BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Rumah sakit merupakan salah satu bentuk sarana kesehatan, baik yang di selenggarakan oleh pemerintah atau masyarakat yang berfungsi untuk melakukan upaya kesehatan dasar, kesehatan rujukan dan upaya kesehatan penunjang. Rumah sakit dalam menjalankan fungsinya diharapkan senantiasa memperhatikan fungsi sosial dalam memberikan pelayanan kesehatan pada masyarakat. Keberhasilan rumah sakit dalam menjalankan fungsinya ditandai dengan adanya mutu pelayanan prima rumah sakit. Mutu pelayanan rumah sakit sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya yang paling dominan adalah sumber daya manusia (Dep Kes RI, 2002 : Dalam Haryani, 2008: 2). Setiap organisasi pada dasarnya akan memiliki kebijakan yang berbeda-beda terhadap sumber daya manusia yang dimilikinya guna mencapai produktivitas kerja karyawan. Dalam pencapaian produktivitas kerja karyawan, banyak faktor yang mempengaruhi antara lain adalah adanya motivasi kerja, disiplin kerja, kepuasan kerja dan stres kerja karyawan bertambah. Sebagian
besar yang mempengaruhi
produktivitas kerja karyawan ditentukan oleh besar kecilnya produktivitas kerja yang diterima karyawan selama bekerja di perusahaan sehingga karyawan akan memberikan disiplin kerja, motivasi kerja, kepuasan kerja yang baik untuk perusahaan sehingga tidak ada lagi stres dalam bekerja (Sutarto Wijono,2008).
1
Dari beberapa faktor yang mempengaruhi produktivitas pada penjelasan di atas, ternyata stres merupakan salah satu aspek yang penting dan perlu diantisipasi. Kemampuan stres untuk bisa mendorong maupun menghambat pelaksanaan kerja banyak tergantung pada reaksi yang diberikan oleh pekerja dalam menghadapi stres (Widoyoko, 2003). Penelitian yang dilakukan oleh Dwi Retnaningtyas (2005) menyebutkan bahwa stres kerja ker ja dan produktivitas mempunyai korelasi yang negatif. Semakin tinggi stres kerja yang dialami pekerja, maka produktivitas tenaga kerja juga rendah. Menurut penelitian Baker (1997),stres menurunkan daya tahan tubuh sehingga
mengakibatkan
individu
mudah
terserang
penyakit.
Stres
juga
mengakibatkan tingkat absen absen pekerja relatif tinggi. Apabila stres stres kerja kerja itu terjadi terjadi pada pemberi pelayanan kesehatan sendiri maka mengakibatkan terjadinya ketidakmampuan seorang tenaga pemberi pelayanan kesehatan. Ketidakmampuan seorang pemberi pelayanan kesehatan akan sangat berdampak pada sistem pelayanan yang diberikan dan juga mempengaruhi perilaku kerja mereka, akibatnya cenderung untuk banyak tidak masuk kerja dan kondisi kesehatan yang buruk (Sumartha. A, 2009 : 39). Stres kerja sering kali dinyatakan sebagai salah satu penyebab dari berbagai masalah dan stres yang berlangsung lama akan mengakibatkan kinerja seseorang menurun dan yang paling parah akan merugikan kesehatan fisik maupun mental seseorang. Selain dipengaruhi oleh faktor-faktor yang bersumber dari luar organisasi, stres juga banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor yang berasal dari dalam organisasi. Oleh karenanya perlu didasari dan dipahami keberadaannya.
2
Dari beberapa faktor yang mempengaruhi produktivitas pada penjelasan di atas, ternyata stres merupakan salah satu aspek yang penting dan perlu diantisipasi. Kemampuan stres untuk bisa mendorong maupun menghambat pelaksanaan kerja banyak tergantung pada reaksi yang diberikan oleh pekerja dalam menghadapi stres (Widoyoko, 2003). Penelitian yang dilakukan oleh Dwi Retnaningtyas (2005) menyebutkan bahwa stres kerja ker ja dan produktivitas mempunyai korelasi yang negatif. Semakin tinggi stres kerja yang dialami pekerja, maka produktivitas tenaga kerja juga rendah. Menurut penelitian Baker (1997),stres menurunkan daya tahan tubuh sehingga
mengakibatkan
individu
mudah
terserang
penyakit.
Stres
juga
mengakibatkan tingkat absen absen pekerja relatif tinggi. Apabila stres stres kerja kerja itu terjadi terjadi pada pemberi pelayanan kesehatan sendiri maka mengakibatkan terjadinya ketidakmampuan seorang tenaga pemberi pelayanan kesehatan. Ketidakmampuan seorang pemberi pelayanan kesehatan akan sangat berdampak pada sistem pelayanan yang diberikan dan juga mempengaruhi perilaku kerja mereka, akibatnya cenderung untuk banyak tidak masuk kerja dan kondisi kesehatan yang buruk (Sumartha. A, 2009 : 39). Stres kerja sering kali dinyatakan sebagai salah satu penyebab dari berbagai masalah dan stres yang berlangsung lama akan mengakibatkan kinerja seseorang menurun dan yang paling parah akan merugikan kesehatan fisik maupun mental seseorang. Selain dipengaruhi oleh faktor-faktor yang bersumber dari luar organisasi, stres juga banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor yang berasal dari dalam organisasi. Oleh karenanya perlu didasari dan dipahami keberadaannya.
