1
BAB 1.PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Salah satu masalah kekurangan zat gizi di Indonesia yang belum dapat ditanggulangi adalah Gangguan Akibat Kekurangan yodium (GAKY). Masalah GAKY merupakan masalah serius, survai Nasional pemetaan GAKY di seluruh Indonesia pada tahun 1998 diperoleh temuan bahwa 33% kecamatan di Indonesia masuk kategori endemik, 21% endemik ringan, 5% endemik sedang dan 7% kecamatan endemik berat. Berdasarkan data ini diperkirakan 53,8 juta penduduk tinggal di daerah endemik GAKY dengan rincian 8,8 juta penduduk tinggal di daerah endemik berat, 8,2 juta tinggal di daerah endemik sedang, 36,8 juta tinggal di daerah endemik ringan (Depkes R.I, 2004). Gangguan akibat kurang yodium tidak hanya menyebabkan pembesaran kelenjar gondok tetapi juga berbagai macam gangguan lain. Kekurangan yodium pada ibu yang sedang hamil dapat berakibat abortus, lahir mati, kelainan bawaan pada bayi, meningkatnya angka kematian prenatal.melahirkan bayi kretin. Kekurangan yodium yang diderita anak-anak menyebabkan pembesaran kelenjar gondok, gangguan fungsi mental, dan perkembangan fisik pada orang dewasa berakibat pada pembesaran kelenjar gondok, hipotiroid, dan gangguan mental (Pudjiadi, 1997). Salah satu dari akibat kurang yodium adalah kretinisme. Kretinisme adalah suatu kelainan hormonal pada anak-anak. Ini terjadi akibat kurangnya hormon tiroid. Penderita kelainan ini mengalami kelambatan dalam perkembangan fisik maupun mentalnya. Kretinisme dapat diderita sejak lahir atau pada awal masa kanak-kanak (Adrian, 2011). Klien pada kasus ini biasa ditandai dengan kelambatan pertumbuhan fisik dan mental.
2
2
1.2 Rumusan Masalah
1.1.1.
Bagaimana definisi dan klasifikasi Kretinisme?
1.1.2.
Bagaimana epidemiologi Kretinisme?
1.1.3.
Apa saja etiologi Kretinisme?
1.1.4.
Bagaimana tanda dan gejala Kretinisme?
1.1.5.
Bagaimana patofisiologi Kretinisme?
1.1.6.
Bagaimana komplikasi dan prognosis Kretinisme?
1.1.7.
Bagaimana pengobatan dan pencegahan Kretinisme?
1.1.8.
Bagaiamana asuhan keperawatan pada anak dengan Kretinisme?
1.3 Tujuan
Adapun beberapa tujuan kami dalam menyusun makalah ini antara lain: 1.3.1
Untuk mengetahui definisi dan klasifikasi Kretinisme;
1.3.2
Untuk mengetahui epidemiologi Kretinisme;
1.3.3
Untuk mengetahui etiologi Kretinisme;
1.3.4
Untuk mengetahui tanda dan gejala Kretinisme;
1.3.5
Untuk mengetahui patofisiologi Kretinisme ;
1.3.6
Untuk mengetahui komplikasi dan prognosis Kretinisme;
1.3.7
Untuk mengetahui pengobatan dan pencegahan Kretinisme;
1.3.8
Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada anak dengan Kretinisme.
1.4 Implikasi keperawatan
Bidang keperawatan merupakan suatu bidang ilmu yang sangat berpengaruh terhadap kondisi sehat dan sakit dari seorang individu. Dalam keilmuan keperawatan terdapat proses keperawatan yang digunakan untuk melakukan penatalaksanaan terhadap
suatu
permasalahan
kesehatan,
termasuk
penatalaksanaan
terhadap
gangguan sistem perkemihan yakni Kretinisme. Melalui makalah ini, mahasiswa keperawatan maupun tenaga kesehatan dapat lebih mendalami mengenai penyakit Kretinisme dan penatalaksanaannya, akan tetapi tetap dengan diimbangi dari referensi
3
3
lainnya. Proses asuhan keperawatan yang diulas dalam makalah ini juga dapat digunakan oleh mahasiswa keperawatan maupun tenaga profesional keperawatan dalam menghadapi klien dengan gangguan hormonal seperti Kretinisme.
4
4
BAB 2. PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Kretinisme merupakan gangguan akibat kekurangan hormon tiroid yang disebabkan kurangnya yodium pada masa awal setelah bayi dilahirkan. Kretinisme adalah gangguan akibat kegagalan kelenjar tiroid yang memproduksi hormon tiroid atau hipotiroidisme (Kumorowulan, 2010). Kretinisme juga merupakan gejala kekurangan iodium atau gangguan akibat kekurangan iodium (GAKY). Penderita kelainan ini mengalami keterlambatan dalam perkembangan fisik maupun mentalnya. Kretinisme dapat diderita sejak lahir atau pada awal masa kanak-kanak (Adrian, 2011). Terdapat dua macam kretinisme, yaitu kretin endemik dan kretin Sporadik (Kumorowulan, 2010). Kretin endemik disebabkan oleh kekurangan iodium, sedangkan kretin sporadik atau juga dikenal sebagai hipotiroid kongenital disebabkan oleh kekurangan hormon tiroid pada bayi baru lahir seperti tidak adanya kelenjar tiroid (aplasia), kelainan struktur kelenjar (displasia, hipoplasia), lokasi abnormal (kelenjar ektopik) atau ketidakmampuan mensintesis hormon karena gangguan metabolik kelenjar tiroid (dishormonogenesis) (Kumorowulan, 2010).
2.2 Epidemiologi
Di seluruh dunia prevalensi dari kretinisme sporadik atau hipotiroid kongenital mendekati l:3000 dengan prevalensi tinggi sekali di daerah kekurangan yodium (l:900). Prevalensi di Asia Timur bervariasi dari 1:1000 sampai 1:6467. Sehingga bila dilihat dari jumlah penduduk maka bayi dengan kretinisme sporadik atau hipotiroid kongenital yang lahir tiap tahun mendekati 40.000. Kretin endemik pada umumnya terdapat di daerah defisiensi Iodium yang sangat berat dengan median kadar iodium urin < 25 ug/L (Kumorowulan, 2010). Prevalensi kretin di daerah defisiensi Iodium
5
5
berat berkisar antara 1%-15%. Hal ini tentu saja berdampak terhadap masalah kesehatan dan sumber daya manusia. Di Indonesia hasil skreening bayi baru lahir di beberapa propinsi ditemukan bayi dengan hipotiroid kongenital l (satu) diantara 4.305 bayi lahir hidup. Hasil penelitian Sunartini (1999) pada 10.000 bayi baru lahir di daerah endemis kekurangan yodium di Yogyakarta dan sekitarnya ditemukan 8 bayi dengan hipotiroid kongenital atau 1 diantara 1.250 bayi (Kumorowulan, 2010).
