BAB 1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Geofisika adalah ilmu yang mempelajari bumi dengan menggunakan metode fisika dan logika geologi untuk mempelajari struktur bawah permukaan bumi.Dalam pengaplikasiannya metode geofisika dapat menggunakan sumber-sumber pengukuran yang berbeda. Salah satu sumber yang digunakan dapat berupa sumber kelistrikan.Metode yang menggunakan sumber kelistrikan ini salah satunya adalah metode resistivitas.Metode resistivitas adalah salah satu metode aktif geolistrik yang digunakan untuk mengetahui nilai resistivitas dari lapisan atau batuan, sangat berguna untuk mengetahui kemungkinan adanya lapisan akifer, yaitu lapisan batuan yang merupakan lapisan pembawa air. Umumnya lapisan akifer yang dicari adalah yang diapit oleh lapisan batuan kedap air pada bagian bawah dan bagian atas.
Geolistrik sendiri dapat digunakan untuk mendeteksi adanya lapisan tambang yang mempunyai kontras resistivitas dengan lapisan batuan pada bagian atas dan bawahnya.Selain itu, dapat digunakan juga untuk mengetahui perkiraan kedalaman bedrock untuk fondasi bangunan. Metode Geolistrik juga bisa untuk menduga adanya panas bumi di bawah permukaan. Mengingat besarnya sumber daya alam di Indonesia, rasanya sangat penting untuk memahami tentang metode Geolistrik dan langkah-langkah dalam menggunakan metode ini.Oleh karena itu makalah tentang Geolistrik ini dibuat.
Metode geolistrik terdiri dari beberapa konfigurasi, misalnya yang ke 4 buah elektrodanya terletak dalam satu garis lurus dengan posisi elektroda AB dan MN yang simetris terhadap titik pusat pada kedua sisi yaitu konfigurasi Wenner dan Schlumberger. Setiap konfigurasi mempunyai metoda perhitungan tersendiri untuk mengetahui nilai ketebalan dan tahanan jenis batuan di bawah permukaan.Metoda geolistrik konfigurasi Schlumberger merupakan metoda favorit yang banyak digunakan untuk mengetahui karakteristik lapisan batuan bawah permukaan dengan biaya survei yang relatif murah.
Umumnya lapisan batuan tidak mempunyai sifat homogen sempurna, seperti yang dipersyaratkan pada pengukuran geolistrik. Untuk posisi lapisan batuan yang terletak dekat dengan permukaan tanah akan sangat berpengaruh terhadap hasil pengukuran tegangan dan ini akan membuat data geolistrik menjadi menyimpang dari nilai sebenarnya. Yang dapat mempengaruhi homogenitas lapisan batuan adalah fragmen batuan lain yang menyisip pada lapisan, faktor ketidakseragaman dari pelapukan batuan induk, material yang terkandung pada jalan, genangan air setempat, perpipaan dari bahan logam yang bisa menghantar arus listrik, pagar kawat yang terhubung ke tanah dsbnya.
'Spontaneous Potential' yaitu tegangan listrik alami yang umumnya terdapat pada lapisan batuan disebabkan oleh adanya larutan penghantar yang secara kimiawi menimbulkan perbedaan tegangan pada mineral-mineral dari lapisan batuan yang berbeda juga akan menyebabkan ketidak-homogenan lapisan batuan. Perbedaan tegangan listrik ini umumnya relatif kecil, tetapi bila digunakan konfigurasi Schlumberger dengan jarak elektroda AB yang panjang dan jarak MN yang relatif pendek, maka ada kemungkinan tegangan listrik alami tersebut ikut menyumbang pada hasil pengukuran tegangan listrik pada elektroda MN, sehingga data yang terukur menjadi kurang benar.
Untuk mengatasi adanya tegangan listrik alami ini hendaknya sebelum dilakukan pengaliran arus listrik, multimeter diset pada tegangan listrik alami tersebut dan kedudukan awal dari multimeter dibuat menjadi nol. Dengan demikian alat ukur multimeter akan menunjukkan tegangan listrik yang benar-benar diakibatkan oleh pengiriman arus pada elektroda AB. Multimeter yang mempunyai fasilitas seperti ini hanya terdapat pada multimeter dengan akurasi tinggi.
Rumusan masalah
Apa yang dimaksud dengan geolistrik?
Bagaimanakah cara kerja dari geolistrik?
Konfigurasi apa saja yang digunakan dalam geolistrik?
