi pada komunitas A. Oleh karena itu untuk mendapatkan satu angka rate ringaksan untuk membandingkan kedua komunitas tersebut sebaiknya dilakukan standardiassi.
Table 2 Standard Population by Age and Age-Specific Death Rates
Age (years)
Standard population
Under 1
Death rate Expected Death rate in Expected in A (per deaths at A's B (per 1,000) deaths at 1,000) rates B's rates
6,000
15.0
20.0
1-14
23,000
1.0
0.5
15-34
41,000
1.0
1.0
35-54
30,000
4.0
5.0
55-64
15,000
15.0
20.0
Over 64
35,000
80.0
90.0
150,000
35,6
17.4
22.0
25.0
Total Age-adjusted death rate (per 1,000)
Pertanyaan I.:
Hitunglah direct adjusted death rate komunitas A dan B. Bagaimana interpretasi saudara? Data yang dibutuhkan untuk menghitung age adjusted death rate berdasarkan direct method /standardisasi secara langusng adalah : 1.
Spesific rate dari populasi studi dalam hal ini adalah age specific death rate komunitas A dan B.
2.
Distiribusi variable yang akan dikontrol disini adalah distribusi berdasarkan kelompok umur dari populasi standard. Jumlah populasi di kedua kominitas A + B dijadikan sebagai populasi standard.
Prosedur perhitungan standardisas langsung/direct age adjusted death rate adalah sbb: 1. Dengan mengalikan data pada populasi standard terhadap age specific death rate komunitas A dan B. maka didiapat nilai expected deaths dari komunitas A dan B . 2. Dengan membagi nilai jumlah expectred deaths masing2 A & B terhadap jumlah total populasi standard , maka didapat nilai direct age adjusted death rate A dan B
SOAL II Pertanyaan II
Hitunglah indirect age adjusted death rate /standardisasi tidak langsung Bagaimana interpretasi saudara? Tabel 3 Population and Expected Deaths of Community A by Age, and Standard Death Rates by Age
Age (year)
Population in A
Standard Expected deaths in death rate A at standard rates (per 1,000)
Under1
1,000
20.0
1-14
3,000
0.5
15-34
6,000
1.0
35-54
13,000
5.0
55-64
7,000
20.0
Over 64
20,000
90.0
Total
50,000
17.4
Data yang dibutuhkan untuk menghitung age adjusted death rate berdasarkan in direct method standardisasi secara tidak langusng adalah: 1.
Distribusi variabel yang akan dikontrol dari populasi studi dalam hal ini adalah distribusi berdasarkan kelompok umur dari populasi komunitas A..
2.
Distribusi specific rate berdasarkan variable yang akan di kontrol dari suatu populasi standard .Dalam hal ini yang digunakansebagi populasi standard adalah age specific death rate populasi komunitas B
3.
CDR populasi studi dalam hal ini CDR populasi pada komunitas A
4.
CDR populasi standard ,dalam hal ini CDR populasi komunitas B
Prosedur perhitungan standardisas tidak langsung / indirect age adjusted death rate adalah sbb : 1. Dengan mengalikan data berdasarkan kelompok umur pada populasi studi terhadap age specific death rate komunitas B sebagai populai standard ,. maka didiapat nilai expected deaths dari komunitas A . 2. Dengan membagi nilai jumlah kematian yang diobservasi dalam hal ini jumlah kematian populasi di komunitas A yaitu 1781 orang , dengan nila expectred deaths komunitas A ,didapat nilai SMR (standard mortality ratio = observed
deaths / expected death) 3. Dengan mengalikan CDR populasi standard ,dalam hal ini CDR populasi komunitas B dengan SMR didapatkan indirect adjusted death rate. SOAL III
Age-specific rates of abnormal lung functioning in males employed in manufacturing or services industries Age interval 20-29 30-39 40-49 50-59 60+
Jumlah 403 688 683 539 133
Manufacturing % abnormal 2,2 3,2 2,2 6,9 12,8
Jumlah 256 525 599 453 155
Services % abnormal 4,8 3,2 2,8 6,6 9,0
Berdasarkan data diatas, jawablah pertanyaan dibawah ini: A. Bandingkan age-specific rates pada ke dua industri tersebut. Kesimpulan apa yang ingin Saudara berikan sehubungan efek dari umur dan industri?
