BAB 5 PENERIMAAN KLIEN Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Pengauditan I
Oleh: Maulida Yasmin
10090115092
Nissa Rachmani EM
10090115100
Trisna Dewi
10090115104
Novita Sari Ningrum
10090115105
Akuntansi C
PRODI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG 2017/2018
I. Tujuan Pembelajaran
1. Menjelaskan apa yang dimaksud dengan penerimaan klien. 2. Menjelaskan tujuh prosedur pokok yang terkait dalam proses penerimaan klien. 3. Memahami alasan-alasan utama untuk memperoleh pemahaman terkait bisnis dan industri klien. 4. Mengetahui sumber-sumber informasi kien dan metode-metode untuk mengumpulkan informasi tersebut. 5. Mendiskusikan persyaratan etika dan kompetensi dari tim audit 6. Mengetahui apa yang diperlukan saat menggunakan pekerjaan auditor lainnya. 7. Memahami tanggung jawab auditor saat menggunakan pekerjaan tenaga ahli. 8. Menjelaskan prosedur-prosedur untuk mengomunikasikan dengan auditor yang ada (sebelumnya). 9. Mengetahui isi proposal penugasan audit dari klien. 10. Menyatakan sejumlah perbedaan antara komponen-komponen yang dicakup dalam proposal penugasan audit untuk klien yang telah ada dan untuk klien-klien baru. 11. Menjelaskan apa yang menjadi dasar imbalan jasa audit dinegosiasikan . 12. Memahami apa yang menjadi cakupan surat penugasan audit dan mengapa isi surat tersebut dianggap penting. 13. Menjelaskan sejumlah perbedaan antara komponen-komponen yang dicakup dalam proposal penugasan audit untuk klien yang telah ada dan untuk klien-klien baru.
II. Penerimaan Klien : Tahapan Pertama dalam Upaya untuk Mendapatkan Opini
Tahapan penerimaan klien dalam audit memiliki dua tujuan, yakni: 1. Pemeriksaan klien yang diajukan untuk menentukan apakah terdapat alasan untuk menolak penugasan (penerimaan klien). 2. Meyakinkan klien untuk mempekerjakan auditor (penerimaan oleh klien). Prosedur-prosedur dalam penerimaan klien adalah: memperoleh pengetahuan terkait bisnis klien; pemeriksaan persyaratan etika dan kompetensi teknis kantor akuntan publik; menetukan kemungkinan penggunaan para tenaga profesional lainnya (termasuk tenaga ahli eksternal) selama audit; komunikasi dengan auditor sebelumnya (predecessor auditor) ; untuk penyusunan proposal klien; penugasan staf dan pengajuan syarat-syarat penugasan (terms of the engagement) dalam bentuk surat penugasan audit (audit engagement letter). Auditor perlu berhati-hati dalam menentukan apakah klien dapat diterima. Tanggung jawab hukum dan profesional kantor akuntan publik menyatakan bahwa klien yang tidak memiliki integritas dapat menyebabkan permasalahan yang serius dan merugikan. Beberapa kantor akuntan publik menolak untuk menerima klien dalam industri-industri tertentu yang berisiko ti nggi.
Klien Audit Hubungan antara klien dan kantor akuntan publik bukan merupakan jalan satu arah, yang mana kantor akuntan publik perlu mengevaluasi klien dan kemudian menilai apakah klien tersebut ‘dapat diterima’, mengirimkan surat penugasan untuk mengakhiri kesepakatan. Pasar untuk jasa-jasa audit cukup kompetitif dan seperti halnya sejumlah bisnis lainnya, terdapat klien-klien dalam kategori yang sangat diinginkan oleh kantor akuntan publik. Meskipun tidak selalu terjadi, kantor akuntan publik menyiapkan dan mengajukan sejumlah proposal penugasan (engagement proposal) ke banyak kliennya yang potensial, khususnya perusahaan-perusahaan berskala besar. Tahapan-Tahapan dalam Proses Penerimaan Klien Bagian berikutnya di bab ini membahas pentingnya memperoleh pemahaman awal tentang klien yang digunakan untuk mengevaluasi latar belakang klien dan risisko-risiko yang terkait dengan penerimaan penugasan. Selain itu juga perlu diperoleh pemahaman terkait hubungan auditor-auditor dengan klien yang memungkinkan auditor untuk mempertimbangkan jika terdapat persyaratan etika dan profesional secara
khusus (independensi, kompetensi, dsb.) terhadap penugasan khusus yang dapat dipenuhi. Hal ini merupakan tahap kedua dalam proses penerimaan klien. Bagian-bagian lain di bab ini membahas penerimaan oleh klien (yang disebt sebagai pihak yang bertanggung jawab dalam istilah jasa asurans). Kantor akuntan publik harus menulis dan menyajikan proposal penugasan pada klien (beberapa auditor menganggap hal terkait standar pengendalian kualitas 9000 dari international Organization for Standardization (ISO) dan bagaimana standar tersebut dapat digunakan kantor akuntan publik dalam jasa-jasa penugasannya. III. Evaluasi Latar Belakang Klien Auditor harus memperoleh pengetahuan terkait bisnis klien secara memadai untuk memungkinkannya mengidentifikasi dan memahami sejumlah peristiwa/kejadian, transaksi dan praktik yang mungkin memiliki pengaruh penting pada laporan keuangan atau pada laporan audit (Audit report). Secara lebih khusus ISA menyebutkan penerimaan klien sebagai proses mengidentifikasi ancaman-ancaman yang mungkin timbul selama bekerja sama dengan klien, serta menyarankan sejumlah pengamanan yang perlu dilakukan untuk mengurangi risiko-risiko tersebut. Dari