4 KONDISI UMUM DAN ANALISIS WILAYAH PESISIR TELUK LAMPUNG 4.1
Fisik Wilayah
4.1.1
Luas wilayah
Wilayah pesisir Teluk Lampung yang termasuk di dalam wilayah penelitian adalah meliputi daratan dan perairan, dengan posisi geografis terletak o
o
o
o
antara 104 56’-105 45’ BT dan 5 25’-5 59’ LS. Secara administratif, wilayah penelitian terletak pada Kabupaten Pesawaran, Kota Bandar Lampung, dan Kabupaten Lampung Selatan. Luas total wilayah daratan adalah 127.902 ha, dan luas perairan adalah 161.178 ha. Gambaran luas wilayah pesisir Teluk Lampung disajikan pada Tabel 5 dan Tabel 6. Tabel 5 Luas daratan wilayah penelitian penelitian No.
Kabupaten/Kota
Kecamatan
1
Lampung Selatan
Katibung
Luas (ha) 18.863
Persentase (%) 14,75
84 4.1.2
Geologi pantai dan sistem lahan
Secara geomorfologis, daratan wilayah pesisir Teluk Lampung tergolong sebagai pedataran pantai sempit dan perbukitan, dengan batuan dominan meliputi endapan aluvium dan rawa, batu gamping terumbu, dan endapan gunung api muda berumur quarter quart er (Qhv). Topografi wilayah yang berbatasan berbatasa n langsung la ngsung dengan laut (Teluk Lampung) memiliki kelerengan datar (0-3%), dengan elevasi 0-10 m dari permukaan laut (dpl); sedangkan wilayah ke arah daratan memiliki kelerengan beragam mulai dari landai (3-8%) sampai dengan sangat curam (>40%), dengan elevasi beragam mulai dari 10 sampai dengan >1.000 m dpl. Kelompok relief pada wilayah ke arah laut tergolong dataran ( flat flat ); dan ke arah daratan beragam yaitu berombak (undulating (undulating ) , , bergelombang (rolling ) , , dan berbukit (hummocky, ( hummocky, hillocky, dan hilly) hilly) (Wiryawan et al., al., 1999). Satuan geologi lingkungan wilayah ke arah pantai meliputi pedataran (GL-1, GL-2, dan GL-5) dan kaki perbukitan dan pergunungan pergunungan (GL-3 dan GL-4), yang secara r ingkas ingkas disajikan pada Tabel T abel 7. Topografi pesisir Teluk Lampung sangatlah beragam, mulai dari dataran
84 4.1.2
Geologi pantai dan sistem lahan
Secara geomorfologis, daratan wilayah pesisir Teluk Lampung tergolong sebagai pedataran pantai sempit dan perbukitan, dengan batuan dominan meliputi endapan aluvium dan rawa, batu gamping terumbu, dan endapan gunung api muda berumur quarter quart er (Qhv). Topografi wilayah yang berbatasan berbatasa n langsung la ngsung dengan laut (Teluk Lampung) memiliki kelerengan datar (0-3%), dengan elevasi 0-10 m dari permukaan laut (dpl); sedangkan wilayah ke arah daratan memiliki kelerengan beragam mulai dari landai (3-8%) sampai dengan sangat curam (>40%), dengan elevasi beragam mulai dari 10 sampai dengan >1.000 m dpl. Kelompok relief pada wilayah ke arah laut tergolong dataran ( flat flat ); dan ke arah daratan beragam yaitu berombak (undulating (undulating ) , , bergelombang (rolling ) , , dan berbukit (hummocky, ( hummocky, hillocky, dan hilly) hilly) (Wiryawan et al., al., 1999). Satuan geologi lingkungan wilayah ke arah pantai meliputi pedataran (GL-1, GL-2, dan GL-5) dan kaki perbukitan dan pergunungan pergunungan (GL-3 dan GL-4), yang secara r ingkas ingkas disajikan pada Tabel T abel 7. Topografi pesisir Teluk Lampung sangatlah beragam, mulai dari dataran
85 Ultisols (Tropudults, Tropohumults, dan Paleudults), serta Oxisols (Haplorthox). Jenis tanah dominan adalah Dystropepts dan Tropudults, yang terutama terdapat pada sistem lahan BBG, TGM, SAR, dan MBI. Ringkasa Ringkasan n informasi mengenai sistem lahan di disajikan pada Tabel 8, dan secara lengkap pada Lampiran 2. Adapun sebaran spasial sistem lahan disajikan pada Gambar 19. Tabel 7 Satuan geologi lingkungan lingkungan pantai Teluk Teluk Lampung No.
Penciri
1.
Morfologi Morfologi
2.
Litologi
GL-1 Pedataran rendah, lereng 0-3%, muara sungai dan sekitarnya Aluvium: lempung, lanau, dan pasir tufaan Endapan rawa: lumpur, lanau dan pasir, batu pasir sisipan, dan batu lempung
GL-2 Pedataran rendah
Aluvium: kerikil, lempung, dan sisa organisme laut.
