Tugas Mata Kuliah TBT Sayur dan Tanaman Hias
BUDIDAYA BAWANG DAUN BAWANG BAKUNG (Allium Fistulosum L)
Disusun Oleh : Agung winardi
(H0106035)
JURUSAN AGRONOMI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012
Bawang daun merupakan tanaman yang berasal dari kawasan Asia Tenggara yang kemudian meluas dan ditanam di berbagai wilayah yang beriklim tropis dan subtropis. Sementara itu, di Indonesia pusat produksi bawang daun pada mulanya berada di daerah pegunungan yang sejuk, seperti Lembang, Cipanas, Pacet (Jawa Barat) dan Malang (Jawa Timur). Kemudian budidaya bawang daun meluas ke dataran tinggi lainnya, seperti Pangalengan dan Garut (Jawa Barat) maupun ke dataran rendah. Bawang daun merupakan tanaman yang berbentuk rumput. Disebut bawang daun karena yang dikonsumsi hanya daunnya atau bagian daun yang masih muda. Bawang daun termasuk famili liliaceae. Ada 2 jenis bawang daun yaitu bawang bakung (Allium Fistulosum L) dan bawang prei (Allium Porum L). Kedua jenis bawang daun ini dapat dibedakan dengan mudah. Daun bawang bakung bulat panjang dan berlubang seperti pipa, sedangkan bawang daun prei panjang, pipih berpelepah panjang, dan liat. Adapun bentuk umbi bawang bakung kadang-kadang kecil, sedangkan bawang prei tidak berumbi. Daun yang masih muda dari kedua jenis bawang daun tersebut dapat dimakan, yaitu bagian batang atau kelopak daun yang berwarna putih yang terpendam di dalam tanah (Sunarjono, 2004). Cultivar Rp (Lokal Cipanas), Fragrant, Miranda, Freda, Lorie, Linda Persyaratan Lokasi Usahatani Bawang Daun Kondisi lingkungan yang sesuai dengan pertumbuhan bawang daun dapat memberikan hasil panen yang tinggi. Keadaan lingkungan (iklim dan tanah) yang cocok sangat menunjang produktivitas tanaman. Oleh karena itu, lokasi untuk usahatani bawang daun harus memperhatikan keadaan lingkungan. Keadaan Iklim Keadaan iklim yang harus diperhatikan dalam pemilihan lokasi usahatani bawang daun adalah suhu udara, kelembapan udara, dan curah hujan. •
Suhu Udara
Bawang daun menghendaki suhu udara berkisaar antara 19oC - 24oC. Daerah yang memiliki kisaran suhu udara tersebut adalah daerah yang memiliki
ketinggian 400-1.200 m di atas permukaan laut (dpl). Oleh karena itu, bawang daun sangat cocok bila di tanam di daerah tersebut. Suhu udara yang tinggi (lebih dari 24o C) dapat menyebabkan bawang daun tidaak dapat tumbuh dengan baik (tidak sempurna). •
Kelembaban Udara
Kelembaban udara yang optimal bagi pertumbuhan bawang daun berkisar antara 80%-90%. Kelembaban udara yang tinggi (lebih dari 90%) menyebabkan pertumbuhan bawang daun tidak sempurna, jumlah anakan setiap rumpun sedikit dan tidak subur, kualitas daun jelek, dan produksi biji rendah karena proses pembungaan dan pembentukan buah tidak berjalan sempurna. Kelembaban udara yang rendah juga menyebabkan pertumbuhan vegetatif terhambat, proses pembuahan terhambat, dan banyak bunga yang gugur. •
Curah Hujan dan Ketinggian Tempat
Bawang daun dapat ditanam sepanjang tahun (sepanjang musim). Bawang daun tergolong tanaman yang tahan terhadap hujan sehingga dapat ditanam pada musim hujan serta memberikan hasil yang cukup baik. Namun, curah hujan yang cocok bagi bawang daun adalah sekitar
1.000-
1.500 mm/ tahun, dengan ketinggian tempat yang cocok (ideal) untuk penanaman bawang daun adalah 700- 1200 m dpl. Keadaan tanah Pemilihan lokasi untuk usahatani bawang daun harus memperhatikan keadaan tanah yang meliputi sifat fisik tanah dan sifat kimia tanah. Sifat fisik tanah yang cocok bagi tanaman bawang daun adalah tanah gembur, memiliki solum tanah cukup dalam, dan mudah mengikat air. Sifat fisik tanah yang baik untuk penanaman bawang daun dijumpa i pada tanah regosol, andosol, dan latosol. Kondisi fisik tanah yang baik akan meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan perakaran tanaman sehingga penyerapan zat hara di dalam tanah dapat berjalan lebih baik. Sedangkan kondisi kimia tanah yang cocok untuk bawang daun adalah tanah yang memiliki derajat keasaman tanah (pH tanah) berkisar antara 6,5- 7,5.
