BAB II TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep Dasar Medis Obesitas Anak.
1. Definisi Obesitas adalah keadaan patologis dengan terdapatnya penimbunan lemak yang berlebihan daripada yang diperlukan untuk fungsi tubuh. (Arief Mansjoer, dkk) Obesitas merupakan keadaaan Indeks Massa Tubuh (IMT) anak yang berada diatas persentil ke 95 pada grafik tumbuh kembang anak sesuai jenis kelaminnya. (Institute of medicine (IOM) di AS)
2. Etiologi. Secara ilmiah, obesitas terjadi akibat mengkonsumsi kalori yang lebih banyak dari yang diperlukan oleh tubuh / pemasukan makan yang berlebihan ke dalam tubuh. Penyebab terjadinya ketidakseimbangan antara asupan dan pembakaran kalori ini masih belum jelas. Terjadinya obesitas melibatkan beberapa factor: a. Masukan energi yang melebihi dari kebutuhan tubuh 1) Pada Bayi a) Bayi yang minum susu botol yang selalu dipaksakan oleh ibunya, bahwa setiap kali minum harus habis. b) Kebiasaan untuk memberikan minuman / atau makanan setiap kali menangis.
c) Pemberian makanan tambahan tinggi kalori pada usia yang terlalu dini. d) Jenis susu yang diberikan osmolaritasnya tinggi (terlalu kental, terlalu manis, kalorinya tinggi), sehingga bayi selalu haus / minta minum.
2) Faktor Psikis Apa
yang
mempengaruhi
ada
di
kebiasaan
dalam
pikiran
makannya.
sesorang
Banyak
orang
bisa yang
memberikan reaksi terhadap emosinya dengan makan. Salah satu bentuk gangguan emosi adalah persepsi diri yang negatif. Gangguan ini merupakan masalah yang serius pada banyak wanita muda yang menderita obesitas, dan bisa menimbulkan kesadaran yang berlebihan tentang kegemukannya serta rasa tidak nyaman dalam pergaulan sosial. Ada dua pola makan abnormal yaitu: makan dalam jumlah yang sangat banyak (binge) dan makan di malam hari (sindroma makan pada malam hari). Kedua pola makan ini biasanya dipicu oleh stress dan kekecewaan. Binge mirip dengan bulimia nervosa, dimana seseorang makan dalam jumlah yang sangat banyak, bedanya pada binge hal ini tidak diikuti dengan memuntahkan kembali apa yang telah dimakan. Sebagai akibatnya kalori yang dikonsumsi sangat banyak. Pada sindroma makan pada malam hari, adalah berkurangnya nafsu makan di pagi hari h ari dan diikuti dengan makan yang berlebihan, be rlebihan, agitasi dan insomnia pada malam hari.
3) Gaya hidup masa kini
Kecenderungan anak-anak sekarang suka makanan “fast food” yang berkalori tinggi seperti : Hamburger, Pizza, Ayam goreng dengan kentang goreng, ice cream, aneka makan mie, dll.
b. Penggunaan kalori yang kurang Berkurangnnya pemakaian energi dapat terjadi pada anak yang kurang aktivitas fisiknya, seharian nonton TV, dll. Lebih-lebih kalau nonton TV sambil tidak berhenti makan, maka cenderungan menjadi obesitas akan menjadi besar.
c. Faktor lingkungan Gen merupakan factor yang penting dalam berbagai kasus obesitas, tetapi lingkungan seseorang juga memegang peranan yang cukup berarti. Lingkungan ini termasuk perilaku / pola gaya hidup (misalnya apa yang dimakan dan berapa kali seseorang makan serta bagaimana aktifitasnya). Seseorang tentu saja tidak dapat mengubah pola genetiknya, tetapi dia dapat mengubah pola makan dan aktifitasnya.
d. Faktor kesehatan Beberapa penyakit bisa menyebabkan obesitas, diantaranya: 1) Sindroma yang diwariskan, contohnya: sindroma cushing, sindroma prader-willi 2) Hormonal Kelenjar pituitary dan fungsi hipotalamus.