Satuan Geologi GL-3 GL-4 Kaki Kaki perbukitan, gunung lereng 3-25%
Batuan tersier breksi, dasitik, lava, tufa andesitik
Batuan quarter breksi, lava, tufa, andesitik basaltik
GL-5 Pedataran rendah
Tufa, batu apung, batu lempung, batu pasir, batu gamping koral
86 Tabel 8 Ringkasan sistem lahan di wilayah pesisir Teluk Lampung No.
Simbol
Nama
Kelompok Tanah
1
AHK
Air Hitam Kanan
2
BBG
Bukit Balang
3
BBR
Bukit Barangin
4
BGA
Batang Anai
5 6
BLI BMS
Beliti Bukit Masung
7
BTA
Batu Ajan
8
BTK
Barong Tongkok
9 10 11
KHY KJP KNJ
Kahayan Kajapah Kuranji
12
LBS
Lubuk Sikaping
13
MBI
Muara Beliti
14
PKS
Pakasi
Dystropepts, Haplorthox, Tropudults Dystropepts, Humitropepts, Tropohumults Dystropepts, Tropudults, Haplorthox Dystropepts, Eutropepts, Tropudults Tropaquepts, Fluvaquents Dystropepts, Tropudults, Troporthents Tropudults, Humitropepts, Troporthents Dystropepts, Eutropepts, Tropudalfs Tropaquepts, Fluvaquents Hydraquents, Sulfaquents Dystropepts, Dystrandepts, Tropaquepts Tropaquepts, Tropofluvents, Fluvaquents Tropudults, Dystropepts, Haplorthox Dystropepts, Dystrandepts,
Luas ha 2.209
% 1,73
36.510
28,55
2.029
1,59
2.557
2,00
382 7.245
0,30 5,66
1.661
1,30
987
0,77
746 5.710 4.399
0,58 4,46 3,44
527
0,41
10.892
8,52
299
0,23
Gambar 19 PETA SISTEM LAHAN 8 7
88 4.1.3
Fisik kimia perairan
Batimetri Teluk Lampung merupakan salah satu dari dua teluk di ujung paling Selatan Pulau Sumatera, Kota Bandar Lampung terletak pada pangkal teluk, dan bagian mulut teluk (arah Selatan-Tenggara) berhadapan langsung dengan Selat Sunda yang merupakan perairan penghubung antara Laut Jawa di sebelah utara dan Samudera Hindia di selatan. Deskripsi batimetri Teluk Lampung didasarkan pada Peta Sumatera-Pantai Selatan, Teluk Kalumbayan hingga Pulau-pulau Tiga skala 1:75.000 dengan inset Pelabuhan Panjang skala 1:25.000 dan Pelabuhan Batubara Tarahan skala 1:20.000 (Dishidros TNI-AL 1998). Dasar laut di sisi utara teluk (pangkal teluk) relatif landai, dengan kedalaman -5 sampai dengan -20 m LWS. Semakin ke arah selatan, kedalaman dasar laut semakin meningkat, dan cenderung semakin curam, di Tanjung Tua dan arah selatan Pulau Legundi (Kabupaten Pesawaran), dasar laut menjadi sangat curam dengan kedalaman mencapai -100 m LWS pada jarak sekitar 1 km dari
89
Satu periode pasut di kawasan pantai Teluk Betung, Bandar Lampung adalah antara 10 jam hingga 14,5 jam. Arus dan Sedimen Arus di Teluk Lampung utamanya dibangkitkan oleh pergerakan massa air
Samudera Hindia dan Laut Jawa. Massa air laut pasang Samudera Hindia dan Laut Jawa, masuk ke dalam teluk dari arah selatan ke arah utara dengan volume massa air yang cukup besar. Pulau-pulau yang berada di selatan menyebabkan terjadinya pembelokan arah massa air, sebagian kecil berbelok ke barat daya (sisi kiri teluk) dan sebagian besar ke timur laut (sisi kanan teluk) dengan arah akhir barat daya. Pembelokan gerakan massa air pasang sisi kanan membentur sisi kanan teluk, dan selanjutnya, terjadi pembelokan dengan arah timur-barat. Pada waktu air laut surut massa air akan keluar dari teluk (Helfinalis 2000). Arus di Teluk Lampung terdiri dari arus pasut yang dibangkitkan oleh pasut, dan arus non pasut yang utamanya dibangkitkan oleh angin. Data mengenai arus pasut yang diacu dari Bapedalda Prov. Lampung dan PT. TELPP (1999),
Gambar 20 PETA PERAIRAN
0
91 Kondisi angin musim tersebut mempengaruhi gradien tekanan antara perairan di barat laut dan tenggara dari pantai barat Sumatera. Kekuatan arus berkisar antara 0,02-0,87 knot. Pada musim barat antara bulan november hingga maret, arus mengalir dengan kecepatan 0,52-0,87 knot dan mencapai kecepatan maksimum pada bulan desember. Arus pada musim barat ini mengalir dengan tetap menuju ke arah tenggara. Sedangkan arus pada musim timur antara bulan april hingga oktober melemah dengan kisaran kecepatan 0,02-0,70 knot. Pada bulan juli arus mencapai minimum, berkisar antara 0,02-0,10 knot. Pada mulut Teluk Lampung, kekuatan arus rata-rata bulanan berkisar antara 0,02-0,87 knot, dimana kecepatan maksimum terjadi pada bulan januari dan februari, dan kecepatan minimum pada bulan maret dan april. Arus rata-rata bulanan di Selat Sunda ini umumnya mengalir ke arah Samudera Hindia, kecuali pada bulan maret, agustus, dan oktober. Pada bulan maret, arus mengalir ke timur laut (dari Samudera Hindia menuju Laut Jawa) dengan kecepatan rata-rata 0,02 knot. Pada bulan agustus dan oktober, arus mengalir ke timur dengan kecepatan
92 tanggal 8 Januari sampai dengan 16 Februari 1994, menunjukkan tinggi gelombang berkisar antara 0,2-1,0 m. Berdasarkan