Bagaimana prinsip kerja hokum Ohm?
Bagaimana konsep resistivitas dengan menggunakan konfigurasi Wenner Schlumberger?
Bagaimana cara pengambilan data di lapangan, pengolahan data, dan interpretasi data?
Tujuan
Untuk mengetahui pengertian geolistrik.
Untuk mengetahui cara kerja geolistrik.
Untuk mengetahui konfigurasi-konfigurasi geolistrik.
Untuk memahami prinsip hukum ohm.
Untuk memahami konsep resistivitas dengan menggunakan konfigurasi wenner schlumberger.
Untuk memahami cara pengambilan data di lapangan, pengolahan data, dan interpretasi data.
Manfaat
Dapat mengetahui pengertian geolistrik.
Dapat mengetahui cara kerja geolistrik.
Dapat mengetahui konfigurasi-konfigurasi geolistrik.
Dapat memahami prinsip hukum ohm.
Dapat memahami konsep resistivitas dengan menggunakan konfigurasi wenner schlumberger.
Dapat memahami cara pengambilan data di lapangan, pengolahan data, dan interpretasi data.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian geolistrik
Metode geofisika merupakan ilmu yang mempelajari tentang bumi dengan penggunaan pengukuran fisik pada atau dia atas permukaan. Dari sisi lain geofisika mempelajari semua isis bumi baik yang terlihat maupun tidak terlihat langsung oleh pengukuran sifat fisik dengan penyesuaian yang pada umumnya pada permuakaan .
Geolistrik adalah suatu metoda eksplorasi geofisika untuk menyelidiki keadaan bawah permukaan dengan menggunakan sifat-sifat kelistrikan batuan. Sifat-sifat kelistrikan tersebut adalah, antara lain. tahanan jenis (specific resistivity, conductivity, dielectrical constant, kemampuan menimbulkan self potential dan medan induksi serta sifat menyimpan potensial dan lain-lain.
Metoda geolistrik menempati tempat yang unik pada klasifikasi geolistrik. Metoda – metoda ekpslorasi geolistrik sangat beragam, ada metoda yang dapat dimasukkan dalam kategori dinamis, akan tetapi ada juga yang dapat dimasukkan kedalam kategori statis. Salah satu keunikan lain dari metoda geolistrik adalah terpecah-pecaah menjadi bermacam-macam mazhab (aliran atau school) yang berbeda satu dengan yang lain.
Pendugaan geolistrik dilakukan dengan menghantarkan arus listrik (beda I) buatan kedalam tanah melalui batang elektroda arus , kemudian mengukur beda potensial (beda V) pada elektroda lain. Hasil pencatatan akan dapat mengetahui tahanan jenis bahan yang dilalui oleh arus listrik dapat diketahui dengan Hukum Ohm yaitu :
R = V/I
R = V/I
dimana R = tahanan (ohm/mohm), V= beda potensial listrik (volt/mvolt) dan I = beda arus listrik dalam amper/mampe).
Dengan memanfaatkan nilai tahanan jenis ini maka aplikasi metoda geolistrik telah digunakan pada berbagai bidang ilmu yaitu :
Regional Geology untuk mengetahui struktur, stratigrafi dan sedimentasi.
Hidrogeologi/Geohidrologi untuk mengetahui muka air tanah, akuifer, stratigrafi , intrusi air laut.
Geologi Teknik untuk mengetahui struktur, startigrafi, permeabilitas dan porositas batuan, batuan dasar , pondasi , kontruksi bangunan teknis.
Pertambangan untuk mengetahui endapan plaser, stratigrafi, struktur, penyebaran endapan mineral.
Archeology untuk mengetahui dasar candi, candi terpendam, tanah galian lama.
Panas bumi (geothermal) mengetahui kedalaman, penyebaran, low resistivity daerah panas bumi.
Minyak untuk mengetahui struktur, minyak, air dan kontak air dan minyak serta porositas , water content (well logging geophysic).
Cara Kerja Dari Geolistrik
Umumnya metoda geolistrik yang sering digunakan adalah yang menggunakan 4 buah elektroda yang terletak dalam satu garis lurus serta simetris terhadap titik tengah, yaitu 2 buah elektroda arus (AB) di bagian luar dan 2 buah elektroda tegangan (MN) di bagian dalam.
