Antihipertensi adalah obat – obat – obatan obatan yang digunakan untuk mengobati hipertensi.
14
Pemberian obat
perlu dilakukan segera pada pasien dengan tekanan darah sistolik ≥ 140/90 mmHg.
Pada dasarnya pengobatan dengan antihipertensi itu penting agar pasien dapat mencapai tekanan darah yang dianjurkan. Level tekanan darah yang diharapkan pada pasien hipertensi yang tidak disertai komplikasi adalah 140/90 mmHg. 1.3. PRINSIP PENGOBATAN HIPERTENSI TUJUAN PENGOBATAN HIPERTENSI
Tujuan pengobatan hipertensi adalah untuk mencegah terjadinya morbiditas dan mortalitas akibat TD tinggi. lni berarti TD harus diturunkan serendah mungkin yang tidak mengganggu lungsi ginjal ,otak, jantung, maupun kualitas hidup, sambil dilakukan pengendalian faktor-laktor risiko kardiovaskular lainnya. Telah terbukti bahwa makin rendah TD diastolik dan sistolik, makin baik prognosisnya. Pada umumnya, sasaran TD pada penderita muda adalah < 140/90 mm Hg (sampai 130/85 mm Hg), sedangkan pada penderita usia lanjut sampai umur 80 tahun < 160/90 mm Hg (sampai 145 mm Hg sistolik bila dapat ditoleransi). 2.1.3 Klasifikasi
Dikenal lima kelompok obat lini pertama ( first ( first line drug drug ) yang digunakan untuk pengobatan awal hipertensi yaitu : diuretik, penyekat reseptor beta adrenergik ( β ( β -blocker -blocker ), ), penghambat penghambat angiotensin converting enzyme (ACE-inhibitor), (ACE-inhibitor), penghambat reseptor angiotensin (Angiotensin-receptor blocker, ARB), dan antagonis kalsium.19 2.1.3.1 Diuretik
Mekanisme kerja : Diuretik menurunkan tekanan darah dengan menghancurkan garam yang tersimpan di alam tubuh. Pengaruhnya ada dua tahap yaitu : (1) Pengurangan dari volume darah total dan curah jantung; yang menyebabkan meningkatnya meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer; (2) Ketika curah jantung kembali ke ambang normal, resistensi pembuluh darah perifer juga berkurang. 20 Contoh antihipertensi dari golongan ini adalah Bumetanide, Furosemide, Hydrochlorothiazide, Hydrochlorothiazide, Triamterene, Amiloride, Chlorothiazide, Chlorothiazide, Chlorthaldion. Chlorthaldion. 18-20 -Blocker 2.1.3.2 Penyekat Reseptor Beta Adrenergik ( β -Blocker )
Berbagai mekanisme penurunan tekanan darah akibat pemberian β -blocker -blocker dapat dikaitkan dengan hambatan reseptor β1, antara lain : (1) penurunan frekuensi denyut jantung dan kontraktilitas miokard sehingga menurunkan curah jantung; jantung; (2) hambatan sekresi renin di sel jukstaglom j ukstaglomeruler eruler ginjal dengan akibat penurunan Angiotensin II; (3) efek sentral yang mempengaruhi aktivitas saraf simpatis, perubahan pada sensitivitas baroresptor, perubahan neuron adrenergik perifer dan peningkatan biosentesis biosentesis prostasiklin. prostasiklin.19 Contoh antihipertensi dari golongan ini adalah Propanolol, Metoprolol, Atenolol, Betaxolol, Bisoprolol, Pindolol, Acebutolol, Penbutolol, Labetalol. 18-20 2.1.3.3 Penghambat An giotensin giotensin Converti Converti ng Enzyme (ACE-Inhibitor)