data
pengamatan
tinggi
gelombang
maksimum
dari
Bapedalda Prov. Lampung dan PT. TELPP (1999), didapatkan informasi tambahan informasi gelombang Teluk Lampung. Pergerakan gelombang dominan yang terjadi adalah dari arah tenggara dan selatan dengan persentase kejadian berturut-turut sebesar 26,48% dan 31,83%. Tinggi gelombang maksimum yang paling dominan adalah >50 cm dengan persentase kejadian sebesar 58,59%. Secara ringkas data gelombang disajikan pada Tabel 10. Arah tenggara merupakan arah dominan berhembusnya angin. Hal ini terkait dengan orientasi Teluk Lampung yang menghadap ke arah Tenggara. Dengan kata lain, jika arah angin terbesar adalah dari barat laut misalnya, maka untuk pembangkitan gelombang di kawasan pantai Teluk Betung Bandar Lampung, tidak akan berpengaruh banyak. Oleh karena itu, pada pangkal teluk (Kota Bandar Lampung), gelombang mejadi relatif rendah, disebabkan semakin
93 Kondisi fisik dan profil pantai terbentuk sebagai akumulasi pengaruh kondisi-kondisi batas yang ada seperti gelombang, arus dan transportasi sedimen baik secara langsung maupun tidak langsung t erhadap pantai. Pengaruh kondisikondisi batas ini akan menentukan bentuk pantai, keberadaan vegetasi penutup pantai, kemiringan pantai, dan sebagainya. Proses difraksi adalah proses yang dialami oleh gelombang jika menemui suatu rintangan. Rintangan tersebut bisa berupa bangunan pemecah gelombang penghalang akan menjadi kecil dibanding tinggi gelombang datang. Di Teluk Lampung terdapat banyak pulau dengan beraneka ragam ukuran. Dengan demikian pulau-pulau tersebut juga berfungsi sebagai rintangan yang akan menyebabkan terdifraksinya gelombang yang datang dari laut lepas. Tinggi gelombang yang sampai di pangkal teluk (Bandar Lampung) tidak akan terlalu besar karena telah tereduksi oleh proses difraksi. Sedangkan proses refleksi atau pemantulan adalah t erpantulnya gelombang oleh karena mengenai suatu lereng tertentu. Jika pengembangan kawasan pesisir Bandar Lampung dengan menggunakan tanggul yang berdinding tegak maka
94 permukiman (perkotaan), industri, dan suspensi yang dibawa oleh aliran sungai. Secara umum, TSS perairan Teluk Lampung sudah melampaui ambang batas baku mutu kualitas air laut untuk biota laut, dan dapat dindikasikan sudah tercemar. Oksigen terlarut (DO) merupakan indikasi ketersediaan oksigen di dalam air yang dibutuhkan oleh mahluk hidup. secara umum peraian Teluk Lampung menunjukkan indikasi DO masih memenuhi prasyarat yang dapat mendukung kehidupan biota laut. Kebutuhan oksigen biologi (BOD) dan kimiawi (COD) merupakan parameter kualitas perairan yang mengindikasikan tingkat pencemaran. BOD dan COD merupakan jumah oksigen (dalam satuan mg/l) yang diperlukan untuk mendegradasi (oksidasi) polutan di dalam air secara biologi dan kimiawi. Baku mutu kualitas air laut untuk biota laut (Lampiran III, Kep-Men-LH No. 51 tahun 2004), hanya mensyaratkan nilai BOD. Perairan yang memiliki BOD <20 mg/l, dapat dinyatakan sebagai perairan yang mampu mendukung kehidupan biota laut dengan baik, dan sebaliknya bila nilai BOD sudah melebihi nilai ambang tersebut.
95 mulut teluk berturut-turut bernilai -19 dan -20. Parameter kualitas air yang menunjukkan terjadinya pencemaran adalah meliputi kekeruhan, TSS, dan BOD. Hasil analisis dengan metode STORET-EPA, semakin mempertegas bahwa air Teluk Lampung sudah terindikasi tercemar. Oleh karena itu, pengelolaan perairan Teluk Lampung harus mendapat perhatian yang lebih serius, dan dilakukan secara terintegrasi dengan pengelolaan wilayah daratan. Tabel 12 Kualitas air Teluk Lampung berdasarkan Metode STORET Satu- Baku No Parameter an Mutu*)
1 2 1 2 3 4 5
Fisika Kekeruhan TSS Kimia pH Salinitas DO BOD Amonia
NTU mg/l
<5 <20
7,0-8,5 ‰ 33-34 mg/l >5 mg/l <20 mg/l <0,3
Pangkal Teluk (5°29’22,8” LS Mulut Teluk (5°50’02,4” LS dan 105°15’9,0” BT) dan 105°37’8,8” BT) RataRataPasang Surut Skor Pasang Surut Skor rata rata 10,8 50,4
4,6 55,4
7,7 52,9
-4 -5
6,4 38,0
6,7 35,0
6,5 36,5
-5 -5
7,6 32,7 7,5 29,2 <0,05
7,7 35,6 7,4 28,4 <0,05
7,6 34,1 7,4 28,8 <0,05
0 0 0 -10 0
7,7 32,6 6,8 24,8 <0,05
7,8 32,7 6,4 22,8 <0,05
7,8 32,6 6,6 23,8 <0,05
0 0 0 -10 0
