SISTEM KOLOID
Campuran berdasarkan ukuran partikelnya, dibedakan menjadi 3 golongan. 1. Larutan Larutan merupakan campuran homogen yang memiliki dimensi berupa molekul kecil atau ion yang berdiri sendiri. Partikel ini tersebar merata dalam komponen lainnya sehingga tercipta satu fasa homogen. CONTOH : larutan gula dalam air, larutan garam dalam air, larutan cuka, air laut, bensin, spritus, alkohol 70%.
Jadi, kalau larutan terdiri dari satu fasa sehingga tidak bisa disaring.
Homogen Stabil
2. Sistem koloid merupakan campuran heterogen dua fasa dari dua zat atau lebih dimana partikel koloidnya tersebar merata atau terdispersi ke dalam medium pendispersinya. Tampak homogen tetapi sebenarnya heterogen Stabil
Jadi ingat, zat yang didispersikan disebut fase terdispersi sedangkan medium yang digunakan untuk mendispersi disebut medium pendispersi.
Dapat disaring dengan kertas saring ultra (Gambar 1. Susu (cth koloid))
Contoh lain : Santan, sabun, jeli, selai, mentega dan mayonnaise. Jadi sistem koloid sifatnya heterogen karena terdiri dari 2 fasa atau lebih namun partikel koloidnya contohnya serbuk susu (partikel susu) tersebar merata di dalam air sehingga terlihat homogen. 3. Suspensi Suspensi adalah suatu sistem yang terdapat suatu komponen yang relatif besar yang tersebar di dalam komponen lainya dan ketika didiamkan selama beberapa saat partikel dari komponen tersebut akan mengendap. Contohnya : Jika kita mencampurkan tepung terigu dengan air maka tepung terigu tersebut tidak bisa larut. Tepung terigu akan memisah (mengendap) jika didiamkan beberapa saat. Partikel tepung dalam suspense akan mengendap akibat adanya pengaruh gaya gravitasi.
JENIS – JENIS KOLOID SOL PADAT Sol dalam medium pendispersi padat. Contoh : paduan logam, gelas berwarna, intan hitam
SOL (Fase terdispersi
SOL CAIR (SOL) Sol dalam medium pendispersi cair. Contoh : cat, tinta, tepung dalam air.
SOL GAS (Aerosol Padat) Sol dalam medium pendispersi gas. Contoh : debu di udara, asap pembakaran.
KOLOID
EMULSI (Fase terdispersi cair)
EMULSI PADAT (Gel) Emulsi dalam medium pendispersi padat. Contoh : Jelly, keju, mentega,
EMULSI CAIR (EMULSI) Emulsi dalam medium pendispersi cair.
EMULSI GAS (AEROSOL CAIR) Emulsi dalam medium pendispersi gas.
BUIH PADAT Buih dalam medium pendispersi padat. Contoh : Batu apung, karet, busa,
BUIH (Fase terdispersi gas) BUIH CAIR Buih dalam medium pendispersi cair. Contoh : putih telur yang dikocok, busa sabun.
SIFAT KOLOID 1. Efek Tyndall
Efek tyndall adalah efek penghamburan cahaya oleh partikel koloid. Apabila sinar diarahkan pada sistem koloid maka sinar tersebut akan dihamburkan oleh sistem koloid, tetapi tidak dihamburkan oleh larutan. Hal ini terkait dengan ukuran partikel koloid yang relatif besar dibandingkan dengan ukuran partikel dari larutan. Intinya : Di dalam larutan tidak ada lagi partikel yang menyebar karena sudah larut sehingga tidak menghamburkan cahaya, sedangkan pada koloid partikel menyebar (tidak larut) sehingga cahaya tidak masuk (tembus) melainkan disebarkan oleh partikel koloid tersebut.
Sifat penghamburan cahaya oleh sistem koloid ditemukan oleh John Tyndall (1820-1893), Seorang ahli fisika Inggris. Oleh karena itu sifat ini disebut efek tyndall. Efek tyndall dapat digunakan untuk membedakan sistem koloid dan larutan. Penerapan efek tyndall dalam kehidpuan sehari-hari 1. Sorot cahaya mobil tampak jelas pada daerah yang berkabut 2. Berkas cahaya matahari terlihat jelas di sela-sela pohon yang sekitarnya berkabut
2. Gerak Brown
Gerak brown adalah gerak partikel koloid yang bergerak secara acak (zigzag) dan berlansung secara terus menerus. Ukuran partikel koloid yang cukup kecil menyebabkan tumbukan antar partikel cenderung tidak seimbang. Akibatnya, gerak partikel berubah arah menghasilkan gerak zigzag. Gerak zigzag pertama kali diamati oleh Robert Brown di tahun 1827 dan oleh karenanya disebut gerak brown.