B. Bila Saudara menghitung age-adjusted dan membandingkan adjusted rates kedua industri tersebut, apa kelebihannya? Kekurangannya? C. Bila diketahui distribusi umur standar dibawah ini? Age interval
20-29 30-39 40-49 50-59 60+
Standar 1
2
3
0,25
0,05
0,07
0,25
0,05
0,75
0,30
0,10
0,06
0,10
0,40
0,06
0,10
0,40
0,06
SOAL IV
A. Gunakan distribusi umur standar 1 yang mana distribusi terkonsentrasi pada umur kurang dari 49 tahun, Hitung age-adjusted rate secara direk pada kedua industri. Bagaimana besar dan arah perbedaan retes diantara kedua industri itu? B. Gunakan distribusi umur standar 2 yang mana distribusi terkonsentrasi pada umur lebih dari 50 tahun. Hitung age-adjusted rate secara direk pada kedua industri. Bagaimana besar dan arah perbedaan rates diantara kedua industri itu?
C. Gunakan distribusi umur standar 3 yang mana distribusi terkonsentrasi pada interval umur 30-39 tahun. Hitung age-adjusted rate secara direk pada kedua Industri. Bagaimana besar dan arah perbedaan rates diantara kedua industri itu? D. Dengan menggunakan distribusi umur sampel total sebagai standar, hitung standardisasi untuk tipe industri secara direk pada kelompok umur 20-49 dan kelompok umur 50 keatas. Interpretasikan perbandingan pada kedua kelompok tersebut.
PRAKTIKUM DESAIN STUDI EPIDEMIOLOGI
1. Data yang diberikan pada table 1-4 menjelaskan status kesehatan pekerja, dalam hal ini terinfeksi virus hepatitis B, di suatu rumah sakit. Penelitian bertujuan ingin mendapatkan gambaran infeksi hepatitis B pada pekerja rumah sakit. Pada sejumlah petugas rumah sakit dilakukan uji apakah terinfeksi Hepatitis B dan dikumpulkan pula data karakteristik individu pada saat yang sama. a. Apakah jenis penelitian epidemiologi yang cocok untukkegiatan ini? b. Berikan komentar tentang hubungan antara pekerjaan dirumah sakit dan risiko terinfeksi virus hepatitis B? Tabel 1. Persentase positif terhadap virus hepatitis B diantara pekerja rumah sakit berdasarkan bebeapa kareketeristik. Karakteristik
Jumlah yg di Uji
Jumlah Positif
Persen
Umur 19-29 30-39 40-49 >=50
139 83 129 162
10 11 2 31
7.2 13.2 17.0 19.1
Lama Bekerja (th) <3 3-5 >5
189 180 144
20 19 35
10.6 10.6 24.3
Tingkat SES 1-2 (tertinggi) 3-4 5 (terendah) TOTAL
167 227 119 513
20 29 25 74
12.0 12.8 21.0 14.4
Tabel 2.
Kategori Pekerjaan Teknisi Perawat Dokter Perawat Terintegrasi Perawat pembantu Pelayanan Makanan
Jumlah yang di Uji
Persen Positif
63 41 52 77 60 28
22 22 12 12 20 21
Pembantu administrasi Pembersih ruangan Lain-lain
84 56 52
8 13 8
Tabel 3.
Pajanan Pekerjaan
Jumlah yang di Uji
Persen Positif
Kontak dengan Pasien Tidak Kadang-kadang Sering
201 75 237
13.9 13.3 15.2
Kontak dengan darah atau bahan dari darah Tidak Kadang-kadang Sering
211 127 175
11.4 13.4 18.9
Tabel 4.