96 kelimpahan ikan “major” tertinggi didapatkan di Pulau Puhawang sisi barat, sedangkan kelimpahan ikan target tertinggi dijumpai di Pulau Tegal sisi barat, dan kelimpahan ikan indikator tertinggi sebanyak 31 individu ditemukan pada Pulau Puhawang sisi timur. Jumlah jenis ikan “major” tertinggi dijumpai di Pulau Legundi sisi timur, sedangkan untuk ikan target dan indikator jumlah jenis tertinggi dijumpai di Pulau Sebuku pada sisi barat. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa ikan yang terdapat pada lima pulau di Teluk Lampung menunjukkan kondisi yang kurang baik. Kondisi ini disebabkan banyaknya penangkapan ikan menggunakan cara-cara yang merusak karang sebagai habitat ikan tersebut. Jenis ikan karang dan ekonomis penting masih dapat ditemukan, tetapi pada keragaman yang mendekati jarang. Kerusakan karang juga akan mengakibatkan rendahnya ruang hidup bagi ikan karang. Terumbu karang dan padang lamun Hasil penelitian Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Lampung (2007) menunjukkan bahwa Perairan Teluk Lampung mempunyai ekosistem terumbu
97 Ekosistem padang lamun tersebar di beberapa pantai dan pulau di kawasan Teluk Lampung. Ekosistem padang lamun menyediakan fungsi ekologis sebagai pelindung pantai dari gelombang dan berfungsi sebagai filter alami yang menjaga kualitas perairan supaya tetap jernih, dengan mengendapkan material tersuspensi dari pelumpuran (siltasi) di daratan. Padang lamun dengan kondisi baik yang terdapat di kawasan Teluk Lampung menurut Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanografi (2000 dalam Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Lampung 2007) adalah pada Pulau tangkil, Pulau Puhawang, Pulau Tegal dan Pulau Legundi menunjukkan spesies yang beragam dan persentase penutupan lamun yang bervariasi karena letak, tipe dan substrat perairannya. Plankton Hasil
penelitian
Damar
(2003)
menunjukkan
bahwa
komunitas
fitoplankton di perairan Teluk Lampung didominasi oleh diatome ( Chaetoceros danicus, C. cf . debilis dan Pseudonitzschia spp). Sedangkan dinoflagellata dan cyanophyceae hanya terdapat kurang dari 15%, dengan sebaran tertinggi pada
98 Produktivitas primer perairan Produktivitas primer perairan merupakan laju pembentukan senyawa organik yang kaya energi dari senyawa anorganik, yang seringkali dianggap sama dengan laju fotosintesis. Produktivitas primer perairan merupakan parameter penting yang menunjukkan tingkat kesuburan perairan, dan juga dapat menjadi indikasi bagi terjadinya pasokan nutrien yang berlebihan (eutrofikasi) perairan. Acuan produktivitas primer perairan yang utama adalah aktivitas fotosintesis fitoplankton (Nybaken 1982). Penggambaran produktivitas primer perairan Teluk Lampung, dilakukan dengan merujuk pada penelitian Damar (2003). Hasil penelitian Damar (2003) menunjukkan bahwa estimasi produksi primer tahunan lebih tinggi pada perairan di dekat pantai (kawasan perkotaan), dan cenderung lebih rendah pada bagian tengah, dan bagian ke arah luar perairan Teluk Lampung. Di sekitar muara sungai Kota Karang (di Bandar Lampung), produksi primer tahunan sebesar 196,68 g C m -2 tahun-1, sedangkan pada bagian -2
-
tengah dan arah luar teluk, berturut-turut hanya 40,12 g C m tahun 1 dan 30,78 g -2
-1
99 yang merupakan daerah pemukiman, tempat wisata dan pertambakan, hutan mangrove yang dijumpai tinggal memiliki ketebalan <50 m, karena sudah dikonversikan sehingga diperlukan penanaman kembali. Hasil penelitian CRMP (1998a) juga mengungkapkan bahwa pada kawasan mangrove yang terdapat di Teluk Lampung memiliki luas sekitar 700 ha. Hasil penelitian Zieren (1998 diacu dalam Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Lampung 2007) menunjukkan bahwa pada tahun 1970-an luas mangrove kawasan ini sekitar 1.000 ha. Penurunan kawasan magrove dapat diindikasikan turunnya luas kawasan mangrove disebabkan konversi kawasan mangrove menjadi pemukiman, tempat wisata dan pert ambakan. Pemanfaatan mangrove pada tahun 1970-an hanya untuk penyangga dan pagar rumah serta kayu bakar. Pada tahun 1990-an mulai terjadi konversi besar-besaran menjadi ta mbak dan tempat wisata. 4.2
Kependudukan
4.2.1
Jumlah, kepadatan, dan pertumbuhan penduduk
100 kurun waktu yang sama, pertumbuhan penduduk pesisir Teluk Lampung yang direpresentasikan oleh Kota Bandar Lampung dan Kabupaten Lampung Selatan, berturut-turut adalah 1,35% dan 2,10% (BPS Provinsi Lampung 2008a; BPS Bandar Lampung 2008a; BPS Lampung Selatan 2008a; BPS Pesawaran 2008a). Informasi mengenai komponen pertumbuhan penduduk di wilayah penelitian, disajikan pada Tabel 13. 130
120
110
100
) g n 90 a r o u b i r ( 70 k u d u d n 50 e P
30
80
60
40
20
) a h / g n a r o ( n a t a d a p e K
101
tahun 2007 adalah sebesar 2,32%; dan komponen imigrasi yang masuk ke wilaya h penelitian adalah sebesar 1,72%. 4.2.2
Tenaga kerja