Kaptopril merupakan ACE-inhibitor yang pertama banyak digunakan di klinik untuk pengobatan hipertensi dan gagal jantung. 19 Mekanisme kerja : secara langsung menghambat pembentukan Angiotensin II dan pada saat yang bersamaan meningkatkan jumlah bradikinin. Hasilnya berupa vasokonstriksi yang berkurang, berkurangnya natrium dan retensi air, dan meningkatkan vasodilatasi (melalui bradikinin).20 Contoh antihipertensi dari golongan ini adalah Kaptopril, Enalapril, Benazepril, Fosinopril, Moexipril, Quianapril, Lisinopril. 5,18-20
2.1.3.4 Penghambat Reseptor Angiotensin
Mekanisme kerja : inhibitor kompetitif dari resptor Angiotensin II (tipe 1). Pengaruhnya lebih spesifik pada Angiotensin II dan mengurangi atau sama sekali tidak ada produksi ataupun metabolisme bradikinin. 20 Contoh antihipertensi dari golongan ini adalah Losartan, Valsartan, Candesartan, Irbesartan, Telmisartan, Eprosartan, Zolosartan. 18-20 2.1.3.5 Antagonis Kalsium
Mekanisme kerja : antagonis kalsium menghambat influks kalsium pada sel otot polos pembuluh darah dan miokard. Di pembuluh darah, antagonis kalsium terutama menimbulkan relaksasi arteriol, sedangkan vena kurang dipengaruhi. Penurunan resistensi perifer ini sering diikuti efek takikardia dan vasokonstriksi, terutama bila menggunakan golongan obat dihidropirin (Nifedipine). Sedangkan Diltiazem dan Veparamil tidak menimbulkan takikardia karena efek kronotropik negatif langsung pada jantung.19 Contoh antihipertensi dari golongan ini adalah Amlodipine, Diltiazem, Verapamil, Nifedipine.18,19 2.1.4 Efek Samping
Antihipertensi dari golongan diuretik, ACE-inhibitor dan beberapa β -Blocker dapat menyebabkan reaksi likenoid. ACE-inhibitor juga diasosiasikan dengan kehilangan sensasi pada lidah dan rasa terbakar pada mulut. ACE – inhibitor dan penghambat reseptor angiotensin II p ernah diimpliksikan bahwa keduanya menyebabkan angioedema pada rongga mulut pada sekelompok 1% dari pasien yang mengonsumsinya. Meskipun oedema pada lidah, uvula, dan palatum lunak yang
KAPTOPRIL Kaptopril merupakan obat antihipertensi yang bekerja menghambat Angiotensin Converting Enzym (ACE). Kaptopril memiliki bioavailabilitas oral sebanyak 60-65%. Persentase tersebut dapat
berkurang apabila kaptopril diberikan bersama makanan, oleh karena itu, obat ini harus diberikan 1 jam sebelum makan. Kaptopril yang berikatan dengan protein plasma sekitar 30%. Waktu paruh eliminasi dari kaptopriladalah sekitar 2,2 iam. Ekskresi utuh dalam urin terjadi pada 40% dari dosis kaptopril yang bioavailabel, maka pada penderita gangguan ginjal dosis obat harus dikurangi.