sudut pandang auditor alasan-alasan utama untuk memperoleh pemahaman ini adalah (1) untuk mengevaluasi risiko-risiko penugasan terkait penerimaan penugasan tertentu dan (2) untuk membantu auditor dalam menentukan apakah seluruh persyaratan etika dan profesional (termasuk independensi, kompetensi, dsb.) terkait klien tersebut dapat dipenuhi. Auditor tidak hanya memperoleh pengetahuan terkait klien pada awal penugasan, selama tagap penerimaan klien. Sesaat setelah penugasan tersebut diterima, auditor akan melakukan pencarian selama secara lebih ekstensif untuk mendapatkan pengetahuan tentang klien, bisnis, dan industrinya dalam tahap perencanaan. Auditor mungkin melakukan pemeriksaan awal atas klien yang telah ada atau klien baru dengan mengetahui lokasi perusahaannya, meninjau laporan-laporan tahunannya, berdiskusi dengan manajemen dan staf perusahaan klien, serta mengakses berita dan basis data informasi publik yang biasanya didapatkan melalui internet. Jika klien merupakan klien yang telah ada sebelumnya, kertas-kertas kerja tahun lalu harus ditinjau kembali. Jika klien merupakan klien baru, auditor harus berkonsultasi dengan auditor-auditor sebelumnya dan meningkatkan pencarian informasi awal. Auditor memperoleh informasi tentang klien dari tiga sumber utama : pengalamannya dengan kien, informasi yang tersedia secara umum, dan dari klien itu sendiri. Metode-metode yang digunakan untuk, mengakses informasi beragam, mulai dari pencarian basis data atas
informasi publik sampai diskusi yang dilakukan bersama manajemen dan staf dari entitas klien.
Sumber-Sumber Informasi untuk Evaluasi Klien
Informasi yang tersedia secara umum
Pengalaman Kantor Akuntan Publik
Informasi dari Klien
Metode:
Metode:
Metode:
Pencarian terhadap (1) Media dan basis data pemerintah; dan (2) Situs web klien, industri, dan pemerintah
Reviu atas dokumentasi, berdiskusi dengan pengacara klien, bankir, manajer audit sebelumnya.
(1) Reviu atasfokumntasi klien
Contoh-Contoh:
Contoh-Contoh:
ABI inform, Lexis/Nexis sec.gov, commerce.gov, IBM.com, finance.yahoo.com, www.riaa.com, aicpa.org.
Kertas kerja sebelumnya, keuangan klien
(2) Diskusi dengan manajemen dan staf Contoh-Contoh: Jumpa pers dengan kien, notulen pertemuan pertemuan penting, korespondensi dengan pemerintah, pihak-pihak yang terkait entitas, personel audit internal, karyawan, manajemen.
Topik-Topik Diskusi Sejumlah diskusi tersebut mungkin mencakup topik-topik sepert: - Perubahan dalam manajemen, struktur organisasi, dan aktivitas klien. - Regulasi pemerintah saat ini yang berdampak pada klien. - Pengembangan bisnis saat ini yang berdampak pada klien, seperti faktor sosial, teknis, dan ekonomi. - Kesulitan keuangan atau permasalahan akuntansi yang terjadi saat ini atau yang akan datang. - Kerentanan laporan-laporan keuangan entitas terhadap salah saji material karena kesalahan atau kecurangan. - Adanya pihak-pihak yang berelasi (relacted parties).
-
Fasilitas lokasi dan bangunan perusahaan klien, baik yang baru maupun yang sudah tidak digunakan lagi. Perubahan teknologi, jenis produk atau jasa, serta metode produksi atau distribusi saat ini atau yang akan datang. Perubahan dalam sistem akuntansi dan sistem pengendalian internal.
Investasi Klien Baru
Sebelum menerima klien baru, kantor akuntan publik akan melakukan investigasi secara menyeluruh untuk menetukan apakah klien tersebut dapat diterima dan apakah auditor dapat memenuhi persyaratan etika seperti independensi, kompetensi tertentu, dsb. Sumber-sumber informasi selain yang telah disebutkan, baik untuk klien baru maupunklien yang telah ada termasuk wawancara dengan pengacara pengacara lokal, CPA lainnya, bank dan bisnis-bisnis lain, meskipun banyak diantaranya yang dibatasi oleh kewajiban terkait kerahasiaan, tergantung pada situasi-situasi yang terjadi saat itu. Terkadang auditor dapat menggunakan jasa investigator profesional atau menggunakan personel departemen akuntansi forensiknya untuk memperoleh informasi mengenai reoutasi dan latar belakang anggota-anggota manajemen yang penting, jika tidak terdapat auditor sebelumnya, investigasi secara lebih mendalam dapat dilakukan. Keberlanjutan Hubungan dengan Klien yang telah Ada Banyak kantor akuntan publik mengevaluasi klien yang telah ada setiap tahunnya. Selain dari penelitian yang telah dibahas sebelumnya, auditor akan mempertimbangkan konflik-konflik yang pernah terjadi sebelumnya terkait cakupan audit, tipe opini dan imbalan jasa, litigasiyang tertunda antara kantor akuntan publik dan klien, serta integritas manajemen.Ketiga faktor tersebut sangat mempengaruhi apakah hubungan kantor akuntan publik dengan klien akan dilanjutkan atau tidak. Untuk keberlanjutan hubungan penugasan, auditor akan memperbarui dan mengevaluasi kembali informasi yang diperoleh dari kertas-kertas kerja beberapa tahun sebelumnya. Auditor juga harus melakukan sejumlah prosedur yang dirancang untuk mengidentifikasi perubahan-perubahan penting yang akan terjadi sejak audit yang terakhir.