2
Dalam bekerja hampir setiap orang mempunyai stres yang berkaitan dengan pekerjaan mereka. Urusan stres yang dialami melibatkan juga pihak organisasi atau perusahaan tempat individu bekerja. Namun penyebabnya tidak hanya di dalam perusahaan, karena masalah rumah tangga yang terbawa ke pekerjaan dan masalah pekerjaan yang terbawa ke rumah dapat juga menjadi penyebab stres kerja, stres kerja menyebabkan terjadinya ketegangan dan konflik antara pihak karyawan dengan pihak manajemen. Tingginya sensitivitas emosi berpotensi menyulut pertikaian dan menghambat kerja sama antara individu satu dengan yang lain. Sebagian besar karyawan yang bekerja di perusahaan yang sangat besar, atau yang kurang memiliki struktur yang jelas, mengalami stres karena konflik peran. Mereka stres karena ketidakjelasan peran dalam bekerja dan tidak tahu apa yang diharapkan oleh manajemen ( Rice, Rice, 1992). Pegawai Rumah Sakit Umum Daerah Tanjung Uban kebanyakan berdomisili di Batam, sehingga untuk pergi dan pulang mereka melakukan perjalanan yang melelahkan dengan menggunakan speedboat menggunakan speedboat dan terkadang harus melewati ombak yang besar. Sedangkan dari Rumah Sakit tidak disediakan tempat tinggal bagi pegawainya. Tenaga pemberi pelayanan kesehatan yang sering bertemu dengan pasien akan memungkinkan terjadinya stres. Semakin banyak jumlah pasien yang dirawat dan semakin beragamnya penyakit dan tingkat kebutuhan yang memicu terjadinya stres. Beberapa faktor penyebab stres kerja pada pemberi pelayanan kesehatan diantaranya adalah kondisi kerja, beban kerja, tekanan kerja, tugas yang menumpuk, target kerja, teman kerja yang tidak bisa diajak kerja sama, suasana yang ribut dan kurang harmonis (Sumartha.A,2009). (Su martha.A,2009). 3
Dari studi pendahuluan yang peneliti lakukan di Rumah Sakit Umum Daerah Tanjung Uban Provinsi Kepulauan Riau pada bulan April 2011 didapatkan data, bahwa pada bagian manajemen yang sering mengalami stres kerja karena disebabkan oleh beberapa faktor. Hal ini sesuai sesuai dengan data yang diperoleh di lapangan, yaitu :
No
Faktor penyebab stress
Responden
Persentase (%)
1
Kebijakan yang tidak pasti
5
12,5%
2
Rekan kerja yang tidak kooperatif
6
15%
3
4
10%
10
25%
5
Protap (prosedur tetap) dan alur kerja yang belum jelas Latar belakang pendidikan yang tidak sesuai dengan jenis pekerjaan Pekerjaan yang monoton
5
12,5%
6
Beban kerja
6
15%
7
Lingkungan kerja
4
10%
40
100 %
4
Total
Berdasarkan data pada tabel ini didapatkan bahwa sebagian besar daripada pegawai Rumah Sakit Umum Daerah Tanjung Uban yang bekerja pada bagian manajemen latar belakang pendidikannya tidak sesuai dengan jenis pekerjaannya sekarang. Secara keseluruhan, didalam melaksanakan pekerjaan sehari-hari pegawai Rumah Sakit Umum Daerah Tg. Uban Provinsi Kepulauan Riau sering terpapar dengan permasalahan stres yang berasal baik dari pengguna jasa pelayanan maupun
4
sesama pegawai Rumah Sakit Umum Daerah Tg. Uban Provinsi Kepulauan Riau, sehingga penulis tertarik untuk mengangkat masalah ini dalam sebuah skripsi yang berjudul ³Hubungan Antara Stres Kerja Dengan Produktivitas Kerja Pada Pegawai di Bagian Manajemen Rumah Sakit Umum Daerah Tanjung Uban Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2011´.
1.2
Perumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah ³Apakah Ada Hubungan Antara Stres Kerja Dengan Produktivitas Kerja Pada Pegawai di Bagian Manajemen Rumah Sakit Umum Daerah Tanjung Uban Provinsi Kepulauan Riau?´
1.3.
Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan antara Stres Kerja Dengan Produktivitas Kerja Pada Pegawai di Bagian Manajemen di Rumah Sakit Umum Daerah Tanjung Uban Provinsi Kepulauan Riau.
1.3.2 Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui stres kerja pada pegawai di bagian manajemen RSUD Tg. Uban Provinsi Kepulauan Riau. b. Untuk mengetahui produktivitas kerja pada pegawai di bagian manajemen RSUD Tg. Uban Provinsi Kepulauan Riau.
5
c. Untuk mengetahui hubungan antara stres kerja dengan produktivitas kerja pada pegawai di bagian manajemen RSUD Tg. Uban Provinsi Kepulauan
1.4.
Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Teoritis
Melalui penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan berkaitan dengan stres
kerja di RSUD Tanjung Uban Provinsi Kepulauan Riau. Dan
diharapkan dapat memperkaya implementasi hubungan antara stres kerja dengan produktivitas kerja pada pegawai yang bertugas di dalamnya.
1.4.2
Manfaat Praktis
a. Manfaat bagi RSUD Tanjung Uban Provinsi Kepulauan Riau Melalui hasil penelitian ini dapat menjadi referensi dan bahan acuan untuk evaluasi kinerja pegawai dan staff manajemen dan meminimalisir angka stres kerja pegawai dengan kebijakan-kebijakan dari RSUD Tg. Uban Provinsi Kepulauan Riau. b. Manfaat bagi STIKes Ibnusina Terlaksananya salah satu dari upaya untuk mengimplementasikan Tri Dharma STIKes Ibnu Sina Batam, yaitu akademik, penelitian, pengabdian masyarakat, dan
Al-Islam. Meningkatnya kapasitas dan kualitas
pendidikan dengan melibatkan tenaga terampil dari lapangan dalam kegiatan proses pembelajaran di lapangan.
6
c. Manfaat bagi pegawai RSUD Tg. Uban Dengan penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan mengenai stres kerja pada pegawai Rumah Sakit Umum Daerah Tg. Uban Provinsi Kepri. Agar dapat membantu pegawai untuk dapat meminimalkan terjadinya stres kerja sehingga pegawai bekerja dengan nyaman dan didapatkan hasil kerja yang maksimal. d. Manfaat bagi peneliti Mengaplikasikan berbagai teori yang didapatkan di bangku kuliah serta mengembangkan kompetensi diri dengan menggunakan metode yang relevan untuk menganalisis situasi, mengidentifikasi masalah, dan menetapkan alternatif pemecahan masalah.
1.5
Ruang Lingkup Penelitian
1.5.1
Ruang Lingkup Tempat
Ruang lingkup penelitian ini di Rumah Sakit Umum Daerah Tanjung Uban Provinsi Kepulauan Riau sebagai tempat pengambilan kasus.
1.5.2
Ruang Lingkup Waktu
Penelitian ini dilaksanakan mulai dari pengambilan data sampai dengan pengisian kuesioner yang dimulai dari bulan Ju ni sampai bulan Juli 2011.
7
1.5.3
Ruang Lingkup Materi
Materi yang dikaji dalam penelitian ini adalah tentang Hubungan Antara Stres Kerja Dengan Produktivitas Kerja Pada Pegawai di Bagian Manajemen Rumah Sakit Umum Daerah Tanjung Uban Provinsi Kepulauan Riau.
8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Stres
2.1.1. Definisi Stres
Stres adalah suatu kondisi ketegangan yang mempengaruhi emosi, proses berpikir dan kondisi seseorang (Handoko, 1997:200). Stres yang terlalu besar dapat mengancam kemampuan seseorang untuk menghadapi lingkungannya. Sebagai hasilnya, pada diri para karyawan berkembang berbagai macam gejala stress yang dapat mengganggu pelaksanaan kerja mereka. Stres dapat juga membantu atau fungsional, tetapi juga dapat berperan salah atau merusak prestasi kerja. Secara sederhana hal ini berarti bahwa stres mempunyai potensi untuk mendorong atau mengganggu pelaksanaan kerja, tergantung seberapa besar tingkat stres yang dialami oleh karyawan tersebut (Handoko, 1997:201-202). Adapun menurut Robbins (2001:563) stres juga dapat diartikan sebagai suatu kondisi yang menekan keadaan psikis seseorang dalam mencapai suatu kesempatan dimana untuk mencapai kesempatan tersebut terdapat batasan atau penghalang. Dan apabila pengertian stres dikaitkan dengan penelitian ini maka stress itu sendiri adalah suatu kondisi yang mempengaruhi keadaan fisik atau psikis seseorang karena adanya tekanan dari dalam ataupun dari luar diri seseorang yang dapat mengganggu pelaksanaan kerja mereka. Jadi, stres dapat dilihat dari dua sisi yaitu sisi positif dan negatif tergantung dari sudut pandang mana seseorang atau karyawan tersebut dapat
9
mengatasi tiap kondisi yang menekannya untuk dapat dijadikan acuan sebagai tantangan kerja yang akan memberikan hasil yang baik atau sebaliknya.
