BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
Captopril adalah penghambat enzim konversi angiotensin (penghambat ACE) yang pertama ditemukan. Angiotensin converting enzym (ACE) secara fisiologis dikenal sebagai enzim yang berperan dalam menjaga tekanan darah agar tetap normal yaitu dengan merubah angiotensin I menjadi angiotensin II. Pada keadaan patologis, peningkatan aktifitas ACE dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah melebihi batas normal (hipertensi). Pada kondisi tersebut, hambatan pada aktifitas ACE dapat menyebabkan turunnya tekanan darah.
1
ACE inhibitor telah ditetapkan sebagai terapi antihipertensi dan memproteksi sistem kardiovaskular pada pasien gagal jantung kongestif. Selain itu, obat ini juga mempunyai efek antiiskemik. ACE inhibitor merupakan antihipertensi yang efektif dan efek sampingnya dapat ditoleransi dapat dengan baik. Efek samping penggunaan ACE inhibitor antara lain sakit kepala, takikardi (peningkatan denyut jantung), berkurangnya persepsi pengecapan, dizziness (ketidakseimbangan saat berdiri dari posisi duduk atau tidur), nyeri dada, batuk kering, hiperkalemia, angiodema, neutropenia, dan pankreatitis. ACE inhibitor dapat digunakan sebagai obat tunggal maupun dikombinasikan dengan obat lain (biasanya dikombinasikan dengan diuretik). Selain sebagai antihipertensi, ACE inhibitor juga dapat digunakan sebagai
1
vasodilator, terapi congestive heart failure (CHF), left ventricular dysfunction, myocardial infarction, dan diabetes melitus.
2,3,4
ACE inhibitor dikontraindikasikan untuk wanita hamil karena ACE inhibitor dapat menembus plasenta. ACE inhibitor dihubungkan dengan fetal hypotension, oliguria serta kematian pada manusia, dan fetotoxicity pada hewan uji. Informasi yang perlu diketahui pasien hipertensi terhadap ACE inhibitor antara lain tetap menggunakan ACE inhibitor walau sudah mencapai tekanan darah normal karena hipertensi tidak mempunyai gejala yang spesifik. ACE inhibitor tidak dapat menyembuhkan hipertensi, akan tetapi hanya dapat mengontrol hipertensi dengan terapi jangka panjang. Pasien dianjurkan untuk tidak menggunakan obat-obatan lain khususnya OWA simpatomimetik, kecuali atas rekomendasi dokter. Pasien harus segera menghubungi dokter jika pasien mengalami kehamilan selama menggunakan ACE inhibitor.
2
Jenis ACE inhibitor yang dapat digunakan sebagai antihipertensi antara lain Benazepril, Captopril, Enalapril, Fosinopril, Lisinopril, Moexipril, Perindropil, Quinapril, Ramipril, Trandolapril. Salah satu golongan ACE inhibitor yang paling banyak digunakan sebagai antihipertensi adalah captopril. Oleh karena itu, penting untuk mengetahui bagaimana cara kerja captopril dan besarnya dosis serta interaksi obat bila diberikan bersamaan.
2
2
1.2. Tujuan
Penyusunan makalah ini bertujuan untuk mengetahui mekanisme captoril sebagai ACE inhibitor, indikasi dan kontraindikasi, dosis obat, serta efek samping pemberian captoril.
