BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Menguraikan Konsep Perencanaan Perencanaan adalah suatu proses berkelanjutan yang diawali dengan merumuskan tujuan dan rencana tindakan yang akan dilaksanakan, menentukan personal, merancang proses dan hasilnya, memberikan umpan balik pada personal, dan memodifikasi rencana yang diperlukan (Swansburg, 1996). Perencanaan juga dapat didefinisikan sebagai fungsi manajerial dalam memilih prioritas, hasil, dan metode yang digunakan dalam mencapai hasil yang diinginkan (McNamara, 1999, Huber, 2006). Hal-hal penting yang perlu dicermati dalam perencanaan yaitu sistem yang terdiri input, proses, output, dan outcomes (Huber, 2006). Proses perencanaan dimulai dengan menyusun hasil (outcomes) atau output yang diharapkan, lalu identifikasi proses yang dibutuhkan untuk mencapai hasil tersebut, serta kemudian identifikasi input atau sumber daya yang dibutuhkan untuk menjalankan proses tersebut (McNamara, 1996, Huber, 2006). Perumusan perencanaan yang baik harus meliputi penetapan visi, misi, pernyataan filosofi, sasaran, tujuan, kebijakan, dan prosedur atau peraturan. Hal ini didukung oleh hirarki perencanaan menurut Henry Fayol (Huber, 2006). Hirarki tersebut dapat digambarkan seperti gambar di bawah ini:
Gambar.1 Hirarki perencanaan Dalam piramida di atas, hal pertama yang harus dirumuskan adalah pernyataan visi dan misi. Pernyataan visi dibuat untuk menunjukkan gambaran atas masa depan organisasi (Huber, 2006). Keberadaan visi ini bermanfaat sebagai dasar pemikiran, panduan, dan
bentuk komitmen yang ada di dalam diri pelaksana manajemen tersebut. Visi pun dijadikan sebagai motivasi, tantangan, dan pengukur loyalty setiap pelaksananya. Oleh karena itu, pernyataan visi sebuah organisasi bersifat high-level
dan jelas, sedangkan menurut
penyusun misi merupakan langkah yang dilakukan untuk mencapai visi tersebut. Setelah pernyataan visi dibuat, penetapan misi adalah berikutnya. Misi menunjukkan akan tujuan, fungsi, dan alasan keberadaan organisasi, seperti keberadaan ruang rawat penyakit dalam Rumah Sakit Mentari. Pembuatan didasarkan akan produk, layanan, pasar (markets), nilai, dan public image, dan juga akitvitas yang diberikan oleh organisasi tersebut (McNamara, 1996, Huber, 2006). Hal selanjutnya yang harus dilakukan dalam menetapkan hirarki perencanaan, yaitu menetapkan filosofi suatu organisasi. Pernyataan filosofi menunjukkan nilai-nilai dan keyakinan yang dianut oleh organisasi tersebut (Swansburg, 2000). Filosofi tidak hanya didasarkan filosofi organisasi melainkan juga nilai atau filosofi setiap individu, baik personal ekspresi, nilai, pandangan, dan juga misi (Huber, 2000). Pernyataan ini juga mengemukakan keyakinan mereka tentang bagaimana misi organisasi dicapai dan memberikan arahan kepada tujuan akhirnya. Langkah hirarki perencanaan berikutnya adalah merumuskan sasaran. Sasaran merupakan pernyataan konkret dan spesifik dari tujuan. Sasaran adalah pernyataan konkret yang menjadi standar agar kinerja dapat diukur (Swansburg, 2000). Sasaran merupakan pencapaian dari visi, misi, dan filosofi yang harus fungsional dan bermanfaat. Sasaran membuat pekerjaan perawat jelas, memiliki kriteria hasil, batas waktu yang dapat diukur, dan tanggung gugat. Sasaran memberikan arahan dan komitmen untuk menggerakkan sumber daya keperawatan dalam merealisasikan tujuan. Kategori mayor untuk sasaran meliputi organisasi dan penggunaan semua sumber daya manusia, finansial, dan fisik; tanggung jawab sosial; pengaturan staf; pemenuhan kebutuhan alat dan bahan; program perencanaan pendidikan; inovasi; pemasaran; evaluasi perawatan pasien, serta evaluasi kinerja personel (Swansburg, 2000). Menurut Nickols, ada empat hal untuk menganalisis penetapan sasaran organisasi meliputi menjawab pertanyaan sebagai berikut (Huber, 2000): 1)
Apa yang kamu inginkan yang kamu tidak miliki? (berusaha untuk mendapatkannya).
