Laporan Praktiukum Fisiologi Tumbuhan Pembuktian Daya Hisap Daun
Oleh: Nama : Arinda Eka Lidiastuti Nim : 140210103074 Kelas : B
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI JURUSAN PENDIDIKAN MIPA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS JEMBER 2016
I.
Judul
: Pembuktian Daya Hisap Daun
II.
Tujuan
: Untuk membuktikan bahwa air tanah naik ke daun disebabkan
oleh daya hisap daun dan faktor – faktor lain yang mempengaruhinya. III.
Dasar Teori Air merupakan senyawa yang digunakan dalam jumlah besar, air terdapat diseluruh bagian termasuk berada disekitar tanaman dimulai dari air yang berada dalam tanah, disekitar akar sampai batas permukaan air dan uap air di dalam daun. Penyerapan air dan mineral dari dalam tanah dilakukan terutama oleh bagian akar yang muda. Air mengadakan pemantakan melalui tudung akar dan meristem pucuk. Penyerapan air terjadi di daerah akar yang muda karena di bagian ii terdapat banyak rambut akar yang berperan penting dalam penyerapan air (Mulyani, 2016:201). Air dapat masuk ke dalam suatu tanaman melawan gaya gravitasi, tertariknya air ke dalam tanaman dari akar ke daun melalui daya hisap daun. Tertariknya air dari akar ke daun melalui jaringan pembuluh pengangkut. Jaringan pengangkut pada tanaman, terdiri dari 2 yaitu jaringan pengangkut xilem dan floem, jaringan pengangkut xilem ini yang bertugas menyebarkan air dari akar ke seluruh bagian tumbuhan pada umumnya dan ke daun pada khususnya (Effert, 2006:3). Daya hisap daun adalah timbulnya tarikan terhadap air yang ada pada sel – sel dibawahnya dan tarikan ini akan terus ke molekul – molekul menuju ke bawah sampai ke seluruh kolom air pada xylem sehingga menyebabkan air tertarik ke atas dari akar menuju daun. Air diperlukan dalam jumlah besar oleh tumbuhan hidup. Air merupakan bagian terbesar tubuh tumbuhan yang aktif mengadakan metabolisme. Fungsi air bagi tumbuhan, antara lain adalah menjadi penyusun utama protoplasma, menjadi pelarut bagi zat hara yang diperlukan tumbuhan, menjadi alat transport untuk memindahkan zat hara, sebagai medium berlangsungnya reaksi metabolism, menjadi bahan dasar-dasar untuk reaksi biokimia, mengatur turgor sel (untuk pembentangan dinding sel), untuk mempertahankan temperature yang seragam diseluruh tubuh, sebagai alat gerak misalnya pada pulvinus tangkai daun. Tumbuhan darat mendapatkan air dari tanah, sebagai hasil penyerapan oleh akar. Di dalam tanah air berada dalam berbagai bentuk, air gravitasi yaitu air yang
mengisi pori tanah yang besar, air kapiler yaitu air yang mengisi pori tanah yang kecil, dan tidak terikat oleh koloid tanah, serta air higroskopik merupakan air yang terikat partikel tanah yang berupa komplex koloid dan air yang terikat dalam molekul merupakan air yang terdapat di dalam molekul garam tanah. Seluruh bagian hijau tumbuhan, termasuk batang hijau dan buah yang belum matang, memiliki kloroplas, namun daun merupakan tempat utama fotosintesis pada sebagian besar tumbuhan. Ada sekitar setengah juta kloroplas per milimeter persegi permukaan daun. Warna daun berasal dari klorofil, pigmen hijau yang terletak di dalam kloroplas. Energi cahaya yang direabsorpsi (diserap) oleh klorofil menggerakkan sintesis molekul organik dalam kloroplas. Kloroplas terutama ditemukan dalam sel mesofil, jaringan di interior daun. Karbon dioksida memasuki daun dan oksigen keluar, melalui pori-pori mikroskopik yang disebut stomata. Air yang diserap oleh akar diangkut kedaun melalui pembuluh. Daun juga menggunakan pembuluh untuk mengekspor gula ke akar dan bagian-bagian nonfotosintetik lainnya dari tumbuhan. Sel mesofil biasanya memiliki sekitar 30 sampai 40 kloroplas. Selaput yang terdiri dari dua membran yang menyelubungi stomata, cairan kental di dalam kloroplas. Suatu sistem rumit yang terdiri dari kantong-kantong bermembran yang saling terhubung yang disebut tilakoid., memisahkan stroma dari kompartemen lain, yaitu interior tilakoid, atau ruang tilakoi. Di beberapa tempat, katon-kantong tilakoid tertumpuk membentuk grana. Klorofil berada di dalam membran tilakoid (Reece,2008:201-202). Pada organ tumbuhan terdapat proses penguapan air melalui stomata yang membantu dalam hal transpirasi. Transpirasi yang dibantu oleh stomata ini membantu daun dalam kehilangan air dan timbul adanya tarikan air yang berada dibawah tanah dan disekitar akar, tarikan ini akan diteruskan oleh molekul molekul yang kemudian mencapai akar dan ditarik ke atas menuju daun. Timbulnya tarikan yang ada pada sel – sel di bawahnya dan tarikan ini akan diteruskan dari molekul ke molekul menuju ke bawah sampai ke seluruh kolom air pada xilem menyebabkan air tertarik ke atas dari akar hingga menuju daun, peristiwa ini disebut dengan daya hisap daun. Daun merupakan organ tubuh tanaman yang penting, karena daun merupakan tempat utama berlangsungnya fotosintesis (Khoiroh, dkk, 2014:249).