3
BAB II ISI
2.1. Nama Generik dan Nama Dagang
Nama Generik: Captopril Nama Dagang:
5
5
Acepress : Tab 12,5 mg, 25 mg
Capoten : Tab 12,5 mg, 25 mg
Captensin : Tab 12,5 mg, 25 mg
Captopril Hexpharm : Tab 12,5 mg, 25 mg, 50 mg
Casipril : Tab 12,5 mg, 25 mg
Dexacap : Tab 12,5 mg, 25 mg, 50 mg
Farmoten : Tab 12,5 mg, 25 mg
Forten : Tab 12,5 mg, 25 mg, 50 mg
Locap : Tab 25 mg
Lotensin : Kapl 12,5 mg, 25 mg
Metopril : Tab salut selaput 12,5 mg, 25 mg; Kapl salut selaput 50 mg
Otoryl : Tab 25 mg
Praten : Kapl 12,5 mg
Scantensin : Tab 12,5 mg, 25 mg
Tenofax : Tab 12,5 mg, 25 mg
4
Tensicap : Tab 12,5 mg, 25 mg
Tensobon : Tab 25 mg
2.2. Definisi dan Cara Kerja ACE Inhibitor
Angiotensin II adalah suatu bahan kimia yang sangat potensial yang menyebabkan
otot-otot
yang
mengelilingi
pembuluh-pembuluh
darah
untuk
berkontraksi (mengkerut), dengan demikian mempersempit pembuluh-pembuluh. Penyempitan
pembuluh-pembuluh
meningkatkan
tekanan
didalam
pembuluh-
pembuluh yang menyebabkan hipertensi (tekanan darah tinggi). Angiotensin II dibentuk dari angiotensin I didalam darah oleh enzim angiotensin converting enzyme (ACE). ACE inhibitor adalah obat-obat yang memperlambat atau menghalangi aktivitas dari enzim ACE, yang mengurangi produksi angiotensin II. Sebagai akibatnya, pembuluh-pembuluh darah membesar atau melebar, dan tekanan darah dikurangi. Tekanan darah yang rendah ini mempermudah jantung untuk memompa darah dan dapat memperbaiki fungsi dari suatu jantung yang gagal. Sebagai tambahan, kemajuan dari penyakit ginjal yang disebabkan oleh tekanan darah tinggi atau diabetes diperlambat.
6
ACE inhibitor memiliki mekanisme aksi menghambat sistem reninangiotensin-aldosteron dengan menghambat perubahan angiotensin I menjadi angiotensin II sehingga menyebabkan vasodilatasi dan mengurangi retensi sodium dengan mengurangi sekresi aldosteron. Oleh karena ACE juga terlibat dalam
5
degradasi bradikinin maka ACE inhibitor menyebabkan peningkatan bradikinin, suatu vasodilator kuat dan menstimulus pelepasan prostaglandin dan nitric oxide. Peningkatan bradikinin meningkatkan efek penurunan tekanan darah dari ACE inhibitor, tetapi juga bertanggungjawab terhadap efek samping berupa batuk kering. ACE inhibitor mengurangi mortalitas hampir 20% pada pasien dengan gagal jantung yang simtomatik dan telah terbukti mencegah pasien harus dirawat di rumah sakit (hospitalization), meningkatkan ketahanan tubuh dalam beraktivitas, dan mengurangi gejala.
5
ACE inhibitor harus diberikan pertama kali dalam dosis yang rendah untuk menghindari resiko hipotensi dan ketidakmampuan ginjal. Fungsi ginjal dan serum potassium harus diawasi dalam 1-2 minggu setelah terapi dilaksanakan terutama setelah dilakukan peningkatan dosis. Salah satu obat yang tergolong dalam ACE inhibitor adalah Captopril yang merupakan ACE inhibitor pertama yang digunakan secara klinis.
5
2.3. Struktur Kimia
Kaptopril memiliki struktur kimia 1-(3-mercapto-2-D-methyl-1-oxoproppyl)l-proline (S,S), seperti tampak pada gambar 2.1.
6
7
Gambar 2.1. Struktur Kimia Kaptopril Sebagai salah satu anggota kelas antihipertensi golongan ACE inhibitor, kaptopril telah sering diteliti karena berbagai alasan, di antaranya karena obat ini mengandung beberapa kelompok donor, antara lain COOH, C=O, SH dan proline nitrogen.