2.1.2. Definisi Stres kerja
Ada beberapa alasan mengapa masalah stres yang berkaitan dengan organisasi perlu diangkat ke permukaan pada saat ini (Nimran, 1999:79-80 dalam Novitasari 2007:1). Diantaranya adalah: a. Masalah stres adalah masalah yang akhir-akhir ini hangat dibicarakan, dan posisinya sangat penting dalam kaitannya dengan produkttfitas kerja karyawan. b. Selain dipengaruhi oleh faktor-faktor yang bersumber dari luar organisasi, stres juga banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor yang berasal dari dalamorganisasi.
Oleh
karenanya
perlu
disadari
dan
dipahami
keberadaannya. c. Pemahaman akan sumber-sumber stres yang disertai dengan pemahaman terhadap cara-cara mengatasinya, adalah penting sekali bagi karyawan dan siapa saja yang terlibat dalam organisasi demi kelangsungan organisasi yang sehat dan efektif. d. Banyak di antara kita yang hampir pasti merupakan bagian dari satu atau beberapa organisasi, baik sebagai atasan maupun sebagai bawahan, pernah mengalami stres meskipun dalam taraf yang a mat rendah. e. Dalam zaman kemajuan di segala bidang seperti sekarang ini manusia semakin sibuk. Di satu pihak peralatan kerja semakin modern dan efisien, 10
dan di lain pihak beban kerja di satuan-satuan organisasi juga semakin bertambah. Keadaan ini tentu saja akan menuntut energi pegawai yang lebih besar dari yang sudah-sudah. Sebagai akibatnya, pengalaman pengalaman yang disebut stres dalam taraf yang cukup tinggi menjadi semakin terasa. Masalah-masalah tentang stres kerja pada dasarnya sering dikaitkan dengan pengertian stres yang terjadi di lingkungan pekerjaan, yaitu dalam proses interaksi antara seorang karyawan dengan aspek-aspek pekerjaannya. Di dalam membicarakan stres kerja ini perlu terlebih dahulu mengerti pengert ian stres secara umum. Dalam bekerja hampir setiap orang mempunyai stres yang berkaitan dengan pekerjaan mereka. Menurut Beer dan Newman 1978 ( Dalam Sutarto Wijono,2010: 121) stres kerja adalah suatu kondisi yang muncul akibat interaksi antara individu dengan pekerjaan mereka, dimana terdapat ketidaksesuaian karakteristik dan perubahan-perubahan yang tidak jelas yang terjadi dalam perusahaan. Gibson dkk 1996 : 339 (Dalam Retraningtyas, 2005:7), menyatakan bahwa stres kerja adalah suatu tanggapan penyesuaian diperantarai oleh perbedaan perbedaan individu dan atau proses psikologis yang merupakan suatu konsekuensi dari setiap tindakan dari luar (lingkungan), situasi, atau peristiwa yang menetapkan permintaan psikologis dan atau fisik berlebihan kepada seseorang. Stres kerja menurut Kahn, dkk (dalam Cooper , 2003) merupakan suatu proses yang kompleks, bervariasi, dan dinamis dimana stressor, pandangan tentang stres itu sendiri, respon singkat, dampak kesehatan, dan variabel-variabelnya saling berkaitan. Selye (dalam Ashar Sunyoto, 2008 : 372) menyatakan bahwa stres kerja dapat 11
diartikan sebagai sumber atau stressor kerja yang menyebabkan reaksi individu berupa reaksi fisiologis, psikologis, dan perilaku. Definisi stres kerja menurut
M organ
& King (1986) adalah suatu keadaan
yang bersifat internal, yang bisa disebabkan oleh tuntutan fisik, atau lingkungan, dan situasi sosial yang berpotensi merusak dan tidak terkontrol. Cooper (1994) juga mengatakan bahwa stres kerja juga didefinisikan sebagai tanggapan atau proses internal atau eksternal yang mencapai tingkat ketegangan fisik dan psikologis sampai pada batas atau melebihi batas kemampuan pegawai. Beehr
dan Franz (dalam Retnaningtyas, 2005 : 8), mendefinisikan stres kerja
sebagai suatu proses yang menyebabkan orang merasa sakit, tidak nyaman atau tegang karena pekerjaannya, tempat kerja atau situasi kerja tertentu.
2.1.3
Sumber Stres Kerja
Menurut Cary Cooper , 1983 ( dalam Dwi Retraningtyas, 2005 : 8 ) dianggap sebagai sumber stres kerja adalah stres karena kondisi pekerjaan, masalah peran, hubungan interpersonal, kesempatan pengembanga n karir, dan struktur organisasi. a. Kondisi Pekerjaan Lingkungan Kerja, Kondisi kerja yang buruk berpotensi menjadi penyebab karyawan mudah jatuh sakit, mudah stress, sulit berkonsentrasi dan menurunnya produktivitas kerja. Bayangkan saja, jika ruangan kerja tidak nyaman, panas, sirkulasi udara kurang memadai, ruangan kerja terlalu padat, lingkungan kerja kurang bersih, berisik, tentu besar pengaruhnya pada kenyamanan kerja karyawan. 12
1)
Overload
Sebenarnya overload ini dapat dibedakan secara kuantitatif dan kualitatif. Dikatakan overload secara kuantitatif jika banyaknya pekerjaan yang ditargetkan melebihi kapasitas karyawan tersebut. Akibatnya karyawan tersebut mudah lelah dan berada dalam "tegangan tinggi".
