BAB I PENDAHULUAN
A. Lata Latarr Bela elakang kang Keseh Kesehata atan n merup merupaka akan n hak hak asasi asasi manusi manusia a dan salah salah satu satu unsur unsur kesej kesejaht ahtera eraan an yang yang harus harus diwu diwujud judkan kan sesuai sesuai denga dengan n cita-c cita-cita ita bangs bangsa a Indonesia Indonesia sebagaim sebagaimana ana dimaksud dimaksud dalam dalam Pancasil Pancasila a dan Undang-u Undang-undan ndang g Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Untuk Untuk mewujud mewujudkan kan derajat derajat kesehata kesehatan n masyarak masyarakat at yang setinggi setinggi-tingginya bagi masyarakat, diselenggarakan upaya kesehatan yang terpadu dan menyelur menyeluruh uh dalam dalam bentuk bentuk upaya upaya kesehata kesehatan n perorang perorangan an dan upaya upaya keseh kesehata atan n masyar masyaraka akat, t, yang yang disele diselengg nggara arakan kan dalam dalam bentuk bentuk kegiat kegiatan an dengan dengan pende pendekat katan an promot promotif, if, preven preventif tif,, kurati kuratiff dan rehabi rehabililitat tatif if yang yang dilaksanakan secara terpadu, menyeluruh, dan berkesinambungan. Dewasa ini masalah kesehatan darurat cenderung makin meningkat dan makin beragam. Kesehatan Darurat merujuk kepada masalah kesehatan masyarakat yang bersifat darurat dalam hal distribusi masalah, faktor risiko dan upaya pencegahan yang dapat dilakukan untuk menanggulangi masalah kesehatan darurat tersebut.Keadaan darurat yang mengganggu kesehatan masy masyar arak akat at seta setara ra deng dengan an suat suatu u kead keadaa aan n musi musiba bah h yang yang dari dari segi segi epidemiologi memberikan suatu gambaran endemik yang luas. Kecelakaan lalu lintas merupakan masalah kesehatan masyarakat di seluruh negara di dunia, khususnya di negara berkembang. Kecelakaan lalu lintas menempati urutan ke-9 pada disability adjusted life year (DALY) dan dipe diperk rkir irak akan an akan akan meni mening ngka katt menj menjad adii peri pering ngka katt ke 3 di tahu tahun n 2020 2020 sedangka sedangkan n di negara negara berkemba berkembang ng menempat menempatii urutan urutan ke-2. ke-2. Pada tahun 2002 2002,,
kece kecela laka kaan an
lalu laluli lint ntas as
meru merupa paka kan n
peny penyeb ebab ab
kema kemati tian an
urut urutan an
kesebelas di seluruh dunia. Rate dari road traffic fatality penduduk paling rendah di negara maju di Eropa (11,0 per 100.000), dan paling tinggi di negara berpenghasilan rendah dan menengah di Eastern Mediterrean (26,4 per 100.000) dan Afrika (28,3 per 100.000). Ceder Cedera a akibat akibat kecela kecelakaa kaan n lalu lalu linta lintas s adala adalah h penye penyeba bab b utama utama kemati kematian an dan disab disabili ilitas tas (ketid (ketidak akmam mampua puan) n) secara secara umum umum teruta terutama ma di negara berkembang. Proporsi disabilitas dan case fatality rate (CFR) cedera
Penyelenggaraan Kegawatdaruratan Kegawatdaruratan RSUD Daya Kota Makassar 1
akibat kecelakaan lalu lintas masih tinggi. CFR tertinggi dijumpai di beberapa negara Amerika Latin (41,7 per 100.000 penduduk), Asia (21,9 dan 21,0 per 100.000 penduduk di Korea Selatan serta Thailand). Di Indonesia sebagian besar (70%) korban kecelakaan lalu lintas adalah pengendara sepeda motor. Kontribusi sepeda motor terhadap kecelakaan di Indonesia adalah 80,3% (14.223 kasus dari 17.732) dan di Jakarta ialah 59,2% (2403 kasus dari 4065). Kecelakaan lalu lintas disebabkan oleh faktor manusia (host), faktor kendaraan (agent) dan faktor lingkungan (enviroment) yang saling berkaitan anta antara ra satu satu fakt fakto or
deng dengan an fakt faktor or yang yang lain lain..