Kombinasi dari jarak AB/2, jarak MN/2, besarnya arus listrik yang dialirkan serta tegangan listrik yang terjadi akan didapat suatu harga tahanan jenis semu ('Apparent Resistivity'). Disebut tahanan jenis semu karena tahanan jenis yang terhitung tersebut merupakan gabungan dari banyak lapisan batuan di bawah permukaan yang dilalui arus listrik.Bila satu set hasil pengukuran tahanan jenis semu dari jarak AB terpendek sampai yang terpanjang tersebut digambarkan pada grafik logaritma ganda dengan jarak AB/2 sebagai sumbu-X dan tahanan jenis semu sebagai sumbu Y, maka akan didapat suatu bentuk kurva data geolistrik. Dari kurva data tersebut bisa dihitung dan diduga sifat lapisan batuan di bawah permukaan.
Umumnya, metode resistivitas ini hanya baik untuk eksplorasi dangkal, yaitu sekitar 100 meter. Jika kedalaman lapisan lebih dari harga tersebut, informasi yang diperoleh kurang akurat, hal ini disebabkan karena melemahnya arus listrik untuk jarak bentang yang semakin besar. Karena itu, metode ini jarang digunakan untuk eksplorasi dalam. Sebagai contoh eksplorasi minyak. Metode resistivitas lebih banyak digunakan dalam bidang enginering geology (seperti penentuan kedalaman batuan dasar), pencarian reservoir air, pendeteksian intrusi air laut, dan pencarian ladang geotermal.
Untuk mengatasi adanya tegangan listrik alami ini hendaknya sebelum dilakukan pengaliran arus listrik, multimeter diset pada tegangan listrik alami tersebut dan kedudukan awal dari multimeter dibuat menjadi nol. Dengan demikian alat ukur multimeter akan menunjukkan tegangan listrik yang benar-benar diakibatkan oleh pengiriman arus pada elektroda AB. Multimeter yang mempunyai fasilitas seperti ini hanya terdapat pada multimeter dengan akurasi tinggi.
Gambar.1. Cara Kerja Metode Geolistrik
Macam-Macam Konfigursi Dalam Geolistrik
Konfigurasi Wenner
Keunggulan dari konfigurasi Wenner ini adalah ketelitian pembacaan tegangan pada elektroda MN lebih baik dengan angka yang relatif besar karena elektroda MN yang relatif dekat dengan elektroda AB. Disini bisa digunakan alat ukur multimeter dengan impedansi yang relatif lebih kecil. Sedangkan kelemahannya adalah tidak bisa mendeteksi homogenitas batuan di dekat permukaan yang bisa berpengaruh terhadap hasil perhitungan. Data yang didapat dari cara konfigurasi Wenner, sangat sulit untuk menghilangkan factor non homogenitas batuan, sehingga hasil perhitungan menjadi kurang akurat.
Konfigurasi Schlumberger
Pada konfigurasi Schlumberger idealnya jarak MN dibuat sekecil-kecilnya, sehingga jarak MN secara teoritis tidak berubah. Tetapi karena keterbatasan kepekaan alat ukur, maka ketika jarak AB sudah relatif besar maka jarak MN hendaknya dirubah. Perubahan jarak MN hendaknya tidak lebih besar dari 1/5 jarak AB.
Kelemahan dari konfigurasi Schlumberger ini adalah pembacaan tegangan pada elektroda MN adalah lebih kecil terutama ketika jarak AB yang relatif jauh, sehingga diperlukan alat ukur multimeter yang mempunyai karakteristik 'high impedance' dengan akurasi tinggi yaitu yang bisa mendisplay tegangan minimal 4 digit atau 2 digit di belakang koma. Atau dengan cara lain diperlukan peralatan pengirim arus yang mempunyai tegangan listrik DC yang sangat tinggi.
Sedangkan keunggulan konfigurasi Schlumberger ini adalah kemampuan untuk mendeteksi adanya non-homogenitas lapisan batuan pada permukaan, yaitu dengan membandingkan nilai resistivitas semu ketika terjadi perubahan jarak elektroda MN/2.
Agar pembacaan tegangan pada elektroda MN bisa dipercaya, maka ketika jarak AB relatif besar hendaknya jarak elektroda MN juga diperbesar. Pertimbangan perubahan jarak elektroda MN terhadap jarak elektroda AB yaitu ketika pembacaan tegangan listrik pada multimeter sudah demikian kecil, misalnya 1.0 milliVolt.