Overload
secara kualitatif bila pekerjaan tersebut sangat
kompleks dan sulit, sehingga menyita kemampuan teknis dan kognitif karyawan. 2)
Deprivational
stress
George E verly dan Amerika
Girdano (1980), dua orang ahli dari
Daniel
memperkenalkan
istilah
deprivational
stress
untuk
menjelaskan kondisi pekerjaan yang tidak lagi menantang, atau tidak lagi menarik bagi karyawan. Biasanya keluhan yang muncul adalah kebosanan,
ketidakpuasan,
atau
pekerjaan
tersebut
kurang
mengandung unsur sosial (kurangnya ko munikasi sosial). 3)
Pekerjaan Berisiko Tinggi Ada jenis pekerjaan yang beresiko tinggi, atau berbahaya bagi keselamatan, seperti pekerjaan di pertambangan minyak lepas pantai, tentara, pemadam kebakaran, pekerja tambang, bahkan pekerja cleaning
service
yang
biasa
menggunakan
gondola
untuk
membersihkan gedung-gedung bertingkat. Pekerjaan-pekerjaan ini sangat berpotensi menimbulkan stres kerja karena mereka setiap saat dihadapkan pada kemungkinan terjadinya kecelakaan. 13
b. Konflik Peran Stres karena ketidakjelasan peran dalam bekerja dan tidak tahu yang diharapkan oleh manajemen. Akibatnya sering muncul ketidakpuasan kerja, ketegangan, menurunnya prestasi hingga ahirnya timbul keinginan untuk meninggalkan pekerjaan. Para wanita yang bekerja mengalami stres lebih tinggi dibandingkan dengan pria. Masalahnya wanita bekerja ini menghadapi konflik peran sebagai wanita karir sekaligus ibu rumah tangga. Terutama dalam alam kebudayaan Indonesia, wanita sangat dituntut perannya sebagai ibu rumah tangga yang baik dan benar sehingga banyak wanita karir yang merasa bersalah ketika harus bekerja. Perasaan bersalah ditambah dengan tuntutan dari dua sisi, yaitu pekerjaan dan ekonomi rumah tangga, sangat berpotensi menyebabkan wanita bekerja mengalami stres. Konflik peran timbul jika seorang tenaga kerja mengalami adanya ( Ashar Sunyoto, 2008 : 390 ) : 1) Pertentangan antara tugas-tugas yang harus ia lakukan dan antara tanggung jawab yang ia miliki. 2) Tugas-tugas yang harus ia lakukan yang menurut pandangannya bukan merupakan bagian dari pekerjaannya. 3) Tuntutan-tuntutan yang bertentangan dari atasan, rekan, bawahannya, atau orang lain yang yang dinilai penting bagi dirinya. 4) Pertentangan dengan nilai-nilai dan keyakinan pribadinya sewaktu melakukan tugas pekerjaannya. 14
c. Pengembangan Karir Setiap orang pasti punya harapan-harapan ketika mulai bekerja di suatu perusahaan atau organisasi. Bayangan akan kesuksesan karir, menjadi fokus perhatian dan penantian dari hari ke hari. Namun pada kenyataannya, impian dan cita-cita mereka untuk mencapai prestasi dan karir yang baik seringkali tidak terlaksana. Alasannya bisa bermacammacam seperti ketidakjelasan sistem pengembangan karir dan penilaian prestasi kerja, budaya nepotisme dalam manajemen perusahaan, atau karena sudah ³mentok´ alias tidak ada kesempatan lagi untuk naik jabatan. d. Struktur Organisasi Gambaran perusahaan Asia dewasa ini masih diwarnai oleh kurangnya struktur organisasi yang jelas. Gambaran perusahaan yang diwarnai dengan struktur organisasi yang tidak jelas, kurangnya kejelasan mengenai jabatan, peran, wewenang dan tanggung jawab, aturan main yang terlalu kaku atau tidak jelas, iklim politik perusahaan yang tidak jelas serta minimnya keterlibatan atasan membuat karyawan menjadi stres. e. Hubungan Dalam Pekerjaan Harus hidup dengan orang lain merupakan salah satu aspek dari kehidupan yang penuh stres. Hubungan yang baik antar anggota dari satu kelompok kerja dianggap sebagai faktor utama dalam kesehatan individu dan organisasi.
15
2.1.4
Gejala
Stres Kerja
T erry Beehr
dan John Newman (dalam Rice, 1999) mengkaji ulang beberapa
kasus stres pekerjaan dan menyimpulkan tiga gejala dari stres pada individu, yaitu: a. Gejala psikologis Berikut ini adalah gejala-gejala psikologis yang sering ditemui pada hasil penelitian mengenai stres pekerjaan : 1) Kecemasan, ketegangan, kebingungan dan mudah tersinggung. 2) Perasaan frustrasi, rasa marah, dan dendam (kebenc ian). 3) Sensitif dan hyperreactivity. 4) Memendam perasaan, penarikan diri, dan depres i. 5) Komunikasi yang tidak efektif. 6) Perasaan terkucil dan terasing. 7) Kebosanan dan ketidakpuasan kerja. 8) Kelelahan mental, penurunan fungsi intelektual, dan kehilangan konsentrasi. 9) Kehilangan spontanitas dan kreativitas. 10) Menurunnya rasa percaya diri. b. Gejala fisiologis Gejala-gejala fisiologis yang utama dari stres kerja adalah : 1) Meningkatnya denyut jantung, tekanan darah, dan kecenderungan mengalami penyakit kardiovaskular . 2) Meningkatnya sekresi dari hormon stres (contoh: adrenalin dan noradrenalin). 16
3) Gangguan gastrointestinal (misalnya gangguan lambung). 4) Meningkatnya frekuensi dari luka fisik dan kece lakaan. 5) Kelelahan secara fisik dan kemungkinan mengalami sindrom kelelahan yang kronis (chronic fatigue syndrome). 6) Gangguan pernapasan, termasuk gangguan dari kondisi yang ada. 7) Gangguan pada kulit. 8) Sakit kepala, sakit pada punggung bagian bawah, ketegangan otot. 9) Gangguan tidur. 10) Rusaknya fungsi imun tubuh, termasuk risiko tinggi kemungkinan terkena kanker. c. Gejala perilaku Gejala-gejala perilaku yang utama dari stres kerja adalah: 1) Menunda, menghindari pekerjaan, dan absen dari pekerjaan. 2) Menurunnya prestasi ( performance) dan produktivitas. 3) Meningkatnya penggunaan minuman keras dan obat-obatan. 4) Perilaku sabotase dalam pekerjaan. 5) Perilaku makan yang tidak normal (kebanyakan) sebagai pelampiasan, mengarah ke obesitas. 6) Perilaku makan yang tidak normal (kekurangan) sebagai bentuk penarikan diri
dan
kehilangan
berat
badan
secara
tiba-tiba,
kemungkinan
berkombinasi dengan tanda-tanda depresi. 7) Meningkatnya
kecenderungan
berperilaku
beresiko
tinggi,
seperti
menyetir dengan tidak hati-hati dan berjudi. 17
8) Meningkatnya agresivitas, vandalisme, dan kriminalitas. 9) Menurunnya kualitas hubungan interpersonal dengan keluarga dan teman. 10) Kecenderungan untuk melakukan bunuh diri.
2.1.5
Faktor Penyebab Stres Kerja Davis
dan Newstrom ( Dalam Novitasari, 2007:7) stres kerja disebabkan:
a. Adanya tugas yang terlalu banyak Banyaknya tugas tidak selalu menjadi penyebab stres, akan menjadi sumber stres bila banyaknya tugas tidak sebanding dengan kemampuan baik fisik maupun keahlian dan waktu yang tersedia bagi karyawan. b. Supervisor yang kurang pandai Seorang karyawan dalam menjalankan tugas sehari-harinya biasanya di bawah bimbingan sekaligus mempertanggungjawabkan kepada supervisor. Jika seorang supervisor pandai dan menguasai tugas bawahan, ia akan membimbing dan memberi pengarahan atau instruksi secara baik dan benar. c. Terbatasnya waktu dalam mengerjakan pekerjaan Karyawan biasanya mempunyai kemampuan normal menyelesaikan tugas kantor/perusahaan yang dibebankan kepadanya. Kemampuan berkaitan dengan keahlian, pcngalaman, dan waktu yang dimiliki. Dalam kondisi tertentu, pihak atasan seringkali memberikan tugas dengan waktu yang terbatas. Akibatnya, karyawan dikejar waktu untuk menyelesaikan tugas sesuai tepat waktu yang ditetapkan at asan. 18
d. Kurang mendapat tanggung jawab yang memadai. Faktor ini berkaitan dengan hak dan kewajiban karyawan. Atasan sering memberikan tugas kepada bawahannya tanpa diikuti kewenangan (hak) yang memadai. Sehingga, jika harus mengambil keputusan harus berkonsultasi, kadang menyerahkan sepenuhnya pada atasan. e. Perbedaan nilai dengan perusahaan Situasi ini biasanya terjadi pada para karyawan atau manajer yang mempunyai prinsip yang berkaitan dengan profesi yang digeluti maupun prinsip kemanusiaan yang dijunjung tinggi ( altruism ). f. Frustrasi Dalam lingkungan kerja, perasaan frustrasi memang bisa disebabkan banyak faktor. Faktor yang diduga berkaitan dengan frustrasi kerja adalah terhambatnya promosi, ketidakjelasan tugas dan wewenang serta penilaian / evaluasi staf, ketidakpuasan gaji yang diterima. g. Perubahan tipe pekerjaan, khususnya jika hal tersebut tidak umum Situasi ini bisa timbul akibat mutasi yang tidak sesuai dengan keahlian dan jenjang karir yang di lalui atau mutasi pada perusahaan lain, meskipun dalam satu grup namun lokasinya dan status jabatan serta status perusahaannya berada di bawah perusahaan pertama.