Teknologi Budidaya Usahatani bawang daun perlu didukung dengan teknik bercocok tanam yang baik, bibit yang berkualitas baik, dan tahapan kerja yang run tut. Teknik budidaya bawang daun meliputi pembibitan, pengolahan lahan, penanaman, pemeliharaan, serta perlindungan tanaman dari serangan hama dan penyakit. Pembibitan dan persemaian Bawang daun diperbanyak secara generatif dengan bijinya atau vegetatif dengan stek. Di Indonesia tanaman ini sulit menghasilkan biji, perbanyakan dengan biji hanya dilakukan pada waktu pertama tanam. Untuk menghemat biaya, penanaman selanjutnya menggunakan bibit stek tanaman induk. Benih biasanya dibeli dari toko bibit/pupuk yang mengimpornya dari luar negeri. Sebelum membeli benih, perhatikan varitasnya dan tanggal kadaluarsa benih. Berikut proses persemaian dan pembibitan bawang daun : Benih disemaikan dalam bedengan dengan lebar 100-120 cm dan panjang lahan. Tanah diolah sedalam 30 cm campur pupuk kandang yang telah diayak sebanyak 2 kg/m. Bedengan diberi atap plastik bening setinggi 100-150 cm di sisi Timur dan 60-80 cm di sisi Barat. Benih ditaburkan di dalam larikan melintang sedalam 1 cm dengan jarak antar larikan 10 cm. Tutup dengan daun pisang/karung goni basah. Setelah berkecambah penutup dibuka. Penyiraman setiap hari. Tanaman dipupuk dengan pupuk daun sebanyak 1/3 - 1/2 dosis anjuran dengan cara semprot (umur 1 bulan). Bibit berumur 2 bulan dengan ketinggian 10-15 cm siap dipindah tanamkan. Rumpun yang akan dijadikan bibit berumur 2,5 bulan dan sehat. Rumpun dibongkar bersama akarnya, bersihkan tanah yang menempel dan akar/daun tua, pisahkan rumpun sehingga didapatkan beberapa rumpun baru yang terdiri atas 1-3 anakan. Untuk mengurangi penguapan dan merangsang pertumbuhan
tunas baur, sebagian daun dibuang. Bibit ini dapat disimpan di tempat lembab dan teduh selama 5-7 hari. Pengolahan Lahan Pengolahan lahan dilakukan 15-30 hari sebelum tanam. Lahan dibersihkan dari berbagai jenis gulma dan sisa tanaman yang tidak bisa membusuk dan terurai, termasuk tanaman kayu pada tanah tegalan, serta batu-batu krikil. Kemudian tanah diolah dengan dicangkul, dibajak, atau ditraktor sehingga didapatkan tanah yang gembur. Kedalaman tanah olahan adalah
30 -40 cm.
Kemudian buat parit untuk pemasukan dan pengeluaran air. Pembedengan untuk tanah sawah/tanah darat (lahan kering): •
Bersihkan areal dari gulma dan batu/kerikil.
•
Olah tanah sedalam 30-40 cm hingga gembur.
•
Buat parit untuk pemasukan dan pengeluaran air.
•
Buat bedengan selebar 80-100 cm, tinggi 30 cm dengan lebar antar bedengan 25-30 cm.
•
Campur merata dengan tanah, 10-15 ton/ha pupuk kandang dan ratakan permukaan bedengan. Pengapuran dilakukan jika tanah ber-pH < 6.5 dengan 1-2 ton/ha kapur
dolomit dicampur merata dengan tanah pada kedalaman 30 cm. Teknik Penanaman Bawang daun dapat ditanam dalam pola tanam tanaman tunggal atau sistem tumpang sari. Sistem tumpang sari yang sekarang banyak ditanam adalah dengan tanaman cabe. Penanaman dilakukan sepanjang tahun asal air tersedia. Waktu tanam terbaik awal musim hujan (Oktober) atau awal kemarau (Maret). Lubang tanam dibuat pada jarak 20 x 20 cm sedalam 10 cm. Sebelum tanam bibit yang siap tanam sebaiknya direndam dalam larutan fungisida selama 10-15 menit. Tanam bibit dalam lubang dan padatkan tanah di sekitar pangkal bibit pelanpelan.