Tiga Pengaruh Utama atas Keberlanjutan Hubungan Antara Kantor Akuntan Publik dan Klien Konflik-konflik yang pernah terjadi sebelumnya terkait cakupan audit, tipe opini dan fee
Apakah terdapat litigasi yang tertunda antara auditor dan klien
Hubungan Klien
Auditor
Keraguan yang cukup serius terkait integritas dari manajemen klien.
IV. Kemampuan Memenuhi Persyaratan Etika dan Kompetensi Tertentu
Evaluasi tim audit ini penting untuk tahap 6 dalam proses penerimaan klien, yakni memilih staf untuk melakukan audit.
Persyaratan Etika Auditor akan memastikan bahwa para anggota tim audit dan kantor akuntan publik secara keseluruhan memenuhi persyaratan etika. Hal ini akan memerlukan sejumlah prosedur untuk memeriksa investasi-investasi keuangan pribadi para rekan dan karyawan, serta beberapa hubungan hubungan bisnis dengan klien audit yang potensial. Auditor harus mereviu jasa-jasa non-audit yang diberikan atau yang baru-baru ini diberikan oleh kantor akuntan publiknya ke klien yang potensial tersebut. Litigasi dan Independensi Dampak lainnya atas keberlanjutan hubungan adalah apakah terdapat sejumlah litigasi yang tertunda diantara klien dan auditor. Jika klien terlibat dalam litigasi dengan auditor, keberlanjutan proses audit atas klien dapat membahayakan independensi. Awal proses persidangan antara klien atau pihak ketiga lainnya terhadap auditor akan mengganggu sikap independensi. Awal litigasi oleh auditor yang menyatakan, misalnya kecurangan atau penipuan yang dilakukan para pejabat perusahaan, atau kinerja klien audit di bawah standar yang berlaku oleh akuntan, juga akan
merusak sikap independensi. Pada sisi hukum lainnya, bertindak sebagai advokat atas nama klien asurans dalam litigasi atau dalam upaya menyelesaikan sengketa dengan pihak ketiga merupakan ‘ancaman advokasi’ terhadap independensi. Permasalahan terkait kompetensi tertentu membutuhkan pertimbangan dalam bentuk evaluasi klien di tahapan proses penugasan sebelumnya. Berdasarkan situasi-situasi tertentu dari klien dan industrinya, auditor harus menentukan apakah keahlian yang dibutuhkan mengenai industri, masalah standar akuntansi tertentu, atau keterampilan non-audit tertentu tersedia bagi tim audit. Para anggota tim audit harus memiliki tingakat pelatihan dan kemampuan teknis yang diperlukan dalam situasi-situasi tertentu. Selain itu, seharusnya terdapat pengarahan, supervisi, dan reviu yang memadai atas pekerjaan di seluruh tingkatan dalam upaya untuk memberikan asurans yang memadai bahwa pekerjaan yang dilakukan memenuhi standar-standar kualitas yang sesuai. Terdapat preferensi untuk kontinuitas dalam kepegawaian dari tahun ke tahun. Pertimbangan terkait apakah perusahaan memiliki sejumlah kompetensi rekan dan staf yang ada, diantaranya: - Pengetahuan terkait sejumlah industri atau pokok tugas yang relevan. - Pengalaman dengan sejumlah peraturan atau persyaratan pelaporan yang relevan, atau kemampuan untuk memperoleh keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan secara efektif. - Kemampuan untuk menyelesaikan penugasan dalam batas waktu pelaporan; para tenaga ahli tersedia; jika diperlukan. - Individu-individu yang memenuhi kriteria dan persyaratan kelayakan untuk melakukan reviu pengendalian kualitas atas penugasan tersedia. Rotasi Rekan Rekan-rekan audit di beberapa negara harus dirotasi setiap beberapa tahun tertentu. Sebagaimana yang tercantum dalam European Union Gudelines, rekan-rekan audit harus dirotasi setidaknya sekali setiap tujuh tahun. Sarbanes-Oxley Act di Amerika Serikat mewajibkan rekan-rekan audit dirotasi setidaknya setiap lima tahun. Audit Kelompok Usaha (ISA 600) Standar Pengauditan Internasional 600 ( Internastional Standard on Auditng 600- ISA 600), ‘Pertimbangan Khusus- Audit-audit atas Laporan Keuangan Kelompok Usaha (Termasuk Pekerjaan Auditor-Auditor Komponen)’ memberikan dukungan praktis kepada sejumlah auditor dalam jumlah mengaudit laporan-laporan keuangan kelompok usaha ( group financial statements). Penggunaan Para Profesional Lainnya dalam Audit