19
2.1.6
Strategi Dan Manajemen Stres Kerja
Sebagian para pengidap stres di tempat kerja akibat persaingan, sering melampiaskan dengan cara bekerja lebih keras yang berlebihan. Ini bukanlah cara efektif yang bahkan tidak menghasilkan apa-apa untuk memecahkan sebab dari stres, justru akan menambah masalah lebih jauh. Pemahaman prinsip dasar, menjadi bagian penting agar seseorang mampu merancang solusi terhadap masalah yang muncul terutama yang berkait dengan penyebab stres dalam hubungannya di tempat kerja. Dalam hubungannya dengan tempat kerja, stres dapat timbul pada beberapa tingkat, berjajar dari ketidakmampuan bekerja dengan baik dalam peranan tertentu karena kesalahpahaman atasan atau bawahan. Atau bahkan dari sebab tidak adanya ketrampilan ( khususnya keterampilan manajemen ) hingga sekedar tidak menyukai seseorang dengan siapa harus bekerja secara dekat (Margiati, 1999:76). Maka diperlukan pendekatan yang tepat dalam mengelola stres, ada dua pendekatan yaitu pendekatan Individu dan pendekatan organisasi (Novitasari, 2007:21). a. Pendekatan Individu Seorang karyawan dapat berusaha sendiri untuk mcngurangi level stresnya. Strategi yang bersifat individual yang cukup efektif yaitu; pengelolaan waktu, latihan fisik, latihan relaksasi, dan dukungan sosial.
20
Dengan pengelolaan waktu yang baik maka seorang karyawan dapat menyelesaikan tugas dengan baik, tanpa adanya tuntutan kerja yang tergesa-gesa. Dengan latihan fisik dapat meningkatkan kondisi tubuh agar lebih prima sehingga mampu menghadapi tuntutan tugas yang berat. Selain itu untuk mengurangi stres yang dihadapi pekerja perlu dilakukan kegiatan-kegiatan santai. Dan sebagai strategi terakhir untuk mengurangi stres adalah dengan mengumpulkan sahabat, kolega, keluarga yang akan dapat memberikan dukungan dan saran-saran bagi dirinya. b. Pendekatan Organisasional Beberapa penyebab stres adalah tuntutan dari tugas dan peran serta struktur organisasi yang semuanya dikendalikan oleh manajemen, sehingga faktor-faktor itu dapat diubah. Oleh karena itu strategi-strategi yang mungkin digunakan oleh manajemen untuk mengurangi stres karyawannya adalah melalui seleksi dan penempatan, penetapan tujuan, redesain pekerjaan, pengambilan keputusan partisipatif, komunikasi organisasional, dan program kesejahteraan. Melalui strategi tersebut akan menyebabkan karyawan memperoleh pekerjaan yang sesuai dengan kemampuannya dan mereka bekerja untuk tujuan yang mereka inginkan
21
serta adanya hubungan interpersonal yang sehat serta perawatan terhadap kondisi fisik dan mental. Mendeteksi penyebab stres dan bentuk reaksinya, maka ada tiga pola dalam mengatasi stres, yaitu pola sehat, pola harmonis, dan pola psikologis ( Mangkunegara, 2002:158-159 ) : 1) Pola sehat Pola sehat adalah pola menghadapi stres yang terbaik yaitu dengan kemampuan mengelola perilaku dan tindakan sehingga adanya stres tidak menimbulkan gangguan, akan tetapi menjadi lebih sehat dan berkembang. Mereka yang tergolong kelompok ini biasanya mampu mengelola waktu dan kesibukan dengan cara yang baik dan teratur sehingga ia tidak perlu merasa ada sesuatu yang menekan, meskipun sebenarnya tantangan dan tekanan cukup banyak. 2) Pola harmonis Pola harmonis adalah pola menghadapi stres dengan kemampuan mengelola
waktu
dan
kegiatan
secara
harmonis
dan
tidak
menimbulkan berbagai hambatan. Dengan pola ini, individu mampu mengendalikan berbagai kesibukan dan tantangan dengan cara
22
mengatur waktu secara teratur. Individu tersebut selalu menghadapi tugas secara tepat, dan kalau perlu ia mendelegasikan tugas-tugas tertentu kepada orang lain dengan memberikan kepercayaan penuh. Dengan demikian, akan terjadi keharmonisan dan keseimbangan antara tekanan yang diterima dengan reaksi yang diberikan. Demikian juga terhadap keharmonisan antara dirinya dan lingkungan. 3) Pola patologis. Pola patologis adalah pola menghadapi stres dengan berdampak berbagai gangguan fisik maupun sosial-psikologis. Dalam pola ini, individu akan menghadapi berbagai tantangan dengan cara-cara yang tidak memiliki kemampuan dan keteraturan mengelola tugas dan waktu. Cara ini dapat menimbulkan reaksi-reaksi yang berbahaya karena bisa menimbulkan berbagai masalah-masalah yang buruk. Disamping itu ada juga beberapa cara yang digunakan manusia untuk menghadapi stres ( Sumarta, O.A 2009 : 39 ), yaitu : a. Olahraga Setelah berlari sekitar 30 menit, ketegangan dapat menurun begitu juga dengan aktifitas otak, menjadi berkurang sensitifitasnya terhadap stress. Hal ini dapat terjadi karena olahraga meningkatkan suplai oksigen
23
ke otak dan melepas ketegangan otot. Olahraga juga membantu memobilisasi otot-otot kita sehingga mempercepat aliran darah dan membuka paru-paru untuk mengambil lebih banyak oksigen, dampaknya tidur lebih nyenyak dan kesehatan lebih baik. b. Pijat Bila bayi prematur dapat berkembang lebih baik setelah dipijat, orang dewasa pun ternyata dapat ternyata dapat memperoleh efek yang sama. Hal ini sangat baik untuk relaksasi dan penormalan tekanan darah yang akan memperbaiki kualitas tidur. Dengan cara-cara tertentu orang dapat merasakan manfaat yang besar dalam meredakan stress. c. Meditasi-Relaksasi Terapi yang asalnya dari budaya timur ini juga tampaknya mulai banyak digunakan dan diketahui dapat mengatur arus hormon stress dan membantu menormalkan detak jantung dan tekanan darah. Namun tentu saja pelaksanaan meditasi ini perlu dibimbing oleh ahlinya sebab sensitifitas setiap orang berbeda. d. Dukungan Sosial Kehadiran orang lain dapat membantu kita mengatasi stres. Dengan berbagai perasaan ( terutama dengan teman senasib ) akan membantu meringankan beban yang dirasakan. Seperti penelitian pada penderita kanker yang kemudian lebih menerima dan mempersiapkan keadaan dirinya secara rasional daripada meratapi nasib.