2.3 Etiologi
Kreatinisme terjadi disebabkan karena adanya beberapa kelainan, yaitu: 1. Agenesis (kegagalan pembentukan atau pengembangan sebagian atau seluruh organ atau bagian tubuh saat masih dalam tahap embrio) atau disgenesis kelenjar tiroid. 2. Kelainan hormogenesis a. Kelainan bawakan enzim (inborn error ) b. Defisiensi iodium (kretinisme endemic) Istilah kretinisme mula-mula digunakan untuk bayi-bayi yang baru lahir pada daerah-daerah dengan asupan iodium yang rendah serta goiter endemik. Kretin endemik merupakan kelainan akibat kekurangan iodium yang berat pada saat masa fetal dan merupakan indikator klinik yang penting bagi gangguan akibat kekurangan iodium. Tanda-tanda klinis yang menonjol yaitu adanya retardasi mental, postur pendek, muka dan tangan tampak sembab dan seringkali tuli mutisme dan tanda-tanda kelainan neurologis. c. Kretinisme konginetal Kretin sporadik atau dikenal juga sebagai hipotiroid kongenital berbeda dengan kretin endemik. Etiologi kretin sporadik bukan karena defisiensi yodium tetapi kelenjar tiroid janin yang gagal dalam memproduksi hormon tiroid secara cukup karena berbagai macam sebab. Penyebab terjadinya kretin sporadic atau hipotiroid congenital adalah kekurangan hormon tiroid pada bayi baru lahir oleh karena kelainan pada kelenjar tiroid seperti tidak adanya kelenjar tiroid
6
6
(aplasia), kelainan stuktur kelenjar (diplasia,hipoplasia), lokasi abnormal (kelenjar ektopik) atau ketidakmampuan mensintesis hormon karena gangguan metabolik kelenjar tiroid (dishormonogenesis). Kelainan tersebut dapat terjadi di kelenjar tiroid sehingga disebut hipotiroid kongenital primer, dan jika terjadi di otak (hipofisis atau hipotalamus) maka disebut hipotiroid sekunder atau tersier. Kekurangan hormon tiroid juga dapat bersifat sementara (transient) seperti pada keadaan difesiensi yodium, bayi prematur maupun penggunaan obat antitiroid yang diminum ibu.
2.4 Tanda dan Gejala
Pada penderita kretinisme biasanya ditandai dengan perawakan pendek akibat kurangnya hormon tiroid dalam tubuh sehingga menyebabkan terhambatnya pertumbuhan tulang dan otot disertai kemunduran mental karena sel-sel otak kurang berkembang (Qeeya, 2010). Anak yang mengalami kretinisme memiliki muka bulat, perut buncit, leher pendek, dan lidah yang besar. Bila terjadi pada orang dewasa, gejalanya berupa kulit tebal, muka bengkak, rambut kasar, mudah gemuk, denyut jantung lambat, suhu tubuh rendah, serta lamban secara fisik dan mental. Bayi yang mengalami kretinisme memiliki berat badan dan panjang tubuh yang normal saat lahir, dengan tanda-tanda karakteristik (kretinisme) berkembang dalam waktu 3 sampai 6 bulan. Pada saat bayi menyusui sejak lahir hingga penyapihan, terdapat gejala-gejala yang timbulnya akan tertunda karena saat menyusui bayi mengkonsumsi ASI yang di dalamnya terdapat sejumlah kecil hormon tiroid. Biasanya, bayi dengan kretinisme akan tidur secara berlebihan, jarang menangis (kecuali untuk sesekali serak menangis), dan tidak aktif. Oleh karena itu, orang tua mungkin menggambarkan bayi mereka sebagai bayi yang baik, tidak ada masalah sama sekali. Perilaku tersebut benar-benar hasil dari berkurangnya metabolisme dan gangguan mental yang progresif. Bayi dengan kretinisme juga menunjukkan refleks yang abnormal dalam tendon, otot perut yang mengalami hipotonik, penonjololan perut dan lambat, gerakan canggung.
7
7
Bayi dengan kretinisme akan mengalami kesulitan makan, konstipasi, dan penyakit kuning (jaundice) karena hati yang belum matang tidak bisa terkonjugasi bilirubin. Penonjolan lidah juga terjadi pada bayi dengan kretinisme sehingga menghalangi proses respirasi, membuat pernapasan keras dan berisik dan memaksa dia untuk membuka mulutnya. Bayi dengan kretinisme akan mengalami dispnea saat beraktivitas, anemia, fitur wajah yang abnormal, seperti dahi pendek, mata bengkak (edema periorbital), kelopak mata berkerut, hidung yang lebar dan pendek, dan ekspresi membosankan mencerminkan keterbelakangan mental. Di samping itu, bayi dengan kretinisme memiliki bintik-bintik di kulit akibat sirkulasi yang buruk dan rambut kering, rapuh, dan kusam. Pertumbuhan gigi yang terlambat dan mengalami pembusukan awal, dan bayi memiliki suhu tubuh di bawah normal dan denyut nadi yang lambat.
2.5 Patofisiologi
Kecepatan pertumbuhan tidak berlangsung secara kontinyu selama masa pertumbuhan,
demikian
juga
faktor-faktor
yang
mendorong
pertumbuhan.