Penyebab yang jarang dari obesitas adalah fungsi hipotalamus yang abnormal. Sehingga terjadi hiperfagia (nafsu makan yang berlebihan) karena gangguan pada pusat kenyang di otak. Beberapa kelainan saraf yang bisa menyebabkan seseorang banyak makan seperti : lesi-lesi hipotalamus, hipofisis, dan lesi otak yang lain.
e. Factor perkembangan Penambahan
ukuran
atau
jumlah
sel-sel
lemak
(atau
keduanya) menyebabkan bertambahnya jumlah lemak yang disimpan dalam tubuh. Penderita obesitas, terutama yang menjadi gemuk pada masa kanak-kanak bisa memiliki sel lemak sampai lima kali lebih banyak dibandingkan dengan orang yang berat badannya normal. Jumlah sel-sel lemak tidak dapat dikurangi, karena itu penurunan berat badan hanya dapat dilakukan dengan cara mengurangi jumlah lemak di dalam setiap sel.
f.
Aktivitas fisik Kurang aktifitas fisik kemungkinan merupakan salah satu penyebab utama dari meningkatnya angka kejadia n obesitas di tengah masyarakat yang makmur. Orang-orang yang tidak aktif memerlukan sedikit kalori. Seseorang yang cenderung mengkonsumsi makanan kaya lemak dan tidak melakukan aktifitas fisik yang seimbang, akan mengalami obesitas.
Untuk terjadinya obesitas tidak hanya tergantung dari berbagai macam penyebab yang telah disebutkan di atas, tetapi dipengaruhi oleh faktor-faktor predisposisi lainnya misalnya : a. Herediter (faktor keturunan)
Kecenderungan menjadi gemuk pada keluarga tertentu. Kalau salah satu orang tuanya obesitas, maka anaknya mempunyai resiko 40% menjadi obesitas, sedangkan kalau kedua orang tuanya obesitas, maka resiko menjadi 80%. b. Suku / Bangsa Pada suku / bangsa tertentu kadang-kadang terlihat banyak anggotanya yang menderita obesitas. c. Pandangan masyarakat yang salah, yaitu bayi yang sehat adalah yang bayi yang gemuk. d. Anak cacat, anak aktifitasnya kurang karena problem fisik/ cara mengasuh. e. Umur orang tua yang sudah lanjut baru punya anak, anak tunggal, anak “mahal”, anak dari orang tua tunggal, dll. f.
Meningkatnya keadaan social ekonomi seseorang. Orang tua yang dulunya berasal dari keluarga yang kurang mampu, maka
mereka
cenderung
memberikan
makanan
sebanyak-
banyaknya pada anak-anaknya. Atau keluarga yang migrasi dari Negara berkembang ke Negara yang maju atau kaya. g. Obat-obatan Obat-obat tertentu (misalnya steroid dan beberapa anti-depresi) bisa menyebabkan penambahan berat badan.
3. Patofisiologi Terjadinya obesitas menurut jumlah sel lemak, adalah sebagai berikut : a. Jumlah sel lemak normal, tetapi terjadi hipertrofi / pembesaran. b. Jumlah sel lemak meningkat / hiperplasi dan juga t erjadi hipertrofi. Penambahan dan pembesaran jumlah sel lemak paling cepat pada masa anak-anak dan mencapai puncaknya pada masa meningkat dewasa. Setelah masa dewasa tidak akan terjadi penambahan jumlah sel, tetapi
hanya terjadi pembesaran sel. Obesitas yang terjadi pada masa anak selain hiperplasi juga terjadi hipertrofi. Sedangkan obesitas yang terjadi setelah masa dewasa pada umumnya han ya terjadi hipertrofi pada sel lemak. Obesitas pada anak terjadi kalau intake kalori berlebihan, terutama pada tahun pertama kehidupan. Rangsangan untuk meningkatkan jumlah sel terus berlanjut sampai dewasa, setelah itu terjadi pembesaran sel saja. Sehingga kalau terjadi penurunan berat badan setelah masa dewasa, bukan karena jumlah sel lemaknya yang berkurang tetapi besarnya sel yang berkurang. Disamping itu, pada penderita obesitas juga menjadi resisten terhadap hormone insulin, sehingga kadar insulin dalam peredaran darah akan meningkat. Insulin berfungsi untuk menurunkan lipolisis dan meningkatkan pembentukan jaringan lemak.