Fakt Faktor or-f -fak akto torr
ters terseb ebut ut
berpengaruh terhadap tingkat keparahan cedera yang dialami oleh korban kecelakaan disamping beberap faktor yang lain seperti faktor penanganan cedera baik di pra rumah sakit dan di rumah sakit. Rumah
sakit
adalah
insitusi
pelayanan
kesehatan tan
yang
menyelenggarakan menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat. Menurut pasal pasal 4 Unda Undangng-und undan ang g Repu Republi blik k Indone Indonesia sia no.36 no.36 tahun tahun 2009 2009 tentan tentang g kesehatan menyebutkan bahwa setiap orang berhak atas kesehatan. Hak yang dimaksud dalam pasal ini adalah hak untuk memperoleh pelayanan keseh kesehata atan n dari dari fasil fasilita itas s pelay pelayana anan n keseh kesehata atan n agar agar dapat dapat mewuju mewujudka dkan n derajat kesehatan yang setinggi tingginya. Menurut pasal 29 undang-undang undang-undang republik republik Indonesia Indonesia no. 44 tahun 2009 tentang tentang rumah rumah sakit sakit menyebut menyebutkan kan bahwa bahwa setiap setiap rumah rumah sakit sakit mempunya mempunyaii kewajiba kewajiban n memberik memberikan an pelayana pelayanan n gawa gawatt daru darura ratt
kepa kepada da pasi pasien en sesu sesuai ai deng dengan an kema kemamp mpua uann nnya ya serta serta
membuat, membuat, melaksa melaksanaka nakan n dan menjaga menjaga standar standar pelayana pelayanan n kesehata kesehatan n di rumah sakit sebagai acuan dalam melayani pasien. Sebuah rumah sakit tidak lengkap jika tidak mempunyai sebuah unit yang bisa memberik memberikan an pelayana pelayanan n bagi pasien yang mengalami mengalami keadaan keadaan emergency atau gawat darurat. Oleh karena itu untuk menjawab tantangan tersebut, setiap RS berkewajiban untuk memberikan fasilitas layanan Unit Gawat Darurat (UGD) yang didukung oleh dokter dan perawat yang siap siaga selama 24 jam. Unit Gawat Darurat (UGD) adalah salah satu bagian di rumah sakit yang menyediakan penanganan awal bagi pasien yang menderita sakit dan
Penyelenggaraan Kegawatdaruratan Kegawatdaruratan RSUD Daya Kota Makassar 2
cedera, yang dapat mengancam kelangsungan hidupnya. Di UGD dapat ditemukan dokter dari berbagai spesialisasi bersama sejumlah perawat dan juga asisten dokter. Oleh karena itu perlu ketersediaan tenaga dan fasilitas yang menunjang untuk kondisi kegawatdaruratan di UGD disertai waktu tanggap penanganan yang cepat dan tepat.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut maka rumusan masalah dari kegiatan ini sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui distribusi pasien berdasarkan waktu (dalam jam) di Unit Gawat Darurat (UGD) RSUD Daya Kota Makassar pada tanggal 16 17 Februari 2013. 2. Untuk mengetahui distribusi pasien berdasarkan jenis kelamin di Unit Gawat Darurat (UGD) RSUD Daya Kota Makassar pada tanggal 16 - 17 Februari 2013 3. Untuk mengetahui distribusi pasien berdasarkan umur di Unit Gawat Darurat (UGD) RSUD Daya Kota Makassar pada tanggal 16 - 17 Februari 2013 4. Untuk mengetahui distribusi pasien berdasarkan alamat/kota domisili di Unit Gawat Darurat (UGD)RSUD Daya Kota Makassar pada tanggal 16 -17 Februari 2013 5. Untuk mengetahui distribusi penyakit menurut letak luka yang terkena di Unit Gawat Darurat (UGD)RSUD Daya Kota Makassar pada tanggal 1617 Februari 2013 C. Tujuan Kegiatan 1. Tujuan Umum Tujuan dari pelaksanaan kegiatan ini adalah untuk mengetahui gambaran penyelenggaraan kegawatdaruratan di Unit Gawat Darurat (UGD) RSUD Daya Kota Makassar pada tanggal 16-17 Februari 2013 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui distribusi pasien berdasarkan waktu (dalam jam) di Unit Gawat Darurat (UGD) RSUD Daya Kota Makassar pada tanggal 16-17 Februari 2013
Penyelenggaraan Kegawatdaruratan RSUD Daya Kota Makassar 3
b. Untuk mengetahui distribusi pasien berdasrkan jenis kelamin di Unit Gawat Darurat (UGD) RSUD Daya Kota Makassar pada tanggal 1617 Februari 2013 c. Untuk mengetahui distribusi pasien berdasarkan umur di Unit Gawat Darurat (UGD) RSUD Daya Kota Makassar pada tanggal 16-17 Februari 2013 d. Untuk mengetahui distribusi pasien berdasarkan alamat/kota domisili di Unit Gawat Darurat (UGD) RSUD Daya Kota Makassar pada tanggal 16-17 Februari 2013 e. Untuk mengetahui distribusi penyakit menurut letak luka yang terkena di Unit Gawat Darurat (UGD) RSUD Daya Kota Makassar pada tanggal 16-17 Februari 2013
Penyelenggaraan Kegawatdaruratan RSUD Daya Kota Makassar 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Gawat Darurat (Emergency Care) Unit Gawat darurat adalah kejadian yang mendadak atau kejadian yang tidak disangka-sangka seperti suatu kecelakan dan lain-lain. Menurut The American Hospital Association (AHA) pengertian gawat darurat adalah An emergency is any condition that in the opinion of the patient,his family, or whoever assumes the responsibility of bringing the patient to the hospitalrequires immediate
medical
attention. This condition
continues
until
a
determination has been made by a health care professional that the patient’s life or well-being is not threatened . 1.