Dalam melakukan pencarian informasi terkait latar belakang klien, auditor mungkin menemukan bahwa auditor lainnya akan mengaudit sebagian laporan-laporan keuangan klien atau bahwa tenaga ahli yang berasal dari luar, seperti ahli TI, ahli lingkungan, atau ahli perpajakan mungkin perlu mangaudit klien secara lebih baik. Standar-standar internasional mengharuskan prosedur-prosedur tertentu dalam kasus ini. V. Penggunaan Pekerjaan Auditor Lainnya Auditor Kelompok Usaha
Auditor kelompok usaha bertanggung jawab untuk menyatakan opini audit terkait apakah laporan-laporan keuangan kelompok usaha memberikan gambaran yang benar dan wajar (atau telah disajikan secara wajar dalam seluruh aspek yang bersifat material) sesuai dengan kerangka laporan keuangan yang berlaku. Auditor kelompok usaha bertanggung jawab untuk menentukan pekerjaan yang akan dilakukan atas informasi keuangan komponen dan informasi keuangan konsolidasian untuk memperoleh kecukupan bukti audit yang memadai., sehingga memungkinkannya untuk menyatakan opini atas laporan-laporan keuangan kelompok usaha. Jika auditor kelompok usaha menggunakan auditor komponen untuk melakukan pekerjaan audit, auditor kelompok usaha menentukan ruang lingkup pekerjaan yang akan dilakukan dan mengomunikasikan rencana pada auditor komponen. Tanggung Jawab Audit
Kecuali jika diperbolehkan oleh standar-standar nasional dan diizinkan oleh undang-undang atau regulasi nasional, auditor kelompok usaha membagi tanggung jawab untuk opini audit atas laporan-laporan keuangan kelompok usaha (disebut sebagai ‘pembagian tanggung jawab’) dan auditor kelompok usaha memutuskan untuk berlaku demikian, auditor kelompok usaha seharusnya menanggung sendiri tanggung jawab untuk opini atas laporan-laporan keuangan kelompok usaha. Saat auditor kelompok usaha menanggung sendiri tanggung jawab untuk opini audit atas laporan-laporan keuangan kelompok usaha, auditor kelompok usaha tidak seharusnya mengacu pada auditor lainnya dalam laporan auditor atas laporan-laporan keuangan kelompok usaha. Standar-standar nasional berbeda antara satu negara dengan negara lainnya terkait apakah pembagian tanggung jawab diperbolehkan. Tidak ada pembagian tanggung jawab yang diperbolehkan di Australia, Jepang, dan Inggris. Standarstandar yang berlaku di Kanada memperbolehkan pembagian tanggung jawab hanya saat menyatakan pendapat dengan sejumlah keberatan. Auditor mungkin menyatakan ketidakmampuannya untuk mengandalkan pekerjaan auditor
sekunder dalam laporannya jika pengungkapan ini menjelaskan alasan atas ketidaksungguhannya. Saat auditor kelompok usaha memutuskan untuk menggunakan pekerjaan auditor lainnya, harus mempertimbangkan sejumlah kualifikasi profesional, independensi, kompetensi profesional, dan sumber daya auditor lainnya, serta proses pengendalian kualitas kantor akuntan publik lainnya dalam konteks pekerjaan yang akan dilakukan oleh auditor lainnya tersebut. Dokumentasi
Auditor kelompok usaha harus mendokumentasikan dalam kertas-kertas kerja auditor lainnya terkait hal-hal berikut.
Analisis komponen-komponen yang mengindikasikan hal-hal yang dianggap penting, dan tipe pekerjaan yang dilakukan atas informasi keuangan komponen-komponen Sifat dasar, waktu, dan ruang lingkup keterlibatan tim penugasan kelompok usaha dalam pekerjaan yang dilakukan oleh auditor-auditor komponen pada komponen-komponen penting termasuk reviu tim penugasan kelompok usaha atas bagian-bagian relevan dari dokumentasi dan kesimpulan audit auditor kelompok usaha. Sejumlah komunikasi tertulis antara tim penugasan kelompok usaha dan auditor-auditor komponen terkait persyaratan tim penugasan kelompok usaha.