2)
Apa
yang
kamu
inginkan
yang
sudah
kamu
dapatkan?
(berusaha
untuk
mempertahankannya). 3)
Apa yang tidak kamu miliki yang kamu tidak inginkan? (berusaha untuk menghindarinya).
4)
Apa yang kamu miliki sekarang yang kamu tidak inginkan? (berusaha untuk menghilangkannya).
Selain itu, penetapan sasaran umumnya juga mengidentifikasi kondisi lingkungan atau analisis SWOT (strength, weakness, opportunity, dan threat) terlebih dahulu. Selain penetapan sasaran, penetapan tujuan perencanaan juga perlu dibuat dalam perencanaan manajemen asuhan keperawatan. Penetapan tujuan perencanaan adalah pernyataan konkrit dan spesifik yang ingin dicapai oleh organisasi tersebut (Swansburg, 1996). Pernyataan tujuan harus dinamis serta menunjukkan tindakan dan kekuatan untuk mengembangkan pernyataan filosofi, sasaran, dan rencana manajemen. Pernyataan tujuan dapat dibuat dinamik dengan menunjukkan hubungan antara unit keperawatan dan klien, tenaga keperawatan, komunitas, kesehatan, penyakit, dan perawatan mandiri (Swanburg, 2000). Berikutnya adalah penetapan kebijakan. Kebijakan memerlukan standar yang dapat dipakai oleh perawat dalam melaksanakan praktik dan harus memperhatikan hak klinis dan standar praktik etik profesi. Hak klinis ini dilindungi oleh Undang-Undang Praktik Keperawatan yang didasarkan pada pendidikan, kemampuan, pengalaman, dan keputusan. Hak klinis tersebut meliputi hal yang berhubungan dengan kewajiban penetapan diagnosa yang terapeutik; pengobatan; kerahasiaan informasi; peran staf keperawatan; pemeliharaan catatan yang diperlukan, laporan, dan informasi statistic; serta keamanan pasien, pegawai, dan pengunjung (Swansburg, 2000). Pendidikan berkelanjutan merupakan kewajiban dari setiap anggota organisasi keperawatan. Hal ini diperlukan untuk memajukan klinik. Kebijakan dapat bersifat formal atau tidak formal, tertutup atau tertulis. Kebijakan juga melindungi anggota organisasi yang meliputi keuangan, keanggotaan, dan pelaksanaan prosedur. Kemudian, merumuskan prosedur. Prosedur merupakan garis besar suatu standar teknik atau metode melakukan suatu tindakan. Prosedur adalah rencana terperinsi keterampilan keperawatan yang terdiri dari tahapan-tahapan dalam urutan yang tepat (Swanburg, 2000). Prosedur keperawatan manual terbaru dan tertulis harus tersedia untuk semua personel
keperawatan. Prosedur digunakan untuk komunikasi, pemahaman, standarisasi, dan koordinasi. Prosedur digunakan untuk mengajar, mengevaluasi karyawan baru, untuk mengorientasikan karyawan baru terhadap perbedaan karakteristik untuk prosedur institusi dan untuk memperbaharui karyawan dalam mengembangkan teknologi (Swanburg, 2000). Prosedur keperawatan memberitahukan, mengajarkan, dan mengurangi kesalahan. Prosedur harus memberitahu perubahan dan perlengkapan baru pada praktik keperawatan. Prosedur keperawatan diperbaharui oleh komite perawat profesional yang mewakili pengguna prosedur, mewakili orang yang berhubungan dengan prosedur, dan mewakili orang yang menyumbang wawasan teoritis. Hal terakhir dalam hirarki perencanaan, yaitu merumuskan perturan. Peraturan dimasukkan dalam manual kebijakan dan prosedur. Peraturan menggambarkan apa yang dapat atau yang tidak dapat dikerjakan. B. Konsep Perencanaan dalam Manajemen Asuhan Keperawatan Perencanaan adalah fungsi manajerial dalam memilih prioritas, hasil, dan metode untuk mencapai tujuan organisasi (McNamara, 1999 dalam Huber, 2006). Perencanaan didefinisikan sebagai penentuan jangka panjang dan jangka pendek dan menyocokkan tindakan yang harus diambil untuk mencapai tujuan organisasi. Perencanaan dibagi menjadi 2 tipe, yaitu strategic planning dan tactical planning. Strategic planning adalah perencanaan untuk jangka panjang, sedangkan tactical planning adalah perencanaan jangka pendek. Tipe perencanaan yang