7
2.4. Indikasi
Indikasi pemberian captopril antara lain sebagai berikut:
8
1. Hipertensi ringan sampai sedang (sendiri atau dengan terapi tiazid) dan hipertensi berat yang resisten terhadap pengobatan lain 2. Gagal jantung kongestif 3. Setelah infark miokard 4. Nefropati diabetic (mikroalbuminuria lebih dari 30 mg/hari) pada diabetes tergantung insulin.
7
2.5. Kontraindikasi
Kontraindikasi pemberian captopril antara lain sebagai berikut:
8
1.
Hipersensitif terhadap penghambat ACE (termasuk angiodema)
2.
Penyakit renovaskuler
3.
Stenosis aorta atau obstruksi keluarnya darah dari jantung
4.
Kehamilan
5.
Hipertensi dengan gejala hiponatrium
6.
Anuria
7.
Laktasi
8.
Gagal ginjal.
2.6. Efek Samping
Efek Samping pemberian captopril antara lain sebagai berikut: 1. Batuk kering 2. Hipotensi 3. Pusing 4. Disfungsi ginjal 5. Hiperkalemia 6. Angioedema 7. Ruam kulit 8. Takikardi 9. Proteinuria 8
5
2.7. Farmakokinetik
Captopril diabsorbsi di lambung dan bagian proksimal usus halus secara pasif dan sebagian lagi diabsorpsi dengan bantuan peptide. Captopril sebagai dosis tunggal mempunyai durasi selama 6-12 jam dengan onset 1 jam. Bioavaibilitas oral 60-65% dan berkurang 30-40% bila diberikan bersama makanan, maka obat ini harus diberikan sebelum makan. Ikatan dengan protein plasma sekitar 30%. Waktu paruh eliminasinya sekitar 2,2 jam. Ekskresi utuh dalam urin terjadi pada 40% dari dosis yang bioavailabel, maka pada gangguan ginjal dosis obat harus dikurangi. Monoterapi efektif sebagai antihipertensi pada sekitar 70% penderita.
2,9,10,11
2.8. Bentuk Sediaan Obat
Bentuk sediaan obat yaitu tablet, tablet salut selaput, tablet salut gula, kaplet, kaplet salut selaput dan kapsul-tablet.
8
2.9. Dosis
Hipertensi ringan sampai dengan sedang awal 12,5 mg 2x sehari. Pemeliharaan : 25 mg 2x sehari, dapat ditingkatkan dengan selang waktu 2-4 minggu. Maksimal 50 mg dua kali sehari. Hipertensi berat awal 12,5 mg 2x sehari, dapat ditingkatkan bertahap sampai dengan maksimal 50 mg 3x sehari.
8
Pada pasien hipertensi dengan gagal jantung dosis inisial 6,25-12,5 mg 2-3 kali/hari dan diberikan dengan pengawasan yang tepat. Dosis ini perlu ditingkatkan
9
secara bertingkat sampai tercapai target dosis. Target dosis 50 mg 3 kali/hari (150mg sehari).
5,11
2.10. Aturan Pakai
Captoril diberikan dalam keadaan perut kosong (1 jam sebelum makan atau 2 2
jam setelah makan). Hal ini dikarenakan absorbsi captopril akan berkurang 30%-40% apabila diberikan bersamaan dengan makanan.
5
Captopril digunakan setelah penggunaan antihipertensi lain dihentikan selama 1 minggu, kecuali pada pasien dengan accelerated or malignant hypertension atau hipertensi yang sulit dikontrol.
2
Pasien yang tidak dapat menggunakan sediaan padat secara oral dapat dibuat larutan oral Captopril dengan cara menyerbuk 25 mg tablet Captopril yang dilarutkan dalam 25 atau 100 ml air dan diaduk hingga bercampur lalu segera diminum tidak lebih dari 10 menit karena sifat Captopril yang tidak stabil dalam bentuk larutan.