Penyiangan
Gulma disiangi dua kali, yaitu waktu tanaman berumur 3-4 minggu dan 6 minggu. Lakukan penyiangan dengan hati-hati dan gunakan cangkul/kored. Rumput liar yang tumbuh di parit antar bedengan juga harus disiangi. Untuk menjaga kebersihan kebun dan tanaman, lakukan pemotongan tangkai bunga dan daun tua. Pemangkasan ini juga merangsang pertumbuhan anakan. Pemupukan Pupuk yang diberikan adalah 300 kg/ha urea dan 600 kg/ha ZA. Kedua pupuk ini diberikan bersamaan dengan penyiangan yaitu pada 3-4 minggu dan 6 minggu setelah tanam masing-masing ½ dosis. Pupuk diberikan di dalam larikan di antara barisan bawang. Hama dan Penyakit Hama
Ulat bawang/ulat grayak (Spodoptera exiqua Hbn.) Daun-daun yang
berlubang sering disebabkan oleh ulat penggerek daun. Saat tanaman masih kecil imagonya meletakkan telur di daun, dan ulatnya yang menetas memakan daun terutama dari bagian pinggir dan bawah. Pengendalian: cara pergiliran tanaman dengan tanaman bukan Liliaceae dan pengendalian kimia dengan Hostathion 40 EC, Orthene 75 SP, Cascade 50 EC atau dengan perangkap ngengat. Ulat tanah (Agrotis ypsilon Hufn.) Hama ini bisa membuat tanaman rebah. Pangkal batang yang diserang akan memperlihatkan bekas gigitannya. Bisa juga batang sampai terpotong hingga putus. Pengendalian mekanis: mengumpulkan ulat di malam hari, menjaga kebersihan kebun dan pergiliran tanaman dengan tanaman bukan Liliaceae. Pengendalian kimia: umpan beracun yang dipasang di malam hari berupa campuran 250 gram Dipterex 95 Sl 125, 10 kg dedak dan 0,5 gram gula merah dan dilarutkan dalam 10 liter air; Insektisida berupa Dursban 20 EC atau Hostahion 40 EC. Thrips/kutu loncat/kemeri (Thrips tabbaci Lind.) Pengendalian: pergiliran tanaman bukan Liliaceae; menanam secara serempak; memasang perangkap serangga berupa kertas/dengan insektisida Mesurol 50 WP. Penyakit:
Bercak ungu (Alternaria porri (Ell.) Cif.) gejalanya adalah pada daun terdapat bercak kecil berwarna putih sampai kelabu, membesar menjadi agak keunguan dan ujung daun mengering. Serangan berat menyebabkan busuk pangkal batang. Pengendalian: cara perbaikan tata air tanah, pergiliran tanaman dengan tanaman bukan Liliaceae dan menggunakan bibit sehat. Fungisida yang digunakan adalah Antracol 70 WP, Dithane M-45, Orthocide 50 WP atau Difolatan 4F. Busuk daun/embun tepung (Peronospora destructor (Berk.) Casp). Busuk daun mempunyai gejala sebagai berikut: muncul bercak hijau pucat di ujung daun, daun layu dan mengering dan diseliputi oleh jamur hitam; berkembang di musim hujan. Pengendalian: menggunakan benih/bibit sehat, rotasi tanaman dengan tanaman bukan Liliaceae dan fungisida Dithane M-45, Antracol 70 WP atau Daconil 75 SP. Busuk leher batang (Bortrytis allii Munn.) Gejala: leher batang menjadi lunak, berwarna kelabu, bentuknya menjadi bengkok dan busuk. Pengendalian: pergiliran
tanaman
bukan
Liliacea,
penggunaan
benih/bibit
sehat,
meningkatkan kebersihan kebun dan tanaman dan fungisida Dithane M-45 atau Daconil 75 WP. Antraknose (Collectotrichum gleosporiodes Penz.) Gejala: daun bawah rebah, pangkal daun mengecil dan tanaman mati mendadak. Pengendalian: menggunakan bibit/benih sehat, perbaikan tata air, rotasi tanaman dengan tanaman bukan Liliaceae, mencabut tanaman yang sakit dan fungisida Antracol 70 WP dan Daconil 75 WP. Pestisida hanya digunakan jika perlu, tetapi mengingat resiko yang akan ditanggung jika terjadi serangan hama dan penyakit, pestisida sudah diberikan sebelum terjadi serangan/jika sudah ada tanda -tanda awal munculnya hama dan penyakit.