Tenaga kerja merupakan bagian dari penduduk yang berusia lebih dari 15 tahun, yang aktif bekerja dalam kegiatan perekonomian, dan atau yang bersedia bekerja. Di dalam wilayah penelitian, jumlah penduduk yang berusia lebih dari 15 tahun pada tahun 2007 adalah berjumlah 402.719 orang (68,78% dari jumlah penduduk). Dari jumlah tersebut, sebanyak 302.139 orang merupakan angkatan kerja. Tingkat pengangguran (angkatan kerja yang mencari kerja) adalah sejumlah 10.435 orang (3,45% dari angkatan kerja). Informasi mengenai tenaga kerja di wilayah penelitian, disajikan pada Tabel 14. Tabel 14
No
Penduduk usia lebih dari 15 tahun di wilayah pesisir Teluk Lampung tahun 2007 Uraian
Jumlah (orang)
Terhadap usia >15 tahun
Terhadap penduduk
102 Tabel 15 No . 1 2 3 4 5 6 7
Lapangan usaha pekerja di wilayah pesisir Teluk Lampung tahun 2007
Lapangan Usaha
Jumlah (orang)
Pertanian Perikanan Industri Pengolahan Perdagangan Jasa Angkutan Lainnya Jumlah
135.945 11.771 13.897 28.766 55.761 11.263 34.301 291.704
Persentase terhadap pekerja (%) 46,60 4,04 4,76 9,86 19,12 3,86 11,76 100,00
Persentase terhadap penduduk (%) 23,22 2,01 2,37 4,91 9,52 1,92 5,86 49,82
Sumber:BPS Prov. Lampung (2001a, 2001b, 2008a), Dinas Tenaga Kerja Prov. Lampung (2005), BPS Pusat (2008)
4.2.3
Keluarga dan keluarga miskin
Jumlah keluarga di wilayah pesisir Teluk Lampung pada tahun 2007 adalah sebanyak 134.337 keluarga. Dari jumlah tersebut, sebanyak 70.611 keluarga (52,56%) merupakan keluarga miskin, yang didekati sebagai keluarga
103
4.2.4
Rumah tangga perikanan
Wilayah pesisir Teluk Lampung merupakan tempat tinggal dan sumber mata pencaharian bagi nelayan dan pembudidaya ikan. Pada tahun 2007 di wilayah pesisir Teluk Lampung tercatat sebanyak 2.336 rumah tangga perikanan (RTP). Jumlah RTP terbanyak adalah di Kota Bandar Lampung (Kecamatan Teluk Betung Barat dan Teluk Betung Selatan), yaitu sebanyak 1.760 RTP (55% dari Teluk Lampung), seperti disajikan pada Gambar 22. Konsentrasi jumlah RTP di Kota Bandar Lampung, disebabkan oleh lebih tersedianya infrastruktur yang dibutuhkan nelayan seperti pelabuhan perikanan dan sarana penunjangnya. 1000
14
900 12 ) P T R ( n a n a k i r e p a g g n a
800 700 600
10
8
500 400
6
) n o t u b i r ( r a g e s n a k i
104 4.3
Ekonomi Wilayah
4.3.1
Produk domestik regional bruto (PDRB)
Penggambaran PDRB wilayah penelitian didapatkan dari pemecahan data PDRB Kabupaten Lampung Selatan, Pesawaran, dan Kota Bandar Lampung, dengan menggunakan alokator relevan. Alokator yang digunakan untuk memecah data PDRB kabupaten dan kota menjadi masing-masing kecamatan di wilayah pesisir, adalah meliputi luas wilayah, jumlah penduduk, luas penggunaan lahan dan produksi pertanian, produksi perikanan, serta jumlah dan sebaran prasarana dan sarana wilayah. Hasil pemecahan PDRB kabupaten dan kota dengan menggunakan alokator tersebut, secara lengkap disajikan pada Tabel 17 dan Tabel 18. PDRB
wilayah
pesisir
Teluk
Lampung
dari
tahun
2003-2007,
menunjukkan perkembangan yang cukup tinggi, baik berdasarkan harga berlaku (ADHB) maupun berdasarkan harga konstan (ADHK). Pangsa PDRB wilayah pesisir Teluk Lampung terhadap provinsi pada tahun 2007 adalah 10,63% ADHB
105
turut pada tahun 2007 pangsa masing-masing sebesar 21,00% dan 10,26% ADHB serta 16,64% dan 14,40% ADHK. Namun demikian, sektor sekunder yaitu industri pengolahan juga menunjukkan pangsa yang besar terhadap PDRB, yaitu mencapai 14,68% ADHB dan 14,67% ADHK. Dilihat dari pertumbuhan sektor-sektor (seperti disajikan pada Tabel 17), tampak bahwa sektor pertanian relatif semakin menurun. Sedangkan pertumbuhan sektor perikanan, industri pengolahan, dan angkutan laut semakin meningkat. Kecenderungan tersebut mengindikasikan bahwa struktur perekonomian wilayah pesisir Teluk Lampung sedang mengalami transformasi lebih bertumpu pada sektor sekunder yaitu industri pengolahan dan angkutan laut, dengan tetap didukung oleh sektor primer wilayah pesisir yaitu perikanan.
7,5 ) % (
Tabel 17 No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
PDRB wilayah pesisir Teluk Lampung per lapangan usaha
Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) Rp juta Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) Rp juta 2003 2004 2005 2006 2007 2003 2004 2005 2006 2007 Perikanan 550.732 589.398 613.594 1.013.883 1.359.718 379.555 388.423 443.595 524.682 558.073 Angkutan laut dan penyeberangan 161.366 170.713 203.960 277.851 331.690 123.704 130.463 134.128 148.659 157.176 Pariwisata 77.742 89.954 97.418 106.187 146.996 63.457 66.739 69.715 71.439 73.614 Pertanian 508.513 552.726 548.895 593.447 664.188 431.943 452.325 455.466 460.447 482.817 Pertambangan dan penggalian 39.510 44.678 47.579 52.572 54.250 37.834 38.945 38.548 37.510 38.069 Industri pengolahan 455.461 487.604 537.801 750.216 950.184 371.899 385.794 407.436 454.720 491.885 Listrik dan air bersih 32.400 38.434 47.103 55.294 59.055 15.864 17.195 14.852 13.497 14.178 Bangunan 190.870 207.748 240.371 321.473 369.632 160.448 164.586 169.951 171.670 177.738 Perdagangan 397.929 431.129 443.338 585.055 681.736 350.859 361.541 369.406 384.321 412.802 Pengangkutan dan komunikasi 295.855 311.710 390.609 493.954 665.864 220.719 240.932 257.939 268.226 288.218 Keu.angan, persewaan, dan jasa prsh. 253.189 327.907 362.088 402.847 476.773 189.457 237.579 263.013 297.440 344.337 Jasa-jasa 441.021 473.751 533.026 576.957 714.452 283.231 290.247 299.981 305.866 314.408 PDRB wilayah pesisir 3.404.587 3.725.752 4.065.781 5.229.737 6.474.538 2.628.969 2.774.769 2.924.030 3.138.478 3.353.313
Lapangan Usaha
Sumber: BPS Bandar Lampung (2008a, 2008b), BPS Lampung Selatan (2008a, 2008b), BPS Pesawaran (2008a, 2008b)
Tabel 18 No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
PDRB wilayah pesisir Teluk Lampung per kecamatan
Kecamatan Katibung Sidomulyo Kalianda Rajabasa Bakauheni Padang Cermin Punduh Pidada Telukbetung Barat Telukbetung Selatan Panjang PDRB wilayah pesisir
Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) Rp juta 2003 2004 2005 2006 2007 226.206 250.904 275.628 345.150 413.380 223.357 245.997 258.138 304.857 358.226 345.329 378.100 411.029 523.659 633.934 133.160 145.461 148.847 207.756 253.779 260.535 278.009 318.940 431.946 501.541 336.006 367.455 384.432 517.982 630.331 183.570 200.747 203.451 282.016 343.884 346.015 371.175 408.958 523.070 691.073 761.566 844.176 940.186 1.188.482 1.502.761 588.842 643.728 716.171 904.820 1.145.628 3.404.587 3.725.752 4.065.781 5.229.737 6.474.538
Sumber: BPS Bandar Lampung (2008a, 2008b), BPS Lampung Selatan (2008a, 2008b), BPS Pesawaran (2008a, 2008b)
6
Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) Rp juta 2003 2004 2005 2006 2007 177.374 184.696 195.013 204.505 218.144 182.215 190.041 194.539 200.122 212.916 274.134 285.099 301.130 321.773 346.057 101.735 104.608 114.054 125.945 134.836 191.564 200.525 207.082 223.757 238.201 259.766 268.133 288.328 314.650 337.322 142.337 146.305 158.658 174.172 186.639 253.799 269.878 279.878 299.777 316.052 587.036 635. 621 668.233 715.442 769.069 459.008 489.863 517.114 558.334 594.077 2.628.969 2.774.769 2.924.030 3.138.478 3.353.313
107
25
20
) % ( B R 15 D P p a d a h r e 10 t a s g n a P 5
0
n . n n n a h t a b . a n a n h . i a g g n a a s h a n a r s r s j o m n s a n y i n n a a u B l a P K e a a k t g a o i r i w i r b g s r P A a n s a a r a n m n g & P e J a d a a P e B P a e D r & t J t r , k i P a u P e k t . r t r i L P e g s w s s t . n r i t u L A k d P e g I n u , A n e K P DRB - ADHB
P DRB - ADHK
108 dinyatakan bahwa sektor-sektor ekonomi lainnya yang meliputi perikanan, angkutan laut dan penyeberangan, pariwisata, industri pengolahan, listrik dan air bersih, bangunan, pengangkutan dan komunikasi, keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan, dan jasa-jasa, merupakan sektor basis bagi wilayah pesisir Teluk Lampung. Namun demikian, dapat dilihat bahwa terdapat dua sektor yang secara sangat mencolok memiliki nilai LQ sangat tinggi, yaitu perikanan serta angkutan laut dan penyeberangan, dengan nilai masing-masing 2,30 dan 6,20. Kedua sektor ini memang sangat ditunjang oleh kondisi wilayah Teluk Lampung, yaitu dengan terdapatnya pelabuhan laut dan penyeberangan utama, serta pelabuhan perikanan, di wilayah ini. Tabel 19 No. 1 2 3 4 5
Nilai LQ sektor ekonomi wilayah pesisir Teluk Lampung
Sektor Perikanan Angkutan Laut dan Penyeberangan Pariwisata Pertanian Pertambangan dan Penggalian
LQ 2,30 6,20 1,53 0,41 0,45
Keterangan basis basis basis bukan basis bukan basis
109 yang dipengaruhi oleh pergeseran pertumbuhan perekonomian Provinsi Lampung.
2) Komponen pergeseran proporsional ( P ), merupakan pertumbuhan total sektor
yang
bersangkutan
secara
relatif,
dibandingkan
dengan
pertumbuhan seluruh sektor dalam wilayah provinsi, yang menunjukkan dinamika sektor tersebut secara total dalam wilayah provinsi. Nilai Pj > 0 dapat diinterpretasikan bahwa sektor yang bersangkutan tumbuh lebih cepat dibandingkan pertumbuhan total sektor provinsi; nilai Pj < 0 dapat diinterpretasikan bahwa sektor yang bersangkutan relatif tumbuh lebih lambat. 3) Komponen pergeseran diferensial ( D), menjelaskan bagaimana tingkat kompetisi sektor yang bersangkutan dibandingkan dengan pertumbuhan total
sektor
tersebut
dalam
wilayah
provinsi.