Status Kegawatan Pasien Status kegawatan pasien Instalasi gawat Darurat terdiri dari : a) Pasien gawat darurat Pasien yang tiba-tiba berada dalam keadaan gawat darurat atau akan menjadi gawat dan terancam nyawanya atau anggota badannya (akan menjadi cacat) bila tidak mendapat pertolongan secepatnya. b) Pasien gawat tidak darurat Pasien berada dalam keadaan gawat tetapi tidak memerlukan tindakan darurat, misalnya kanker stadium lanjut. c) Pasien darurat tidak gawat pasien akibat musibah yang dating tiba-tiba, tetapi tidak mengancam nyawa dan anggota badannya, misalnya luka sayata dangkal. d) Pasien tidak gawat tidak darurat misalnya pasien dengan ulcus tropicum, TBC kulit, dan sebagainya.
B. Kejadian Kegawatdaruratan Suatu kejadian dimana interaksi berbagai faktor yang datangnya mendadak,tidak dikehendaki sehingga menimbulkan cedera (fisik,mental dan sosial). Kecelakaan dan cedera dapat diklasifikasikan menurut : 1. Tempat kejadian a) Kecelakaan lalu lintas; b) Kecelakaan di lingkungan rumah tangga;
Penyelenggaraan Kegawatdaruratan RSUD Daya Kota Makassar 5
c) Kecelakaan dilingkungan pekerjaan; d) Kecelakaan di sekolah; e) Kecelakaan di tempat-tempat umum lain seperti halnya tempat rekreasi, perbelanjaan, di arena olahraga, dan lain-lain. 2. Mekanisme kejadian : Tertumbuk, jatuh, terpotong, tercekik oleh benda asing, tersengat, terbakar baik karena efek kimia, fisik maupun listrik atau radiasi. 3. Waktu kejadian : a) Waktu perjalanan (travelling/transport time); b) Waktu bekerja, waktu sekolah, waktu bermain dan lain-lain. C. Sistem Penanggulangan Penderita Gawat Darurat Tercapainya suatu pelayanan kesehatan yang optimal, terarah dan terpadu bagi setiap anggota masyarakat yang berada dalam keadaan gawat darurat. Upaya pelayanan kesehatan pada penderita gawat darurat pada dasarnya mencakup suatu rangkaian kegiatan yang harus dikembangkan sedemikian rupa sehingga mampu mencegah kematian atau cacat yang mungkin terjadi. Cakupan pelayanan kesehatan yang perlu dikembangkan meliputi : a. Penanggulangan penderita ditempat kejadian; b. Transportasi penderita gawat darurat dari tempat kejadian ke sarana kesehatan yang lebih memadai; c. Upaya
penyediaan
sarana
komunikasi
untuk
menunjang
kegiatan
penanggulangan penderita gawat darurat; d. Upaya rujukan ilmu pengetahuan, pasien dan tenaga ahli e. Upaya penanggulangan penderita gawat darurat ditempat rujukan (unit gawat darurat dan ICU). f. Upaya pembiayaan penderita gawat darurat.
D. Pedoman Pengembangan Pelayanan Gawat Darurat di Rumah Sakit Suatu unit gawat darurat (UGD) harus mampu memberikan pelayanan dengan kualitas tinggi pada masyarakat dengan problem medis akut. Interpretasi : Harus mampu, a. mencegah kematian dan cacat b. melakukan rujukan
Penyelenggaraan Kegawatdaruratan RSUD Daya Kota Makassar 6
c. menanggulangi korban bencana Kriteria : a. Unit Gawat Darurat harus buka 24 jam b. Unit Gawat Darurat juga harus melayani penderita-penderita “false emergency ” tetapi tidak boleh mengganggu/ mengurangi mutu pelayanan penderita-penderita gawat darurat. c.
Unit Gawat Darurat sebaiknya hanya melakukan “ primary care”. Sedangkan “definitive care” dilakukan di tempat lain dengan kerjasama yang baik.
d.
Unit Gawat Darurat harus meningkatkan mutu personalia maupun masyarakat sekitarnya dalam penanggulangan penderita gawat darurat. Interpretasi : Mengadakan
kursus-kursus
untuk
personalianya
sendiri
maupun
penyuluhan kepada masyarakat dalam penanggulangan penderita gawat darurat (PPGD). e.