Panen
Umur 2,5 bulan setelah tanam, jumlah anakan maksimal (7-10 anakan), beberapa daun menguning. Seluruh rumpun dibongkar dengan cangkul/kored di sore hari/pagi hari. Bersihkan akar dari tanah yang berlebihan. a. Panen umur 60-90 Hari, Tanda-tanda tanamannya: 1. Daun mulai hijau tua,ukuran daun dauan optimal diameter 0,5-1 cm, tinggi 25- 60 cm tergantung varietas dan kesuburan tanah. Varietas LIX tinggi mencapai 75- 100 cm, diameter 2,5-5 cm. 2. Sebagian besar vigor tanaman segar, kokoh, berat optimal dan ada lapisan lilin mengkilat. b. Waktu panen pada pagi atau sore hari, cuaca cerah,tidak hujan,lahan kering kapasitas lapang/menuju kering. c. Cara panen: 1. Pencabutan hati-hati jangan sampai merusak pelepah/daun, akar dibersihkan dengan menggetar/goyang, daun diikat satu genggam dan ditaruh tempat teduh, daun yang rusak dipotong. 2. Sortasi dan Gradding dilakukan dengan memilih tanaman yang tidak cacat, busuk, tidak seragam ukurannya dikelompokkan sendiri. d. Penyimpanan ditempat kering, aman, teduh dan segera kirim sebelum 1x24 jam. e. Pengirim antar kota/pulau tidak boleh dicuci/basahi, kirim 2-3x24 jam.
Pascapanen
Bawang daun yang telah dipanen dikumpulkan di tempat yang teduh, rumpun dicuci bersih dengan air mengalir/disemprot, lalu ditiriskan. Bawang daun diikat dengan tali rafia di bagian batang dan daunnya. Berat tiap ikatan 25-50 kg. Daun bawang disortir berdasarkan diameter batang:
kecil
(1,0-1,4 cm) dan besar (1,5-2 cm), lalu bawang dicuci dengan air bersih yang mengalir/disemprot dan dikeringanginkan. Ujung daun dipotong sekitar 10 cm. Di dalam peti kayu 20 x 28 cm tinggi 34 cm yang diberi ventilasi dan alasnya dilapisi busa/di dalam keranjang plastik kapasitas 20 kg. Analisis usaha tani bawang daun NOMER
URAIAN
1.
BIBIT Rp.25 Sulam Rp.25
2.
PUPUK: Pupuk Kandang: Rp.200/Kg Urea : Rp.1.500/Kg ZA : Rp.1.400/Kg SP-36 : Rp.1.700/Kg KCL : Rp.2.700/Kg ZK : Rp.2.500/Kg
TEKNOLOGI KONVENSIONAL (Rp) 200.000=2.000.000 10.000= 250.000
10.000 = 2.000.000 250=375.000 50 = 70.000 50 = 85.000 50 =135.000 ------TOTAL 2.665.000
3.
TENAGA KERJA 300 hok X Rp.10.000
3.000.000
4.
PESTISIDA 25 KALI X Rp.100.000 15 KALI X Rp. 80.000
2.500.000 ------------------
5. 6.
Mulsa, Kapur TOTAL 1-5 Nomer
Uraian
800.000 11.215.000 Teknologi Konvensional
1.
Pendapatan
20.000KgxRp.1.000 =Rp.20.000.000
2.
Biaya
11.215.000
3.
LABA
8.785.000
Nilai R/C 1,783 artinya dari setiap rupiah yang dipakai untuk usahatani bawang daun dapat memberikan penerimaan sebesar Rp 1,783,-. Dari analiasis usaha diatas dapat dikatan bahwa usaha budidaya bawang daun ini menguntungkan untuk di budidayakan.
DAFTAR PUSTAKA Sunarjono, H.H. 2004. Bertanam 30 Jenis Sayuran. Panebar Swadaya. Jakarta.
Sutaya, R.,G. Grubben, dan H. Sutarno. 1995. Pedoman Bertanam Sayuran Dataran Rendah. UGM Press. Yogyakarta.