Pertumbuhan janin, tampaknya sebagian besar tidak bergantung pada control hormon, ukuran saat lahir terutama ditentukan oleh faktor genetik dan lingkungan. Faktor hormon mulai berperan penting dalam mengatur pertumbuhan setelah lahir. Faktor genetik dan nutrisi juga sangat mempengaruhi pertumbuhan pada masa ini. Kelenjar tiroid yang bekerja dibawah pengaruh kelenjar hipofisis, tempat diproduksinya hormon tireotropik. Hormone ini mengatur produksi hormone tiroid, yaitu tiroksin (T4) dan triiodo-tironin (T3). Kedua hormone tersebut dibentuk dari monoiodo-tirosin dan diiodo-tirosin. Untuk itu diperlukan dalam proses metabolic di dalam badan, terutama dalam pemakaian oksigen. Selain itu juga merangsang sintesis protein dan mempengaruhi metabolisme karbohidrat, lemak dan vitamin. Hormon ini juga diperlukan untuk mengolah karoten menjadi vitamin A. Hormone tiroid esensial juga sangat penting untuk pertumbuhan tetapi ia sendiri tidak secara langsung bertanggung jawab menimbulkan efek hormone pertumbuhan. Hormone ini berperan
8
8
permisif dalam mendorong pertumbuhan tulang, efek hormone pertumbuhan akan maksimum hanya apabila terdapat hormone tiroid dalam jumlah yang adekuat. Akibatnya, pada anak hipotiroid pertumbuhan akan terganggu, tetapi hipersekresi hormone tiroid tidak menyebabkan pertumbuhan berlebihan. Tiroksin mengandung banyak iodium. Kekurangan iodium dalam makanan dalam waktu panjang mengakibatkan pembesaran kelenjar gondok karena kelenjar ini harus bekerja keras untuk membentuk tiroksin. Kekurangan tiroksin menurunkan kecepatan metabolisme sehingga pertumbuhan lambat dan kecerdasan menurun. Bila ini terjadi pada anak-anak mengakibatkan kretinisme.
2.6 Komplikasi dan Prognosis
Komplikasi yang dapat ditimbulkan oleh penyakit kreatinism adalah malformasi (kegagalan) skeletal dan keterbelakangan mental ireversibel untuk bayi hipotiroid yang tidak diobati pada usia 3 bulan. Anak-anak mungkin menunjukkan ketidakmampuan dalam belajar dan pematangan seksual yang cepat atau lambat. Koma miksedema adalah situasi yang mengancam nyawa yang ditandai oleh eksaserbasi (perburukan) semua gejala hipotiroidisme termasuk hipotermia tanpa menggigil, hipotensi, hipoventilasi, dan penurunan kesadaran hinggan koma. Dalam keadaan darurat misalnya pada koma miskedema maka hormon tiroid diberikan secara intravena. Pengobatan dini membantu mencegah keterbelakangan. Makin muda dimulai dalam pemberian hormon tiroid, maka makin baik prognosisnya. Kalau terapi dimulai sesudah umur 1 tahun, biasanya tidak akan tercapai IQ yang normal. Pertumbuhan badan dapat tumbuh dengan baik.
9
9
2.7 Pengobatan
Deteksi
dini
merupakan
cara
yang
sangat
penting
untuk
mencegah
keterbelakangan mental ireversibel dan membantu dalam pertumbuhan fisik yang normal. Pengobatan yang dapat diberikan untuk penderita kretinism adalah levothyroxine secara oral (Synthroid), dimulai dengan dosis sedang. Dosis yang diberikan secara bertahap dapat meningkatkan ke tingkat yang cukup untuk pemeliharaan seumur hidup. Peningkatan yang pesat dalam dosis bisa memicu thyrotoxicity. Anak-anak memerlukan dosis yang lebih tinggi daripada orang dewasa karena anak-anak memiliki proses metabolisme hormon tiroid yang cepat.
2.8 Pencegahan
Pencegahan yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut: 1. Tahap I (Promotif) Cara yang tepat untuk melakukan tindakan promotif adalah dengan melakukan penyuluhan pentingnya penggunaan yodium terutama bagi penduduk yang tinggal di daerah pengunungan. 2. Tahap II (Preventif) Rowland dan Crotteau (2008) dalam jurnal What are the cause of elevated TSH in a newborn mengatakan bahwa The United States Preventive Service Task Force (USPSTF) merekomendasikan skrining rutin untuk bayi yang lahir tanpa gejala yang beresiko terkena hipotiroidisme kongenital. USPSTF juga merekomendasikan bahwa dokter harus mengevaluasi hasil skrining abnormal tiroid dengan tes laboratorium tambahan, menggunakan TSH sebagai tes utama dan T4 sebagai tambahan tes. Selain itu, American Thyroid Association (ATA) mendukung skrining tiroid kedua pada 7 sampai 14 hari dari kehidupan untuk meningkatkan spesifisitas skiring hipotiroidisme kongenital.
10
10
3. Tahap III (Kuratif) Hopwood (2006) dalam jurnal Treatment of The Infant Congenital Hypotiroidism mengatakan bahwa The American Acsdemy of Pediatric (AAP) merekomendasikan dosis penggunaan L-thyroxine, 10-15 ug/kg/hari untuk ibu hamil dengan kondisi dimana ditemukan T4 yang rendah dan peningkatan TSH. 4. Tahap IV (Rehabilitatif) Rose et.al (2011) dalam jurnal Update of Newborn Screening and Therapy for Congenital Hypotiroidism, setelah diberikan L-tiroksin sebagai upaya kuratif, kemudian dilanjutkan monitoring dengan cara mengecek ulang TSH dan T4 yang dilakukan 2-4 minggu setelah terapi dimulai. Kemudian dilakukan 1-2 bulan sekali pada 6 bulan pertama kehidupan, kemudian dilanjutkan tiap 3-4 bulan pada umur 6 bulan sampai 3 tahun, dan kemudian tiap 6-12 bulan pada saat usia lebih dari 3 tahun, dengan tujuan pengobatan kadar TSH dan T4 normal.
11
11
BAB 3. PATHWAY
Gangguan terhadap Jaringan tiroid fungsional
Penurunan sekresi TSH atau resistensi TSH
Kekurangan yodium
Penggunaan obat antitiroid saat kehamilan
Hipotiroidisme
Reaksi Autoimun
Menurunnya kadar hormone T3 dan T4
Pertumbuhan dan perkembangan pada fase infan terhambat
Menurunnya laju metabolisme
Jantung Perhentian pertumbuhan (kretinisme)
Pulsasi jantung lambat
Gangguan pertumuhan dan perkembanga
Gagguan proses pikir
Otak Suhu tubuh menurun
Penurunan metabolisme protein dan pembentukan tulang
Obstruksi lidah
Hati
Kesulitan bernapas, dispnea
Konjugasi bilirubin tidak terjadi
Hipotermia
Gangguan citra diri
Ikterik persisten, edema peorbital, anemia
Ketidakefektifan bersihan jalan napas
Konstipasi
Sulit makan, menyusu
Ketidakefektifan pola makan anak
12
12
BAB 4. ASUHAN KEPERAWATAN
4.1 Pengkajian
4.1.1 Identitas Klien a. Nama Berisi nama lengkap klien yang mengalami kretinisme. b. Jenis Kelamin Pada klien yang mengalami kreatinisme jenis kelamin tidak mempengaruhi karena penyakit ini akibat adanya gangguan pada endokrin. c. Usia Anak-anak memiliki resiko tinggi terhadap penyakit kreatinisme ini. Dan kreatinisme kronis terjadi sering pada bayi dan anak-anak yang berada di daerah defisiensi Iodium yang sangat berat dengan median kadar iodium urin < 25 ug/L. d. Alamat Lingkungan tempat tinggal pada daerah yang defisiensi Iodium yang sangat berat dengan median kadar iodium urin < 25 ug/L salah satu faktor penyebab kreatimisme. e. Agama Agama tidak mempengaruhi sesorang untuk terkena penyakit pielonefritis.