Unit Gawat Darurat harus melakukan riset guna meningkatkan mutu/ kualitas pelayanan kesehatan masyarakat sekitarnya
E. Pelayanan Gawat Darurat Batasan yang dimaksud dengan pelayanan gawat darurat (emergency care) adalah bagian dari pelayanan kedokteran yang dibutuhkan oleh penderita dalam waktu segera (imediatlely) untuk menyelamatkan kehidupannya (life saving). Unit kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan gawat darurat disebut dengan nama Unit Gawat Darurat (emergency Unit. Tergantung dari kemampuan yang dimilki, keberadaan UGD tersebut dapat beraneka macam. 1. Kegiatan Kegiatan yang menjadi tanggung iawab UGD banyak macamnya. Secara umum dapat dibedakan atas tiga macam (Flynn, 1962): a.
Menyelenggarakan pelayanan gawat darurat Bertujuan menyelamatkan kehidupan
penderita,
namun
sering
dimanfaatkan
hanya
untuk
memperoleh mendapatkan pelayanan pertolongan pertama dan bahkan pelayanan rawat jalan. b.
Menyelenggarakan pelayanan penyeringan untuk kasus-kasus yang membutuhkan pelayanan rawat inap intensif. Merujuk kasus-kasus gawat
Penyelenggaraan Kegawatdaruratan RSUD Daya Kota Makassar 7
darurat yang dinilai berat untuk memperoleh pelayanan rawat inap intensif. c.
Menyelenggarakan pelayanan informasi medis darurat. Menampung serta menjawab semua pertanyaan semua anggota masyarakat tentang segala sesuatu yang ada hubungannya dengan keadaan medis darurat (emergency medical questions).
2. Masalah Sama halnya dengan berbagai unit pelayanan kedokteran lainnya, mengelola UGD tidak semudah yang diperkirakan. Akan banyak masalah yang ditemukan yang jika disederhanakan secara umum dapat dibedakan atas dua macam, yaitu: a. Masalah pembiayaan Masalah pertama yang ditemukan adalah kesulitan pebiayaan dalam megelola UGD. Terdapat dua faktor utama yang berperan, pertama, karena biaya pegelolaan UGD memang besar. Kedua, karena pendapatan UGD tidak pernah bias dijamin. b. Masalah beban kerja Perbedaan pengertian keadaan gawat darurat antara pasien dengan petugas
kesehatan,
menyebabkan
pelayanan
UGD
sering
dimanfaatkan oleh mereka yang sebenarnya kurang membutuhkan. Hal ini berakibat atas banyaknya jumlah pengunjung rawat jalan akan berkurang. Dampaknya akan terlihat pada menurunnya pendapatan.
BAB III METODE PELAKSANAAN KEGIATAN
Penyelenggaraan Kegawatdaruratan RSUD Daya Kota Makassar 8
A. Lokasi dan Waktu Kegiatan observasi dilakukan selama dua hari di RSUD Daya Kota Makassar pada Unit Gawat Darurat (UGD). Adapun waktu pelaksanaan kegiatan adalah dari pukul
18.00 WITA pada tanggal 16 Februari 2013
hingga pukul 18.00 WITA tanggal 17 Februari 2013.
B. Alur Pelaksanaan Kegiatan Kegiatan observasi dilakukan dengan sistem shift dengan interval waktu enam jam pada setiap shift. a. Shift I dilaksanakan pada hari Sabtu (tanggal 16 Februari 2013) pukul 18.00 – 00.00 WITA, oleh : Agustinus Wabia dan Muchlis b. Shift II dilaksanakan pada hari Sabtu (tanggal 16 Februari 2013) sampai hari Minggu (tanggal 17 Februari 2013) pukul 00.00 dini hari – 06.00 pagi, oleh: Andi Lukman Hakim dan Turbowo c. Shift III dilaksanakan pada hari Minggu (tanggal 17 Februari 2013) pukul 06.00 pagi – 12.00 siang, oleh: A.Jumiati dan Sumarti Usman d. Shift IV dilaksanakan pada hari Minggu (tanggal 17 Februari 2013) pukul 12.00 siang – 18.00, oleh: Anna Widiastuty dan Vonny Roberth. C. Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan pada kegiatan ini berupa : a. Data karakteristik pasien yang diambil dari buku status pasien, yaitu: 1) Nama (diinisialkan), 2) Alamat/kota domisili saat ini, 3) Jenis kelamin, dan 4) Umur. b. Data mengenai waktu masuk pasien di UGD, data diambil dari observasi langsung oleh mahasiswa pada saat pasien tiba di IRD. c. Data keluhan pasien (anamnese) yang diambil dari buku status pasien d. Data diagnosa pasien yang diambil dari buku status pasien e. Data tindakan dan terapi yang diberikan kepada pasien yang diambil dari buku status pasien. D. Penanggung Jawab Kegiatan
Penyelenggaraan Kegawatdaruratan RSUD Daya Kota Makassar 9
Kegiatan observasi penyelenggaraan kegawatdaruratan di Unit Gawat Darurat (UGD) RSUD Daya Kota Makassar ini dilakukan dalam rangka pemenuhan tugas
Mata
Kuliah
Epidemiologi
Kesehatan
Darurat
dengan
Dosen
Pengampuh Prof. DR. drg. H.A. Arsunan Arsin, M. Kes.