Lokasi Kerja Ruang Operating Laboratorium Kamar Inap Obstetri-ginekologi Pengobatan Anak Operasi Dapur Administrasi Radiologi UGD Farmasi Lainnya
Jumlah yang di Uji
Persen Positif
21 47
29 21
41 46 18 51 28 78 14 20 11 86
20 20 17 12 21 9 7 5 0 13
2. Bukti yang mendukung obesitas sebagai factor risiko untuk kanker kolon masih belum konklusif. Terutama diantara wanita. Studi terbaru (Am J Epidemiol 1999: 150-390-398) melaporkan adanya hubungan antara obesitas (diukur pada baseline) dengan morbiditas kanker kolon seperi yang ditemukan dari hasil evaluasi terhadap catatan medis dan sertifikat kematian dalam penelitian kohort yang dilakukan secara nasional pada pria dan wanita berusia 25-74 tahun yang berpartisipasi pada first nasional health and nutrition examamination survey dari tahun 1971 sampai 1975 dan di follow up sampai tahun 1992.
Tabel berikut dikombinasi Baseline body mass index * <22 22 - < 24 24 - < 26 26 - < 28 28 - < 30 30+
adalah hasil dari penelitian ini untuk pria dan wanita yang sudah
Number of incident cases of colon cancer
Person-years follow up
28 41 36 40 35 42
53.475 38.919 36.610 32.635 21.122 34.904
Crude incidence rate/ 100.000 person years
*. Kg berat badan pertinggi badan dalam M2
a. Jelaskan disain penelitian yang digunakan dal am studi ini? (pilih satu jawaban terbaik) b. Lengkapi table dengan menghitung crude body mass index-spesific incidence rates c. Hitung relative risk (RR) kanker kolon dihubungkan dengan BMI kategori 28 - <30. Gunakan kategori BMI yang terendah sebagai referensi. Interprestasi jawaban dalam suatu kalimat. d. Hitung attributable risk proportion dari mereka yang berada dalam kategori BMI 28-<30. Interpretasikan jawaban dalam suatu kalimat.
3. PCA-FLUVX Sebuah studi kasus kontrol meneliti hubungan antara vaksinasi influenza dan primary cardiac arrest (PCA) (Am J Epidemiol 2000: 152:674-677). Kasus PCA tanpa didahului penyakit jantung (n=315) teridentifikasi dari laporan paramedic. Kelompok control didapat dengan menggunakan teknik angka acak. Sepasang subjeck penelitian diwawancarai untuk menemukan siapa yang menerima vksinasi influenza (Vx) selama tahun sebelumnya. Datanya adalah sebagai berikut: Divaksinasi Tidak Divaksinasi
Kasus
Control
79 236
176 373
a. Jelaskan mengapa penelitian ini merupakan penelitian kasus-kontrol b. Hitunglah odds ratio dihubungakan dengan vaksinasi. Interpretasikan hasilnya. Apakah hal ini menyatakan hubungan antara efek vaksinasi influenza dengan risiko PCA. c. Peneliti menggunakan informasi dari responden pengganti (berpasangan) untuk memastikan status pajanan baik di kelompok kasus mapun control. Hal ini diperlukan
untuk kasus (karena mereka sudah meninggal) menurut anda mengapa pada kelompok control digunakan responden pengganti (surrogate) sebagai sumber informasi?.