Umumnya perubahan jarak MN bisa dilakukan bila telah tercapai perbandingan antara jarak MN berbanding jarak AB = 1 : 20. Perbandingan yang lebih kecil misalnya 1 : 50 bisa dilakukan bila mempunyai alat utama pengirim arus yang mempunyai keluaran tegangan listrik DC sangat besar, katakanlah 1000 Volt atau lebih, sehingga beda tegangan yang terukur pada elektroda MN tidak lebih kecil dari 1.0 milliVolt.
Gambar 4. Konfigurasi Schlumberger
Konfigurasi Dipole-Dipole
Selain konfigurasi Wenner dan Schlumberger, konfigurasi yang dapat digunakan adalah Pole-pole, Pole-dipole dan Dipole-dipole. Pada konfigurasi Pole-pole, hanya digunakan satu elektrode untuk arus dan satu elektrode untuk potensial. Sedangkan elektrode yang lain ditempatkan pada sekitar lokasi penelitian dengan jarak minimum 20 kali spasi terpanjang C1-P1 terhadap lintasan pengukuran. Sedangkan untuk konfigurasi Pole-dipole digunakan satu elektrode arus dan dua elektrode potensial. Untuk elektrode arus C2 ditempatkan pada sekitar lokasi penelitian dengan jarak minimum 5 kali spasi terpanjang C1-P1. Sehingga untuk penelitian skala laboratorium yang mungkin digunakan adalah konfigurasi Dipole-dipole.
Pada konfigurasi Dipole-dipole, dua elektrode arus dan dua elektrode potensial ditempatkan terpisah dengan jarak na, sedangkan spasi masing-masing elektrode a. Pengukuran dilakukan dengan memindahkan elektrode potensial pada suatu penampang dengan elektrode arus tetap, kemudian pemindahan elektrode arus pada spasi n berikutnya diikuti oleh pemindahan elektrode potensial sepanjang lintasan seterusnya hingga pengukuran elektrode arus pada titik terakhir di lintasan itu.
Gambar 5. Konfigurasi Dipole-Dipole
Bagaimana prinsip kerja hokum Ohm?
Bagaimana konsep resistivitas dengan menggunakan konfigurasi Wenner Schlumberger?
Bagaimana cara pengambilan data di lapangan, pengolahan data, dan interpretasi data?
PEMBAHASAN
ALAT DAN BAHAN
Satu unit peralatan Resistivity MeterG-Sound
Gambar 1AlatResistivity meterG-Sound
Empat buah elektroda
Terdiri dari dua elektroda arus C1 dan C2 serta dua elektroda potensial P1 dan P2.
Roll meter
Digunakan untuk mengukur jarak lintasan dan spasi antar elektroda.
Empat buah gulungan kabel
Digunakan untuk menghubungkan elektroda dengan alat geolistrik.
Aki
Digunakan sebagai sumber tegangan.
Lima buah Handy talky (HT)
Global Positioning System (GPS)
Untuk mengetahui posisi titik pengukuran.
Palu
Untuk membuat patok pada masing-masing titik pengukuran.
Satu unit laptop, lengkap dengan perangkat lunak :
Microsoft excel
Software Res2dinv
Buku kerja dan alat tulis
LANGKAH KERJA
Dalam penelitian ini digunakan metode geolistrik resistivitas dengan konfigurasiWenner-schlumberger..Prosedur penelitian secara garis besar dibagi menjadi 3 tahapan, yaitu tahap akuisisi data, pengolahan data dan interpretasi data.
Akuisisi Data Geolistrik Resistivitas
Metode pengukuran pada penelitian ini menerapkan prinsip pengukuran 2 dimensi dengan 1 lintasan.. Tahapan akuisisi data pada penelitian ini, yaitu :
Menentukan lintasan sepanjang 100 m
Menempatkan elektroda-elektroda arus (C1 dan C2) dan tegangan (P1 dan P2)sesuai dengan konfigurasi Wenner-schlumberger.
Elektroda C1 pada posisi 0 m, P1 padaposisi 5 m, P2 padaposisi 6 m dan C2 padaposisi 9m
. Gambar 1. Susunan elektroda konfigurasi wenner
Menghubungkan elektroda arus (C1 dan C2) dan potensial (P1 dan P2) dengan alat resistivity meter.
Menginjeksikan arus ke dalam bumi melalui elektroda arus (C1 dan C2).
Mencatat besarnya nilai kuat arus (I)dan beda potensial ()yang terukur pada resistivity meter.