24
e. Aromaterapi Terapi ini dapat memberikan ketenangan dalam mengurangi stres, dengan cara meneteskan aromaterapi pada kapas dan diletakkan ditempat seperti : dalam ruangan, kipas, mobil, pemanas dan pendingin ruangan (AC). f. Tertawa Dengan melakukan tertawa dapat meredakan stres sehingga menjadi lebih rileks, bercandalah dengan rekan kerja anda atau bisa juga dengan membaca buku komik dan cerita lucu. g. Makanan bergizi dan Minum Air Putih 1) Makan makanan karbohidrat komplek sehingga menjaga perasaan tenang dan rileks lebih lama, seperti : sereal, roti gandum. 2) Minum air putih yang banyak untuk menghindari dari kekurangan cairan yang dapat menimbulkan kelelahan. 3) Makanan bergizi yang dapat membantu mengurangi stress seperti sup, madu, jeruk, alpukat, apricot, sayuran berwarna hijau, ketela manis, almond, walnut, kalkun, salmon yang kaya akan lemak dan mengandung asam lemak omega 3. h. Berdoa Memohon doa kepada Tuhan sangat berfungsi sebagai pelindung dan merupakan penyembuhan yang paling baik agar terhindar dari stres.
25
2.2
Produktivitas Kerja
2.2.1
Definisi Produktivitas Kerja
Produktivitas kerja merupakan suatu konsep yang menunjukkan adanya kaitan output dengan input yang dibutuhkan seorang tenaga kerja untuk menghasilkan produk. Pengukuran produktivitas dilakukan dengan melihat jumlah output yang dihasilkan oleh setiap pegawai selama sebulan. Seorang pegawai dapat dikatakan produktiv apabila ia mampu menghasilkan jumlah produk yang lebih banyak dibandingkan dengan pegawai lain dalam waktu yang sama ( J. Ravianto, 1986 ). Menurut Sugeng Budiono (2003) produktivitas mempunyai beberapa pengertian yaitu : 1)
Pengertian fisiologi Produktivitas yaitu sikap mental yang selalu mempunyai pandangan bahwa mutu kehidupan hari ini harus lebih baik dari kemarin, esok harus lebih baik dari hari ini. Pengertian ini mempunyai makna bahwa dalam perusahaan atau pabrik, manajemen harus terus
menerus melakukan
perbaikan proses produksi, sistem kerja,lingkungan kerja dan lain-lain. 2)
Produktivitas merupakan perbandingan antara keluaran (output ) dan masukan (input ). Perumusan ini berlaku untuk perusahaan, industri dan ekonomi
keseluruhannya.
Secara
sederhana
produktivitas
adalah
perbandingan secara ilmu hitung, antara jumlah yang dihasilkan dan jumlah
setiap
sumber
daya
yang
dipergunakan
selama
proses
berlangsung.
26
Dapat dikatakan bahwa produktivitas adalah perbandingan antara hasil dari suatu pekerjaan karyawan dengan pengorbanan yang telah dikeluarkan. Hal ini sesuai dengan pendapat Sondang P. Siagian bahwa produktivitas adalah: ³Kemampuan memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya dari sarana dan prasarana yang tersedia dengan menghasilkan output yang optimal bahkan kalau mungkin yang maksimal.´ Menurut Komarudin,produktivitas pada hakekatnya meliputi sikap yang senantiasa mempunyai pandangan bahwa metode kerja hari ini harus lebih baik dari metode kerja kemarin dan hasil yang dapat diraihesok harus lebih banyak atau lebih bermutu daripada hasil yang diraih hari ini ( Komarudin,1992 : 121 ).
2.2.2
Faktor Yang Mempengaruhi Produktivitas Kerja
Sjahmien Moellfi (2003:75) menyatakan ada 3 faktor yang mempengaruhi produktivitas yaitu : a. Beban kerja Berhubungan langsung dengan beban fisik, mental maupun sosial yang mempengaruhi tenaga kerja sehingga upaya penempatan pekerja yang sesuai dengan kemampuannya perlu diperhatikan. b. Kapasitas kerja Kapasitas kerja adalah kemampuan seseorang untuk menyelesaikan pekerjaannya pada waktu tertentu. Kapasitas kerja sangat bergantung pada jenis kelamin, pendidikan, ketrampilan, usia dan status gizi. c. Beban tambahan akibat lingkungan kerja
27
Lingkungan kerja yang buruk akan memberikan dampak berupa penurunan produktivitas kerja, antara lain: d. Faktor fisik seperti panas, iklim kerja, kebisingan, pencahayaan, dan getaran. e. Faktor kimia seperti bahan- bahan k imia, gas, uap, kabut, debu, partikel. f. Faktor biologis seperti penyakit yang disebabkan infeksi, jamur, virus, dan parasit. g. Fisiologis, letak kesesuaian ukuran tubuh tenaga kerja dengan peralatan, beban kerja, posisi dan cara kerja yang akan mempengaruhi produktivitas kerja. h. Faktor psikologis, berupa kesesuaian antara hubungan kerja antar karyawan sendiri, karyawan atasan, suasana kerja yang kurang baik serta pekerjaan yang monoton.
2.2.3
Pengukuran Produktivitas
Pengukuran produktivitas tenaga kerja menurut sistem pemasukan fisik perorangan/perorang atau per jam kerja orang diterima secara luas, namun dari sudut pandangan/ pengawasan harian, pengukuran-pengukuran tersebut pada umumnya tidak memuaskan, dikarenakan adanya variasi dalam jumlah yang diperlukan untuk memproduksi satu unit produk yang berbeda. Oleh karena itu, digunakan metode pengukuran waktu tenaga kerja (jam, hari atau tahun). Pengeluaran diubah ke dalam unit-unit pekerja yang biasanya diartikan sebagai jumlah kerja yang dapat dilakukan dalam satu jam oleh pekerja yang terpercaya yang bekerja menurut pelaksanaan 28
standar. Karena hasil maupun masukan dapat dinyatakan dalam waktu, produktivitas tenaga kerja dapat dinyatakan sebagai suatu indeks yang sangat sederhana = Hasil dalam jam-jam yang standar : Masukan dalam jam-jam waktu. Untuk mengukur suatu produktivitas perusahaan dapatlah digunakan dua jenis ukuran jam kerja manusia, yakni jam-jam kerja yang harus dibayar dan jam-jam kerja yang dipergunakan untuk bekerja. Jam kerja yang harus dibayar meliputi semua jam-jam kerja yang harus dibayar, ditambah jam-jam yang tidak digunakan untuk bekerja namun harus dibayar, liburan, cuti, libur karena sakit, tugas luar dan sisa lainnya. Jadi bagi keperluan pengukuran umum produktivitas tenaga kerja kita memiliki unit-unit yang diperlukan, yakni: kuantitas hasil dan kuantitas penggunaan masukan tenaga kerja (Sinungan, 2003 : 24-25).