Daun yang lebar dan tipis menyebabkan tumbuhan mudah kehilangan air. Hilangnya air ini menyebabkan tekanan pada daun menjadi rendah sehingga menarik air yang ada di bawah dan melalui pembuluh untuk sampai ke daun. Isapan daun ini akan membuat air yang berada di bawah (dari akar) akan naik ke atas menuju daun. Air bergerak secara vertical melakui pembuluh xilem melawan gaya gravitasi. Terdapat beberapa teori yang menjelaskan mengenai naiknya air dari akar menuju daun, diantaranya adalah: Teori Vital Perjalanan air terjadi karena pertolongan sel – sel hidup, yaitu sel parenkim kayu dan sel jaringan empulur disekitar xilem (Tim Pengampu Mata Kuliah Fisiologi Tumbuhan,2016:14). Di dalam tubuh tanaman, xilem merupakan pipapipa yang satu sama lain berhubung - hubungan, meskipun tidak selalu secara langsung. Di dalam pipa-pipa kapiler air naik dari akar ke ujung batang melawan gaya berat dan disamping itu harus mengatasi gesekan dari dinding pipa. Teori vital mengatakan bahwa, perjalan air semacam itu hanya dapat terlaksana karena pertolongan sel-sel hidup, di dalam hal ini ialah sel-sel parenkim kayu dan sel-sel jari-jari empulur yang ada disekitar xilem. Tekanan Akar Tekanan akar yaitu tekanan yang terjadi di xylem sebagai hasil proses aktif. Tekanan akar dopengaruhi oleh faktor-faktor yang mempengaruhi respirasi. Faktor – faktor yang mempengaruhi respirasi terdapat faktor luar dan faktor dalam. Faktor luar antara lain adalh intensitas cahaya, temperature (suhu), kelembapan, tekanan udara, sedangkan faktor dalam diantaranya lebar kecilnya daun, tebal tipisnya daun, jumlah stomata. Hukum Kapilaritas Kapilaritas merupakan suatu gejala naiknya zat cair melalui celah sempit atau pipa rambut yang terjadi pada pipa kapiler. Pembuluh xilem yang terdapat pada tumbuhan dianggap sebagai pipa kapiler, air akan naik melalui pembuluh kayu sebagai akibat dari gaya adhesi antara dinding pembuluh kayu dengan molekul air. Peristiwa naiknya air pada pia kapiler disebut kapilaritas (Christy, dkk,2015:11).