Penggunaan Pekerjaan Tenaga Ahli
Pendidikan dan pengalaman auditor memungkinkannya untuk memiliki pengetahuan terkait sejumlah permasalahan bisnis secara umum, tapi pihaknya tidak diharapkan akan memiliki keahlian dari individu-individu yang terlatih untuk profesi lainnya, seperti aktuaris atau tenaga ahli perekayasaan. Jika auditor memerlukan keahlian khusus, auditor harus mempertimbangkan untuk mempekerjakan tenaga ahli yang dapat membantu mengumpulkan bukti-bukti yang diperlukan. ISA 620 mendefinisikan tenaga ahli sebagai individu atau organisasi yang memiliki keahlian di bidang selain akuntansi atau pengauditan, yang bekerja di bidang yang digunakan oleh auditor untuk membantu auditor dalam upaya memperoleh kecukupan bukti audit yang memadai. Situasi-situasi yang mana auditor dapat menggunakan jasa tenaga ahli adalah upaya penilaian dari beberapa tipe aset tertentu (tanah dan bangunan, instrumen-instrumen keuangan yang kompleks, karya seni, bata mulia, aset tak berwujud,dll.) penentuan kondisi fisik aset-aset yang dimaksud (misalnya, estimasi cadangan minyak dan gas), penilaian aktuaria, nilai kontrak-kontrak dalam proses, keahlian
TI tertentu (misalnya, dalam audit atas perusahaan telekomunikasi), serta beberapa opini hukum. Kompetensi Ahli, Objektivitas
Jika pekerjaan tenaga ahli akan digunakan sebagai bukti audit, auditor harus menentukan keterampilan dan kompetensi tenaga ahli tersebut dengan mempertimbangkan sejumlah sertifikasi, pengalaman, dan reputasi profesional. Objektivitas tenaga ahli juga harus dievaluasi. Terdapat banyak situasi yang dapat mengancam objektivitas, misalnya, ancaman kepentingan pribadi, ancaman advokasi, ancaman kedekatan, ancaman reviu pribadi, dan ancaman intimidasi. Sejumlah pengamanan dapat menghilangkan atau mengurangi ancaman-ancaman tersebut. Kepentingan dan hubungan yang mungkin relevan untuk didiskusikan dengan tenaga ahli auditor termasuk kepentingan keuangan, hubungan bisnis dan pribadi. Komunikasi dengan Tenaga Ahli
Klien harus menuliskan instruksi-instruksi kepada ahli yang mencakup:
Sifat, ruang lingkup, dan tujuan-tujuan pekerjaan tenaga ahli. Sejumlah peran dan tanggung jawab dari masing-masing auditor dan tenaga ahli. Sifat dasar, waktu, dan luasnya cakupan komunikasi di antara auditor dan tenaga ahli, termasuk bentuk setiap laporan yang akan diberikan oleh tenaga ahli. Kebutuhan tenaga ahli auditor untuk mengobservasi persyaratan terkait kerahasiaan.
VI. Komunikasikan dengan Auditor Sebelumnya (Auditor yang Ada Saat ini)
Dalam kasus-kasus ketika auditor baru akan menggantikan auditor yang ada saat ini, kode etika menyarankan nahwa auditor baru, auditor yang diajukan untuk berkomunikasi dengan akuntan (auditor) yang ada saat ini. Sejauh mana akuntan yang ada saat ini dapat mendiskusikan permasalahan klien dengan akuntan yang diajukan (proposed accountant) akan bergantung pada diterimanya izin dari klien dan persyaratan hukum atau etika yang terkait dengan pengungkapan ini. Tujuan dari komunikasi ini adalah untuk mengurangi atau menghilangkan ancaman-ancaman dengan memperoleh informasi atas fakta-fakta atau situasi-situasi yang dimaksud, yang mana akuntan yang diajukan perlu menyadari sebelum memutuskan apakah akan menerima penugasan atau tidak menurut opini akuntan yang ada saat ini. Persyartan ini merupakan ukuran penting. Untuk mencegah ‘opini shopping’ , atau untuk memberitahu auditor baru
terkait situasi-situasi yang mana auditor sebelumnya telah mengakhiri hubungan dengan klien.
Permintaan Izin dari Klien Sebagaimana yang tercantum dalam Kode Etik IESBA bagi Para Akuntan Profesional (Kode Etik), akuntan profesional dalam praktk publik umumnya akan perlu untuk mendapatkanizin dari kien, sebaiknya secara tertulis, untuk memulai diskusi dengan akuntan (auditor) yang ada saat ini. Sesaat setelah izin dari klien diperoleh, akuntan yang ada saat ini harus memenuhi permintaan tersebut. Saat akuntan (auditor) yang ada saat ini memberikan informasi, auditor harus memberikan informasi tersebut dengan jujur dan jelas. Jika klien menolak izin auditor yang ada saat ini untuk mendiskusikan permasalahan tersebut dengan auditor pengganti yang diajukan, atau membatasi apa yang dapat diungkapkan oleh auditor yang ada saat ini, maka fakta tersebut seharusnya diungkapkan kepada auditor pengganti yang diajukan. Ketika auditor sebelumnya (auditor yang ada saat ini) menerima komunikasi dari auditor baru yang diajukan, etika profesional menyatakan bahwa pihaknya harus menjawab sebaiknya secara tertulis, memberitahu sejumlah alasan profesional mengapa akuntan yang diajukan tidak harus menerima kesepakatan tersebut. Jika akuntan yang diajukan tidak dapat berkomunikasi dengan akuntan yang ada saat ini, akuntan yang diajukan harus mengambil tahapan-tahapan yang beralasan untuk memperoleh informasi terkait setiap ancaman yang mungkin terjadi dengan cara-cara lain, seperti melalui sejumlah pertanyaan dari pihak ketiga atau investigasi latar belakang dari manajemen senior atau pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola entitas klien. Penugasan – Penugasan yang Pertama Kali Untuk penugasan-penugasan yang pertama kali,ISA 510 menyatakan bahwa: Dalam melakukan penugasan audit awal, tujuan dari auditor yang terkait dengan saldo awal adalah memperoleh kecukupan bukti audit yang memadai tentang apakah: (a) Saldo awal memuat salah saji yang bersifat material yang mempengaruhi laporan-laporan keuangan periode berjalan; dan (b) Kebijakan-kebijakan akuntansi yang tepat yang tercermin dalam saldo awal telah diterapkan secara konsisten dalam laporan-laporan keuangan periode berjalan, atau perubahan-perubahan yang dibuat diperhitungkan secara tepat, disajikan dan diungkapkan berdasarkan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku. Tentu saja, salah satu cara terbaik untuk meyakinkan bahwa saldo awal dan sejumlah kebijakan akuntansi telah tepat ketika laporan-laporan keuangan periode sebelumnya diaudit oleh auditor lainnya adalah dengan
meninjau kertas-kertas kerja auditor sebelumnya. Hal ini seharusnya memungkinkan auditor baru untuk memperoleh kecukupan bukti yang memadai. Auditor baru juga seharusnya mempertimbangkan kompetensi profesional dan independensi auditor sebelumnya. Jika laporan auditor periode sebelumnya bukan merupakan standar opini wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion), auditor baru seharusnya memberikan perhatian secara khusus pada periode saat ini untuk hal-hal yang dihasilkan dalam modifikasi.