Komponen
ini
menggambarkan dinamika (keunggulan) sektor tersebut di wilayah pesisir Teluk Lampung terhadap sektor yang sama di wilayah lain dalam wilayah
110 pesisir dibandingkan dengan wilayah lain di dalam provinsi, karena ditunjang oleh keuntungan lokasional wilayah pesisir. Tabel 20 No . 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Komponen pergeseran-pertumbuhan wilayah pesisir Teluk Lampung
PertumPergeseran Pergeseran Sektor buhan total proporsio- diferensial wilayah (S ) nal ( P ) ( D) Perikanan 0,2155 0,5111 -0,2562 Angkutan Laut dan Penyeberangan 0,2155 -0,0251 0,0802 Pariwisata 0,2155 -0,0272 -0,0283 Pertanian 0,2155 -0,0549 -0,0428 Pertambangan dan Penggalian 0,2155 -0,4899 0,2806 Industri Pengolahan 0,2155 -0,0041 0,1112 Listrik dan Air Bersih 0,2155 0,0646 -0,3864 Bangunan 0,2155 -0,0601 -0,0476 Perdagangan 0,2155 -0,0188 -0,0202 Pengangkutan dan Komunikasi 0,2155 0,0837 0,0066 Keu., Persewaan, dan Jasa Prsh. 0,2155 0,5161 0,0859 Jasa-jasa 0,2155 -0,1059 0,0004
Sumber:
BPS Bandar Lampung (2008a, 2008b), BPS Pesawaran (2008a, 2008b), BPS Lampung Selatan (2008a, 2008b)
111
berdaya saing tinggi dapat menjadi kebijakan pengembangan wilayah pesisir Teluk Lampung, dan harus diakomodasi dalam perencanaan t ata ruang. Tabel 21 No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Daya saing sektor ekonomi wilayah pesisir Teluk Lampung
Sektor Perikanan Angkutan Laut dan Penyeberangan Pariwisata Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik dan Air Bersih Bangunan Perdagangan Pengangkutan dan Komunikasi Keu., Persewaan, dan Jasa Prsh. Jasa-jasa
LQ
Pj
Dj
>1 >1 >1 <1 <1 >1 >1 >1 <1 >1 >1 >1
>0 <0 <0 <0 <0 <0 >0 <0 <0 >0 >0 <0
<0 >0 <0 <0 >0 >0 <0 <0 <0 >0 >0 >0
Daya Saing Tinggi Tinggi Rendah TBS TBS Tinggi Tinggi Rendah TBS Tinggi Tinggi Tinggi
Keterangan: TBS = tidak berdaya sain g Sumber: BPS Bandar Lampung (2008a, 2008b), BPS Pesawaran (2008a, 2008b), BPS Lampung Selatan (2008a, 2008b)
112 500
800
450
700
400
600
350
500
) r a y l i 300 m p R 250 ( i s a t s 200 e v n I
400
300
200
150
100
100
0
50
-100
0
-200 2000
2001
2002
2003
Investasi
2004
2005
2006
2007
Pertumbuhan
Gambar 25 Investasi langsung swasta di wilayah Pesisir Teluk Lampung
) % ( n a h u b m u t r e P
113
Panjang, serta dermaga untuk kepentingan sendiri (DUKS) batubara milik PT. Bukit Asam (PTBA), dan DUKS pulp milik PT. Tanjung Enim Lestari Pulp and Paper (TELPP). Data mengenai prasarana jalan dan rel kereta api, disajikan pada Tabel 22. Tabel 22 No. 1 2 3 4
Sumber:
Jalan dan rel kereta api di wilayah pesisir Klasifikasi Jalan
Jalan Nasional Jalan Provinsi Jalan Kabupaten/Kota dan Desa Rel Kereta Api Jumlah Panjang Jalan Panjang Rel Kereta Api
Panjang (km) 104 245 1.040 19 1.389 19
Kerapatan Jalan 2 (km/km ) 0,08 0,19 0,81 1,09 -
BPS Bandar Lampung (2008a), BPS Pesawaran (2008a), BPS Lampung Selatan (2008a), Pemprov Lampung (2010)
Kerapatan jalan di wilayah pesisir masih jarang, dan di samping itu kondisi jalan masih banyak yang rusak. Berdasarkan hasil studi lapangan, juga diketahui bahwa sebaran jalan masih tidak merata, terutama pada wilayah pesisir
114 penyeberangan, keberadaan pelabuhan dan dermaga juga merupakan pendukung sektor perikanan, sebagai pelabuhan perikanan atau pendaratan ikan. Sebaran
prasarana
pelabuhan
dan
dermaga
angkutan
laut
dan
penyeberangan lebih terkonsentrasi di wilayah Kota Bandar Lampung, termasuk pelabuhan internasional Panjang. Pada wilayah Kabupaten Pesawaran dan Lampung Selatan, lebih banyak tersebar pelabuhan dan dermaga untuk kegiatan perikanan, kecuali Bakauheni yang merupakan pelabuhan penyeberangan utama yang melayani penyeberangan Merak-Bakauheni. Selain pelabuhan dan dermaga angkutan laut, penyeberangan, dan perikanan, juga terdapat beberapa Dermaga Untuk Kepentingan Sendiri (DUKS), yang dioperasikan untuk kepentingan berbagai perusahaan. DUKS terkonsentrasi di Kota Bandar Lampung, yang digunakan untuk kepentingan angkutan laut meliputi bahan bakar minyak, industri kayu, pakan ternak, industri alat berat, batubara, dan pulp. Sebaran pelabuhan dan dermaga di wilayah pesisir Teluk Lampung, disajikan pada Tabel 24.