Kapilaritas menyebabkan naiknya cairan kedalam tabung yang sempit yang terjadi karena zat cair tersebut membasahi dinding tabung (dengan daya adhesi) lalu tertarik ke atas. Pembuluh xilem dipandang sebagai pembuluh kapiler sehingga air naik di dalamnya sebagai akibat dari gaya adhesi antara dinding xilem dengan molekul air (Tim Pengampu Mata Kuliah Fisiologi Tumbuhan, 2016:14). Teori Kohesi Molekul air letaknya berderet-deret mulai dari dalam tanah (sistem perakaran) sampai daun, jika molekul air dalam daun meloncat keluar karena transpirasi maka tempat yang kosong tersebut segera diisi oleh meolekul air dibawahnya. Demikian seterusnya hingga molekul air yang tepat diluar bulu akar mendapat kesempatan untuk masuk ke dalam sel akar (Tim Pembina Fisiologi Tumbuhan, 2015:14). Terdapat tiga unsur dalam teori kohesi untuk menjelaskan naiknya air, daya penggerak, adesi (hidrasi), dan kohesi. Daya penggerak adalah gradient potensial air yang makin menurun (makin negatif) dari tanah melalui tumbuhan ke atmosfer. Daya hidrasi antara molekul air dan dinding sel disebabkan oleh adanya ikatan hidrogen, dinamakan adesi yakni daya tarik antar molekul yang tidak sejenis. Kohesi yang merupakan daya tarik antar molekul sejenis adalah kuncinya. Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan adanya daya hisap pada daun, antara lain adalah, sel pemompa yakni pergerakan vertikal air dari akar ke daun disebabkan adanya peranan sel-sel khusus yang berfungsi memompa air ke atas, hal ini dibuktikan dengan adanya hasil penelitian, dimana pergerakan vertikal air sebagian besar melalui bagian yang mati dari tanaman (pembuluh xilem dan dinding sel), bukan melalui bagian sel-sel yang hidup. Selain itu juga tekanan akar, apabila batang tanaman dipotong dan kemudian dihubungkan dengan selang manometer air raksa, maka air di dalam selang itu akan terdorong ke atas oleh tekanan yang berasal dari akar. Semakin tinggi tekanan yang diberikan maka semakin tinggi daya hisap, sebaliknya apabila tekanan yang diberikan rendah maka daya hisap juga rendah. Kapilaritas juga mempengaruhi daya hisap pada daun, Kapilaritas adalah gejala yang timbul akibat interaksi antara permukaan benda
padat dengan benda cair yang menyebabkan gangguan terhadap bentuk permukaan cairan yang semula datar, misalnya di dalam pipa yang kecil, permukaan cairan menjadi naik, karena cairan tersebut ditarik oleh dinding bagian dalam pipa oleh gaya adhesi.
Kohesi merupakan penyerapan vertikal air dalam tanaman dapat
dijelaskan dengan tiga hal mengenaii konsep kohesi yaitu, adanya perbedaan potensi air antara tanah dan atmosfer sebagai tenaga pendorong, adanya tenaga hidrasi dinding pembuluh xilem yang mampu mempertahankan molekul air terhadap gravitasi dan adanya gaya kohesi antara molekul air yang menjaga keutuhan kolom air dalam pembuluh xilem. Intensitas cahaya juga mempengaruhi daya serap, apabila intensitas cahaya tinggi menyebabkan stomata terbuka dan terjadi transpirasi. Pengaruh intensitas cahaya terhadap proses fisiologi akan terlihat pada keadaan morfologi tanaman. Intensitas cahaya tinggi menyebabkan sel – sel daun lebih kecil, tilakoid mengumpul, dan klorofil sedikit sehingga ukuran daun lebih kecil (Buntoro, dkk, 2014:30). Adaptasi – adaptasi yang meningkatkan luas permukaan dikaitkan dengan fungsi sistem akar dalam penyerapan air dan mineral dari dalam tanah. Kebanyakan proses penyerapan terjadi terjadi didekat ujung akar, yaitu dimana ujung epidermisnya permeabel terhadap air dan dimana terdapat rambut akar. Saat larutan bergerak disepanang dinding sel, terjadi pengambilan air dan zat terlarut oleh sel – sel epidermis dan korteks menyebabkan terjadinya perubahan jalur dari apoplas ke simplas. Penyeberangan membran plasma yang membuat penyerapan mineral menjadi selektif. Larutan tanah umumnya sangat encer, dan akar dapat mengakumulasi mineral esensial hingga konsentrasi yang lebih tinggi ratusan kali lebih tinggi daripada konsentrasi mineral di dalam tanah (Reece, dkk,2016:374). Terdapat faktor – faktor yang mempengaruhi penyerapan air baik faktor luar maupun faktor dalam. Faktor luar yang mempengaruhi antara lain adalah kecepatan transpirasi, sistem perakaran, pertumbuhan pucuk, metabolisme, aerasi, temperatur tanah, ketersediaan air, konsentrasi. IV.