BAB IV
Penyelenggaraan Kegawatdaruratan RSUD Daya Kota Makassar 10
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum RSUD Daya Kota Makassar 1.
Sejarah RSUD Daya Kota Makassar Rumah Sakit Umum
Daerah Daya
Kota Makassar adalah satu-
satunya Rumah Sakit milik Pemerintah Kota Makassar dan merupakan Konversi dari Puskesmas Plus Daya menjadi Rumah Sakit Umum Daerah Kota Makassar Tipe C, dan juga merupakan Pusat Rujukan Pintu Gerbang Utara Makassar sesuai dengan Keputusan Gubernur Propinsi Sulawesi Selatan berdasarkan SK Gubernur Nomor 13 tahun 2008. Dalam rangka peningkatan mutu pelayanan kesehatan, Rumah Sakit Umum Daerah Daya bertekad memberi pelayanan sesuai kebutuhan masyarakat serta mendukung tercapainya Kota Makassar, Propinsi, dan Indonesia Sehat 2010 dengan cara meningkatkan pelayanan kesehatan paripurna sesuai dengan Visi, dan Misi Rumah Sakit Umum Daerah Daya. 2.
Sarana dan Prasarana RSUD Daya Kota Makassar RSUD Daya Kota Makassar luas tanah sebesar 20.000 m2
dan
luas bangunan sebesar 12. 663 m 2 Kapasitas perawatan rawat inap di RSU Kota Makassar terdiri dari : 1)
Ruang perawatan anak
:
14 tempat tidur
2)
Ruang perawatan dewasa
:
24 tempat tidur
3)
Ruangan bersalin/nifas
:
33 tempat tidur
4)
Ruang perawatan bedah
:
8
tempat tidur
5)
Ruang perawatan ICU
:
2
tempat tidur
Adapun Fasilitas tempat tidur yang berkapasitas 200 buah yang terdiri dari:
Penyelenggaraan Kegawatdaruratan RSUD Daya Kota Makassar 11
No
Ruang Rawat
Jumlah Tempat Tidur
1
ICU
(TT) 4
2 3
VIP Kelas I
12 34
4
Kelas II
40
5
Kelas III
110 200
Total
3. Tenaga Jumlah tenaga yang ada di RSUD Daya Kota Makssar , terdiri dari: 1. Tenaga PNS
: 219 orang
2. Tenaga Kontrak
: 152 orang
3. Tenaga Magang
: 75 orang
Total tenaga
: 446 orang
Adapun tenaga dokter spesialis yang ada di RSUD Daya Kota Makassar adalah : 1.
Dokter Anak
: 2 orang
2.
Dokter Penyakit Dalam
: 2 orang
3.
Dokter THT
: 2 orang
4.
Dokter Kulit & Kelamin
: 2 orang
5.
Dokter Bedah
6.
Dokter Saraf
7.
Dokter Mata
: 1 orang
8.
Dokter Obgin
: 3 orang
9.
Dokter Radiologi
10.
Dokter Patologi Klinik
11.
Dokter Orthopedi
: 2 orang : 1 orang
: 2 orang : 3 orang : 2 orang
4. Visi dan Misi RSUD Daya Kota Makassar a.
VISI Visi Rumah Sakit Umum Kota Makassar yang merupakan suatu
keyakinan bagaimana Rumah Sakit Umum Kota Makassar dimasa depan
dalam
pandangan
pelanggan,
karyawan,
pemilik
dan
stockholder lainnya disusun sebagai berikut:
Penyelenggaraan Kegawatdaruratan RSUD Daya Kota Makassar 12
"Menjadi
Rumah
Sakit
Sehat
Sebagai
Percontohan
di
Indonesia” b.