4.1.2 Status Kesehatan a. Keluhan Utama Klien dengan penyakit kreatinisme biasanya keluahan utama yang umumnya muncul yaitu bentuk tubuh yang pendek (cebol), metabolism tidak optimal, sering lemah, konstipasi, dan kadang diikuti keterbelakangan mental.
13
13
b. Riwayat Kesehatan Sekarang Pada pasien kretinisme biasanya akan diawali dengan tanda-tanda anak mengalami gangguan perkembangan fisik (cebol), muka bulat (moon face), kepala besar, berbicara terbata-bata, lidah tebal, warna kulit agak kekuningan dan pucat, kepala besar. c. Riwayat Kesehatan Dahulu Kaji penyakit kesehatan terdahulu Klien yang dapat berhubungan dengan timbulnya
penyakit
kreatinisme
yang
diderita.
Misalnya
hipotiroidisme
kongenital, riwayat ibu yang meminum obat antitiroid, riwayat ibu yang sakit hipertiroid, riwayat tiroidektomi, tiroiditis. d. Riwayat Penyakit Keluarga Kaji riwayat penyakit keluarga apakah ada keluarga yang memiliki penyakit kreatinisme atau gangguan pada sistem endkrin. e. Riwayat Imunisasi Imunisasi tidak berpengaruh terhadap kretinisme. Pemberian imunisasi akan terlihat maksimal terhadap pencegahan dari suatu penyakit yang umumnya diakibatkan oleh virus atau bakteri. Karena kretinisme merupakan suatu penyakit yang ditimbulkan akibat ada maslah di endokrin karena kekurangan iodium maka imunisasi diatas tidak terlalu berpengaruh terhadap penyebab penyakit. f.
Riwayat Tumbuh Kembang 1) Pertumbuhan Fisik a) Berat badan: (penyerapan yang tidak optimal dari proses metabolism menyebabkan berat badan anak akan berkurang. Karena gizi yang diserap dari makanan tidak optimal) b) Tinggi badan: (umumnya pertumbuhan anak dengan kretinisme akan menjadi
tidak
optimal
sehingga
tinggi
badannya
akan
tidak
optimal/pendek)
14
14
2) Waktu tumbuh gigi , karena pengaruh dari proses metabolism yang tidak sempurna maka
proses tumbuh kembang yang harusnya normal menjadi
terganggu. Salah satunya yaitu pertumbuhan gigi. Dimana, anak yang mengalami
kretinisme
akan
kekurangan
hormone
tiroid
sehingga
menyebabkan proses pembentukan tulang serta giginya mengalami gangguan. 3) Perkembangan Tiap tahap Usia anak saat 1. Berguling : …………… bulan 2. Duduk
: …………… bulan
3. Merangkak: …………… bulan 4. Berdiri : …………… tahun 5. Berjalan : …………… tahun
Pada tahap ini, umumnya akan terjadi kemunduran karena pertumbuhan dan perkembangannya mengalami hambatan, yaitu metabolism tidak berjalan lancar
6. Senyum kepada orang lain pertama kali : …………… tahun 7. Bicara pertama kali :
…………… tahun dengan menyebutkan :
…………… 8. Berpakaian tanpa bantuan : …………… (untuk pengkajian nomor 6-8, pada umumnya akan mengalami kemunduran dimana untuk yang nomor 8 itu akan memerlukan keaktifan dari otot yang membantu anak untuk dapat melakukan aktivitas motorik dimana hal itu menjadi tidak efektif karena kekuatan otot menjadi lemah pada anak dengan kretinisme ini.)
4.1.3
Pola fungsi kesehatan
a. Pola Persepsi terhadap Kesehatan dan Penyakit b. Pada anak yang mengalami penyakit kretinisme pola hidup sehat harus ditingkatkan dalam menjaga kebersihan diri dan perawatan, gaya hidup sehat dikarenakan anak dengan kretinisme biasanya di ikuti dengan retardasi mental pada anak.
15
15
c. Pola Nutrisi – Metabolisme Pada umumnya anak yang menderita penyakit ini pola makannya tidak teratur karena mengalami penurunan nafsu makan, dan juga nausea dan vomitus. Sehingga berat badan Klien akan menurun dan terlihat lemah karena intake nutrisi yang tidak adekuat dan gangguan metabolisme. Nutrisi yang diberikan untuk anak dengan kelainan kretinisme ini mungkin akan di serap oleh tubuh secara tidak optimal sehingga hasilnya perkembangan serta pertumbuhan tubuhnya menjadi terhambat dan menyebabkan pertumbuhan terhenti, dan anak menjadi lebih pendek d. Pola Eliminasi Klien yang mengalami pielonefritis akan mengalami gangguan pada pola eliminasi, seperti konstipasi. e. Pola Istirahat dan Tidur Anak dengan kretinisme akan merasa cepat lelah saat bermain diakibatkan oleh penurunan fungsi kognitif. Sehingga pasien lebih sering tidur dan istirahat. f.
Pola Persepsi dan Konsep Diri Klien dengan penyakit kreatinisme biasanya mengalami gangguan konsep diri, karena pada umumnya akan memiliki bentuk tubuh yang berbeda dengan anak normal lainya sehingga perlu adanya pengenalan dan lingkungan yang kondusif untuk membentuk sifat percaya diri dari anak ini.
g. Pola Latihan dan Aktivitas Aktivitas yang dilakukan oleh klien dengan penyakit kreatinisme terbatas dan terganggu, tidak dapat melakukannya secara bebas. Hal ini dikarenakan klien sering merasakan lemah akibat gangguan metabolisme. h. Pola Hubungan dan Peran Mampu berorientasi terhadap orang, waktu, dan tempat dengan baik. Hubungan dengan keluarga yang baik akan memberikan dukungan pada klien untuk cepat sembuh, dapat terlihat dengan adanya keluarga yang menemaninya sehari-hari.
16
16
Hubungan Klien dengan tim medis maupun perawat yang baik dan kooperatif akan memudahkan proses perawatan. i.