Metode Penelitian 4.1 Alat dan Bahan Alat:
Photometer Beaker glass Stopwatch Pipet Bak plastic Bahan:
Tumbuhan pacar air (Impatiens balsamina)
Air
Plastisin
4.2 Langkah Kerja Mengisi unit photometer melalui pipas berbentuk Y pada bagan yang besar hingga seluruh pipa berisi penuh dengan air, yang sebelumnya telah dilapisi plastisin. Menyumbat dengan karet sampai rapat, membiarkan ujung yang berkaret tetap terbuka, menutup ujung pipa kapiler dengan jari tangan
Menyiapkan ranting tumbuhan dengan ukuran yang sesuai dengan lubang karet
Memotong tumbuhan di dalam air untuk mencegah ruang udara pada pembuluh xylem , memasukkan dalam pipa Y sampai pangkal terendam air
Mencegah terjadinya kebocoran air dan penguapan selain dari tumbuhan, dengan mengolesi plastisin pada ujung selang karet pipa Y dengan agar tidak terjadi kebocoran atau penguapan air
Meletakkan satu unit percobaan ditempat teduh dan satu unit lagi ditempat terang
Mengamati jumlah air yang dihisap oleh daun dengan melihat gerakan air dalam pipa kapiler setiap 5 menit selama 25 menit V.
VI.
Hasil Pengamatan Waktu Teduh Pengamatan 5 Daun 5 0,05 10 0,08 15 0,11 20 0,13 25 0,18 Rata-rata 0,11 Satuan: ml/5 menit Pembahasan Praktikum kali ini
Teduh 7 Daun 0,03 0,04 0,06 0,09 0,1 0,064
Teduh 10 Daun 0,05 0,07 0,09 0,1 0,12 0,086
Terik 5 Daun 0,01 0,02 0,03 0,035 0,045 0,028
Terik 7 Daun 0,02 0,03 0,035 0,04 0,055 0,036
Terik 10 Daun gagal
adalah mengenai pembuktian daya hisap daun, dengan
tujuan untuk membuktikan bahwa air tanah naik ke daun disebabkan oleh daya hisap daun dan faktor – faktor lain yang mempengaruhinya. Langkah – langkah yang dilakukan pada praktikum kali ini adalah, mula – mula menyiapakan alat dan bahan. Alat yang disiapkan seperti photometer yang digunakan sebagai alat untuk membuktikan bahwa air dapat naik ke daun, beaker glass sebagai tempat air, dan stop watch untuk mencatat watu naiknya air. Sedangkan bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah tumbuhan pacar air yang kecil agar dapat masuk ke pipa photometer, tumbuhan ini dipilih karena batang dari pacar air bening sehingga mudah dalam melakukan pengamatan selain itu penyusun tanaman ini 90% adalah air sehingga sangat cepat dalam menyerap air, oleh karena itu tanaman ini sangat cocok untuk digunakan. Bahan selanjutnya adalah vaselin yang digunakan untuk menyumpat agar tidak terjadi bocor namun vaselin ini kita ganti dengan plastisin, serta air. Setelah alat dan bahan telah siap selanjutnya adalah dengan mengisi photometer melalui pipa berbentuk Y pada bagian yang berukuran besar hingga seluruh pipa penuh dengan air, menyumbat dengan karet sampai rapat dan membiarkan ujung yang berkaret tetap terbuka serta menutup ujung pipa kapiler menggunakan jari tangan. Setelah itu menyiapkan ranting pacar air (Impatiens balsamina) dengan ukuran yang sesuai dengan lubang karet, memotong di dalam air untuk mencegah ruang udara pada pembuluh xilem dan memasukan ke
dalam pipa Y sampai pangkal terendam air. Mencegah terjadinya kebocoran atau penguapan air selain melalui tumbuhan percobaan dengan mengolesi plastisin pada sela – sela selang pipa karet Y. Kemudian meletakan photometer yang telah berisi daun 5, 7, 10 pada tempat teduh dan terik untuk masing – masing daun. Kemudian mengamati jumlah air yang dihisap oleh daun dengan melihat gerakan air dalam pipa kapiler setiap 5 menit. Prinsip kerja dari photometer yang kita gunakan adalah ketika air dimasukkan ke dalam selang photometer, maka air akan dihisap oleh tumbuhan yang berada di ujung salah satu cabang pipa karet Y, diikuti oleh pergerakan eosin yang bergerak mengikuti arah gerakan berkurangnya air. Pergerakan eosin akan menunjuk pada skala yang terdapat di pipa photometer, sehingga dapat diketahui jumlah volume air yang diserap oleh tumbuhan. Sedangkan fungsi plastisin