(Gambar 2. Gerak Brown yang diamati di bawah mikroskop)
3. Daya Adsorpsi
Adsorpsi koloid adalah penyerapan partikel-partikel pada permukaan koloid. Ukuran partikel yang cukup kecil menghasilkan permukaan yang sangat luas sehingga dapat menyerap banyak partikel pada permukaanya.
Jadi tolong bedakan antara AD SORPSI dan AB SORPSI dimana absorpsi merupakan penyerapan partikel sampai ke bawah permukaan zat. 4. Bermuatan Listrik
Partikel koloid mempunyai muatan sejenis (postif dan negatif). Muatan ini dapat diperoleh melalui proses adsorpsi kation/anion dan proses ionisasi gugus permukaan partikelnya. 5. Koagulasi
Koagulasi adalag penggumpalan dan pengendapan partikel akibat kehilangan muatan. Jadi pada koagulasi ini partikel halus bergabung untuk menghasilkan partikel yang dapat mengendap. Biasanya digunakan koagulan yakni bahan yang menyebabkan penggumapalan sol.
Perhatikan : Pada gambar di atas bagian III terjadi proses penggumapalan karena sol telah bergabung, penggumpalan ini disebut Flokulasi ( Flocculation) dan gumpalannya disebut Flok ( Flocculant). Gumpalan tersebut akan mengendap akibat pengaruh gravitasi. Penghilangan muatan listrik pada partikel koloid ini dapat dilakukan dengan empat cara yaitu :
a) Menggunakan prinsip elekroforesis Proses elektroforesis adalah penggerakan partikel koloid dalam medan listrik. Partikel koloid positif akan tertarik ke katode sedangkan partikel koloid negatif akan tertarik ke anode. b) Penambahan koloid lain dengan muatan berlawanan. c) Penambahan elektrolit d) Pendidihan
PEMBUATAN KOLOID SOL
Pembuatan sol dilakukan menggunakan : a) Metode kondensasi : di mana partikel-partikel kecil larutan sejati bergabung membentuk partikel partikel berukuran koloid. Metode ini dapat berupa reaksi kimia (dekomposisi rangkap, hidrolisis, reaksi redoks) dan penggantian pelarut. b) Metode dispersi : di mana partikel-partikel besar dipecah menjadi partikel-partikel berukuran koloid dengan cara mekanik, peptisasi dan busur Bredig PEMURNIAN KOLOID SOL
Pemurnian koloid sol dilakukan dengan menggunakan : a) Dialisis, yakni pemisahan partikel-partikel menggunakan selaput semipermeabel. b) Elektrodialisis, yakni dialysis di bawah pengaruh medan listrik. c) Penyaring ultra, yakni kertas saring yang telah diresapi dengan selulosa.
KOLOID LIOFIL DAN LIOFOB
Koloid yang memiliki medium pendispersi berupa zat cair dapat dibedakan menjadi : a) Liofil atau hidrofil (medium pendispersi air) memiliki gaya tarik-menarik yang cukup besar antara fase terdispersi dan medium pendispersinya. b) Liofob atau hidrofob (medium pendispersi air) memiliki gaya tarik-menarik yang lemah (atau bahkan tidak ada) antara fase terdispersi dan medium pendispersinya. KOLOID EMULSI
1) Emulsi padat (gel) Dapat dikelompokan menjadi gel elastis yang berubah bentuk jika diberi gaya dan kembali ke bentuk awal jika gaya ditiadakan dan gel non-elastis yang tidak berubah bentuk jika diberi gaya. 2) Emulsi cair (emulsi) melibatkan campuran dua zat cair yang tidak dapat saling melarutkan, contohnya capuran air (polar) dan minyak (no-polar) 3) Emulsi gas (aerosol gas) mempunyai sifat seperti efek tyndall, gerak brown, dan kestabilan muatan partikel.