Phatway
4. Manifestasi Klinis. Obesitas dapat terjadi pada usia berapa saja, tetapi yang tersering pada tahun pertama kehidupan, usia 5 – 6 tahun dan pada masa remaja. Gejala obesitas antara lain : a. Anak dengan obesitas lebih berat dari anak seusianya (terlihat sangat gemuk). b. Pertumbuhan tulangnya lebih cepat matang dan lebih berkembang. Anak yang obesitas relatif lebih tinggi pada masa remaja awal, tetapi pertumbuhan memanjangnya selesai lebih cepat, sehingga hasil akhirnya mempunyai tinggi badan yang lebih pendek dari usia sebayana. c. Bentuk muka anak tidak proporsional, hidung dan mulut terlihat kecil, dagu ganda (double chin). d. Terdapat timbunan lemak pada daerah payudara adipositas (buah dada seolah-olah berkembang) yang biasanya terjadi pada anak lakilaki. e. Penis pada anak laki-laki terlihat kecil, oleh karena sebagian organ tersebut tersembunyi dalam jaringan lemak pubis. f.
Paha dan lengan atas besar, jari-jari tangan relative kecil dan runcing.
g. Perut menggantung dan sering disertai strie. h. Sering terjadi gangguan psikologis, baik sebagai penyebab ataupun sebagai akibat dari obesitasnya. i.
Anak lebih cepat mencapai masa pubertas.
j.
Terjadi gangguan pernafasan dan sesak nafas. Penimbunan lemak yang berlebihan di dalam diafragma dan di dalam dinding dada bisa menekan paru-paru sehingga timbul gangguan pernafasan dan sesak nafas meskipun penderita hanya melakukan aktifitas ringan. Biasanya terjadi pada saat tidur dan menyebabkan
terhentinya pernafasan untuk sementara waktu (tidur apneu) sehingga pada siang hari penderitanya sering merasa ngantuk. 5. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan diagnostic a. DEXA (dual energy X-ray absorptiometry), menyerupai skening tulang. Sinar X digunakan untuk menentukan jumlah dan lokasi dari lemak tubuh. b. BOD
POD
merupakan
telahdikomputerisasi. POD,jumlah
ruang
Setelah
udara
yang
berbentuk
seseorang
tersisa
digunakan
telur
yang
memasuki
BOD
untuk
mengukur
lemaktubuh. c. Jangka kulit, ketebalan lipatan kulit di beberapa bagian tubuh diukur dengan jangka (suatu alat terbuat dari logam yangmenyerupai forseps). Bioelectric impedance analysis (analisa tahanan bioelektrik),penderita berdiri diatas skala khusus dan sejumlah arus listrik yangtidak berbahaya dialirkan
ke
seluruh
tubuh
lalu
dianalisa.
(http://id.wikipedia.org/wiki/Obesitas)
Pemeriksaan laboratorium a. Test Darah Selama pemeriksaan fisik, dokter akan mengeluarkan tes darahuntuk memeriksa kondisi banyak termasuk diabetes, kolesteroltinggi, masalah jantung, dan gangguan hati. Dengan tes darah,dokter mungkin dapat menangkap dan merawat kondisi tertentusebelum mereka menjadi masalah.
6. Komplikasi Berbagai keadaan yang erat hubungannya dengan obesitas, baik yang terjadi pada masa bayi maupun masa dewasa, antara lain : a. Terhadap kesehatan Obesitas ringan sampai sedang, morbiditasnya kecil pada masa anakanak. Tetapi bila obesitas masih terjadi setelah masa dewasa, maka morbiditas maupun mortalitasnya akan meningkat. Terdapat korelasi positif antara tingkat obesitas dengan berbagai penyakit infeksi, kecuali TBC. Morbiditas dan mortalitas yang tinggi tersebut, dikaitkan dengan menurunnya respons imunologik sel T dan aktivitas sel polimorfonuklear. b. Saluran pernafasan Pada bayi, obesitas merupakan resiko terjadinya infeksi saluran pernapasan bagian bawah, karena terbatasnya kapasitas paru-paru. Adanya hipertrofi tonsil dan adenoid akan mengakibatkan obstruksi saluran nafas bagian atas, sehingga mangakibatkan anoksia dan saturasi oksigen rendah, yang disebut sindrom Chubby Puffer. Obstruksi kronis saluran pernapasan dengan hipertrofi tonsil dan adenoid, dapat mengakibatkan gangguan tidur, gejala jantung dan kadar oksigen dalam darah yang abnormal. Keluhan lainnya adalah nafas yang pendek. c. Kulit Kulit sering lecet karena gesekan. Anak merasa gerah / panas, sering disertai miliaria, maupun jamur pada lipatan kulit.