disini adalah mencegah kebocoran dan penguapan air dari pipa karet Y dengan prinsip kerja menutup seluruh lubang/pori – pori udara supaya udara tidak masuk ke dalam saluran photometer yang dapat mendorong keluarnya air keluar dari photometer. Pada praktikum kali ini terdapat perlakuan dimana diletakan pada tempat teduh dan tempat terang, hal ini untuk menguji pengaruh dari adanya perbedaan cahaya atau intensitas cahaya yang mempengaruhi. Pengaruh cahaya pada daya hisap daun adalah, semakin terang tempat yang digunakan maka daya hisap daun akan tinggi. Hal ini dikarenakan pada tempat yang terik atau terang, intensitas cahaya cukup tinggi sehingga menyebabkan tumbuhan dapat melakukan fotosintesis dengan cepat dan menyerap air sebanyak – banyaknya hal ini karena kebutuhan air yang digunakan cukup banyak untuk membantu dalam proses fotosintesis. Selain itu pada tempat yang terik akan menyebabkan adanya transpirasi yang lebih cepat, laju transpirasi dipengaruhi oleh ukuran tumbuhan, kadar CO2, cahaya, suhu, aliran udara, kelembaban, dan tersedianya air tanah. Faktor-faktor ini mempengaruhi perilaku stoma yang membuka dan menutupnya dikontrol oleh perubahan tekanan turgor sel penjaga yang berkorelasi dengan kadar ion kalium (K+) di dalamnya. Selama stoma terbuka, terjadi pertukaran gas antara daun dengan atmosfer dan air akan hilang ke dalam atmosfer. Sedangkan pada tempat yang teduh intensitas cahaya pada tempat tersebut rendah sehingga fotosintesis yang dilakukan
berbeda dengan tempat yang terik atau terang. Pada tempat teduh kebutuhan air tidak terlalu banyak, hal ini karena pada tempat teduh proses fotosintesis tidak terlalu tinggi dibandingkan pada tempat yang terik sehingga kebutuhan air yang dibutuhkan oleh tanaman tersebut tidak terlalu banyak seperti perlakuan yang dilakukan pada tempat yang terik. Hasil pengamatan yang didapat pada tumbuhan dengan 5 daun pada tempat teduh pada menit ke 5 eosin bergerak menujukan skala 0,05, pada menit ke 10 menunjukan skala 0,08, pada menit ke 15 menunjukan skala 0,11, pada menit ke 20 dan 25 menunjukan skala 0,13 dan 0,18, sehingga didapatkan rata – rata pada 5 daun dan tempat teduh rata – rata kenaikan air 0,11 ml/5menit. Sedangkan pada 5 daun yang ditempatkan pada tempat yang terik didapatkan data sebagai berikut, pada menit ke 5 eosin menunjukan skala 0,01 pada menit ke 10 didapatkan eosin menunjukan 0,02 pada menit ke 15 menunjukan 0,03 sedangkan pada menint ke 15 dan 25 adalah 0,035 dan 0,045, sehingga didapatkan rata – rata 0,028 ml/5 menit. Pada daun yang disisakan 7 daun pada tanaman dan ditempatkan pada tempat teduh didapatkan hasil, pada menit ke 5 eosin menunjukan skala 0,03 pada menit ke 10 0,04 pada menit ke 15 0,06 sedangkan pada menit ke 20 dan 25 adalah 0,09 dan 0,1, sehingga didapatkan rata – rata 0,064 ml/5 menit. Sedangkan pada 7 daun yang di tempatkan pada tempat terik didapatkan data, pada menit ke 5 eosin menunjukan skala 0,02 pada menit ke 10 didapatkan 0,03 pada 15 menit 0,035 sedangkan pada menit ke 20 dan 25 eosin menunjukan skala 0,04 dan 0,055, sehingga didapatkan rata – rata 0,036 ml/5 menit. Sedangkan pada 10 daun yang ditempatkan pada tempat teduh didapatkan data, pada menit ke 5 eosin menunjukan skala 0,05 pada menit ke 10 eosin menunjukan skala 0,07 pada menit ke 15 eosin menunjukan skala 0,09 sedangkan pada menit ke 20 dan 25 eosin menunjukan skala 0,1 dan 0,12, sehingga dapat diperoleh rata – rata 0,086 ml/5 menit. Untuk 10 daun yang ditempatkan ditempat terik tidak diperoleh data, hal ini dikarenakan alat yang digunakan rusak, saat sela – sela selang ditutup dengan plastisin terus mengalami kebocoran hingga waktu praktikum berakhir, sehingga data yang dapat dibandingkan pada praktikum kali ini adalah pada 5 daun dan 7 daun yang ditempatkan pada tempat teduh dan terik.