VII. Penerimaan Oleh Klien- Proposal Penugasan
Proposal Audit untuk Melanjutkan Hubungan dengan Klien yang Telah Ada Proposal untuk klien yang telah ada akan berbeda di antara kantor-kantor akuntan publik, namun umumnya proposal tersebut akan mendiskusikan hal-hal berikut.
Reviu tentang bagaimana kantor akuntan publik dapat menambah nilai, baik untuk perusahaan secara umum dan untuk pihak-pihak yang bertanggung jawab secara langsung atas penugasan auditor, misalnya Komite Audit (Audit Committee). Rencana-rencana untuk pengembangan lebih lanjut atas nilai tambah termasuk pembahasan tentang tren regulasi terkini, ruang lingkup audit, dan setiap perubahan terbaru dalam perusahaan yang dapat memengaruhi audit. Deskripsi dari tim audit dan setiap perubahan dalam tim audit dari tahun sebelumnya. Proposal imbalan jasa secara terinci.
Reviu tentang Bagaimana Kantor Akuntan Publik dapat Menembah Nilai
Bagian pendahuluan dari proposal klien adalah pembahasan tentang bagaimana kantor akuntan publik yang mengajukan dapat menguntungkan (menambah nilai) perusahaan klien. Terdapat pembahasan terkait fokus perusahaan, filosofi manajemen, dan kebijakan pengendalian kualitas yang digunakan. Hubungan dengan departemen audit internal dan departemen akuntansi perusahaan klien dapat pula didiskusikan. Bagian ini terkait rencana-rencana untuk pengembangan lebih lanjut atas nilai tambah dapat mengidentifikasi sejumlah persyaratan klien dan mendiskusikan bagaimana kantor akuntan publik memenuhi persyaratan tersebut. Ketergantungan pada ketentuan regulasi audit-lokal, nasional, dan internasional- juga harus didiskusikan. Sejauh mana ketergantungan pada staf audit internal klien harus dinyatakan. Akhirnya, penting untuk mereviu setiap perubahan dalam manajemen
perusahaan klien, proyek-proyek baru yang dijalankan, dan lingkungan regulasi secara umum. Terutama pada hal-hal penting yakni sejumlah perubahan yang memengaruhi audit Tim Audit
Bagian penting dari proposal ini adalah deskripsi anggota-anggota tim audit (audit team) dan ikhtisar pengalaman kerjanya. Penekanan secara khusus dapat dialokasikan pada anggota-anggota tim yang kembali dari penugasan-penugasan sebelumnya. Pemilihan tim audit merupakan Tahapan 6 dalan proses penerimaan klien. Proposal Imbalan Jasa
Deskripsi terinci dari imbalan jasa yang diusulkan biasanya merupakan bagian terpisah dari proposal, disajikan sebagai dokumen yang terpisah. Proposal imbalan jasa dapat menyertakan beberapa tingkatan imbalan jasa secara terinci tergantung pada jenis penugasan. Audit yang pokok membutuhkan lebih banyak waktu dan perincian. Proposal imbalan jasa akan menunjukan sejumlah biaya untuk audit operasional termasuk mungkin audit anak perusahaan dan audit kuartalan. Statutory audit dan perkembangan di masa depan yang mungkin terjadi tidak perlu dijelaskan secara terinci dalam proposal imbalan jasa.