d. Ortopedi Anak yang obesitas pergerakannya lambat. Sering terdapat kelainan ortopedi seperti Legg-Perthee disease, genu valgum, slipped femoral capital epiphyses, tibia vara, dll. e. Efek psikologis Kurang percaya diri. Anak pada masa remaja yang obesitas biasanya pasif dan depresi. Karena sering tidak dilibatkan pada kegiatan yang dilakukan oleh teman sebayanya, juga sulit mendapatkan pacar karena merasa potongan tubuhnya jelek, tidak modis, merasa rendah diri sehingga mengisolasi dari pergaulan teman-temannya. Gangguan kejiwaan ini juga dapat sebagai penyebab terjadinya obesitas, yaitu dengan melampiaskan stress yang dialaminya kemakanan. f.
Bila obesitas pada masa anak terus berlanjut sampai masa dewasa, dapat mengakibatkan : 1) Hipertensi pada masa adolensi. 2) Hiperlipidemia,
ateroskerosis,
penyakit
jantung
koroner,
hipertensi maligna pada dewasa. 3) Diabetes. 4) Sindrom Pickwickian merupakan komplikasi yang berat dari obesitas dewasa, yaitu gangguan pada jantung dan pernapasan, hipoventilasi.
Dengan
manifestasi
polisitemia,
hipoksemia,
sianosis, pembesaran jantung, gagal jantung kongestif, dan somnolen. Kita harus berhati-hati pada pemberian oksigen konsentrasi tinggi pada anak ini. Usaha pengurusan badan sangat penting kalau terjadi komplikasi ini. 5) Maturitas seksual lebih awal, menstruasi sering tidak teratur.
7. Penatalaksanaan a. Penatalaksanaan Keperawatan Tujuan pengobatan obesitas pada anak berbeda dengan pengobatan obesitas dewasa, karena tujuannya hanya menghambat laju kenaikan berat badan yang pesat tersebut dan tidak boleh diit terlalu ketat. Sehingga pengaturan diitnya harus dipertimbangkan bahwa anak masih dalam masa pertumbuhan. Olah raga atau aktifitas tubuh yang teratur sangat penting dalam upaya penatalaksanaan obesitas pada anak. Pada prinsipnya, pengobatan pada anak dengan obesitas adalah sebagai berikut: 1) Memperbaiki factor penyebab, misalnya kesalahan cara pengasuhan maupun factor kejiwaan. 2) Motivasi penderita obesitas dewasa tentang perlunya pengurusan badan. Sedangkan orang tua atau bayi anak yang obesitas harus dimotivasi tentang pentingnya memperlambat kenaikan berat badan bayi atau anaknya. 3) Memberikan diit rendah kalori yang seimbang untuk memperlambat kenaikan berat badan. 4) Menganjurkan penderita untuk olah raga yang teratur atau anak bermain secara aktif sehingga banyak energi yang digunakan. Baik terapi diet maupun psikoterapi harus diberikan kepada seluruh keluarga sehinga seolah-olah turut serta dalam usaha pencapaian berat badan tersebut. Cara pengaturan diitnya adalah sebagai berikut : 1) Pada bayi yang mengalami obesitas, tujuan terapi untuk menurunkan berat badannya seperti pada obesitas dewasa tetapi memperlambat kecepatan kenaikan berat badannya. Bayi diberikan diit sesuai
dengan
kebutuhan
kkal/kg.BB/hari
normal
untuk
bayi
untuk kurang
pertumbuhan, dari
6
yaitu
bulan
dan
110 90
kkal/kg.BB/hari untuk bayi lebih dari 6 bulan. Susu botol jumlahnya harus dikurangi dengan cara diselingi dengan air tawar. Tidak dianjurkan memberikan susu yang diencerkan, susu rendah / lemak. Disamping itu kita anjurkan pada ibunya agar anak tidak digendong saja, tetapi dibiarkan melakukan aktifitas. 2) Pada anak pra sekolah yang mengalami obesitas, kenaikan berat badannya harus diperlambat, dengan memberikan diet seimbang 60 kkal/kg.BB perhari. Atau bisa juga dari makanan keluarga dengan porsi kecil dan menghindari makanan yang mengandung kalori tinggi. Selain itu kita harus mendorong anak untuk melakukan aktifitas fisik dan mencegah menonton tv berlebihan. 3) Pada anak usia sekolah (pra pubertas) yang obesitas, kita berusaha mempertahankan berat badan anak dan menaikkan tinggi badannya. Diet yang diberikan sekitar 1200 kkal/hari atau sekitar 60 kkal/kg.BB perhari. Mendorong anak melakukan aktifitas fisik secara sendirisendiri maupun secara berkelompok. Hindari menonton tv terlalu lama dan makan makanan yang berkalori tinggi. 4) Pada obesitas dewasa, kita harus menurunkan berat badannya untuk mencapai berat badan yang diharapkan sesuai dengan tinggi badannya. Diet yang diberikan sekitar 850 kkal/hari, atau kalau ingin menurunkan berat badan 500 gram/minggu, kurangi kalorinya 500 kkal/hari. Selain itu dorong untuk melakukan aktifitas, baik sendirisendiri maupun berkelompok. Mendorong anak agar mau melakukan interaksi dengan teman-temannya.