Memindahkan elektroda arus (C1 dan C2) dan potensial (P1 dan P2) pada jarak ke-2 yang telah ditentukan. Mencatat (I) dan () yang terukur.
Lakukan langkah 6 sampai elektroda potensial (P2)dan elektroda arus (C2) berada pada jarak bentangan maksimum, yaitu pada posisi 95 m dan 100 m..
Lakukan langkah 6, 7, 8 dan berkali-kali secara berurutan untuk n=2,3,4,5,6
Pengolahan Data Geolistrik Resistivitas
Data yang dihasilkan pada tahap akuisisi data berupa ,I, posisi elektroda arus (C1 dan C2), posisi elektroda potensial (P1 dan P2). Data ini selanjutnya diolah menggunakan microsoft exel untuk mendapatkan nilai resistivitas semu (ρa) kemudian dilakukan proses inversi menggunakan software Res2dinv. Data yang akan diinput dalam software Res2dinv terlebih dahulu disimpan dalam ekstensi (*.dat) dengan format penulisan seperti gambar di bawah.
Gambar 2. Contoh data input lintasan pengukuran yang akan diinversi
menggunakan software Res2dinv.
File yang telah disimpan dalam format txt (*.dat) kemudian diinversi menggunakan softwareRes2dinv untuk memperoleh nilai resistivitas sebenarnya(). Hasil dari proses inversi Res2dinv akan ditampilakan dalam bentuk penampang 2D (pseudosection) yang menyatakan distribusi nilai resistivitas pada arah lateral. Berdasarkan hasil distribusi nilai resistivitas dalam penampang 2D dapat diketahui lapisan struktur bawah permukaannya.
Proses inversi oleh software Res2dinv
Berikut ini langkah – langkah yang harus dilakukan pada tahap proses inversi data oleh software Res2dinv :
Proses pembacaan file dengan mengklik File pada software Res2dinv kemudian read data file.
Setelah file terbaca, lakukan proses inversi dengan mengklik inversion – least square inversion.
Setelah proses inversi selesai, akan ditampilakan penampang resistivitas 2D (pseudosection). Bilamana nilai RMS error masih terlihat cukup besar maka dapat dilakukan proses editing dengan mengklik Edit – exterminated bad datum point. Proses ini dilakukan mengklik datum – datum pengukuran yang dianggap tidak sesuai dengan tren datum lain pada daerah tersebut (Gambar 4).
Gambar 3. Tampilan datum pengukuran pada proses editing
Tampilan diatas merupakan tampilan datum point pengukuran, dengan melihat persebaran datum pengukuran untuk tiap lintasan, dapat diketahui nilai mana yang dapat dibuang (removed).
Setelah proses editing selesai maka tampilan dari display section terdiri dari 3 bagian, yaitu : measured apparent resistivity, calculated apparent resistivity dan inverse model resistivity. Measured apparent resistivity adalah tampilan sebaran data yang kita ukur di lapangan/hasil ploting dari data mentah di lapangan. Calculated apparent resistivity merupakan data hasil perhitungan yang dilakukan oleh software Res2dinv. Inverse model resistivity merupakan hasil akhir dari proses – proses inversi pada software Res2dinv (true resistivity)
Interpretasi Data
Hasil inversi distribusi nilai resistivitas batuan dalam penampang 2 dimensi, kemudian dikorelasikan dengan, data tabel nilai resistivitas batuan (Terlampir). Dari nilai resistivitas data diketahui struktur bawah ermukaan daerah penelitian.
METODE PENGUMPULAN DATA
Metode pengumpulan merupakan metode pengambilan data lapangan dengan menggunakan metode resistivity 2D konfigurasi Wenner-schlumberger, Data diperoleh dengan menginjeksikan arus kedalam bumi dan mengukur bedapotensial yang dihasilkan.