Proposal Audit Klien Baru
Proposal untuk audit klien baru sangat penting bagi kantor akuntan publik karena klien-klien baru merupakan motor penggerak pertumbuhan yang utama bagi kantor akuntan publik tersebut.memperoleh klien yang lebih prestisius adalah keinginan sebagian besar kantor akuntan publik. Proposal untuk klien yang besar dan kuat dapat menjadi sangat kompleks, membutuhkan banyak jam kerja staf untuk mempersiapkannya, terutama jika kantor akuntan publik berada dalam situasi yang kompetitif. Contoh Daftar Isi Proposal Klien Baru -
Ringkasan rencana bisnis (evecutive summary) Kekuatan-kekuatan kantor akuntan publik (strength of the audit firm) Tim Audit Pendekatan audit (audit approach) Pekerjaan auditor-auditor internal (internal auditors’ work) Kebutuhan transisi perusahaan (transition needs of the company) Setelah audit (after the audit) Lampiran (appendix)
Penetapan dan Perundingan Imbalan Jasa Audit
Berdasarkan Kode Etik IESBA, ketika masuk dalam perundingan mengenai jasa-jasa profesional, akuntan profesional dalam praktik publik dapat menawarkan berapapun besarnya imbalan jasa yang dianggap tepat. Imbalan jasa profesional seharusnya menjadi refleksi wajar dari nilai jasa-jasa profesional yang dilakukan untuk kliendengan mempertimbangkan: keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan, tingkat pelatihan dan pengalaman dari pihakpihak yang terlibat saat melakukan jasa profesional, waktu yang diperlukan, dan besarnya tanggung jawab saat melakukan jasa jasa yang dimaksud. Faktor-faktor tersebut dapat dipengaruhi oleh kondisi hukum, sosial, dan ekonomi masing-masing negara. Terkadang kantor akuntan publik membebankan imbalan jasa yang lebih rendah ketika klien pertama kali mendaftar (low balling). Fakta bahwa seorang akuntan profesional dalam praktik publik dapat memberikan penawaran imbalan jasa yang lebih rendah dari akuntan profesional lainnya bukan merupakan tindakan yang tidak etis. Namun demikian, mungkinterdapat sejumlah ancaman terhadap kepatuhan atas prinsip-prinsip dasar yang timbul dari besarnya tingkat imbalan jasa yang ditawarkan. Misalnya, ancaman kepentingan pribadi atas kompetensi dan sikap kehatihatian yang profesional yang muncul jika imbalan jasa ditawarkan pada tingkat yang begitu rendah, sehingga mungkin sulit bagi akuntan profesional untuk melakukan penugasan berdasarkan standar teknis dan profesional yang berlaku pada tingkat harga tersebut. Imbalan Jasa Kontingensi Imbalan jasa kontingensi (contingent fee) merupakan pengaturan yang mana tidak ada imbalan jasa yang akan dibebankan kecuali jika temuan atau hasil tertentu diperoleh, atau ketika imbalan jasa yang dimaksud merupakan imbalan jasa kontingensi lainnya atas temuan atau hasil dari jasajasa tersebut. Imbalan jasa kontingensi banyak digunakan untuk beberapa tipe penugasan nonasurans tertentu. Namun, imbalan jasa kontingensi mungkin menimbulkan ancaman-ancaman terhadap kepatuhan atas prinsip-prinsip dasar dalam sejumlah situasi tertentu. Imbalan jasa kontingensi ini dapat menyebabkan munculnya ancaman kepentingan pribadi terhadap objektivitas. Keberadaan dan signifikan ancaman-ancaman tersebut akan tergantung pada sejumlah faktor termasuk: sifat dasar penugasan, berbagai kemungkinan terkait besarnya imbalan jasa, dasar untuk menentukan imbalan jasa, dan apakah hasilnya akan direviu oleh pihak ketiga yang independen. Jika ancamanancaman tersebut dinilai penting, beberapa pengamanan yang dapat dapat dilakukan di antaranya: perjanjian awal secara tertulis dengan klien sebagai
dasar remunerasi. Beberapa negara tidak mengizinkan auditor untuk membebankan imbalan jasa kontingensi ( seperti, larangan pembebanan imbalan jasa kontingensi oleh Securities and Exchange Commission di Amerika Serikat ). Sejumlah Komisi dan Imbalan Jasa Rujukan
Dalam situasi-situasi tertentu, auditor dalam praktik publik dapat menerima imbalan jasa rujukan atau komisi yang berkaitan dengan klien. Misalnya, ketika auditor tidak memberikan jasa-jasa tertentu yang diperlukan, imbalan jasa yang diterima dapat digunakan untuk merujuk klien yang telah ada saat ini kepada akuntan profesional dalam praktik publik atau tenaga ahli lainnya. Auditor dalam praktik publik dapat menerima komisi dari pihak ketiga ( misalnya, penyedia perangkat lunak ) dalam hubungannya dengan penjualan sejumlah barang atau jasa kepada klien. Namun, menerima imbalan jasa rujukan atau komisi semacam itu menimbulkan ancaman kepentingan pribadi terhadap objektivitas, serta kompetensi dn sikap kehati-hatian yang profesional. Jika ancaman tersebut dinilai penting, sejumlah pengamanan harus dilakukan untuk menghilangkan ancaman tersebut atau menguranginya ke tingkat yang dapat diterima. Contoh-contoh pengamanan termasuk: mengungkapkan kepada klien terkait setiap pengaturan untuk membayar atau menerima imbalan jasa rujukan atau memperoleh perjanjian awal dari klien atas pengaturan besarnya komisi. Akuntan profesional dalam praktik publik juga dapat membayar imbalan jasa rujukan untuk memperoleh klien, misalnya: saat klien tetap menjadi klien dari akuntan profesional dalam praktik publik lainnya tetapi membutuhkan jasa tenaga ahli yang tidak ditawarkan oleh akuntan yang telah ada saat ini. Pembayaran seperti imbalan jasa rujukan juga menciptakan ancaman kepentingan pribadi terhadap objektivitas, serta kompetensi dan sikap kehatihatian yang profesional. Surat Penugasan Audit
Surat penugasan audit merupakan kepentingan antara klien dan auditor, yang mana auditor mengirimkan surat penugasan, sebaiknya sebelum awal penugasan, untuk membantu menghindari kesalahpahaman yang terkait dengan penugasan. Surat penugasan. Surat penugasan ( engagement letter ) adalah perjanjian antara kantor akuntan publik dan klien untuk melakukan audit dan jasa-jasa yang terkait. Surat penugasan auditor mendokumentasikan dan mengonfirmasikan penerimaannya atas penunjukkan tersebut, tujuan dn ruang lingkup audit, dan besarnya tanggung jawab auditor kepada klien, dan bentuk setiap laporan yang harus dibuat.