b. Penatalaksanaan Medis Terapi pengobatan Ada 2 jenis utama obat-obatan yang digunakan untuk mengatasi obesitas: 1) Obat anti obesitas yang mengurangi nafsu makan, obat ini bekerja dengan
cara
meningkatkan
kadar
neurotransmitter
pada
persambungan diantara ujung-ujung syaraf di otak ( sinaps ). Macammacam obat anti obesitas : a) Fenfluramin ( fen ) dan deksfenfluramin, kedua obat ini menekan nafsu makan terutama dengan meningkatkan pelepasan serotonin oleh sel-sel syaraf. Efek dari fen dapat menyebabkan hipertensi pulmoner dan efek dari deksfen menyebabkan katup jantung. b) Fentermin,
menekan
nafsu
makan
dengan
menyebabkan
pelepasan norepinefrin oleh sel-sel syaraf. 2) Obat yang menghalangi penyerapan zat gizi dari usus, antara lain : orlistat (menghalangi penyerapan lemak di usus).
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian Pengkajian merupakan langkah pertama dari proses keperawatandengan mengumpulkan data-data yang akurat dari klien sehingga akandiketahui berbagai permasalahan yang ada. Adapun pengkajian pada klien anak obesitas adalah : a. Anamnesis : 1) Saat mulainya timbul obesitas : prenatal, early adiposityrebound , remaja 2) Riwayat tumbuh kembang (mendukung obesitasendogenous) 3) Adanya keluhan : ngorok ( snoring), restless sleep, nyeripinggul
4) Riwayat gaya hidup : a) Pola makan/kebiasaan makan b) Pola aktifitas fisik : sering menonton televisi 5) Riwayat keluarga dengan obesitas (faktor genetik), yangdisertai dengan resiko seperti penyakit kardiovaskuler di usiamuda, hiperkolesterolemia, hipertensi dan diabetes melitus tipeII
b. Pemeriksaan fisik : Adanya gejala klinis obesitas seperti diatas c. Pemeriksaan penunjang analisis diet, laboratoris, radiologis, ekokardiografi fungsiparu (jika ada tanda-tanda kelainan).