Hasil pengamatan yang didapatkan, dapat dibandingkan antara perlakuan tanaman yang di tempatkan pada tempat terik dan teduh. Pada 5 daun yang ditempatkan pada tempat teduh didapatkan hasil jumlah air yang dihisap lebih cepat, dibandingkan tanaman yang di tempatkan pada tempat terik. Hasil rata – rata yang diperoleh pada 5 daun yang ditempatkan pada tempat terik adalah 0,028 ml/5 menit sedangkan pada 5 daun tanaman yang ditempatkan pada tempat teduh didapatkan rata – rata jumlah air yang dihisap adalah 0,11 ml/5 menit. Hal ini berbeda dengan teori, bahwa semakin terik tempat pada suatu tanaman maka jumlah air yang dihisap akan semakin besar, hal ini karena penguapan air atau transpirasi yang dikeluarkan besar sehingga kebutuhan air yang dibutuhkan juga bertambah banyak, akibatnya tanaman lebih cepat menyerap air pada tempat yang terik dibandingkan pada tempat yang teduh. Pada tempat teduh intensitas cahaya rendah sehingga laju transpirasi dan proses fotosintesis lebih lambat jika dibandingkan pada tanaman di tempat yang terik, hal ini dikarenakan intensitas cahaya pada tempat terik tinggi. Begitu, pada jumlah daun 7 yang ditempatkan pada tempat teduh lebih cepat menghisap ar dibandingkan di tempat terik. Pada tempat terik dengan jumlah daun 7 rata – rata daya hisap adalah 0,064 ml/5 menit, sedangkan pada tempat terik adalah 0,036 ml/5 menit. Hal ini berbeda dengan teori, bahwa tanaman yang ditempatkan pada tempat terik dalam menyerap air lebih cepat, hal ini dimungkinkan beberapa faktor yang mempengaruhi. Seperti faktor alat, alat yang digunakan sering mengalami kebocoran sehingga mungkin saja alat tersebut tetap digunakan oleh kelompok tersebut, sehingga data yang didapatkan tidak sesuai. Seperti yang terjadi pada kelompok dengan perlakuan 10 daun pada tempat terik, mengalami kegagalan karena alat yang digunakan rusak. Faktor lain yang berpengaruh adalah jumlah daun yang dibuat perlakuan pada praktikum kali ini. Jumlah daun yang digunakan adalah 5, 7 dan 10, jumlah daun ini dapat kita bandingkan hasilnya. Pada jumlah daun 5 lebih cepat dibandingkan jumlah daun 7 yang didapat dari hasil pengamatan, namun untuk jumlah daun 10 lebih cepat jika dibandingkan jumlah daun 7. Jumlah daun 10 lebih cepat menghisap air, hal ini dikarenakan semakin banyak daun maka stomata akan semakin banyak sehingga laju kehilangan air akan semakin besar, serta proses
fotosintesis akan semakin besar, sehingga dibutuhkan air yang banyak dengan cara menyerap atau menghisap air dengan cepat. Namun, luas sempit daun juga dapat mempengaruhi daya hisap air, semakin luas permukaan daun maka stomata akan semakin banyak sehingga proses fotosintesis akan berlangsung dengan cepat sehingga air yang dibutuhkan juga akan lebih banyak. Hal ini dapat terjadi pada jumlah daun 7, mungkin meskipun daun yang digunakan lebih banyak daripada dengan jumlah daun 5 namun daun – daun yang digunakan lebih sempit sehingga berpengaruh terhadap laju penyerapan air. Sedangkan pada jumlah daun 5, daun yang digunakan luas permukaan lebih luas sehingga jumlah stomata akan semakin banyak dan proses penyerapan air akan semakin cepat. Ketika stomata membuka maka air yang dikeluarkan dalam benuk uap air dikeluarkan. Selain faktor jumlah daun, dan intensitas cahaya terdapat faktor lain yang mempengaruhi adanya laju hisap air oleh daun. Diantaranya adalah, suhu dan kelembaban yang memiliki pengaruh terhadap daya hisap daun. Pada suhu yang lebih tinggi daun memiliki daya hisap yang lebih besar, hal ini dapat terjadi karena suhu dan kelembaban memiliki pengaruh terhadap proses transpirasi yaitu dengan tujuan untuk membuang kelebihan panas yang diterima dari lingkungan luar, serta untuk mencegah kerusakan sel-sel luar dari tanaman. Sedangkan bila kelembaban udara lebih rendah, maka akan mempercepat juga proses transpirasi. Kelembaban yang rendah memakasa air yang ada pada rongga jaringan