Pola Reproduksi/ Seksual Kaji apakah selama sakit terdapat gangguan atau tidak yang berhubungan dengan reproduksi sosial.
j.
Pola Koping dan Toleransi Stres Dukungan keluarga sangat berpengaruh dalam memotivasi klien untuk mengurangi tingkat stres atau kecemasan yang dirasakan.
k. Pola Keyakinan dan Nilai Meyakini bahwa penyakit yang diderita merupakan takdir dan kehendak Tuhan. Klien tetap bisa menjalankan ibadah sesuai dengan agama yang diyakininya. Kaji apakah ada keyakinan yang dapat memperparah infeksi.
4.1.4
Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum Seorang anak dengan penyakit kreatinisme didapatkan keadaan umum yang lemah. b. Kesadaran Klien dengan kretinisme umumnya tidak mengalami penurunan kesadran dan kompos mentis. c. Tanda-tanda vital Pada pasien dengan kretinisme RR akan meningkat, Bradikardi, suhu dapat terjadi hipotermi dan hipertermi (apabila anak mengalami infeksi penyakit lain), dan dispneu. d. Berat badan Berat badan biasanya ditemukan mengalami penurunan karena klien mengalami penurunan proses metabolism menyebabakn semua proses penyerapan serta metabolisme makanan di dalam tubuh menjadi sangat lambat. Sehingga terjadi rasa enggan untuk makan.
17
17
e. Kepala Bentuk kepala biasanya simetris, tidak ada nyeri tekan. Tidak ada kelainan pada bagian kepala. f.
Wajah Wajah simetris, bentuk wajah umumnya lebam, dan tidak adanya nyeri tekan.
g. Mata Pada mata klien dengan kreatinisme tampak simetris, sklera terlihat putih, konjungtiva anemis, gerakan bola mata normal, refleks pupil terhadap cahaya normal (jika diberi cahaya pupil akan mengecil), keadaan bulu mata normal, dan tidak adanya nyeri tekan. h. Hidung dan Sinus Tidak ada kelainan pad bagian ini. Hidung tampak simetris dan tidak adanya nyeri tekan maupun cairan yang keluar. i.
Leher Pada kelenjar tiroid mengalami pembengkakan. Pada kasus ini karena terjadi kekurangan hormon tiroid maka klenjar limfe tidak membesar.
j.
Thorax Bentuk dada klien yang menderita kreatinisme biasanya simetris.
k. Genetalia dan anus Pada penderita kreatinisme tidak ditemukannya kelainan pada organ genetalia dan anus. l.
Abdomen Pada klien dengan penyakit kreatinisme umumnya perut membuncit, tidak ada nyeri tekan ataupun luka, peristaltik usus menurun yang normalnya pada anak 10-30 menjadi kurang dari nilai normal.
m. Ekstermitas Pada ekstermitas pergerakan lemah dikarenakan metabolisme yang tidak optimal menyebabkan otot tidak dapat melakukan fungsinya.
18
18
n. Neurologis Untuk perkembangan pada sistem neorologi atau sistem sarafnya mengalami gangguan seperti fungsi intelektual yang lambat, berbicara lambat dan terbata bata, gangguan memori, perhatian kurang, bingung, hilang pendengaran, penurunan refleks tendom. Kembali lagi karena kebutuhan akan hormon yang membantu metabolisme tubuh berkurang. Maka kerja dari masing-masing saraf tentunya mengalami gangguan. 4.1.5 Pemeriksaan Penunjang 1. Pemeriksaan Laboratorium a. Pemeriksaan darah yang mengukur kadar hormon tiroid (T3 dan T4), TSH, dan TRH akan dapat mendiagnosis kondisi dan lokasi masalah kelenjar tiroid. Pemeriksaan untuk mengetahui fungsi tiroid biasanya menunjukkan kadar T4 rendah dan TSH tinggi. b. Pemeriksaan Radiologi (Pencitraan) 1. Foto Rotgen, CT Scan, MRI, USG, EEG, ECG USG atau CT Scan: Tiroid menunjukkan ada tidaknya goiter. X – foto tengkorak: Menunjukkan kerusakan hipotalamus atau hipofisis anterior. 4.2 Diagnosa Keperawatan
4.2.1 Analisa Data No
1
Data
Etiologi
DS: Gangguan proses tumbuh Keluarga klien kembang mengatakan bahwa klien tidak dapat Pertumbuhan dan perkembangan tumbuh sebagaimana anak terhambat anak seusianya.
Masalah keperawatan Gangguan proses tumbuh kembang
Perhentian pertumbuhan
19
19
DO: BB/TB kurang dari normal, status mental juga tidak normal
Pertumbuhan dan perkembangan pada fase infan terhambat Menurunnya kadar hormone T3 dan T4
2
DS: Keluarga klien mengatakan bahwa klien ketika diajak berkomunikasi sering tidak sesuai DO: Klien egosentris Defisit memori
Gangguan proses pikir
Gangguan proses pikir
Kerusakan kognitif Mempengaruhi kerusakan pada otak Menurunnya laju metabolisme Menurunnya kadar hormone T3 dan T4
3
4
DS : Gangguan citra diri Gangguan Keluarga klien diri mengatakan bahwa Pertumbuhan dan perkembangan klien tidak memiliki anak terhambat teman dan malu pada kondisinya saat ini. Perhentian pertumbuhan DO: Klien tampak murung Pertumbuhan dan perkembangan dan lebih suka pada fase infan terhambat menyendiri. Menurunnya kadar hormone T3 dan T4 DS : Klien mengeluhkan badannya menggigil, dan keluarga menyatakan bahwa badan klien terasa dingin DO:
Hipotermia
citra
Hipotermia
Suhu tubuh menurun Menurunnya laju metabolisme Menurunnya kadar hormon T3 dan T4
20
20
Suhu tubuh klien 34 C
5
DS : Klien mengeluhkan kesulitan bernafas dan merasa sesak
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
DO : RR : 30x/menit, pernafasan cuping hidung
Jalan nafas terganggu
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
Kesulitan bernafas, dispnea
Obstruksi lidah Menurunnya laju metabolisme Menurunnya kadar hormone T3 dan T4
6
DS : Keluarga klien mengatakan bahwa klien sering tidak menghabiskan makanannya dan sulit untuk makan DO : Makanan klien masih sering bersisa dari porsi awawal
7
DS : Keluarga klien mengatakan bahwa klien sulit BAB
Ketidakefektifan pola makan anak
Ketidakefektifan pola makan anak
Sulit makan,menyusu Penurunan metabolisme protein Menurunnya kadar hormone T3 dan T4
Konstipasi
Konstipasi
Pola defekasi tidak normal Sulit makan,menyusu
DO: Frekuensi BAB klien kurang dari 3x sehari
Penurunan metabolisme protein Menurunnya kadar hormone T3 dan T4
21
21
4.2.2 Diagnosa Keperawatan 1. Gangguan proses tumbuh kembang berhubungan dengan gangguan pada hormone pertumbuhan ditandai dengan pertumbuhan fisik yang terhambat. 2. Perubahan proses berpikir berhubungan dengan gangguan neurologis ditandai dengan klien egosentris 3. Gangguan body image berhubungan dengan perubahan perkembangan ditandai dengan Klien tampak murung dan lebih suka menyendiri. 4. Hipotermia berhubungan dengan menurunnya laju metabolism ditandai Klien mengeluhkan badannya menggigil, dan keluarga menyatakan bahwa badan klien terasa dingin. 5. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan jalan nafas terganggu ditandaai Klien mengeluhkan kesulitan bernafas dan merasa sesak 6. Ketidakefektifan pola makan anak berhubungan dengan sulit menyusu ditandai Keluarga klien mengatakan bahwa klien sering tidak menghabiskan makanannya dan sulit untuk makan 7. Konstipasi berhubungan dengan penurunan metabolisme protein ditadai Keluarga klien mengatakan bahwa klien sulit BAB
22
22
4.3 Rencana Keperawatan
No
1.