dan
tes
d. Pemeriksaan antropometri : Pengukuran berat badan (BB) dibandingkan berat badan ideal(BBI). BBI adalah berat badan menurut tinggi badan ideal. Disebutobesitas bila BB > 120% BB Ideal.Rumus BrocaBerat badan ideal berdasarkan rumus Broca adalah sebagi berikut :Berat badan ideal = (TB-100) - 10% (TB-100)Dari perhitungan rumus tersebut, jika berat badan seseorangmelebihi angka 15% dari berat badan normal (TB100), maka iadapat dikategorikan dalam tingkat kegemukan (obese). e. Pengukuran indeks massa tubuh (IMT). Obesitas bila IMT P > 95kurva IMT berdasarkan umur dan jenis kelamin dari CDCWHO.Metode Indeks Massa Tubuh (IMT)Metode IMT sangat cocok bagi orang-orang yang ingin mengetahuiberat badannya ditinjau dari segi kesehatan. Keuntungan utama daripenggunaan IMT adalah praktis, obyektif, dan mempunyai nilaibiologis. Berdasarkan usia anak, hasil perhitungan nilai IMT dibagi menjadiempat kategori berikut : 1) IMT dibawah persentil 5 disebut kekurangan berat badan(underweight) 2) IMT diantara persentil 5-85 disebut normal (normal weight) 3) IMT diantara persentil 85-95 disebut memiliki risiko kelebihanberat badan (at risk of overweight) 4) IMT diatas persentil 95 disebut kelebihan berat badan(overweight),
(http://putrimuttz.blogspot.com/2009/10/obesitas padaanak_01.html) Cara pintar mengatasi kegemukan anak 1) Pengukuran
lemak
subkutan
dengan
mengukur skinfold
thickness(tebal lipatan kulit/TLK). Obesitas bila TLK Triceps P > 85. 2) Pengukuran
lemak
secara
laboratorik,
misalnya
densitometri,hidrometri 2. Diagnosa Keperawatan. Menurut
Nanda
merupakankeputusan
(1990),
klinis
bahwa
mengenai
diagnosa
seseorang,
keperawatan keluarga,
atau
masyarakatsebagai akibat dari masalah kesehatan atau proses kehidupan yangaktual atau potensial. Adapun diagnosa keperawatan pada pasien anak dengan obesitas yang mungkin timbul adalah: a. Perubahan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan disfungsi pola makan, factor herediter b. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan obesitas. c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan gaya hidup monoton, fisik yang besar. d. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan tidak adanya atau kurang olah raga, gizi buruk, kerentanan individu. e. Gangguan harga diri berhubungan dengan persepsi penampilan fisik, internalisasi umpan balik negative.
3. Intervensi Keperawatan. a. Perubahan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan disfungsi pola makan, factor herediter. Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan status nutrisi seimbang dan BB ideal. Kriteria hasil: 1) Pasien akan mendekati berat badan ideal 2) Mengalami asupan yang adekuat, tetapi tidak berlebihan, menyangkut kaori, lemak, karbohidrat, vitamin, mineral, besi dan kalsium 3) Menahan diri untuk tidak makan banyak dalam satu waktu
Intervensi 1. Kaji pola makan klien
Rasional 1. Mengetahui
2. Kaji lingkungan makan
dimakan,
3. Ajarkan kepada pasien atau keluarga
yang
segala
termasuk
dimakan,
sesuatu waktu
dimanan
yang jumlah
makanan
tentang pemilihan makanan yang
tersebut dikonsumsi, aktivitas yang
tepat
dilakukan selama makan, perasaan
4. Bantu dengan menyesuaikan diet terhadap gaya hidup dan tingkat aktivitas. 5. Timbang berat badan pasien dalam interval yang tepat 6. Kolaborasi dengan ahli gizi dalam menentuknan diit yang sesuai untuk pasien
pada waktu makan, dan sebagainya 2. untuk menentukan kemungkinan efek pada obesitan ( dimanan, dengan siapa, aktivitas saat makan ) 3. untuk mengendalikan jumlah lemak dna kalori yang dikandung oleh suatu makanan 4. untuk mengetahui jangkauan aktivitas dan mobilitas klien
5. Mengetahui perubahan berat badan klien 6. Memberikan nutrisi yang tepat dan seimbang
b. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan obesitas. Tujuan:
setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan
3x24
jam
diharapkan pola nafas pasien dapat adekuat Kriteria hasil : Pasien atau keluarga akan 1) Kedalaman inspirasi dan kemudahan bernafas 2) Frekuensi respirasi dalam batas normal Usia
Frekuensi nafas per menit
BBL
35 – 40
0 – 1 th
30 – 50
1 – 3 th
25 – 32
4 – 11 th
20 – 30
12 – 18 th
16 – 19
3) Tidak ada nafas pendek Intervensi
Rasional
1. Kaji pola napas
1. Mengetahui adanya kelainan sistem pernapasan
2. Berikan oksigenasi
2. Mencukupi kebutuhan oksigen yang adekuat
3. Pantau respirasi yang berbunyi seperti mendengkur 4. Posisikan
3. Mendengkur
merupakan
tanda
adanya obstruksi jalan napas pasien
untuk
mengoptimalkan pernafasan seperti posisi semi fowler.