4. ORAL CONTRACEPTIVE STUDIES FROM THE 1970s
Hubungan kausal antara penggunaan kontrasepsi oral dengan penyakit kardivaskular pertama kali di postulasikan di akhir tahun 1960. Banyak studi yang dilakukan untuk membuktikan hubungan ini. di Bawah ini adalah abstrak dari dua studi epidemiologi pada topik ini. Study 1 : Mann, J.I. Vessy, M.P. Thorogood, M., & Doll, S.R. (1975). Myococardial infarction in young women with special reference to oral contraceptive practice. Br Med J., 2 (5965), 241245. Penelitian dilakukan pada 63 wanita yang keluar dari rumah sakit dengan diagnosis myocardial infraction (serangan jantung) dan 189 pasien control. Semuanya berusia di bawah 45 tahun pada saat masuk rumah sakit. Penggunaan kontrasepsi oral. Perokok berat, perawatan hipertensi dan diabetes, pre-eclamptic toxaemia, obesitas dan tipe II hyperlipoproteinemia lebih sering ditemukan pada pasien dengan mycocardial infraction dibandingkan pada control. Hubungan antara mycocardial dan kontrasepsi oral tidak dapat dijelaskan dalam hal hubungan antara persiapan penelitian ini dengan factor lainnya. Efek kombinasi dari factor-faktor risiko secara jelas berjalan sinergis. Study 2 : Royal College of General Practitioner’s Oral Contraceptive Study (1997) Mortality among oral-contraceptive Users. Lancet Oct 8;2 (8041):727-31. Pada studi prospectif berskala besar yang dilakukan di inggris, death rate penyakit system sirkulasi pada wanita yang pernah menggunakan kontrasepsi oral adalah 5 kali lebih besar dari pada wanita yang tidak pernah memakainya; dan death-rate pada mereka yang meminum pil secara terus menerus selama 5 tahun atau lebih adalah 10 kali lebih besar dari pada mereka yang tidak pernah meminum pil. Besarnya jumlah kematian pada pengguna kontrasepsi oral disebabkan oleh variasi yang besar pada kondisi vaskularnya. Total mortality rate pad wanita yang pernah menggunakan pil meningkat 40% yang disebabkan oleh peningkatan kematian karena penyakit sirkulasi yaitu 1 per 5000 pengguna per tahunnya. Banyaknya julah kematian tersebut lebih besar dari pada death rate dari komplikasi kehamilan (pada non-pengguna), dan dua kali death-rate dari kecelakaan. Besarnya jumlah mortality-rate meningkat seiring bertambanhnya umur, kebiasaan merokok dan durasi penggunaan kontrasepsi oral.
Bagian 1:
a. Apa yang mebuat studi yang pertama merupakan studi kasus-kontrol? b. Apa yang membuat studi yang kedua merupakan studi kohort? Bagian 2: pertanyaan di bawah ini untuk studi kasus-kontrol (mann et all..,1975)
c. Menurut anda mengapa rumah sakit terpilih sebagai lokasi untuk studi yang pertama? d. Secara teori, kelompok kasus control sebaiknya diambil secara random dari kasus dan control dari populasi sumber. Menurut anda apakah pada penelitian ini yang dilakukan sudah benar? Bagian 3: pertanyaan di bawah ini untuk studi kohort (royal college, 1997)
e. Pada abstrak gagal melaporkan morality rates dalam berbagai kelompok tetapi hanya catatan “total mortality rate pada wanita yang pernah menggunakan pil meningkat 40%. Berdasarkan pada pernyataan tersebut, dapatkah anda mendapatkan rate ratio dihubungkan dengan penggunaan kontrasepsi oral? f. Pada studi juga dinyatakan bahwa “disebabkan oleh peningkatan kematian karena penyakit sirkulasi yaitu 1 per 5000 pengguna per tahunnya”. Apakah hal tersebut mewakili rate rasio, rate difference, atau attributable fraction? Jelaskan jawaban and a? Bagian 4:
g. Studi manakah yang cocok untuk total sampel size yang lebih kecil h. Dengan menganggap studi kohort tidak retrospectif, studi manakah yang memerlukan lebih sedikit wajtu untuk meyelesaikannya.? i. Dapatkah studi kasus-kontrol memperkirakan insiden penyekit? Jelaskan j. Manakah yang lebih rentan terhadap recall bias? k. Manakah yang lebih rentan terhadap bias-seleksi? l. Manakah yang lebih rentan untuk loss to follow up ? m. Mengapa studi kasus-kontrol dilakukan sebelum studi kohort?