HASIL PENGAMATAN
Tabel 2.1 Hasil Pengamatan Arus dan Tegangan
N
A (m)
M (m)
N (m)
B (m)
i1
v1
i2
v2
1
0
5
10
15
0.47
0.369
0.46
0.371
5
10
15
20
0.45
0.259
0.45
0.25
10
15
20
25
0.33
2,533
0.33
2,566
15
20
25
30
0.31
3,092
0.3
3,095
20
25
30
35
0.48
3,387
0.47
3,384
25
30
35
40
0.26
2,754
0.27
2,796
30
35
40
45
0.08
0.774
0.06
0.772
35
40
45
50
0.47
3,652
0.47
3,682
40
45
50
55
0.4
4.15
0.4
4.16
45
50
55
60
0.09
0.519
0.08
0.522
50
55
60
65
0.03
3,186
0.05
3,187
55
60
65
70
0.02
1,671
0.02
1,614
60
65
70
75
0.47
2,234
0.47
2.09
65
70
75
80
40.2
1.72
40.4
1,433
70
75
80
85
62.8
2,418
63.8
2,478
75
80
85
90
47.8
0.598
48.1
1,397
80
85
90
95
57.1
1,699
56.9
1,633
85
90
95
100
98.5
0.616
99.7
0.656
2
0
10
20
30
28.03
0
27.02
0.362
10
20
30
40
47.4
0.545
47.6
0.555
20
30
40
50
56.3
0.713
56.2
0.715
30
40
50
60
28.5
0.281
28.3
0.28
40
50
60
70
44.1
0.419
44.2
0.425
50
60
70
80
43.2
0.353
42.9
0.353
60
70
80
90
45.5
0.512
45.3
0.51
70
80
90
100
65.6
0.658
66.7
0.632
3
0
15
30
45
30.67
0.496
30.86
0.582
15
30
45
60
44.1
0.275
44.1
0.274
30
45
60
75
33.06
0.204
33.12
0.202
45
60
75
90
41.9
0.259
42
0.274
4
0
20
40
60
30.08
0.167
30.04
0.166
20
40
60
80
15.03
0.088
15.94
0.088
40
60
80
100
67.5
0.369
67.1
0.366
5
0
25
50
75
32.86
0.143
32.88
0.145
25
50
75
100
16.63
0.077
16.63
0.078
6
0
30
60
90
36.41
0.189
36.72
0.19
ANALISIS DATA
Metode analisis data yang digunakan dalam eksperimen ini adalah analisis data menggunakan program Ms. Excel dan analisis peta distribusi nilai resistivitas yang digambarkan melalui variasi warna.
DATA
(terlampir).
Analisis eksperimen
Gambar. Hasil Inversi Data 2D
PEMBAHASAN
Geolistrik merupakan salah satu metoda geofisika untuk mengetahui perubahan tahanan jenis lapisan batuan di bawah permukaan tanah dengan cara mengalirkan arus listrik DC ('Direct Current') yang mempunyai tegangan tinggi ke dalam tanah. Injeksi arus listrik ini menggunakan 2 buah 'Elektroda Arus' A dan B yang ditancapkan ke dalam tanah dengan jarak tertentu. Semakin panjang jarak elektroda AB akan menyebabkan aliran arus listrik bisa menembus lapisan batuan lebih dalam.
Umumnya metoda geolistrik yang sering digunakan adalah yang menggunakan 4 buah elektroda yang terletak dalamsatu garis lurus serta simetris terhadap titik tengah, yaitu 2 buah elektroda arus (AB) di bagian luar dan 2 buah elektroda ntegangan (MN) di bagian dalam. Kombinasi dari jarak AB/2, jarak MN/2, besarnya arus listrik yang dialirkan serta tegangan listrik yang terjadi akan didapat suatu harga tahanan jenis semu ('Apparent Resistivity'). Disebut tahanan jenis semu karena tahanan jenis yang terhitung tersebut merupakan gabungan dari banyak lapisan batuan di bawah permukaan yang dilalui arus listrik.
Bila satu set hasil pengukuran tahanan jenis semu dari jarak AB terpendek sampai yang terpanjang tersebut digambarkan pada grafik logaritma ganda dengan jarak AB/2 sebagai sumbu-X dan tahanan jenis semu sebagai sumbu Y, maka akan didapat suatu bentuk kurva data geolistrik. Dari kurva data tersebut bisa dihitung dan diduga sifat lapisan batuan di bawah permukaan.
Dalam eksplorasi metode geolistrik terdapat berbagai jenis konfigurasi elektroda, seperti konfigurasi Schlumberger, konfigurasi Wenner, konfigurasi Wenner-Schlumberger, konfigurasi Dipole-dipole, konfigurasi Pole-dipole, konfigurasi Pole-pole dan konfigurasi Square. Dari berbagai jenis konfigurasi ini menentukan faktor geometri (k) dan dari konfigurasi inilah yang menentukan hasil untuk interpretasi penentuan nilai resistivitas bawah permukaan.