4. Posisi
semi
fowler
memberi
kelonggaran jalan napas. 5. kecemasan memperburuk keadaan
5. Pantau
peningkatan
kegelisahan,
saluran napas klien.
ansietas dan tersengal-sengal
c.
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan gaya hidup monoton,
fisik yang besar. Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pasien dapat beraktifitas dengan normal Kriteria hasil: 1) Pasien akan meningkatkan aktivitas fisik 2) Tingkat daya tahan adekuat untuk beraktifitas 3) Menyeimbangkan aktivitas dan istirahat
Intervensi
Rasional
1. Kaji pola aktivitas dan minat pasien
1. Mengetahui aktivitas yang perlu dan
untuk meningkatkan aktivitas 2. Motivasi berjalan,
aktivitas
rutin
naik
tangga,
yyang tidak perlu dilakukan seperti dan
sebagainya
2. Mendorong klien memulai olahraga kecil tapi bermanfaat 3. motivasi tujuan yang sederhana dan
3. Rencanakan aktivitas dengan pasien
realities dapat dicapai oleh pasien
atau keluarga yang meningkatkan
yang meningkatkan kemandirian dan
kemandirian dan daya tahan.
daya tahan
4. Motivasi aktivitas yang menekankan perbaikan
diri
bukan
kompetisi
untuk menghindari rasa gagal dan perasaan ditolak
4. Mendorong
klien
memahami
kebutuhan aktivitas bagi dirinya 5. Motivasi
keluarga
percaya diri klien
meningkatkat
5. Anjurkan
keluarga
pasien
untuk
membantu aktivitas pasien dalam meningkatkan kemandirian dan daya tahan
serta
mengajarkan
kepada
keluarga mengenai aktivitas pasien
d. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan tidak adanya atau kurang olah raga, gizi buruk, kerentanan individu Tujuan:
setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan
3x24
jam
diharapkan koping individu kembali efektif Kriteria hasil: 1) mengidentifikasikan
kekuatan
personal
yang
dapat
mengembangkan koping yang efektif 2) menggunakan pernyataan verbal dan nonverbal yang sesuai dengan situasimelaporkan penurunan perasaan negative Intervensi
Rasional
1. Nilai kesesuaian pasien terhadap
1. Mengajarkan klien untuk menerima
gambaran diri dan dampak dari situasi kehidupan pasien terhadap peran dan hubungannya dengan orang lain 2. Berikan factual
2. Mengurangi
kecemasan
informasi yang
-
terkait
informasi dengan
keluarga
meyakinkan
suasana penerimaan
klien
dan
ciptakan
dalam
mengekspresikan perasaannya 4. mendorong
kenyamanan diri klien
secara optimal. 5. Mengurangi ansietas klien
3. Gunakan pendekatan yang tenang
klien
terhadap penyakitnya. 3. Memudahkan
penyakit kepada pasien maupun
dan
keadaan dirinya.
4. Turunkan rangsangan lingkungan yang dapat disalah artikan sebagai suatu ancaman 5. Dukung
pengungkapan
secara
verbal tentang perasaan, persepsi dan ketakutan
e.
Gangguan harga diri berhubungan dengan persepsi penampilan
fisik, internalisasi umpan balik negative. Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x 24 jam diharapkan harga diri meningkat. Kriteria hasil: 1) Mengungkapkan penerimaan diri secara verbal 2) Menerima kritikan dari orang lain 3) Menceritakan keberhasilan dalam sekolah atau kelompok social Intervensi
Rasional
1. Tentukan rasa percaya diri pasien
1. mengetahui tingkat percaya diri
dalam penilaian diri
klien
2. Ajarkan orang tua akan pentingnya ketertarikan
dan
dukungannya
terhadap perkembangan konsep diri yang positif pada anak 3. Hindari
tindakan
pencapaian
yang
dapat
penghargaan
3. menghindari terjadinya penurunan
4. Mengoptimalkan potensi yang telah ada
keberhasilan
sebelumnya 5. Berikan
perkembangan pada anak
percaya diri klien
melemahkan pasien 4. Kaji
2. membantu menghilangkan kelainan
5. memenuhi diri klien
atau
pujian
terhadap perkembangan pasien dalam
kebutuhan
aktualisasi
pencapaian