Surat penugasan dapat mempengaruhi tanggung jawab hukum kepada klien. Dalam litigasi, auditor dpat menggunakan surat penugasan sebagai kontrak yang meyatakan ruang lingkup, tanggung jawab, dn keterbatasannya. Surat penugasan tersebut menjelaskan tujuan auditor bahwa audit memerlukan studi terkait pengendalian internal, skedul waktu penugasan, dan besarnya imbalan jasa. Isi Surat Penugasan
Bentuk dan isi dari surat penugasan audit dapat bervariasi untuk setiap klien, tapi seharusnya tertulis dalam surat penugasan audit atau bentuk perjanjian tertulis lainnya yang sesuai dan harus mencakup. -
-
-
-
-
Tujuan audit atas informasi keuangan Tanggung jawab auditor Tanggung jawab manajemen Kerangka pelaporan keuangan yang berlaku Rujukan pada bentuk dan isinya yang diharapkan atas setiap laporan yang diterbitkan oleh auditor, serta pernyataan bahwa mungkin terdapat situasi-situasi yang mana laporan dapat berbeda dari bentuk dan isi yang diharapkan tersebut. Auditor juga dapat menyertakan hal-hal berikut dalam surat penugasan audit. Elaborasi ruang lingkup audit, termasuk rujukan terhadap peraturan perundangan-undangan yang berlaku, regulasi, ISA, dan etika, serta pernyataan-pernyataan dari badan-badan profesional yang harus diikuti oleh auditor Bentuk komunikasi lainnya dari hasil-hasil penugasan audit Fakta bahwa karena sifat dasar pengujian dan keterbatasan bawaan lainnya dari audit bersama-sama dengan keterbatasan bawaan dari setiap sistem pengendalian internal memiliki risiko yang tidak dapat dihindari, bahkan beberapa salah saji yang bersifat material mungkin tetap belum ditemukan Pengaturan terkait perencanaan dan pelaksanaan audit, termasuk di antarannya komposisi tim audit Ekspektasi bahwa manajemen akan memberikan representasi tertulis Kesepakatan manajemen untuk menyediakan draf laporan-laporan keuangan dan sejumlah informasi lain yang terkait bagi auditor tepat pada waktunya, sehingga memungkinkan auditor untuk menyelesaikan audit sesuai dengan skedul waktu yang diajukan Kesepakatan manajemen untuk menginformasikan kepada auditor mengenai fakta-fakta yang mungkin memengaruhi laporan-laporan
-
-
-
keuangan, yang mungkin disadari oleh manajemen selama periode yang dimaksud, dari tanggal laporan auditor sampai tanggal laporan keuangan diterbitkan Permintaan kepada klien untuk mengonfirmasikan syarat penugasan dengan mengakui penerimaan atas surat penugasan Dasar dalam perhitungan imbalan jasa dan setiap pengaturan penagihan Selama relevan, hal-hal berikut juga dapat disertakan : Pengaturan mengenai keterlibatan sejumlah auditor dan tenaga ahli lainnya dalam beberapa aspek audit Pengaturan mengenai keterlibatan sejumlah auditor internal dan staf klien lainnya Pengaturan harus dibuat dengan auditor sebelumnya dalam kasus audit awal jika ada Setiap pembatasan dari kewajiban auditor Rujukan untuk perjanjian lebih lanjut antara auditor dan klien Setiap kewajiban untuk memberikan kertas-kertas kerja audit kepada pihak-pihak lainnya Pada audit secara berkala, auditor dapat memutuskan untuk tidak mengirim surat penugasan baru setiap tahunnya. Namun, auditor harus mempertimbangkan untuk mengirim surat dalam setiap situasi berikut Apabila terdapat indikasi bahwa klien salah memahami tujuan dan ruang lingkup audit Apabila persyaratan-persyaratan penugasan direvisi Apabila terdapat perubahan terbaru dalam manajemen Apabila terdapat perubahan ukuran atau sifat dasar bisnis Apabila terdapat persyaratan hukum yang menjadi dasar ditulisnya surat penugasan
Kerangka Pelaporan Keuangan
Bentuk opini yang dinyatakan oleh auditor akan bergantung pada kerangka pelaporan keuangan yang berlaku ( applicable financial reporting framework) dan setiap peraturan perundang-undangan atau regulasi yang berlaku. Auditor juga dapat memiliki tanggung jawab untuk berkomunikasi dan melaporkan (dalam bentuk lain) pada para pengguna,manajemen,pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola,atau pihak-pihak di luar entitas dalam kaitannya dengan hal-hal yang timbul selama audit. Hal-hal ini dapat diatur dengan ISA atau peraturan perundang-undangan atau regulasi yang berlaku.
ISA 200 menjelaskan bagaimana kerangka pelaporan keuangan dapat diterima untuk laporan keuangan dengan tujuan umum.