Diagnosa
Tujuan dan Kriteria
Keperawatan
Hasil
Gangguan tumbuh
proses Setelah dilakukan tindakan kembang keperawatan selama 6x24
berhubungan dengan pada
gangguan perkembangan klien
Rasional
1. Identifikasi pertumbuhan dan 1. Menyediakan perkembangan
klien
sesuai
dengan usia klien
kriteria hasil:
data
untuk
identifikasi kebutuhan/efektivitas terapi
yang dialami klien
fungsional perkembangan klien sebagai data perbandingan
3. Catat secara berkala tinggi dan 3. Membandingkan
dengan 1. Melakukan aktivitas,
dasar
2. Laporan defisit dalam tingkat atau bukti
2. Catatan derajat penyimpangan
hormone terjadi peningkatan dengan
pertumbuhan ditandai
jam, pertumbuhan dan
Rencana/Intervensi
berat badan klien
pengukuran
normal
untuk anak-anak usia yang sama dan
pertumbuhan fisik
sosial, atau
jenis kelamin untuk menentukan derajat
yang terhambat.
keterampilan usia
deviasi dan sebagai acuan menentukan
kelompok
tingkat pertumbuhan klien
2. Melakukan perawatan diri dan pengendalian diri kegiatan yang sesuai usia 3. Menunjukkan berat
4. Memberikan stimulasi atau rangsangan untuk perkembangan kepada anak 5. Sediakan aktivitas yang dianjurkan untuk berinteraksi dengan teman sebayanya
4. Untuk mengoptimalkan perkembangan anak 5. Mengurangi tingkat stress pada anak dan membantu meningkatkan proses perkembangan anak
23
badan /stabilisasi
6. Diskusikan
tindakan
yang 6. Sebagai
pertumbuhan atau
harus
diambil
untuk
kemajuan ukuran
menghindari komplikasi dapat
sesuai usia
dicegah
(misalnya,
acuan
selanjutnya
untuk
dengan
intervensi
meminimalkan
risiko komplikasi pada klien
periodik
penelitian laboratorium) 7. Lakukan
kolaborasi
dengan 7. Mendorong awal layanan intervensi
tim kesehatan lain yaitu ahli
untuk anak-anak kelahiran sampai 3
gizi
tahun
dan
(misalnya,
spesialis fisik/
terapis)
lain
okupasi dalam
mengembangkan
rencana
dengan
keterlambatan
perkembangan untuk memaksimalkan perkembangan
anak,
perawatan,
aktivitas, dan terapi bicara
perawatan.
2
Perubahan proses
Tujuan:
1. Kaji proses pikir pasien, seperti 1. Menentukan
berpikir
Setelah dilakukan asuhan
memori,
berhubungan
keperawatan selama 3x24
orientasi
dengan gangguan
menit,
waktu, dan orang
neurologis ditandai
menggunakan kemampuan 2. Catat adanya perubahan tingkah 2. Kemungkinan terjadi gangguan psikotik
dengan klien
berfikirnya
klien
dapat
kembali
laku
rentang terhadap
perhatian,
adanya
kelainan
pada
proses sensori
tempat,
dan meningkatnya sensitivitas perasaan
23
badan /stabilisasi
6. Diskusikan
tindakan
yang 6. Sebagai
pertumbuhan atau
harus
diambil
untuk
kemajuan ukuran
menghindari komplikasi dapat
sesuai usia
dicegah
(misalnya,
acuan
selanjutnya
untuk
dengan
intervensi
meminimalkan
risiko komplikasi pada klien
periodik
penelitian laboratorium) 7. Lakukan
kolaborasi
dengan 7. Mendorong awal layanan intervensi
tim kesehatan lain yaitu ahli
untuk anak-anak kelahiran sampai 3
gizi
tahun
dan
(misalnya,
spesialis fisik/
lain
okupasi
terapis)
dalam
mengembangkan
rencana
dengan
keterlambatan
perkembangan untuk memaksimalkan perkembangan
anak,
perawatan,
aktivitas, dan terapi bicara
perawatan.