cocok untuk manajemen asuhan keperawatan adalah strategic planning. Strategic Planning adalah proses sistematik yang menekankan pada penilaian lingkungan (ekonomi, poilitik, sosial, dan teknologi) baik internal maupun eksternal (Jones, 2007). Strategic planning berfokus pada perkembangan pelaksanaan dan pemanfaatan strategi dalam menyelesaikan hasil atau tujuan yang diinginkan organisasi. Tipe perencanaan ini sebagai alat manajemen dapat membantu organisasi dalam mengatur tujuan jangka panjang. Selain itu, tipe ini menjamin individu bekerja bersama-sama dalam kelompok organisasi untuk mencapai tujuan organisasi. Strategic planning adalah proses tahap demi tahap yang menggambarkan aktivitas kelompok yang terus menerus. Proses tahapan dalam strategic planning adalah sebagai berikut: Strategic Planning Process Penilaian eksternal
- Peluang dan ancaman Penilaian internal - Kekuatan dan kelemahan Misi Visi Tujuan Strategis - Organisasi Operasional - Departemen - Unit Objektif Strategi Implementasi Hasil Evaluasi
1. Penilaian Lingkungan Tahap pertama dalam proses perencanaan adalah penilaian lingkungan. Penilaian bisa dari internal dan juga eksternal. Saat menyiapkan strategic plan, penilaian menjadi sedikit lebih luas. Manajer harus mengkaji lingkungan organisasi dari internal maupun eksternal secara menyeluruh. Penilaian eksternal termasuk kompetisi pelayanan dalam komunitas. Contohnya adalah rumah sakit mana yang dekat dengan rumah sakit kita dan pelayanan apa yang mereka tawarkan dan apa perbedaannya dengan punya kita. Kemudian, lihat pada keadaan pasaran dan identifikasi pelanggan kita. Perkembangan pelayanan kesehatan dapat mempengaruhi perencanaan. Jika populasi lansia pada komunitas lebih tinggi, maka organisasi kita dapat memilih perencanaan yang memudahkan lansia memenuhi kebutuhannya, yaitu dengan merencanakan unit pelayanan keahlian (skill care unit) atau mengembangkan unit pelayanan jantung (cardiac care unit).
Pembuat perencanaan harus mengidentifikasi berbagai macam sistem dalam organisasi untuk menilai penilaian internal. Hal yang penting untuk dinilai adalah standar pelayanan klien, tidak hanya untuk dipatuhi oleh tenaga ahli di dalam organisasi, tetapi juga untuk meningkatkan penawaran pelayanan. Penilaian lainnya adalah sumber finansial, sistem informasi, kemampuan penelitian, perkembangan staf pekerja, dan sistem pendidikan. Di dalam organisasi pelayanan kesehatan, perawat adalah kelompok sumber daya manusia yang terbesar.
Penilaian Lingkungan Penilaian Lingkungan Internal
Penilaian Lingkungan Eksternal
Kompetisi
Pelayanan kesehatan
Pasaran
Sumber financial
Perkembangan
pelayanan
Sumber daya manusia
kesehatan Faktor ekonomi PEST:
Politik,
Sosial, dan Teknologi
Sistem informasi Edukasi,
Kemampuan penelitian Perkembangan staf pekerja Sistem pendidikan
2. Visi dan Misi Misi mengidentifikasikan mengapa suatu organisasi itu ada. Misi akan merangkum tujuan utama organisasi. Sedangkan, visi mengidentifikasikan masa depan organisasi. Visi akan memberikan level yang paling pokok dari tujuan organisasi. Saat membuat misi, penting sekali jika semua individu dalam organisasi mengerti dan memahami tujuan isi tersebut. Visi akan menyertai misi, tetapi lebih luas pandangan orientasinya. Pernyataan dalam visi menunjukkan dimana organisasi itu berada, posisi yang paling tinggi yang organisasi rencanakan untuk mencapai tujuan (Jones, 2007). 3. Tujuan
Tujuan, secara umum, adalah pernyataan global yang membantu individu atau organisasi merencanakan masa depan dalam jalur yang konstruktif. Tujuan dapat menggambarkan hasil yang diinginkan dengan jelas. Tujuan bisa berupa jangka pendek, yang dapat dicapai dalam minggu, bulan, atau tahun. Tetapi, bisa juga dalam jangka panjang, yang bisa dicapai dalam 5-10 tahun (Jones, 2007).