MISI Misi Rumah Sakit Umum Kota Makassar telah dirancang untuk
memberikan tuntunan dalam pengambilan keputusan untuk mencapai tujuan organisasi dan merupakan suatu sarana komunikasi bagi karyawan, manager dan stockholder lainnya. Misi Rumah Sakit Umum Kota Makassar adalah : 1)
Mewujudkan Rumah sakit Umum Daerah Daya Kota Makassar menjadi Badan Layanan Umum Daerah (BLUD)
2)
Menjadi salah satu rumah sakit
pusat rujukan di provinsi
Sulawesi Selatan 3)
Meningkatkan
kualitas SDM sehingga dapat memberikan
value dan tampil secara profesional 4)
Menciptakan Rumah sakit pendidikan dan menjadi salah satu rumah sakit jejaring di provinsi Sulawesi Selatan Menuju Green Hospital
5. Gambaran Umum Unit Gawat Darurat RSUD Daya Kota Makassar Unit gawat darurat adalah salah satu bagian di rumah sakit yang menyediakan penanganan awal bagi pasien yang menderita sakit dan cedera, yang dapat mengancam kelangsungan hidupnya. Di UGD dapat ditemukan dokter bersama sejumlah perawat dan juga asisten dokter. Saat tiba di UGD, pasien biasanya menjalani pemilahan terlebih dahulu, anamnesis untuk membantu menentukan sifat dan keparahan penyakitnya. Penderita yang terkena penyakit serius biasanya lebih sering mendapat visite lebih sering oleh dokter daripada mereka yang penyakitnya tidak begitu parah. Setelah penaksiran dan penanganan awal, pasien bisa dirujuk ke RS, distabilkan dan dipindahkan ke RS lain karena berbagai alasan, atau dikeluarkan. Kebanyakan UGD buka 24 jam, meski pada malam hari jumlah staf yang ada di sana akan lebih sedikit.
B. Hasil
Penyelenggaraan Kegawatdaruratan RSUD Daya Kota Makassar 13
Adapun hasil pencatatan yang diperoleh selama pengamatan di Di Unit Gawat Darurat (UGD) RSUD Daya Kota Makassar pada tanggal 16-17 Februari 2013 adalah sebagai berikut:
Tabel 1 Distribusi Pasien Berdasarkan Klasifikasi Penyakit di Unit Gawat Darurat (UGD) RSUD Daya Kota Makassar pada tanggal 16-17 Februari 2013 Klasifikasi Penyakit
Frekuensi
%
Bedah
7
20,6
Non Bedah
27
79,4
34
100,0
Total Sumber : Data Primer, 2013
Dari tabel 1 dapat diketahui bahwa kondisi UGD RSUD Daya Kota Makassar pada tanggal 16-17 Februari 2013, pasien yang datang didominasi oleh pasien Non-Bedah yakni sebesar 79,4 % (27 orang). Tabel 2 Distribusi Pasien Berdasarkan Jenis Perawatan di UGD RSUD Daya Kota Makassar Makassar 16-17 Februari 2013 Jenis Perawatan
Frekuensi
Inap
%
26
74%
Pulang
8
23%
Rujuk
1
3%
Total Sumber : Data Primer, 2013
35
100%
Dari tabel 2 dapat diketahui bahwa kondisi UGD RSUD Daya Kota Makassar pada tanggal 16-17 Februari 2013, lebih dari separuh pasien yang datang dirawatinapkan yakni sebesar 74% (26 orang).
1.
Pasien Non Bedah
Penyelenggaraan Kegawatdaruratan RSUD Daya Kota Makassar 14
a.Distribusi Pasien Non-Bedah Unit Gawat Darurat (UGD) berdasarkan Karakteristik Orang 1) Jenis Kelamin
Sumber : Data Primer, 2013
Grafik 1. Distribusi Pasien Berdasarkan Jenis Kelamin pada Unit Gawat Darurat (UGD)RSUD Daya Kota Makassar pada tanggal 16-17 Februari 2013 Grafik 1 menunjukkan bahwa distribusi pasien non-bedah UGD RSUD Daya Kota Makassar Makassar lebih banyak berjenis kelamin perempuan (54%) dibandingkan pasien laki-laki (46%).
2) Kelompok Umur
Penyelenggaraan Kegawatdaruratan RSUD Daya Kota Makassar 15
Sumber : Data Primer, 2013 Grafik 2.Distribusi Pasien Berdasarkan Kelompok Umur pada Unit Gawat Darurat (UGD)RSUD Daya Kota Makassar pada tanggal 16-17 Februari 2013 Grafik 2 menunjukkan bahwa distribusi pasien non-bedah UGD RSUD Daya Kota Makassar Makassar lebih banyak pada kelompok umur 11-20 tahun, yaitu sebesar 29%.
b.Distribusi Pasien Non-Bedah Gawat Darurat berdasarkan Waktu
Sumber : Data Primer, 2013 Grafik 3 Distribusi Pasien Berdasarkan Waktu (Jam Tiba) pada Unit Gawat Darurat (UGD)RSUD Daya Kota Makassar pada tanggal 16-17 Februari 2013
Penyelenggaraan Kegawatdaruratan RSUD Daya Kota Makassar 16
Grafik 3 menunjukkan bahwa distribusi pasien non-bedah UGD RSUD Daya Kota Makassar berfluktuasi dari waktu kewaktu, dimana jumlah kasus tertinggi terjadi pada kisaran pukul 08.00 – 08.59 WITA yaitu sebanyak 14%.
c.Distribusi Non Bedah Unit Gawat Darurat (UGD)berdasarkan Domisili
Sumber : Data Primer, 2013 Grafik 4.Distribusi Pasien Berdasarkan Domisili pada Unit Gawat Darurat (UGD)RSUD Daya Kota Makassar pada tanggal 16-17 Februari 2013 Grafik 4 menunjukkan bahwa distribusi pasien non-bedah UGD RSUD Daya Kota Makassar lebih banyak berasal dari Kota Makassar dibandingkan dari luar Makassar yaitu sebesar 86%. 2.