bunga karang yang jenuh untuk mengeluarkan kelebihan airnya. Proses transpirasi yang cepat memaksa air yang ada dalam tanah untuk naik kedaun, menggantikan ruangan kosong dari tempat air yang telah menguap. Selain itu besar kecilnya, dan panjang pendeknya batang, serta umur daun juga mempengaruhi proses daya hisap daun. Batang yang lebih besar dan panjang akan mampu menampung jumlah air yang lebih banyak, sehingga membutuhkan air dalam jumlah besar untuk memenuhi kebutuhan tanaman tersebut. Akibatnya, daya serap pada tanaman yang dibutuhkan juga semakin tinggi. Tetapi bila jarak antara daun dengan air terlalu jauh yang dibatasi oleh batang yang tinggi maka daya hisap daunya semakin rendah, begitu pula pada umur daun. Ketersediaan air juga mempengaruhi daya hisap daun, jika ketersediaan air banyak maka daya hisap daun tinggi dan begitu sebaliknya jika ketersediaan air
rendah maka daya hisap daun akan rendah dan tanaman akan kekurangan air apabila ketersediaan air dalam jumlah sedikit. Selain faktor – faktor tersebut terdapat faktor lain yang mempengaruhi daya hisap pada daun. Adanya kecepatan transpirasi, adanya transpirasi menyebabkan daya hisap daun sebagai akibat kohesi yang diteruskan lewat system hidrostatik pada xilem. Kecepatan transpirasi antara lain ditentukan oleh banyaknya stomata dan keadaan permukaan daun. Sistem perakaran juga mempengaruhi adanya daya hisap air, penyerapan berlangsung di bulu akar, maka jumlah bulu akar yang terutama terjadi akibat percabangan akar, menentukan penyerapan. Pertumbuhan pucuk pada suatu tanaman juga mempengaruhi daya hisap daun, apabila pertumbuhan pucuk baik maka akan memerlukan banyak air, yang mengakibatkan daya serap bertambah. Metabolisme pada tanaman juga mempengaruhi daya serap air, kecepatan metabolism terutama respirasi akan menentukan besarnya penyerapan. Terdapat banyak faktor yang menyebabkan kecepatan daya hisap air oleh daun. Sebagaimana yang telah dilakukan praktikum, dan dari hasil pengamatan yang didapatkan praktikum pembuktian daya hisap daun tidak sesuai dengan teori. Misalnya saja, pada perlakuan tanaman yang telah berada dalam photometer diletakan pada tempat terik dan teduh. Hasil yang didapatkan bahwa tempat teduh kecepatan daya hisap oleh daun lebih cepat dibandingkan dengan perlakuan yang ditempatkan pada tempat teduh. Hal ini dimungkinkan kesalahan terletak pada alat praktikan yang kurang teliti dalam mencatat data. Atau mungkin tumbuhan yang digunakan ukuranya tida sama, atau umurnya tidak sama. Apabila tanaman memiliki batang yang lebih besar dan tiggi akan menyebabkan daya hisap air semakin cepat, namun bila jarak antara daun dengan air terlalu jauh yang dibatasi oleh batang yang tinggi maka daya hisap daunya semakin rendah. Jumlah daun, luas permukaan daun juga mempengaruhi daya hisap oleh daun. Semakin banyak daun yang terdapat pada suatu tanaman maka daya hisap oleh daun akan semakin cepat. Hal ini dikarenakan semakin banyak jumlah daun maka jumlah stomata juga akan semakin cepat. Berkaitan dengan fungsinya, stomata digunakan untuk fotosintesis dimana fotosintesis membutuhkan air sebagai bahan sintesis untuk menventuk glukosa dan menghasilkan suatu kalori. Namun, luas permukaan pada daun juga
dapat mempengaruhi daya hisap pada daun. Semakin luas permukaan pada daun, maka jumlah stomata juga akan semakin banyak. Hal ini, karena luas permukaan pada daun berbanding lurus dengan jumlah stomata. Stomata jug berkonstribusi besar dalam hal transpirasi, apabila stoma membuka maka air dalam bentuk uap air juga akan banyak dikeluarkan. Hal ini berkaitan dengan intensitas cahaya yang didapatkan oleh suatu tumbuhan, apabila tanaman pada tempat terik mengakibatkan adanya tekanan turgor dan menyebabkan stomata pada daun membuka dengan lebar, dengan begitu air akan dikeluarkan dari stomata dalam bentuk uap air. Oleh karena itu, pada praktikum kali ini bisa