4. Objektif Objektif adalah deskripsi pelaksanaan atau aktivitas. Objektif adalah pernyataan yang membuat tujuan lebih spesifik dan terukur dan memberikan manajer kemampuan untuk mengevaluasi pencapaian tujuan. Objektif ditulis dengan urutan yang logis, terutama dengan urutan nomor. Sebagai contoh, semua objektif yang berhubungan dengan sumber daya manusia perkembangan staf pekerja, atau latihan klinis harus dikelompokkan menjadi satu bagian. Kemudian, pastikan waktu objektif jelas dan realistis. Waktu akan menjamin pencapaian hasil dengan adanya target waktu (target date). Jika tidak ada tenggat waktu dalam objektif, objektif akan terus mengikat selama bertahun-tahun dalam perencanaan (Jones, 2007). Objektif yang harus dilakukan:
Menambah jumlah perawat lulusan S1 (Ners) sebanyak 10 orang dalam 1 tahun ke depan
Menambah persediaan 10 tabung O2 dalam kurun waktu sampai bulan Desember
Penambahan jumlah ruang rawat inap sebanyak 2 ruang kelas 3, 2 ruang kelas 2, dan 2 ruang isolasi dalam kurun waktu 3 tahun
5. Strategi Strategi adalah rangkaian tindakan atau perilaku yang membantu perencanaan mencapai objektif. Perencanaan strategi yang baik akan memberikan petunjuk spesifik dalam mencapai objektif. Strategi tidak statis, bisa berubah dan dimodifikasi selama implementasi perencanaan. Strategi dibentuk setelah hasil yang diinginkan ditulis atau dibuat. Manajer harus mampu menilai apakah strategi tersebut dapat menciptakan hasil yang diinginkan atau tidak (Jones, 2007).
6. Implementasi Semua strategi yang telah direncanakan dilakukan pada fase implementasi. Kesuksesan implementasi tergantung pada keterlibatan manajer yang harus memonitor semua aktivitas untuk memastikan pencapaian objektif (Jones, 2007). 7. Hasil Hasil adalah akhir yang direncanakan untuk dicapai. Hasil harus realistis dan terjangkau. Jika visi yang telah direncanakan bersifat luas, maka manajer perlu untuk menentukan bagaimana membuat tujuan dan objektif agar hasil yang diinginkan tercapai (Jones, 2007). 8. Evaluasi Evaluasi
menentukan
kemajuan
organisasi
terhadap
hasil
yang
telah
direncanakan. Evaluasi juga membandingkan hasil yang ada dengan objektif.
Berdasarkan pembahasan di atas tentang perencanaan, rumah sakit dalam menjalankan fungsinya harus memiliki tujuan, objektif, visi, dan misi. Selain itu, setiap ruangan pun juga harus memiliki tujuan, objektif, visi, dan misi yang lebih spesifik, tergantung pada kebutuhan klien, contohnya ruangan penyakit dalam. Ruangan tersebut harus memiliki perencanaan yang strategis dan terstruktur kemudian tertulis sehingga manajer, kepala ruangan, perawat, dokter, dan ahli lainnya dapat melakukan pekerjaannya sesuai dengan tujuan. Selain itu, perencanaan juga harus meliputi waktu tenggat dalam mencapai tujuan ruangan tersebut sehingga personil yang ada di ruangan tersebut dapat mengerjakan pekerjaannya dengan efisien dan efektif. C. Kompenen Perencanaan di Ruang Rawat Komponen Manajemen Asuhan Keperawatan :
Sistem pengorganisasian Asuhan Keperawatan
Sistem klasifikasi pasien Klasifikasi pasien adalah metode pengelompokkan pasien menurut jumlah dan kompleksitas persyaratan perawatan mereka. Dalam banyak sistem klasifikasi, pasien dikelompokkan sesuai dengan ketergantungan mereka pada pemberi perawatan dan
kemampuan yang diperlukan untuk memberikan perawatan. Menurut Swanburg, tujuan klasifikasi pasien adalah untuk menentukan jumlah dan jenis tenaga yang dibutuhkan dan menentukan nilai produktivitas. Setiap kategori deskriptor empat perawatan (aktifitas sehari-hari, kesehatan umum, dukungan pengajar serta emosional, dan perlakuan sekitar pengobatan) dipakai untuk menunjukkan karakteristik dan tingkat perawat yang dibutuhkan pasien di dalam klasifikasi tersebut. Klasifikasi pasien sangat menentukan perkiraan kebutuhan tenaga. Hal ini dilakukan untuk menetapkan jumlah tenaga keperawatan sesuai dengan kategori yang dibutuhkan untuk asuhan keperawatan klien di setiap unit. Kategori keperawatan klien menurut Swanburg (1999) terdiri dari : 1. Self-care Klien memerlukan bantuan minimal dalam melakukan tindak keperawatan dan pengobatan. Klien melakukan aktivitas perawatan diri sendiri secara mandiri. Biasanya dibutuhkan waktu 1-2 jam dengan waktu rata-rata efektif 1,5 jam/24 jam. 2. Minimal care Klien memerlukan bantuan sebagian dalam tindak keperawatan dan pengobatan tertentu, misalnya pemberian obat intravena, dan mengatur posisi. Biasanya dibutuhkan waktu 3-4 jam dengan waktu rata-rata efektif 3,5 jam/24 jam.