Pasien Bedah a.Distribusi Pasien Bedah Unit Gawat Darurat (UGD) berdasarkan Karakteristik Orang 1) Jenis Kelamin
Penyelenggaraan Kegawatdaruratan RSUD Daya Kota Makassar 17
Sumber : Data Primer, 2013 Grafik 5.Distribusi Pasien Berdasarkan Jenis Kelamin pada Unit Gawat Darurat (UGD)RSUD Daya Kota Makassar pada tanggal 16-17 Februari 2013 Grafik 5 menunjukkan bahwa distribusi pasien bedah UGD RSUD Daya Kota Makassar Makassar lebih banyak berjenis kelamin laki-laki (57%) dibandingkan pasien perempuan (43%). 2) Kelompok Umur
Sumber : Data Primer, 2013 Grafik 6.Distribusi Pasien Berdasarkan Kelompok Umur pada Unit Gawat Darurat (UGD)RSUD Daya Kota Makassar pada tanggal 16-17 Februari 2013 Grafik 6 menunjukkan bahwa distribusi pasien bedah UGD RSUD Daya Kota Makassar Makassar lebih banyak pada kelompok umur 11 - 20 tahun dan 21- 30 tahun , yaitu sebesar 29%.
Penyelenggaraan Kegawatdaruratan RSUD Daya Kota Makassar 18
b.Distribusi Pasien Bedah Unit Gawat Darurat (UGD)berdasarkan Waktu Tiba
Sumber : Data Primer, 2013
Grafik 7. Distribusi Pasien Berdasarkan Waku (Jam Tiba) Bagian Bedah Unit Gawat Darurat (UGD) RSUD Daya Kota Makassar pada tanggal 16-17 Februari 2013 Grafik 7 menunjukkan bahwa distribusi pasien bedah UGD RSUD Daya Kota Makassar berfluktuasi dari waktu kewaktu, dimana jumlah kasus tertinggi terjadi pada kisaran pukul 18.00 – 18.59 WITA dan 12.00 – 12.59 yaitu sebanyak 29%.
c.Distribusi Pasien Bedah Gawat Darurat berdasarkan Tempat Berdasarkan hasil pengumpulan data dan observasi lapangan menunjukkan bahwa pasien bedah UGD RSUD Daya Kota Makassar 100% berasal dari Kota Makassar.
3.
Gambaran Kejadian Kecelakaan 1x 24 Jam Di Unit Gawat Darurat RSUD Daya Kota Makassar pada tanggal 16-17 Februari 2013 Berdasarkan pencatatan selama 1 x 24 jam di UGD RSUD Daya Kota Makassar pada tanggal 16-17 Februari 2013 ditemukan 7 kasus kecelakan. Adapun identifikasi letak dan lokasi kejadian adalah sebagai berikut : a.Distribusi Pasien Bedah Gawat Darurat berdasarkan Letak Luka
Penyelenggaraan Kegawatdaruratan RSUD Daya Kota Makassar 19
Sumber : Data Primer, 2013
Grafik 8. Distribusi Pasien Berdasarkan Letak Luka pada Bagian Bedah UGD RSUD Daya Kota Makassar pada tanggal 16-17 Februari 2013 Grafik 8 menunjukkan bahwa distribusi pasien bedah UGD RSUD Daya Kota Makassar lebih banyak mengalami luka pada bagian tangan yaitu sebesar 72%.