saja terjadi kesalahan diakibatkan tanaman yang ditempatkan pada tempat teduh memiliki luas permukaan yang lebih luas dibanding di tempat yang terik. Selain itu, mungkin saja ukuran batang juga tidak sama. Pada tempat terik ukuran batang lebih kecil sehingga kebutuhan air pada batang tidak terlalu banyak dibandingkan dengan ukuran pada batang yang lebih besar. Tanaman yang kita gunakan sebagai praktikum, komposisi batang 90% dari air, oleh karena itu besar kecilnya batang dalam hal ini juga dapat mepengaruhi. Selain itu, bisa juga terjadi kesalahan pada praktikan. Praktikan kurang jeli dalam mengamati, sehingga menghasilkan data seperti hasil pengamatan diatas. Hal lain yang mungkin terjadi kesalahan pada praktikum kali ini adalah berkaitan dengan alat yang digunakan, terjadi sedikit kebocoran pada photometer yang disebabkan karena plastisin yang terpasang dengan kurang rapat, sehingga air yang terhisap sebagian kecil terbuang, dan indicator eusin tidak menunjukkan laju daya hisap daun yang sebenarnya. Setelah mengetahui berbagai faktor yang mempengaruhi daya hisap oleh daun. Dari pengamatan ini kita juga dapat menghubungkan berbagai teori yang menjelaskan mengenai naiknya air dari akar menuju daun. Teori yang berhubungan dengan pengamatan kali ini adalah teori kohesi. Teori kohesi mengatakan bahwa molekul air letaknya berderet – deret mulai dari dalam tanah sampai daun, jika molekul air dalam daun meloncat keluar karena transpirasi maka tempat yang kosong akan segera diisi oleh molekul air yang berada dibawahnya. Hal ini berkaitan saat tanaman diletakan pada tempat yang terik maka akan terjadi transpirasi yang diakibatkan oleh membukanya stomata, dan kehilangan air dalam
bentuk uap air. Sehingga, molekul air yang berada dibawahnya akan naik dan mengisi ruang kosong akibat adanya transpirasi, hal ini dapat dibuktikan dari eosin yang bergerak. Berdasarkan hasil pengamatan proses transpirasi tumbuhan ini dengan metode/teori daya hisap daun, air dapat mengalir naik dari akar menuju ke daun melewati batang. Hal ini dibuktikan dengan adanya pergerakan eosin pada tabung photometer, karena posisi cairan eosin menempel dengan air. Inilah fungsi dari eosin yaitu untuk menunjukkan angka jumlah air yang terhisap melalui proses transpirasi. VII.
Kesimpulan Air naik ke daun dipengaruhi oleh adanya daya hisap daun, hal ini dapat ditunjukan dari praktikum bergeraknya eosin menunjukan suatu skala tertentu. Air dari bawah menuju ke daun melawan arah gaya gravitasi. Faktor – faktor yang mempengaruhi adanya daya hisap daun antara lain adalah, intensitas cahaya, kelembapan dan suhu, jumlah daun, umur tanaman, luas permukaan daun, besar kecilnya batang tanaman.
VIII. Saran Sebaiknya dalam praktikum kali ini alat yang digunakan kurang layak pakai, sehingga dapat mengganggu kegiatan praktikum dan dapat mempengaruhi hasil praktikum ini. Sebaiknya alat yang kurang layak pakai hendaknya tidak digunakn lagi dalam praktikum agar kegiatan praktikum bisa aberjalan dnegan lancar dan hasil dari parktikum juga bisa sesuai dengan teori.
Daftar Pustaka Buntoro, Bagus Hari,. R. Rogomulyo,. S. Trisnowati.2014.Pengaruh Takaran Pupuk Kandang dan Intensitas Cahaya terhadap Pertumbuhan dan Hasil Temu Putih (Curcuma zedoria L.).Jurnal Vegetalika.Vol (3) 4:29 - 39 Christy, Angellina,.M. Sudarmi,. D.N Sudjito.2015.Desain Pembelajaran Ipa Terpadu dengan Topik Sistem Kapilaritas Membantu Proses Fotosintesis pada Tumbuhan.Jurnal radiasi.Vol (6) 2:10 - 20 Effert, Ray.2006.Esau’s Plant Anatomy, Third Edition.Madison:Willey Khoiroh, Yasminatul., N. Harijati,. R. Mastuti.2014.Pertumbuhan serta Hubungan Kerapatan Stomata dan Berat Umbi pada Amorphophallus muelleri Blume dan Amorphophallus variabillis Blume. Jurnal Biotropika.Vol (2) 5: 249 – 253 Mulyani, Sri.2006.Anatomi Tumbuhan.Yogyakarta:Kanisius Reece, dkk.2003.Biologi, Champbell Jilid 2.Jakarta: Erlangga
Lampiran