2.3
Hubungan Stres Kerja Dengan Produktivitas
Produktivitas kerja adalah suatu kemampuan untuk melakukan kegiatan yang menghasilkan suatu produk atau hasil kerja sesuai dengan mutu yang ditetapkan dalam waktu yang lebih singkat dari seorang tenaga kerja. Setiap organisasi pada dasarnya akan memiliki kebijakan yang berbeda-beda terhadap sumber daya manusia yang dimilikinya guna mencapai produktivitas kerja karyawan. Dalam pencapaian yang mempengaruhi produktivitas kerja karyawan terdapat banyak faktor yang mempengaruhi produktivitas kerja karyawan antara lain adalah adanya motivasi kerja, disiplin kerja, kepuasan kerja dan stres kerja karyawan bertambah. Keempat yang mempengaruhi produktivitas kerja karyawan tersebut
29
diharapkan mampu memberikan jalan bagi karyawan guna mencapai produktivitas kerja yang lebih baik lagi. Stres kerja merupakan suatu kondisi ketegangan yang menciptakan adanya ketidakseimbangan fisik dan psikis, yang mempengaruhi emosi, proses berfikir dan kondisi seorang karyawan. Salah satu faktor yang mempengaruhi produktivitas kerja adalah kesehatan kerja dimana salah satu didalamnya adalah masalah stres kerja. Stres kerja adalah kondisi atau keadaan yang menunjukkan suatu perubahan fisik yang dipacu oleh berbagai faktor baik psikologis maupun fisik dan dapat juga dipicu oleh kedua faktor tersebut. Masalah stres kerja adalah masalah yang akhir-akhir ini hangat dibicarakan dan posisinya sangat penting dalam kaitannya dengan produktivitas kerja pegawai. Stres kerja sendiri dapat di jumpai pada semua jenis pekerjaan, hanya saja ada beberapa pekerjaan teretentu yang memiliki stres kerja diatas rata-rata pekerjaan lainnya. Penyebab terjadinya stres kerja yaitu faktor- faktor intrinsik pekerjaan, peran individu dalam organisasi, pengembangan karir, hubungan dalam organisasi, struktur organisasi, hubungan di luar organisasi atau pekerjaan, ciri individu. Stres yang dialami oleh tenaga kerja dapat berkembang kearah positif yaitu stres dapat menjadi kekuatan positif bagi tenaga kerja. Adanya dorongan yang tinggi untuk berprestasi membuat makin tinggi tingkat stresnya dan makin tinggi juga produktivitas dan efisiensinya. Tetapi stres juga dapat berkembang kearah negatif yaitu penurunan prestasi kerja, peningkatan ketidakhadiran kerja dan kecenderungan mengalami kecelakaan. Demikian pula jika banyak diantara tenaga kerja di dalam organisasi atau 30
perusahaan mengalami stres kerja, maka roduktivitas dan kesehatan organisasi itu akan terganggu ( Ashar Sunyoto, 2008 : 381 ) Berdasarkan
teori
tersebut
diatas
dapat
diasumsikan
bahwa
dengan
meningkatnya stres kerja maka akan berpengaruh terhadap penurunan produktivitas kerja pada pegawai.
2.4
Kerangka Teori
Berdasarkan teori-teori yang telah dikemukakan pada uraian terdahulu bahwa banyak faktor yang dapat menyebabkan terjadinya stres kerja, diantaranya seperti yang dikemukakan oleh Cary Cooper (1983) dan
Davis
dan Newstrom (dalam
Margiati, 1999:73) berikut ini : Gambar
2.1 Kerangka Teori Hubungan Antara Stres Kerja Dengan Produktivitas Kerja Pada Pegawai di Bagian Manajemen
STRES KERJA
- Kondisi Pekerjaan - Konflik Peran - Pengembangan Karir - Struktur Organisasi
PRODUKTIVITAS KERJA
- Hasil kerja - Tingkat Kehadiran
- Faktor Interpersonal
31
2.5.
Kerangka Konsep Gambar
2.2 Kerangka Konsep Hubungan Antara Stres Kerja Dengan Produktivitas Kerja Pada Pegawai di Bagian Manajemen
Variabel Independen
Variabel dependen
STRES KERJA PRODUKTIVITAS KERJA
- Kondisi Pekerjaan - Konflik Peran
- Hasil Kerja
- Pengembangan Karir
- Kehadiran (Pulang dan Datang Tepat Waktu)
- Faktor Interpersonal - Jarak Tempuh
2.6.
-
Kesesuaian Seragam
Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu penelitian (Setiadi, 2007), terdiri dari : Ho :
Tidak ada hubungan antara stres kerja dengan produktivitas kerja pada pegawai bagian manajemen di RSUD Tg. Uban Provinsi Kepulauan Riau.
Ha :
Ada hubungan antara stres kerja dengan produktivitas kerja pegawai pada bagian manajemen di RSUD Tg. Uban provinsi Kepulauan Riau.
32
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1
Jenis Dan Desain Penelitian
Jenis penelitian ini menggunakan observasional analitik dengan rancangan Cross Sectional , yaitu untuk mengetahui hubungan antara variabel stres kerja dengan produktivitas kerja. Dengan penelitian ini maka dapat dibangun suatu teori yang dapat berfungsi untuk menjelaskan, meramal, memprediksi dan mengontrol suatu gejala. Penelitian ini bersifat kuantitatif karena menggunakan data yang memerlukan perhitungan dan menggunakan analisa kualitatif untuk mendiskripsikan data-data yang sudah diperoleh sehingga akan lebih jelas data tersebut. Pada penelitian ini terdapat dua variabel yang berhubungan, yaitu variabel X ( Stres kerja ) dan variabel Y ( produktivitas kerja ).
3.2
Lokasi Dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Daerah Tg. Uban provinsi Kepulauan Riau di Jl. Indunsuri simpang busung No. 1 Tg. Uban pada bulan Mei 2011.
3.3
Populasi Dan Subjek Penelitian
Populasi penelitian ini adalah seluruh pegawai bagian manajemen yang ada di RSUD Tg. Uban Provinsi Kepri yang berjumlah 50 pegawai.
33
3.4
Besar Sampel
Sampel pada penelitian ini adalah total populasi yaitu seluruh pegawai di bagian manajemen Rumah Sakit Umum Daerah tanjung Uban Provinsi Kepulauan Riau.
3.5
Variabel Penelitian Dan Definisi Operasional
3.5.1
Variabel Penelitian Yang Digunakan Adalah :
a. Variabel bebas / independen (X) Merupakan variabel stimulus atau variabel yang mempengaruhi variabel lain. Dalam penelitian ini variabel indenpende n adalah stres kerja. b. Variabel terikat / dependen (Y) Adalah variabel yang memberikan reaksi atau respon jika dihubungkan dengan
variabel
bebas.
Dalam
penelitian
ini
variabel
dependen
produktivitas kerja.
3.5.2
Definisi Operasional
Definisi operasional dalam penelitian ini adalah variabel yang terdapat di dalamnya yaitu variabel independen dan variabel dependen.