b.Distribusi Pasien Bedah Gawat Darurat berdasarkan Lokasi Kejadian Kecelakaan
Sumber : Data Primer, 2013
Grafik 9. Distribusi Pasien Bedah Berdasarkan Lokasi Kejadian Kecelakaan pada UGD RSUD Daya Kota Makassar pada tanggal 16-17 Februari 2013
Penyelenggaraan Kegawatdaruratan RSUD Daya Kota Makassar 20
Grafik 9 menunjukkan bahwa distribusi pasien bedah UGD RSUD Daya Kota Makassar lebih banyak mengalami kecelakaan di rumah yaitu sebesar 57%. C. Pembahasan Unit Gawat Darurat (UGD adalah salah satu bagian di rumah sakit yang menyediakan penanganan awal bagi pasien yang menderita sakit dan cedera, yang dapat mengancam kelangsungan hidupnya. Di UGD dapat ditemukan dokter bersama sejumlah perawat dan juga asisten dokter . Saat tiba di UGD, pasien biasanya menjalani pemilahan terlebih dahulu, anamnesis untuk membantu menentukan sifat dan keparahan penyakitnya. Penderita yang terkena penyakit serius biasanya lebih sering mendapat visite oleh dokter daripada mereka yang penyakitnya tidak begitu parah. Setelah triage dan penanganan awal, pasien bisa dirujuk ke ruang perawatan atau diperbolehkan pulang. Berdasarkan hasil pengamatan dan pencatatan yang telah dilakukan pada tanggal 24 s.d 25 November 2012 di Instalasi Rawat Darurat (IRD) Rumah Sakit Dr. Wahidin Sudirohusodo, diperoleh informasi bahwa frekuensi pasien non bedah lebih tinggi 56,5% (35 pasien) dibandingkan dengan pasien bedah 43,5% (27 pasien) dengan distribusi berdasarkan tempat yang terbanyak adalah di Kota Makassar, yaitu 77%. Hasil observasi baik pasien bedah maupun non bedah, distribusi pasien berdasarkan jenis perawatannya lebih banyak yang dirawat inap yaitu 74 %. Hal ini sangat dipengaruhi banyaknya pasien yang belum terdiagnosis dan observasi
yang harus menunggu beberapa jam baru ditangani oleh
dokter spesialis Pada pasien UGD RSUD Daya Kota Makassar, khususnya pasien yang mengalami kecelakaan, paling banyak berjenis kelamin laki-laki yaitu sebesar 57% (4 orang). Hal ini dapat terjadi karena laki-laki lebih rentan untuk mengalami kecelakaan dibandingkan perempuan. Asumsi ini dapat didasarkan pada perilaku berisiko yang sering dilakukan oleh laki. Jika diamati berdasarkan waktu, jumlah kasus tertinggi pada pasien non bedah terjadi pada kisaran waktu 08.00 – 08.59 WITA yaitu sebanyak 14%. sementara pada pasien bedah jumlah kasus tertinggi terjadi pada pukul
Penyelenggaraan Kegawatdaruratan RSUD Daya Kota Makassar 21
18.00 – 18.59 WITA dan 12.00 – 12.59 yaitu sebanyak 29%. Pada kasus non bedah, serangan penyakit kronik bisa terjadi kapan saja. Sementara kejadian kecelakaan lalu lintas yang merupakan kasus terbanyak pada pasien bedah berkaitan dengan waktu-waktu tertentu, misalnya saat kepadatan lalu lintas sedang mencapai puncaknya. Pengamatan selama 1x24 jam di UGD RSUD Daya Kota Makassar, letak luka paling banya ditemukan pada tangan.
D. Masalah-masalah yang ditemukan 1.
Kami tidak dapat berinteraksi langsung dengan pasien yang disebabkan oleh beberapa faktor antara lain faktor informed consent serta faktor kekhawatiran akan terganggunya proses pelayanan pasien.
2.
Perhatian dan konseling tentang risiko infeksi dan kerentanan di rumah sakit terhadap keluarga pasien tidak t erlaksana.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan observasi dan pencatatan selama 1 x 24 jam, ditemukan bahwa: 1. Waktu kejadian dengan frekuensi terbanyak pada pasien non bedah adalah pukul 08.00-08.59 WITA sementara pasien bedah pada pukul 18.00-18.59 dan 12.00-12.59 WITA 2. Pasien bedah dan non bedah lebih banyak berjenis kelamin Laki-laki. 3. Distribusi pasien bedah dan non bedah
lebih banyak berada pada
golongan umur 11-20 tahun. 4. Pasien bedah dan non bedah lebih banyak berdomisili di Kota Makassar. 5. Pasien bedah yang mengalami kecelakaan lebih banyak mengalami luka pada bagian tangan.
B. SARAN
Penyelenggaraan Kegawatdaruratan RSUD Daya Kota Makassar 22
1. Tenaga kesehatan masyarakat perlu ditempatkan di Unit gawat Darurat untuk promosi kesehatan terhadap keluarga pasien. 2. Untuk pelaksanaan kegiatan praktek lapangan observasi kesehatan darurat di UGD, sebaiknya >1 x 24 jam. 3. Di
ruang
UGD
perlu
penambahan
kapasitas
tempat
tidur.
DAFTAR PUSTAKA
Azwar, Asrul, 1996. Pengantar administrasi kesehatan, edisi ketiga., Binarupa Aksara, 1996,
id.wikipedia.org/wiki/ Unit _ Gawat _ Darurat Rosdiana, 2008. Analisis faktor terjadinya kecelakaan lalu lintas di Kota Makassar.
Penyelenggaraan Kegawatdaruratan RSUD Daya Kota Makassar 23