2
2.11. Interaksi Obat
Adapun interaksi interaksi obat captoril adalah sebagai berikut:
12
Allopurinol: resiko besar untuk hipersensitifitas dengan coadministration
Antasid: mungkin menurunkan bioavailabilitas dari captopril
Capsaicin: batuk kemungkinan bertambah parah
10
Digoksin: menaikkan tingkatan digoksin
Makanan: menurunkan bioavailabilitas dari captopril
Indometasin: bisa mengurangi efek hipotensif
Lithium: menaikkan kadar lithium dan kemungkinan terjadi gejala keracunan lithium
Phenothiazine: kemungkinan menaikkan efek kaptopril
Probenecid: menaikkan kadar kaptopril dalam darah dan menurunkan total klirens.
2.12. Peringatan dan Perhatian
Resiko khusus untuk penggunaan kaptopril antara lain sebagai berikut: 1.
5,13
Wanita hamil Captopril tidak disarankan untuk digunakan pada wanita yang sedang hamil
karena dapat menembus plasenta dan dapat mengakibatkan teratogenik. Hal ini juga dapat menyebabkan kematian janin.
3
Pemakaian obat penghambat ACE pada
kehamilan dapat menyebabkan gangguan/kelainan organ pada fetus atau neonatus. Apabila pada pemakaian obat ini ternyata wanita itu hamil, maka pemberian obat harus dihentikan dengan segera. Pada kehamilan trimester II dan III dapat menimbulkan gangguan antara lain; hipotensi, hipoplasia-tengkorak neonatus, anuria, gagal ginjal reversibel atau irreversibel dan kematian. Juga dapat terjadi oligohidramnion, deformasi kraniofasial, perkembangan paru hipoplasi, kelahiran
11
prematur, perkembangan, retardasi intrauteri, patenduktus arteriosus. Bayi dengan riwayat dimana selama didalam kandungan ibunya mendapat pengobatan penghambat ACE, harus diobservasi intensif tentang kemungkinan terjadinya hipotensi, oliguria dan hiperkalemia. 2. Wanita menyusui Captopril tidak direkomendasikan untuk wanita yang sedang menyusui karena bentuk awal captopril dapat menembus masuk dalam ASI sekitar 1% dari konsentrasi plasma. Akan tetapi tidak diketahui apakah metabolit dari captopril juga dapat menembus masuk dalam ASI. 3. Proteinuria/sindroma nefrotik Proteinuria yang lebih dari 1 g sehari terjadi pada 1,2% (70/5769) penderita hipertensi yang diobati dengan kaptopril. Diantaranya penderita tanpa penyakit ginjal/proteinuria sebelum pengobatan, insidensinya hanya 0,5% (19/3573) yakni 0,2% pada dosis kaptopril < 150 mg sehari dan 1% pada dosis kaptopril > 150 mg sehari. Pada penderita dengan penyakit ginjal/proteinuria sebelum pengobatan, insidensinya meningkat menjadi 2,1% 946/2196), yakni 1% pada dosis kaptopril > 150 mg sehari. Sindroma nefrotik terjadi kira-kira 1/5 (7/34) penderita dengan proteinuria. Proteinuria yang terjadi pada penderita tanpa penyakit ginjal sebelumnya pengobatan tidak disertai dengan gangguan fungsi ginjal. Proteinuria biasanya muncul setelah 3-9 bulan pengobatan (range 4 hari hingga 22 bulan). Pada sebagian lagi, proteinuria menetap meskipun obat dihentikan. Oleh karena itu pada penderita 12