2
Perubahan proses
Tujuan:
1. Kaji proses pikir pasien, seperti 1. Menentukan
berpikir
Setelah dilakukan asuhan
memori,
berhubungan
keperawatan selama 3x24
orientasi
dengan gangguan
menit,
waktu, dan orang
neurologis ditandai
menggunakan kemampuan 2. Catat adanya perubahan tingkah 2. Kemungkinan terjadi gangguan psikotik
dengan klien
berfikirnya
klien
dapat
kembali
rentang
perhatian,
terhadap
adanya
kelainan
pada
proses sensori
tempat,
laku
dan meningkatnya sensitivitas perasaan
24
egosentris
dengan baik
3. Ciptakan
lingkungan
yang 3. Penurunan stimulasi eksternal dapat
tenang. Batasi pengunjung Kriteria Hasil: 1. Konsentrasi
menurunkan hipersensitivitas
4. Berikan jam, kalender, ruangan 4. Meningkatkan petunjuk orientasi yang pasien
tidak terganggu
dengan tingkat
2. Mempertahankan
jendela,
mengatur
cahaya
kontinyu
untuk
menstimulasi siang/ malam
orientasi realita
5. Anjurkan keluarga atau orang 5. Membantu
3. GCS 4 5 6
terddekat
untuk
member
dalam
mempertahankan
sosialisasi dan orientasi pasien
dukungan 6. Kolaborasi
pemberikan
obat 6. Meningkatkan
sesuai indikasi, seperti sedative
relaksasi
untuk
meningkatkan proses pikir
atau obat antipsikotik 3
Gangguan
body Tujuan:
1. Kaji secara verbal dan
image berhubungan Setelah dilakukan asuhan
nonverbal Respon pasien
dengan perubahan keperawatan selama 1x24
terhadap tubuhnya
perkembangan
jam,
klien
dapat
2. Berikan dukungan yang sesuai
1. Mengkaji seberapa besar gangguan yang muncul
2. Hal ini dapat membantu meningkatkan
ditandai
dengan memahami dan menerima
upaya menerimadirinya dan merasa
Klien
tampak perubahan pada tubuhnya
dirinya
murung dan lebih akibat proses penyakit
dapat
diterima
dikalangan social
orang
lain
24
egosentris
dengan baik
3. Ciptakan
lingkungan
yang 3. Penurunan stimulasi eksternal dapat
tenang. Batasi pengunjung Kriteria Hasil:
menurunkan hipersensitivitas
4. Berikan jam, kalender, ruangan 4. Meningkatkan petunjuk orientasi yang
1. Konsentrasi
pasien
tidak terganggu
dengan
jendela,
tingkat
2. Mempertahankan
mengatur
cahaya
kontinyu
untuk
menstimulasi siang/ malam
orientasi realita
5. Anjurkan keluarga atau orang 5. Membantu
3. GCS 4 5 6
terddekat
untuk
member
dalam
mempertahankan
sosialisasi dan orientasi pasien
dukungan 6. Kolaborasi
pemberikan
obat 6. Meningkatkan
sesuai indikasi, seperti sedative
relaksasi
untuk
meningkatkan proses pikir
atau obat antipsikotik 3
Gangguan
body Tujuan:
1. Kaji secara verbal dan
image berhubungan Setelah dilakukan asuhan
nonverbal Respon pasien
dengan perubahan keperawatan selama 1x24
terhadap tubuhnya
perkembangan
jam,
klien
dapat
2. Berikan dukungan yang sesuai
1. Mengkaji seberapa besar gangguan yang muncul
2. Hal ini dapat membantu meningkatkan
ditandai
dengan memahami dan menerima
upaya menerimadirinya dan merasa
Klien
tampak perubahan pada tubuhnya
dirinya
murung dan lebih akibat proses penyakit
dapat
diterima
orang
lain
dikalangan social
25
suka menyendiri.
3. Dorong pasien untuk mandiri Kriteria Hasil: 1. Perasaan
3. Kemandirian membantu meningkatkan harga diri
menerima
4. Kaji perilaku menarik diri,
kekurangan diri akan
penggunaan menyangkal atau
metode koping
diterima oleh pasien
terlalu
membutuhkan intervensi lebih lanjut.
2. Pasien
memahami
memperhatikan
4. Dapat menunjukkan emosional ataupun maladaptive,
perubahan.
proses penyakit
5. Memudahkan 5. Modifikasi lingkungan sesuai dengan kondisi pasien
meningkatkan
aktivitas rasa
pasien,
percaya
dan
karena
diperhatikan
4.4 Implementasi Diagnosa Keperawatan
Implementasi
Paraf dan Nama
Gangguan kembang dengan hormone
proses
tumbuh 1. Mengidentifikasi pertumbuhan dan perkembangan klien sesuai dengan usia klien
berhubungan 2. Mencatat derajat penyimpangan yang dialami klien gangguan
pada 3. Mencatat secara berkala tinggi dan berat badan klien
pertumbuhan 4. Memberikan stimulasi atau rangsangan untuk perkembangan kepada anak
25
suka menyendiri.
3. Dorong pasien untuk mandiri
3. Kemandirian membantu meningkatkan
Kriteria Hasil:
harga diri
1. Perasaan
menerima
4. Kaji perilaku menarik diri,
kekurangan diri akan
penggunaan menyangkal atau
metode koping
diterima oleh pasien
terlalu
membutuhkan intervensi lebih lanjut.
2. Pasien
memahami
4. Dapat menunjukkan emosional ataupun
memperhatikan
maladaptive,
perubahan.
proses penyakit
5. Memudahkan 5. Modifikasi lingkungan sesuai dengan kondisi pasien
meningkatkan
aktivitas rasa
pasien,
percaya
dan
karena
diperhatikan
4.4 Implementasi Diagnosa Keperawatan
Implementasi
Paraf dan Nama
Gangguan kembang dengan hormone
proses
tumbuh 1. Mengidentifikasi pertumbuhan dan perkembangan klien sesuai dengan usia klien
berhubungan 2. Mencatat derajat penyimpangan yang dialami klien gangguan
pada 3. Mencatat secara berkala tinggi dan berat badan klien
pertumbuhan 4. Memberikan stimulasi atau rangsangan untuk perkembangan kepada anak
26
ditandai dengan pertumbuhan 5. Menyediakan aktivitas yang dianjurkan untuk berinteraksi dengan teman sebayanya 6. Mendiskusikan tindakan yang harus diambil untuk menghindari komplikasi yang dapat fisik yang terhambat. dicegah 7. Melakukan kolaborasi dengan tim kesehatan lain yaitu ahli gizi dan spesialis dalam mengembangkan rencana perawatan.
Perubahan pola berpikir berhubungan dengan
1. Mengkaji proses pikir pasien, seperti memori, rentang perhatian, orientasi terhadap tempat, waktu, dan orang
gangguan neurologis akibat
2. Mencatat adanya perubahan tingkah laku
suplai oksigen ke otak tidak
3. Menciptakan lingkungan yang tenang. Membatasi pengunjung
adekuat
4. Memberikan jam, kalender, ruangan dengan jendela, mengatur tingkat cahaya untuk menstimulasi siang/ malam 5. Menganjurkan keluarga atau orang terddekat untuk memberi dukungan 6. Berkolaborasi pemberikan obat sesuai indikasi, seperti sedative atau obat antipsikotik
Gangguan body image berhubungan dengan perubahan penampilan
1. Mendorong pasien untuk mengungkapkan rasa takut dan cemasnyamenghadapi proses penyakit 2. Memberikan support yang sesuai 3. Mendorong pasien untuk mandiri 4. Memodifikasi lingkungan sesuai dengan kondisi pasien
26
ditandai dengan pertumbuhan 5. Menyediakan aktivitas yang dianjurkan untuk berinteraksi dengan teman sebayanya 6. Mendiskusikan tindakan yang harus diambil untuk menghindari komplikasi yang dapat fisik yang terhambat. dicegah 7. Melakukan kolaborasi dengan tim kesehatan lain yaitu ahli gizi dan spesialis dalam mengembangkan rencana perawatan.