PRAKTIKUM SKRINING
SOAL 1
Pada suatu rumah sakit X baru saja dibuka suatu “coronary care unit”. Setelah unit ini dibuka, banyak sekali pasien dengan keluhan sakit dada berbondong-bondong datang dan ingin dirawat karena dirinya merasa sakit jantung. Dari 360 pasien yang datang tersebut, ternyata setelah dilakukan pemeriksaan oleh dokter spesialis penyakit jantung dengan menggunakan alat rekam jantung atau ECG (electrocardiogram), yang dinyatakan benar sakit jantung atau myocard infarct ada 230 pasien , sedangkan sisanya dinyatakan tidak sakit.. Karena pemeriksaan dengan ECG dirasakan terlalu mahal, kemudian team dari coronary care unit ini memilih suatu pemeriksaan yang dianggap lebih murah dan cepat untuk dapat mengskrining pasien pasien tersebut, pasien mana yan g perlu dirawat atau tidak dirawat. Skrining test yang dilaksanakan adalah pemeriksaan kadar enzym “creatin kinase”.Dengan demikian dilakukanlah pemeriksaan kadar enzym terhadap 360 pasien tersebut. Hasil dari pemeriksaan ECG dan hasil dari berbagai batas kadar enzym tersebut adalah seperti yang tertera pada tabel dibawah ini:
KADAR ENZYM
SAKIT
TIDAK SAKIT
“CREATIN KINASE”
“MYOCARD INFARCT”
“MYOCARD INFARCT”
N=230
N=130
IU TEST +
TEST -
TEST +
TEST -
480+
35
195
0
130
440
43
187
0
130
400
50
170
0
130
360
65
165
0
130
(international unit)
320
84
146
0
130
280
97
133
1
129
240
115
115
2
128
200
134
96
3
127
160
155
75
3
127
120
185
120
8
122
80
215
15
16
114
40
228
2
42
88
0
230
0
130
0
Pada tabel ini, positif test didefinisikan sebagai batas kadar enzym diatas nilai yang telah ditentukan dan negatif test adalah batas kadar enzym dibawah nilai yang telah ditentukan. Sebagai contoh, bila ditentukan batas kadar enzym “creatin kinase” 200 IU sebagai positif untuk sakit “myocard infarct” . maka akan ditemukan dari penderita tersebut 134 orang yang yang hasil skrining testnya positif dan 96 orang yang hasil testnya negatif.
Pertanyaan I ( pertama )
A. Hitung sensitvitas dan spesifisitas skrining test dengan metoda pemeriksaan kadar enzym “creatin kinase “ jika batas ambang atau “cut off level” yang digunakan 280 IU. B. Jelaskan konsekuensi terhadap besarnya false positif atau false negatif apa yang harus anda hadapi pada “cut off level” ini C. Jika anda diminta untuk menggunakan “ cut off level” ini , jelaskan pada kondisi atau tujuan skrining yang bagaimana anda akan menggunakan “cut off level” ini.
Pertanyaan II (kedua)
A. Hitung sensitvitas dan spesifisitas skrining test dengan metoda pemeriksaan kadar enzym “creatin kinase “ jika batas ambang atau “cut off level” yang digunakan 40 IU . B. Jelaskan konsekuensi terhadap besarnya false positif atau false negatif apa yang harus anda hadapi pada “cut off level” ini C. Jika anda diminta untuk menggunakan “ cut off level” ini , jelaskan pada kondisi atau tujuan skrining yang bagaimana anda akan menggunakan “cut off level” ini.
Kepala bagian “coronary care unit” kemudian melaporkan kepada direktur rumah sakit X tersebut , bahwa telah ditemukan suatu skrining test yang cukup sensitif dan spesifik untuk membedakan mana pasien yang menderita “myoard infarct” yang perlu dirawat dan mana yang tak perlu dirawat. Kemudian direktur rumah sakit X ini menganjurkan agar skrining test tersebut dilaksanakan pada semua pasien yang akan masuk rumah sakit tersebut . Skrining test dengan pmeriksaan kadar enzym “creatin kinase” tersebut kemudian dilaksanakan terhadap 2300 pasien yang akan dirawat dirumah sakit X tersebut. Sebagai batas ambang atau “cut off level” ditetapkan positif jika kadar enzym “creatin kinase” > = 80 IU>. Hasil pemeriksaan test skrining terhadap 2300 pasien tersebut adalah seperti yang tertera pada tabel dibawah ini: KADAR EMZYM “CREATIN KINASE” IU (international unit) TEST + >= 80 IU TEST – < 80 IU
SAKIT “MYOCARD INFARCT”
TIDAK SAKIT “MYOCARD INFARCT”
215
248
15
1822
TOTAL
230
2070
Pertanyaan III (ketiga
Hitunglah sensitivitas dan spesifisitas dan “postive predictive value” dari test skrining ini pada 2300 pasien di rumah sakit X.