dengan risiko tinggi, perlu dilakukan pemeriksaan protein dalam urin sebelum pengobatan, sebulan sekali selama 9 bulan pertama pengobatan dan periodik setelah itu. 4. Gagal ginjal akut: Fungsi ginjal dapat memburuk akibat pemberian kaptopril pada penderita dengan gangguan fungsi ginjal sebelum pengobatan. Gejala ini muncul dalam beberapa hari pengobatan, yang ringan (kebanyakan kasus) reversibel atau stabil meski pengobatan diteruskan, sedangkan pada yang berat dan progresif, obat harus dihentikan. Gejala ini akibat berkurangnya tekanan perfusi ginjal oleh kaptopril, dan karena kaptopril menghambat sintesis A II intrarenal yang diperlukan untuk konstriksi arteriola eferen ginjal guna mempertahankan filtrasi glomerulus pada stenosis arteri ginjal. Gagal ginjal yang akut dan progesif terutama terjadi pada penderita dengan stenosis arteri tinggi tersebut, pemberian kaptopril harus disertai dengan monitoring fungsi ginjal. Karena itu pada penderita dengan risiko tinggi tersebut, pemberian kaptopril harus disertai dengan monitoring fungsi ginjal (kreatinin serum dan BUN), dan dosis kaptopril dimulai serendah mungkin. Bila terjadi azotemia yang progresif, kaptopril harus dihentikan dan gejala ini reversibel dalam 7 hari. 5. Neutropenia/agranulositosis: Neutropenia akibat pemberian captopril (jumlah neutrofil kurang dari 3
1000/mm ) 2 kali berturut-turut, bertahan selama obat diteruskan, insidensinya 0,02% (1/4544) pada penderita dengan fungsi ginjal (kreatinin serum >2 mg/dl), dan menjadi 13
7,2% (8/111) pada penderita dengan gangguan fungsi ginjal dan penyakit vaskular kolagen seperti lupus (SLE) atau skleroderma. Neutropenia muncul dalam 12 minggu pertama pengobatan, dan reversibel bila pengobatan dihentikan (90% penderita dalam 3 minggu) atau dosisnya diturunkan. Pada penderita dengan gangguan fungsi ginjal dan juga penderita yang mendapat obat-obat lain yang diketahui dapat menurunkan leukosit (obat-obat sitotoksik, imunosupressan, fenilbutazon dan lain-lain), harus dilakukan hitung leukosit sebelum pengobatan setiap 2 minggu selama 3 bulan pertama pengobatan dan periodik setelah itu. Penderita juga harus diberi tahu agar segera melapor kepada dokternya bila mengalami tanda-tanda infeksi akut (faringitis, demam), karena mungkin merupakan petunjuk adanya neutropenia.
2.13. Kemasan dan Nomor Registrasi
CAPTOPRIL 12,5 mg : kotak, 10 strip @ 10 tablet, GKL9705023010A1 CAPTOPRIL 25 mg : Kotak, 10 strip @ 10 tablet, GKL9705023010B1 CAPTOPRIL 50 mg : Kotak, 10 strip @ 10 tablet, GKL9705023010C1 Pemberian harus dengan resep dokter. Penyimpanan di tempat kering, pada suhu dibawah 30ºC dan terlindung dari cahaya matahari.
14
13
BAB III PENUTUP
Captopril adalah penghambat enzim konversi angiotensin (penghambat ACE) yang pertama ditemukan. ACE inhibitor adalah obat-obat yang memperlambat atau menghalangi aktivitas dari enzim ACE, yang mengurangi produksi angiotensin II. Sebagai akibatnya, pembuluh-pembuluh darah membesar atau melebar, dan tekanan darah dikurangi. Indikasi pemberian captopril adalah hipertensi ringan sampai dengan sedang awal 12,5 mg 2x sehari.
Hipertensi berat awal 12,5 mg 2x sehari. Pada pasien
hipertensi dengan gagal jantung dosis inisial 6,25-12,5 mg 2-3 kali/hari dan diberikan dengan pengawasan yang tepat. Kontraindikasi pemberian captopril adalah hipersensitif
terhadap
penghambat
ACE
(termasuk
angiodema),
penyakit
renovaskuler, stenosis aorta, kehamilan, hipertensi dengan gejala hiponatrium, anuria, laktasi dan gagal ginjal. Efek samping pemberian captopril adalah batuk kering, hipotensi, pusing, disfungsi ginjal, hiperkalemia, angioedema, ruam kulit, takikardi, proteinuria,
15