3. Intermediate care Klien biasanya membutuhkan waktu 5-6 jam dengan waktu rata-rata efektif 5,5 jam/24 jam. 4. Mothfied intensive care Klien biasanya membutuhkan waktu 7-8 jam dengan waktu rata-rata efektif 7,5 jam/24 jam. 5. Intensive care Klien biasanya membutuhkan 10-14 jam dengan waktu rata-rata efektif 12 jam/24 jam.
Metode lain yang sering digunakan di Rumah Sakit adalah metode menurut Donglas (1984), yang mengklasifikasi derajat ketergantungan pasien dalam tiga kategori, yaitu perawatan miniaml, perawatan intermediate, dan perawatan maksimal atau total. 1. Perawatan minamal Perawatan ini memerlukan waktu 1-2 jam/24 jam. Kriteria klien pada klasifikasi ini adalah klien masih dapat melakukan sendiri kebersihan diri, mandi, dan ganti pakaian, termasuk minum. Meskipun demikian klien perlu diawasi ketika melakukan ambulasi atau gerakan. Ciri-ciri lain pada klien dengan klasifikasi ini adalah observasi tanda vital dilakukan setiap shift, pengobatan minimal, status psikologis stabil, dan persiapan prosedur memerlukan pengobatan. 2. Perawatan intermediate Perawatan ini memerlukan waktu 3-4 jam/24 jam. Kriteria klien pada klasifikasi ini adalah klien masih perlu bantuan dalam memenuhi kebersihan diri, makan dan minum. Ambulasi serta perlunya observasi tanda vital setiap 4 jam. Disamping itu klien dalam klasifikasi ini memerlukan pengobatan lebih dan sekali. Kateter Foley atau asupan haluarannya dicatat. Dan klien dengan pemasangan infus serta persiapan pengobatan memerlukan prosedur.
3. Perawatan maksimal atau total Perawat ini memerlukan waktu 5-6jam/24 jam. Kriteria klien pada klasifikasi ini adalah klien harus dibantu tentang segala sesuatunya. Posisi yang diatur, observasi tanda vital setiap 2 jam, makan memerlukan selang NGT (Naso Gastrik Tube), menggunakan terapi intravena, pemakaian alat penghisap (suction), dan kadang klien dalam kondisi gelisah/disorientasi. D. Perencanaan Pengelolaan dalam Asuhan Keperawatan Proses manajemen keperawatan, proses adalah suatu rangkaian tindakan yang mengarah pada suatu tujuan. Di dalam proses keperawatan, bagian akhir mungkin berupa sebuah pembebasan dari gejala, eliminasi resiko, pencegahan komplikasi, argumentasi pengetahuan atau ketrampilan kesehatan. Manajemen merupakan suatu pendekatan yang dinamis dan proaktif dalam menjalankan suatu kegiatan di organisasi.Sedangkan Manajemen
Keperawatan adalah : proses bekerja melalui anggota staff keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan secara professional. Perencanaan disini dimaksudkan untuk menyusun suatu rencana yang strategis dalam mencapai tujuan, seperti menentukan kebutuhan dalam asuhan keperawatan kepada semua pasien, menegakkan tujuan, mengalokasikan anggaran belanja, memutuskan ukuran dan tipe tenaga keperawatan yang dibutuhkan, membuat pola struktur organisasi yang dapat mengoptimalkan efektifitas staf serta menegakkan kebijaksanaan dan prosedur operasional untuk mencapai visidan misi yang telah ditetapkan. Perencanaan dibagi menjadi 2 tipe, yaitu strategic planning dan tactical planning. Strategic planning adalah perencanaan untuk jangka panjang, sedangkan tactical planning adalah perencanaan jangka pendek. Tipe perencanaan yang cocok untuk manajemen asuhan keperawatan adalah strategic planning. Strategic Planning adalah proses sistematik yang menekankan pada penilaian lingkungan (ekonomi, poilitik, sosial, dan teknologi) baik internal maupun eksternal. Strategic planning berfokus pada perkembangan pelaksanaan dan pemanfaatan strategi dalam menyelesaikan hasil atau tujuan yang diinginkan organisasi. Tipe perencanaan ini sebagai alat manajemen dapat membantu organisasi dalam mengatur tujuan jangka panjang. Selain itu, tipe ini menjamin individu bekerja bersama-sama dalam kelompok organisasi untuk mencapai tujuan organisasi. 