34
Tabel 3.1 Definisi Operasional Hubungan Antara Stres Kerja Dengan Produktivitas Kerja Pegawai
Variabel
Stres Kerja
Defenisi Operasional
Alat/ Cara Ukur
Variabel Independen Stres kerja Kuesioner adalah suatu keadaan yang bersifat internal, yang bisa disebabkan oleh tuntutan fisik, atau lingkungan, dan situasi sosial yang berpotensi merusak dan tidak terkontrol. Sumbersumber stres kerja yaitu : 1.Kondisi pekerjaan 2.konflik peran 3.pengembang an karir 4.Struktur organisasi 5.Beban kerja
Parameter
Untuk kepentingan analisa maka : 0.Dikatakan buruk apabila nilai total skor < Nilai Tengah 1.Dikatakan baik apabila nilai total skor >Nilai Tengah
Skala Ukur
Hasil Ukur
Ordinal 0= Stres Berat 1 = Stres Ringan
Variabel Dependen Produktivit as Kerja
Produktivitas kerja merupakan suatu konsep yang menunjukkan
Lembar Observasi (Melakuka n Observasi Kepada
0. Produktiv Ordinal itas buruk apabila nilai total skor < Nilai
0=Produkt ivitas Buruk 1=
35
adanya kaitan output dengan input yang dibutuhkan seorang tenaga kerja untuk menghasilkan produk.
staff yang meliputi Aktivitas, kehadiran, dan kesesuaian seragam)
tengah 1. Produktivi tas baik apabila nilai total skor > Nilai Tengah
Produktivi tas Baik
Sumber DO : menurut M organ & King (1986), J. Ravianto (1986).
3.6
Jenis Dan Cara Pengumpulan Data
Jenis penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional study. Peneliti menggunakan alat pengumpul data berupa kuesioner kemudian mengkompositkan atau menggabungkan nilai-nilai yang terdapat di dalam kuesioner yang masing-masing jawaban pernyataan telah diberikan skor atau nilai. Kuesioner terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer yaitu data yang diperoleh secara langsung subyek yang diteliti dengan menggunakan kuesioner dan observasi serta penilaian dari atasan. Data sekunder yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung dari objek yang diteliti dengan melihat jumlah kehadiran pada rekapitulasi absensi pegawai di bagian kepegawaian, daftar penilaian prestasi kerja pegawai (DP3), dan T ime and M otion Study.
3.7
Pengolahan Data
Setelah dikumpul, selanjutnya dilakukan pengolahan data dengan langkahlangkah sebagai berikut :
36
3.7.1
Editing
Data yang sudah dikumpul kemudian diperiksa kembali untuk mengetahui kelengkapan pengisian ( jawaban ) dan kesalahan serta konsistensi jawaban.
3.7.2
Coding
Pemberian kode untuk setiapa jawaban agar dapat dikonversikan dengan angka dan memudahkan dalam memasukkan data.
3.7.3
Entry
Memproses data agar dapat dianalisis dengan cara memindahkan data dari kuesioner kedalam master table, atau menggunakan sistim SPSS.
3.7.4
Cleaning
Pengecekan kembali data yang sudah dimasukkan kedalam tabel atau kedalam program (SPSS) versi 17, agar tidak terjadi kesalahan hasil dari data yang telah terkumpul.
3.8
Analisis Data
3.8.1
Analisa Univariat
Analisa yang dimaksud untuk mengetahui gambaran setiap variabel yang disajikan dalam bentuk tabel ditribusi frekwensi dari variabel-variabel yang diteliti baik variabel independen yaitu faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik, maupun variabel dependen. 37
3.8.2
Analisa Bivariat
Analisa ini dapat melihat hubungan antara dua variabel yaitu variabel independen dengan variabel dependen. Selanjutnya untuk melihat adanya hubungan kedua variabel digunakan uji Chi-Square dengan P < 0,05 . x² = (0-E) ² E
Keterangan : 2
x = Nilai Chi ± Square = Penjumlahan 0 = Frekuensi pengamatan untuk setiap kategori E = Frekuensi yang dilakukan untuk setiap kategori Menghubungkan antara variabel independen dengan dependen dengan melalui bantuan komputer program Windows SPSS 17,0.
3.9
Jadwal Penelitian
Dalam bagian ini diuraikan langkah- langkah kegiatan mulai dari menyusun proposal penelitian sampai dengan penulisan sebagai berikut : Tabel 3.2 Jadwal Kegiatan Penelitian
No
1
Kegiatan
Penyusunan Proposal
Bulan
April
Mei
Juni
Juli
Keterangan
Akhir April 2011
38
2
Penyusunan Instrument
Awal April 2011
3
Seminar Proposal
Pertengahan Mei 2011
4
Perbaikan Proposal
Pertengahan Mei 2011
5
Persiapan lapangan
Pertengahan Mei 2011
6
Pengumpulan data
Awal Juni 2011
7
Pengolahan data
Pertengahan Juni 2011
8
Analisa data
Pertengahan Juni 2011
9
Penyusunan Laporan
Pertengahan Juli 2011
Akhir 10
Ujian Sidang
Pertengahan Juli 2011
39
DAFTAR PUSTAKA
Andraeni,Ni Nyoman Novitasari.2007. P engaruh Stres Kerja
T erhadap M otivasi
kerja dan Kinerja Karyawan PT . H. M Sampoerna T bk Surabaya. Tesis Tidak diterbitkan. Surabaya : Program Pasca Sarjana Pengembangan Sumber Daya Manusia Universitas Airlangga. Badran, A.2009. Resep Sehat dan terhindar dari Stress.Jakarta: KinzaBooks Beehr,T dan Newman,J.1978.Stres Kerja ( Wordpress.com ). Diakses 5 mei 2011 Budianto 2009,Company P rofile RSU D Kepulauan Riau.2009.RSUD Tg. Uban Prov Kepri Cooper.1983.Stres M anagement yang Sukses.Jakarta:Kesain Blanc Dwi Retnaningtyas. 2005. Hubungan Antara Stres Kerja Dengan P roduktivitas Kerja Di Bagian Linting Rokok PT Gentong Gotri Semarang Jacinta F Rini,2002:73 Summary Of Citing Internet Sites, Stres Kerja ( online), ( A:/e-Psikologi. Htm, diakses 5 mei 2011) Jere Yates.1979. Artikel Kesehatan Jiwa,Lembaga Pers Mahasiswa Ekonomi Universitas Muhammadiyah Jember. J.Ravianto.1986. P engukuran P roduktivitas.Yogyakarta:Kanisius. Notoatmodjo, S.2010. M etodologi P enelitian kesehatan.Jakarta:PT Rineka Cipta. Sjahmien,M.2003.Ilmu Gizi.Jakarta: PT Papas sinar S inanti Bhatara. Sinungan.2003. P engukuran
produktivitas
T enaga
Kerja,(online),(http://jurnal
sdm.blogspot.com/2009/07/produktivitas-kerja-definisi-dan.html,diakses
14
Mei 2011) . Sugeng,B.2003.Bunga
Rampai
Hiperkes
dan
KK.Semarang:Badan
Penerbit
Universitas Diponegoro.
40