Perubahan pola berpikir berhubungan dengan
1. Mengkaji proses pikir pasien, seperti memori, rentang perhatian, orientasi terhadap tempat, waktu, dan orang
gangguan neurologis akibat
2. Mencatat adanya perubahan tingkah laku
suplai oksigen ke otak tidak
3. Menciptakan lingkungan yang tenang. Membatasi pengunjung
adekuat
4. Memberikan jam, kalender, ruangan dengan jendela, mengatur tingkat cahaya untuk menstimulasi siang/ malam 5. Menganjurkan keluarga atau orang terddekat untuk memberi dukungan 6. Berkolaborasi pemberikan obat sesuai indikasi, seperti sedative atau obat antipsikotik
Gangguan body image berhubungan dengan perubahan penampilan
1. Mendorong pasien untuk mengungkapkan rasa takut dan cemasnyamenghadapi proses penyakit 2. Memberikan support yang sesuai 3. Mendorong pasien untuk mandiri 4. Memodifikasi lingkungan sesuai dengan kondisi pasien
27
4.5 Evaluasi Diagnosa Keperawatan
Gangguan body image berhubungan dengan perubahan penampilan
Evaluasi
S: Klien mengatakan bahwa belum bisa menerima kondisinya yang sekarang ini O: Klien tampak murung selama mendengarkan saran dan masukan dari perawat A: Masalah belum teratasi P: Intervensi dilanjutkan
Perubahan pola berpikir berhubungan dengan gangguan neurologis
S: Klien mengatakan bahwa ia mampu mengerti perkataan dari orang yang berbicara kepada dirinya O: Klien tampak memperhatikan apa yang sedang dikatakan oleh perawat A: Masalah teratasi P: Intervensi dihentikan
Paraf dan Nama
27
4.5 Evaluasi Diagnosa Keperawatan
Gangguan body image
Evaluasi
Paraf dan Nama
S: Klien mengatakan bahwa belum bisa menerima kondisinya yang sekarang
berhubungan dengan perubahan penampilan
ini O: Klien tampak murung selama mendengarkan saran dan masukan dari perawat A: Masalah belum teratasi P: Intervensi dilanjutkan
Perubahan pola berpikir
S: Klien mengatakan bahwa ia mampu mengerti perkataan dari orang yang
berhubungan dengan gangguan neurologis
berbicara kepada dirinya O: Klien tampak memperhatikan apa yang sedang dikatakan oleh perawat A: Masalah teratasi P: Intervensi dihentikan
28
BAB 5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kreatinisme merupakan gangguan karena kegagalan kelenjar tiroid yag memproduksi hormone tiroid atau hipotiroidisme. Selain itu juga gejala kekurangan iodium atau gangguan akibat kekurangan yodium. Biasanya penderita kelainan ini mengalami keterlambatan dalam perkembangan fisik maupun mentalnya. Penyakit ini dapat di derita sejak lahir atau pada awal masa kanakkanak. Penyebab gangguan ini salah satunya yaitu agenesis (kegagalan pembentukan atau pengembangan sebagian atau seluruh organ atau bagian tubuh saat masih dalam tahap embrio. Tidak hanya itu kekurangan iodium juga dapat menyebabkan kreatinisme. Biasanya pada bayi yang menyusui sejak lahir hingga
28
BAB 5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kreatinisme merupakan gangguan karena kegagalan kelenjar tiroid yag memproduksi hormone tiroid atau hipotiroidisme. Selain itu juga gejala kekurangan iodium atau gangguan akibat kekurangan yodium. Biasanya penderita kelainan ini mengalami keterlambatan dalam perkembangan fisik maupun mentalnya. Penyakit ini dapat di derita sejak lahir atau pada awal masa kanakkanak. Penyebab gangguan ini salah satunya yaitu agenesis (kegagalan pembentukan atau pengembangan sebagian atau seluruh organ atau bagian tubuh saat masih dalam tahap embrio. Tidak hanya itu kekurangan iodium juga dapat menyebabkan kreatinisme. Biasanya pada bayi yang menyusui sejak lahir hingga penyapihan terdapat gejala-gejala yang timbul akan tertunda karena masih mengkonsumsi ASI yang mengandung sedikit hormone
tiroid. Bayi dengan
kreatinisme akan mengalami tidur yang semakin lama dan jarang menangis dan juga kurang aktif bahkan tidak aktif. Selain itu faktor hormon merupakan peran yan g penting dalam mengatur pertumbuhan, dan faktor genetik dan nutrisi juga sangat mempengaruhi pertumbuhan pada masa ini. 5.2 Saran
Berdasarkan pembahasan diatas, saran yang dapat diberikan penulis yaitu bagi penulis yang membahas terkait askep pada kretinisme ini agar isi dan materinya lebih lengkap lagi terkait menambah wawasan yang lebih lagi dalam materi di keperawatan klinik 6B. selain itu sebagai tenaga kesehatan seharusnya memberikan pemahaman atau pengetahuan kepada masyarakat
terkait dengan
informasi tentang factor resiko dan pencegahan kreatinisme. Perawat membantu keluarga dank lien untuk memotivasi dalam menguatkan mentalnya.
29
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, Marilyn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawata,. Edisi 3. Jakarta: EGC. J. H. Green. 2002. Fisiologi Kedokteran. Tangerang : Binarupa Aksara Moeljanto, Doko. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Internal Publishing. Price & Wilson. 2006. Patofisiologi. Jakarta: EGC. Price, Sylvia A dan Wilson, Lorraine M.2006. Patofisiologi, Konsep Klinis, Proses-proses Penyakit, Volume 1, edisi 6 . Jakarta: EGC Sherwood, Lauralee. 2001. Fisiologi Kedokteran : dari Sel ke Sistem. Jakarta : EGC. Sloane, Ethel.2004. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Jakarta:EGC. Smeltzer, Suzanne C., dan Bare, Brenda G.. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8. Volume 2. Jakarta: EGC.
Wilkinson, Judith M. 2011. Buku Saku Diagnosa Keprawatan. Edisi 9. Jakarta : EGC.