1. Proses Perencanaan Proses perencanaan terdiri dari beberapa tahapan. Penyusunan rencana dilakukan dengan alur mundur, dimulai dari hasil yang diharapkan, proses yang diperlukan, dan mengidentifikasi input atau sumber daya yang dibutuhkan. Proses perencanaan terdiri dari: a. Membuat misi. b. Melakukan pengkajian lingkungan. c. Menganalisa situasi (misalnya analisis SWOT yaitu kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman). d. Menetapkan tujuan. e. Menentukan strategi untuk mencapai tujuan. f. Menetapkan tanggung jawab dan jadwal.
g. Menuliskan dokumen perencanaan. h. Merayakan keberhasilan dan menyelesaikan masalah.
Penyususnan Prioritas masalah klien Pemilihan intervensi keperawat an spesifik untuk mencapai tujuan
Manajemen dalam tahap perencanaan Keperawatan
Perumusan tujuan untuk setiap masalah klien
Pencatatan informasi pada formulir rencana asuhan keperawatan Manajemen pada tahap perencanaan keperawatan
Tujuan penulisan rencana asuhan keperawatan: a. menunjukkan tujuan asuhan keperawatan b. sebagai pedoman asuhan yang berorientasi kepeda pasien c. sebagai alat komunikasi kepada seluruh staf yang terkait dengan pasien d. sebagai pedoman supervisi dalam melaksanakan asuhan keperawatan e. sebagai dasar untuk menangani asuhan keperawatan Bagian-bagian penting dalam rencana asuhan keperawatan: a. asuhan umum pasien: makan minum, jumlah aktivitas fisik, kebersihan diri, keamanan, dan kenyamanan b. asuhan medis yang didelegasikan: pemberian infus dalam rangka diagnosis dan tujuan terapi medis c. intervensi keperawatan: tanggungjawab perawat yang ditujukan untuk mengatasi respon pasien terhadap penyakitnya
E. Komponen – Komponen dalam Manajemen Keperawatan Komponen manajemen keperawatan : 1. Input 2. Proses 3. Output 4. Kontrol 5. Mekanisme timbal balik Input dalam proses manajemen keperawatan antara lain berupa informasi, personel, peralatan dan fasilitas. Proses pada umumnya merupakan kelompok manajer dan tingkat pengelola keperawatan tertinggi sampai keperawatan pelaksana yang mempunyai tugas dan wewenang untuk melakukan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan dalam pelaksanaan pelayanan keperawatan. Elemen lain dalam pendekatan sistem adalah output atau keluaran yang umumnya dilihat dan hasil atau kualitas pemberian asuhan keperawatan dan pengembangan staf, serta kegiatan penelitian untuk menindaklanjuti hasil atau keluaran. Control dalam proses manajemen keperawatan dapat dilakukan melalui penyusunan anggaran yang proporsional, evaluasi penampilan kerja perawat, pembuatan prosedur yang sesuai standar dan akreditasi. Selain itu, mekanisme umpan balik diperlukan untuk menyelaraskan hasil dan perbaikan kegiatan yang akan datang. Mekanisme umpan balik dapat dilakukan melalui laporan keuangan, audit keperawatan, dan survey kendali mutu, serta penampilan kerja perawat.