2.1.1. Sifat Fisika dan Kimia Kaptopril
Rumus Bangun Kaptopril :
Rumus molekul
: C9H15 NO3S
Sinonim
Berat Molekul Pemerian
: - Acepril - Capoten - Lopirin - 1 [(2S)-3-merkapto-2-metilpropionil]-L-prolina : 217,28 : Serbuk hablur putih atau hampir putih, bau khas seperti sulfida. Melebur
Kelarutan
pada suhu 104 sampai 110 . : Mudah larut dalam air, dalam metanol, dalam etanol, dan dalam kloroform
0
(Ditjen POM, 1995;USP 30, 2007; Moffat, 2004)
0
2.1.2. Kegunaan Tujuan Penggunaan adalah sebagai terapi pada hipertensi esensial dan hipertensi renovaskuler (Tjay dan Kirana, 2002). 2.1.3. Efek Samping Efek sampingnya yang sering terjadi adalah hilangnya rasa (kadang-kadang juga penciuman), batuk kering, dan exanthema (Tjay dan Kirana, 2002). 2.1.4. Dosis Untuk hipertensi: 1-2 kali sehari 25 mg, bila perlu setelah 2-3 minggu 1-2 kali sehari 50 mg. Gagal jantung: 3 kali sehari 12,5-25 mg (Tjay dan Kirana, 2002). 2.1.5. Farmakologi Kaptopril mengandung gugus SH yang dapat berinteraksi membentuk kelat dengan ion Zn dalam tempat aktif ACE, terjadi hambatan secara kompetitif ACE sehingga peredaran angiotensin II dan kadar aldosteron menurun. Akibatnya, tidak terjadi vasokonstriksi dan retensi Na, sehingga tekanan darah menurun Mekanisme yang lain dari senyawa penghambat ACE adalah menghambat pemecahan bradikinin menjadi fragmen tidak aktif, sehingga kadar bradikinin dalam darah meningkat, menyebabkan vasodilatasi dan penurunan tekanan darah. Penghambat ACE memiliki peran khusus yang penting dalam pengobatan pasien dengan nefropati diabetes karena dapat mengurangi proteinuria dan menstabilkan fungsi ginjal (bahkan walaupun tidak terjadi penurunan tekanan darah)
Ginjal memegang peranan utama pada pengaturan tingginya tekanan darah, yang berlangsung melalui suatu sistem khusus, yakni Sistem Renin-Angiotensin, singkatnya RAS. Bila volume darah yang mengalir melalui ginjal berkurang dan tekanan darah di glomeruli ginjal menurun, misalnya karena penyempitan arteri setempat, maka ginjal dapat membentuk dan melepaskan enzim proteolitis renin. Dalam plasma, renin menghidrolisa protein angiotensinogen (yang terbentuk di dalam hati) menjadi angiotensin I (AT I). Zat ini diubah oleh enzim ACE (Angiotensin Converting Enzyme, yang disintesa di paru-paru) menjadi zat aktif angiotensin II. AT II ini kuat, dan menstimulasi sekresi hormon aldosteron oleh anak-ginjal dengan sifat retensi garam dan air. Akibatnya ialah volume darah dan tekanan darah naik. Faktor-faktor yang dapat meningkatkan tekanan darah antara lain: mengkonsumsi terlalu banyak garam, stress, merokok, kehamilan. Tindakan-tindakan umum untuk menurunkan tekanan darah; menguruskan badan, mengurangi garam dalam pola makan, berhenti merokok, membatasi minum kopi dan alkohol, cukup istirahat dan tidur. Pengobatan dengan antihipertensi dimulai dengan dosis rendah agar tekanan darah jangan menurun terlalu drastis dengan mendadak. Kemudian, setiap 1-2 minggu dosis berangsur-angsur dinaikkan sampai tercapai efek yang diinginkan. Begitu pula penghentian terapi harus secara berangsur pula (Tjay dan Kirana, 2002).
paling sering terjadi, tetapi oedema larynx adalah yang paling serius karena berpotensi menghambat jalan nafas.2
Efek samping obat – obatan antihipertensi pada rongga mulut adalah xerostomia, reaksi likenoid, pertumbuhan gingiva yang berlebih, pendarahan yang parah, penyembuhan luka yang tertunda. 1,2,9,21,22 Sedangkan efek samping yang sistemik yang paling sering dilaporkan adalah konstipasi, batuk, pusing, mengantuk, letih, frekuensi berkemih yang meningkat, berkuranya konsentrasi, disfungsi seksual dan rasa tidak enak pada perut. 4
Moffat, A.C. (2004) Clarke’s Analysis of Drugs and Poisons. Second Edition. London: The Pharmaceutics Press.