115
Kabupaten Pesawaran, Lampung Selatan, dan Kota Bandar Lampung. Atraksi wisata utama yang ditawarkan oleh berbagai tempat wisata tersebut adalah suasana pantai berpasir, dan pada beberapa tempat wisata ditunjang oleh fasilitas tempat makan dan permainan. Berdasarkan sebarannya, tempat wisata pantai lebih banyak terdapat di wilayah Lampung Selatan. Kondisi tersebut lebih disebabkan oleh lokasi pantai di Lampung Selatan dapat dijangkau lebih cepat dan mudah, karena relatif sejajar dengan ruas jalan nasional Bandar Lampung-Bakauheni. Informasi mengenai lokasi prasarana wisata pantai di wilayah pesisir Teluk Lampung, disajikan pada Tabel 25. Tabel 25 No. 1 2 3 4 5
Lokasi prasarana wisata pantai di wilayah pesisir Teluk Lampung Nama Tempat Bensor Resort Pantai Klara Pantai Lautzhy Ringgung Pantai Pasir Wisata Pantai Puri Gading
Lokasi Pesawaran Pesawaran Pesawaran Pesawaran Bandar Lampung
116 memang nelayan Teluk Lampung didominasi oleh nelayan kecil (artisanal), dan umumnya melaut hanya dalam satu hari (one day fishing ). Kapal-kapal yang berukuran lebih besar (10-20 ton dan >20 ton), merupakan kelompok nelayan yang beroperasi di luar Teluk Lampung (Teluk Semangka, Selat Sunda, perairan Barat dan Timur Lampung, atau ke Laut Jawa), dan wilayah pesisir Teluk Lampung hanya merupakan tempat mendarat dan bermukim sa ja ( fishing base). Sebaran armada kapal nelayan terbanyak adalah di wilayah Kota Bandar Lampung, terutama Kecamatan Teluk Betung Barat dan Teluk Betung Selatan. Hal tersebut disebabkan oleh lebih tersedianya prasarana dan sarana yang dibutuhkan nelayan di Kota Bandar Lampung. Informasi mengenai armada nelayan di wilayah pesisir Teluk Lampung, disajikan pada Tabel 26. Tabel 26
Armada nelayan di wilayah pesisir Teluk Lampung
No. Kecamatan
1
Padang Cermin
Perahu Perahu Kapal bermotor (ton) tidak bermotor Jumlah <5 5-10 10-20 >20 bermotor tempel ……………………… unit …………………. 52 47 37 15 5 156
117
kepentingan seperti koperasi pegawai negeri, organisasi karyawan, simpan pinjam, angkutan, pasar, dan lain-lain. Dilihat dari sebarannya, koperasi di wilayah pesisir Teluk Lampung ternyata telah menyebar cukup merata di seluruh kecamatan. Namun demikian, dari sisi jenis koperasi, maka terlihat ketimpangan yang mencolok antara jumlah koperasi KUD dan non-KUD. Secara umum pada semua kecamatan, keberadaan KUD jauh lebih sedikit daripada koperasi non-KUD, padahal KUD lebih berurusan dengan pertanian dan perikanan yang merupakan sektor utama ekonomi kerakyatan. Oleh karena, dorongan untuk mengembangkan ekonomi kerakyatan pada wilayah pesisir yang bercorak pertanian dan perikanan, dapat dibantu dengan mengembangkan KUD secara lebih baik. Informasi mengenai koperasi di wilayah pesisir Teluk Lampung, disajikan pada Tabel 27. Tabel 27 No.
Jenis dan sebaran koperasi di wilayah pesisir Teluk Lampung
Kecamatan
KUD (unit)
Non-KUD (unit)
Jumlah
118 Kepulauan Krakatau sebagai kawasan strategis nasional. Penggambaran struktur dan pola ruang dalam RTRW Provinsi Lampung, Kabupaten Lampung Selatan, Kabupaten Pesawaran, dan Kota Bandar Lampung, yang terkait dengan Teluk Lampung, disajikan pada Gambar 26. Struktur hierarki fungsional kota-kota di wilayah pesisir Teluk Lampung adalah meliputi 4 ordinasi pusat pelayanan, yaitu:
Pusat Kegiatan Nasional (PKN), yang melayani wilayah Provinsi Lampung dan/atau wilayah sekitarnya di Sumatera Bagian Selatan, ter letak di Kota Bandar Lampung; merupakan pusat pemerintahan provinsi, perdagangan dan jasa, distribusi dan koleksi, pendukung jasa pariwisata, dan pendidikan tinggi.
Pusat Kegiatan Wilayah (PKW), yang melayani satu atau lebih Kabupaten/Kota,
yaitu
Kalianda;
merupakan
pusat
pemerintahan
kabupaten, jasa pendukung pariwisata, perdagangan, dan jasa.
Pusat Kegiatan Wilayah Provinsi (PKWp), yang direkomendasikan oleh
119 Ratai di Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran sebagai kawasan militer.
Kawasan Pulau Sebesi dan Sebuku sebagai bagian dari kawasan strategis nasional (KSN) Selat Sunda dan Krakatau dan sekitarnya.
Kawasan Pemerintahan: Bandar Lampung dan Kalianda.
Kawasan Perdagangan dan Jasa: Bandar Lampung.
Kawasan Permukiman: Bandar Lampung dan Kalianda, serta kawasan perdesaan di wilayah pesisir Teluk Lampung.
Kawasan
Pelabuhan:
Panjang
Telukbetung, Legundi, Sebesi Kalianda
sebagai
pelabuhan
internasional;
sebagai pelabuhan pengumpan regional;
sebagai pelabuhan pengumpan lokal; serta dermaga untuk
kepentingan
sendiri
(DUKS);
Bakauheni
sebagai
pelabuhan
penyeberangan lintas Sumatera-Jawa, dan Srengsem sebagai pelabuhan penyeberangan pendukung.
Kawasan Wisata: wisata bahari di Teluk Lampung; wisata budaya di
120 tidak dijadikan sebagai kawasan strategis yang merupakan satu kesatuan, melainkan hanya tersekat sebagai wilayah strategis provinsi di Teluk Ratai (Kabupaten Pesawaran) dan di Bakauheni ( Kabupaten Lampung Selatan). Wilayah pesisir Teluk Lampung memiliki potensi ekonomi wilayah yang besar, dengan PDRB sekitar 10% dari wilayah provinsi dan rasio luas wilayah dan jumlah penduduk terhadap provinsi berturut-turut hanya 3,62% dan 8,03%. Secara ekologis wilayah ini merupakan kesatuan fungsional yang relatif dapat dibatasi dari wilayah lainnya di Provinsi Lampung. Wilayah pesisir Teluk Lampung, dipisahkan oleh daerah aliran sungai (DAS) tersendiri, dan memiliki perairan teluk yang semi tertutup dengan tubuh air lainnya. Nilai strategis lain dari wilayah pesisir Teluk Lampung adalah lokasi geografisnya sebagai pintu gerbang antar Pulau Sumatera dan Jawa, serta dari sisi pertahanan sebagai calon pusat armada barat TNI-AL. Berdasarkan kondisi wilayah dan nilai strategis kawasan, maka terdapat cukup alasan untuk memberikan status sebagai kawasan strategis provinsi pada