Hukum Ohm menyatakan bahwa besar arus listrik yang mengalir melalui sebuah penghantar selalu berbanding lurus dengan beda potensial yang diterapkan kepadanya. Sebuah benda penghantar dikatakan mematuhi hukum Ohm apabila nilai resistansinya tidak bergantung terhadap besar dan polaritas beda potensial yang dikenakan kepadanya.
Tahanan jenis merupakan salah satu sifat fisis dari suatu material dengan diketahuinya harga tahanan jenis maka dapat diketahui jenis materialnya.Hubungan antara panjang bentang elektroda dengan nilai resisrivitas adalah berbanding terbalik sesuai dengan rumus resistivitas.Metode tahanan jenis didasari oleh hukum Ohm, bertujuan mengetahui jenis pelapisan batuan didasarkan pada distribusi nilai resistivitas pada tiap lapisan. Dengan menginjeksikan arus melalui dua elektroda arus maka beda potensial yang muncul dapat terukur dari elektroda potensial.
Berdasarkan hasil pengamatan dari praktikum yang telah dilakukan, resistivitas dari material penyusun lapisan bawah permukaan bumi di salah satu lokasi Geopark Rinjani, Sembalun Lawan, NTB berkisar antara 0,004 Ωm sampai 82.125 Ωm. jika ditinjau dari nilai resitivitasnya terdapat empat jenis material penyusun bawah permukaan tanah yang praktikan teliti kali ini. material- material penyusun tersebut terdiri dari Soil, Sandstone (batu pasir), Marls dan Tuffs. Soil adalah substrate buatan yang diformulasikan dari tanah dan unsur-unsur yang lain yang diperkaya dengan kandungan mineral. komposisi utamanya adalah tanah, clay, abu vulkanik, lempung dan lain-lain. Dimana Soil ini hanya akan terdapat pada resivitas yang menunjukkan nilai berkisar dari 1-10 Ωm. Sandstone (batu pasir) adalah batuan sedimen yang terutama terdiri dari mineral berukuran pasir atau butir- butir batuan. Sebagian besar batu- batu pasir terbentuk olek kuarsa atau feldspar karena mineral- mineral tersebut paling banyak terdapat di kulit bumi. Seperti halnya pasir , batu pasir dapat memiliki berbagai jenis warna, dengan warna umum adalah coklat muda, coklat, kuning, merah, abu-abu, dan putih . Karena lapisan batu pasir sering kali membentuk karang atau bentukan fotografis tinggi lainnya, warna tertentu batu pasir dapat di identikkan dengan daerah tertentu .dimana Sandstone (batu pasir) ini hanya akan terdapat pada resivitas yang menunjukkan nilai berkisar dari 200-8000 Ωm .Tuffs atau batu putih, adalah jenis batuan piroklastik yang mengandung debu vulkanik yang dikeluarkan selama letusan gunung berapi . Tuffs sebenarnya sama dengan tufa. Namun, istilah "Tufa" lebih sering digunakan dibidang konstruksi sedangkan "Tuffs" di gunakan dalam bidang Geologi.Dimana Tuffs ini hanya akan terdapat pada resivitas yang menunjukkan nilai berkisar dari 2000-100.000 Ωm. Batuan Marls adalah batu lempung yang mempunyai komposisi karbonat yang tinggi. Batuan ini mengandung sejumlah lanau dan lempung.mineral karbonat yang dominan pada kebanyakan Marls adalah kalsit, namun mineral – mineral karbonat lain seperti argonit , dolomit, dan siderite juga dapat hadir. Dimana Marls ini hanya akan terdapat pada resivitas yang menunjukkan nilai berkisar dari 3-70 Ωm.
Dalam proses praktikum geolistrik yang dilakukan pada salah satu lokasi GEOPARK RINJANI terdapat beberapa kendala yang ditemui di lapangan seperti tidak terbacanya arus pada multimeter digital hal tersebut dikarenakan keringnya medan yang menjadi objek praktikum sehingga di butuhkan larutan elektrolit untuk menjaga keelektrolitan tanah agar arus mudah mengalir sehingga dapat terbaca oleh multimeter digitan. Larutan elektrolit ini dibuat dengan mencampurkan garam ke dalam air.Kesalahan lain juga timbul adri praktikan yang kurang terampil dalam mengoperasikan alat serta bahan yang digunakan pada praktikum geolistrik ini.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN