KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang menggenggam segenap hati manusia, yang tak satupun luput dari penglihtan dan pendengaran Sang Maha Melihat dan Maha Mendengar karena atas ridho dan kehendaknya Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ Konsep Manajemen Nyeri”. Nyeri”. Shalawat serta salam kita curahkan pada panutan alam Nabi Muhammad SAW yang jejak risalnya memberikan bekal hidup menuju kepatian keselamatan dunia dan akhirat. Dalam penyusunan makalah ini, penulis menyadari ketidakmampuan dan keterbatasan ilmu pengetahuan yang dimiliki penulis.Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun sehingga penulisan ini dapat disempurnakan. Akhir kata kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini, penulis mengucapkan mengucapkan banyak terima kasih. Semoga Allah senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua.Aamiin.
Bandung, September 2016
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................. ................................................................... ............................................ .......................... .... i DAFTAR ISI .................................................... .......................................................................... ............................................. ................................. .......... ii BAB I PENDAHULUAN.............................................................. .................................................................................... ......................... ... 1 A. Latar Belakang .......................................... ................................................................ ............................................ ............................. ....... 1 B. Rumusan Masalah ............................................ .................................................................. ............................................ ...................... 2 C. Tujuan ............................................ .................................................................. ............................................ ........................................ .................. 2 1.
Tujuan umum ............................................ .................................................................. ............................................ ......................... ... 2
2.
Tujuan khusus............................................ .................................................................. ............................................ ......................... ... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................ ................................................................... ................................. .......... 3 A. Pengertian Nyeri............................................... Nyeri..................................................................... ............................................ ...................... 3 B. Sifat Nyeri Nyeri ......................................... ............................................................... ............................................. ..................................... .............. 3 C. Kriteria Nyeri Nyeri ............................................ .................................................................. ............................................ ............................. ....... 4 D. Klasifikasi Nyeri Nyeri ........................................... ................................................................. ............................................ ......................... ... 4 E.
Pengukuran Intensitas Nyeri ........................................... .................................................................. ............................. ...... 6
F.
Manajemen Nyeri .......................................... ................................................................ ............................................ ......................... ... 9
BAB III PEMBAHASAN.............................................................. .................................................................................... ........................ 13 BAB IV PENUTUP ......................................... ............................................................... ............................................ ............................... ......... 14 A. Simpulan ........................................... .................................................................. ............................................. .................................. ............ 14 B. Saran........................................... ................................................................. ............................................ .......................................... .................... 14 DAFTAR PUSTAKA .......................................... ................................................................ ............................................ ........................... ..... 15
ii
BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rasa nyeri merupakan stresor yang dapat menimbulkan stress dan
ketegangan dimana individu dapat berespon secara biologis dan perilaku yang menimbulkan respon fisik dan psikis. Respon fisik meliputi perubahan keadaan umum, wajah, denyut nadi, pernafasan, suhu badan, sikap badan, dan apabila nafas makin berat dapat menyebabkan kolaps kardiovaskuler dan syok, sedangkan respon psikis akibat nyeri dapat merangsang respon stress yang dapat mengurangi sistem imun dalam peradangan, serta menghambat penyembuhan respon yang lebih parah akan mengarah pada ancaman merusak diri sendiri (Corwin, 2001). Nyeri adalah sensasi yang sangat tidak menyenangkan dan sangat individual yang tidak dapat dibagi dengan orang lain. Nyeri dapat memenuhi seluruh pikiran seseorang, mengubah kehidupan orang tersebut. Akan tetapi, nyeri adalah konsep yang sulit dikomunikasikan oleh klien (Berman,2009) Adapun teknik untuk mengurangi rasa nyeri, salah satunya adalah teknik relak sasi nafas dalam. Teknik relaksasi nafas dalam merupakan suatu bentuk asuhan keperawatan, yang dalam hal ini perawat mengajarkan kepada klien bagaimana cara melakukan nafas dalam, nafas lambat
(menahan
inspirasi
secara
maksimal)
dan
bagaimana
menghembuskan nafas secara perlahan Selain dapat menurunkan intensitas nyeri, teknik relaksasi nafas dalam juga dapat meningkatkan ventilasi paru dan meningkatkan oksigenasi darah (Smeltzer dan Bare, 2002). Teknik relaksasi nafas dalam merupakan salah satu metode manajemen nyeri non farmakologi. Menurut Brunner & Suddart, 2001 beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa relaksasi nafas dalam sangat efektif dalam menurunkan nyeri.
1
B. Rumusan Masalah Berdasarkan penjelasan di atas maka rumusan masalah yang kami angkat
yaitu mengenai “konsep manajemen nyeri”. C. Tujuan 1. Tujuan umum Untuk mengetahui konsep manajemen nyeri. 2. Tujuan khusus a. Untuk menganalisis konsep manajemen nyeri.
b. Untuk menganalisis tentang teknik relaksasi nafas dalam.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Nyeri Internasional Association for Study of Pain (IASP), mendefenisikan
nyeri sebagai suatu sensori subjektif dan pengalaman emosional yang tidak menyenangkan yang berkaitan dengan kerusakan jaringan yang bersifat akut yang dirasakan dalam kejadian-kejadian dimana terjadi kerusakan (Potter & Perry, 2005). Nyeri
adalah
mekanisme
perlindungan, yang menyebabkan
seseorang menarik diri dari atau menghindari sumber nyeri dan mencari bantuan atau terapi. Nyeri adalah pengalaman sensori nyeri dan emosional yang tidak menyenangkan yang berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual dan potensial yang tidak menyenagkan yang terlokalisasi pada suatu bagian tubuh ataupun sering disebut dengan istilah distruktif dimana jaringan rasanya seperti di tusuk-tusuk, panas terbakar, melilit, seperti emosi, perasaan takut dan mual (Judha, 2012). B. Sifat Nyeri Nyeri bersifat subjektif dan sangat bersifat individual. Menurut
Mahon (1994), menemukan empat atribut pasti untuk pengalaman nyeri, yaitu: nyeri bersifat individual, tidak menyenangkan, merupakan suatu kekuatan yang mendominasi, bersifat tidak berkesudahan (Andarmoyo, 2013). Menurut Caffery (1980), nyeri dalah segala sesuatu yang dikatakn seseorang tentang nyeri tersebut dan terjadi kapan saja seseorang mengatakan bahwa ia merasa nyeri. Apabila seseorang merasa nyeri, maka prilakunya akan berubah (Potter, 2006).
3
C. Kriteria Nyeri 1. Nyeri akut
Karakteristik: a. Sumbernya berasal dari agent internal atau eksternal b. Areanya jelas c. Responnya langsung terlihat d. Penderitaannya menurun setelah beberapa lama e. Prognosanya akan membaik setelah ditangani lebih dini 2. Nyeri Kronik Karakteristik: a. Prosesnya lama b. Waktunya > 6 bulan c. Areanya sulit untuk dievaluasi d. Pasien biasanya sudah beradaptasi e. Penderitaannya meningkat dirasakan dalam waktu yang lama f. Prognosanya setelah ditangani tidak begitu baik. D. Klasifikasi Nyeri 1. Klasifikasi Nyeri Berdasarkan Durasi
a. Nyeri akut Nyeri akut adalah nyeri yang terjadi setelah cedera akut, penyakit, atau intervensi bedah dan memiliki proses yang cepat dengan intensitas yang bervariasi (ringan sampai berat), dan berlangsung untuk waktu yang singkat (Andarmoyo, 2013). Nyeri akut berdurasi singkat (kurang lebih 6 bulan) dan akan menghilang tanpa pengobatan setalh area yang rusak pulih kembali (Prasetyo, 2010). b. Nyeri kronik Nyeri kronik adalah nyeri konstan yang intermiten yang menetap sepanjang suatu priode waktu, Nyeri ini berlangsung lama dengan intensitas yang bervariasi dan biasanya berlangsung lebih dari 6 bulan (McCaffery, 1986 dalam Potter &Perry, 2005).
4
2. Klasifikasi Nyeri Berdasarkan Asal a. Nyeri Nosiseptif Nyeri nosiseptif merupakan nyeri yang diakibatkan oleh aktivitas atau sensivitas nosiseptor perifer yang merupakan respetor khusus yang mengantarkan stimulus naxious (Andarmoyo, 2013). Nyeri nosiseptor ini dapat terjadi karna adanya adanya stimulus yang mengenai kulit, tulang, sendi, otot, jaringan ikat, dan lain-lain (Andarmoyo, 2013). b. Nyeri Neuropatik Nyeri neuropatik merupakan hasil suatu cedera atau abnormalitas yang di dapat pada struktur saraf perifer maupun sentral , nyeri ini lebih sulit diobati (Andarmoyo, 2013). 3. Klasifikasi Nyeri Berdasarkan Lokasi a. Supervicial atau kutaneus Nyeri supervisial adalah nyeri yang disebabkan stimulus kulit. Karakteristik dari nyeri berlangsung sebentar dan berlokalisasi. Nyeri biasanya terasa sebagai sensasi yang tajam (Potter dan Perry, 2006 dalam Sulistyo, 2013). Contohnya tertusuk jarum suntik dan luka potong kecil atau laserasi. b. Viseral dalam Nyeri viseral adalah nyeri yang terjadi akibat stimulasi organ-organ internal (Potter dan Perry, 2006). Nyeri ini bersifat difusi dan dapat menyebar kebeberapa arah. Nyeri ini menimbulkan rasa tidak menyenangkan dan berkaitan dengan mual dan gejala-gejala otonom. Contohnya sensasi pukul (crushing ) seperti angina pectoris dan sensasi terbakar seperti pada ulkus lambung. c. Nyeri Alih ( Referred pain)
5
Nyeri alih merupakan fenomena umum dalam nyeri visceral karna banyak organ tidak memiliki reseptor nyeri. Karakteristik nyeri dapat terasa di bagian tubuh yang terpisah dari sumber nyeri dan dapat terasa di bagian tubuh yang terpisah dari sumber nyeri dan dapat terasa dengan berbagai karakteristik (Potter dan Perry, 2006 dalam Sulistyo, 2013). Contohnya nyeri yang terjadi pada infark miokard, yang menyebabkan nyeri alih ke rahang, lengan kiri, batu empedu, yang mengalihkan nyeri ke selangkangan. d. Radiasi Nyeri radiasi merupakan sensi nyeri yang meluas dari tempat awal cedera ke bagian tubuh yang lain (Potter dan Perry, 2006 dalam Sulistyo, 2013). Karakteristik nyeri terasa seakan menyebar ke bagian tubuh bawah atau sepanjang kebagian tubuh. Contoh nyeri punggung bagian bawah akibat diskusi interavertebral yang ruptur disertai nyeri yang meradiasi sepanjang tungkai dari iritasi saraf skiatik. E. Pengukuran Intensitas Nyeri Intensitas nyeri adalah gambaran tentang seberapa parah nyeri
dirasakan oleh individu. Pengukuran intensitas nyeri bersifat sangat subjektif dan nyeri dalam intensitas yang sama dirasakan berbeda oleh dua orang yang berbeda (Andarmoyo, 2013). Pengukuran nyeri dengan pendekatan objektif yang paling mugkin adalah menggunakan respon fisiologik tubuh terhadap nyeri itu sendiri, namun pengukuran dengan pendekatan objektif juga tidak dapat memberikan gambaran pasti tentang nyeri itu sendiri (Andarmoyo, 2013). Beberapa skala intensitas nyeri : 1. Skala Intensitas Nyeri Deskriftif Sederhana
6
(Andarmoyo, S. (2013). Konsep & Proses Keperawatan Nyeri, Jogjakarta: Ar-Ruzz)
Skala pendeskripsi verbal (Verbal Descriptor scale, VDS) merupakan alat pengukuran tingkat keparahan nyeri yang lebih objektif. Pendeskripsian VDS diranking dari ” tidak nyeri” sampai ”nyeri yang tidak tertahankan”(Andarmoyo, 2013). Perawat menunjukkan klien skala tersebut dan meminta klien untuk memilih intensitas nyeri terbaru yang ia rasakan. Alat ini memungkinkan klien memilih sebuah ketegori untuk mendeskripsikan nyeri (Andarmoyo, 2013). 2. Skala Intensitas Nyeri Numerik
(Andarmoyo, S. (2013). Konsep & Proses Keperawatan Nyeri, Jogjakarta: Ar-Ruzz.)
Skala penilaian numerik ( Numerical rating scale, NRS ) lebih digunakan sebagai pengganti alat pendeskripsian kata. Dalam hal ini, klien menilai nyeri dengan menggunakan skala 0-10. Skala paling efektif digunakan saat mengkaji intensitas nyeri sebelum dan setelah intervensi (Andarmoyo, 2013). 3. Skala Intensitas Nyeri Visual Analog Scale
7
(Andarmoyo, S. (2013). Konsep & Proses Keperawatan Nyeri, Jogjakarta: Ar-Ruzz.)
Skala analog visual ( Visual Analog Scale) merupakan suatu garis lurus, yang mewakili intensitas nyeri yang terus menerus dan memiliki alat pendeskripsian verbal pada setiap ujungnya (Andarmoyo, 2013). 4. Skala Intensitas Nyeri dari FLACC Skala FLACC merupakan alat pengkajian nyeri yang dapat digunakan pada pasien yang secra non verbal yang tidak dapat melaporkan nyerinya (Judha, 2012). Skala Intensitas Nyeri dari FLACC Kategori
Muka
Skor 0
1
Tidak
ada
ekspresi
atau Wajah
senyuman tertentu,
2
Sering
cemberut,
dahi
tidak mengkerut,
mencari
Kaki
posisi
atau
rileks. Berbaring, Aktivitas
posisi normal, mudah bergerak.
Gelisah,
resah
dan menegang Menggeliat,
maju,
Menendang
Menekuk, kaku
menaikkan punggung
rahang
gemetar.
perhatian. ada
konstan,
menegang, dagu
menyendiri.
Tidak
tidak
dahi
dan
atau menghentak.
menegang.
8
Merintih Menangis
atau Menangis keras,
Tidak
merengek,
sedu
sedan,
menangis.
kadang-kadang
sering
mengeluh.
mengeluh.
Kadang-kadang hati
tentram
dengan Rileks.
Hiburan
Kesulitan untuk
sentuhan,
menghibur atau
memeluk, berbicara untuk
kenyamanan.
mengalihkan perhatian. Total Skor 0-10
Intensitas nyeri dibedakan menjadi lima dengan menggunakan skala numerik yaitu: 1. 0 : Tidak Nyeri 2. 1-2 : Nyeri Ringan 3. 3-5 : Nyeri Sedang 4. 6-7 : Nyeri Berat 5. 8-10 : Nyeri Yang Tidak Tertahankan (Judha, 2012). F. Manajemen Nyeri 1. Teknik Relaksasi Nafas Dalam
Teknik relaksasi nafas dalam merupakan suatu bentuk asuhan keperawatan
yang
mengajarkan
kepada
klien
bagaimana
cara
melakukan nafas dalam, nafas lambat (menahan inspirasi secara maksimal) dan bagaimana menghembuskan nafas secara perlahan. Selain dapat menurunkan intensitas nyeri, teknik relaksasi nafas dalam juga dapat meningkatkan ventilasi paru dan meningkatkan oksigenasi darah (Smeltzer dan Bare,2002).
9
Tujuan
dari
teknik
relaksasi
nafas
dalam
adalah
untuk
meningkatkan ventilasi alveoli, memelihara pertukaran gas, mencegah atelektasi paru, meningkatkan efisiensi batuk, mengurangi stress baik stress fisik maupun emosional yaitu menurunkan intensitas nyeri dan menurunkan kecemasan. Sedangkan manfaat yang dapat dirasakan oleh klien setelah melakukan teknik relaksasi nafas dalam adalah dapat menghilangkan nyeri, ketentraman hati, dan berkurangnya rasa cemas. Relaksasi dapat memberikan rasa kendali pada pasien terhadap bagian tubuh tertentu. Kebanyakan metode relaksasi membutuhkan lingkungan yang tenang, posisi yang nyaman, sikap yang pasif, dan konsentrasi. (Patricia, 2012). Lebih lanjut Patricia (2012) menyatakan bahwa adapun langkahlangkah teknik relaksasi nafas dalam adalah sebagai berikut: a. Tarik nafas alami dan mudah b. Pikirkan “pikiran waspada, tubuh tenang” c. Tersenyum dalam hati (dengan otot wajah internal anda). d. Saat anda menghembuskan napas, lemaskan dagu, telinga, dan bahu anda. e. Niarkan perasaan hangan dan lemas di seluruh tubuh anda dan keluar dari jari kaki anda.
2. Teknik Distraksi Distraksi adalah mengalihkan perhatian klien ke hal yang lain sehingga dapat menurunkan kewaspadaan terhadap nyeri, bahkan meningkatkan toleransi terhadap nyeri (Prasetyo, 2010). Menurut (Patricia,2012) Distraksi membantu pasien mengalihkan perhatian mereka dari sumber nyeri atau ketidaknyamanan ke hal-hal yang lebih menyenangkan. Pasien, keluarga, dan perawat sering kali menggunakan
distraksi
secara
rutin
tanpa
terlalu
mempertimbangkannya. Mengawali sebuah percakapan dengan pasien
10
selama suatu prosedur yang tidak nyaman, menonton televise, dan kunjungan keluarga semuanya adalah sumber distraksi yang sempurna. Adapun prosedur teknik distraksi benrdasarkan jenisnya, antara lain: a. Distraksi visual Melihat pertandingan, menonton televise, membaca Koran, melihat pemandangan, dan gambar (Prasetyo, 2010). b. Distraksi pendengaran Mendengarkan musik yang disukai, suara burung, atau gemercik air. Klien dianjurkan untuk memilih musik yang disukai dan musik yang tenang, seperti musik klasik. Klien diminta untuk berkonsentrasi pada lirik dan irama lagu. Klien juga diperbolehkan untuk menggerakan tubuh mengikuti irama lagu, seperti bergoyang, mengetukan jari atau kaki (Tamsuri, 2007). c. Distraksi pernafasan 1) Anjurkan klien untuk memandang focus pada satu objek atau memejamkan mata 2) Lakukan inhalasi perlahan melalui hidung dengan hitungan satu sampai empat (dalam hati) 3) Hembuskan nafas melalui mulut secara perlahan dengan menghitung satu sampai empat (dalam hati) 4) Anjurkan
klien
untuk
berkonsentrasi
pada
sensasi
pernafasan dan terhadap gambar yang memberi ketenangan 5) Lanjutkan teknik ini hingga terbentuk pola pernafasan ritmik. (Widyastuti,2010)
3. Imajinasi Imajinasi adalah sebuah teknik relaksasi yang bertujuan untuk mengurangi stress dan meningkatkan perasaan tenang dan damai. Imajinasi merupakan suatu teknik untuk mengkaji kekuatan pikiran
11
saat sadar maupun tidak sadar untuk menciptakan bayangan gambar yang membawa ketenangan dan keheningan (National Safety Council, 2004). Berdasarkan pada penggunaannya terdapat beberapa macam teknik imajinas (Holistic-Online,2006): a. Guided Walking Imagery Pada teknik ini pasien dianjurkan untuk mengimajinasikan pemandangan standar seperti padang rumput, pegunungan, pantai dll. Kemudian imajinasi pasien dikaji untuk mengetahui sumber konflik. b. Autogenic Abeaction Dalam teknik ini pasien diminta untuk memilih sebuah perilaku negative
yang
ada
dalam
pikiranya
kemudian
pasien
mengungkapkan secara verbal tanpa batasan. Bila berhasil akan tampak perubahan dalam hal emosional dan raut muka pasien. c. Covert sensitization Teknik ini berdasar pada paradigm reinforcement yang menyimpulkan bahwa proses imajinasi dapat dimodifikasi berdasarkan pada prinsip yang sama dalam modifikasi perilaku. d. Covert Behaviour Rehearsal Teknik ini mengajak seseorang untuk mengimajinasikan perilaku koping yang dia inginkan.
4. Masase Masase adalah intervensi sempurna yang dapat digunakan anggota keluarga guna memberikan kenyamanan bagi orang yang sakit kritis. Masase
permukaan
mengawali
respons
relaksasi
dan
terbukti
meningkatkan jumlah tidur pada pasien ICU. Meskipun punggung adalah tempat masase yang paling sering digunakan, punggung sering kali sulit diakses pada pasien ICU. Tangan, kaki, dan bahu juga merupakan tempat yang baik untuk masase (Patricia,2012).
12
BAB III
PEMBAHASAN
Manajemen nyeri salah satu teknik untuk menghilangkan atau mengurangi nyeri, ada beberapa teknik dari manajemen nyeri salah satunya adalah teknik relaksasi nafas dalam. Teknik relaksasi nafas dalam adalah suatu bentuk asuhan keperawatan yang mengajarkan kepada klien bagaimana cara melakukan nafas dalam, nafas lambat dan bagaimana menghembuskan nafas secara perlahan. Selain dapat menurunkan intensitas nyeri, teknik relaksasi nafas dalam juga dapat meningkatkan ventilasi paru dan meningkatkan oksigenasi darah ( semltzer dan bare,2002). Seiring dengan penelitian dari novarizki galuh ayudianngsih dan ariana maliya (2009) bahwa teknik relaksasi nafas dalam yang telah di teliti pada pasien pasca oprasi fraktur femur di rumah sakit karima utama Surakarta. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimn dengan disain kelompok control dan keolompok eksperimen dimana kelompok eksperimen di berikan teknik relaksasi nafas dalam sedangkan kelompok control tidak diberikan teknik relaksasi nafas dalam. Dengan jumlah responden 40 orang 20 kelompok ekperimen dan 20 kelompok control hasil dari penelitian tersebut mendapatkan kesimpulan bahwa tingkat nyeri responden sebelum pengobatan pada kelompok eksperimen sebagian besar mengalami nyeri hebat setelah dilakukan eksperimen sebagian besar mengalami tingkat nyeri ringan penurunan tingkat nyeri yang signifikan dan pada kelompok kontolsebagian besar masih merasakan nyeri hebat
13
BAB IV
PENUTUP
A. Simpulan Manajemen nyeri salah satu teknik untuk menghilangkan
atau
mengurangi nyeri, ada beberapa teknik dari manajemen nyeri salah satunya adalah teknik relaksasi nafas dalam. Teknik relaksasi nafas dalam adalah suatu bentuk asuhan keperawatan yang mengajarkan kepada klien bagaimana cara melakukan nafas dalam, nafas lambat dan bagaimana menghembuskan nafas secara perlahan. Selain dapat menurunkan intensitas nyeri, teknik relaksasi nafas dalam juga dapat meningkatkan ventilasi paru dan meningkatkan oksigenasi darah B. Saran
Melihat banyaknya faktor yang mempengaruhi tingkat nyeri, maka diperlukan berbagai teknik dalam meredakan nyeri. Dalam hal ini sebaiknya perawat meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan dalam manajemen nyeri non farmakologi dengan menggunakan pendekatan kontrol nyeri yang terbaik bagi masing-masing pasien.
14
DAFTAR PUSTAKA
Morton, dkk. 2012. Keperawatan Kritis. Jakarta : EGC http://ppkcarolus.com/upload/files/manajemen_nyeri.pdf diakses pada tanggal 19 September 2016 pukul 14.30 WIB http://download.portalgaruda.org/article.php diakses pada tanggal 19 September 2016, pukul 15.00 WIB https://willimhaveyou.files.wordpress.com/2013/12/manajemen-nyeri.pdf diakses pada tanggal 19 September 2016, pukul 15.00 WIB Team KDKK I. 2012. Keterampilan Dasar Dalam Keperawatan I . Yogyakarta : STIKES A YANI Priharjo, R. 2003. Perawatan nyeri. Jakarta: EGC. Smeltzer, Suzanne C. dan Bare, Brenda G, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddarth (Ed.8, Vol. 1,2), Alih bahasa oleh Agung Waluyo…(dkk), EGC, Jakarta.
15
LAMPIRAN
16
Standar Operasional Prosedur Relaksasi Nafas Dalam
PENGERTIAN
Teknik relaksasi nafas dalam merupakan suatu bentuk asuhan keperawatan, yang dalam hal ini perawat mengajarkan kepada klien bagaimana cara melakukan nafas dalam, nafas lambat (menahan inspirasi
secara
menghembuskan
maksimal)
dan
bagaimana
nafas secara perlahan. Selain
dapat menurunkan intensitas nyeri, teknik relaksasi nafas dalam juga dapat meningkatkan ventilasi paru dan meningkatkan oksigenasi darah (Smeltzer dan Bare, 2002). TUJUAN
Untuk
dapat
menggurangi
rasa
nyeri
yang
dirasakan. SASARAN
Di lakukan kepada pasien nyeri
PETUGAS
Perawat
PROSEDUR PELAKSANAAN 1. Menbaca mengenai status pasien 1. Tahap interaksi
pra
2. Mencuci tangan 3. Meyiapkan alat 4. Tahap orientasi 5. Mengucapkan salam teraupetik kepada pasien 6. Kontarak waktu 7. Validasi kondisi pasien saat ini 8. Menjaga keamanan perivasi pasien 9. Menjelaskan tujuan & prosedur yg akan dilakukan terhadap pasien & keluarga
17
1. Memberi kesempatan kepada pasien untuk bertanya
bila
ada
sesuatu
yang
kurang
dipahami/jelas 2. Atur posisi pasien agar rileks tanpa adanya beban fisik 3. Instruksikan pasien untuk menarik nafas dalam secara 2. Tahap kerja
perlahan
melalui
hidung
dengan
hitungan 1,2,3 kemudian tahan nafas selama 510detik lalu hembuskan dengan cara perlahan lahan melalui mulut. 4. Instruksiakan pasien untuk mengulangi teknikteknik ini apabila rasa nyeri kembali. 5. Setelah pasien mulai merasakan ketenangan, minta pasien untuk melakukan secara mandiri dan Ulangi sampai 15 kali, dengan selingi istirahat singkat setiap 5 kali.
TAHAP TERMINASI
1. Evaluasi hasil gerakan relaksasi nafas dalam 2. Lakukan kontrak untuk melakukan kegiatan selanjutnya 3. Akhiri kegiatan dengan baik dan mengucapkan salam 4. Cuci tangan
18